6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA"

Transkripsi

1 59 6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA Program PEKKA di Desa Dayah Tanoh dilaksanakan secara partisipatif dengan sasarannya adalah perempuan kepala keluarga. Dalam tesis ini, aktivitas komunikasi partisipatif berupa akses dan cara berkomunikasi. Akses dilihat dari adanya hak dan kesempatan yang sama bagi perempuan kepala keluarga untuk menghadiri setiap pertemuan dalam program, akses terhadap pelatihan-pelatihan, dan akses terhadap program-program bidang ekonomi seperti simpan pinjam dan dana bantuan langsung masyarakat. Sedangkan cara berkomunikasi dilihat dari bentuk komunikasi yang berlangsung antara perempuan kepala keluarga dengan PL dalam setiap tahapan program baik secara monolog, dialog atau gabungan antara monolog dengan dialog. Berikut ulasan mengenai akses dan cara komunikasi kegiatan PEKKA yakni: (1) tahap penumbuhan ide, (2) tahap perencanaan program, (3) tahap pelaksanaan program dan (4) tahap penilaian terhadap program (Levis 1996). 6.1 Tahap Penumbuhan Ide Penumbuan ide merupakan suatu proses atau kegiatan dalam mensosialisasikan, memperkenalkan, dan memperoleh masukan dan keinginan serta dukungan perempuan kepala keluarga terhadap PEKKA (Tabel 9). Tabel 9 Matriks komunikasi partisipatif pada tahap penumbuhan ide Kegiatan Isi pesan Bentuk komunikasi Partisipan Akses Cara yang berperan berkomunikasi Informasi Semua Cenderung PL, mengenai monolog perwakilan maksud, tujuan, diundang dan PEKKA sasaran, hadir Provinsi, Ibu pendekatan dan NT dan Am penerima berpendidikan manfaat lebih tinggi 1. Pertemuan sosialisasi program 2. Kunjungan ke rumah, tempat berkumpul Informasi mengenai maksud, tujuan, sasaran, dan penerima manfaat PL mengunjungi perempuan kepala keluarga Komunikasi interpersonal (tatap muka) dengan cara berdialog PL dan semua

2 60 Tahap sosialisasi merupakan kegiatan yang sangat sulit bagi PL karena mereka harus menghadapi dan membujuk perempuan kepala keluarga untuk mau bergabung dan menerima program pemberdayaan ini. PL harus menjelaskan secara detail maksud dan tujuan program dimanapun bertemu dengan sasaran. Karenanya dibutuhkan usaha keras dan kesabaran yang tinggi untuk membuat calon sasaran mengerti dan bersedia mengikuti program, apalagi individu-individu yang dihadapi adalah orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah dan sebagian besar lanjut usia sehingga sulit dalam berkomunikasi. Pada awal masuk program ke desa ini, selain faktor keamanan, kesulitan lain adalah bagaimana saya mendekati dan menjelaskan kepada janda-janda tentang maksud dari program ini. Cara yang saya lakukan pertama adalah buat pertemuan di Meunasah dengan Ibu-ibu janda, saya datangi ke rumah mereka satu-satu untuk saya jelaskan maksud program, bertemu di warung-warung juga saya ajak ngobrol, pelan-pelan lah. Saya harus menjelaskan dengan bahasa saya supaya mereka mengerti, apalagi mereka banyak yang udah tua-tua, banyak gak sekolah jadi agak susah kita ngomong. Tetapi dengan kesabaran dan kerja keras saya, akhirnya mereka mau bergabung dalam program walaupun belum sepenuhnya mengerti tentang program tersebut. Saya pikir nanti kan bisa dijelaskan lagi dalam setiap pertemuan kelompok. Yang penting mereka udah mau dulu bergabung. (MD) Pertemuan pertama kegiatan sosialisasi dilaksanakan di meunasah yang dihadiri oleh perempuan kepala keluarga, PL, perwakilan PEKKA Provinsi, tuha peut dan aparat Desa Dayah Tanoh. Dalam pertemuan tersebut semua perempuan kepala keluarga 25 orang hadir. Pertemuan dimulai dan dibuka oleh kepala desa dengan memperkenalkan tamu-tamu perwakilan dari PEKKA, kemudian dilanjukan dengan penyampaian maksud, tujuan dan manfaat program oleh perwakilan PEKKA. Setelah itu, PL memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya mengenai program yang akan dilaksanakan. Dalam pertemuan tersebut belum semua perempuan kepala keluarga mau bertanya atau menyampaikan pendapatnya, hanya beberapa orang saja yang bersedia bertanya. Pertemuan pertama sekali itu waktu sosialisasi program ya, kita undang semua perempuan kepala keluarga yang ada di desa ini ke meunasah. Waktu itu yang hadir kalau gak salah sekitar 25 orang. Waktu itu hadir perwakilan PEKKA dari provinsi untuk menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat program kepada perempuan-perempuan ini. Ada pak Geuchik juga, ada tuha peut juga. Dalam pertemuan itu, terlihat perempuan kepala keluarga itu masih malu-malu ya, masih takut-takut. Waktu dipersilakan untuk bertanya atau kasih pendapat, mereka malu-malu hanya beberapa orang saja yang berani bertanya, kayak ibu NT, Am yang lain pada diam. (MD)

3 61 Seperti Bapak MD, Ibu NC juga menyampaikan: Pada mula masuk program ini kan kami gak tau apa-apa, tujuannya apa, manfaat untuk kami apa kan gak tau. Jadi pertama kali dulu, kami yang janda-janda di kampung ini disuruh datang ke Meunasah ya oleh pak geuchik dipanggil melalui mix, katanya ada program untuk kami. Iya kami datang ya, di sana sudah hadir pak geuchik, pak MD selaku PL, ada orang dari Banda Aceh juga. Pertama-tama pak geuchik membuka rapat, cerita keinginan dan tujuan mereka datang ke kampung ini, kemudian pak MD bicara dan perwakilan dari Banda Aceh. Mereka menjelaskan tentang program PEKKA ini. Setelah mereka bicara kemudian mereka menyuruh kami untuk bicara, kalau ada yang bertanya silakan. Tapi waktu itu hanya dua orang dari kami yang bertanya kalau gak salah, mungkin gak berani ya, saya sendiri juga gak berani ya, takut salah ngomong, jadi kami hanya diam saja. Dan ketika ditanya mau ikut program ini, semua juga diam. Waktu itu yang hadir sekitar 20 orang ya lebih kurang lah buk...(nc) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, keengganan untuk mau bertanya atau menyampaikan pendapatnya pada saat pertemuan sosialisasi karena banyak dari mereka tidak berani dan malu, apalagi selama ini mereka tidak pernah menghadiri rapat-rapat desa dan berbicara di muka umum. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Ibu Rh: Iya pada saat pertama kali rapat dulu itu, kan dijelaskan apa itu program PEKKA, setelah itu kami disuruh bertanya, sampaikan pendapat atau sekedar bersuara tapi banyakan dari kami gak berani dan malu untuk ngomong apalagi saat itu banyak orang, ada PL, ada orang dari Banda Aceh, Pak Geuchik dan lain-lain. Selama ini aja kami gak pernah ikut rapat-rapat desa apalagi ngomong depan orang banyak ya gak berani lah. Ada yang bertanya cuma beberapa orang saja, kalau gak salah yang tanya itu Ibu Am yang sekretaris sekarang ama NT bendahara sekarang. (Rh) Menurut salah satu informan yang diam ketika rapat sosialisasi ketika ditanya kenapa tidak bertanya atau memberi pendapat adalah menganggap dirinya kurang cakap dalam berbicara karena tingkat pengetahuan yang rendah dan juga sungkan untuk berbicara langsung didepan orang laki-laki yang hadir saat itu karena masih berpegang pada budaya patriarkhi yang menganggap dirinya lebih rendah dari lakilaki. Seperti yang diutarakan Ibu Hmm yang tidak pernah bersekolah berikut ini: Pada pertama kali rapat program itu saya gak berani ngomong ya karena takut salah kan saya gak pernah sekolah jadi gak tau mau ngomong apa gimana caranya, apalagi di depan ada pak geuchik, tuha

4 62 peut, PL kan banyak laki- laki jadi saya gak berani ngomong biar mereka-mereka yang pintar- pintar saja yang ngomong. (Hmm) Berbeda dengan informan yang tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka menganggap kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk berbicara atau menyampaikan pendapat dalam rapat sosialisasi tersebut merupakan kesempatan yang berharga karena dengan berdiskusi mereka dapat memperoleh lebih banyak informasi mengenai program yang akan dilaksanakan. Mereka tidak merasa takut dan malu untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Seperti yang diungkap Ibu NT, satu-satunya PEKKA lulusan perguruan tinggi: Pada rapat awal itu saya ikut sama-sama dengan yang lain juga. Ooo...saya ada berbicara, kalau gak salah saya bertanya waktu itu mengenai siapa saja yang boleh ikut program, saya berani kok bicara kan udah disuruh ngomong, saya tanyakan aja kan kita jadi lebih tau gimana itu program, saya gak malu walaupun ada hadir pak geuchik, tuha peut, dan yang lain kan saya udah biasa kalau ngomong-ngomong gitu, saling diskusi. (NT) Melihat kondisi perempuan kepala keluarga yang masih tertutup dan malumalu dalam menyampaikan pendapat ketika pertemuan tersebut, PL mencoba pendekatan interpersonal dengan mendatangi rumah mereka satu persatu,tempattempat mereka sering berkumpul seperti tempat pengajian ibu-ibu dan ketika bertemu di warung. PL berkomunikasi secara langsung (tatap muka) untuk mendapatkan feedback dari mereka. Dalam kunjungan ke rumah dan berdialog dengan perempuan kepala keluarga, PL selalu ditemani oleh keluarga perempuan dan dilakukan di teras rumah. Hal ini dilakukan untuk menghindari fitnah, karena dalam nilai-nilai budaya Aceh jika seorang laki-laki mengunjungi dan berbicara dengan seorang perempuan dianggap tidak pantas. Untuk kemudahan dan kelancaran proses komunikasi, bahasa lokal (bahasa Aceh) adalah bahasa utama yang digunakan karena umumnya mereka tidak paham dan fasih berbahasa Indonesia. Iya waktu kita buat rapat awal dulu di meunasah, cuma beberapa orang saja yang mau ngomong. Udah kita kasih kesempatan untuk bertanya tapi hanya berapa orang aja yang berani. Mungkin mereka masih malu atau takut ngomong karena rame orang. Jadi lihat kondisi gitu, saya coba datangi rumah mereka satu-satu atau datang ke tempat pengajian ibu-ibu, ternyata mereka lebih berani ngomong kalau di rumah, mereka mau bercerita, juga tanya-tanya tentang program. Ketika saya tanya kenapa waktu di rapat dulu gak mau ngomong, hampir semua mereka jawab gak berani, malu, takut salah ngomong kan rame orang. Tapi setiap berkunjung ke rumah saya selalu minta ditemani oleh keluarga lain, baik itu anaknya, ibunya atau saudaranya agar tidak ada fitanh. (MD)

5 63 Penjelasan di atas dipertegas oleh Ibu BR berikut ini: Iya dalam rapat pertama kami takut dan malu untuk ngomong karena banyak orang. Tapi ketika PL datang kerumah dan ngomong-ngomong dengan kami, kami lebih berani. Saya berani bercerita dan tanya-tanya masalah program itu. Sehingga saya bisa paham apa itu program PEKKA. (BR) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam tahap penumbuhan ide terlihat bahwa semua perempuan kepala keluarga memiliki akses yang sama untuk menghadiri pertemuan sosialisasi melalui undangan yang disampaikan melalui pengeras suara di meunasah. Pada tahap ini bentuk komunikasi cenderung monolog, karenanya tidak semua perempuan kepala keluarga memberikan feedback terhadap apa yang disampaikan oleh petugas, lebih banyak diam dan mendengarkan. Melihat kondisi demikian, PL mencoba melakukan komunikasi dengan media interpersonal di mana pengirim pesan (PL) bertatap muka (face to face) dengan penerima pesan (perempuan kepala keluarga). Pendekatan ini lebih efektif karena terjadinya persamaan makna antara penyampai pesan dan penerima pesan sehingga muncul kesepahaman. Melalui tatap muka perempuan kepala keluarga lebih berani dan terbuka dalam menyampaikan pendapat. 6.2 Tahap Perencanaan Program Perencanaan program merupakan kegiatan komunikasi partisipatif dalam PEKKA untuk merancang, menentukan dan menyusun kegiatan yang akan dilakukan. Aspek perencanaan melibatkan perempuan kepala keluarga meliputi pembentukan kelompok, lokakarya, perencanaan kegiatan simpan pinjam kelompok dan dana bantuan langsung masyarakat. Pembentukan kelompok bertujuan mengefektifkan dan mengefisienkan kegiatan pemberdayaan perempuan kepala keluarga. Proses pembentukan kelompok dilakukan melalui pertemuan yang difasilitasi oleh PL di meunasah. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, mereka memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Mereka mengaku selalu diundang untuk menghadiri pertemuan-pertemuan yakni pembentukan kelompok, pemilihan pengurus, penentuan visi misi kelompok, dan perencanaan kegiatan kelompok kedepan. Dalam rapat tersebut semua diberikan kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya mengenai siapa pantas dan memiliki kemampuan untuk menjadi ketua, sekretaris dan bendahara kelompok. Semua juga diberi kesempatan dan peluang yang sama untuk menjadi pengurus. Melalui diskusi bersama, mereka memutuskan pengurus adalah orang-orang yang aktif, muda dan memiliki pendidikan lebih tinggi. Karena mereka percaya dengan demikian kelompok akan maju di kemudian hari. Matriks komunikasi pada tahap perencanaan program dapat dilihat pada Tabel 10.

6 64 Tabel 10 Matriks komunikasi partisipatif pada tahap perencanaan program Kegiatan Isi pesan Bentuk komunikasi Partisipan Akses Cara yang berperan berkomunikasi Informasi Semua Dialog PL dan Ibu mengenai maksud perempuan NT, Am, AA dan tujuan kepala yang pembentukan keluarga berpendidikan kelompok, diundang tinggi, muda pemilihan dan hadir serta aktif pengurus dan nama kelompok 1. Pertemuan pembentukan kelompok 2. Lokakarya peningkatan kapasitas 3. Pertemuan perencaan kegiatan simpan pinjam 4. Pertemuan perencanaan usulan dana BLM Membangun visi, misi, mengidentifikasi masalah, posisi, status dan kondisi mereka, potensi yang di miliki, membangun harapan bersama Informasi mengenai besar simpanan pokok, wajib, sukarela, dan tatacara simpan pinjam Informasi mengenai cara mengakses, menyusun proposal dan cara pengembalian dana BLM Semua diundang dan hadir Semua diundang dan hadir Semua diundang dan hadir Monolog dan dialog Dialog Monolog dan dialog Hampir semua kecuali yang berumur lanjut PL dan semua kecuali yang berumur lanjut PL, bendahara dan semua kecuali yang berumur lanjut Berikut pernyataan Ibu BR: Pada rapat pembentukan kelompok kami juga diundang. Dan saat itu kami sudah mulai berani ngomong ya, walaupun masih malu-malu. Tapi PL menyuruh kami untuk berbicara jangan takut katanya. Kita semuanya sama, sama-sama belajar kalau selalu malu dan tidak berani kapan bisa maju. Dari situ kami mulai ngomong dan berani kasih pendapat. (BR)

7 65 Bapak MD juga menyatakan: Pada rapat bentuk kelompok, milih siapa ketua, sekretaris dan bendahara semua disuruh bicara untuk kasih pendapat, pada saat itu sudah mulai ada yang mau ngomong walaupun masih agak malu-malu. Setelah diskusi dan persetujuan bersama terpilih lah Ibu AA sebagai ketua, Ibu AM sebagai sekretaris dan Ibu NT sebagai bendahara. Mereka mengangkat Ibu AA sebagai ketua karena dia seorang yang aktif dan berani di desa, Ibu AM karena dia masih muda paling muda dalam dan pendidikannya yang lumayan tinggi SMA dan Ibu NT sebagai bendahara karena Ibu NT lulusan perguruan tinggi jadi dianggap lebih pintar dalam ngurusin masalah uang dan belum menikah. (MD) Setelah pembentukan kelompok dan terbangun visi dan misinya, kemudian PL juga memfasilatasi untuk membuat kesepakatan bertemu secara rutin yaitu sebulan sekali yang bertempat di meunasah. Informasi pertemuan diumumkan melalui alat pengeras suara dari meunasah agar semua bisa mendengar. Hal ini dinilai lebih efektif karena sebagian besar adalah buta huruf sehingga jika dibuat undangan tertulis merekapun tidak dapat membacanya. Berikut kutipan wawancara dengan Ibu Hmm: Iya kami sepakat buat rapat sebulan sekali, undangannya melalui mikrofon biar semua dengar. Materi yang dibahas akan ditentukan pada rapat bulan sebelumnya. Waktu rapat awal dulu kan kami setuju yang jadi ketua itu Ibu AA karena kami anggap dia aktif dan berani bicara, sekretaris AM karena dia masih muda, belum menikah dan tamatan SMA dan bendahara NT karena dia ada kuliah jadi kami anggap lebih pintar dari kami-kami yang tidak sekolah ini. Iya semua dikasih kesempatan untuk jadi pengurus tapi kami lebih percaya ke mereka, karena dengan mereka jadi pengurus bisa buat kelompok kami jadi maju nantinya. (Hmm) Aktivitas berikunya PL memfasilitasi kelompok untuk mengikuti lokakarya dan pelatihan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Salah satu lokakarya yang wajib diikuti oleh semua kelompok adalah peningkatan kapasitas dengan membangun visi dan misi mereka. Perempuan kepala keluarga difasilitasi untuk mengidentifikasi masalah, memahami posisi, status dan kondisi mereka dalam tataran masyarakat, mengidentifikasi potensi yang dimiliki, lalu bersama membangun harapan dan impian yang ingin diraih. Aktivitas diakhiri dengan membangun kesepakatan bersama dalam kelompok. Proses ini juga memberikan kesempatan pada mereka untuk berfikir secara kritis melihat posisi dan kondisi mereka serta membangun motivasi untuk berkembang. Dalam proses ini mereka merumuskan kondisi dan karakteristik perempuan kepala keluarga sebelum mengikuti program. Hasilnya, perempuan kepala keluarga identik dengan: miskin,

8 66 terkucilkan, terdiskriminasi, tidak diperhitungkan, mengalami trauma, akses terbatas dan korban kekerasan. Melalui program pemberdayaan ini mereka memiliki harapan untuk mengubah kondisi tersebut. Kemudian mereka menyusun visi dan misi bahwa setelah mengikuti program ini mereka harus menjadi perempuan kepala keluarga yang kehudupannya lebih sejahtera, dihormati, setara dengan masyarakat lainnya, sebagai motivator, adanya akses dan sebagai kelompok kontrol sosial yang kuat. Waktu awal-awal setelah bentuk kelompok, semua wajib ikut pelatihan kayak lokakarya untuk peningkatan kapasitas. Disitu kita fasilitasi mereka untuk mengenal dirinya, kehidupannya dalam masyarakat, potensi yang mereka miliki. Setelah itu kita sama-sama bangun harapan untuk berubah dan menjadi lebih baik dengan mengikuti program pemberdayaan ini. Mereka menganggap dirinya miskin, terkucilkan, terdiskriminasi, tidak dihitung, trauma, akses terbatas dan korban kekerasan sebelum mengikuti program. Dan kemudian kita juga rumuskan harapan dan impian ke depannya dimana mereka harus lebih sejahtera, dihormati, setara dengan yang lainnya, jadi motivator, adanya akses dan sebagai kelompok kontrol sosial yang kuat. Dengan adanya harapan demikian, mereka akan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan program. (MD) Selain itu, juga diberi berbagai topik materi yang berkaitan dengan pengembangan diri seperti yang diungkapkan ibu Rh: Iya dulu kita setelah bentuk kelompok, semua wajib ikut pelatihan kalau gak salah untuk peningkatan kapasitas namanya. Di situ kita difasilitasi oleh PL untuk mengenal diri kita sebelum mengikuti program saat itu, kita sama-sama susun. Tersusun lah kalau kami itu miskin, terkucilkan, mengalami trauma, tidak ada akses yang sama, dan lain-lain pokoknya yang gak baik. Kemudian kita merumuskan impian atau harapan setelah mengikuti program ini, kita harus menjadi lebih sejahtera, ada akses, sama kedudukan dengan yang lain. Jadi dengan adanya impian itu kita jadi serius dan bertanggungajawab dalam pelaksanaan program, kalo gak benar-benar kita ikuti berarti impian itu gak tercapai nantinya. Dan Alhamdulillah sekarang sudah ada perubahan ya jadi lebih baik sesuai dengan impian yang kita susun dulu meskipun belum seratus persen. (Rh) Seperti telah diungkapkan sebelumnya, kegiatan pemberdayaan ekonomi yang pertama dilaksanakan adalah kegiatan simpan pinjam. Perencanaan kegiatan simpan pinjam dilakukan melalui musyawarah bersama. Dalam pertemuan tersebut, semua kelompok memiliki akses yang sama untuk hadir dan memiliki kesempatan untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya. Semua diundang dan hadir. Dalam pertemuan ini hampir semua sudah aktif, berani berbicara, memberi pendapat, saran selama rapat berlangsung. Namun, masih ada

9 67 beberapa yang masih pasif terutama yang sudah berusia lanjut, mereka hanya hadir dan mendengarkan. Seperti yang diungkapkan Bapak MD: Iya pada musyawarah untuk kegiatan simpan pinjam, menentukan tata cara simpan pinjam, besar dana simpanan, itu semuanya mereka yang putuskan dalam rapat. Saya hanya memfasilitasi saja. Semua keputusan mereka yang tentukan, karena kegiatan ini kan untuk mereka sendiri, saya paling mengarahkan saja. Tapi di sini udah terlihat semua sudah mulai aktif untuk berpendapat, mereka serius dan melaksanakan rapat dengan bagus, kan mereka udah dapat banyak meteri dan pelatihan sehingga mereka udah lebih berani mengeluarkan pendapat. Tidak ada yang mendominasi, gak ada yang memaksakan pendapatnya, kalau ada yang berbicara yang lain mendengarkan ya. Yang masih banyak diam itu ibu-ibu yang sudah tua ya. Sudah mulai bagus lah. (MD) Menurut hasil wawancara Ibu Sb yang berusia lanjut: Saya lebih banyak diam, dengarkan saja biar mereka yang mudamuda yang berbicara menentukan. Kami yang sudah tua-tua ini ikut saja ama mereka, pasti keputusan mereka baik dan baik juga untuk kami. Kami senang bisa ikut program ini, walaupun kami sering banyak diam ya tapi kami senang bisa gabung sama mereka. (Sb) Sebagian besar informan menyatakan bahwa sudah ada perubahan ketika mengikuti pertemuan membahas tentang rencana kegiatan, mereka menjadi lebih berani dan aktif dalam mengeluarkan pendapat. Keberanian dan kemampuan untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat di depan umum muncul setelah mereka mengikuti beberapa pelatihan, sehingga mereka pun sudah bisa mengemukakan pendapat dengan lebih baik. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu Hmm: Iya ketika rapat mengenai rencana kegiatan simpan pinjam, kami sudah berani untuk bicara ya, gak malu-malu lagi. Kan kami udah banyak dapat pelatihan, materi dari PL jadi pengetahuan kami jadi tambah, kami juga dilatih untuk bisa berbicara di depan orang banyak. Kan program ini untuk kebaikan kami jadi kami harus sungguh-sungguh biar program ini dapat berjalan dengan baik kedepannya. Lagian kegiatan simpan pinjam ini kan bagus, nanti bisa membantu kami dan keluarga jika ada keperluan mendadak kan bisa minjam. (Hmm) Ibu NT mengungkapkan: Penentuan besar simpanan wajib, simpanan pokok, dan sukarela kita bahas bersama dalam rapat, tata caranya juga. Dalam rapat itu semua dikasih kesempatan untuk bicara apa

10 68 keinginannya, apa pendapatnya pokoknya gak ada pemaksaan dari PL atau bendahara. Semua keputusan merupakan kesepakatan bersama. (NT) Kemudian juga dipertegas oleh Ibu BR: Dalam menentukan kegiatan simpan pinjam, besar dana pokok, simpanan wajib dan sukarela kami tentukan bersama, cara-cara peminjaman juga kami yang tentukan, PL hanya memfasilitasi saja gak ada paksaan dari siapapun. Karena itu kan kegiatan kita jadi semua kita yang putuskan, jadi dalam rapat itu semua berhak untuk kasih pendapat, ide. Setelah itu baru kita sama-sama putuskan mana yang terbaik. (BR) Melalui musyawarah tersebut dibicarakan beberapa hal, antara lain adalah besar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela, tata cara peminjaman dan pengembalian, dan aturan-aturan lainnya. Pinjaman dan setoran dilakukan melalui bendahara tiap bulannya. Setiap dapat meminjam sebesar Rp atau tergantung ketersediaan uang kas. Peminjam harus mengembalikan pinjaman dalam jangka waktu yang telah ditentukan, biasanya per bulan, jika tidak maka akan dikenakan denda berupa bunga pinjaman satu persen. Setoran dapat dilakukan setiap saat dengan jumlah yang tidak ditentukan. Setelah kegiatan simpan pinjam kelompok berjalan, tahun 2004 kelompok juga menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari pemerintah sebagai program pemberdayaan ekonomi yang kedua. Semua juga memiliki akses yang sama untuk mendapatkan bantuan dana ini dengan syarat pengajuan proposal usaha. Dalam perencanaannya, setiap diberi kesempatan untuk menentukan jenis usaha dan jumlah dana yang akan diusulkan dalam proposal. Bagi yang buta huruf, penyusunan proposal dibantu oleh PL dan bendahara kelompok. Dalam penyusunan proposal, sering berdiskusi (interpersonal) dengan PL membahas mengenai jenis usaha yang cocok untuk diusulkan. PL bersedia berdiskusi dengan kapan saja tidak hanya dalam pertemuan rutin kelompok. BLM itu diberikan kepada semua kelompok. Setiap diberi kesempatan untuk menentukan sendiri jenis usaha yang akan dijalankan dan besar dana yang diperlukan untuk usaha. Waktu program BLM itu kan harus buat proposal, jadi yang buta huruf kita bantu membuat proposalnya, bendahara juga banyak membantu. Anggota banyak berdiskusi dengan saya jenis usaha yang cocok untuk mereka. Saya sarankan usaha yang sudah sering dijalankan, atau yang sedang dijalankan sehingga bantuan tersebut bisa untuk tambahan modal dan resiko gagal rendah karena mereka udah ada pengalaman, tapi keputusan tetap di tangan mereka. (MD)

11 69 Tata cara mengakses, menyusun proposal dan cara pengembalian dana bantuan tersebut dibahas dalam pertemuan rutin. Penjelasan mengenai program BLM diberikan oleh bendahara kelompok yang sebelumnya telah terlebih dahulu mendapatkan pelatihan administrasi dan manajemen BLM. Setelah bendahara menjelaskan, semua diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi dengan bendahara dan PL. Setelah semua mengerti, setiap mulai menyusun proposal berdasarkan jenis usaha dengan jumlah dana yang dibutuhkan untuk kemudian diusulkan. BLM itu kan syaratnya buat proposal. Jadi saya sebagai bendahara bertanggung jawab menyampaikan bagaimana manajemen BLM itu, karena hanya saya yang mendapatkan pelatihan tentang manajemen BLM jadi saya harus sampaikan ke lain apa yang saya peroleh ketika pelatihan sehingga semua mengerti. Saya juga selalu berkoordinasi dengan PL dan bersedia berdialog dengan lain jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan dan saya juga bersedia membantu membuat proposal ibu-ibu yang buta huruf. (NT) Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ibu Am: Iya kita dikasih dana bantuan yang disebut kalau gak salah BLM. syaratnya buat proposal sesuai jenis usaha dan disitu kita usulkan jumlah dana yang kira-kira sesuai dengan usaha kita. Kita buat proposal banyak belajar dari bendahara karena yang ikut pelatihan BLM kan cuma bendahara kemudian baru dia sampaikan ke kita. Saya juga diskusi dengan PL jenis usaha yang kira-kira cocok dengan saya. Saya disarankan usahatani saja bisa tambah modal karena selama ini saya emang kerja di sawah jadi sudah biasa. Anggota yang lain juga gitu banyak yang diskusi dengan PL atau bendahara. Ada yang usul usaha bertani, jualan kios dan jualan kue. (Am) Sebagian besar kelompok berperan aktif dalam kegiatan perencanaan program BLM ini. Sebagian besar dari mereka mengusulkan usaha yang sudah mereka jalankan sebelumnya yaitu bertani dan berdagang. Selain itu, mereka menganggap sudah berpengalaman di bidang tersebut sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan usaha. Salah satu motivasi mereka mau terlibat aktif dalam perencanaan program ini adalah mereka menganggap program BLM ini bisa menambah modal usaha dan meningkatkan pendapatan mereka. Iya hampir semua kelompok mengusulkan proposal dengan jenis usahanya masing-masing, kebanyakan sih usaha yang sudah dijalankan sekarang kayak saya usahatani ya saya usul untuk usahatani saja, gak berani usaha lain gak ada pengalaman jadi takut gak berhasil. Iya, sangat bagus kan bisa nambah modal ya, kalau berhasil bisa

12 70 nambah pendapatan, jadi semua kita itu sibuk waktu itu untuk buat proposal. (Rh) Namun demikian, ternyata tidak semua ikut dalam kegiatan perencanaan ini. Sebanyak lima orang tidak ikut dan mereka semua telah berusia lanjut. Mereka tidak termotivasi untuk melakukan usaha apapun karena usia yang sudah tua. Seperti yang diungkapkan Ibu Sb: Saya gak ikut buat proposal. Saya kan udah tua udah gak tau mau usaha apalagi, saya udah gak kuat. Saya gak ada pendapatan, sekarang saya tinggal sama anaknya, saya dibiayai anak saya. Jadi kalau buat proposal yang ada beban saya gak tau mau balikin dana gimana gak ada uang. Jadi lebih baik saya gak ikut. (Sb) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam tahap perencanaan program, semua perempuan kepala keluarga memiliki akses yang sama baik dalam rapat pembentukan kelompok, perencanaan kegiatan simpan pinjam maupun kegiatan perencanaan usulan dana BLM. Seluruh informan mengaku diundang dan hadir dalam pertemuan tersebut. Bentuk komunikasi yang berlangsung adalah bersifat monolog dan dialog. Mereka juga sudah mulai terlibat aktif dalam menyampaikan pendapat, keiunginan dan mengajukan pertanyaan. Mereka juga memiliki kebebasan untuk memutuskan jenis usaha yang ingin diusulkan dalam proposal pengajuan dana BLM berdasarkan hasil konsultasi dengan PL. Aktivitas komunikasi antara sesama dan dengan PL sudah lebih terbuka, mereka bisa saling berkomunikasi melalui pertemuan-pertemuan dan tatap muka (interpersonal). 6.3 Tahap Pelaksanaan Program Pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi perempuan kepala keluarga merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dalam PEKKA. Pelaksanaan program bertujuan agar perencanaan yang telah dirumuskan yaitu pertemuan rutin, kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif masing-masing sesuai dengan proposal dapat dijalankan oleh. Matriks komunikasi partisipatif pada tahap pelaksanaan program dapat dilihat pada Tabel 11. Pada tahapan ini semua informan mengaku memiliki akses yang sama dalam setiap kegiatannya. Dalam pertemuan rutin, semua diundang secara informal melalui pengumuman oleh ketua atau bendahara kelompok dengan menggunakan pengeras suara yang ada di meunasah sesuai dengan kesepakatan pada saat perencanaan kegiatan sebelumnya. Pengumuman biasanya dilakukan satu hari lebih awal dari pertemuan supaya dapat mengatur waktu beraktivitas dengan kegiatan rapat. Pertemuan biasanya dilaksanakan setelah waktu zuhur, karena banyak yang memiliki aktivitas di pagi hari.

13 71 Tabel 11 Matriks komunikasi partisipatif pada tahap pelaksanaan program Bentuk komunikasi Partisipan Kegiatan Isi pesan Akses Cara berkomunikasi yang berperan Informasi Semua Monolog dan mengenai dialog hukum, diundang dan politik, tidak semua ekonomi, dan dapat hadir kesehatan perempuan 1. Pertemuan rutin, membahas tentang: a. Materi pengemban gan diri PL, pakar, semua yang hadir kecuali yang berusia lanjut. Yang sering tidak hadir adalah Ibu NC, BR, Hmm b. Laporan kegiatan simpan pinjam kelompok 2. Usaha produktif dan pendampingan usaha Informasi mengenai kegiatan simpan pinjam kelompok Informasi mengenai perkembangan usaha Semua dapat meminjam dan mengembali kan dana Semua dapat memperoleh dana BLM untuk modal usaha produktif Dialog Dialog PL, bendahara dan semua kecuali yang sudah berumur lanjut PL dan semua kecuali yang sudah berumur lanjut Semua informan menyatakan selalu berusaha untuk mengikuti pertemuan meskipun kadang sulit membagi waktu antara pekerjaan dengan jadwal pertemuan. Anggota yang berprofesi sebagai petani lebih mudah membagi waktu antara pekerjaan dengan pertemuan karena tempat kerja (lahan sawah) mereka masih berada di sekitar desa, sedangkan yang berdagang ke luar desa (pasar kecamatan) sedikit sulit dalam membagi waktu sehingga mereka sering telat menghadiri pertemuan. Ini seperti diungkapkan Ibu NC yang sehari-hari berjualan kue di Pasar Kota Beureunun berikut ini:

14 72 Saya selalu berusaha untuk ikut pertemuan rutin ya, saya rencanakan cepat pulang tapi kadang-kadang mau cepat pulang tapi dagangan belum habis, ya jadinya telat lagi. Tapi walaupun terlambat saya tetap datang ke pertemuan itu, yang penting saya ikut. Mau gimana lagi kan, jualan juga penting, pertemuan juga penting. (NC) Hal yang sama juga terjadi pada yang memiliki suami sakitsakitanatau yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak (lebih dari lima orang). Mereka sering tidak dapat mengikuti pertemuan karena tidak dizinkan keluar rumah oleh suaminya atau tidak dapat membagi waktu antara pertemuan dengan mengurus anak. Seperti yang diungkap Ibu BR yang memiliki suami sakitsakitan: Pertemuan bulanan saya selalu berusaha untuk ikut ya. Tapi kan saya jualan di pasar, kadang-kadang udah bisa pulang cepat eh sampe rumah harus ngurus suami ya, kan suami saya sedang sakit jadi saya harus ngurusin dia seperti anak kecil, suapin makan, kasih minum obat. Kadang-kadang juga gak kasih saya pergi, katanya udah pergi dari pagi, sekarang gak usah pergi lagi. Ya jadinya saya gak ikut rapat. Tapi kadang-kadang dia malah suruh saya ikut rapat, biar gak ketinggalan informasi katanya. Ya gitu lah buk. (BR) Ibu Hmm yang memiliki tanggungan lebih dari lima mengungkapkan: Saya agak susah bagi waktu untuk ikut pertemuan, kerja di sawah, ngurus anak yang lumayan rame. Jadi saya sering telat atau gak ikut pertemuan bulanan tapi saya selalu bertanya ke lain mengenai informasi yang disampaikan sehingga saya tidak ketinggalan informasi. (Hmm) Pertemuan rutin adalah aktivitas yang sangat penting bagi, karena pertemuan tersebut merupakan kesempatan mereka untuk saling bertemu, berdiskusi dan berbagi informasi baik dengan sesama maupun dengan PL. Biasanya pertemuan difasilitasi oleh PL, tetapi jika PL berhalangan pertemuan difasilitasi oleh ketua kelompok. Selain membahas materi untuk pengembangan diri, pertemuan tersebut juga diisi dengan laporan keuangan oleh bendahara dan kegiatan penyetoran uang pinjaman baik pinjaman dari kas kelompok maupun dana BLM. Pertemuan rutin kelompok setiap bulan dulu selalu difasilitasi oleh PL, biasanya PL kasih materi kemudian kita diskusi bersama. Kita juga dibiasakan oleh PL untuk berbicara jadi setiap orang itu disuruh menyampaikan keluh kesahnya selama sebulan belakang terutama tentang usahanya, apa ada kendala, masalah. Biasanya juga ada kegiatan setoran uang pinjaman. Tapi sekarang walaupun PL gak hadir kami tetap buat pertemuan. (AA)

15 73 Pertemuan biasanya diawali dengan memberi kesempatan kepada untuk menyampaikan perkembangan usahanya selama sebulan berjalan. Jika ada masalah yang dihadapi akan didiskusikan bersama mencari solusi. Setelah itu, kegiatan diakhiri dengan penyampaian laporan keuangan oleh bendahara dan penyetoran pinjaman jika ada yang ingin menyetor. Kutipan wawancara dengan Ibu FJ selaku PL saat ini: Pertemuan bulanan itu biasanya kita isi dengan diskusi materi, misalnya materi tentang cara simpan pinjam atau materi lainnya yang udah kita sepakati bersama pada rapat bulan lalu, kemudian tiap peserta harus menyampaikan keluh kesahnya mengenai usahanya, kita sama-sama diskusi kalau ada masalah kita cari jalan keluar bersama. Di sini saya kasih kesempatan semua untuk bicara, gak ada yang mendominasi semua saling menghormati. Kita selalu berdialog dan diskusi bersama. Dan pun jadi senang dan mau berbicara menyampaikan pendapatnya. (FJ) Pendapat yang senada juga disampaikan Ibu Rh: Dalam pertemuan rutin itu kita sama-sama belajar dengan PL, kita dikasih kesempatan untuk bicara menyampaikan permasalahan kita masing-masing kalau ada masalah kita diskusi bersama. PL gak pernah memaksakan kita untuk ikut keputusan dia, dia serahkan semua ke kita. Jadi kami senang dengan sikap PL itu, kita diperlakukan sama, cara ngomong dan menyampaikan materi ke kita juga enak, kita bisa langsung tanya dan diskusi kalau gak ngerti. (Rh) Dalam kegiatan pertemuan rutin, semua diberikan kesempatan dan akses yang sama dalam menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan. Setiap juga mendapat perlakuan yang setara dan saling menghormati dalam menyampaikan pendapat. Posisi tempat duduk antara dan PL juga memberikan kontribusi partisipasi aktif peserta dalam menyampaikan pendapat karena tidak ada penghalang sehingga secara fisik mereka tatap muka saling berhadapan. Partisipasi kelompok pada tahap pelaksanaan juga bisa dilihat pada kegiatan simpan pinjam kelompok, pencairan dan penyetoran dana BLM serta pelaksanaan usaha produktif masing-masing. Menurt bendahara kelompok, semua kelompok pernah meminjam dana kepada kas kelompok, kecuali kelompok yang sudah berusia lanjut yang tidak pernah meminjam tetapi mereka tetap menyetor dana simpanan. Pencairan dana BLM juga telah dilakukan oleh semua kelompok, jumlah dana yang diberikan bervariasi ada yang sesuai dengan jumlah yang diusulkan dalam proposal, ada juga yang tidak sesuai. Semua dana BLM digunakan untuk tambahan modal usaha mereka baik di bidang usahatani dan perdagangan.

16 74 Pengangsuran dana pinjaman kas kelompok dan dana BLM relatif lancar. Setiap bisa menyetor kepada bendahara dalam jumlah yang tidak ditentukan setiap saat. Setoran umumnya dilakukan setiap bulan dalam pertemuan rutin, tetapi jika ada yang mau menyetor setiap minggu juga akan dilayani. Jika ada yang memiliki tunggakan, biasanya bendahara berinisiatif membayar terlebih dahulu, namun dengan catatan tersebut akan menggantikannya. Walaupun telah memiliki kesadaran untuk membayar angsuran, setiap bulan sebelum pertemuan rutin, bendahara selalu mengingatkan untuk mempersiapkan dana anggsurannya. Semua udah pernah minjam di kas kelompok, kecuali orang tua yang belum pernah minjam. Kalau BLM udah cair semua, mereka udah pakai uang untuk usaha mereka masing-masing. Ya sekarang tinggal bayar setorannya. Biasanya setor tiap bulan tapi kalau mau tiap minggu juga boleh. Kapan mereka ada uang boleh setor ke saya, ada lima puluh berapa yang ada. Saya selalu ingatkan ke mereka untuk bayar tiap bulan jangan ada yang nunggak, kalau nunggak satu dua orang bisa saya tanggung dulu dan nanti diganti. (NT) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwadalam tahap pelaksanaan program semua kelompok memiliki akses yang sama untuk mengikuti pertemuan, melakukan kegiatan simpan pinjam dan pencairan dana BLM sebagai tambahan modal usaha produktif. Semua diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saran dan ikut serta dalam membuat keputusan bersama. Dalam pelaksanaan program selalu mengkedepankan diskusi dan dialog antara sesama maupun dengan PL jika ada masalah yang dihadapi. Dialog menjadi media atau basis komunikasi dalam pertukaran informasi antara PL dengan penerima manfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahim dalam White (2004) yang menyatakan bahwa esensi dialog adalah pengakuan (recognition) dan penghormatan (respect) untuk pembicaraan lain, suara lain sebagai subjek yang mandiri (autonomos subject), tidak hanya sebagai objek komunikasi. 6.4 Tahap Penilaian Program Penilaian terhadap program merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan antara PL dengan perempuan kepala keluarga, di mana mereka diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menilai kegiatan yang telah dilaksanakan dalam program pemberdayaan ekonomi yaitu kegiatan simpan pinjam dan pinjaman modal usaha. Tabel 12 menyajikan matriks komunikasi partisipatif pada tahap penilaian program.

17 75 Tabel 12 Matriks komunikasi partisipatif pada tahap penilaian program Bentuk komunikasi Partisipan Kegiatan Isi pesan Akses Cara berkomunikasi yang berperan Pertemuan evaluasi Kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif Dialog Informasi mengenai perkembangan kegiatan simpan pinjam, usaha produktif dan hambatanhambatan Semua dapat menilai dan mengetahui laporan keuangan dan perkemabangan usaha PL dan semua kecuali yang sudah berumur lanjut Evaluasi terhadap kegiatan simpan pinjam kelompok, dana BLM dan perkembangan usaha masing-masing dilakukan setiap sebulan sekali dalam pertemuan rutin. Semua informan mengaku memiliki akses yang sama untuk terlibat dalam kegiatan tersebut, dan semua juga diberi kesempatan yang sama menyampaikan dan menilai perkembangan usahanya masing-masing. Sementara itu, bendahara menyampaikan perkembangan pembukuan simpan pinjam sehingga semua bisa menilai dan mengetahui jumlah kas dan jumlah setoran masing-masing. Setiap juga diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, memberi masukan dan saran untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kelompok. Keputusan kelompok diambil melalui musyawarah mufakat. Iya setiap bulan itu kan kami disuruh sampaikan perkembangan usaha kami masing-masing, apa kendala, apa ada perkembangan dan lainnya, sedangkan bendahara menjelaskan ke kami mengenai pembukuan dana simpan pinjam, dana BLM. Jadi kami bisa tau berapa jumlah dana sekarang, siapa yang masih ada pinjaman dan lainnya. Jadi kalau ada masalah akan segera dibicarakan dalam rapat itu dan diselesaikan secara bersama sehingga masalah tidak berlarutlarut. Saya merasa senang ya karena semua kami sangat terbuka sehingga semua masalah dapat kami selesaikan bersama. (BR) Setelah melaksanakan pertemuan dan mendapatkan kesepakatan bersama, selanjutnya bendahara akan menyusun laporan keuangan serta laporan perkembangan usaha untuk disampaikan kepada kantor PEKKA kecamatan. Pengerjaan laporan biasanya dibantu oleh sekretaris kelompok, sementara yang lain tidak terlibat. Semua mempercayakan pembuatan pembukuan dan pelaporan pada kepada bendahara dan sekretaris kelompok.

18 76 Kan setiap bulan saya lapor tu tentang keuangan simpan pinjam kelompok, dana BLM dan lain-lain. Dan sampaikan perkembangan usahanya masing-masing. Setelah itu kita diskusi sama-sama. Kalau ada masalah kita selesaikan sama-sama. Misalnya kalau ada yang menunggak kita sama-sama cari solusi. Kalau ada yang mau menanggung silakan, atau kadang-kadang saya yang tanggung dulu nanti dibayar. Setelah semua setuju, baru saya susun biaya dibantu oleh sekretaris untuk menulisnya. (NT) Ibu Hmm juga mengungkapkan hal senada: Yang buat dan tulis laporan keuangan dan perkembangan usaha kami biasanya bendahara dan sekretaris, saya dan yang lain tidak ikut. Kan saya gak bisa baca tulis, gitu juga yang lain banyak yang gak bisa. Jadi kami percaya ke bendahara dan sekretaris untuk menulisnya, kan yang dilaporkan itu hasil kesepakatan kami dalam rapat. Jadi walaupun kami gak ikut dalam menulis tapi kami tau isinya apa. (Hmm) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua memiliki akses yang sama dalam menilai kegiatan yang telah dilaksankan khususnya kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif. Mereka juga dilibatkan secara langsung dalam memutuskan dan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan simpan pinjam maupun dalam kegiatan usaha. Namun, dalam penyusunan laporan keuangan dan perkembangan usaha hanya dilakukan oleh pengurus kelompok. Isi dan acuan laporan merupakan hasil kesepakatan dan keputusan bersama kelompok. 6.5 Ikhtisar Komunikasi partisipatif berupa akses dan cara berkomunikasi dalam kegiatan Program PEKKA. Terlihat bahwa perempuan kepala keluarga memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam tahap penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta pengambilan keputusan dalam program. Akses dapat dilihat dari bentuk semua perempuan kepala keluarga diundang untuk menghadiri pertemuan baik pada saat penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Pada awal program bentuk komunikasi partisipatif cenderung monolog. Partisispasi cenderung masih pasif karena dipengaruhi budaya patriarkhi dan tingkat pendidikan. Pada tahapan berikutnya, bentuk komunikasi sudah lebih terbuka dan cenderung bersifat dialogis dan atau gabungan monolog dan dialog. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada perempuan kepala keluarga yang berusia lanjut. Bentuk komunikasi mereka tetap bersifat monolog karena mereka mengikuti program hanya untuk berkumpul bersama, mengisi waktu luang dan memperoleh informasi bukan untuk mengubah kondisi kehidupannya selama ini.

19 Proses dialog dengan PL dan antar sesama selalu terlihat dalam setiap pertemuan. Dialog dalam menyelesaikan dan mengatasi masalah dilakukan untuk mencari kesepakatan keputusan bersama kelompok. Melalui dialog tumbuh rasa saling menghargai dan saling memiliki kegiatan sehingga menimbulkan rasa tanggungjawab bersama untuk mencapai tujuan bersama. Keterbukaan dan penyampaian suara dalam rapat merupakan bentuk kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan program. 77

7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA

7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA 79 7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA Penerapan komunikasi partisipatif melalui model dialogis menuntut adanya pengetahuan tentang heteroglassia sosial

Lebih terperinci

Elly Susanti. Staff Pengajar pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda

Elly Susanti. Staff Pengajar pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (Kasus di Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Provinsi Aceh) Elly Susanti Staff Pengajar pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET UCI DI PUSKESMAS BEROHOL, KECAMATAN BAJENIS, KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 A. Pedoman Wawancara dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI Penerapan gaya kepemimpinan seorang lurah mempengaruhi efektivitas organisasi kelurahan. Berikut adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas L A M P I R A N UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS Variabel Dukungan Sosial Wali Kelas (X) No Item Koefisien Validitas Titik Kritis Keterangan 1 0,788 0,300 Valid 2 0,487 0,300 Valid 3 0,629 0,300 Valid

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual 85 Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. Judul: Analisis Peran Keluarga dalam Bisnis Keluarga Ditujukan untuk Owner/Pemilik

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. Judul: Analisis Peran Keluarga dalam Bisnis Keluarga Ditujukan untuk Owner/Pemilik LAMPIRAN 54 LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN Judul: Analisis Peran Keluarga dalam Bisnis Keluarga Ditujukan untuk Owner/Pemilik Dengan Hormat, Saya Fena Mekhasari, NIM 10.30.0190 mahasiswa Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

TINGKAT KEBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (KASUS PADA PROGRAM PEKKA DI DESA DAYAH TANOH KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH)

TINGKAT KEBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (KASUS PADA PROGRAM PEKKA DI DESA DAYAH TANOH KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH) TINGKAT KEBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (KASUS PADA PROGRAM PEKKA DI DESA DAYAH TANOH KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH) Oleh: Elly Susanti ABSTRACT Women empowerment is an effort

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan latar belakang masalah dan analisis yang dilakukan dari hasil interview dan observasi, maka peneliti mengambil garis besar peranan Kaskus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

Judul Tema: Perilaku Asertif

Judul Tema: Perilaku Asertif KELOMPOK Afrita Shima Devi 201410211303261 Sella Egar Tanisa 201410211303269 Alifatul Firda Aulia 201410211303280 Rachmania Tatsa L. 201410211303294 Shyntia Pradianti 201410211303300 PENGANTAR Banyak penyimpangan

Lebih terperinci

LEMBAR KISI-KISI OBSERVASI TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS IV

LEMBAR KISI-KISI OBSERVASI TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS IV 67 Lampiran 1. Panduan Observasi LEMBAR KISI-KISI OBSERVASI TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS IV Jumlah siswa : No Aspek yang di amati 1 Kegiatan belajar mengajar 2 Ketepatan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu perkembangan negara Indonesia. Melalui bidang pendidikan, Indonesia dapat mencetak sumber daya

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Paradigma Penelitian 4.2 Desain Penelitian

4 METODE PENELITIAN 4.1 Paradigma Penelitian 4.2 Desain Penelitian 27 4 METODE PENELITIAN 4.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti

Lebih terperinci

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius ADEGAN 1. RUANG TAMU. SORE HARI. DUA ORANG (L/P) SEDANG BERCAKAP-CAKAP. 001. Orang 1 : Kayaknya akhir-akhir ini aku jarang melihat kamu ke gereja 002. Orang 2 : Jarang..!??

Lebih terperinci

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Evaluasi program pengembangan masyarakat dalam bagian ini berisi tentang gambaran kapasitas kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg yang dapat dilihat pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan tidak akan dapat berjalan tanpa adanya komunikasi.

Lebih terperinci

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT 80 BAB VIII PERANAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT 8.1 Peranan Modal Sosial dalam Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Tiga pilar utama modal sosial, yaitu kepercayaan (trust),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian 1. Subjek S 1Untuk mengetahui kemampuan translasi model representasi dari Real Script menjadi Gambar Statis subjek S 1, maka diberikan

Lebih terperinci

BAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau)

BAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau) BAB II A. PROFIL INFORMAN 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau) WE adalah mahasiswa perempuan asal Riau. WE menempuh pendidikannya di kota Yogyakarta sejak tahun 2013. WE memilih berkuliah

Lebih terperinci

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

JADWAL TENTATIF PENELITIAN Lampiran 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN No. Nama Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pemilihan sampel penelitian 2 Melakukan prolonged engagement 3 Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari segala permasalahanpermasalahan sosial yang terjadi, seperti kemiskinan, kriminalitas, bencana alam, ledakan penduduk,

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Paparan Data a. Pra Tindakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan observasi awal di MI Al-Hidayah 02 Betak Kalidawir

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: 1. Komunikasi Keluarga a. Keluarga Bapak Rubai (48 tahun) Peneliti : Bagaimana

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA 1. Fasilitas dan layanan perpustakaan 2. Pendidikan pemakai a. Bagaimana prosedur pendidikan pemakai disini? b. Siapa peserta? c. Siapa pembicara? d. Kapan dilaksanakan pendidikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL A. Identitas Konseli Nama : E Umur : 16 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Domisili : Yogyakarta B. Deskripsi Masalah yang Dikeluhkan Konseli adalah anak tunggalketiga

Lebih terperinci

Transkip Wawancara. a. VP Manager department HR & GPA

Transkip Wawancara. a. VP Manager department HR & GPA Transkip Wawancara a. VP Manager department HR & GPA P: Selamat Pagi Bapak Budi, terimakasih sebelumnya saya ucapkan karena Bapak telah bersedia untuk melakukan wawancara dengan saya sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

KAJIAN KASUS SISWA SD DAN PENGEMBANGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD. : Kemalasan Dalam Menghapal Dan Kasus Pembulian.

KAJIAN KASUS SISWA SD DAN PENGEMBANGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD. : Kemalasan Dalam Menghapal Dan Kasus Pembulian. KAJIAN KASUS SISWA SD DAN PENGEMBANGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD Nama : Maulida Insani Nim : 1606063 Prodi Mata Kuliah : PGSD : Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu : Arie Rakhmat Riyadi,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta 90 PEDOMAN WAWANCARA Calon Peserta Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Di Kota Medan Tahun 2016 I. Identitas Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN BIODATA DIRI

LAMPIRAN BIODATA DIRI LAMPIRAN BIODATA DIRI A. Identitas Nama : IRNA SYAFITRI Nim : 080904052 Departemen : Ilmu Komunikasi Stambuk 2008 Tempat/Tanggal lahir : Kisaran, 22 Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Golongan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Lampiran 1 Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata No Tujuan A. Menemukan gambaran model pembinaan yang selama ini digunakan untuk B. membina sekolah Adiwiyata, yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara saat penelitian Di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan Daftar pertanyaan wawancara kepada keluarga pasien Data singkat informan Nama : Jenis Kelamin : Tanggal

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HASIL WAWANCARA DENGAN BENDAHARA PERPARKIRAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN (J. LUMBANGAOL) Tanya (T): Jawab (J): Bagaimana cara penetapan target parkir yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Medan? Nanti

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil perolehan data di lapangan yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil berpikir probabilistik siswa dalam menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan dijelaskan mengenai mengenai kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian. Mulai dari perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA 7.1 Gambaran Peserta Posdaya Dalam Posdaya berperanserta responden terdiri dari motivasi merencanakan, motivasi melaksanakan, dan motivasi mengevaluasi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I I. PEDOMAN WAWANCARA PUSTAKAWAN Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data, dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam guna mendapatkan data

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan LAMPIRAN I Verbatim (Bahasa Indonesia) P : Peneliti S : Subjek Subjek JP P : Assalamu alaikum, selamat pagi S : Wa alaikum salam, pagi.. P : Sebelum nya kakak mintaa maaf dik, mungkin mengganggu waktunya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INFORMAN

KARAKTERISTIK INFORMAN KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini

Lebih terperinci

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Saat berjalan, dia sempat melirik suami yang masih tertidur.

Lebih terperinci

APPENDICES. 1. Interview Result. : Nita (29 tahun) : S1 Manajemen StiE AMA Salatiga. : Sekretaris Direktur. Yayasan Percik Salatiga

APPENDICES. 1. Interview Result. : Nita (29 tahun) : S1 Manajemen StiE AMA Salatiga. : Sekretaris Direktur. Yayasan Percik Salatiga APPENDICES 1. Interview Result Nama : Nita (29 tahun) Pendidikan : S1 Manajemen StiE AMA Salatiga Pekerjaan : Sekretaris Direktur Yayasan Percik Salatiga Jl. Patimura KM.1 Salatiga Saya: sudah berapa lama

Lebih terperinci

BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN 40 BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN Proses pelaksanaan program Misykat dinilai berdasarkan tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Ukuran proses pelaksanaan

Lebih terperinci

PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH MASA KEHAMILAN

PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH MASA KEHAMILAN Menikah dan memiliki keluarga merupakan impian setiap manusia dan setiap orang yang menikah pasti mendambakan kehadiran seorang anak yang sehat, cerdas, kreatif, baik dan soleh/sholehah. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

SKALA MOTIVASI BELAJAR SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA. Sebelum Uji Coba

SKALA MOTIVASI BELAJAR SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA. Sebelum Uji Coba LAMPIRAN 113 SKALA MOTIVASI BELAJAR SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA Sebelum Uji Coba PENGANTAR Skala motivasi belajar ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di SMA Al-Muayyad. Skala motivasi

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam 100 PEDOMAN WAWANCARA Nama Suami : Nama Istri : Jumlah Anak : No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Pola Pola 1. Apakah anda selalu Komunikasi Keseimbangan mendiskusikan segala hal yang Orang Tua (terbuka, jujur

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pulau Jawa merupakan tempat yang paling banyak menjadi tujuan para calon mahasiswa di Indonesia untuk menggali ilmu. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Siswi Sebagai Informan Tambahan Nama : Kelas : Pertanyaan 1. Menurut Adik penting tidak rasa percaya diri saat berpidato? Alasannya?

Pedoman Wawancara Siswi Sebagai Informan Tambahan Nama : Kelas : Pertanyaan 1. Menurut Adik penting tidak rasa percaya diri saat berpidato? Alasannya? 1. Apa tugas Adik sebagai pembimbing? 2. Materi-materi apa saja yang Adik berikan saat membimbing kegiatan public 3. Metode seperti apa yang Adik gunakan dalam membimbing kegiatan public 4. Upaya apa yang

Lebih terperinci

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Lampiran 2 VERBATIM Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Diskripsi Data Penelitian Profil sekolah yang digambarkan di bab IV akan menjadi pijakan atau begron dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam dan terstruktur guna mendapatkan

Lebih terperinci

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session MATERI DAN PROSEDUR Pertemuan I : Pre-Session 1. Sesi 1 : Penjelasan tentang program intervensi Tujuan : - Membuat partisipan paham tentang terapi yang akan dilakukan - Memunculkan motivasi pada diri partisipan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN A. Hasil Temuan Penelitian Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

KAPASITAS KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN

KAPASITAS KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN 67 KAPASITAS KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN Kepemimpinan Kepemimpinan di dalam kelembagaan musholla yang dimaksud adalah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pengurus Musholla Khoirus Subban. Gaya

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN. Pmengetahui Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi Menopause.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN. Pmengetahui Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi Menopause. 40 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN Nama : Fitri Mayang Sari NIM : 141121021 Saya adalah mahasiswi S-I Keperawatan Fakultas Keperawatan, yang akan melakukan penelitian dengan

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

dewasa ini merupakan perkembangan yang terjadi sebelumnya. yang dimiliki dan merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.

dewasa ini merupakan perkembangan yang terjadi sebelumnya. yang dimiliki dan merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah pendidikan berbagai bangsa mengajarkan pada kita bahwa pendidikan selalu mengalami perubahan dan pembaharuan. Pendidikan dewasa ini merupakan perkembangan

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Nama Peneliti : Pusparini NIM : 462012064 Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SKALA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

DATA PERCAKAPAN. pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas)

DATA PERCAKAPAN. pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas) Lampiran I DATA PERCAKAPAN 1. Percakapan, dan (konteks peneliti mengajak anak bercerita pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas) : Kau suka pelajaran apa th? : Gelas suka, bola suka. : Apa?

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

APPENDICES. Education : SD Kristen 3 Salatiga ( ) : SMP Kristen 2 Salatiga ( ) : SMA Kristen 1 Salatiga ( )

APPENDICES. Education : SD Kristen 3 Salatiga ( ) : SMP Kristen 2 Salatiga ( ) : SMA Kristen 1 Salatiga ( ) APPENDICES Observation Result Identity Full Name Nick Name Gender : Mardiana Dewi Riskiani : Dewi : Female Date and Place of Birth : Salatiga 7 th Februari 1982 Education : SD Kristen 3 Salatiga (2000-2004)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan gerbang untuk membentuk karakter masyarakat yang dapat bersifat formal maupun non-formal. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Desa Limehe Timur Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo yang proporsi rumah tangga miskinnya

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci