BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Desa Limehe Timur Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo yang proporsi rumah tangga miskinnya (RTM) terbanyak. 56% dari 924 KK di desa ini adalah RTM. Masyarakat desa tradisional di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo bagian utara ini hidupnya sangat tergantung dari sistem pertanian lahan kering. Mata pencaharian penduduknya mayoritas petani dengan pendidikan sangat rendah dan daya beli serta persediaan pangan di tingkat rumah tangga yang sangat terbatas. Masalah gizi mengancam hidup balita dan ibu hamil di desa ini. Secara geografis desa ini terletak pada ketinggian m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 28 C. Desa Limehe Timur yang memiliki 5 dusun. Sebagian besar wilayah desa ini (670 ha atau 78.8%) dimanfaatkan untuk lahan pertanian, 167 ha (hampir 20%) untuk perkebunan rakyat, ha (1.4%) untuk fasilitas umum, dan ha (1.9%) untuk pemukiman warga Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, maka didapatkan data-data sekaitan dengan penelitian ini. Mereka yang menjadi informan adalah ketua unit pengelola kerja Anton Tumaloto, Bendahara SPKP Hartati Ayuba, Anggota SPKP 31

2 Hartin Khalid, Ketua PNPM Alex Hida, dan para anggota perempuan SPKP di Desa Limehe Timur Pengembangan Masyarakat Pada bagian ini, peneliti bertanya kepada ketua UPK dan ketua PNPM tentang apakah setiap kelompok perempuan mendapatkan pemberdayaan berupa kegiatan pembelajaran masyarakat? Berikut ini dipaparkan jawaban mereka. Program SPKP ini memang ditujukan untuk tujuan memberdayakan perempuan di desa-desa termasuk desa Lemehe Timur ini. Maksudnya adalah dengan adanya program simpan pinjam yang dikhususkan untuk para perempuan sehingga dari segi financial mereka dapat membantu perekonomian keluarga. Mengingat, di desa-desa banyak perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Waktu luang mereka banyak dan kami melihat ada potensi bagi mereka untuk memanfaatkan waktu luang dengan menjadi pengusaha kecil atau pengusaha rumahan. Harapan kami semoga itu menjadi kegiatan positif yang bisa memberdayakan para perempuan menjadi lebih baik lagi di lingkungan keluarganya. Bentuk pemberdayaan yang diberikan bukan pelatihan tapi pinjaman sesuai dengan program yang dibentuk yaitu simpan pinjam. Jadi setiap warga perempuan yang memiliki usaha bisa menyimpan dan meminjam uang di SPKP. (AH/KPNPM/ ) Bentuk pemberdayaan yang kami berikan pada setiap kelompok SPKP adalah pemberian pinjaman dana untuk modal usaha bagi perempuan bukan bentuk kegiatan pembelajaran. Tujuannya agar para perempuan bisa membantu suami mereka untuk mendapatkan penghasilan demi kesejahteraan keluarga mereka atau untuk para perempuan yang sudah dewasa tapi belum mendapatkan pekerjaan. (AT/KUPK/ ). Kedua jawaban di atas memberikan penjelasan bahwa bentuk pemberdayaan perempuan yang diberikan adalah bentuk simpan pinjam. kelompok perempuan

3 dibentuk untuk tujuan yang mulia bagi peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peran perempuan. Dengan adanya peran perempuan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga akan semakin mensejahterakan secara ekonomi kehidupan setiap keluarga. Untuk semakin meyakinkan dengan jawaban dari para ketua di atas, maka para anggota SPKP pun diberikan pertanyaan yang sama. Berikut ini hasil wawancaranya. Kami tidak mengerti dengan kata pemberdayaan, yang pasti kami diajak untuk bergabung dengan SPKP di desa. Kami diperbolehkan meminjam uang. Uang yang boleh dipinjamkan pertama kali adalah Rp Jumlah tersebut dapat bertambah ketika pembayaran dan performance selama membayar cicilan lancer sehingga bisa naik sebesar 100% untuk meminjam ulang. (TN/ASPKP/ ) Dari lima orang yang diwawancarai, semuanya menjawab hal yang sama. Mereka tidak paham dengan kata pemberdayaan. Yang mereka pahami adalah bahwa SPKP adalah kegiatan simpan pinjam. Mereka diajak menjadi anggota SPKP sehingga bisa meminjam uang. Ketika ditanyakan apakah ada pelatihan atau pembelajaran dalam usaha memberdayakan perempuan di desa tersebut, maka mereka menjawab sepertidi bawah ini. Kami tidak pernah belajar di kelas atau ikut pelatihan, tapi kami hanya diperbolehkan menyimpan uang seperti di bank atau meminjam uang tanpa ada jaminan atau agunan. Tapi kami cukup senang dengan apa yang diberikan oleh SPKP. Kalo untuk belajar lagi kami malas, karena di rumah saja masih banyak pekerjaan, apalagi jika disuruh berpikir. (YN/ASPKP/ )

4 Berdasarkan jawaban di atas, maka diperoleh data bahwa bentuk pemberdayaan pada perempuan qyang diberikan oleh SPKP di Desa Limehe Timur adalah pemberian pinjaman dana untuk digunakan pada usaha kecil para ibu rumah tangga Bantuan Langsung Masyarakat Pada bagian ini peneliti mempertanyakan apakah setiap kelompok SPKP mendapatkan bantuan langsung pendanaan. Informan yang pertama kali diberikan pertanyaan ini adalah masyarakat yang menjadi anggota SPKP. Berikut ini hasil waancaranya. saya adalah anggota SPKP sudah lama. Pertama saya diwajibkan membayar uang simpanan sebesar seratus ribu rupiah. Katanya, dengan menjadi anggota SPKP dan membayar uang simpanan sebesar sertaus rbu rupiah, maka saya bisa meminjam uang di sana. Bukan cuman saya yang jadi anggota SPKP, banyak tetangga juga yang diajak. Tapi mereka semua tidak boleh laki-laki. Ini khusus untuk perempuan. Pertama kali saya pinjam yaitu satu juta rupiah. Memang kata orang yang ada di SPKP, setiap anggota tidak bole pinjam lebih dari satu juta. Kalau sudah membayar hutang yang satu juta selama satu bulan, baru saya diberikan pinjaman lagi bisa lebih dari satu juta. Katanya sih kalau pembayarannya lancar, baru diberikan lagi pinjaman. Kalau pembayarannya tidak lancara, mereka mau mempertimbangkan lagi. (ST/ASPKP/ ) Senada dengan jawaban di atas, anggota kelompok lainnya pun menjawab dengan nada yang sama. Berikut hasil wawancaranya. Saya pikir PNPM mau memberi uang tanpa harus membayar. Bukan pinjaman. Tapi ternyata harus dikembalikan uangnya. Setiap bulan saya harus bayar seratus dua puluh ribu rupiah selama dua belas bulan. Saya dari dulu punya usaha warung sembako. Walaupun kecil, warung saya alhamdulilah memberikan keuntungan bagi keluarga. Suami saya bawa bentor. Sebenarnya, pinjaman itu bagus juga, tapi kalau bantuan lebih baik daripada pinjaman. (YY/ASPKP/ )

5 Alhamdulilah, setelah saya menjadi anggota SPKP, saya mendapatkan pinjaman pertama sebesar satu juta rupiah. Saya langsung belikan bahanbahan kue dan peralatan. Setiap hari saya jualan kue tradisional. Rumah saya dekat dengan sekolah, sehingga setiap hari kebanyakan anak sekolah yang beli. Walaupun tidak terlalu banyak keuntungan, tapi ketika dikumpulkan dalam satu bulan saya mampu mengembalikan pinjaman ke SPKP dan saya juga dapat keuntungan. Sekarang saya sudah mau setoran cicilan ke sebelas. Insya Allah, katanya saya bisa pinjam dua juta kalau sudah dapat menyelesaikan hutang saya yang pertama. Katanya, saya pembayaran cicilannya bagus dan setiap bulan saya suka ikut rapat SPKP. Rencananya, saya mau membeli etalase yang kecil supaya kue yang dijual tidak kena debu dan kelihatan lebih rapi. (YN/ASPKP/ ) Saya ibu rumah tangga biasa, waktu diajak ke SPKP, saya mau-mau saja. Saya pertama diberikan pinjaman sebesar satu juta rupiah. Itupun saya harus menyimpan uang di SPKP sebesar seratus ribu rupiah. Saya belikan baju-baju untuk dijual lagi. Tapi mereka yang membeli baju kebanyakan maunya kredit bukan cash. Sehingga ada beberapa yang tidak bisa membayar cicilan. Saya terkena imbasnya, saya tidak bisa bayar cicilan ke SPKP. Seratus duapuluh ribu yang harus saya bayar ternyata berat sekali. Hingga saat ini saya belum selesai membayar cicilan ke SPKP. (MM/ASPKP/ ) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat masih ada yang menginginkan bantuan dana tanpa harus mengembalikan. Tapi karena ini adalah lembaga simpan pinjam, maka mustahil rasanya jika diberikan bantuan tanpa pengembalian. Sehingga dapat diketahui bahwa tidak setiap warga masyarakat paham mengenai program ini. Kemampuan mengelola dan merencanakan keuangan setiap anggota SPKP beragam. Mereka yang mampu mengelola dapat merasakan keuntungan dan sebaliknya bagi mereka yang tidak mampu mengelola akan kesulitan untuk

6 mengembalikan pinjaman. Aplagi jika dari awal sudah mengharapkan bahwa bantuan dana ini bukan pinjaman. Untuk menggali informasi lainnya, maka diberikan pertanyaan yang sama kepada ketua SPKP. Berikut ini hasil wawancaranya. Para ibu rumah tangga warga Desa Limehe, kami undang untuk diberikan sosialisasi mengenai program simpan pinjam kelompok perempuan. Mereka diberikan wawasan mengenai keuntungan menjadi anggota kelompok SPKP. Syarat dan ketentuan juga dijelaskan. Saat itu respon mereka sangat baik dan ada yang langsung mendaftarkan diri. Pinjaman yang diberikan pertama kali pada mereka adalah satu juta dengan pengembalian yang harus mereka bayar sebesar satu juta dua ratus dengan dicicil selam sepuluh bulan. Kami berharap dengan program ini dapat meningkatkan ekonomi mereka dalam keluarga disamping membantu suami dalam mencari penghasilan tambahan. (AH/KSPKP/ ) Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh para anggota kelompok SPKP. Bahwa pinjaman yang diberikan pertama kali adalah sebesar satu juta rupiah dan dikembalikan dengan dicicil selama sepuluh bulan sebesar seratus dua puluh ribu rupiah. Jika proses pengembalian lancer, maka akan direkomendasikan untuk meminjam lagi uang sebesar dua juta rupiah. Walaupun respon masyarakat beragam, namun program ini ada yang berhasil dimanfaatkan warga, ada juga yang belum berhasil. Dari hasil wawancara di atas, terlihat masih ada masyarakat yang mengharapkan bukan dana pinjaman yang diterima oleh mereka tapi dana hibah tanpa pengembalian. Padahal program ini adalah simpan pinjam.

7 Ketika diberikan pertanyaan lain yaitu apakah ada pengembangan program untuk meningkatkan keuntungan dari program simpan pinjam tersebut? Berikut ini adalah jawaban-jawaban dari mereka. Kami memberikan pinjaman yanglebih besar dua kali lipat dari pinjaman pertama pada anggota yang melakukan pembayaran yang bagus di pinjaman pertama. Namun, jika pembayarannya kurang lancara dengan alasan yang tidak masuk akal kami belum bisa memberikan tambahan pinjaman. Kami tidak mau mengambil resiko yang tinggi, karena pada dasarnya uang yang mereka pinjam adalah uang para anggota yang dikelola. (AH/KSPKP/ ) Dari para anggota memberikan jawaban sebagai berikut. Pinjaman satu juta sebenarnya tidak cukup untuk warung yang sudah berjalan. Tapi lumayanlah untuk menambah modal. Harapannya sih kami bisa dapat pinjaman di atas lima juta rupiah. Sehingga kami juga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Semoga di lain waktu, SPKP bisa mempertimbangkan usaha saya yang sudah berjalan dengan baik. Sehingga SPKP bisa mempercayai bahwa saya bisa mengembalikan pinjaman setiap bulan walaupun besar. (NN/ASPKP/ ) Saya takut mau pinjam uang besar-besar, takut tidak bisa mengembalikannya. Usaha saya baru dimulai, jadi masih harus banyak belajar. Uang satu juta itu banyak sekali, jadi tanggung jawabnya juga besar. Apalagi kalau dipinjamkan uang yang lebih besar lagi. (YN/ASPKP/ ) Jawaban di atas memberikan informasi bahwa tidak semua anggota mengharapkan pinjaman yang besar tapi berdasarkan kebutuhan mereka yang berbeda-beda setiap orangnya. Peningkatan pinjaman memungkinkan adanya keuntungan yang lebih besar. Namun, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan.

8 Sebaiknya memang untuk memperlancar pengelolaan usaha dilakukan pendampingan sehingga anggota tidak khawatir uangnya tidak bisa memberikan keuntungan dan tidak bisa mengembalikan pinjaman yang sudah mereka gunakan. Oleh karena itu diberikan pertanyaan terakhir mengenai apakah mereka menadapatkan pendampingan dalam pengelolaan dan pengembangan program. Berikut ini adalah jawaban hasil waancaranya. Kami mendapatkan pendampingan dalam mengelola usaha kecil, tapi bagi kami yang masih awal memulai usaha bingung itu sudah pasti. Setelah beberapa bulan baru sedikit mengerti dan akhirnya kalau kami sudah bisa mandiri, mereka akan melepas walaupun masih suka ada komunikasi. (MM/ASPKP/ ) Usaha saya sudah berjalan lama, jadi pendampingan tidak perlu. Mungkin bagi mereka yang baru memulai usaha boleh-boleh saja. (YN/ASPKP/ ) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendampingan merasa sangat diperlukan bagi mereka yang baru memulai usaha. Dan memang sebaiknya harus dilakukan pendampingan untuk menjaga stabilitas usaha kecil Pembahasan Penelitian Pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah pembangunan manusia, memang dalam pembangunan dibutuhkan produksi barang-barang yang menjadi kebutuhan hidup manusia. Manusia membutuhkan makanan yang cukup untuk mengembangkan dirinya, membutuhkan perumahan dan pakaian yang bersih untuk menjaga kesehatannya, dan juga membutuhkan penerangan, transportasi, alat komunikasi yang cukup agar dapat memudahkan hidup mereka. Pembangunan mesti harus meningkatkan produksi barang-barang yang menjadi kebutuhan hidup manusia,

9 tetapi pemenuhan barang-barang yang menjadi kebutuhan tersebut tetap bermuara pada pengembangan manusianya yaitu untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pengembangan masyarakat yang akan melupakan aspek manusianya jelas tidak menguntungkan. Hal ini karena akan menumbuhkan sikap pasif dari masyarakat baik dalam proses, pelaksanaan maupun menerima hasil-hasil pembangunan. Sikap merasa tidak memiliki membuat mereka acuh tak acuh dan enggan terhadap hasil-hasil pembangunan, yang pada gilirannya dapat menurunkan harkat dan martabat manusia/masyarakatnya. Kekurangan modal baik dari SPKP maupun anggota selalu ada masalah. Selanjutnya ada masalah oleh karena tingkat SDM atau pengetahuan anggota yang minim. Ini merupakan alasan seharusnya SPKP melaksanakan program DIKLAT bagi para anggotanya. Pada kasus adanya kredit yang macet dari anggota, menjadi agenda pembahasan setiap bulan melalui rapat anggota. Laporan ini memberikan pengetahuan terhadap kejelekan kelompok SPKP menggambarkan masalah yang menonjol pada saat penelitian. Yang paling utama termasuk kehadiran, pembayaran setelah pertemuan dan masalah penambahan. Bisa dilihat bahwa kurang 10% kelompok SPKP bisa digambarkan sebagai tidak ada masalah. SPKP memperjuangkan untuk mencapai kelompok yang selalu berkembang. Kalau anggotanya di bawah 30 orang, masih di kategorikan kurang. Kalau kehadiran di

10 bawah 50%, di kategori kurang juga. SPKP ingin menciptakan anggota yang rajin dan berkembang. Akan tetapi di pihak lain, bisa dikatakan bahwa manfaat SPKP luar biasa. Dari pihak pelayanan anggota sudah berhasil, kebutuhan dan keperluan nasabah sudah ketemu dan selalu berkembang. Semua anggota yang diwawancarai senang di koperasi simpan pinjam ini. Selanjutnya, anggota ini menerima banyak ketrampilan. Mereka belajar tentang pengurusan uang dan selalu meningkatkan tingkat pendidikan. Koperasi SPKP berusaha untuk mewujudkan kemandirian. Padahal, sudah ada anggota yang sama sekali tidak pinjam lagi, berarti sudah mandiri. Pada masa depan SPKP ingin anggotanya menjadi lebih sejahtera dan ingin menyediakan pelayanan yang lebih baik. Kalau lembaga simpan pinjam ini terusmenerus maju seperti sekarang, peneliti percaya tujuan tersebut bisa dicapai. Masalah kemiskinan tidak bisa diatasi dengan uang saja. Kalau orang miskin dikasih uang saja, akan cepat habis dan tidak ada artinya lagi dan itu tidak mendidik. Orang miskin atau orang dengan masalah keuangan tidak bisa keluar keadaanya dengan uang saja, harus ada pendampingan dan pembinaan dari atas. Ada persepsi bahwa orang miskin mempunyai masalah berkaitan dengan uang, tetapi ini kesalahpahaman, kalau mereka dibina dan didampingi mereka bisa berhasil dan berkembang. Orang miskin perlu pendidikan, motivasi dan semangat kemampuan. Mereka perlu diberdayakan sehingga mereka bisa menghidupi dirinya sendiri.

11 Selanjutnya, semua ini harus berasal dari dalam dan kemauan atau keinginan masingmasing. Kalau ada, akhirnya terwujud kemandirian. Peneliti percaya bahwa pembinaan dan pendampingan tersebut bisa disediakan oleh simpan pinjam. Koperasi simpan pinjam bukan hanya memberi uang kepada orang, tetapi pada waktu yang sama mendidik dan memberdayakan anggotanya. Bisa dilihat di lembaga simpan pinjam SPKP ada suasana keluarga, bergotong-royong dan tolong-menolong. Selanjutnya, STR atau sistem tanggung renteng ikut proses pembinaan ini. Anggota di lembaga simpan pinjam tersebut diajar tentang bertanggung jawab, pengurusan uang dan bergotong-royong. Mereka diberikan semangat harapan dan kepercayaan, sehingga mereka bisa berkembang dan maju. lembaga simpan pinjam memperjuangkan hal tersebut dan sangat berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat masing-masing. Uang pasti penting, tetapi yang ingin disampaikan melalui laporan ini adalah kepentingan pembinaan yang jauh lebih tinggi. Tanpa pimbinaan tidak bisa berkembang, dan lembaga simpan pinjam di Limehe Timur sekarang memperjuangkan untuk mencapai pembinaan dan perkembangan menuju kemandirian.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Implementasi pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari strategi untuk mencapai cita-cita nasional dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, makmur

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA UNTUK JAMINAN HUTANG PIHAK KETIGA YANG DILAKUKAN OLEH KOPERASI SERBA USAHA DUA TIGA

BAB III PRAKTIK PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA UNTUK JAMINAN HUTANG PIHAK KETIGA YANG DILAKUKAN OLEH KOPERASI SERBA USAHA DUA TIGA BAB III PRAKTIK PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA UNTUK JAMINAN HUTANG PIHAK KETIGA YANG DILAKUKAN OLEH KOPERASI SERBA USAHA DUA TIGA A. Pelaksanaan Simpan Pinjam yang Dilakukan oleh Pihak Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

SATRIA LATAMA NIM Pembimbing I Dr. Abdul Hamid Isa, M.Pd. Pembimbing II Dr. H. Rusdin Djibu, M.Pd. ABSTRAK

SATRIA LATAMA NIM Pembimbing I Dr. Abdul Hamid Isa, M.Pd. Pembimbing II Dr. H. Rusdin Djibu, M.Pd. ABSTRAK 1 PERANAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM SPKP DI DESA LIMEHE TIMUR KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO SATRIA LATAMA NIM. 121408099 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP 6.1 Tingkat Keberhasilam Kegiatan SPP Pada penelitian ini, tingkat keberhasilan Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari pembangunan sosial, pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia. Ketiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. dapat ditarik simpulan. Simpulan dari kajian teori dan observasi yang telah

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. dapat ditarik simpulan. Simpulan dari kajian teori dan observasi yang telah 97 BAB V PENUTUP A. Simpulan Kajian teori dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, selanjutnya dapat ditarik simpulan. Simpulan dari kajian teori dan observasi yang telah dilakukan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Moahudu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tabongo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Moahudu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tabongo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Lokasi Penelitian Desa Moahudu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo yang terdiri dari 9 desa. Jarak tempuh ke kota kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KOTA PASURUAN PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR, TBK., PT. BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Usaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG DANA PENGUATAN MODAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

MENGADILI: 1. Menyatakan Terdakwa HERDIYANTI ANGGRAINY, A.Md. tidak terbukti melakukan tindak pidana dalam Dakwaan Kesatu Primair;

MENGADILI: 1. Menyatakan Terdakwa HERDIYANTI ANGGRAINY, A.Md. tidak terbukti melakukan tindak pidana dalam Dakwaan Kesatu Primair; MENGADILI: Menerima permintaan banding dari Penuntut Umum; Menguatkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Gorontalo Nomor 24/PID.SUS.TPK/2014/PN.Gtlo tanggal 3 Maret 2015 yang

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM?

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM? Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : 8 Juni-17 Juni 2009 Lokasi : Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo A. Ringkasan Hasil Sangat Sementara Kedua kelurahan ini merupakan sasaran dari program P2KP tahun

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN KEPADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG KONTRIBUSI KELOMPOK UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAN MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS TENTANG KONTRIBUSI KELOMPOK UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAN MASYARAKAT BAB IV ANALISIS TENTANG KONTRIBUSI KELOMPOK UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAN MASYARAKAT A. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia yang tergolong miskin. Bagi mereka mencari kredit mandiri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia yang tergolong miskin. Bagi mereka mencari kredit mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk memulai sebuah usaha, banyak orang sering merasa kebingungan karena tidak memiliki modal. Apalagi untuk masyarakat Indonesia yang tergolong miskin. Bagi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL PERANAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT GENERASI SEHAT DAN CERDAS (PNPM-GSC) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN DI DESA ILOMATA KECAMATAN ATINGGOLA KABUPATEN

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 65/Pid/2013/PT.Bdg.

P U T U S A N. Nomor : 65/Pid/2013/PT.Bdg. P U T U S A N Nomor : 65/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia. Selain itu, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terpenuhinya gizi balita merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa depan, namun pada pencapaiannya masih dihadapkan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MPd) adalah mekanisme progam yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik Kabupaten Madiun merupakan daerah lumbung padi Jawa Timur bagian barat, dengan luas areal tanam sebesar 63.620 Ha yang menghasilkan produksi beras sebesar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH MAHDALENA SAMAN NIM. 121 410 017 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA 6.1 Karakteristik Responden Responden untuk penelitian ini berjumlah 90 responden yang terdiri dari 30 orang yang bergerak di sektor perdagangan, 30 orang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU ANGGARAN DASAR DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG PROVIINSII SULAWESII SELATAN MUKADIMAH Aset hasil hasil kegiatan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tabel Rencana Penyelesaian Skripsi

Lampiran 1 Tabel Rencana Penyelesaian Skripsi Lampiran 1 Tabel Rencana Penyelesaian Skripsi No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 I Proposal dan Kolokium 1. Penyusunan Draft Proposal, konsultasi, dan revisi 2. Observasi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan yang pesat menjadikan iklim persaingan dalam dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan pelayanan yang

Lebih terperinci

MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR : KEP.32/MEN/1985 TENTANG HAK, BANTUAN DAN KEWAJIBAN TRANSMIGRAN

MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR : KEP.32/MEN/1985 TENTANG HAK, BANTUAN DAN KEWAJIBAN TRANSMIGRAN MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.32/MEN/1985 TENTANG HAK, BANTUAN DAN KEWAJIBAN TRANSMIGRAN MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi sehingga cara pemecahannya diperlukan suatu strategi komprehensif, terpadu, dan terarah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan 1. Kondisi Geografis Desa Sedayulawas memiliki luas

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL BERUPA UANG PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SE-KABUPATEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

MEMINJAMKAN UANG KEPADA ORANG LAIN

MEMINJAMKAN UANG KEPADA ORANG LAIN MEMINJAMKAN UANG KEPADA ORANG LAIN Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tablid NOVA N. 713/XIV Bu Brt sedang kebingungan. Baru tadi siang ia mendapat telepn dari saudaranya. Ada apa gerangan? Sederhana saja:

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dengan menggunakan empat variabel yaitu margin, jangka waktu pinjaman, stabilitas penjualan, dan komitmen

Lebih terperinci

LAPORAN. KEGIATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT (BBGRM) Ke XIV TEMA

LAPORAN. KEGIATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT (BBGRM) Ke XIV TEMA LAPORAN KEGIATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT (BBGRM) Ke XIV TEMA DENGAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT, KITA TINGKATKAN PERAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN MENUJU MASYARAKAT MANDIRI DAN SEJAHTERA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 85/KMK.017/2000 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 85/KMK.017/2000 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 85/KMK.017/2000 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 65/KMK.017/2000 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak atau sepenuhnya

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL KE DALAM MODAL PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJM 2015 2019 sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat, interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka informasi yang dihasilkan akan lebih baik. Disamping itu dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. maka informasi yang dihasilkan akan lebih baik. Disamping itu dengan sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini sistem informasi akuntansi yang efektif dan efisien merupakan suatu hal yang penting dimana sistem informasi akuntansi yang baik maka

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi 40 41 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi letak dan luas geografis kota Surabaya, keadaan demografis,. Lalu dipaparkan juga hasil penelitian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PRAKTIK ARISAN SEPEDA MOTOR DI ARISAN SEPEDA MOTOR GOTONG ROYONG DESA KEBOAN SIKEP KECAMATAN GEDANGAN

BAB III GAMBARAN UMUM PRAKTIK ARISAN SEPEDA MOTOR DI ARISAN SEPEDA MOTOR GOTONG ROYONG DESA KEBOAN SIKEP KECAMATAN GEDANGAN BAB III GAMBARAN UMUM PRAKTIK ARISAN SEPEDA MOTOR DI ARISAN SEPEDA MOTOR GOTONG ROYONG DESA KEBOAN SIKEP KECAMATAN GEDANGAN A. Gambaran Umum Lokasi Dan Obyek Penelitian 1. Letak Geografis Desa Keboan Sikep

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM SURYA SEMBADA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015

BUPATI LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015 BUPATI LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L No. 9, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. BPSU. e-warong KUBE PKH. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN PENGEMBANGAN SARANA USAHA MELALUI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE 77 STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE Alat yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah analisis Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan kelima

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1. Deskripsi Kabupaten Bima IV.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya

Lebih terperinci