BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK"

Transkripsi

1 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya telah terjadi sejak tahun 1980-an sampai dengan sekarang. Terdapat banyak perubahan karakteristik mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6: Tabel 6. Perubahan Karakteristik Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak berdasarkan Periodisasi Waktu Periode Periode Periode Didominasi oleh mobilitas Mulai banyak penduduk Didominasi oleh penduduk perempuan yang perempuan yang belum penduduk perempuan telah berstatus menikah menikah terlibat dalam yang belum menikah mobilitas penduduk Didominasi oleh Didominasi oleh Tingkat pendidikan perempuan dengan tingkat penduduk perempuan pelaku mobilitas mulai pendidikan rendah dengan tingkat meningkat (banyak pendidikan rendah yang lulusan SMA) (tamatan SD) sampai dengan sedang (tamatan SMP). Tujuan Mobilitas: hampir Tujuan Mobilitas: seluruhnya bekerja dan hampir seluruhnya mengikuti suami bekerja dan mengikuti suami Tujuan mobilitas lebih bervariatif, tidak hanya bekerja atau mengkuti suami, tetapi banyak juga perempuan yang melakukan mobilitas dengan tujuan sekolah/kuliah. Dari tahun ke tahun, karakteristik mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak memang berbeda. Pada tahun 1980-an, terdapat perpindahan penduduk jenis transmigrasi di desa ini. Sebanyak 50 KK diberangkatkan ke Muara Bungo,

2 49 Jambi. Penduduk perempuan yang terlibat dalam transmigrasi hanya sebatas migran pasif yang mengikuti keluarga atau suaminya pergi. Pada tahun 1989, untuk pertama kalinya terdapat perempuan Desa Karacak yang melakukan mobilitas penduduk ke Arab Saudi sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Perempuan ini menjadi pelopor dalam kepergian mobilitas penduduk ke luar negeri di Desa Karacak. Saat kepergiannya, ia berstatus menikah, namun ia pergi secara mandiri tanpa ditemani suami ataupun anaknya. Alasan kepergiannya adalah karena desakan ekonomi. Dalam periode ini, kepergian penduduk perempuan ke luar desa masih didominasi oleh penduduk perempuan yang telah menikah, sehingga kepergiannya lebih banyak karena mengikuti suami, walaupun saat di daerah tujuan, beberapa penduduk perempuan bekerja. Tingkat pendidikan pelaku mobilitas yang masih rendah pada periode ini, menjadikan mereka hanya mendapatkan pekerjaan di sektor informal dan tidak mendapatkan penghasilan yang sebanding dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan. Pada periode 1990-an, perempuan pelaku mobilitas penduduk mulai banyak yang berstatus belum menikah. Mereka pergi dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman dari bekerja di luar desa. Namun sayangnya, tingkat pendidikan mereka yang masih belum memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan, menjadikan mereka kembali menempati sektor-sektor pekerjaan informal dengan tingkat pendapatan yang minim. Suatu keadaan yang tidak lebih baik dari kehidupannya di desa ini, menjadikan mereka banyak yang melakukan mobilitas kembali ke desa. Pada periode ini, tepatnya pada tahun 1997, penduduk perempuan Desa Karacak yang pergi ke Arab Saudi pada tahun 1989 kembali ke

3 50 desa, namun kondisi ekonominya tidak banyak berubah, bahkan rumah tangganya pun hancur saat ia pergi ke luar negeri. Hal ini menunjukkan kepeloporan yang buruk di mata masyarakat, sehingga banyak di antara mereka yang tidak ingin melakukan mobilitas penduduk saat ia telah menikah, terlebih harus pergi meninggalkan keluarga ke luar negeri. Pada tahun 2000-an, karakteristik mobilitas penduduk perempuan ke luar desa juga mengalami perubahan. Pada periode ini mobilitas penduduk perempuan tidak hanya bertujuan untuk bekerja atau mengikuti suami, bahkan ada pula perempuan yang melakukan mobilitas penduduk ke luar desa untuk sekolah atau kuliah. Kepergian penduduk perempuan ke luar desa untuk keperluan kuliah, pertama kali dipelopori oleh keluarga Bapak Sayuti dan keluarga Bapak Ikin yang menyekolahkan anak perempuan mereka ke universitas di Bogor. Adapun alasan yang melatarbelakangi Pak Ikin untuk memberikan izin bagi anak perempuannya kuliah di luar desa adalah: kalau bagi saya mah, anak saya harus lebih baik dari saya, karena kehidupan yang akan mereka jalani ke depan juga pasti lebih berat dari saya.. (Ikin, 53 tahun) Perubahan lain yang terjadi dalam mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak pada periode ini adalah meningkatnya tigkat pendidikan para perempuan pelaku mobilitas. Pekerjaan-pekerjaan yang mereka dapatkan pun lebih baik dari para perempuan migran pendahulu mereka, seperti pengungkapan salah seorang informan:..dari dulu juga perempuan ada yang bekerja ke luar desa, tapi bedanya sekarang mah kebanyakan lulusan SMA, jadi rada meningkat Teh level kerjaannya teh, kalau dulu mah cuma jadi pembantu, sekarang mah ada yang kerja di kantor.. (Mar atul, 26 tahun).

4 Pengalaman Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Latar Belakang Mobilitas Penduduk Perempuan Apabila bersandar pada definisi mobilitas penduduk menurut Lee (1984) yang mendefinisikan migrasi atau mobilitas penduduk sebagai semua macam perpindahan akibat perubahan tempat tinggal baik yang bersifat permanen maupun semi permanen tanpa dibatasi jarak tempat pindah baik dipaksa ataupun kemauan sendiri, maka seluruh responden memiliki pengalaman dalam melakukan mobilitas penduduk. Ketika definisi tersebut dipersempit mengenai batasan jarak yang ditempuh, yaitu melewati batas desa, maka hanya sebanyak 28 orang (93,33 persen) responden saja yang dikatakan memiliki pengalaman dalam melakukan mobilitas penduduk, sedangkan sisanya yaitu 2 orang (6,67 persen) responden tetap berdiam diri di desa mereka tanpa pernah melakukan mobilitas penduduk sedikitpun. Pada penelitian ini, mobilitas penduduk perempuan didefinisikan sebagai suatu perpindahan tempat tinggal baik sementara maupun permanen yang dilakukan oleh perempuan minimal melewati batas desa dengan batasan waktu minimal 6 bulan meninggalkan desanya, dengan tujuan sekolah, bekerja, ataupun mengikuti suami/keluarganya. Definisi inilah yang menjadikan responden terbagi menjadi tiga golongan, yaitu stayer, return migrant, dan pendatang. Ketiga jenis responden ini memiliki pengalaman mobilitas penduduk (tanpa batasan waktu) yang berbeda-beda, ketiganya juga memiliki latar belakang dan motivasi yang berbeda dalam melakukan kegiatan tersebut. Berikut adalah latar belakang dari masing-masing kategori responden yang didapatkan di lapangan:

5 52 1) Stayer Penduduk perempuan stayer merupakan penduduk perempuan desa yang semasa hidupnya belum pernah melakukan mobilitas penduduk yang sesuai dengan batasan dalam penelitian ini, kepergian mereka ke luar desa hanya berjangka waktu pendek, tidak ada perubahan tempat tinggal yang biasa, dan hanya sebatas untuk keperluan sosial atau rumah tangga. Sebanyak 80 persen di antara mereka memilki pengalaman bepergian melewati batas desa walau dalam jangka waktu yang pendek. Daerah tujuan mereka dalam melakukan mobilitas penduduk jangka pendek ini adalah Leuwiliang, Ciawi, Kota Bogor dan Jakarta. Alasan mereka melakukan mobilitas penduduk jangka pendek tersebut adalah berbelanja, mengikuti pengajian, rekreasi, bekerja dan mengunjungi sanak keluarga dengan proporsi yang digambarkan dalam Gambar 5. 12% 13% Berbelanja 25% Mengikuti Pengajian 25% 25% Rekreasi Bekerja Mengunjungi famili Gambar 5. Alasan Stayer Melakukan Mobilitas Penduduk Jangka Pendek di Desa Karacak Tahun 2010

6 53 Jika ditinjau dari alasan-alasan yang melatarbelakangi kepergian para stayer ini, maka mayoritas hal-hal yang mendorong mereka dalam melakukan mobilitas penduduk bukanlah tergolong dalam motivasi ekonomi, melainkan lebih kepada motivasi sosial. Adapun responden yang melakukan mobilitas penduduk dengan motivasi ekonomi bekerja di Leuwiliang, sehingga ia dapat pulang setiap hari. Selain jangka waktunya yang pendek, kepergian para stayer ini juga hanya menjangkau daerah-daerah yang berjarak pendek, seperti Pasar Leuwiliang. Hal ini membuat para stayer tidak memiliki pengalaman mobilitas penduduk dengan jarak yang jauh. 2) Return Migrant Penduduk perempuan yang digolongkan sebagai return migrant merupakan mereka yang semasa hidupnya pernah melakukan mobilitas penduduk yang sesuai dengan batasan dalam penelitian ini. Dengan demikian, mereka memiliki pengalaman mobilitas penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan stayer. Return migrant yang kini tentu sudah kembali ke desa pada awalnya merupakan para pelaku mobilitas penduduk yang kebanyakan memburu daerahdaerah perkotaan dengan didorong oleh motif-motif tertentu. Motif ekonomi adalah salah satu motif yang banyak mendorong para perempuan untuk melakukan mobilitas penduduk ke kota. Menurut teori kebutuhan dan tekanan (need and stress), keputusan seseorang melakukan mobilitas penduduk terkait erat dengan masalah kebutuhan yaitu kebutuhan ekonomi, sosial, dan psikologi. Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka seseorang dapat menjadi tertekan atau stress. Begitupun ketika

7 54 kebutuhan ekonomi tidak dapat terpenuhi di desa, maka beberapa penduduk perempuan melakukan mobilitas penduduk ke luar desa (kota) guna mencari kehidupan yang lebih layak dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka. Selain motif ekonomi, ada pula responden yang mengaku melakukan mobilitas penduduk karena permasalahan keluarga dan karena pernikahan dengan orang luar desa. Alasan-alasan return migrant meninggalkan Desa Karacak dapat dilihat pada Gambar 6. 10% 10% 10% 70% Bekerja Permasalahan keluarga Program pemerintah (transmigrasi) Pernikahan dengan orang luar desa Gambar 6. Alasan Return Migrant Meninggalkan Desa Karacak Tahun Berdasarkan Gambar 6 jelas terlihat bahwa sebagian besar para penduduk perempuan yang tergolong return migrant sempat pergi meninggalkan desa dengan tujuan untuk bekerja. Menurut pengakuan mereka, kepergian mereka ke kota karena di desa sangat sulit sekali mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Sektor-sektor pekerjaan yang tersedia di desa hanya sebatas sektor pertanian dan perkebunan. Sektor-sektor ini kurang diminati oleh para penduduk perempuan, khususnya penduduk perempuan yang masih tergolong usia produktif

8 55 muda (di bawah 35 tahun). Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk perempuan Desa Karacak:..Ah, males ka sawah na ge da teu tiasa naon-naon. (Tuti, 25 tahun) (Ah, malas ke sawah juga, kan saya ga bisa apa-apa).ari nu ka sawah mah biasana nu tos sarepuh wae, Neng.. (Kartini, 48 tahun) (Yang ke sawah biasanya orang-orang tua saja, Neng) Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu alasan penduduk perempuan tidak menyukai pekerjaan di sektor pertanian dan perkebunan karena ketidakmampuan mereka dalam melakukan pekerjaanpekerjaan di bidang tersebut. Padahal, hampir seluruh tanah di kampung tempat penelitian ini masih dimiliki dan dikuasai oleh penduduk sekitar, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang petani perempuan:..di dieu mah ari tanah teh milik urang dieu sadaya.. (Icah, 43 tahun) (Di sini sih tanah milik orang sini semua) Ketidakmampuan penduduk perempuan usia produktif muda dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan di bidang pertanian dan perkebunan ini disebabkan oleh tidak diturunkannya kebiasaan bertani oleh para orang tua yang berprofesi petani kepada anak mereka, seperti yang disampaikan oleh salah seorang petani perempuan di desa tersebut yang menceritakan mengenai anaknya yang bernama Nia (32 tahun):..komo si Nia mah tacan pernah pisan ka sawah, diajak ge da sok alimeun, jadi wae teu tiasa nandur-nandur acan. (Runasih, 63 tahun) (Apalagi si Nia, belum pernah ke sawah, diajak juga tidak mau, jadi sekarang nandur saja dia tidak bisa) Hal inilah yang menjadikan para perempuan muda di Desa Karacak enggan menekuni pekerjaan di bidang pertanian dan perkebunan. Mereka jauh lebih

9 56 meminati pekerjaan-pekerjaan di sektor industri karena menurut mereka jauh lebih menjanjikan dalam segi pendapatan. Oleh karena itu mereka pergi meninggalkan desa untuk menuju ke kota. Bahkan ada satu responden yang pergi sampai ke luar negeri karena desakan ekonomi keluarga. Namun sayangnya, kepergian mereka ke kota banyak yang harus kembali ke desa karena perubahan status pernikahan mereka dan permasalahan keluarga yang menimpa selama ia berada di luar desa. Selain untuk bekerja, ada pula perempuan yang pergi meninggalkan desa karena ikut keluarganya bertransmigrasi. Pada tahun 1980-an Desa Karacak merupakan salah satu desa yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan transmigrasi. Pada saat itu ada lima puluh kepala keluarga yang diberangkatkan menuju Jambi, yaitu daerah Muara Bungo yang merupakan daerah pasang surut. Jaminan hidup selama transmigrasi yang dijanjikan pemerintah adalah salah satu alasan yang memperkuat para penduduk untuk mengikuti program tersebut pada saat itu. Kesulitan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan alam serta kebiasaan di sana membuat mereka memutuskan untuk kembali ke desa. 3) Pendatang Penduduk perempuan yang digolongkan sebagai pendatang adalah mereka yang berasal dari daerah lain (minimal berbeda desa) dan kini bertempat tinggal di Desa Karacak. Para perempuan pendatang yang kini tinggal di desa ini berasal dari berbagai daerah, diantaranya adalah: Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Sebelum mereka datang ke Desa Karacak, mereka memiliki pengalaman mobilitas penduduk yang berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka, awalnya adalah para migran sirkuler yang bekerja di Jakarta, hingga terikat pernikahan dengan

10 57 lelaki asal Desa Karacak yang akhirnya membawa mereka untuk bermigrasi ke desa tersebut. Begitu juga penduduk pendatang asal Jakarta, mereka datang ke desa ini karena dibawa oleh suami mereka yang berasal dari daerah ini yang awalnya merupakan migran sirkuler di kota tersebut. Bukan hanya pernikahan yang membawa para penduduk pendatang ini untuk tinggal di Desa Karacak, namun ada juga penduduk yang kini menetap di Desa Karacak karena tugas sebagai guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ada pula karena diajak oleh kakaknya yang telah lebih dulu pindah. Berikut adalah proporsinya: 20% 10% 70% Pernikahan Tugas bekerja Ajakan Saudara Gambar 7. Alasan Pendatang Bermigrasi ke Desa Karacak Tahun Cukup banyaknya penduduk perempuan pendatang yang datang ke desa ini karena pernikahan mengindikasikan cukup banyaknya laki-laki Desa Karacak yang pergi ke luar desa di masa lampau. Rendahnya bekal pendidikan dan keterampilan yang dimiliki para migran ini membuat mereka hanya mendapatkan pekerjaan-pekerjaan di bidang informal yang bergaji minim, sehingga membuat mereka tergusur di kota besar dan memutuskan untuk kembali ke desa dengan membawa istri mereka. Bahkan, salah satu responden yang bernama Jannah (30 tahun), membawa serta seluruh keluarganya di Jakarta untuk pindah ke Desa Karacak bersamanya, sehingga ia sudah benar-benar tidak ada niatan untuk ke

11 58 Jakarta, karena keluarganya kini sudah berkumpul di Desa Karacak, padahal sang suami masih melakukan mobilitas sirkuler ke Jakarta Proses Mobilitas Penduduk Perempuan Proses mobilitas penduduk perempuan dari wilayah asal ke wilayah tujuan yang dialami oleh para penduduk perempuan Desa Karacak dapat berjalan karena adanya faktor-faktor pelancar berupa ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, kebijakan pemerintah, dan kehadiran agen tenaga kerja. Selain itu, proses mobilitas penduduk perempuan juga dapat terlaksana karena adanya faktor pendukung berupa dukungan dari keluarga dan kerabat. Faktor pelancar berupa ketersediaan sarana dan prasarana transportasi telah mempermudah para penduduk perempuan yang hendak melakukan mobilitas penduduk guna menjangkau daerah-daerah tujuan mereka yang kebanyakan adalah menuju ibu kota yaitu Jakarta. Adapun kebijakan pemerintah mengenai program transmigrasi juga memperlancar terjadinya mobilitas penduduk terutama untuk para penduduk yang berniat melakukan transmigrasi. Kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah Desa Karacak dalam menjalankan program ini telah mampu meyakinkan masyarakat akan jaminan hidup yang lebih baik di daerah tujuan transmigrasi kelak. Walau pada akhirnya, kebanyakan warga tidak bertahan dan kembali ke desa tersebut. Faktor pelancar berikutnya adalah kehadiran agen tenaga kerja yang memudahkan akses warga dalam mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Hal ini seperti yang dialami oleh salah seorang responden yang bernama Hj. Maryam (57 tahun). Ia pernah melakukan mobilitas penduduk guna bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Arab Saudi pada tahun 1989, dan sempat tinggal di sana sampai delapan tahun lamanya atas bantuan agen

12 59 tenaga kerja. Agen tersebut memudahkan ia, baik dalam keberangkatan, selama di sana, dan saat ia pulang kembali ke tanah air. Hal yang tidak kalah penting andilnya dalam mendukung terjadinya mobilitas penduduk perempuan adalah dukungan dari keluarga dan kerabat. Dukungan tersebut berupa pemberian ijin bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Dengan pemberian ijin ini, tak jarang keluarga yang memberikan modal bagi para calon migran untuk pergi ke luar desa. Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, mayoritas perempuan yang diberikan ijin untuk bekerja di luar rumah ini berstatus belum menikah. Ketika perempuan sudah berstatus menikah, maka tanggung jawab untuk bekerja berada di pihak suami. Oleh karena itu, pernikahan tak jarang membuat para perempuan ini berhenti bekerja dan kembali ke desa Arah dan Pola Mobilitas Penduduk Perempuan Mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak, terutama yang pernah dialami oleh para return migrant, cenderung mengarah ke daerah yang menjanjikan kesempatan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan di desa yaitu perkotaan dan bahkan luar negeri. Motif ekonomi yang mendorong mereka untuk pergi, mengarahkan kepergian mereka ke pusat-pusat perkotaan yang kaya akan sektor industri dan jasa pembantu rumah tangga. Kepergian penduduk perempuan yang bersifat mandiri atau bukan karena mengikuti keluarga cenderung memilih perkotaan yang berjarak tidak terlalu jauh dari desa, sehingga memungkinkan mereka untuk pulang sewaktu-waktu. Daerah tersebut adalah wilayah Jabodetabek. Adapun kepergian perempuan yang didasari karena faktor mengikuti keluarganya, cenderung berani untuk pergi dengan jarak yang lebih jauh, seperti ke daerah Sumatera. Selain itu, kepergian para migran

13 60 juga cenderung mengarah ke daerah-daerah yang sebelumnya pernah mereka datangi. Petimbangan lainnya adalah ada tidaknya teman atau kerabat yang berada di daerah tersebut yang dapat membantu mereka selama mereka berada di daerah tujuan, terutama saat mereka belum mendapatkan pekerjaan. Kepergian para penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa bukanlah merupakan suatu pola mobilitas penduduk yang bersifat permanen. Bagi para stayer, kepergian mereka bahkan tidak bisa dikatakan komutasi. Mereka pergi hanya sewaktu-waktu, dan pulang ke desa dalam waktu yang singkat pula. Daerah tujuan mereka pun dekat, yaitu Pasar Leuwiliang. Bagi para return migrant, kepergian mereka cenderung bersifat sirkulasi. Tidak ada niatan dalam hati mereka untuk pindah tempat tinggal secara sepenuhnya ke kota, walaupun ada pula salah seorang responden yang sempat pindah tempat tinggal ke luar desa karena mengikuti tempat pekerjaan suaminya. Kebanyakan dari mereka acap kali pulang ke desa dalam momen-momen tertentu. Adapun para pendatang, kedatangan mereka ke desa ini bersifat permanen. Mayoritas para pendatang ini awalnya adalah para migran yang bertemu jodoh dengan lelaki asal Desa Karacak saat mereka bekerja di Jakarta dahulu. Kini mereka menjadi penduduk Desa Karacak dan banyak di antara mereka yang sudah tidak berniat lagi kembali ke daerah asalnya. Tingkat mobilitas mereka pun kini cenderung lebih rendah dibanding saat mereka masih bekerja dulu. Daerah tujuan mobilitas mereka pun kini hanya sebatas di desa, kecamatan, dan sewaktu-waktu ke daerah asal mereka.

14 Ikhtisar BAB VII Desa Karacak memiliki sejarah mobilitas penduduk perempuan ke luar desa yang berbeda karakteristiknya dalam setiap periode. Periode 1980-an, mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak didominasi oleh penduduk perempuan yang telah menikah, tujuan mobilitasnya mayoritas adalah bekerja, dan tingkat pendidikan pelaku mobilitas masih rendah. Periode 1990-an, mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak mulai banyak dilakukan oleh penduduk perempuan yang belum menikah, tujuan mobilitas masih sama dengan periode sebelumnya, namun tingkat pendidikan mulai meningkat. Pada periode 2000-an, mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa didominasi oleh penduduk perempuan yang belum menikah, tujuan mobilitasnya mulai banyak yang sekolah, dan tingkat pendidikan mereka pun lebih tinggi. Berdasarkan fenomena mobilitas penduduk yang ada pada setiap periodenya, maka pada zaman sekarang, mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa adalah suatu hal yang sangat lumrah dan tidak ada larangan sedikitpun secara budaya. Penduduk perempuan Desa Karacak memiliki pengalaman mobillitas penduduk yang berbeda-beda di masa lampau. Berbagai motif melatarbelakangi kepergian para penduduk perempuan ke luar desa, dimana salah satu motif yang paling menonjol adalah motif ekonomi. Motif ini terutama dirasakan oleh para penduduk perempuan yang tergolong return migrant. Kehadiran para penduduk perempuan pendatang di Desa Karacak yang terbawa karena pernikahan dengan pemuda Desa Karacak selama sama-sama bekerja di perkotaan atau saat bertemu di daerah asal sang perempuan menunjukkan cukup tingginya tingkat mobilitas penduduk laki-laki di desa ini. Artinya, desa ini sebenarnya terdiri dari penduduk

15 62 yang memiliki pengalaman mobilitas yang cukup tinggi, terutama penduduk lakilakinya. Arah mobilitas penduduk desa ini adalah menuju daerah perkotaan yang menjanjikan kesempatan kerja di sektor industri dan jasa pembantu rumah tangga. Adapun sifat kepergiannya cenderung non permanen, yaitu sirkulasi.

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA 41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil analisa serta pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa perpindahan rumah di dalam kota atau disebut

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB III DATA HASIL PENELITIAN DI DESA ARJOWILANGUN KECAMATAN KALIPARE KABUPATEN MALANG

BAB III DATA HASIL PENELITIAN DI DESA ARJOWILANGUN KECAMATAN KALIPARE KABUPATEN MALANG BAB III DATA HASIL PENELITIAN DI DESA ARJOWILANGUN KECAMATAN KALIPARE KABUPATEN MALANG A. Gambaran Umum Desa Arjowilangun 1. Letak Geografis Desa Arjowilangun merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kemang yang di survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR

BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR 38 BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR 5.1 Faktor Pendorong Migrasi Faktor pendorong migrasi adalah faktor dari daerah asal yang menjadi pertimbangan responden untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Permasalahan terbesar yang dihadapi setiap manusia salah satunya adalah mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

PROSES MIGRASI ORANG MADURA 29 PROSES MIGRASI ORANG MADURA Migrasi Berantai Migran Madura Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. menjadi pemicu berbagai masalah, baik masalah dibidang ekonomi maupun

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. menjadi pemicu berbagai masalah, baik masalah dibidang ekonomi maupun BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN Jumlah penduduk yang besar merupakan modal dasar pembangunan akan menjadi kenyataan apabila pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, selain itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah negara Indonesia yang terdiri dari ± 18000 pulau besar dan kecil.diantara pulau-pulau tersebut ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.pada

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Profil Desa 1) Demografi Desa Caruban mempunyai jumlah penduduk 4.927 Jiwa. Tabel 4.1 Statistik penduduk

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk kependudukan semester 2 2012 pokok bahasan Konsep dasar Migrasi dan pergerakan: jenis mobilitas penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk determinan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. perempuan single parent terhadap anak. Sebelumnya penulis menguraikan terlebih

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. perempuan single parent terhadap anak. Sebelumnya penulis menguraikan terlebih BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan membahas temuan hasil penelitian tentang peran perempuan single parent terhadap anak. Sebelumnya penulis menguraikan terlebih dahulu gambaran umum tingkat

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) X : Selamat siang pak N : Iya, siang X : Saya ingin bertanya-tanya tentang perkawinan semarga pak, kenapa perkawinan semarga itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO A. Lingkungan Keluarga BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO Dokter Soedarso adalah seorang Pejuang kemerdekaan di Kalimantan Barat pada masa penjajahan Kolonial Belanda. Dokter Soedarso sebenarnya bukan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

tapi Tidak Bagi Warga

tapi Tidak Bagi Warga Ketika Relokasi ke Rusun Menjadi Solusi Bagi Pemerintah, Kamis, 28 April 2016 09:39 tapi Tidak Bagi Warga http://jambi.tribunnews.com/2016/04/28/ketika-relokasi-ke-rusun-menjadi-solusi-bagi-pemerintah-tapi-tidak-bagi-warga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL)

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Konsep antar kerja antar lokal dalam analisis ketenagakerjaan ini merujuk pada mereka yang bekerja di lain kabupaten/kota dengan persyaratan waktu pulang pergi ditempuh dalam

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih Manusia dan Cinta Kasih Cinta kasih Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN. Desa Paku merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Simpang Empat

BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN. Desa Paku merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Simpang Empat BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Paku merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar dengan Pambakal Hj. Masnoryani (2014-2020). Dahulunya

Lebih terperinci

STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014

STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014 No. 1/0/32/Th. XVII, 15 Januari 2015 STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014 A. Penjelasan Umum Salah satu bentuk mobilitas nonpermanen yang mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 1, Januari 2015 Halaman 1-12 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN

Lebih terperinci

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sulitnya memperoleh lapangan kerja saat ini menimbulkan berbagai dampak mulai dari pengangguran, kemiskinan, hilangnya rasa percaya diri, dan stres. Bahkan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion. VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION 6. Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, alamat,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan

Lebih terperinci

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA (STUDI KASUS DI PT SS JAKARTA) Oleh : AGUS WIDODO A.14202326 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Ufik Taufik (ochenkgrabes@yahoo.co.id) H. Nandang Hendriawan (nandang.hendriawan@yahoo.com) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci