VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG"

Transkripsi

1 VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi anggota dan pengurus kelompok; (2) partisipasi anggota dan pengurus kelompok; (3) kepemimpinan ketua kelompok; (4) tujuan kelompok. Faktor ekstern yakni: (1) kemampuan pendamping kelompok; (2) dukungan dana dan sarana Kegiatan; (3) pandangan masyarakat tentang kelompok; (4) pandangan keluarga tentang kelompok Faktor Intern Motivasi Anggota dan Pengurus Kelompok Motivasi dalam anggota pengurus kelompok disini dapat dilihat dari tujuan anggota dan pengurus kelompok ikut atau bergabung dengan kelompok. Tujuan tersebut antara lain: (1) karena ikut ikutan dan ingin tahu; (2) karena ada arisan dalam kelompok dan; (3) karena ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kelompok. Dari ketiga tujuan tersebut dalam kelompok mantan TKW sebagian besar bertujuan karena ikut ikutan dan ingin tahu. Selanjutnya karena ada arisan kelompok. Dan hanya sebagian kecil yang mempunyai alasan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam kelompok. Kondisi seperti diungkapkan diatas akan mempengaruhi kegiatan sebuah kelompok. Karena masih sedikit anggota atau pengurus yang mempunyai tujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang pada akhirnya mempengaruhi kegiatan kelompok. Dari anggota pengurus kelompok yang berjumlah 21 orang, anggota dan pengurus kelompok yang bertujuan ikut ikutan dan ingin tahu sebanyak 13 orang atau 61,91%, ingin, karena ada arisan kelompok sebanyak 3 orang atau 14,29% dan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sebanyak 5 orang atau 23,80%. Anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori ikut-ikutan dan ingin tahu posisinya sangat mungkin untuk tidak aktif dalam kegiatan kelompok. Misalnya apabila ada kegiatan kelompok yang bertepatan dengan kepentingan atau urusan pribadi mereka tidak akan hadir, padahal sebagai anggota apalagi pengurus mereka mempunyai tanggung jawab. Hal ini karena keanggotaan

2 39 maupun lebih bersifat hiburan atau sekedar mengisi waktu luang. Untuk alasan adanya arisan kelompok masih dapat membantu kehidupan kelompok atau kegiatan kelompok karena memang pintu masuk kelompok ini adalah melalui kegiatan yang bernuansa ekonomi, pengetahuan dan ketrampilan. Berkaitan dengan hal motivasi sebagaimana disampaikan oleh salah seorang pengurus Nh : Apabila ada kegiatan kelompok yang sudah dijadualkan sebelumnya, namun saat itu ada urusan pribadi atau keluarga yang harus saya kerjakan maka saya akan memilih untuk tidak hadir dalam kegiatan kelompok. Kan kita dalam kelompok ini bersifat sukarela ya pak, jadi walaupun tidak hadir dalam kegiatan tersebut tidak akan ada masalah. [ Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat motivasi anggota pengurus dalam mengikuti kegiatan kelompok ini masih kurang. Kondisi ini disebabkan pula oleh karena keanggotaan dan kepengurusan mereka dalam kelompok bersifat sukarela. Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh anggota kelompok yang juga pengurus kelompok berkaitan dengan motivasi anggota kelompok yang masih kurang berdampak pada kehadiran anggota dalam setiap pertemuan kelompok. Hal ini diungkapkan oleh Rh. Motivasi anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok masih kurang. kehadiran anggota dalam kegiatan kelompok mengalami pasang surut, maksudnya kehadiran anggota kadang banyak, kadang sedikit dengan berbagai sebab dan alasan diantaranya kesibukan rumah tangga atau hal lainnya. menurut saya hal ini sangat disayangkan karena mereka akan ketinggalan informasi dan pengetahuan yang dibahas dalam setiap pertemuan kelompok. Walaupun nantinya akan diinformasikan juga kepada mereka, tapi tetap saja tidak sama dengan yang hadir dalam kegiatan tersebut. Yang jelas keberadaan kelompok ini cukup dirasakan manfaatnya oleh anggota kelompok Dari pernyataan tersebut dijelaskan dalam kegiatan kelompok diketahui bahwa terjadi turun naik dalam kehadiran anggota artinya kadang anggota yang hadir dalam setiap kegiatan banyak kadang sedikit namun hal tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan kegiatan rutin kelompok. Kondisi ini menunjukan motivasi anggota kelompok masih kurang dalam kelompok. Mereka yang hadir dalam kegiatan kelompok merasa anggota yang tidak hadir akan ketinggalan dalam beberapa hal terutama informasi, pengetahuan dan ketrampilan. Karena dalam pertemuan kelompok dilakukan pengorganisasian masyarakat melalui

3 40 diskusi kelompok. Kegiatan ini penting dalam rangka penguatan kapasitas individu maupun kelompok Partisipasi Anggota dan Pengurus dalam Kegiatan Kelompok Keberhasilan sebuah kegiatan dalam kelompok masyarakat tergantung pada partisipasi aktif masyarakat itu sendiri. Partisipasi sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan. Oleh karena itu pembangunan yang partisipatif (Participatory Development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Secara spesifik dapat dikatakan bahwa partisipasi sosial masyarakat adalah berupa keterlibatan aktif warga masyarakat, baik secara perseorangan, kelompok atau dalam kesatuan masyarakat, dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan sosial dan pembangunan masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosialnya. Secara konseptual partisipasi sosial merupakan alat dan tujuan pembangunan masyarakat. Sebagai alat dan sarana pembangunan masyarakat partispasi berfungsi penggerak dan pengarah proses perubahan sosial berencana, demokratisasi kehidupan sosial ekonomi dan politik yang berasaskan pemerataan dan keadilan sosial, pemerataan pelaksanaan serta hasil pembangunan, pemupukan harga diri dan kepercayaan kepada kemampuan masyarakat itu sendiriserta pemupukan rasa kesadaran dan solidaritas sosial. Sebagai tujuan, partisipasi sosial merupakan perwujudan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Partisipasi sosial masyarakat ditekankan pada kebersamaan dan saling memberikan sumbangan akan kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu sendiri. Partisipasi tidak lain adalah hasil dari konsensus sosial warga masyarakat akan arah perubahan sosial yang mereka harapkan. Ada lima aspek yang terkait dengan tipe tipe partisipasi sosial, yaitu dari tingkatan yang paling rendah hingga ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu: (1) keanggotaan seseorang dalam organisasi/kelompok/kegiatan sosial; (2) frekuensi dan intensitas kehadiran seseorang dalam berbagai pertemuan masyarakat; (3) frekuensi dan intensitas seseorang dalam memberikan

4 41 sumbangan dana dan keuangan, bagi kepentingan masyarakat bersama; (4) keanggotaan seseorang dalam kepanitiaan yang dibentuk dalam masyarakat; (5) posisi kepemimpinan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Partisipasi sosial anggota pengurus kelompok dalam kegiatan kelompok masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan anggota pengurus kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok baik dalam pertemuan kelompok, maupun dalam aktivitas diskusi kelompok yang dilaksanakan oleh kelompok. Padahal mereka mempunyai banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Hanya tinggal kemauan, kemampuan dan luangnya waktu yang ada pada individu masing masing. Namun menurut pendapat dari beberapa anggota kelompok menyatakan bahwa yang membuat mereka kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelompok adalah kadang kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok jauh dari tempat tinggal mereka, adanya rasa kurang mampu berbicara di depan umum karena biasanya ada dalam setiap pertemuan acara diskusi yang melatih anggota untuk agar bisa bicara dan mengemukakan pendapatnya. Pembawa acara atau yang menjadi MC pun bergilir, sehingga ada anggota yang merasa malu dan kurang percaya diri atau ada urusan mendadak seperti keluarga atau pekerjaan sebagai ibu rumah tangga Kepemimpinan Ketua Kelompok Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama untuk mencapai tujuan organisasi maupun kelompok. Pada umumnya kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu proses, bukan orang. Proses dalam kepemimpinan ada tiga faktor yaitu pemimpin yang berkaitan dengan perilaku atau gaya seorang pemimpin, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Pengikut, yakni orang dipimpin atau anggota daam sebuah kelompok atau organisasi. Dan faktor situasi, yang berkaitan dengan suasana, peran fungsi dan tugas dalam sebuah kelompok. Interaksi dari ketiga faktor tersebut menghasilkan prestasi dan kepuasan.

5 42 Dalam konteks kelompok mantan TKW Kepemimpinan disini membahas kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok secara demoktratis atau otoriter. Jadi kepemimpinan disini adalah upaya yang dilakukan dalam memimpin kelompok agar berjalan dengan baik. Dalam kelompok kepemimpinan seorang pemimpin sangatlah penting. Oleh karena kepemimpinan dalam hal ini seorang ketua kelompok dalam memimpin sebuah kelompokyang secara langsung atau tidak mempengaruhi kinerja dan keberlanjutan sebuah kelompok. Kemampuan memimpin banyak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya pendidikan, pengalaman, dan wawasan dalam berorganisasi. Kepemimpinan yang diterapkan dalam ketua kelompok mantan TKW adalah tipe demokratis, artinya anggota atau pengurus diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya tentang apa saja berkaitan dengan kelompok. Baik kegiatan maupun yang berhubungan pengembangan kelompok. Kelompok mantan tenaga kerja wanita luar negeri ini pun mengalami sebagaimana kelompok atau organisasi lainnya. Menjadi ketua kelompok atau menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok merupakan pengalaman pertama bagi ketua kelompok mantan TKW saat ini. Jadi dia merasa masih merasa harus banyak belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Menurut Rk dia ditunjuk oleh anggota kelompok untuk memimpin kelompok karena dianggap mampu memimpin. Padahal menurutnya, dia hanya berpendidikan sekolah dasar. Namun karena mendapat kepercayaan dan dukungan dari anggota lainnya maka dia pun bersedia untuk mengemban tugas tersebut. Jadi ketua saat ini bisa dikatakan masih belajar menjadi pemimpin dalam kelompok. Hal ini menyebabkan anggota pengurus menjadi kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua atau kelompok. Karena ketua dimata anggota pengurus kelompok terlihat masih kurang tegas dan terlalu banyak memberikan toleransi kepada anggota pengurus, sehingga anggota dan pengurus kelompok terkesan merasa apa yang telah mereka lakukan bukan suatu masalah. Berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang anggota pengurus Bu Mm : Kepemimpinan yang dilaksanakan oleh ketua kelompok ini sudah baik pak. Beliau melaksanakan tugas dan perannya sangat sabar dalam membimbing dan mengajak anggota pengurus kelompok untuk terus aktif dalam mengikuti setiap kegiatan kelompok. Nantinya mengharapkan

6 43 kegiatan kelompok ini akan berdampak pada anggota itu sendiri dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka untuk memecahkan masalah masalah yang dalam kehidupan sehari hari khususnya bagi mantan tenaga kerja wanita secara pribadi dan keluarganya. Ketua kelompok sudah baik dan selalu menerima pendapat yang dianggap berguna bagi kelompok namun belum tegas kepada anggota pengurus yang lalai atau tidak melaksanakan tugas serta tanggung jawab yang telah dibebankan kepada mereka Tujuan Kelompok Tujuan kelompok merupakan hal yang pokok yang merupakan salah satu alasan orang untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Apabila tujuan kelompok sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat merubah kondisi dirinya saat ini misalnya, maka dengan segala upaya orang tersebut akan masuk atau bergabung dan bekerja secara maksimal dalam kelompok. Dalam kajian pada kelompok mantan TKW ini ditemukan bahwa anggota dan pengurus masuk dalam kategori: (1) Tahu tujuan kelompok; (2) Tahu sedikit tujuan kelompok dan; (3) Tidak tahu tujuan kelompok. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan kuisioner yang diajukan kepada anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori tahu tujuan kelompok sebanyak 5 orang atau 23,80%, yang tahu sedikit tujuan kelompok sebanyak 9 orang atau 42,86% dan yang tidak tahu tujuan kelompok sebanyak 7 orang atau 33,34%. Kondisi ini berpengaruh pada partisipasi anggota pengurus dalam kegiatan kelompok. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota pengurus yang tidak tahu tujuan cukup banyak ditambah dengan yang tahu sedikit tujuan kelompok juga cukup banyak Faktor Ekstern Kemampuan Pendamping Kelompok Menjadi seorang pendamping dalam sebuah kelompok dalam program yang berorientasi pemberdayaan tidaklah mudah. Pendamping atau fasilitator dituntut untuk mengetahui filosofi pemberdayaan dan memahami proses melakukan fasilitasi yang benar. Pendamping kelompok atau fasilitator setidaknya empat sifat yang harus dimiliki oleh pendamping kelompok atau fasilitator yakni: (1) problem solving (terampil dalam memecahkan masalah); (2) sense of community (peduli dan punya keberpihakan kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin); (3) sense of mission ( peduli dan punya

7 44 keberpihakan untuk mengikuti misi); (4) honesty with others and with self ( jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain). Kemampuan pendamping kelompok disini adalah berkaitan dengan kemampuan pendamping kelompok yang diberi tugas oleh lembaga pendamping untuk membimbing dan membina kelompok binaan dalam hal ini kelompok mantan TKW yang ada di desa Cibaregbeg. Pendamping kelompok mempunyai kemampuan dalam membina dan mendampingi kelompok dengan baik. Misalnya dalam memberikan arahan saat pertemuan kelompok dan menjadi fasiitator dala kegiatan diskusi kelompok. Selain itu mempunyai jadual dalam monitoring dan pembinaan pada kelompok. Hal ini didukung oleh pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki serta pendidikan yang memadai (sarjana). Selain itu menurut anggota pengurus kelompok, pendamping kelompok cukup aspiratif dalam menanggapi masalah dan kebutuhan kelompok. Kemampuan pendamping kelompok mempengaruhi keberlanjutan kelompok mantan TKW, karena apabila pendamping kelompok tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi motivator, pembimbing dan pembina yang baik dan profesional, maka anggota maupun pengurus kelompok juga akan menjadi kurang bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok Dukungan Dana dan Sarana Kegiatan Dalam melaksanakan kegiatannya yayasan mempunyai sumberdana atau donatur tetap yang tidak disebutkan untuk kelompok. Namun dana untuk kegiatan kelompok bisa dikatakan selalu siap sepanjang hal tersebut penting dan memang untuk pengembangan kelompok. Kelompok juga dibantu oleh lembaga pendamping untuk kegiatan pertemuan kelompok. Misalnya untuk konsumsi dan keperluan kegiatan lainnya seperti alat tulis dan alat peraga. Dana bantuan ini bersifat stimulan dan sementara, karena kedepan kelompok ini diharapkan akan menjadi kelompok yang mempunyai dana sendiri yang berasal dari iuran anggota maupun berupa bantuan dari luar berdasarkan dari pengajuan proposal kegiatan yang dilakukan oleh kelompok melalui upaya kemitraaan dengan penyumbang dana. Bantuan dana bantuan dari lembaga pendamping dimaksudkan untuk membantu kelompok dalam kegiatan anggota kelompok yang dalam tahap

8 45 tertentu akan dikurangi setelah melihat perkembangan dan kemajuan kelompok. Dari segi pendanaan, sudah ada donatur lain yang juga peduli dengan kegiatan kelompok. Dana yang diberikan oleh lembaga pendamping disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta kepentingan kelompok. Karena kegiatan akan dilaksanakan apabila ada arahan dari pendamping kelompok dan bantuan dana untuk operasional kegiatan. Misalnya ada kegiatan antar desa dalam satu kecamatan, atau di kabupaten bahkan di Jakarta pada saat hari buruh dua sampai tiga orang anggota dikirim sebagai perwakilan mewakili kecamatan dan kabupaten Cianjur. Segala keperluan akomodasi dan konsumsi disiapkan oleh pihak lembaga pendamping. Peran dana dalam kegiatan kelompok tentu sangat penting dalam menunjang bagi kelompok. Dalam konteks kelompok mantan TKW dana yang diberikan oleh pihak yayasan mempengaruhi kegiatan kelompok atau kapasitas kelompok. Sebagaimana dapat dilihat dari adanya anggota atau pengurus yang mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan TKW. Mereka dikirim dalam kegiatan baik tingkat kecamatan, kabupaten, maupun ke Jakarta. Artinya dukungan dana dari yayasan sangat memadai dan mendukung kapasitas kelompok. Demikian pula dengan sarana yang dimiliki yayasan PPSW sudah cukup dan memadai. Karena sudah memiliki perangkat komputer, mesin ketik, kertas, atau buku agenda kegiatan, brosur/pamplet maupun buku buku yang berkaitan dengan masalah TKW, khususnya kelompok serta jaringan internet dengan membuka website Yayasan PPSW. Disamping itu petugas lapangan atau pendamping kelompok juga disediakan sarana transportasi berupa kendaraan motor untuk operasional kegiatan lapangan. Pendamping dapat mengunjungi kelompok kapan saja. Hal ini mempengaruhi kelompok mantan TKW, karena mereka merasa diperhatikan, dibimbing dan dibina oleh pendamping kelompok. Berkaitan dengan sarana dan prasarana tersebut diungkapkan oleh Bu Rw : Sarana dan prasarana yang dimiliki dan telah diberikan kepada pendamping kelompok oleh yayasan sudah cukup memadai. Ini sangat menunjang pelaksanaan kegiatan saya dalam memonitor dan membina kelompok dampingan, misalnya adanya kendaraan operasional ke lapangan untuk mengunjugi kelompok dampingan, sehingga kelompok dampingan merasa diperhatikan dan dibina.

9 Pandangan Masyarakat Tentang Kelompok Pandangan masyarakat disini meliputi dukungan masyarakat terhadap kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg. Dukungan masyarakat dilihat dari pandangan mereka terhadap keberadaan dan kegiatan kelompok. Pada kelompok mantan TKW pandangan masyarakat mengenai keberadaan dan kegiatan kelompok masih belum sesuai dengan yang diharapkan, artinya masih menganggap kelompok ini sama dengan kelompok kelompok lain yang dibentuk oleh pemerintah maupun LSM yang setelah dibentuk berjalan sebentar, kemudian bubar dengan sendirinya. Selain itu adanya masyarakat yang menganggap kegiatan kelompok ini hanya membuang waktu saja tidak memberi manfaat kepada anggota masyarakat. Dipihak lain ada yang menganggap bahwa keberadaan kelompok mantan TKW ini merupakan ancaman dan penghambat bagi kepentingan mereka. Jadi ada pihak yang merasa terganggu dengan adanya kelompok ini. Misalnya pihak yang biasa menjadi agensi/calo di tingkat lokal, yang beberapa diantaranya ada indikasi mengeksploitasi para pencari kerja ke luar negeri dan terkesan memanfaatkan kelemahan para calon TKW yang sedang membutuhkan pekerjaan. Mereka khawatir dengan adanya kelompok ini bisnis mereka akan terancam, karena melalui kelompok ini masyarakat akan tahu tentang prosedur dan legal untuk menjadi TKW dan mereka akan mampu menggali potensi yang dimiliki. Secara langsung maupun tidak kondisi ini akan berpengaruh pada kegiatan kelompok. Anggota pengurus kelompok merasa ganjalan dari masyarakat ini akan mempengaruhi kegiatan yang mereka laksanakan. cepat atau lambat apabila tidak diadakan sosialisasi dan informasi oleh anggota pengurus kelompok, akan berdampak pada kapasitas kelompok. Misalnya dikhawatirkan anggota masyarakat yang kurang setuju atau merasa terganggu dengan keberadaan kelompok ini akan membuat issue yang dibuat agar masyarakat lain tidak mendukung kegiatan kelompok. Namun keberadaan dan kegiatan kelompok ini mendapat dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat terutama dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan agama. Hal dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi terarah. Mereka menyampaikan tanggapan mereka terhadap aktivitas kelompok yang bertujuan memberdayakan perempuan di desa Cibaregbeg khususnya para mantan TKW. Mereka mengharapkan kelompok ini dapat

10 47 menjadi pelopor dan memberikan kontribusi pada pembangunan di desa terutama dalam dalam masalah perempuan. Jadi bukan hanya membantu para mantan maupun calon TKW saja Pandangan Keluarga Tentang Kelompok Pandangan keluarga disini adalah mengenai pendapat keluarga terutama anggota maupun pengurus kelompok mantan TKW dalam menyikapi keberadaan dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini terutama suami dan anak - anak, orang tua, dan saudara. Baik yang mendukung atau memberi support maupun yang melarang untuk mengikuti kegiatan kelompok. Karena dalam kegiatannya kelompok mantan TKW bukan hanya di tingkat lokal atau desa Cibaregbeg saja, tapi juga kadang sampai ke desa desa lain. Walaupun dalam kegiatan tersebut terutama untuk yang keluar desa Cibaregbeg tidak semua anggota atau pengurus kelompok yang ikut. Mereka biasanya bergantian terutama yang dianggap mampu dan mempunyai potensi atau kemauan untuk maju dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Hasil lapangan menunjukan sebagian besar anggota atau pengurus kelompok kurang mendapat dukungan dari keluarga terutama suami. Karena mereka menganggap kegiatan ini tidak memberi manfaat khususnya secara ekonomis. Selain itu tugas pokok sebagai ibu rumah tangga jadi terbengkalai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah yang hadir dalam kegiatan atau pertemuan kelompok yang kadang tidak mencapai setengah dari jumlah anggota dan pengurus yang sebenarnya.

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Evaluasi program pengembangan masyarakat dalam bagian ini berisi tentang gambaran kapasitas kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg yang dapat dilihat pada kemampuan

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG 48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1. Metode dan Strategi Kajian Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk masalah tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RIWAYAT PEKERJAAN MANTAN TENAGA KERJA WANITA ======================================

RIWAYAT PEKERJAAN MANTAN TENAGA KERJA WANITA ====================================== 70 Lampiran 1. RIWAYAT PEKERJAAN MANTAN TENAGA KERJA WANITA ====================================== Dalam tulisan ini akan disampaikan hasil wawancara mendalam dengan beberapa mantan TKW yang juga anggota

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan mengenai Peran LK3 Sekar Melati dalam Menangani Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini menggambarkan tentang Studi Komparatif Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas dan Fakultas dalam Konteks Pendidikan Politik. Adapun kesimpulan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur) STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur) AIDIL FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, pada bab ini akan dikemukakan pokok-pokok penting sebagai kesimpulan tentang Pengembangan

Lebih terperinci

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA SAWAHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO,

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur) STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur) AIDIL FITRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak

BAB I PENDAHULUAN. demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek seperti demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak globalisasi, mengharuskan oraganisasi

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN

RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN 80 RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN Latar Belakang Program Musholla sebagai pusat ibadah bagi jamaah musholla selain berfungsi sebagai tempat menjalankan ibadah juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. Sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi/instansi yang merupakan suatu penegasan kembali

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA Pendampingan pemuda dengan memanfaatkan aset yang ada merupakan pendampingan yang bisa merubah pola pikir pemuda. Pola pikir pemuda yang masih seperti anak sekolah dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, 64 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa Talang Bojong serta Tokoh Masyarakat Desa Talang

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT TITIK TOLAK: MPMBS DIPERLUKAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS SEKOLAH DALAM MENGGALI SUMBER DAYA MASYARAKAT TENAGA, PIKIRAN, UANG, SARANA PRASARANA PENDIDIKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN Pada bab ini, peneliti akan menganalisis terhadap upaya kepala sekolah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan. yang menyandang persyaratan tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan. yang menyandang persyaratan tertentu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan langsung dengan tugas penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan perorangan atau secara bersama-sama (beberapa orang) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 34 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi harusnya bersikap netral. Tudingan tidak netral yang dialamatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menampung

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS

RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS Abstrak Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap hak-haknya untuk memperoleh informasi yang sesuai kebutuhan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN

ANALISA KAPASITAS MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN 73 ANALISA KAPASITAS MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN Kapasitas musholla meliputi faktor kepemimpinan, proses perencanaan program, pelaksanaan program, alokasi sumber daya, dan hubungan dengan pihak luar. Kapasitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 4 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT), RUKUN WARGA (RW) DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi masyarakat Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN 40 BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN Proses pelaksanaan program Misykat dinilai berdasarkan tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Ukuran proses pelaksanaan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE 77 STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE Alat yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah analisis Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan kelima

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014 BAB V PENUTUP Bagian ini mengemukakan dua pokok pembahasan yaitu simpulan hasil penelitian, dan saran kepada pihak-pihak terkait. A. Simpulan Mengacu pada hasil evaluasi kurikulum mata kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan penting dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan adanya pendidikan dapat

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PERTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PERTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PERTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN (Studi pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Diajukan Guna

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: 74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA PEMBUKAAN Kegiatan panjat tebing di Indonesia merupakan wujud nyata dari dinamika warga negara Indonesia yang dengan sadar menghimpun dirinya dalam berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala 108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian banyak sumber potensi yang mendukung keberhasilan organisasi, sumber daya manusia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sistem penjaminan mutu internal merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN 88 BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN Perubahan pola pikir dalam masyarakat menjadi suatu trend utama dalam suatu pendampingan. Upaya-upaya yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, rumah tangga yang aktif bekerja di sarana wisata Gua Pindul memiliki pendapatan perkapita antara Rp329.250,- sampai dengan Rp1.443.750,-

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar

LAMPIRAN. Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar LAMPIRAN Lampiran I: Surat Pengantar Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Pengantar Saya yang bernama Indah Kurniati Nurhuda, mahasiswa tingkat akhir departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan modal sosial di Suara Ibu Peduli dan mendeskripsikan

Lebih terperinci