Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar"

Transkripsi

1 Jurnal Penddkan Fska Unverstas Muhammadyah Makassar JPF Volume 4 Nomor 3 76 p - ISSN: e - ISSN: Hubungan Antara Kemampuan Penalaran Formal dan Motvas Belajar Fska Terhadap Hasl Belajar Fska Sswa SMPN 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba Ulfa Laela Rambega Stmk Handayan Makassar, Makassar ulfalaela@rocketmal.com Abstrak - Hubungan Antara Kemampuan Penalaran Formal Dan Motvas Belajar Fska Terhadap Hasl Belajar Fska Sswa Smpn 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba. Peneltan n merupakan peneltan ex-post facto yang bertujuan;(1) Untuk mendapatkan gambaran emprs tentang kemampuan penalaran formal sswa, motvas belajar fska dan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba. () Untuk mengetahu ada tdaknya hubungan yang sgnfkan antara proses pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba. (3) Untuk mengetahu ada tdaknya hubungan yang sgnfkan antara motvas belajar Fska sswa dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba. (4) Untuk mengetahu ada tdaknya hubungan yang sgnfkan antara proses pembelajaran fska dengan motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba dan (5) Untuk mengetahu ada tdaknya hubungan yang sgnfkan antara proses pembelajaran fska dan motvas belajar fska sswa dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba secara bersama-sama.populas dalam peneltan n adalah peserta ddk kelas VIII SMPN 19 Bulukumba yang terdr dar 7 kelas yatu kelas VIII A sampa kelas VIII G Kata Kunc: Kemampuan Penalaran Formal, Motvas Belajar dan Hasl Belajar Abstract - Relatonshp Between The Formal Reasonng Ablty And Motvaton Learnng Physcs Of Physcs Student Learnng Outcomes Junor Hgh School 19 Bulukumba Dstrct Bulukumba. Ths study s an ex-post facto amed at: (1) To obtan an emprcal overvew of formal reasonng ablty of students, learnng motvaton and learnng outcomes physcs physcs class VIII SMPN 19 Bulukumba, Bulukumba dstrct. () To determne whether there s a sgnfcant relatonshp between formal reasonng abltes of students n the learnng process to learnng outcomes physcs physcs class VIII SMPN 19 Bulukumba, Bulukumba dstrct. (3) To determne whether there s a sgnfcant relatonshp between motvaton to learn physcs student learnng outcomes physcs class VIII SMPN 19 Bulukumba, Bulukumba dstrct. (4) To determne whether there s a sgnfcant correlaton between the ablty of formal reasonng n the learnng process of physcs motvaton to learn physcs class VIII SMPN 19 Bulukumba, dstrct Bulukumba and (5) To determne whether there s a sgnfcant correlaton between the ablty of formal reasonng n the learnng process physcs and motvaton to learn physcs student learnng outcomes physcs class VIII SMPN 19 Bulukumba, Bulukumba dstrcts together. The populaton n ths study were students of class VIII SMPN 19 Bulukumba whch conssts of seven classes, namely class class VIIIA sampa VIIIG. Key words :Formal Reasonng Ablty, Motvaton and Learnng Outcomes

2 JPF Volume 4 Nomor 3 77 p - ISSN: e - ISSN: I. PENDAHULUAN Penddkan yang dlaksanakan d Indonesa yang bertujuan untuk menngkatkan kualtas manusa Indonesa. Tujuan tersebut hanya dapat dcapa manakala dtunjang oleh usaha dan kerja keras sedn mungkn. Walaupun hal tersebut telah dupayakan, namun penddkan saat n mash belum sesua dengan apa yang dharapkan. Oleh karena tu wajarlah kalau tmbul gagasan perbakan dan perubahan dar berbaga phak, terutama phak-phak yang menggelut bdang penddkan. Untuk mencapa tujuan penddkan tersebut, lmu fska sebaga salah satu mata pelajaran pada jenjang penddkan formal dpandang memegang peranan yang sangat pentng. Ilmu fska merupakan suatu sarana berpkr logs, berpkr abstrak, generalsas, analtk dan sstmats sehngga tpe belajar apapun yang dgunakan dalam belajar lmu fska selalu berhadapan dengan smbolsmbol dalam struktur fska. Konsep-konsep yang terkandung d balk smbol-smbol n sangat pentng dalam membantu memanpulas aturan-aturan yang beroperas dalam struktur fska. Ausebel (1988: 13) menekankan proses belajar akan terjad bla anak telah memlk kesapan berupa kemampuan untuk menghubungkan konsepkonsep yang akan dpelajar dengan konsep lama. Kemampuan sepert n berhubungan erat dengan kemampuan penalaran formal. Mengngat pentngnya peranan fska d bdang teknolog tad, maka pelajaran fska d SMP perlu mendapatkan perhatan yang sungguh-sungguh, karena apa yang telah mereka dapatkan pada jenjang sebelumnya sangat mempengaruh tngkat keberhaslan belajar pada fase berkutnya, khususnya pada pengaplkasan konsep. Dengan demkan, guru harus mampu mencptakan stuas yang dapat menunjang perkembangan belajar sswa, termasuk dalam menumbuhkan motvas belajar sswa. Semua n tdak terlepas dar penamplan guru dalam proses belajar mengajar. Sehngga guru-guru akan dapat berperan sebaga motvator sswa dalam belajar khususnya dalam belajar fska. Sswa yang memlk motvas kuat, akan mempunya banyak energ untuk melakukan kegatan belajar. Ibaratnya seseorang tu menghadr suatu ceramah, tetap karena a tdak tertark pada mater yang dceramahkan maka tdak akan mencamkan, apalag mencatat s ceramah tersebut. Seseorang tdak memlk motvas, kecual karena paksaan atau sekedar ceremonal. Seorang sswa yang tdak memlk ntelegens cukup tngg, mentak (boleh jad) gagal karena kekurangan motvas. Hasl belajar akan optmal kalau ada motvas yang tepat. Bergayut dengan n maka kegagalan belajar sswa jangan begtu saja mempersalahkan phak sswa, sebab mungkn saja guru tdak berhasl dalam member motvas yang mampu membangktkan semangat dan kegatan sswa

3 JPF Volume 4 Nomor 3 78 p - ISSN: e - ISSN: untuk berbuat/belajar. Jad tugas guru bagamana mendorong para sswa agar pada drnya tumbuh motvas [6]. Faktor penunjang kesuksesan belajar adalah motvas. Ia merupakan pendorong/pember semangat untuk memperoleh kesuksesan. Dengan motvas yang kuat dapat membuat seorang pelajar sanggup bekerja ekstra keras untuk mencapa sesuatu. Olehnya tu motvas belajar sswa bak dar guru dan dar drnya sendr harus dapat dketahu. Berdasarkan hal-hal yang telah dkemukakan dan berkatan dengan kemampuan penalaran sswa dalam proses belajar mengajar fska dan motvas belajar mengajar fska, maka perlu untuk menelt dengan judul Hubungan Antara Kemampuan Penalaran Formal Dan Motvas Belajar Fska Terhadap Hasl Belajar Fska Sswa Smpn 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba. Peneltan n dlakukan untuk menjawab masalah-masalah berkut: a. Seberapa besar kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska, motvas belajar fska dan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba? b. Apakah terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba? c. Apakah terdapat hubungan yang sgnfkan antara motvas belajar fska sswa dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba? Apakah terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses belajar pembelajaran fska dengan motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba? II. LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Dalam kamus umum bahasa Indonesa menyatakan penalaran adalah sebaga hasl pkran atau pertmbangan yang benar, tepat, dan masuk akal (logs). Penalaran merupakan suatu proses mental dalam mengembangkan pkran dar beberapa fakta atau prnsp. Manusa pada hakekatnya merupakan makhluk berpkr, merasa, berskap dan bertndak. Skap dan tndakannya yang bersumber pada pengetahuan yang ddapatkannya untuk kegatan berpkr. Penalaran menghaslkan pengetahuan yang dkatkan dengan kegatan berpkr menyandarkan dr pada penalaran [1]. Sebaga suatu kegatan berpkr, maka penalaran mempunya cr-cr tertentu. Cr yang pertama adalah adanya suatu pola pkr yang secara luas dsebut logka. Dapat dkatakan bahwa d setap bentuk penalaran mempunya logkanya tersendr, atau dapat juga dsmpulkan bahwa kegatan penalaran

4 JPF Volume 4 Nomor 3 79 p - ISSN: e - ISSN: merupakan suatu proses berpkr logs, dmana berpkr logs dsn dartkan sebaga suatu kegatan berpkr menurut suatu pola tertentu. Cr kedua dar penalaran adalah proses berpkr bersfat analtk. Penalaran merupakan suatu kegatan berpkr yang menyandarkan dr kepada suatu analss dan kerangka berpkr yang dgunakan untuk analss tersebut adalah logka atau penalaran yang bersangkutan. Penalaran lmah merupakan kegatan analss yang mempergunakan logka lmah dan demkan pula penalaran lannya. Tanpa adanya pola berpkr tersebut maka tdak akan ada kegatan berpkr berdasarkan langkahlangkah tertentu. B. Motvas Belajar Berbcara motvas tdak terlepas dar kata motf. Secara morfolog, kamus besar bahasa Indonesa memberkan pengertan motf dan motvas sebaga berkut: motf adalah kata benda yang artnya pendorong, sedangkan motvas adalah kata kerja yang artnya mendorong. Untuk lebh jelasnya akan dkemukakan pengertan motf dan motfas yang dkemukakan oleh para ahl.motvas belajar adalah keseluruhan daya penggerak d dalam dr sswa yang menmbulkan kegatan belajar, yang menjamn kelangsungan dar kegatan belajar, dan yang memberkan arah pada kegatan belajar, sehngga tujuan yang dkehendak oleh subjek belajar tu dapat tercapa [7]. Motvas belajar merupakan perlaku belajar yang dlakukan oleh spebelajar. Pada dr spebelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa kengnan, perhatan, kemauan atau cta-cta tu dsebut motvas belajar [3]. Berdasarkan pendapat-pendapat d atas, dapat dambl kesmpulan bahwa motvas belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam dr sswa yang menmbulkan perlaku dalam kegatan belajar berupa kekuatan mental sehngga tujuan yang dkehendak sswa dapat tercapa. C. Hasl belajar Hasl belajar berada dalam kawasan kogntf, afektf, dan pskomotork dengan sepenuhnya menyadar bahwa mungkn sekal ada jens perubahan atau hasl belajar yang sukar untuk dmasukkan secara tegas kepada salah satu dantaranya. [5]. Dengan demkan, hasl belajar adalah kemampuan untuk mencapa ndkator yang telah dsusun sebelumnya setelah kegatan belajar mengajar dlaksanakan. Dengan kata lan, hasl belajar dartkan sebaga nla yang dperoleh setelah mengkut belajar mengajar melalu tes yang berkenaan dengan aspek kogntf melput unsur ngatan, pemahaman, aplkas, dan lan-lan (analss, sntess dan evaluas). Berdasarkan hal d atas, tngkat keberhaslan atau hasl belajar seseorang dalam mengkut mater ajar fska dapat dketahu dengan menggunakan alat ukur, msalnya tes hasl belajar fska. Kemampuan menjawab tes sebaga hasl pengukuran

5 JPF Volume 4 Nomor 3 80 p - ISSN: e - ISSN: (dapat berupa skor atau nla) merupakan salah satu ndkator keberhaslan yang dcapa seseorang dalam usaha belajarnya. D. Hpotess Berdasarkan dar uraan latar belakang, tnjauan pustaka dan kerangka pkr yang dlakukan penuls sebelumnya, maka dapat dtark suatu hpotess bahwa: 1. Terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten bulukumba.. Terdapat hubungan yang sgnfkan antara motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten bulukumba. 3. Terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten bulukumba. 4. Terdapat hubungan yang sgnfkan secara bersama-sama antara kemampuan penalaran formal sswa dan motvas belajar fska sswa terhadap hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Kabupaten bulukumba. III. METODE PENELITIAN A. Jens Dan Desan Peneltan 1. Jens Peneltan Jens Peneltan n adalah peneltan metode peneltan ex post facto, yang bersfat korelasonal dalam artan bahwa peneltan n hanya menelt suatu kejadan tanpa ada perlakuan sebelumnya terhadap obyek yang dtelt. X 1 X Gambar 1. Desan Peneltan Keterangan: X 1 = Varabel Bebas, kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska X = Varabel Bebas, Motvas belajar fska sswa Y = Varabel Terkat, Hasl Belajar fska. B. Waktu Dan Tempat Peneltan 1. Waktu Peneltan Peneltan n akan dlaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 014/015, bulan september 014 dan berakhr pada bulan desember Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMPN 19 Bulukumba yang beralamat d Jln. KR. Sadda Dg. Mallete, Bulukumba Kab. Bulukumba. C. Populas Populas dalam peneltan n adalah peserta ddk kelas VIII SMPN 19 Bulukumba yang terdr dar 7 kelas yatu Y

6 JPF Volume 4 Nomor 3 81 p - ISSN: e - ISSN: kelas VIII A sampa kelas VIII G dengan jumlah peserta ddk 18 orang. D. Teknk Analss data Pengolahan data yang dgunakan pada peneltan n adalah dengan menggunakan teknk analss deskrptf dan analss nferensal. 1. Analss Deskrptf Teknk analss deskrptf yang dgunakan adalah penyajan data berupa tabel dstrbus frekuens kumulatf atas dan bawah, rata-rata, standar devas dan krtera yang berdasar dar merthod of summated ratng dengan menentukan gars blangan yang berdasar dar ttk tengah dar jumlah masng-masng kategor jawaban dan merupakan batas-batas nterval kategor.. Analss Inferensal Untuk keperluan pengujan hpotess, maka terlebh dahulu dlakukan pengujan dasar yatu uj normaltas data dan uj homogentas varans. a. Uj Normaltas Dstrbus Frekuens Keterangan: k ( O E ) htung 1 E (1) Ref [9] = Nla Ch-kuadrat htung htung O = Frekuens hasl pengamatan E k = Frekuens harapan = Banyaknya kelas b. Uj lneartas regres a n b Yˆ a bx () n Y n X Y X X X ( X Ref [6] ( X ) Y X X Y (3) X ) Ref [10] Kemudan mencar jumlah persamaan (4) kuadrat regres (JK) dengan persamaan: Dmana: JK JK JK JK JK Re g( a Re g( b (Re s) ( E) RJK RJK ( TC) ( TC) ( E) ( Y) ) n ( b XY a ) Y JK k JK (Re s) JK( TC) ( k ) JK( E) ( n k) JK = Jumlah kuadrat Y Re g( a) ( JK ( E) X )( JK Y) JK (a) = Jumlah kuadrat regres a n n Y) Re g( b a ) Ref [6] JK (b/a) = Jumlah kuadrat regres (b/a) JK (s) = Jumlah kuadrat regres ssa JK (E) = Jumlah kuadrat regres error (4) JK (TC) = Jumlah kuadrat regres tuna cocok

7 JPF Volume 4 Nomor 3 8 p - ISSN: e - ISSN: r xy RJK (TC) =Rata-rata jumlah kuadrat regres tuna cocok RJK (E) = Rata-rata jumlah kuadrat error Kadah pengujan sgnfkans: Jka F htung F tabel =F {(1-α)(dk Reg[b/a]), (dk Res)}, maka tolak Ho artnya Sgnfkan c. Uj hpotess 1. Pengujan Hpotess 1,,dan 3 n( XY) ( X )( Y) n. X ( X ) ny ( Y) (5) R yx1x r yx1 r yx ( r 1 r yx1 )( r x1x yx )( r x1x ) (7) Ref [10] Dmana: R yx1x = Korelas antara varabel X 1 dengan X secara bersama-sama dengan varabel Y r yx1 = Korelas product moment antara X 1 dengan Y r yx = Korelas product moment antara X 1 dengan Y r x1x = Korelas product moment antara Ref [8] Dmana: r XY = koefsen korelas n = Jumlah sampel Dengan krtera pengujan: Jka r htung > r tabel maka hpotess H o dtolak dan hpotess peneltan dterma Untuk menguj keberartan korelasnya: t htung r n (6) 1 r Ref [8] Dmana: t htung = dstrbus student r = Nla koefsen korelas Krtera pengujan: Jka t htung t tabel maka tolak Ho artnya sgnfkan dan t htung t tabel, maka terma Ho artnya tdak sgnfkan.. Uj hpotess 4 X 1 dengan X Kadah pengujan sgnfkans terhadap korelas ganda adalah: R F k h (8) (1 R ) ( n k 1) Ref [10] Dmana: R = Koefsen korelas ganda k = Jumlah varabel ndependen n = jumlah anggota sampel Jka F htung F tabel =F {(1-α)(m), (n-m-1)}, maka tolak Ho artnya Sgnfkan dan F htung F tabel = F {(1- α)(m), (n-k-1)}, maka terma Ho artnya tdak sgnfkan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasl Peneltan 1. Kemampuan Penalaran formal dalam pembelajaran fska Hasl analss deskrptf yang berkatan dengan skor kemampuan penalaran formal

8 JPF Volume 4 Nomor 3 83 p - ISSN: e - ISSN: menunjukkan bahwa dar 18 sswa yang dtelt dperoleh skor tertngg yatu 0 dar skor 30 yang mungkn dcapa dan skor terendah adalah 4 dar skor 0 yang mungkn dcapa. Rata-rata skor adalah 13,5 dan standar devas adalah 3,489. Jka data dkelompokkan dalam tga kategor maka dperoleh kemampuan penalaran formal sswa kelas VII SMPN 19 bulukumba yang dapat dlhat pada tabel d bawah n. Tabel 1. Dstrbus frekuens, persentase dan kategor skor kemampuan penalaran formal fska sswa kelas VIII SMPN 19 bulukumba Interval Persen Kategor Frekuens skor tase < 11 Rendah Sedang >1 Tngg Jumlah Berdasarkan tabel datas menunjukkan bahwa 36,70 % sswa yang memperoleh kemampuan penalaran formal dalam kategor rendah, 11,01 % dalam kategor sedang, dan 5,9 % dalam kategor tngg. Hal n menunjukkan bahwa kemapuan penalaran formal yang dperoleh sswa kelas VIII SMPN 19 Bululkumba tergolong tngg.. Motvas Belajar Sswa Hasl analss deskrptf yang berkatan dengan skor motvas belajar fska menunjukkan bahwa dar 18 responden yang dtelt dperoleh skor tertngg yatu 30 dar skor 40 yang mungkn dcapa dan skor terendah adalah 6 dar skor 0 yang mungkn dcapa. Jka data dkelompokkan dalam tga kategor maka dperoleh hasl belajar fska sswa kelas VIII SMP N 19 Bulukumba yang dapat dlhat pada tabel berkut: Tabel. Dstrbus frekuens, persentase dan kategor skor Motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Interval Perse Kategor Frekuens skor ntase < 1 Rendah Sedang >13 Tngg Jumlah Hasl Belajar Sswa Hasl analss deskrptf yang berkatan dengan skor motvas belajar fska menunjukkan bahwa dar 18 responden yang dtelt dperoleh skor tertngg yatu 41 dar skor 50 yang mungkn dcapa dan skor terendah adalah 7 dar skor 0 yang mungkn dcapa. Jka data dkelompokkan dalam tga kategor maka dperoleh hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba yang dapat dlhat pada table 3 berkut: Tabel 3. Dstrbus frekuens, persentase dan kategor skor Motvas belajarfska sswa kelas VIII SMPN 19 bulukumba. Interval Persen Kategor Frekuens skor tase < 13 Rendah Sedang >14 Tngg Jumlah Hasl analss Inferensal sebaga berkut: a. Pengujan normaltas 1. Pengujan normaltas data kemampuan pembelajaran fska sswa SMPN 19 Bulukumba. kelas VIII

9 JPF Volume 4 Nomor 3 84 p - ISSN: e - ISSN: Hasl pengujan normaltas dengan menggunakan rumus Ch-kuadrat dperoleh nla htung =,386 l menunjukkan data proses pembelajaran fska berasal dar populas yang berdstrbus normal.. Pengujan normaltas data motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Hasl pengujan normaltas dengan menggunakan rumus Ch-kuadrat dperoleh nla htung = 0,568 menunjukkan data motvas belajar fska berasal dar populas yang berdstrbus normal. 3. Pengujan normaltas data hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Hasl pengujan normaltas dengan menggunakan rumus Ch-kuadrat dperoleh nla htung = 9,865 menunjukkan data hasl belajar fska berasal dar populas yang berdstrbus normal. b. Uj Lneartas 1. Uj lneartas skor kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba Berdasarkan uj anova atau F tes, ternyata ddapat F htung = 0,3734 lebh kecl dar F tabel = F (0,95)(43,65) = 1,5610 menunjukkan data peneltan berpola lnear pada taraf sgnfkan 5 % dengan dk pemblang = k dan dk penyebut n k. Persamaan regresnya adalah Ŷ = 5, ,0560X 1 menunjukkan konstanta sebesar 5,748 yang menyatakan bahwa jka tdak ada kenakan nla dar varabel kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska (X 1 ), maka nla hasl belajar fska (Y) adalah 5,748. Koefsen regres sebesar 0,0560 menyatakan bahwa setap penambahan satu skor atau nla proses pembelajaran fska akan memberkan penngkatan skor sebesar 0, Uj lneartas skor motvas belajar fska sswa dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Berdasarkan uj anova atau F tes, ternyata ddapat F htung = -0,936 lebh kecl dar F tabel = F (0,95)(43,65) = 1,6140 (hasl nterpolas) menunjukkan data peneltan berpola lnear pada taraf sgnfkan 5 % dengan dk pemblang = k dan dk penyebut n k. Persamaan regresnya adalah Ŷ = 7, ,0434X menunjukkan konstanta sebesar 5,748 yang menyatakan bahwa jka tdak ada kenakan nla dar varabel kemampuan pembelajaran fska (X ), maka nla hasl belajar fska (Y) adalah 7,0414. Koefsen regres sebesar 0,0434 menyatakan bahwa setap penambahan satu skor atau nla motvas belajar fska akan memberkan penngkatan skor sebesar 0, Uj lneartas skor kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba.

10 JPF Volume 4 Nomor 3 85 p - ISSN: e - ISSN: Berdasarkan uj anova atau F tes, ternyata ddapat F htung = 1,0097 lebh kecl dar F tabel = F (0,95)(43,65) = 1,5610 (hasl nterpolas) menunjukkan data peneltan berpola lnear pada taraf sgnfkan 5 % dengan dk pemblang = k dan dk penyebut n k. Persamaan regresnya adalah Ŷ = 56, ,007X 1 menunjukkan konstanta sebesar 56,994 yang menyatakan bahwa jka tdak ada kenakan nla dar varabel kemampuan pembelajaran fska (X 1 ), maka nla motvas belajar fska (X ) adalah 0,007. Koefsen regres sebesar 0,007 menyatakan bahwa setap penambahan satu skor atau nla proses pembelajaran fska akan memberkan penngkatan skor sebesar 0,007. c. Pengujan Hpotess 1. Pengujan hpotess 1 Dalam pengujan statstknya, hpotess drumuskan sebaga berkut: Ho : r = 0 melawan H 1 : r 0 Ho : Tdak terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. H : Terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Besarnya tngkat hubungan antara varabel proses pembelajaran fska (X 1 ) dengan hasl belajar fska (Y) yang dhtung dengan koefsen korelas (r X1Y ) = 0,40 jka dbandngkan dengan r tabel = 0,1874 menunjukkan hubungan yang rendah dantara kedua varabel. Namun r htung lebh besar dar pada r tabel pada taraf kesalahan 5 % sehngga Ho dtolak dan H dterma. Maka terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Sedangkan koefsen determnas r = 0, 057 menunjukkan 5,7 % kontrbus varabel proses pembelajaran fska terhadap hasl belajar fska sedangkan ssanya 94,3 % dpengaruh oleh faktor varabel lan. Selanjutnya dengan membandngkan t htung =,567 pada taraf kesalahan 5 % untuk uj dua phak dengan t tabel = 1,983 (hasl nterpolas) ternyata t htung lebh besar dar pada t tabel. Dengan demkan koefsen korelas yang dtemukan sgnfkan dan dapat dgeneralsaskan ke seluruh populas dmana sampel dambl.. Pengujan hpotess Dalam pengujan statstknya, hpotess drumuskan sebaga berkut: Ho : r = 0 melawan H 1 : r 0

11 JPF Volume 4 Nomor 3 86 p - ISSN: e - ISSN: Ho : Tdak terdapat hubungan yang sgnfkan antara motvas fska dengan hasl belajar fska kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. H : Terdapat hubungan yang sgnfkan antara motvas fska dengan hasl belajar fska kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Besarnya hubungan antara varabel motvas belajar fska (X ) dengan hasl belajar fska (Y) yang dhtung dengan koefsen korelas (r XY ) = 0,174 jka dbandngkan dengan r tabel = 0,1874 menunjukkan tngkat hubungan yang sangat rendah dantara kedua varabel. Namun r htung lebh kecl dar pada r tabel pada taraf kesalahan 5 % sehngga Ho dterma dan H dtolak. Maka hubungan antara antara motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba tdak sgnfkan. Sedangkan koefsen determnas r = 0, 030 menunjukkan hanya 3 % kontrbus varabel kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska terhadap hasl belajar fska sedangkan ssanya 97 % dpengaruh oleh faktor varabel lan. Selanjutnya dengan membandngkan t htung = 1,835 pada taraf kesalahan 5 % untuk uj dua phak dengan t tabel = 1,983 (hasl nterpolas) ternyata t htung lebh kecl dar pada t tabel. Dengan demkan koefsen korelas yang dtemukan tdak sgnfkan dan tdak dapat dgeneralsaskan ke seluruh populas dmana sampel dambl. 3. Pengujan hpotess 3 Dalam pengujan statstknya, hpotess drumuskan sebaga berkut: Ho : r = 0 melawan H 1 : r 0 Ho : Tdak terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan motvas belajar fska kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. H : Terdapat hubungan yang sgnfkan antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dengan motvas belajar fska kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Besarnya hubungan antara varabel proses pembelajaran fska (X 1 ) dengan motvas belajar fska (X ) yang dhtung dengan koefsen korelas (r X1X ) = 0,15 jka dbandngkan dengan r tabel = 0,1874 menunjukkan tngkat hubungan yang rendah dantara kedua varabel. Namun r htung lebh besar dar pada r tabel pada taraf kesalahan 5 % sehngga Ho dtolak dan H dterma. Maka terdapat hubungan yang sgnfkan antara proses pembelajaran fska dengan motvas belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba.. Sedangkan koefsen determnas r = 0, 046 menunjukkan 4,6 % kontrbus varabel kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska terhadap motvas belajar fska

12 JPF Volume 4 Nomor 3 87 p - ISSN: e - ISSN: sedangkan ssanya 94,3 % dpengaruh oleh faktor varabel lan. Selanjutnya dengan membandngkan t htung =,85 pada taraf kesalahan 5 % untuk uj dua phak dengan t tabel = 1,983 (hasl nterpolas) ternyata t htung lebh besar dar pada t tabel. Dengan demkan koefsen korelas yang dtemukan sgnfkan dan dapat dgeneralsaskan ke seluruh populas dmana sampel dambl. 4. Pengujan hpotess 4 Dalam pengujan statstknya, hpotess drumuskan sebaga berkut: Ho :R = 0 melawan H 1 : R 0 Ho : Tdak terdapat hubungan yang sgnfkan secara bersama-sama antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dan motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. H : Terdapat hubungan yang sgnfkan secara bersama-sama antara kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dan motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba. Besarnya hubungan antara varabel proses pembelajaran fska (X 1 ) dan motvas belajar fska (X ) dengan hasl belajar fska (Y) yang dhtung dengan koefsen korelas (R X1X ) = 0,68 hubungan n secara kualtatf dapat dnyatakan rendah, dan besarnya lebh dar korelas antara X 1 dengan Y, maupun X dengan Y. Besarnya korelas (R X1X ) = 0,68 berlaku untuk sampel yang dtelt sehngga Ho dtolak dan H dterma. Maka terdapat hubungan yang sgnfkan secara bersama-sama antara kemampuan pembelajaran fska dan motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba.. Sedangkan koefsen determnas r = 0, 069 menunjukkan 6,9 % kontrbus varabel proses pembelajaran fska terhadap hasl belajar fska sedangkan ssanya 93,1 % dpengaruh oleh faktor varabel lan. Selanjutnya dengan membandngkan harga F htung = 3,9681 pada taraf kesalahan 5 % dengan F tabel = 3,0844 (hasl nterpolas) ternyata F htung lebh besar dar pada F tabel. Dengan demkan koefsen korelas ganda yang dtemukan sgnfkan dan dapat dgeneralsaskan ke seluruh populas dmana sampel dambl. Adapun persamaan regres ganda data varabel kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska (X 1 ) dan motvas belajar fska (X ) dengan hasl belajar fska (Y) secara bersama-sama adalah Ŷ = 5, ,084X 1 + 0,0496X. Hal n menunjukkan bahwa skor hasl belajar akan menngkat bla skor kemampuan

13 JPF Volume 4 Nomor 3 88 p - ISSN: e - ISSN: pembelajaran fska dan motvas belajar fska juga menngkat. B. Pembahasan Berdasarkan hasl analsa data dengan menggunakan statstk deskrptf terlhat bahwa kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska, motvas belajar fska dan hasl belajar fska sswa kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba berada pada kategor sedang. Jka kta membandngkan varabel kemampuan pembelajaran fska dengan motvas belajar fska maka persentase pengkategoran skor sswa yang berada pada kategor tngg lebh besar darpada skor sswa yang berada pada kategor rendah meskpun selsh pengkategoran persentase skornya sangat tps. Lan halnya dengan hasl belajar fska ternyata persentase pengkategoran skor sswa yang tngg lebh kecl dbandngkan dengan persentase kategor rendah dengan selsh yang cukup besar. In mengndkaskan bahwa hasl belajar fska d Kelas VIII SMPN 19 Bulukumba, kabupaten Bulukumba mash rendah. Berdasarkan hasl pengujan statstk nferensal yang telah durakan, maka dapat dkemukakan bahwa hubungan antara proses pembelajaran fska dan motvas belajar fska secara bersama-sama dengan hasl belajar fska sgnfkan. Uraan selengkapnya adalah sebaga berkut: Hubungan antara kemampuan pembelajaran fska dengan hasl belajar fska sswa Kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba. Pembahasan mengena kemampuan pembelajaran fska memlk hubungan yang sgnfkan dengan hasl belajar fska meskpun dalam peneltan n, tngkat hubungan dantara keduanya mash rendah. Artnya jka guru memlk fleksbltas kogntf, keterbukaan pskologs dan cakap dalam bernteraks dengan sswa maka kemampuan penalaran formal sswa terhadap guru dalam proses belajar mengajar fska akan efektf sehngga mempengaruh perlaku sswa begtupun hasl belajarnya. Pernyataan d atas dperkuat dengan beberapa stud emprs. Msalnya Goodlad (1959), menyarankan bahwa guru yang fleksbel palng relevan dengan perbuatan yang efektf dalam kelas. Serta Anderson dan Hunka (1963) telah melakukan pengumpulan dokumentas, bak teorts maupun hasl peneltan tentang konsep fleksbltas kogntf sebaga varabel yang mempengaruh efektftas mengajar [11]. Dengan demkan, dapat dkemukakan bahwa kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska memlk

14 JPF Volume 4 Nomor 3 89 p - ISSN: e - ISSN: hubungan yang sgnfkan dengan hasl belajar fska. a. Hubungan antara motvas belajar fska hasl belajar fska. Motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sswa Kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba ternyata memlk hubungan namun tdak sgnfkan. Oleh karena tu, hubungan kedua varabel yakn motvas belajar fska dan hasl belajar fska sswa Kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba perlu mendapat perhatan dan mencar faktor-faktor penyebab rendahnya motvas belajar fska dengan hasl belajar fska sehngga dantara keduanya dapat memlk hubungan yang sgnfkan. b. Kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska memlk hubungan yang sgnfkan dengan motvas belajar fska Kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska memlk hubungan yang sgnfkan dengan motvas belajar fska sswa Kelas VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba meskpun dalam peneltan n, hubungan dantara keduanya juga rendah. Artnya agar motvas belajar fska menngkat maka guru perlu menamplkan knerja yang sebak mungkn terutama sebaga motvator sswa dalam proses pembelajaran fska. Sehngga hubungan antara guru dan sswa dalam proses pembelajaran fska dapat menumbuhkan motvas belajar fska yang tmbul karena kemampuan penalaran formal para sswa mengena penamplan gurunya dalam melaksanakan pengajaran. V. PENUTUP Berdasarkan hasl peneltan dan pembahasan, dapat dsmpulkan bahwa: 1. Kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumbaberada dalam kategor tngg.. Motvas belajar fska VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumbatermasuk dalam kategor tngg. 3. Hasl belajar fska sswa VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba termasuk dalam kategor sedang. 4. Kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska memlk hubungan yang sgnfkan dengan hasl belajar fska sswa VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba. 5. Motvas belajar fska memlk hubungan dengan hasl belajar fska sswa VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba namun tdak sgnfkan. 6. Kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska memlk hubungan yang sgnfkan dengan motvas belajar fska sswa VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba.

15 JPF Volume 4 Nomor 3 90 p - ISSN: e - ISSN: Kemampuan penalaran formal sswa dalam proses pembelajaran fska dan motvas belajar fska secara bersamasama memlk hubungan yang sgnfkan dengan hasl belajar fska sswa VIII SMPN 19 Bulukumba kabupaten Bulukumba. PUSTAKA [1] Al,Lukman.dkk.(1995).Kamus besar Bahasa Indonesa. Jakarta : Bala Pustaka [] Gustna.(013). Pengaruh Model Pembelajaran Dan Motvas Belajar Terhadap Hasl Belajar Fska (Stud Ekspermen Peserta Ddk Pada Kelas V Smp Neger 40 Bulukumba [3] Halng, Abdul. Dkk. (006). Belajar dan pembelajaran. Makassar. UNM. [4] Muhammad Ilham. (007). Hubungan Antara Perseps Sswa Dalam Proses Pembelajaran Fska Dan Motvas Belajar Fska Terhadap Hasl Belajar Fska Sswa SMAN I Mattrobulu Kabupaten Pnrang [5] Nurbaya. (005) Peranan model pembelajaran terntegras terhadap hasl belajar fska sswa kelas I SMAN I Snja Barat Kabupaten Snja. Skrps Jurusan Fska FMIPA UNM. Tdak dterbtkan. [6] Rduwan. (005). Belajar mudah peneltan untuk guru, karyawan dan penelt pemula. Bandung. Alfabeta. [7] Sardman, A. M. (006). Interaks dan motvas belajar-mengajar. Jakarta. Rajawal Press. [8] Sudjana. Nana. (199). Metoda Statstk. Bandung. Tarsto [9] Sudjana S, H. 00. Metode dan Teknk Pembelajaran Partspaty. Falah Producton; Bandung. [10] Sugyono. (006). Metodolog peneltan kualtatf, kuanttatfdan R&D. Bandung. Alfabeta. [11] Surya, Muhamad. (004). Pskolog pembelajaran dan pengajaran. Bandung. Ban Qurasy.

HUBU GA A TARA KEMAMPUA PE ALARA FORMAL DA MOTIVASI BELAJAR FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP 19 BULUKUMBA KABUPATE BULUKUMBA

HUBU GA A TARA KEMAMPUA PE ALARA FORMAL DA MOTIVASI BELAJAR FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP 19 BULUKUMBA KABUPATE BULUKUMBA HUBU GA A TARA KEMAMPUA PE ALARA FORMAL DA MOTIVASI BELAJAR FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP 19 BULUKUMBA KABUPATE BULUKUMBA Ulfa Laela Rambega Stmk Handayan Makassar, Makassar ulfalaela@rocketmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

A. Soal 1 yg dikerjakan seharian tadi ttg regresi tunggal MENGHITUNG REGRESI LINEAR SEDERHANA

A. Soal 1 yg dikerjakan seharian tadi ttg regresi tunggal MENGHITUNG REGRESI LINEAR SEDERHANA 009 T u g a s a p l k a s S t a t s t k P a g e 1 A. Soal 1 yg dkerjakan seharan tad ttg regres tunggal MENGHITUNG REGRESI LINEAR SEDERHANA Persamaan umum regres lnear sederhana adalah : Ŷ = a + bx Contoh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Adapun tujuan dar peneltan n adalah:. Untuk mengetahu pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learnng pada mater pokok kalor kelas VII d MTs Nurul Itthad

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (013: 6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang beraal dari kata meta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang beraal dari kata meta BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode berasal dar kata Yunan yatu methodos yang beraal dar kata meta yang berart jalan atau cara. Jad metode adalah cara kerja yang dlakukan untuk mencapa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Jl. Surapati No.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Jl. Surapati No. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Objek Peneltan Peneltan n dlakukan d Perusahaan Daerah Kebershan Kota Bandung Jl. Surapat No. 15 Bandung. Adapun yang menjad responden dalam peneltan n adalah para

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan 1. Tempat Peneltan Peneltan n dlakukan pada sswa kelas X tahun ajaran 013/014 yang bertempat d SMA N 1Sambungmacan Sragen.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan prosedur atau cara yang dtempuh dalam mencapa suatu tujuan peneltan. Tujuan peneltan yang akan dlakukan adalah untuk mengetahu perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk A. Metode dan Desan Peneltan 1. Metode Peneltan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara lmah yang dgunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam art yang lebh luas,

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Untuk memperoleh data tentang efektftas penggunaan model Group Investgaton (GI) terhadap Hasl Belajar Sswa Kelas VIII MTs Fatahllah Brngn Ngalyan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memahami suatu objek dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (009:6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Indomaret yang berada di Jalan Tubagus Ismail

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Indomaret yang berada di Jalan Tubagus Ismail BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Peneltan Peneltan n dlakukan d Indomaret yang berada d Jalan Tubagus Ismal Raya No. 18 bandung dengan menelt keragaman produk sebaga varabel bebas (ndependen)

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap melakukan penelitian ilmiah diperlukan suatu metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap melakukan penelitian ilmiah diperlukan suatu metode penelitian 4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Setap melakukan peneltan lmah dperlukan suatu metode peneltan tertentu yang dharapkan dapat memberkan arah dan cara dalam memecahkan permasalahan peneltan.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode adalah suatu cara yang dtempuh untuk mencapa suatu tujuan. Sepert yang dpaparkan oleh Surakhmad (985:3) yatu Metode merupakan cara utama yang dpergunakan

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan 39 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metodolog peneltan adalah cara yang dlakukan secara sstemats mengkut aturan-aturan, drencanakan oleh para penelt untuk memecahkan permasalahan yang hdup

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan dilaksanakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan dilaksanakan. 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defns Operasonal Defns operasonal merupakan penjelasan maksud dar stlah yang menjelaskan secara operasonal mengena peneltan yang akan dlaksanakan. Defns operasonal n

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN. Objek penelitian dari pengaruh aplikasi otomatisasi kantor terhadap

BAB III DESAIN PENELITIAN. Objek penelitian dari pengaruh aplikasi otomatisasi kantor terhadap 43 BAB III DESAIN PENELITIAN A. Objek Peneltan Objek peneltan dar pengaruh aplkas otomatsas kantor terhadap efektvtas kerja karyawan pada Dvs Manajemen Sumber Daya Manusa PT. INTI (PERSERO) Bandung adalah

Lebih terperinci