ANALISIS KANONIK MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL. (Skripsi) Oleh. Dwi Mayasari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KANONIK MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL. (Skripsi) Oleh. Dwi Mayasari"

Transkripsi

1 ANALISIS KANONIK MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL (Skripsi) Oleh Dwi Mayasari JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016

2 ABSTRACK CANONICAL ANALYSIS WITH DUAL SPACE APPROACH By DWI MAYASARI Canonical analysis is used to determine the relationship or correlation between two groups of quantitative variables. The relationship between two groups of variables is seen by the correlation. Dimensional multivariate data is presented in the variable space and individual space. Variable space and individual space is associated by dual space. Variable space has a dual space as well as individual space. Trough a dual space approach canonical analysis is trying to reduce the dimension of matrix to see the relationship between two groups of variables. Reduction is done by forming a variance covariance matrix of the centralized data matrix each group of variables and both groups of variables then look for the eigen value to determine the value of the canonical correlation coefficient and eigen vector to determine the value of the canonical variables pairs. Keywords : Multivariate Canonical Analysis Dual Space.

3 ABSTRAK ANALISIS KANONIK MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL Oleh DWI MAYASARI Analisis Kanonik digunakan untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara dua kelompok variabel kuantitatif. Besarnya hubungan antara kedua kelompok variabel dilihat dengan nilai korelasinya. Dimensi data multivariat disajikan dalam ruang variabel dan ruang individu. Ruang variabel dan ruang individu dihubungkan dengan diagram dual. Ruang variabel mempunyai ruang dual begitu pula untuk ruang individu. Melalui pendekatan ruang dual analisis kanonik berusaha mereduksi dimensi matriks untuk melihat hubungan antara dua kelompok variabel. Pereduksian dilakukan dengan membentuk matriks varian kovarian dari matriks data terpusattiap kelompok variabel dan kedua kelompok variabel kemudian mencari nilai karakteristik untuk menentukan nilai koefisien korelasi kanonik dan vektor karakteristik untuk menentukan nilai pasangan variabel kanonik. Kata kunci : Multivariat Analisis Kanonik Ruang Dual.

4 ANALISIS KANONIK MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL Oleh Dwi Mayasari Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

5

6

7

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Metro Lampung pada tanggal 23 Mei 1994 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutarno dan Ibu Lela Utama dan adik dari Edwin Sutartama serta kakak dari Aldrin Tridata. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Metro Timur diselesaikan pada tahun 2006 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2009 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Metro diselesaikan pada tahun Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur mandiri. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi tingkat jurusan fakultas dan universitas yaitu Anggota Gematika anggota Biro KRT Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) periode Anggota Muda Rois (AMAR) FMIPA Universitas Lampung dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Judo Universitas Lampung. Pada tahun 2015 penulis melakukan Kerja Praktik (KP) di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Metro dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Muara Tembulih Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung.

9 MOTTO Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah: 286) Karena Sesungguhnya bersama setiap kesulitan pasti ada kemudahan (Al-Insyirah: 5) Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri (Ibu Kartini)

10 PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan dengan kerendahan hati penulis persembahkan karya kecil dan sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kepada semua orang yang senantiasa mendukung dan dengan tulus mendoakan kelancaran terciptanya karya ini. Ayah Ibu Mbah Abang dan Aldrin yang selalu memberikan semangat dan menjadi sumber motivasi terbesar selama ini. Sahabat-sahabat yang selalu ada. Terima kasih atas keceriaan semangat serta motivasi yang diberikan kepada penulis. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

11 SANWACANA Dengan mengucapkan Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Kanonik melalui Pendekatan Ruang Dual. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan pengarahan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada : 1. Bapak Rudi Ruswandi M.Si. selaku Dosen Pembimbing I terimakasih untuk bimbingan dan kesediaan waktunya selama penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Amanto M.Si. selaku Dosen Pembimbing II terimakasih untuk bimbingan dan masukannya selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Drs. Mustofa Usman M.A. Ph.D. selaku Dosen Penguji terimakasih atas kesediannya untuk menguji memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Rudi Ruswandi M.Si. selaku Pembimbing Akademik terimakasih atas bimbingan dan pembelajarannya serta masukan kepada penulis dalam menjalani perkuliahan.

12 5. Bapak Drs. Tiryono Ruby M.Sc. Ph.D. selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung. 6. Bapak Prof. Warsito S.Si. D.E.A. Ph.D.selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung. 8. Untuk kedua orang tua Ayah dan Ibu serta Mbah Abang dan Adik tercinta yang tak pernah berhenti memberi semangat doa materi dorongan nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga penulis selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada di depan. 9. Sahabat tersayang Desi Astuti Siti dan Tri yang selalu ada dalam keadaan apapun. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan Matematika 2012 Ima Hana Ica Ernia Mba Desti Yama Anggi Yanti Erni Citra Oci Dwi Adelfira Candra Rendi Gerry dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 11. Keluarga HIMATIKA FMIPA Universitas Lampung atas kebersamaannya selama ini. 12. Almamater tercinta Universitas Lampung. 13. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bandar Lampung Desember 2016 Dwi Mayasari

13 DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks Definisi Matriks Transpose Matriks Skalar Matriks Diagonal Trace Matriks Matriks Simetris Matriks Identitas Invers Matriks Permutasi Determinan Matriks Matriks Singular Matriks Ortogonal Matriks Koragam Ruang Vektor Kombinasi Linear Bebas Linear Himpunan Perentang Basis Pemetaan Linear Transformasi Linear dalam Bentuk Matriks Ruang Dual Nilai Karakteristik dan Vektor Karakteristik Bentuk Bilinear Ruang Euclids Diagram Dual Metrik Norm Metrik di E Metrik di F... 22

14 Metrik Bobot di F Analisis Peubah Ganda Analisis Korelasi Ganda Analisis Korelasi Kanonik III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Hasil dan Pembahasan Vektor Mean dan Matriks Data Terpusat Matriks Varian Kovarian Nilai Nilai Karakteristik dan Vektor Karakteristik Menentukan Nilai Koefisien Korelasi Kanonik Menentukan Nilai Pasangan Variabel Kanonik V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 Notasi ( ) Matriks data awal peubah independen yang berukuran p variabel kuantitatif dan n individu ( ) Matriks data awal peubah dependen berukuran q variabel kuantitatif dan n individu Hasil pengukuran peubah independen variabel ke j pada individu ke i dengan j 1 2 p dan i 1 2 n Hasil pengukuran peubah dependen variabel ke j pada individu ke i dengan j 1 2 q dan i 1 2 n Vektor mean G Matriks dengan semua vektor kolomnya sama dengan Matriks identitas berukuran n Bobot individu ke i Matriks diagonal bobot dimana ; n menjelaskan banyaknya individu akar karakteristik ke i vektor karakteristik ke i untuk kelompok variabel independen vektor karakteristik ke i untuk kelompok variabel dependen variabel kanonik pada kelompok independen variabel kanonik pada kelompok dependen

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Metode untuk menganalisis data dengan variabel yang lebih dari dua peubah dikenal dengan analisis peubah ganda (analisis multivariat). Analisis multivariat adalah salah satu metode dalam statistik yang digunakan untuk melakukan analisis secara simultan (bersama-sama) terhadap dua variabel atau lebih. Analisis multivariat merupakan pengembangan dari analisis univariat atau bivariat. Pada analisis univariat data diperoleh cukup dengan memperhatikan satu peubah atau karakter saja dari satu individu. Sedangkan pada analisis multivariat data diperoleh dengan memperhatikan dua bahkan lebih banyak lagi peubah yang merupakan karakter dari individu yang sama. Teknik dalam analisis multivariat bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu analisis dependensi dan interdependensi. Analisis interdependensi merupakan analisis dimana variabel tidak dibedakan menjadi variabel dependen dan variabel independen sedangkan analisis dependensi (analisis ketergantungan) merupakan analisis yang jelas antara variabel dependen dengan independennya serta menentukan hubungan antara variabel-variabel tersebut secara individual atau bersama. Salah satu metode dari analisis dependensi yang akan dibahas pada penelitian ini adalah analisis korelasi kanonik.

17 2 Analisis korelasi kanonik merupakan salah satu metode analisis multivariat yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dua kelompok variabel. Besarnya hubungan ini diukur dengan nilai korelasi antara dua kelompok variabel tersebut. Analisis korelasi kanonik fokus pada korelasi antara sebuah kombinasi linear dari variabel dalam satu himpunan dan kombinasi linear dari variabel dalam himpunan lainnya. Ide pertama adalah untuk menentukan bagian dari kombinasi linear yang memiliki korelasi terbesar. Selanjutnya akan ditentukan bagian dari kombinasi linear yang memiliki korelasi terbesar diantara semua bagian yang tidak berkorelasi dengan bagian yang dipilih di awal. Bagian dari kombinasi linear dinamakan variabel kanonik dan korelasi yang lainnya dinamakan korelasi kanonik. Sebagai contoh seorang dokter ingin mengetahui adakah hubungan antara gaya hidup dan kebiasaan makan dengan kesehatan pasien yang diukur dengan hipertensi berat badan dan tingkat ketegangan. Dalam sebuah kasus multivariat untuk melihat suatu hubungan yang mencakup variabel dan individu yang banyak tentu menjadi tidak mudah seperti halnya pada korelasi sederhana dalam analisis univariat yang responnya merupakan peubah tunggal. Banyak teknik yang digunakan untuk melihat hubungan atau kemiripan antar variabel-variabel kuantitatif dalam kelompok salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan teknik analisis komponen utama namun pada kasus yang terdiri dari dua kelompok variabel kuantitatif teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi kanonik. Untuk mendapatkan kemiripan antara dua kelompok variabel kuantitatif maka penyajian data dilakukan dengan mereduksi dimensi dari segugus data yang berdimensi besar menjadi data yang berdimensi kecil seperti halnya pada analisis komponen utama dimana pada komponen utama

18 3 segugus data yang berdimensi besar direduksi menjadi dimensi yang lebih kecil tetapi tidak banyak kehilangan informasi yang diterangkan oleh variabel-variabel awal. Dalam hal ini metode yang akan digunakan peneliti untuk melihat kemiripan dua kelompok variabel kuantitatif yaitu dengan melalui pendekatan ruang dual. Bentuk khusus dari fungsi linear adalah fungsional-linear yaitu fungsi linear dari suatu ruang vektor ke skalar suatu lapangan. Himpunan dari fungsional-linear akan membentuk suatu ruang yang disebut ruang dual dan basis-basis dari ruang tersebut dinamakan basis dual. Ruang dual merupakan himpunan semua bentuk linear yang didefinisikan pada ruang vektor riil. Suatu bentuk linear yang merupakan anggota dari ruang dual adalah pemetaan linear dengan domain ruang vektor dan range-nya berupa lapangan. Data multivariat dalam penelitian ini dipandang sebagai vektor-vektor acak yang disajikan dalam bentuk matriks dimana dimensi matriks data tersebut akan direduksi dengan memperhatikan konsep-konsep ruang dual. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu mereduksi dimensi matriks melalui pendekatan ruang dual untuk melihat derajat ekivalensi antara dua kelompok variabel atau seberapa jauh dua kelompok variabel tersebut mendekati keadaan ekivalen. Dalam hal ini himpunan semua pemetaan linear yang merupakan anggota ruang dual akan memetakan setiap vektor riil menjadi suatu bilangan riil.

19 4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji analisis kanonik dengan pendekatan ruang dual. 2. Mereduksi data multivariat pada ruang bagian berdimensi kecil yang optimal melalui pendekatan ruang dual untuk melihat hubungan atau kemiripan antara dua kelompok variabel kuantitatif.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks Matriks Definisi. Matriks adalah suatu kumpulan bilangan yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga berbentuk persegi panjang dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya kolom dan baris serta dibatasi tanda [ ] atau ( ). Dalam matriks dikenal dengan ukuran matriks yang disebut dengan ordo. Jika adalah sebuah matriks maka dapat digunakan untuk menyatakan entri yang terdapat di dalam baris dan kolom dari. Jadi sebuah matriks yang umum dapat dituliskan sebagai: (Anton 2004 ) Transpose Matriks Definisi. Jika dengan [ adalah matriks ] adalah transpose matriks mempertukarkan baris dan kolom dari pertama dari maka matriks yang dituliskan yang diperoleh dengan yaitu kolom pertama dari dan seterusnya (Anton 2004). adalah baris

21 Skalar Suatu skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai tetapi tidak memiliki arah. Definisi. Jika (product) adalah suatu matriks dan adalah suatu skalar maka hasil kali adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing entri dari oleh (Anton 2004) Matriks Diagonal Matriks diagonal yaitu matriks bujur sangkar yang semua entri di luar diagonal utama bernilai nol. Contoh: Trace Matriks Definisi. Jika diberikan sebarang matriks matriks berukuran maka trace dari tersebut didefinisikan sebagai jumlah dari unsur-unsur diagonalnya dan dinotasikan dengan ( ) ( ) sehingga: (Mattjik dan Sumertajaya 2011) Matrik simetris Misalkan adalah sebarang matriks berukuran simetrik (Anton 2004). jika maka

22 Matriks Identitas Matriks disebut matriks identitas dan biasa diberi simbol dan untuk 0 (Anton 2004) Invers Matriks Definisi. Jika adalah suatu matriks bujur sangkar dan dapat dicari matriks sehingga maka dinamakan invers dari dikatakan mempunyai invers (invertible) dan (Anton 2004). Teorema. Jika suatu matriks mempunyai invers maka inversnya tunggal. Bukti : Misalkan invers dari suatu matriks dan maka : Akan ditunjukkan bahwa Karena Teorema. Jika adalah dan adalah ( ( ) maka terbukti bahwa invers dari adalah sebuah matriks dan ) bersifat tunggal. mempunyai invers maka inversnya

23 8 Bukti. ( ) ( ).. ( ) ( )... ( ) ( ( ) ( ( ) (. ) ).... ).( )... maka benar bahwa... adalah invers dari Permutasi Definisi. Barisan bilangan-bilangan ( ) dimana berlaku ( 1 2 ) serta untuk salah satu dari bilangan asli (1 2n) disebut suatu permutasi Contoh : ( ) adalah permutasi. Definisi. Inversi pada permutasi adalah adanya bilangan bulat yang lebih besar mendahului bilangan bulat yang lebih kecil < ( Contoh : 12 ). < ( mendahului ) padahal Tentukanlah banyaknya invers dalam permutasi berikut ( ). Jawab : Banyaknya inverse adalah

24 9 Definisi. Jika banyaknya inversi suatu permutasi adalah bilangan genap maka dinamakan permutasi genap (even) dan jika banyaknya inversi suatu permutasi adalah bilangan ganjil maka dinamakan permutasi ganjil (odd). Definisi. Misalkan ( ) suatu permutasi maka tanda (sign) dari permutasi tersebut ditulis ( ) adalah ( ) +1 bila ( ) genap -1 bila ( ) ganjil (Anton 2004) Determinan Matriks Definisi. Determinan dari matriks bujur sangkar berordo n adalah jumlah dari semua! hasil kali bertanda dari elemen-elemen matriks yang dituliskan dengan : det( ) ( ) (Anton 2004). Selain dengan permutasi mencari determinan juga dapat dilakukan dengan ekspansi kofaktor. Definisi. Jika oleh adalah matriks bujur sangkar maka minor entri adalah determinan dari submatriks dinyatakan yang diperoleh dengan cara menghilangkan semua entri pada baris ke i dan semua entri pada kolom ke-j. Dan kofaktor dari yang dilambangkan oleh suatu skalar (Anton 2004). Definisi. Misalkan adalah ( 1) adalah matriks bujur sangkar determinan dari didefinisikan sebagai: adalah

25 10 det( ) det( ) (karena baris ke-i menjadi acuan atau tetap disebut ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i). (karena kolom ke-j menjadi acuan atau tetap disebut ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j). Definisi. Misalkan matriks bujur sangkar adalah kofaktor dari entri maka Dinamakan matriks kofaktor. Transpose dari matriks ini dinamakan adjoin yang dinotasikan dengan ( ). ( ) (Anton 2004) Dengan menggunakan matriks adjoin selanjutnya dapat ditentukan invers dari suatu matriks. Misalkan ( ) merupakan suatu matriks bujur sangkar maka ( ) Dengan demikian ada hubungan bahwa suatu matriks bujur sangkar mempunyai invers jika dan hanya jika det( ) 0.

26 Matriks Singular Jika adalah matriks bujur sangkar dan det( ) 0 maka invers dari matriks tidak ada dan dikatakan sebagai matriks singular atau non-invertible (Anton 2004) Matriks Ortogonal Matriks bujur sangkar [ ] dikatakan dapat didiagonalisasi secara orthogonal jika terdapat matriks orthogonal sehingga berlaku. Matriks orthogonal didefinisikan sebagai matriks kuadrat yang inversnya sama dengan transposenya sehingga : Maka adalah matriks orthogonal (Mattjik dan Sumertajaya 2011). 2.2 Matriks Koragam 1 Misalkan adalah vektor peubah berukuran berukuran 1 ( ) adalah nilai harapan dari dari. Maka matriks koragam dari [ ] dan adalah vektor peubah dan ( ) adalah nilai harapan adalah: [( [ ])( [ ])] (Johnson dan Wichern 2002). Untuk x y maka cov[xx] var(x) [(x [x])(x [x])t]. 2.3 Ruang Vektor Definisi. Misalkan sebarang himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penjumlahan

27 12 tersebut merupakan sebuah aturan yang memasangkan elemen u dan v dalam yang dituliskan u + v yang dinamakan jumlah u dan v. Sedangkan perkalian skalar merupakan aturan untuk mengawankan setiap skalar k maupun setiap elemen u pada V yaitu elemen ku yang dinamakan perkalian skalar u oleh k. Jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi oleh semua elemen u v w pada V dan oleh setiap skalar k dan l maka dinamakan V sebuah ruang vektor dan elemen-elemen pada V dinamakan vektor: 1. u + v ϵ (tertutup terhadap penjumlahan) 2. u + v v + u (komutatif) 3. u + (v + w) (u + v) + w (asosiatif) 4. ada sebuah benda 0 di V sehingga 0 + u u + 0 ; untuk semua u di V 5. untuk setiap u di V ada sebuah benda u di V yang kita namakan negatif u sehingga u + (-u) (-u) + u 0 6. jika k adalah sebuah skalar dan u adalah sebarang benda di V maka ku berada di V 7. k(u + v) ku + kv 8. (k + l) u ku + lv 9. k(lu) (kl)(u) 10. 1u u (Anton 2004). 2.4 Kombinasi Linear Definisi. Sebuah vektor dikatakan kombinasi linear dari vektor terdapat bilangan-bilngan riil sehingga : bila

28 (Anton 2004). 2.5 Bebas Linear Definisi. Misalkan { suatu ruang vektor dan. Himpunan } dikatakan bebas linear jika persamaan: + Hanya dapat dipenuhi oleh (Anton 2004) Himpunan Perentang Definisi. Misalkan vektor pada suatu ruang vektor dan. Jika masing-masing dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear vektor-vektor tersebut merentang (Anton 2004). maka 2.7 Basis Definisi. Misalkan { suatu ruang vektor dan } dikatakan sebagai basis bagi Dalam hal ini jika merupakan basis bagi. Himpunan jika B merentang maka dikatakan dan bebas linear. berdimensi n (dim( ) ) Definisi. Misalkan bila 1 (1 0 0) 0 0 basis dari. dinamakan basis kanonik

29 14 0 (0 1 0) (0 0 1) 0 (Djauhari 1988) Pemetaan Linear Definisi. Pemetaan dari ruang vektor ke dalam ruang vektor dinamakan pemetaan linear bila : i. ii. f ( + ) f ( ) + f ( ) f ( λ ) λ f ( ) Untuk setiap dan di dan setiap λ di (Djauhari 1988). 2.9 Transformasi Linear dalam Bentuk Matriks Fungsi : adalah aturan yang mengaitkan setiap elemen dari dengan tepat satu ke elemen ( ) di daerah hasil fungsi transformasi dari ke. Fungsi tersebut disebut. Sistem Persamaan Linear (SPL) dapat dipandang suatu aturan transformasi linear: ( ) ( ) ( ) SPL diatas merupakan transformasi linear : yaitu

30 15 ( Maka matriks )( ) disebut matriks standar untuk transformasi linear (Djauhari 1988) Ruang Dual Definisi. Misalkan ( ) merupakan himpunan semua pemetaan linear dari setiap vektor di ke dalam suatu bilangan real di sehingga ( ) juga merupakan ruang vektor. Secara khususnya pula anggota dari ( ) dinamakan bentuk linear. Jika memetakan setiap vektor di ke dalam suatu bilangan real di maka merupakan suatu bentuk linear jika: f( + f( ) f ( ) + f ( ) ) f ( ) untuk setiap dan di dan di sehingga Ruang vektor ( ) dinamakan ruang dual Berdasarkan definisi dan diberi lambang. adalah himpunan semua bentuk linear yang didefinisikan pada. Sebagaimana halnya maka dual (Djauhari 1988). adalah anggota dari ( ). pun memiliki basis yang disebut basis

31 Nilai Karakteristik dan Vektor Karakteristik Jika adalah matriks karakteristik dari maka vektor tak nol jika di dalam adalah kelipatan skalar dari Untuk suatu skalar λ. Skalar dinamakan vektor yakni : dinamakan nilai karakteristik dari dikatakan vektor karakteristik yang bersesuaian dengan. Untuk mencari nilai karakteristik matriks yang berukuran dan dapat ditulis kembali sebagai suatu persamaan homogeny : ( ) 0 Dengan adalah matriks identitas yang berordo sama dengan matriks dalam catatan matriks: ( Uuntuk memperoleh nila )

32 17 buah akar ( ) Jika nilai karakteristik disubstitusikan pada persamaan ( adalah ( solusi dari vektor karakteristik ) ) 0 maka 0 (Rencher 2002) Bentuk Bilinear Misalkan suatu ruang vektor dim( ) dan. Pemetaan 1). 3). dinamakan bentuk bilinear pada bila : ( + ) ( ) + 2). ( + ) ( ) + (α β )αβ Bentuk bilinear ke dalam ( ) ( ) ( ) Untuk setiap di dan α β real. di pemetaan dari dikatakan simetris bila (Djauhari 1988). ( ) ( ) untuk setiap dan 2.13 Ruang Euclides Ruang vektor dengan dim( ) yang dilengkapi suatu produk skalar dinamakan ruang Euclides dan ( ) disebut produk skalar dari dan. Dalam suatu ruang Euclides dapat diukur panjang (vektor) jarak (antara dua vektor) serta sudut (yang dibentuk oleh dua vektor). Untuk itu akan dianggap ruang Euclides dengan produk skalar (Djauhari 1988).

33 Diagram Dual Misalkan pada ( ) adalah matriks data hasil pengukuran buah variabel kuantitatif individu yang merupakan elemen baris ke-j dan kolom ke-i adalah nilai pengukuran variabel ke-j pada individu ke-i dimanai di {12 } Urutan bilangan ( {12 }. ) yakni urutan nilai pengukuran variabel ke-1 sampai dengan variabel ke-p pada individu ke-i dapat dinyatakan dengan vektor : di ; artinya dengan merupakan vektor real berdimensi. Dalam hal ini { } menyatakan basis kanonik dari ruang vektor individu. Jadi menggambarkan vektor individu ke-i di Demikian pula untuk urutan bilangan ( ; 12. ) yang merupakan urutan hasil pengukuran variabel ke-j pada individu ke-1 sampai dengan ke-n dapat dinyatakan sebagai vektor : di Disini { } adalah basis kanonik dari ruang vektor variabel. Dengan demikian menyatakan vektor variabel ke-j di ; 12.

34 19 Cara pandang tersebut mengakibatkan bahwa di { ; i12n} dan di pandang dan memiliki titik-titik individu memiliki titik variabel { ; j12p}. Sekarang yakni ruang dual dari dan dari. Misalkan { } dan { } adalah basis-basis dualnya. Berdasarkan definisi basis dual maka kita peroleh : 1). ( ) ( 2). ( ) ( ) < > ) < > Dari uraian 1) dan 2) dapat disimpulkan bahwa adalah : a). nilai pada vektor individu ke-i atau dengan kata lain menggambarkan variabel ke-j di b). pada vektor variabel ke-j. Sehingga menyatakan individu ke-i di. Sampai disini telah diperoleh representasi individu dan variabel sebagai berikut. a). Terhadap variabel-j dapat dikaitkan vektor di dan bentuk linear di b). Terhadap individu-i dapat dikaitkan vektor di E dan bentuk linear di Oleh karena itu dalam usaha menggambarkan mekanisme yang ada dalam induk dasar adalah wajar kita pandang pemetaan: : ( ) Jadi memetakan bentuk linear menjadi vektor individu. Selanjutnya dapat diketahui pula bahwa matriks pemetaan dari tidak lain adalah matriks data dapat ( ) itu sendiri. Dengan demikian matriks data dipandang sebagai pemetaan :

35 20 Dan : transpose dari Sehingga adalah pemetaan: yang memetakan bentuk linear menjadi. Menyajikan himpunan individu dan himpunan variabel adalah salah satu tujuan utama dari teknik-teknik analisis data multidimensi. Untuk itu perlu membuat partisi dari yang terdiri atas kelas-kelas dari individu-individu yang saling berdekatan. Jadi perlu dipertegas pengertian kedekatan antar individu. Demikian pula untuk membuat kelas-kelas dari perlu didefinisikan kedekatan antar variabel. Dalam analisis linear kedekatan tersebut akan diukur dengan bantuan metrik Euclides (Djauhari 1988) Metrik Diberikan sebarang himpunan. Fungsi : bilangan real. Dimana dengan himpunan adalah jarak Euclids di antara titik dari anggota di yang memenuhi sifat-sifat : ( ) 0 untuk setiap di dan ( ) 0 jika dan hanya jika ( ) ( ) untuk setiap di ( ) ( ) + ( ) di Disebut metrik atau jarak pada. Himpunan dilengkapi dengan suatu metrik ditulis dengan ( ) disebut ruang metrik. Anggota ruang metrik ( ) disebut

36 21 titik dan untuk setiap di titik. bilangan non-negatif ( )disebut jarak titik ke Norm Definisi. Suatu norm di sebuah ruang vektor real adalah pemetaan dari himpunan bilangan real biasanya dilambangkan. yang memenuhi: 0 untuk setiap dan 0 jika dan hanya jika untuk setiap skalar dan + + untuk setiap (Anton 2004). ke Metrik di E Misalkan ruang Euclides dengan metrik M yang berperan mengukur kedekatan antar individu. Dengan memandang bersifat satu-satu atau bijektif) dari diterapkan metrik sebagai isomorfisma (sebuah fungsi yang pada maka sangatlah wajar bila pada sedemikian sehingga : ( ) ; i12n. Mekanisme di atas dapat disajikan dalam dimana diagram berikut.

37 22 Secara umum untuk setiap ( ) ( ) dan di Ini berarti pula bahwa untuk setiap ( ) di diinginkan berlaku : (Djauhari 1988) Metrik di F Seperti halnya di maka untuk mengukur kedekatan antar variabel serta melihat kolinearitasnya di diterapkan suatu metrik di. Dengan mengikuti konsep yang sama seperti untuk di Ingatlah bahwa ( ) pun dapat diterapkan metrik ; j 12p. Secara umum hal tersebut berarti bahwa untuk setiap ( ) Hubungan antara dan di berlaku : diberikan pada dalil berikut. Dalil Jika untuk setiap di berikut : berlaku Komutatif artinya : ( ) maka diperoleh diagram

38 23 Selanjutnya kedua diagram di atas dapat digabungkan sehingga membentuk diagram berikut ini yang menggambarkan seluruh mekanisme dasar yang ada bila dihadapkan dengan matriks data ( ). Diagram tersebut selanjutnya disebut diagram dual (Djauhari 1988) Metrik Bobot di F Bila ( ) matriks data yang terdiri dari baris dan dengan himpunan vektor individu { / 12 }. kolom maka di Misalkan terhadap setiap individu -i jadi terhadap setiap vektor di himpunan itu diberikan bobot ( > 0 dan Dengan demikian maka vektor dimana : 1) tidak lain adalah vektor mean atau pusat gravitasi dari himpunan vektor individu di atas. Elemen ke-j dari adalah

39 24 yang merupakan mean sampel untuk variabel ke-j. Khususnya jika ; untuk setiap 12 yang berarti bahwa semua individu memiliki bobot yang sama (ini akan diperoleh bila sampel diambil secara acak); maka dan Di dalam analisis data univariate besaran-besaran yang sering digunakan terutama adalah mean sampel (rata-rata) dan variansi sampel. Sebagai pengembangannya pada analisis data multivariate akan digunakan vektor mean dan momen inersia (yang merupakan perluasan dari variansi) (Djauhari 1988) Analisis Peubah Ganda Misalkan Maka setiap adalah vektor acak berukuran dinotasikan ( ) ( ) ( ) Dengan mengartikan dinotasikan mungkin saling dan matriks kovarian didefinisikan sebagai: ( ) adalah vektor acak dan diasumsikan tidak bebas. Nilai tengah dari vector acak dari 1 atau ( ) ( ) ( ) sebagai unsure ke ( ) dari matriks ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) dimana: bentuk disebut

40 25 ( ) [( 1998). μ ) ] untuk 12 ( μ )(( μ ) untuk 12 (Johnson 2.16 Analisis Korelasi Ganda Misalkan ingin didapatkan korelasi antara variabel didefinisikan matriks ( dan ) merupakan koragam contoh dari dan 1 dengan merupakan matriks koragam contoh dari analog dengan merupakan korelasi contoh dari dengan dan dimana dan (. adalah matriks korelsi contoh dari. Kuadrat korelasi ganda dapat dihitung menggunakan partisi dari matriks koragam atau partisi dari matriks korelasi sebagai berikut Korelasi ganda kombinasi linear 2.1 dapat didefinisikan dengan maksimum korelasi antara dan (Rencher 2002) Analisis Korelasi Kanonik Analisis kanonik adalah analisis statistika multivariat yang memungkinkan identifikasi dan kuantifikasi hubungan antara dua himpunan peubah. Jika terdapat dua kelompok variabel derajat ekivalensi antara ekivalen. dan melalui teknik analisis kanonik dapat diselidiki dan atau seberapa jauh keduanya mendekati keadaan

41 26 Misalkan terdapat dua kelompok variabel kuantitatif { } dan { } pengertian ekivalensi antara dua variabel kuantitatif bermakna bahwa kedua variabel itu ekivalen jika dan hanya jika mereka berimpit atau memiliki korelasi 1 atau -1. Untuk melihat kemiripan antar kedua kelompok variabel kuantitaif penyajian data dilakukan dengan mereduksi data yang berdimensi besar menjadi dimensi kecil dengan pendekatan ruang dual. Melalui pendekatan ruang dual pereduksian matriks pada setiap kelompok variabel melibatkan nilai karakteristik dan vektor karakteristik dari matriks varian kovarian dengan matriks diagonal bobot. Matriks varian kovarian ditentukan melalui matriks data terpusat yaitu selisih dari data sebenarnya dengan rataratanya. Sehingga nilai koefisien korelasi kanonik dan nilai pasangan variabel kanonik juga bersifat terpusat (Djauhari 1988). Definisi. Dua kelompok variabel kuantitatif { } dan { } dikatakan ekivalen jika himpunan semua kombinasi linear dari { } berimpit dengan himpunan semua kombinsi linear { Misalkan {1 2 } himpunan individu ( }. ) dan ( ) matriks- matriks data berturut-turut hasil pengukuran kelompok variabel pertama dan kedua pada. Diagram dual yang sesuai dengan tersebut adalah :

42 27 Dimana: a. Pada b. Pada c. Pada digunakan basis kanonik { (1) 1 2 } dan metrik ( ). ( ). digunakan basis kanonik { (2) 1 2 } dan metrik digunakan basis kanonik { 1 2 } dan metrik (Djauhari 1988).

43 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka yang menggunakan buku-buku penunjang dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan tugas akhir ini kemudian melakukan simulasi sebagai aplikasi untuk menerapkan teori yang telah dipelajari. Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. Menentukan vektor mean pada masing-masing kelompok variabel dan dengan elemen-elemennya merupakan mean dari setiap variabel yang diamati. 2. Membakukan data atau menentukan matriks data terpusat dari matriks data mentah. Untuk memperoleh matriks data terpusat matriks berukuran dan matriks berukuran dapat dilakukan dalam bentuk operasi matriks berikut :

44 29 dan Dengan adalah 3. Dengan bobot semua individu pada kedua kelompok variabel sama maka diketahui matriks diagonal bobot berukuran. Selanjutnya akan ditentukan matriks varian-kovarian tiap kelompok variabel. Misal diberikan: matriks varians-kovarians kelompok variabel pertama. matriks varian-kovarian kelompok variabel kedua. ( ) matriks varian-kovarian kelompok variabel pertama dan kedua. 4. Dari matriks varian-kovarian yang telah diperoleh maka akan dicari nilai karakteristik yang akan digunakan untuk menentukan koefisien korelasi kanonik dan vektor karakteristik untuk menentukan nilai pasangan variabel kanonik dengan persamaan berikut: Misal banyaknya variabel pada dan banyaknya variabel pada. Jika maka terlebih dahulu mencari nilai karakteristik dari persamaan det( ) 0 untuk setiap 12. Menentukan vektor karakteristik pada kelompok variabel pertama yang bersesuaian dengan nilai karakteristik dimana 1.

45 30 Jika < maka terlebih dahulu mencari nilai karakteristik dari persamaan det( ) 0 untuk setiap 12. Menentukan vektor karakteristik pada kelompok variabel kedua yang bersesuaian dengan nilai karakteristik dimana Menentukan koefisien korelasi kanonik ( ) dari nilai karakteristik yang telah diperoleh : ( ) untuk setiap Menentukan nilai pasangan variabel kanonik ( ) yaitu merupakan variabel kanonik pada kelompok pertama dan merupakan variabel kanonik pada kelompok kedua untuk setiap 12 dengan: dan untuk setiap 12

46 V. KESIMPULAN Dari uraian pembahasan dan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui pendekatan ruang dual analisis korelasi kanonik berusaha mereduksi dimensi ruang untuk melihat kemiripan dua kelompok variabel. Pada penelitian ini analisis korelasi kanonik berhasil mereduksi dimensi matriks dengan membentuk matriks varian kovarian melalui matriks data terpusat. Invers dari matriks varian kovarian tiap variabel merupakan dual dari dari matriks varian kovarian. Selanjutnya analisis diteruskan dengan melibatkan matriks varian kovarian dan matriks data terpusat tanpa melibatkan matriks data awal. 2. Analisis korelasi kanonik berfokus pada korelasi antara kombinasi linear dari gugus peubah independen dengan gugus peubah dependen. Ide utamanya mencari pasangan kombinasi linear yang memiliki korelasi terbesar. Pasangan kombinasi linear kedua kelompok variabel yang dipilih merupakan pasangan kombinasi linear yang memiliki korelasi terbesar yaitu pada pasangan kombinasi linear pertama.

47 DAFTAR PUSTAKA Anton Howard dan Chris Rorres Aljabar Linear Elementer. Jakarta. Erlangga. Djauhari Maman A Struktur Data Statistik. Jakarta. Karunika Universitas Terbuka. Jacob Bill Linear Algebra. New York. W.H. Freeman and Company. Johnson R. A. dan Winchen D. W Applied Multivariate Statistical Analysis Fifth Edition. New Jersey. Prentice Hall Inc. Mattjik A. Ansori dan Sumertajaya I Made Sidik Peubah Ganda. Bogor. IPB Press. Rencher Alvin C Methods of Multivariate Analysis Second Edition. New York. John Wiley and Sons.

ANALISIS KOMPONEN UTAMA MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL

ANALISIS KOMPONEN UTAMA MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL ANALISIS KOMPONEN UTAMA MELALUI PENDEKATAN RUANG DUAL (Skripsi) Oleh SELVI ANGGRAINI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK ANALISIS KOMPONEN UTAMA

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer BAB I RUANG VEKTOR Pada kuliah Aljabar Matriks kita telah mendiskusikan struktur ruang R 2 dan R 3 beserta semua konsep yang terkait. Pada bab ini kita akan membicarakan struktur yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2. SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : 3 Minggu Ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan Sasaran Belajar Cara Pengajaran Media Tugas Referens i 1

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Diskrit 2 Kode / SKS : IT02 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi. Pendahuluan 2. Vektor.. Pengantar mata kuliah aljabar linier.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2 Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui deraat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain (Algifari, 997)

Lebih terperinci

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS A. OPERASI ELEMENTER TERHADAP BARIS DAN KOLOM SUATU MATRIKS Matriks A = berdimensi mxn dapat dibentuk matriks baru dengan menggandakan perubahan bentuk baris dan/atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II. A. 1 Matriks didefinisikan sebagai susunan segi empat siku- siku dari bilangan- bilangan yang diatur dalam baris dan kolom (Anton, 1987:22).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai konsep dasar tentang matriks meliputi definisi matriks, jenis-jenis matriks, operasi matriks, determinan, kofaktor, invers suatu matriks, serta

Lebih terperinci

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Nama Mahasiswa : Aprilliantiwi NRP : 1207100064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : 1 Soleha, SSi, MSi 2 Dian Winda Setyawati,

Lebih terperinci

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH : MATEMATIKA INFORMATIKA 2 JURUSAN : S1-TEKNIK INFORMATIKA KODE MATA KULIAH : IT-045214 Referensi : [1]. Yusuf Yahya, D. Suryadi. H.S., Agus S., Matematika untuk

Lebih terperinci

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA 07934028 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Misalkan

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal. 183-190 DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN Fidiah Kinanti, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT0143231 / 2 SKS Deskripsi: - Mata kuliah ini mempelajari konsep aljabar linear sebagai dasar untuk membuat algoritma dalam permasalahan

Lebih terperinci

Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan. Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015

Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan. Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015 Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015 Dadang Amir Hamzah (STT) Matematika Teknik I Semester 3, 2015 1 / 33 Outline 1 Matriks Dadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Matriks adalah himpunan bilangan real yang disusun secara empat persegi panjang, mempunyai baris dan kolom dengan bentuk umum : Tiap-tiap bilangan yang berada didalam

Lebih terperinci

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti Part III DETERMINAN Oleh: Yeni Susanti Perhatikan determinan matriks ukuran 2x2 berikut: Pada masing-masing jumlahan dan Terdapat wakil dari setiap baris dan setiap kolom. Bagaimana dengan tanda + (PLUS)

Lebih terperinci

Eigen value & Eigen vektor

Eigen value & Eigen vektor Eigen value & Eigen vektor Hubungan antara vektor x (bukan nol) dengan vektor Ax yang berada di R n pada proses transformasi dapat terjadi dua kemungkinan : 1) 2) Tidak mudah untuk dibayangkan hubungan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM KOMPUTER Semester : 2 Berlaku mulai: Genap/2011 MATA KULIAH : MATRIK DAN TRANSFORMASI LINEAR NOMOR KODE / SKS : 410202051/ 3 SKS PRASYARAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Multivariat Analisis statistika multivariat adalah teknik-teknik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel terikat yang saling berkorelasi sebagai

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MATRIKS SINGULAR DARI SUATU MATRIKS YANG MEMENUHI SIFAT KHUSUS TUGAS AKHIR

KONSTRUKSI MATRIKS SINGULAR DARI SUATU MATRIKS YANG MEMENUHI SIFAT KHUSUS TUGAS AKHIR KONSTRUKSI MATRIKS SINGULAR DARI SUATU MATRIKS YANG MEMENUHI SIFAT KHUSUS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh : EKA WAHYUDININGSIH

Lebih terperinci

MA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli

MA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN JURUSAN MATEMATIKA DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MATEMATIKA SILABUS MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan Aljabar Linear ELementer MA Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Repeated Measurement Dalam repeated measurement setiap perlakuan menunjukkan pengukuran terhadap satu sampel (unit eksperimen ) atau beberapa sampel yang memiliki karakter sama

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN Determinan Matriks Determinan Matriks Sub Pokok Bahasan Permutasi dan Determinan Matriks Determinan dengan OBE Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Beberapa Aplikasi

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matriks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan jajaran persegi panjang dari bilangan-bilangan dan setiap matriks akan mempunyai baris dan kolom. Salah satu

Lebih terperinci

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif Joko Harianto 1, Puguh Wahyu Prasetyo 2, Vika Yugi Kurniawan 3, Sri Wahyuni 4 1 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 2 Mahasiswa S2 Matematika FMIPA UGM, 3

Lebih terperinci

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan

Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan Diagonalisasi Matriks Segitiga Atas Ring komutatif Dengan Elemen Satuan Fitri Aryani 1, Rahmadani 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suskaacid Abstrak

Lebih terperinci

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 313 322. ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM

Lebih terperinci

Invers Tergeneralisasi Matriks atas Z p

Invers Tergeneralisasi Matriks atas Z p SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Invers Tergeneralisasi Matriks atas Z p Evi Yuliza 1 1 Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya evibc3@yahoocom PM A-1 - Abstrak Sebuah matriks

Lebih terperinci

KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS

KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 279 284. KAJIAN METODE KONDENSASI CHIO PADA DETERMINAN MATRIKS Adrianus Sumitro, Nilamsari Kusumastuti, Shantika Martha

Lebih terperinci

Pertemuan 8 Aljabar Linear & Matriks

Pertemuan 8 Aljabar Linear & Matriks Pertemuan 8 Aljabar Linear & Matriks 1 Jika A adl matriks nxn yg invertible, untuk setiap matriks b dgn ukuran nx1, maka sistem persamaan linier Ax = b mempunyai tepat 1 penyelesaian, yaitu x = A -1 b

Lebih terperinci

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang

Lebih terperinci

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. (17), hal 7 34. MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER Ardiansyah, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Pada

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir : Kajian Matematika Murni PENERAPAN PROSES ORTHOGONALISASI GRAM-SCHMIDT DALAM MEMBENTUK FAKTORISASI QR

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir : Kajian Matematika Murni PENERAPAN PROSES ORTHOGONALISASI GRAM-SCHMIDT DALAM MEMBENTUK FAKTORISASI QR LAPORAN TUGAS AKHIR Topik Tugas Akhir : Kajian Matematika Murni PENERAPAN PROSES ORTHOGONALISASI GRAM-SCHMIDT DALAM MEMBENTUK FAKTORISASI QR TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS Sri Maryani Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Email : sri.maryani@unsoed.ac.id Abstract Inner

Lebih terperinci

MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU

MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU DENGAN Andi Bahota 1*, Aziskhan 2, Musraini M. 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen JurusanMatematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

Matematika Teknik INVERS MATRIKS INVERS MATRIKS Dalam menentukan solusi suatu SPL selama ini kita dihadapkan kepada bentuk matriks diperbesar dari SPL. Cara lain yang akan dikenalkan disini adalah dengan melakukan OBE pada matriks koefisien

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer MA SKS. 07/03/ :21 MA-1223 Aljabar Linear 1

Aljabar Linear Elementer MA SKS. 07/03/ :21 MA-1223 Aljabar Linear 1 Aljabar Linear Elementer MA SKS 7//7 : MA- Aljabar Linear Jadwal Kuliah Hari I Hari II jam jam Sistem Penilaian UTS 4% UAS 4% Quis % 7//7 : MA- Aljabar Linear Silabus : Bab I Matriks dan Operasinya Bab

Lebih terperinci

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih:

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih: Modul Praktikum Aljabar Linier Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih: David Abror Gabriela Minang Sari Hanan Risnawati Ichwan Almaza Nuha Hanifah Riza Anggraini Saiful Anwar Tri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks

BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Teori matriks merupakan salah satu cabang ilmu aljabar linier yang menjadi pembahasan penting dalam ilmu matematika. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, aplikasi

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN

Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Konsep Dasar M PENDAHULUAN Drs. Suryo Guritno, M.Stats., Ph.D. ateri yang akan dibahas dalam modul ini adalah konsep-konsep dasar aljabar matriks yang meliputi pengertian matriks, vektor dan skalar;

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. Modul ajar ini dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kuliah jarak

Lebih terperinci

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 ) MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Tidak jarang dihadapkan dengan persoalaan yang melibatkan dua atau lebih peubah atau variabel yang ada atau diduga ada dalam suatu hubungan tertentu. Misalnya

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 1 Dr. Abdul Wahid Surhim POKOK BAHASAN 1.1 Pengantar Sistem Persamaan Linear (SPL) 1.2 Eliminasi GAUSS-JORDAN 1.3 Matriks dan operasi matriks 1.4 Aritmatika Matriks, Matriks

Lebih terperinci

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR 5.. Pendahuluan Biasanya jika suatu matriks A berukuran mm dan suatu vektor pada R m, tidak ada hubungan antara vektor dan vektor A. Tetapi seringkali kita menemukan

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11. 54303/ Matriks & Ruang Vektor 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer

Lebih terperinci

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Matriks Tujuan Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse Pengertian Matriks Adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world). 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemodelan Matematika Definisi pemodelan matematika : Pemodelan matematika adalah suatu deskripsi dari beberapa perilaku dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bilangan Kompleks Bilangan merupakan suatu konsep dalam matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Sistem bilangan yang dikenal saat ini merupakan hasil perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi linear, metode kuadrat terkecil, restriksi linear, multikolinearitas, regresi ridge, uang primer, dan koefisien

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

ALJABAR LINEAR SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS ALJABAR LINEAR SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam Shalawat serta salam

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILPOTENT ORDE 4 PADA MATRIKS SINGULAR MENGGUNAKAN TEOREMA CAYLEY HAMILTON TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILPOTENT ORDE 4 PADA MATRIKS SINGULAR MENGGUNAKAN TEOREMA CAYLEY HAMILTON TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILPOTENT ORDE 4 PADA MATRIKS SINGULAR MENGGUNAKAN TEOREMA CAYLEY HAMILTON TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh: IRMA

Lebih terperinci

ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI DENGAN MATRIKS TRANSAKSI

ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI DENGAN MATRIKS TRANSAKSI ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI DENGAN MATRIKS TRANSAKSI La Chidir Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo (UHO) Kampus Bumi Tridharma, Anduonohu,

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN

INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN Saintia Matematika ISSN: 2337-997 Vol 02, No 0 (204), pp 85 94 INVERS SUATU MATRIKS TOEPLITZ MENGGUNAKAN METODE ADJOIN Bakti Siregar, Tulus, Sawaluddin Abstrak: Pencarian invers matriks adalah suatu hal

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA CATATAN KULIAH ALJABAR LINEAR MUSTHOFA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 20 SISTEM PERSAMAAN LINEAR Tujuan : Menyelesaikan sistem persamaan linear. OPERASI BARIS ELEMENTER

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7 Aljabar Linier Elementer Kuliah 7 Materi Kuliah Ekspansi kofaktor Aturan Cramer 2 2.4 Espansi Kofaktor; Aturan Cramer Definisi: Jika A adalah matriks bujur sangkar, maka minor dari entri a ij dinyatakan

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Vol 12, No 2, 153-159, Januari 2016 Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Firman Abstrak Misalkan adalah operator linier dengan adalah ruang Hilbert Pada operator linier dikenal istilah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

ALGORITMA PEMBANGUN MATRIKS KORELASI TUGAS AKHIR

ALGORITMA PEMBANGUN MATRIKS KORELASI TUGAS AKHIR ALGORITMA PEMBANGUN MATRIKS KORELASI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh HELMAVIRA 0654004474 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar

Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Matriks Leslie dan Aplikasinya dalam Memprediksi Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk di Kota Makassar Wahidah Sanusi 1, Sukarna 1 dan Nur Ridiawati 1, a) 1 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 91 98. SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Febrianti,

Lebih terperinci

MATRIKS. a A mxn = 21 a 22 a 2n a m1 a m2 a mn a ij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j.

MATRIKS. a A mxn = 21 a 22 a 2n a m1 a m2 a mn a ij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j. MATRIKS A. Definisi Matriks 1. Definisi Matriks dan Ordo Matriks Matriks adalah susunan bilangan (elemen) yang disusun menurut baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda kurung. Jika suatu matriks tersusun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Salah satu kajian matematika sekolah menengah yang memiliki banyak aplikasinya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan

Lebih terperinci

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5 Aljabar Linear & Matriks Pert. 5 Evangs Mailoa Pengantar Determinan Menurut teorema 1.4.3, matriks 2 x 2 dapat dibalik jika ad bc 0. Pernyataan ad bc disebut sebagai determinan (determinant) dari matriks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB II MATRIKS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers

Lebih terperinci

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift

Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(A) 14103 Menentukan Nilai Eigen Tak Dominan Suatu Matriks Definit Negatif Menggunakan Metode Kuasa Invers dengan Shift Yuli Andriani Jurusan Matematika FMIPA,

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENDAPATKAN PETA PERSEPSI DAN VARIABEL BAGI KEGIATAN USAHA SKRIPSI

ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENDAPATKAN PETA PERSEPSI DAN VARIABEL BAGI KEGIATAN USAHA SKRIPSI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENDAPATKAN PETA PERSEPSI DAN VARIABEL BAGI KEGIATAN USAHA (Studi Kasus Rumah Makan Spesial Sambal (SS) terhadap Pesaingnya) SKRIPSI Disusun oleh : SUSI EKAWATI J2E 008 054

Lebih terperinci

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3 Kuliah Aljabar Linier Semester Ganjil 2015-2016 MZI Fakultas Informatika Telkom University FIF Tel-U September 2015 MZI (FIF Tel-U) Ruang Vektor R 2 dan R 3 September 2015

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer MUG1E3 3 SKS

Aljabar Linear Elementer MUG1E3 3 SKS // ljabar Linear Elementer MUGE SKS // 9:7 Jadwal Kuliah Hari I Selasa, jam. Hari II Kamis, jam. Sistem Penilaian UTS % US % Quis % // 9:7 M- ljabar Linear // Silabus : Bab I Matriks dan Operasinya Bab

Lebih terperinci

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL Anis Fitri Lestari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK Matriks normal merupakan matriks persegi yang entri-entrinya bilangan kompleks

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

Aljabar Matriks. Aljabar Matriks

Aljabar Matriks. Aljabar Matriks Aljabar Matriks No No Unit Unit Kompetensi 1 Menerapkan keamanan web dinamis 2 Membuat halaman web dinamis dasar 3 Membuat halaman web dinamis lanjut 4 Menerapkan web hosting 5 Menerapkan konten web memenuhi

Lebih terperinci

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1 Aljabar Linier Lanjut Kuliah 1 Materi Kuliah (Review) Multiset Matriks Polinomial Relasi Ekivalensi Kardinal Aritmatika 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Multiset Definisi Misalkan S himpunan

Lebih terperinci

Kumpulan Soal,,,,,!!!

Kumpulan Soal,,,,,!!! Kumpulan Soal,,,,,!!! Materi: Matriks & Ruang Vektor 1. BEBAS LINEAR S 3. BASIS DAN DIMENSI O A L 2. KOMBINASI LINEAR NeXt FITRIYANTI NAKUL Page 1 1. BEBAS LINEAR Cakupan materi ini mengkaji tentang himpunan

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL JORDAN UNTUK MENENTUKAN INVERS MOORE PENROSE

BENTUK NORMAL JORDAN UNTUK MENENTUKAN INVERS MOORE PENROSE i BENTUK NORMAL JORDAN UNTUK MENENTUKAN INVERS MOORE PENROSE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Oleh Riyan Emmy Trihastuti 0901060006 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci