PENGEMBANGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK DIAGNOSTIK MODEL DERET WAKTU YULITASARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK DIAGNOSTIK MODEL DERET WAKTU YULITASARI"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK DIAGNOSTIK MODEL DERET WAKTU YULITASARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 007

2 ABSTRAK YULITASARI. Pengebangan Uji Portanteau untuk Diagnostik Model Deret Waktu. Dibibing oleh KUSMAN SADIK dan YENNI ANGRAINI. Kecukupan odel deret waktu dapat diperiksa berdasarkan sisaannya. Jika odel layak aka fungsi autokorelasi sisaan contoh tidak berbeda nyata dengan nol untuk seua lag lebih besar dari satu. Uji yang digunakan untuk eeriksa apakah k pertaa autokorelasi sisaan saa dengan nol adalah uji portanteau yang diperkenalkan pertaa kali oleh Box-Pierce pada tahun Dala perkebangannya, uji ini engalai perbaikan dan eneria usulan antara lain oleh Ljung-Box (1978), Monti (1994) dan Pena-Rodriquez (00). Penelitian ini bertujuan untuk elihat kesensitifan ketiga uji portanteau yaitu uji portanteau Ljung-Box (Q LB ), uji portanteau Monti (Q MT ) dan uji portanteau Pena-Rodriquez (D ). Penelitian dilakukan dengan siulasi dengan ebangkitkan 36 odel ARMA (p,q) dengan ukuran contoh 100 dan 30 sebanyak ulangan. Hasil eperlihatkan dari 36 odel ARMA (p,q) yang di-fit dengan odel AR (1) atau MA (1) atau ARMA (1,1), uji D erupakan uji yang paling sensitif dibandingkan dengan kedua uji yang lain. Uji Q LB eberikan hasil yang hapir saa dengan uji Q MT untuk lag kecil dan hasil yang lebih sensitif pada lag besar. Tetapi uji Q MT terbukti lebih sensitif ketika odel alternatif eiliki order MA yang lebih tinggi.

3 PENGEMBANGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK DIAGNOSTIK MODEL DERET WAKTU YULITASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk eperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 007

4

5 PRAKATA Skripsi dengan judul Pengebangan Uji Portanteau untuk Diagnostik Model Deret Waktu ini diinspirasikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Daniel Pena dan Julio Rodriquez. Hasil penelitian ereka dapat dilihat pada jurnal Journal of the Aerican Statistical Association (JASA) 97: tahun 00 dengan judul A Powerful Portanteau Test of Lack of Fit for Tie Series. Disaping enggunakan 4 odel ARMA (p,q) yang digunakan pada penelitian terdahulu, penulis juga enabahkan 1 odel ARMA (p,q) yang di-fit dengan odel ARMA (1,1). Terselesaikannya skripsi ini adalah dengan penuh perjuangan. Epat tahun laanya terkatung-katung sapai akhirnya dapat tertuntaskan. Perjuangan panjang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Orang tua di ruah yang selalu percaya pada anaknya. Pak Kusan Sadik dan Bu Yenni Angraini selaku pebibing skripsi. Dudi atas saran penggunaan R.4.0. Marta, Nono, Rani, Itut dan seua tean yang yang tak tersebut yang tak lelah terus eberi seangat. Syukur nikat ini sungguh tak terbilang. Bogor, Agustus 007 Penulis

6 RIWAYAT HIDUP Penulis erupakan anak kedua dari pasangan Drs. Noor Siswanto, S.H dan Siti Sasilah. Penulis dilahirkan di Wonosari, Gunung Kidul pada tanggal 7 Juli 198. Masa kecil dilewatkannya di beberapa kota engikuti orangtuanya yang pindah tugas. Pendidikan dasar diselesaikan di tiga sekolah dan akhirnya tahun 1994 penulis lulus dari SDN 3 Toa Lia, Passo, Abon. Sepat bersekolah di SMP Negeri 1 Lateri Abon sebelu enyelesaikan pendidikan enengahnya di SMP Negeri 11 Pontianak pada tahun Setelah enghabiskan asa kelas 1 dan di SMU Negeri 1 Pontianak, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Karangano, Klaten pada tahun 000. Pada tahun yang saa penulis diteria di Departeen Statistika FMIPA IPB elalui jalur UMPTN. Penulis pernah anjadi pengurus Asraa Putri IPB Baranangsiang periode 003/004 dan elakukan praktek lapang di Dinas Pertanian Tanaan Pangan Provinsi Jawa Tengah pada Februari April 004. Penulis juga sepat ikut pada survey PATANAS 004 yang diadakan oleh Pusdatin Deptan.

7 DAFTAR ISI Halaan DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 1 TINJAUAN PUSTAKA Metode Siulasi 1 Deret Waktu 1 Koefisien Autokorelasi Proses Auto Regresi Proses Moving Average Uji Portanteau 3 Uji Portanteau Ljung-Box (Q LB ) 3 Uji Portanteau Monti (Q MT ) 3 Uji Portanteau Pena dan Rodriquez (D M ) 3 METODE ANALISIS 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Peerikasaan Progra 5 Progra Pebangkitan Data 5 Progra perhitungan Q LB, Q MT, dan D 7 Kelayakan Model 7 Pebangkitan dan Pengolahan Data 8 SIMPULAN DAN SARAN Sipulan 9 Saran 9 DAFTAR PUSTAKA 9 LAMPIRAN 11

8 DAFTAR GAMBAR Halaan 1 Plot Noral Galat yang Dibangkitkan dengan rnor 5 Plot Data Bangkitan Terhadap Waktu 5 3 Plot ACF Data Bangkitan 6 4 Plot PACF Data Bangkitan 6 5 Pendugaan Paraeter dengan Model MA () 6 6 Plot Sisaan Model MA () Terhadap Waktu 6 7 Plot ACF Sisaan Model MA () 6 8 Plot PACF Sisaan Model MA () 6 9 Pendugaan Paraeter dengan Model AR (3) 7 10 Plot Sisaan Model AR (3) Terhadap Waktu 7 11 Plot ACF Sisaan Model AR (3) 7 1 Plot PACF Sisaan Model AR (3) 7 13 Plot ACF Sisaan Model AR (3) 8 14 Plot PACF Sisaan Model AR (3) 8

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaan 1 Perintah Pebangkitan Deret Waktu dengan R Model ARMA (p,q) yang Dibangkitkan 14 3 Pebuktian Teorea dan Pendekatan Sebaran 15 4 Nilai Q LB dengan MINTAB dan R Nilai D dengan R.4.0 dan Secara Manual 17 6 P-value untuk D, Q LB, serta Q MT dengan Minitab dan R P-value Uji Portanteau 18 8 Persentase series (deret 1, deret, deret 10000) dengan sisaan berkorelasi ketika data di-fit dengan odel AR(1), MA(1) dan ARMA(1,1) pada beberapa odel ARMA(p,q) dengan uji D M, Q LB dan Q MT pada n= Persentase series (deret 1, deret, deret 10000) dengan sisaan berkorelasi ketika data di-fit dengan odel AR(1), MA(1) dan ARMA(1,1) pada beberapa odel ARMA(p,q) dengan uji D M, Q LB dan Q MT pada n= Grafik Persentase Banyaknya Series yang Modelnya Dinyatakan Tidak Layak dengan Uji Q LB pada N= Grafik Persentase Banyaknya Series yang Modelnya Dinyatakan Tidak Layak dengan Uji Q MT pada N= Grafik Persentase Banyaknya Series yang Modelnya Dinyatakan Tidak Layak dengan Uji D pada N= Grafik Persentase Banyaknya Series yang Modelnya Dinyatakan Tidak Layak dengan Uji Q LB pada N= Grafik Persentase Banyaknya Series yang Modelnya Dinyatakan Tidak Layak dengan Uji Q MT pada N= Grafik Persentase Banyaknya Series yang Modelnya Dinyatakan Tidak Layak dengan Uji D pada N=30 7

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Data yang dikupulkan berdasarkan urutan waktu atau biasa disebut data deret waktu dapat digunakan untuk elakukan pendugaan kejadian yang akan datang yang disebut dengan peraalan. Jenis data ini sering dijupai di berbagai bidang. Peraalan erupakan satu eleen penting dala pengabilan keputusan dan penentuan kebijakan. Dengan peraalan kerugian akibat ketidakpastian dala pengabilan keputusan dapat dikurangi. Peraalan dapat dilakukan dengan elakukan peulusan terhadap data dan peodelan. Ketepatan peraalan dapat ditingkatkan dengan enyediakan lebih banyak data, tetapi sering kali data yang tersedia tidak cukup banyak untuk ebangun sebuah odel pendugaan yang baik. Peodelan data deret waktu dilakukan dala tiga tahap yaitu penentuan odel tentatif, pendugaan paraeter dan analisis diagnostik terhadap kelayakan odel. Ketiga tahapan ini dikenal sebagai etode Box- Jenkins. Model dikatakan layak jika sisaannya saling bebas, epunyai sebaran identik serta enyebar noral dengan rataan nol dan raga σ e (Cryer 1986). Sisaan tidaklah selalu saling bebas, pada beberapa kasus terjadi autokorelasi. Jika hal ini diabaikan aka akan enyebabkan ketidakkonsistenan pendugaan galat baku, ketidaktepatan uji hipotesis dan ketidakefisienan pendugaan koefisien regresi. Uji foral yang digunakan untuk enguji apakah sisaan saling bebas atau tidak adalah uji portanteau (statistik Q) yang diperkenalkan pertaa kali oleh Box-Pierce pada tahun Uji portanteau diruuskan sebagai perkalian ukuran contoh dan julah kuadarat k autokorelasi sisaan contoh pertaa. Statistika Q akan enyebar engikuti sebaran khi-khuadrat dengan derajat bebas k-p-q jika H 0 benar dengan hipotesis nol sisaan saling bebas. Dala perkebangannya, uji portanteau engalai perbaikan dan eneria usulan antara lain oleh Ljung-Box (1978), Monti (1994) dan Pena-Rodriquez (00). Uji portanteau Pena-Rodriquez (D ) dipercaya lebih sensitif untuk endeteksi adanya autokorelasi pada sisaan terutaa pada n kecil. Uji ini eisalkan sisaan sebagai contoh dari data ultivariat dengan perilaku sebaran peluang tertentu. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah ebandingkan kesensitifan tiga uji portanteau yaitu uji portanteau Pena- Rodriquez (D ), uji portanteau Ljung-Box (Q LB ) dan uji portanteau Monti (Q MT ). TINJAUAN PUSTAKA Metode Siulasi Siulasi dala statistika dapat diartikan sebagai kupulan teknik yang berguna yang keseuanya berhubungan dengan eniru perilaku suatu odel (Morgan 1984). Siulasi tidak hanya dapat enerangkan odel itu sendiri, tetapi juga untuk enyelidiki bagaiana perilaku odel dapat berubah engikuti perubahan di dala odel. Metode siulasi dapat eberikan efisiensi dan keudahan dala enganalisis suatu odel ateatika. Sekarang kebanyakan siulasi dala statistika dilakukan dengan bantuan perangkat koputer. Deret Waktu Deret waktu adalah suatu gugus tatanan nilai-nilai pengaatan sifat kuantitatif suatu individu atau kupulan individu yang diaati pada titik-titik waktu berbeda. Biasanya jarak titik-titik waktu tersebut dibuat saa. Deret waktu dapat diodelkan dala bentuk uu : X t = b1 z1( t) b z ( t) + L + bk zk ( t) + ε t keterangan : b t = paraeter z t (t) = fungsi ateatik dari t ε t = galat acak Dua tujuan utaa dari analisis deret waktu adalah eodelkan proses stokastik yang ebangkitkan pengaatan deret waktu dan eprediksi atau eraalkan kejadian endatang berdasarkan data terdahulu. Kestasioneran erupakan asusi terpenting yang harus dipenuhi dala peodelan proses stokastik (Cryer 1986). Proses stokastik dikatakan stasioner jika rataan fungsi konstan enurut waktu dan raga bersaa antara lag t dengan lag t-k saa dengan raga bersaa antara lag 0 dengan lag k untuk seua t dan k.

11 Koefisien Autokorelasi Koefisien autokorelasi adalah ukuran seberapa besar korelasi antara data yang berdekatan pada data deret waktu X t (Pindyck dan Rubinfield 1997). Korelasi antara X t dan X t+k yang terpisahkan oleh k interval waktu disebut autokorelasi lag k dan didefinisikan sebagai: E[( X t X )( X t+ k X )] ρ k = E[( X X ) ] E[( X X ) Cov( X t, X = t σ σ t X t X t + k k ) t+ k Pada proses yang konstan, raga pada waktu t akan saa besar dengan raga pada waktu t + k, sehingga koefisien autokorelasi akan enjadi: Cov(( X t, X t k ) γ k ρk = = σ γ x 0 Autokorelasi bernilai antara -1 dan 1. Nilai autokorelasi yang endekati ±1 engindikasikan adanya hubungan yang kuat dan nilai autokorelasi endekati nol enunjukan tidak adanya hubungan. Koefisien autokorelasi dapat diduga dengan koefisien autokorelasi contoh (r k ) (Pindyck dan Rubinfield 1997). n = t = k + 1a t a r t k k n t= 1at Kesulitan pengidentifikasian nilai p pada proses autoregresi dapat ditanggulangi dengan penggunaan autokorelasi parsial. Autokorelasi parsial ( πˆ k ) dapat diartikan sebagai korelasi antara X t dan X t-k setelah pengaruh pebalikan peubah X t-1, X t-,..., X t-k+1 dihilangkan pada data deret waktu yang konstan (Cryer 1986). Proses Autoregresi Prose autoregresi ordo p (AR (p)) diodelkan sebagai: X t = ξ + φ1 X t 1 + φ X t + L+ φ p X t p + ε t Persaaan ini disebut autoregresi karena pengaatan aktual X t diregresikan pada pengaatan sebelunya X t-1, X t-,..., X t-p dala deret waktu yang saa (Montgoery et all 1990). Proses AR (p) dapat dituliskan dala bentuk operator backward-shift: φ p ( B) X t = ε t Proses AR (p) dapat diterapkan untuk proses yang stasioner aupun tidak stasioner. Proses AR (p) akan stasioner jika akar dari polinoial φ p (B) berada diluar unit lingkaran. Proses AR (p) eiliki fungsi autokorelasi (ACF) yang berpola polinoial dan fungsi autokorelasi parsial (PACF) yang terpotong pada lag p. Model AR yang paling sederhana adalah AR (1) : X t = μ + φx t 1 + at diana peristiwa pada waktu t hanya bergantung pada peristiwa pada waktu t-1 dan bebas terhadap peristiwa waktu t-, t-3,..., t0. Proses ini disebut juga proses Markov. Proses ini akan stasioner jika dan hanya jika φ < 1. Nilai tengah dari odel ini nol, raganya σ a /(1 φ ) dan autokorelasi untuk lag k saa dengan φ k. Proses Moving Average Model uu proses oving average ordo q (MA (q)) dapat ditulis sebagai: X t = ε t + θ1 ε t 1 + θ ε t + L + θ qε t q Terinologi oving average berasal dari fakta bahwa X t dibangun dengan ebobotkan 1,-φ 1, -φ,..., -φ q, pada variabel ε t, ε t-1, ε t-,...,ε t-p keudian engerakkan pebobot yang saa satu periode waktu kebelakang dan ebobotkannya pada ε t+1, ε t, ε t-1,..., ε t-p+1 untuk endapatkan X t+1 (Cryer 1986). Proses MA (q) dapat ditulis dala bentuk operator backward-shift sebagai: X = μ + θ ( B) ε t Untuk kondisi tertentu proses MA (q) dapat ditulis ke dala bentuk AR ( ). Kondisi ini disebut invertibility bagi MA (q). Syarat agar proses MA (q) dapat dirubah enjadi proses AR ( ) adalah akar dari polinoial θ q (B) = 0 berada diluar unit lingkaran. Proses MA (q) dapat dikenali dengan elihat plot ACF yang terpotong pada lag q dan plot PACF yang berpola polinoial. Dapat disipulkan bahwa proses tidak eiliki korelasi setelah lag q. Proses MA yang paling sederhana adalah MA (1) yang di odelkan sebagai: X t = ε t + θ ε t 1 Nilai tengah odel ini bernilai nol, raganya (1+θ ) σ ε dan autokorelasi lag 1 saa dengan -θσ ε serta autokorelasi untuk lag k, k > 1 akan bernilai nol. Seringkali dijupai proses autoregresi diasukkan bersaaan dengan oving average dala satu odel deret waktu. Hal ini dilakukan karena odel tersebut lebih baik dibandingkan dengan odel autoregresi saja atau odel oving average saja. Model q t

12 3 capuran autoregresi-oving average order (p,q) (ARMA (p,q)) dapat dituliskan sebagai : X = ξ + φ X + φ X + L+ φ X + ε t θ ε 1 t 1 1 t 1 θ ε t t L θ ε q t q p t p Model capuran ini akan stasioner jika akar dari polinoial φ p (B) berada diluar unit lingkaran dan invertible jika akar dari polinoial θ q (B) = 0 berada diluar unit lingkaran. Uji Portanteau Ada dua cara untuk elihat asusi kebebasan galat. Pertaa dengan elihat plot sisaan dengan waktu. Jika plot ini tidak berpola aka dapat disipulkan bahwa sisaan bebas. Yang kedua elihat ACF sisaan. Jika autokorelasi sisaan bernilai nol aka dapat dikatakan sisaan saling bebas. Uji foral untuk enguji asusi kebebasan galat adalah uji portanteau. Uji ini pertaa kali diperkenalkan oleh Box- Pierce pada tahun 1970 berdasarkan pada autokorelasi sisaan yang diruuskan sebagai: Q = n k= 1rk Jika odel ARMA(p,q) teridentifikasi dengan benar aka untuk n yang besar Q akan enyebar khi-kuadrat dengan derajat bebas -p-q. Hipotesis yang digunakan adalah sisaan saling bebas elawan sisaan tidak bebas (berkorelasi). Uji Portanteau Ljung-Box (Q LB ) Persoalan uncul jika n tidak besar. Ljung dan Box (1978) enunjukan bahwa untuk n = 100 pun pendekatan Q ke sebaran khi-kuadrat tidak euaskan. Uji portanteau keudian diperbaiki enjadi uji portanteau Ljung- Box (Q LB ) dengan engantikan koefisien autokorelasi sisaan (r k ) dengan nilai standarnya ( ~ r k ) (Pena dan Rodriguez 00). ~ ( n + ) rk = r k ( n k) sehingga QLB = n( n + ) k = 1 ( n k) 1 rk Q LB enyebar khi-kuadrat dengan derajat bebas -p-q. Ljung (1986) dala Pena dan Rodriguez (00) eperlihatkan bahwa enghitung Q LB dengan banyak autokorelasi sisaan dapat engurangi kekuatan ujinya. Uji Portanteau Monti (Q MT ) Monti (1994) eperkenalkan uji portanteau Q MT yang berdasarkan pada autokorelasi parsial ( πˆ ). k t QMT = n n + ) k = 1 1 ˆk ( ( n k) π Q MT enyebar khi khuadrat dengan derajat bebas -p-q. Melalui siulasi, Monti (1994) enunjukan bahwa ketika alternatif odel eiliki ordo oving average yang lebih tinggi, Q MT lebih sensitif dibandingkan dengan Q LB. Kwan dan Wu (1997) dala Pena dan Rodriquez (00) engevaluasi via siulasi Monte Carlo untuk data bangkitan dengan siklus bulanan dan eneukan perbedaan yang kecil antara kekuatan uji Q LB dan Q MT. Uji Portanteau Pena dan Rodriquez Adanya fakta bahwa berkurangnya kekuatan uji Q LB dengan bertabahnya lag serta hanya terdapat sedikit perbedaan kekuatab uji Q LB dan Q MT endorong Pena dan Rodriquez engusulkan sebuah uji portanteau yang baru. Uji yang diusulkan pada tahun 00 ini enggunakan transforasi dari deterinan Rˆ untuk enguji adanya autokorelasi pada sisaan. Diana Rˆ adalah atriks korelasi sisaan data deret waktu stasioner ordo yang didefinisikan sebagai: 1 r1 L r ˆ = r1 1 L r 1 R M M O M r r 1 L 1 Uji portanteau Pena-Rodriquez diruuskan sebagai: ˆ ˆ 1 [1 / D = n R ] Deterinan Rˆ akan bernilai 1 dan Dˆ bernilai 0 ketika r 1 = r =... = r = 0. Ketika r 1 = r =... = r = 1, deterinan Rˆ akan bernilai 0 dan Dˆ bernilai n. Untuk seua nilai r k, Dˆ bernilai lebih dari saa dengan nol. ' Misalkan rˆ ( ) = ( r1, r, K, r ), aka atriks korelasi dapat ditulis sebagai: 1 rˆ ˆ ( ) R = ˆ ˆ r( ) R 1 Dengan enggunakan sifat deterinan atriks terbagi didapatkan R ˆ = ˆ R 1 (1 R ) diana ˆ R = rˆ ( ) R 1r ˆ ( ) adalah perkalian koefisien korelasi yang dikuadratkan dari odel linear εˆ t = = b ˆ ε + u. Secara rekursif didapatkan : j 1 j t j t

13 4 dan 1/ Rˆ 1/ = (1 Ri ) i= 1 1/ Rˆ 1 dapat dinteprestasikan sebagai rataan kuadrat koefisien korelasi (Pena dan Rodriguez 00). Dˆ dapat pula ditafsirkan berdasarkan koefisian autokorelasi parsial. Perhatikan bahwa 1 - R i = JKG(1,i)/JKT dan dengan cara yang saa didapatkan 1 R i-1 = JKG(1, i-1)/ JKT sehingga 1 Ri JKG(1, i) = = (1 ˆ π ) i 1 R JKG(1, i 1) i 1 (1, 1) (1, ) Diana ˆ JKG i JKG i π i = adalah JKG(1, i 1) kuadrat koefisien autokorelasi ke-i. Sehingga deterinan Rˆ dapat dituliskan sebagai ( + 1 i) / 1/ Rˆ = (1 ˆ π i ) i 1 Jika odel teridentifikasi dengan benar aka Dˆ akan enyebar secara asytot sebagai i = 1λiχ1. i (Lapiran 3). Peluang Pr( Dˆ > x) dapat dievaluasi dengan ebalik fungsi karateristik dari i = 1λ i χ 1. i (Ihof 1961). Pendekatan sebaran λi χ 1. i dilakukan oleh sebaran aχ b dengan ean dan raga yang saa dengan sebaran yang sebenarnya serta derajat bebas b yang berupa pecahan. Akan didapatkan bahwa a = λ i / λ i dan b = ( λ ) / i λi. Sebaran Dˆ dapat didekati dengan sebaran gaa, Γ (α=b/, β=1/a) dengan paraeter yang didefinisikan sebagai: 3[( + 1) ( p + q)] α = [( + 1)( + 1) 1( p + q)] 3[( + 1) ( p + q)] dan β = ( + 1)( + 1) 1( p + q) Sebaran ini eiliki rataan α/ β = (+1)/ (p+q) dan raga α/ β = (+1)(+1)/ 3 (p + q). Pendekatan di atas akan lebih baik jika enggunakan koefisien autokorelasi yang distandarkan ( ~ r k ) sehingga uji portanteau terbaru enjadi ~ 1/ R ~ D = n [1 R adalah atriks korelasi yang dibangun berdasarkan r. Pendekatan D lebih baik ~ k ] dibandingkan Dˆ, terutaa untuk contoh berukuran kecil (Pena dan Rodriguez 00). Nilai D akan bernilai lebih dari saa dengan nol untuk seua nilai r k. METODE ANALISIS Penelitian dilakukan dengan elakukan siulasi. Pebangkitan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak R.4.0. Model yang dibangkitkan adalah odel deret waktu ARMA(p,q) X t = φ 1 X t-1 + φ X t φ p X t-p +a t - θ 1 a t-1 - θ a t θ q a t-q Diana p dan q bernilai (0,1,), a t ~ N(0, σ a ) dan bebas stokastik identik. Koefisien autoregresi (φ) dan koefisien oving average (θ) dipilih sedeikian sehingga odel yang dibangkitkan stasioner dan invertible. Pengulangan dilakukan sebanyak kali. Ukuran contoh (n) yang digunakan adalah 30 dan 100. Evaluasi uji dilakukan pada lag 6, 1, 18, dan 4 untuk n = 30, sedangkan pada n = 100 dilakukan pada lag 1, 4, 36 dan 48 dengan taraf nyata uji α = Penentuan n dan lag evaluasi dilakukan secara subjektif oleh penulis. Langkah-langkah siulasi yang dilakukan adalah: 1. Dibangkitkan a t yang enyebar noral dengan rataan 0 dan raga 1.. Data deret waktu di bangun dengan odel dan paraeter yang telah ditetapkan (Lapiran ) dengan a t sebagai galatnya. 3. Data deret waktu di-fit dengan odel AR (1) atau MA (1) atau ARMA (1,1) (Lapiran ). Sisaan contoh di hitung dengan ruus: ˆ 1 ˆ εt = φp ( B ) ˆ θq( B) Xt 4. Nilai autokorelasi sisaan contoh (r k ) dan autokorelasi parsial sisaan contoh ( πˆ k ) dicari. 5. Uji Q LB dihitung berdasarkan nilai koefisien autokorelasi sisaan contoh (r k ). 1 QLB = n( n + ) k= 1( n k) rk 6. Peluang Q LB dihitung dengan erujuk pada persentil sebaran Khi-Khuadrat dengan derajat bebas -p-q. 7. Uji Q MT dilakukan berdasarkan nilai koefisien autokorelasi parsial sisaan contoh ( πˆ ). k QMT = n n + ) k = 1 1 ˆ k ( ( n k) π

14 5 8. Peluang Q MT dihitung dengan erujuk pada persentil sebaran Khi-Khuadrat dengan derajat bebas -p-q. 9. Uji D dilakukan berdasarkan autokorelasi sisaan contoh yang telah distandarkan ( ~ r k ). ~ 1/ D = n [1 R ] 10. Peluang D dihitung engunakan pendekatan sebaran gaa Γ(α, β) dengan paraeter: 3[( + 1) ( p + q)] α = [( + 1)( + 1) 1( p + q)] 3[( + 1) ( p + q)] dan β = ( + 1)( + 1) 1( p + q) 11. Jika nilai peluang kurang dari α aka tolak H 0 yaitu autokorelasi sisaan contoh berbeda nyata dengan nol 1. Langkah 1-11 dilakukan sebanyak kali ulangan. 13. Langkah 1-1 diulang untuk setiap odel. HASIL DAN PEMBAHASAN Peeriksaan Progra Peeriksaan progra dilakukan untuk elihat apakah progra yang digunakan telah berjalan dengan baik dan eberikan hasil benar. Perintah pelaksanaan siulasi pada perangkat lunak R.4.0 dapat dilihat pada Lapiran 1. Progra Pebangkitan Data Progra pebangkitan data yang baik dan benar akan enghasilkan keluaran sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini sangatlah penting karena sangat berpengaruh pada hasil yang akan dicapai. Jika data yang dibangkitkan salah aka akan salah pula kesipulan yang kita abil. Sebagai ilustrasi diberikan gabaran pebangkitan untuk odel 16 yaitu odel MA () dengan θ 1 = 0.80 dan θ = Pebangkitan data dilakukan dengan R.4.0. Galat yang enyebar noral dengan rataan nol dan raga satu dibangkitkan dengan perintah rnor. Dari plot noral Anderson- Darling (Gabar 1) didapatkan nilai AD sebesar dengan peluang Hal ini enunjukkan bahwa tidak cukup bukti untuk enyatakan bahwa galat yang dibangkitkan tidak enyebar noral dengan selang kepercayaan 95%. Berdasarkan galat ini, data deret waktu dibangkitkan dengan perintah aria.si. Hasil bangkitan dapat dilihat pada Tabel 1. Percent Probability Plot of Galat Noral -1 0 C Mean StDev N 100 AD P-Value 0.13 Gabar 1 Plot Noral Galat yang Dibangkitkan dengan rnor Tabel 1 Data Deret Waktu Hasil Pebangkitan dengan aria.si t X t t X t t X t t X t Keterangan : Xt adalah odel MA () dengan θ 1 = 0.80 dan θ = -0.50) Gabar Plot Data Bangkitan Terhadap Waktu Tahap selanjutnya adalah eeriksa apakah deret waktu yang terbangkitkan telah

15 6 sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses ini dilakukan dengan elihat plot data terhadap waktu, plot ACF, plot PACF, pendugaan paraeter dan analisis sisaannya. Plot data bangkitan terhadap waktu (Gabar ) eperlihatkan kestasioneran, baik pada rataan aupun pada raga, sehingga tidak perlu dilakukan pebedaan pada data. Plot ACF dan plot PACF data (Gabar 3 dan Gabar 4) dapat digunakan sebagai dasar penentuan odel tentatif. Dari plot ACF yang eperlihatkan hanya autokorelasi pada lag 1 dan lag yang berbeda nyata dengan nol dan plot PACF yang turun secara labat, dapat kita tentukan odel tentatifnya adalah MA (). Jika dianggap plot PACF nyata untuk lag 1, lag dan lag 3 dan plot ACF turun secara labat aka odel tentatif data diatas adalah AR (3). adanya autokorelasi sisaan dan autokorelasi parsial sisaan yang berbeda nyata dari nol. Sehingga dapat disipulkan bahwa odel MA () layak. Call: aria(x = data, order = c(0, 0, )) Coefficients: a1 a intercept s.e siga^ estiated as 1.049: log likelihood = , aic = Gabar 5 Pendugaan Paraeter Model MA () Gabar 3 Plot ACF Data Bangkitan Gabar 6 Plot Sisaan Model MA () Terhadap Waktu Gabar 4 Plot PACF Data Bangkitan Pendugaan paraeter dengan odel MA () eperlihatkan bahwa nilai dugaan paraeter ˆ θ 1 = dan ˆ θ = endekati nilai paraeter aslinya θ 1 = 0.80 dan θ = (Gabar 5). Secara visual dapat diperlihatkan bahwa sisaan odel telah saling bebas, karena plot residual terhadap waktu (Gabar 6) tidak eperlihatkan adanya pola. Hal ini diperkuat dengan plot ACF sisaan (Gabar 7) dan plot PACF sisaan (Gabar 8) yang eperlihatkan tidak Gabar 7 Plot ACF Sisaan Model MA () Gabar 8 Plot PACF Sisaan Model MA ()

16 7 Hasil pendugaan paraeter untuk odel AR (3) dapat dilihat pada Gabar 9. Nilai dugaan paraeternya adalah ˆ φ 1 = , ˆ φ = , dan ˆ φ 3 = dengan dugaan raga sebesar Plot sisaan terhadap waktu yang tidak berpola (Gabar 10), serta tidak adanya autokorelasi sisaan (Gabar 11) dan parsial autokorelasi sisaan (Gabar 1) yang berbeda nyata dengan nol enandakan sisaan odel AR (3) telah saling bebas. Berdasarkan hal ini dapat disipulkan bahwa odel AR (3) juga layak. Call: aria(x = data, order = c(3, 0, 0)) Coefficients: ar1 ar ar3 intercept s.e siga^ estiated as 1.069: log likelihood = , aic = Gabar 9 Pendugaan Paraeter Model AR (3) odel yang paling sederhana dengan nilai AIC = lebih kecil dibandingkan dengan nilai AIC odel AR (3) = Gabar 1 Plot PACF Sisaan Model AR (3) Keseluruhan proses di atas eperlihatkan pebangkitan data dengan odel MA () eberikan hasil yang baik dan benar. Model terbaik yang didapatkan sesuai dengan odel pebangkit dengan dugaan paraeter yang endekati paaeter aslinya. Hal ini ebuktikan bahwa progra pebangkitan telah terbukti baik dala ebangkitkan odel sesuai dengan yang diinginkan. Gabar 10 Plot Sisaan Model AR (3) Terhadap Waktu Gabar 11 Plot ACF Sisaan Model AR (3) Dikarenakan kedua odel terbukti layak, aka harus dipilih salah satu sebagai odel terbaik. Model terbaik untuk data deret waktu diatas adalah MA (), karena odel ini adalah Progra Perhitungan Q LB, Q MT, dan D Pada dasarnya progra perhitungan Q MT dan Q LB adalah saa. Perbedaannya adalah Q LB dihitung berdasarkan nilai ACF dan Q MT dengan nilai PACF. Perhitungan Q LB untuk sisaan odel MA () dengan MINITAB dan R.4.0 tidak eperlihatkan adanya perbedaan (Lapiran 4) enandakan progra perhitungan Q LB dan Q MT telah berjalan baik. Peeriksaan progra perhitungan D dilakukan dengan ebandingkan hasil perhitungan progra R.4.0 dengan hasil perhitungan secara anual. Perhitungan secara anual dilakukan karena belu tersedianya perangkat lunak yang enyediakan progra perhitungan D. Tidak adanya perbedaan nilai D untuk sisaan odel MA () yang dihitung secara anual dan dengan R.4.0. (Lapiran 5) engindikasikan bahwa progra perhitungan D telah berjalan baik. P-value uji portanteau dihitung berdasarkan pada fungsi kepekatan peluang bersaa. Peluang Q MT dan Q LB dihitung berdasarkan pada sebaran khi-khuadrat, sedangkan peluang D dihitung berdasarkan sebaran gaa. Hasil yang didapatkan dari perhitungan dengan MINITAB saa dengan hasil yang diperoleh dari progra R.4.0 (Lapiran 6).

17 8 Kelayakan Model Uji diagnostik terhadap kelayakan odel MA () untuk data Tabel 1 dengan enggunakan ketiga uji portanteau eberikan kesipulan bahwa odel MA () layak. Diana P-value untuk D, Q LB, dan Q MT untuk sisaan odel MA () bernilai lebih dari α = 0.05 untuk seua lag k (k = 6, 1, 18, 4, 30, 36, 4, 48) (Lapiran 7). Model AR (3) juga erupakan odel yang layak untuk data Tabel 1 berdasarkan pada uji Q LB, Q MT, dan D, diana ketiga uji eperlihatkan nilai yang lebih dari α = 0.05 untuk seua lag k (k = 6, 1, 18, 4, 30, 36, 4, 48) (Lapiran 7). Ketika data tersebut di-fit dengan odel yang salah isalnya odel MA (1), terlihat bahwa sisaannya tidak saling bebas dan odel tidak layak. Hal ini dapat dilihat jelas dari plot ACF sisaan (Gabar 13) dan plot PACF sisaan (Gabar 14) yang tidak berbeda nyata dengan nol serta diperkuat oleh ketiga uji portanteau dengan P-value yang kurang dari α = 0.05 untuk seua lag k (k = 6, 1, 18, 4, 30, 36, 4, 48) kecuali dengan uji D pada lag 36 dan 4 (Lapiran 7). Gabar 13 Plot ACF Sisaan Model MA (1) Gabar 14 Plot PACF Sisaan Model MA (1) Kelayakan sebuah odel ARMA (p,q) dapat dengan udah dilihat dari plot ACF sisaan dan plot PACF sisaan. Tetapi tidak selaanya kedua plot tersebut dapat dijadikan patokan layak atau tidaknya sebuah odel ARMA (p,q), sehingga perlu dilakukan uji portanteau. Pebangkitan dan Pengolahan Data Jika progra telah berjalan dengan benar, aka keseluruhan siulasi dapat dilakukan. Tahap pertaa yang dilakukan dala pebangkitan dan pengolahan data adalah ebangkitkan data deret waktu ARMA (p,q). Data ini lalu di-fit dengan odel AR (1) atau MA (1) atau ARMA (1,1) (Lapiran ). Dari pe-fit-an odel akan didapatkan sisaan contoh. Tahap selanjutnya adalah enghitung nilai ACF sisaan contoh dan PACF sisaan contoh. Perhitungan uji portanteau didasarkan pada kedua nilai ini. Koefisien autokorelasi sisaan contoh enjadi dasar perhitungan Q LB dan D. Sedangkan Q MT dihitung berdasarkan pada koefisien autokorelasi parsial sisaan contoh. Peluang dari asing-asing uji didapatkan dengan enghitung persentil sebaran asytot-nya. Jika P-value kurang dari α aka tolak H 0, yang berarti odel tidak layak karena sisaannya berkorelasi. Hal ini dilakukan sebanyak kali untuk tiaptiap odel ARMA (p,q) dan ukuran contoh, sehingga total deret yang dibangkitkan sejulah deret waktu. Tujuan dari uji portanteau adalah untuk elihat ada atau tidaknya autokorelasi yang nyata pada sisaan. Jika odel tepat, aka tidak ada autokorelasi pada sisaan (Box dan Pierce 1970). Pada penelitian ini dilakukan hal yang sebaliknya. Model sebenarnya dari data telah diketahui keudian dilakukan pe-fitan dengan odel yang salah. Hasil yang diharapkan adalah adanya korelasi pada sisaan, yang enandakan bahwa odel yang digunakan tidak layak. Ketiga uji portanteau diharapkan dapat endeteksi adanya autokorelasi pada sisaan ini. Seakin banyak series yang dinyatakan eiliki sisaan berkorelasi aka seakin sensitif uji tersebut. Persentase banyaknya series yang odelnya dinyatakan tidak layak oleh uji Q MT seakin enurun dengan seakin besarnya lag baik untuk n=100 aupun n=30 (Lapiran 11 dan 14). Ini sesuai dengan yang diharapkan bahwa kesensitifan uji akan seakin enurun dengan bertabahnya lag. Hasil yang saa ditunjukan oleh uji Q LB dan uji D pada sebagian besar odel pada n=100 (Lapiran 10 dan 1). Hasil yang bervariasi dengan perubahan yang fluktuatif diberikan

18 9 oleh uji Q LB dan uji D untuk beberapa odel pada n=30 (Lapiran 13 dan 15). Persentase banyaknya series (series 1 series 10000) dengan sisaan berkorelasi dengan uji D pada n=100 dan lag 1 berkisar antara 9.1% 99.99%, lag 4 antara 14.45% 99.96%, lag % 99.87%, dan untuk lag 48 antara.58% 99.77%. Untuk n=30, persentase ini enurun yaitu untuk lag 6 berkisar antara.0% 81.71%, untuk lag 1 antara 10.71% 83.34%, lag 18 antara 15.05% 78.%, dan lag 4 selang 1.71% 71.91% (Lapiran 8 dan 9). Dari series, series yang dinyatakan odelnya tidak layak oleh uji Q LB pada n=100 dan lag 1 adalah antara 3.5% 94.44% series, untuk lag 4 antara 4.68% 98.65% series, lag 36 selang 5.66% 98.07%, dan lag 48 antara 5.9% 97.53%. Untuk n=30 lag 6 julah series dengan odel tidak layak berjulah antara.14% 68.50% series, untuk lag 1 berkisar antara.81% 63.6% series, lag 18 selang.67% 63.70%, dan lag 4 antara.58% 63.84% (Lapiran 8 dan 9). Series dengan sisaan berkorelasi dengan uji Q MT pada n=100 lag 1 berkisar 3.3% 99.98%, lag 4 berkisar 3.45% 99.8%, lag 36 selang.88% 99.1%, dan lag 48 antara 1.44% 96.51%. Untuk n=30 lag 6 persentasenya berkisar antara.99% 83.74%, lag 1 antara.76% 66.13%, lag 18 selang 1.77% 50.3%, dan lag 4 antara.4% 34.7% (Lapiran 8 dan 9). Ketiga uji lebih sensitif pada n=100 dibandingkan dengan n=30 kecuali untuk odel ARMA (p,q) dengan θ 1 = 0.75 yang difit dengan ARMA (1,1). Pada n=100 lag 1, banyaknya series yang dinyatakan odelnya tidak layak sebanyak 9.17 %, sedangkan pada n=30 sebanyak 78.91% (Lapiran 8 dan 9). Uji D eberikan jauh lebih banyak series dengan odel yang tidak layak dibandingkan dengan kedua uji lainnya untuk seua lag dan seua odel kecuali untuk n=30 lag 6). Untuk n=30 lag 6 pada odel ARMA (p,q) yang di-fit dengan ARMA (1,1), ketiga uji eberikan hasil yang sebanding (Lapiran 9). Uji Q LB lebih sensitif dibanding uji Q MT untuk n=100 lag 4, 36 dan 48 serta n=30 lag 1,18, dan 4 kecuali pada odel ARMA (p,q) dengan θ yang di-fit dengan AR (1). Pada n=100 lag 1 dan n=30 lag 6, uji Q LB dan uji Q MT eberikan hasil yang relatif saa (Lapiran 8 dan 9). SIMPULAN DAN SARAN Sipulan Dari 36 odel ARMA (p,q) yang di-fit dengan odel AR (1) atau MA (1) atau ARMA (1,1) dapat disipulkan bahwa uji D erupakan uji yang paling sensitif. Kesensitifan ini terlihat dari julah series yang dinyatakan odelnya tidak layak oleh uji D lebih banyak dibandingkan kedua uji portanteau lainnya. Perbedaan kesensitifan ini tergantung kepada odel dan ukuran contoh, diana kesensitifan uji D encapai 30% lebih sensitif dibanding uji Q LB dan uji Q MT. Uji Q LB eberikan hasil yang saa sensitifnya dengan uji Q MT untuk lag kecil dan hasil yang lebih sensitif pada lag besar. Tetapi uji Q MT terbukti lebih sensitif ketika odel sebenarnya eiliki order MA yang lebih tinggi. Saran Beberapa saran untuk penelitian lanjutan antara lain : 1. Pebuatan progra perhitungan D yang lebih terintegrasi dan efisien yaitu progra dengan running tie yang lebih singkat.. Metode untuk ebandingkan kesensitifan uji Q LB, Q MT, dan D untuk data deret waktu yang tidak stasioner aupun yang eiliki siklus usian. 3. Metode untuk ebandingkan kesensitifan uji Q LB, Q MT, dan D untuk data deret waktu yang berupa peubah ganda. DAFTAR PUSTAKA Arnold SF Matheatical Statistics. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall International. Box GEP dan Pierce DA Distribution of residual autocorrelations in autoregressive-integrated oving average tie series odels. J Aer Statist Assoc 65: Cryer JD Tie Series Analysis. Boston: Duxbury Press. Davidson J Stochastic Liit Theory. New York: Oxford Univ Pr.

19 10 Ihof JP Coputing the distribution of quadratic for in noral variables. Bioetrika 48: Ljung GM Diagnostic testing of univariate tie series odels. Bioetrika 73: Ljung GM dan Box GEP On a easure of ack of fit in tie series odels. Bioetrika 65: Monti AC A Proposal for a residual autocorrelation test in linear odels. Bioetrika 81: McLeod AI On the distribution of residual autocorrelation in Box-Jenkin odels. J R Statist Soc 40: Montgoery DC, Johnson LA, Gardiner JS Forecasting and Tie Series Analysis. Ed ke-. Singapore: McGraw- Hill. Inc. Morgan JT Eleent of Siulation. New York: Chapan and Hall Ltd. Pena D, Rodriguez J. 00. A powerful portanteau test of lack of fit for tie series. J Aer Statist Assoc 97: Pindyck RS, Rubinfield DL Econoetric Model and Econoic Forecats. Edisi ke-4. Singapura: Mgraw- Hill. Velilla S A goodness-of-fit test for autoregressive oving average odels based on the standardized saple spectral distribution of the residual. Journal of Tie Series Analysis 15:

20 LAMPIRAN

21 11 Lapiran 1 Perintah Pebangkitan Deret Waktu dengan R.4.0 #pebangkitan data deret waktu ARMA (p,q) dengan φ =p, θ=q dan n=nbar sebanyak nkol x.aria<-function(nbar,nkol,p,q){ x.aria<-atrix(0,nrow=nbar,ncol=nkol) for(i in 1:nkol){ rand.ita<-function(n)rnor(n,0,1) x.aria[,i]<-aria.si(nbar,odel=list(ar=p,a=q),rand.gen=rand.ita) return(x.aria) #pe-fit-an dengan odel aria = odel #x adalah atriks data deret waktu x.residual<-function(x,odel){ nkol<-ncol(x) nbar<-nrow(x) x.residual<-atrix(0,nrow=nbar,ncol=nkol) for(i in 1:nkol){ ita<-aria(x[,i],order=odel) x.residual[,i]<-ita$residuals return(x.residual) #enghitung acf residual #x adalah atriks sisaan data deret waktu x.acf<-function(x,nlag){ x.acf<-atrix(0,nrow=nlag+1,ncol(x)) for(i in 1:ncol(x)){ ita<-acf(x[,i],lag.ax=nlag,plot=false) x.acf[,i]<-ita$acf return(x.acf) #enghitung pacf residual #x adalah atriks sisaan data deret waktu x.pacf<-function(x,nlag){ x.pacf<-atrix(0,nrow=nlag,ncol(x)) for(i in 1:ncol(x)){ ita<-pacf(x[,i],lag.ax=nlag,plot=false) x.pacf[,i]<-ita$acf return(x.pacf) #enghitung acf/pacf yang distandarkan #x adalah atriks acf/pacf sisaan data deret waktu x.standar<-function(x,n){ x.standar<-atrix(0,nrow(x),ncol(x)) indek<-vector() for(i in 1:nrow(x)){ indek[i]<-(n+)/(n-i) x<-x^ for(j in 1:ncol(x)){ x.standar[,j]<-sqrt(x[,j]*(indek)) return(x.standar)

22 #enghitung portanteau Monti (Q MT ) #x adalah atriks pacf sisaan data deret waktu x.qt<-function(x,n){ x.qt<-atrix(0,nrow(x),ncol(x)) x<-x.standar(x,n) x<-x^ for(j in 1:ncol(x)){ kolo<-vector() kolo<-x[,j] for (i in 1:nrow(x)){ x.qt[i,j]<-su(kolo[1:i]) x.qt<-n*x.qt return(x.qt) #enghitung portanteau Ljung-Box (Q LB ) #x adalah atriks acf sisaan data deret waktu x.qlb<-function(x,n){ x<-x[-1,] x<-x.qt(x,n) return(x) #enghitung portanteau Pena- Rodriquez (D ) #x adalah atriks acf sisaan data deret waktu x.d<-function(x,n){ x<-x[-1,] x<-x.standar(x,n) x.d<-atrix(0,nrow(x),ncol(x)) for(l in 1:ncol(x)){ for(p in :nrow(x)+1){ r<-diag(1,p) for(j in 1:p){ for(i in 1:p){ b<-abs(j-i) if(b!=0){ r[i,j]<-x[b,l] x.d[p-1,l]<-n*(1-((abs(det(r)))^(1/(p-1)))) return(x.d) #Menghitung peluang sebaran khi-khuadrat #x adalah atriks nilai Q LB atau Q MT x.chisquare<-function(x){ x.chisquare<-vector() chisquare<-vector() for(i in :ncol(x)){ chisquare<-pchisq(x[,i],(i-1)) x.chisquare<-cbind(x.chisquare,chisquare) return(x.chisquare) 1

23 13 #Menghitung peluang sebaran gaa #x adalah atriks nilai D x.gaa<-function(x,p,q){ x.gaa<-vector() gaa<-vector() for(i in 1:ncol(x)){ alpha<-((((i+1)-*(p+q))**)*3*i)/((*(i+1)*(*i+1)-1*i*(p+q))*) beta<-(((i+1)-*(p+q))*3*i)/(*(i+1)*(*i+1)-1*i*(p+q)) gaa<-pgaa(x[,i],alpha,beta) x.gaa<-cbind(x.gaa,gaa) return(x.gaa) #Perintah untuk eanggil progra ita1<-x.aria(100,10000,c(0.90,-0.40),c(-1.0,0.30)) ita<-x.residual(ita1,c(1,0,0)) ita3<-x.acf(ita,50) ita4<-x.pacf(ita,50) ita5<-x.qlb(ita3,100) ita6<-x.qt(ita4,100) ita7<-x.d(ita3,100) ita8<-t(ita5) ita8<-1-x.chisquare(ita8) ita9<-t(ita7) ita9<-1-x.gaa(ita9,1,0) #Perintah untuk enyipan variabel ita1 ke dala file data1 di direktori D dala bentuk.csv write.csv(ita1,file="d://data1.csv")

24 14 Lapiran Model ARMA (p,q) yang Dibangkitkan Di-fit dengan AR(1) 1. Z t = a t a t-1. Z t = a t a t-1 3. Z t = a t a t a t- 4. Z t = 0.10Z t Z t- + a t 5. Z t = 1.0Z t Z t- + a t 6. Z t = 0.70Z t-1 + a t a t-1 7. Z t = 0.70Z t-1 + a t a t-1 8. Z t = 0.40Z t-1 + a t a t a t- 9. Z t = 0.70Z t-1 + a t 0.70a t a t- 10. Z t = 0.70Z t Z t- + a t 0.50a t Z t = 0.70Z t-1 0.0Z t- + a t a t-1 1. Z t = 0.90Z t Z t- + a t 1.0a t a t- Di-fit dengan MA(1) 13. Z t = 0.50Z t-1 + a t 14. Z t = 0.80Z t-1 + a t 15. Z t = 1.10Z t Z t- + a t 16. Z t = a t 0.80a t a t- 17. Z t = a t a t a t- 18. Z t = 0.50Z t-1 + a t a t Z t = -0.50Z t-1 + a t 0.70a t-1 0. Z t = 0.30Z t-1 + a t 0.80a t a t- 1. Z t = 0.80Z t-1 + a t a t a t-. Z t = 1.0Z t Z t- + a t 0.90a t-1 3. Z t = 0.30Z t-1-0.0z t- + a t a t-1 4. Z t = 0.90Z t Z t- + a t 1.0a t a t- Di-fit dengan ARMA(1,1) 5. Z t = 0.50Z t-1 + a t 6. Z t = 0.90Z t Z t- + a t 7. Z t = 1.0Z t Z t- + a t 8. Z t = a t 0.75a t-1 9. Z t = a t 1.10a t a t- 30. Z t = a t a t a t- 31. Z t = 0.40Z t-1 + a t a t a t- 3. Z t = 0.70Z t-1 + a t a t-1 0.0a t- 33. Z t = 1.0Z t Z t- + a t a t Z t = 0.30Z t-1 0.0Z t- + a t a t Z t = 0.90Z t Z t- + a t 1.0a t a t- 36. Z t = 0.30Z t Z t- + a t + 0.0a t a t-

25 15 Lapiran 3 Pebuktian Teorea dan Pendekatan Sebaran. Pebuktian Teorea Misalkan hipotesis nol adalah Dˆ enyebar secara asitot sebagai peubah acak X. Dengan enerapkan δ ethod (Arnold 1990) pada g(x) = log (1-x) aka nlog R 1/ juga enyebar ( + 1 i) / 1/ secara asitot sebagai X. Sehingga persaaan Rˆ = (1 ˆ π i ) dapat dituliskan i 1 sebagai 1/ i + 1 nlog( Rˆ ) = n log(1 ˆ π i ) (A.1) i= 1 Untuk encari sebaran dari (A.1), isalkan ( n ˆ π1, n ˆ π, L, n ˆ π ) enyebar secara asitot sebagai Y. Keudian dengan enerapkan ultivariate δ ethod (Arnold 1990) pada g( n ˆ π1, n ˆ π, L, n ˆ π ) = i = 1(( i + 1) / )log(1 ˆ π i ) didapatkan i n log(1 ˆ π i ) 1,, L, Y (A.) i= 1 Diana adalah labang konvergen dala sebaran. Dengan teorea Craer-Wold (Arnold 1990) didapatkan bahwa ,, L, ( n ˆ π 1, n ˆ π, L, n ˆ π ) 1,, L, Y (A.3) 1/ Dengan fakta bahwa n ˆ π ( ) enyebar secara asitot sebagai N(0, I - Q ) dan teorea bentuk kuadrat (Box 1954) enyebabkan 1 1 1,, L, ( n ˆ π1, n ˆ π, L, n ˆ π ) = n ˆ π ( ) W ˆ π ( ) λi χ1. i (A.4) i= 1 dari (A.3) dan (A.4) didapatkan 1 1 1,, L, Y λi χ1. i i= 1 Dan dari (A.) didapatkan Dˆ λ i χ 1. i i= 1 Pendekatan Sebaran Dˆ Box-Pierce (1970) dan McLeod(1978) endekati atriks Q = X V -1 X ' dengan atriks proyeksi Q = X (X 'X ) -1 X ' ketika cukup besar. Pendekatan ini aat berguna untuk enghitung nilai dari a dan b yang tidak tergantung pada paraeter φ dan θ dari odel ARMA. Diketahui λ i = tr (( I Q ) W ) = tr( W ) tr( Q ) + (1/ ) tr( QC ) (A.5) i= 1 Diana C adalah atriks diagonal dengan eleen c i = i, i = 0,..., (-1) dan λi = tr(( I Q ) W ) i= 1 (A.6) = tr( W ) + ( / ) tr( QC ) ( / ) tr( QC ) tr( Q ) + (1/ ) tr( QC ) Pernyataan alternatif untuk Σλ i dan Σλ i dapat diperoleh dengan penguraian Cholesky pada atriks (I Q ) (Velilla 1994). Karena Q adalah atriks idepoten tingkat p+q, (A.5) dan (A.6) dapat ditulis sebagai fungsi dari p, q,, q ii dan q ij diana q ij adalah eleen dari Q λ i = ( p + q) + ( i 1) q (A.7) ii i= 1 i= 1 λi = ( + 1)( + 1) ( i= 1 6 ( i 1) q i= ii 1 + p + q) + ( i 1) q ( i 1)( j 1) q i= j= i= ii ij (A.8)

26 16 Akan diperlihatkan bahwa hubungan dalan (A.8) yang tergantung pada q ij akan endekati nol jika eningkat. Sadari rangkaian a i = i dan b i =(i-1)q ii. Maka i= 1 ( i 1) qii / i i= 1qii = p + q < ketika dan dengan lea Kronecker s (Davidson 1997) didapatkan bahwa i = ( / ) 1( i 1) q 0. Dengan arguen yang saa dan sifat dari atriks idepoten, qii = qii + i = 1qij ( 1/ ) i= ( i 1)( j 1) didekati sebagai ii i, dapat ditunjukan bahwa ( / ) = ( i 1) q 0 dan q ij 0. Untuk yang besar persaaan (A.7) dan (A.8) dapat + 1 λ i = ( p + q) (A.9) i= 1 1 λ i = ( + 1)( + 1) ( p + q) (A.10) 6 i= 1 ii

27 17 Lapiran 4 Nilai Q LB dengan Minitab dan R.4.0 lag MINITAB R Keterangan : untuk sisaan odel MA () Lapiran 5 Nilai D dengan R.4.0 dan secara Manual lag R.4.0 MANUAL Keterangan : untuk sisaan odel MA () Lapiran 6 P-value untuk D, Q LB, serta Q MT dengan Minitab dan R.4.0 lag MINITAB R.4.0 D Q LB Q MT D Q LB Q MT Keterangan : untuk sisaan odel MA ()

28 Lapiran 7 P-value Uji Portanteau Lag D P-Value Q LB P-Value Q MT P-Value MA() AR(3) MA(1) * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Keterangan : Data = Tabel 1 Model Pe-fit : MA(), AR(3) dan MA (1) * = Autokorelasi sisaan hingga lag k berbeda nyata dengan nol 18

29 19 Lapiran 8 Persentase series (deret 1, deret, deret 10000) dengan sisaan berkorelasi pada beberapa odel ARMA (p,q) ketika di-fit dengan odel AR(1), MA(1) dan ARMA(1,1) dengan uji D, Q LB dan Q MT Model Pebangkit Model lag 1 lag 4 lag 36 lag 48 φ 1 φ θ 1 θ Pe-Fit D Q LB Q MT D Q LB Q MT D Q LB Q MT D Q LB Q MT 0.50 ARMA MA MA AR AR ARMA ARMA MA AR AR ARMA AR ARMA ARMA MA MA AR AR MA MA AR AR ARMA ARMA MA MA AR AR ARMA ARMA MA MA

30 0 Lapiran 8 Lanjutan Model Pebangkit Model lag 1 lag 4 lag 36 lag 48 φ 1 φ θ 1 θ Pe-Fit D Q LB Q MT D Q LB Q MT D Q LB Q MT D Q LB Q MT AR ARMA ARMA MA Keterangan : n=100, α = 0.05 Lapiran 9 Persentase series (deret 1, deret, deret 10000) dengan sisaan berkorelasi pada beberapa odel ARMA (p,q)ketika di-fit dengan odel AR(1), MA(1) dan ARMA(1,1) dengan uji D, Q LB dan Q MT Model Pebangkit Model lag 6 lag 1 lag 18 lag4 φ 1 φ θ 1 θ Pe-Fit D Q LB Q MT D Q LB Q MT D Q LB Q MT D Q LB Q MT 0.50 ARMA MA MA AR AR ARMA ARMA MA AR AR ARMA AR ARMA ARMA MA MA AR AR MA MA AR AR

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. I. Mendeteksi adanya outlier pada model EGARCH (m,n) dengan menggunakan

BAB III METODE PENULISAN. I. Mendeteksi adanya outlier pada model EGARCH (m,n) dengan menggunakan BAB III METODE PENULISAN Metode penulisan yang berkaitan dengan tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut: I. Mendeteksi adanya outlier pada odel EGARCH (,n) dengan enggunakan etode Rasio Likelihood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Deret Waktu (time series) Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang diambil secara beruntun berdasarkan interval waktu yang tetap (Wei,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA Elvi Syahriah 1, Khozin Mu taar 2 1,2 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) FITROH AMALIA (1306100073) Dosen Pembimbing: Drs. Haryono, MSIE PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT

PERBANDINGAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT PERBANDINGAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT SHORT-RUN F DENGAN V DARMANTO NRP 131 01 07 DOSEN PEMBIMBING Dr. Muhaad Mashuri, MT. PROGRAM MAGISTER JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN 1962 1975 Jantini Trianasari Natangku dan Fitria Puspitoningrum Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT ANALISIS ANTRIAN TIPE M/M/c DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT OLEH : Budi Setiawan 106 100 034 Dosen Pebibing : Dra. Laksi Prita W, M.Si. Drs. Sulistiyo, MT. JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v ix x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK 2-LEVEL. Model hirarki 2-level merupakan model statistik yang digunakan untuk

BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK 2-LEVEL. Model hirarki 2-level merupakan model statistik yang digunakan untuk BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK -LEVEL Model hirarki -level erupakan odel statistik ang digunakan untuk enganalisis data ang bersarang, atau data ang epunai struktur hirarki -level.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. ) ISSN: 3-9X D-77 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Tiur dengan Pendekatan Regresi Nonparaetrik Spline Riana Kurnia Dewi, I Nyoan Budiantara

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph ) 1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA Zuhnia Lega 1, Agusni, Supriadi Putra 1 Mahasiswa Progra Studi S1 Mateatika Laboratoriu Mateatika

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT KELUARGA METODE ITERASI ORDE EMPAT UNTUK MENCARI AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR Kiki Reski Ananda 1 Khozin Mu taar 2 12 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017/2018 1 a. Misalkan data asal Y t. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal sehingga

Lebih terperinci

Uji Rank Mann-Whitney Dua Tahap

Uji Rank Mann-Whitney Dua Tahap Statistika, Vol. 7 No., 55 60 Mei 007 ji Rank Mann-Whitney Dua Tahap Teti Sofia Yanti Dosen Jurusan Statistika FMIPA NISBA. Abstrak ji rank Mann-Whitney adalah salah satu bentuk pengujian dala analisis

Lebih terperinci

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan OLEH: NAMA : MULAZIMATUS SYAFA AH NRP : 13.11.030.021 DOSEN PEmbimbing: Dr.

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS Rais 1 1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, email: rais76_untad@yahoo.co.id Abstrak Metode Box-Jenkins

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8. BAB III BAHASAN KONSTRUKSI GF( ) Untuk engonstruksi GF( ) dala penelitian ini dapat dilakukan dengan engacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 28 Karena adalah bilangan pria, aka berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti SEMINAR TUGAS AKHIR Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Rina Wijayanti 1306100044 Pembimbing Drs. Haryono, MSIE Dedi Dwi Prastyo, S.Si., M.Si.

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

AUTOKORELASI PADA BAGAN KENDALI

AUTOKORELASI PADA BAGAN KENDALI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 88 96 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND AUTOKORELASI PADA BAGAN KENDALI NILA CHOIROTUNNISA, MAIYASTRI, YUDIANTRI ASDI Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF ABSTRAK PERBANDINGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM DAN BAYES DALAM MENAKSIR KEMAMPUAN PESERTA TES PADA RANCANGAN TES ADAPTIF Agus Santoso Jurusan Statistik FMIPA Universitas Terbuka eail:aguss@ut.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP

PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP E-Jurnal Mateatika Vol. 3, No. Januari 204, 25-32 ISSN: 2303-75 PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP JOKO HADI APRIANTO, G. K. GANDHIADI 2, DESAK PUTU EKA

Lebih terperinci

KETERBAGIAN TAK HINGGA DISTRIBUSI LOG-GAMMA DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUKTIAN RUMUS PERKALIAN GAUSS DAN RUMUS LEGENDRE

KETERBAGIAN TAK HINGGA DISTRIBUSI LOG-GAMMA DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUKTIAN RUMUS PERKALIAN GAUSS DAN RUMUS LEGENDRE Jurnal Mateatika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 28 33 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KETERBAGIAN TAK HINGGA DISTRIBUSI LOG-GAMMA DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUKTIAN RUMUS PERKALIAN GAUSS DAN RUMUS

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

J M A. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. Journal of Mathematics and Its Applications. Volume 7, No. 1 Juli 2008 ISSN : X

J M A. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. Journal of Mathematics and Its Applications. Volume 7, No. 1 Juli 2008 ISSN : X DEPARTEMEN MATEMATIKA F MIPA - INSTITUT PERTANIAN BOGOR ISSN : 1412-677X Journal of Matheatics and Its Applications J M A Jurnal Mateatika dan Aplikasinya Volue 7, No. 1 Juli 28 Alaat Redaksi : Departeen

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

METODE METODE PENGUJIAN UNTUK HIPOTESIS BERGANDA INTAN PERMATA SARI

METODE METODE PENGUJIAN UNTUK HIPOTESIS BERGANDA INTAN PERMATA SARI METODE METODE PENGUJIAN UNTUK HIPOTESIS BERGANDA INTAN PERMATA SARI 341293 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN MATEMATIKA DEPOK 29 METODE METODE PENGUJIAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forceasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Untuk memajukan suatu usaha harus memiliki pandangan ke depan yakni pada masa yang akan datang. Hal seperti ini yang harus dikaji

Lebih terperinci