PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Uji Portmanteau untuk Korelasi Diri Sisaan pada Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Kurnia Sekar Negari NIM G

4 ABSTRAK KURNIA SEKAR NEGARI. Perbandingan Uji Portmanteau untuk Korelasi Diri Sisaan pada Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Dibimbing oleh KUSMAN SADIK dan LA ODE ABDUL RAHMAN. Salah satu tahap dalam melakukan peramalan yaitu pemeriksaan kelayakan suatu model yang disebut dengan tahap diagnostik model. Diagnostik model dapat dilakukan dengan menggunakan suatu uji terhadap korelasi diri sisaan yang dikenal dengan uji portmanteau. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sensitivitas kelima uji portmanteau yaitu uji Box-Pierce (Q BP ), Ljung-Box (Q LB ), Monti (Q M), Ljung-Box terboboti (Q WL ), dan Monti terboboti (Q WM ). Hasil simulasi terhadap perbandingan sensitivitas uji portmanteau pada model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dengan menggunakan indikator kuasa uji menunjukkan bahwa uji Monti terboboti merupakan uji yang paling sensitif terhadap korelasi diri pada sisaan. Uji portmanteau juga memperlihatkan sensitivitas terhadap jumlah lag (m) yaitu semakin menurunnya nilai kuasa uji seiring dengan semakin besarnya nilai m. Uji Monti terboboti diterapkan pada data nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) harian 1 Maret 2014 hingga 16 September 2014 dan diperoleh informasi bahwa untuk melakukan peramalan data nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika menggunakan model ARIMA(0,1,1). Kata kunci: ARIMA, deret waktu, korelasi diri, portmanteau ABSTRACT KURNIA SEKAR NEGARI. Comparison of Portmanteau Test for Residuals Autocorrelation on Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Model. Supervised by KUSMAN SADIK and LA ODE ABDUL RAHMAN. One of the steps in forecasting is checking the feasibility of a model or socalled model diagnostic. Model diagnostic can be performed by using a test to detect autocorrelation of residuals known as portmanteau test. This paper compares Box- Pierce (Q BP ), Ljung-Box (Q LB ), Monti (Q M), weighted Ljung-Box (Q WL ), and weighted Monti ( Q WM ) portmanteau test. Comparison of the portmanteau sensitivity tests on the model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) using the power of test showed that the weighted Monti test is the most sensitive test for autocorrelation in residuals. Portmanteau test also showed sensitivity to the number of lag (m) that is the decreasing value of the power of the test along with the increasing value of m. Portmanteau tests have the highest value of power for large sample data (n = 500) compared to small and moderate sample data. In addition, the weighted Monti test also applied to daily US Dollar (USD) to Indonesia Rupiah (IDR) exchange rate data of March 1st 2014 until September 16th 2014 and it obtained information that for forecasting US Dollar to Indonesia Rupiah exchange rate data can use ARIMA(0,1,1) model. Keywords: ARIMA, autocorrelation, portmanteau, time series

5 PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun karya ilmiah ini dengan baik dan lancar. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah analisis deret waktu, dengan judul Perbandingan Uji Portmanteau untuk Korelasi Diri Sisaan pada Model Deret Waktu Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini, di antaranya Bapak Dr Kusman Sadik MSi dan Bapak La Ode Abdul Rahman SSi MSi selaku pembimbing karya ilmiah. Di samping itu penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh rekan Statistika 48 atas bantuan dukungannya selama ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian karya ilmiah. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan karya ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam upaya menyempurnakan penelitian ini sehingga dapat dikembangkan dengan baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2016 Kurnia Sekar Negari

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Deret Waktu Stasioner dan Peramalan 2 Koefisien Korelasi Diri 2 Proses Rataan Bergerak 3 Proses Regresi Diri 3 Proses Integrasi Regresi Diri-Rataan Bergerak 4 Uji Portmanteau 4 Simulasi Monte Carlo 6 METODOLOGI 6 Data 6 Metode 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Simulasi 8 Data Nilai Tukar 16 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 37

10 DAFTAR TABEL 1 Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) dengan n = 50, m = 5 dan Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) dengan n = 200, m = 5 dan Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) dengan n = 500, m = 5 dan Hasil pendugaan parameter data nilai tukar IDR terhadap USD 19 5 Nilai-p uji portmanteau Monti terboboti (Q WM ) pada sisaan model ARIMA(0,1,1), ARIMA(1,1,0), dan ARIMA(2,1,0) 19 DAFTAR GAMBAR 1 Plot data bangkitan model ARIMA(0,1,1) 9 2 Plot data bangkitan terhadap waktu setelah pembedaan pada d= Korelogram ACF (a) dan PACF (b) data bangkitan setelah pembedaan d= Plot data nilai tukar IDR terhadap USD periode 1 Maret September 2014 terhadap waktu 17 5 Plot data nilai tukar IDR terhadap USD setelah transformasi 17 6 Plot data nilai tukar IDR terhadap USD setelah transformasi dan pembedaan d= Plot ACF (a) dan PACF (b) data inflasi setelah stasioner 18 8 Plot data nilai tukar dan nilai dugaan model ARIMA(0,1,1), ARIMA(1,1,0), dan ARIMA(2,1,0) 19

11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Persamaan model ARIMA(p,1,q) data bangkitan 22 2 Diagram alir prosedur simulasi 23 3 Data deret waktu model ARIMA(0,1,1) dengan θ=0.6 hasil pembangkitan 24 4 Korelogram ACF (a) dan PACF (b) data bangkitan 25 5 Hasil uji ADF data deret waktu bangkitan 25 6 Plot Box-Cox data bangkitan 25 7 Hasil uji ADF data bangkitan setelah pembedaan d= Hasil pengepasan model terhadap data bangkitan 26 9 Korelogram ACF dan PACF sisaan ARIMA(0,1,1) Hasil uji Box-Pierce pada sisaan model ARIMA(0,1,1) Nilai statistik uji portmanteau sisaan model ARIMA(0,1,1) hasil fungsi R dan program manual Nilai-p uji portmanteau data sisaan model ARIMA(0,1,1) Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) pada n = 50, m = 10 dan Grafik kuasa uji Q BP (a), Q LB (b), Q M (c), Q WL (d), dan Q WM (e) terhadap m pada n= Grafik kuasa uji pada m = 5 (a), m = 10 (b), m = 15 (c), dan m = 20 (d) pada n = Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) pada n = 200, m = 10 dan Grafik kuasa uji pada m = 5 (a), m = 10 (b), m = 15 (c), dan m = 20 (d) pada n = Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) pada n = 500, m = 15 dan Grafik kuasa uji pada m = 5 (a), m = 10 (b), m = 15 (c), dan m = 20 (d) pada n = Grafik kuasa uji Q BP (a), Q LB (b), Q M (c), Q WL (d), dan Q WM (e) terhadap n pada m= Hasil uji ADF data nilai tukar IDR terhadap USD Transformasi Box-Cox data nilai tukar IDR terhadap USD Hasil uji ADF data nilai tukar setelah pembedaaan d=1 34

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Peramalan menjadi salah satu unsur yang penting dalam banyak bidang seperti industri, ekonomi, ilmu sosial, politik, dan keuangan. Peramalan merupakan suatu kegiatan memprediksi kejadian yang akan datang dari sebuah deret waktu berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari masa lalu. Hasil dari peramalan banyak digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan perencanaan dan proses pengambilan keputusan. Salah satu tahap dalam peramalan yaitu pembentukan model. Menurut Chatfield (2003), prosedur pembentukan model yang biasa digunakan yaitu prosedur Box-Jenkins, yang terdiri dari tiga tahap utama yang berulang, yaitu spesifikasi model, pendugaan parameter dan diagnostik model. Diagnostik model merupakan tahap pemeriksaan kelayakan model tentatif yang didapat dari hasil tahap-tahap sebelumnya. Model dikatakan layak jika sisaannya merupakan white noise, yaitu antar nilai sisaan saling bebas atau tidak terdapat korelasi antar amatan (korelasi diri) dan menyebar identik dengan rataan nol dan ragam σ 2 (Cryer dan Chan 2008). Sebuah analisis terhadap sisaan dapat dilakukan untuk mengetahui kelayakan sebuah model, salah satunya yaitu uji portmanteau untuk memeriksa korelasi diri pada sisaan. Uji ini mendeteksi korelasi diri pada sisaan berdasarkan autocorrelation function (ACF) sisaan dan partial autocorrelation function (PACF) sisaan. Uji portmanteau mampu mendeteksi korelasi diri dari sekelompok nilai ACF dan PACF sisaan yaitu dengan menggunakan sejumlah nilai ACF dan PACF sisaan pertama. Beberapa uji portmanteau untuk korelasi diri pada sisaan diantaranya yaitu uji Box-Pierce, uji Ljung-Box, uji Monti dengan uji nya yang berdasarkan pada PACF sisaan, dan uji Ljung-Box terboboti serta uji Monti terboboti (Fisher dan Gallagher 2012). Hingga saat ini, belum ada uji yang sempurna dalam mendeteksi korelasi diri sisaan. Setiap uji portmanteau yang telah diperkenalkan diduga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam beberapa kondisi. Penelitian ini akan mengkaji perbandingan sensitivitas uji portmanteau Box-Pierce, uji Ljung-Box, uji Monti, dan dua uji Fisher dalam mendeteksi korelasi diri dengan menggunakan indikator kuasa uji. Kuasa uji yaitu peluang benar dalam menolak hipotesis nol (H0) ketika hipotesis tandingan (H1) benar (Saefudin et al. 2009). Penelitian dilakukan menggunakan simulasi Monte Carlo dengan kuasa uji diperoleh dari persentase ketepatan hasil uji hipotesis masing-masing uji dalam mendeteksi korelasi diri terhadap sejumlah data deret waktu. Uji terbaik hasil simulasi kemudian diterapkan pada data nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dalam kurun waktu 200 hari yaitu dari 1 Maret 2014 hingga 16 September Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan sensitivitas uji portmanteau Box-Pierce, uji Ljung-Box, uji Monti, dan uji Fisher (Ljung-Box terboboti dan Monti terboboti) serta menunjukkan pengaruh jumlah lag ACF dan PACF sisaan (m) terhadap kuasa uji.

14 2 TINJAUAN PUSTAKA Deret Waktu Stasioner dan Peramalan Tujuan dari peramalan yaitu untuk memprediksi nilai yang akan datang dari sebuah deret waktu. Suatu deret waktu merupakan rangkaian pengamatan runtut berorientasi pada waktu dari peubah yang menjadi perhatian. Amatan dari peubah diambil atau dikumpulkan pada jangka waktu yang sama seperti harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Data deret waktu ditampilkan dalam sebuah plot sehingga dari pengamatan plot tersebut dapat memperlihatkan pola data seperti acak, tren, musiman, siklus, atau campuran dari beberapa pola (Montgomery et al. 2008). Data deret waktu dikatakan stasioner jika data menyebar identik sepanjang periode, yang berarti memiliki karakteristik nilai tengah (rataan) dan ragam (fluktuasi) yang konstan pada nilai tertentu dari waktu ke waktu. Kestasioneran data harus terpenuhi agar model dari data deret waktu dapat teridentifikasi. Deret waktu yang tidak stasioner pada rataan dapat diatasi dengan melakukan pembedaan terhadap data. Pembedaan yaitu menghitung selisih atau beda nilai antar pengamatan kemudian menggunakan nilai selisih tersebut sebagai deret waktu baru hingga kestasioneran pada rataan terpenuhi. Deret waktu yang tidak stasioner pada ragam dapat diatasi dengan melakukan transformasi Box-Cox terhadap data (Cryer dan Chan 2008). Koefisien Korelasi Diri Pemeriksaan korelasi diri atau hubungan antar pengamatan, misal y t dengan y t+k dapat dilihat dari pola diagram titik antar seluruh pasangan data y t dengan y t+k yang dipisahkan dengan interval yang sama disebut lag (k). Korelasi antara y t dengan nilai pada waktu lainnya, misal y t+k disebut koefisien korelasi diri pada lag k, yang didefinisikan sebagai berikut (Montgomery et al. 2008): E[(y t μ)(y t+k μ)] ρ k = E[(y t μ) 2 ]E[(y t+k μ) 2 ] = Cov(y t, y t+k) = γ k Var(y t ) γ 0 dengan: ρ k = koefisien korelasi diri lag k y t = nilai amatan waktu ke-t y t+k = nilai amatan waktu ke t+k γ k = koefisien peragam-diri lag k μ = rataan nilai amatan t k = 1, 2, 3, = 0, 1, 2, Kumpulan dari ρ k, dengan k = 0, 1, 2,... disebut fungsi korelasi diri atau autocorrelation function (ACF). Nilai ρ 0 = 1, dan ρ k = ρ k. ACF pada deret waktu y 1, y 2,,y n dapat diduga dengan ACF contoh (r k ), yang diperoleh dari r k = ρ k = c k c 0, n k k = 0, 1, 2,, K c k = γ k = 1 n (y t y )(y t+k y ) t=1

15 dengan: r k = koefisien korelasi diri contoh lag k c k = koefisien peragam-diri contoh lag k n = ukuran contoh y = rataan nilai amatan contoh t = 1, 2,, n Model deret waktu dapat diduga dengan pengamatan terhadap korelogram, yaitu plot antara ACF contoh (r k ) dengan lag. Pola korelogram ACF sangat baik digunakan untuk mengidentifikasi ordo q model rataan bergerak (Moving Average) yaitu ditunjukkan dengan penurunan nilai-nilai korelasi diri dengan cepat mendekati nol (cuts off) setelah lag q. Pengidentifikasian ordo p model regresi diri (Autoregressive) dari pola ACF tidak terlalu efektif karena model AR akan membentuk pola eksponensial dan pola sinus teredam atau bisa disebut tails off, nilai korelasi semakin mendekati nol. Cara lainnya yang lebih efektif adalah dengan menggunakan partial autocorrelation function (PACF), yaitu korelasi diri antara y t dengan y t k setelah menyesuaikan pengaruh y t 1, y t 2,, y t k+1 atau secara umum pengaruh dari pengamatan lain yang sama. Model AR(p) akan ditunjukkan dari pola plot PACF (ϕ kk ) antara y t dengan y t k untuk k > p akan sama dengan nol atau cuts off setelah lag p (Montgomery et al. 2008). PACF didapatkan dari persamaan sebagai berikut: ρ j = φ k1 ρ j 1 + φ k2 ρ j φ kk ρ j k dengan: ρ j = koefisien korelasi diri lag j ϕ kk = koefisien korelasi diri parsial lag k j = 1, 2,, k. Proses Rataan Bergerak Proses rataan bergerak (MA) dengan ordo q berasal dari kenyataan bahwa y t diperoleh dari pemberian bobot 1, θ 1, θ 2,, θ q pada e t, e t 1, e t 2,, e t q yang kemudian bobot-bobot tersebut bergerak pada e t+1, e t, e t 1,, e t q+1 untuk mendapatkan y t+1 (Cryer dan Chan 2008). Deret {e t } merupakan white noise, yaitu deret yang menyebar bebas identik. Proses MA(q) memiliki persamaan sebagai berikut: y t = e t θ 1 e t 1 θ 2 e t 2 θ q e t q dengan: y t = nilai amatan pada waktu ke-t θ i = parameter MA ke-i ; i = 1,2,,q = galat pada waktu ke-t e t Proses Regresi Diri Proses regresi diri (AR) untuk ordo ke-p memiliki persamaan (Cryer dan Chan 2008): y t = ϕ 1 y t 1 + ϕ 2 y t ϕ p y t p + e t dengan φ i adalah parameter AR ke-i. Model AR ini menggunakan asumsi e t dan y t 1, y t 2, y t 3, saling bebas. Nilai pada y t merupakan kombinasi linier dari 3

16 4 sejumlah p nilai lampau terdekat dengan t ditambah dengan e t yang merupakan pengaruh pada waktu t yang tidak dapat dijelaskan oleh nilai sebelumnya. Proses Integrasi Regresi Diri-Rataan Bergerak Model untuk data deret waktu yang mengikuti gabungan proses AR dan MA disebut Regresi Diri-Rataan Bergerak (ARMA), dengan persamaan (Cryer dan Chan 2008): y t = ϕ 1 y t 1 + ϕ 2 y t ϕ p y t p + e t θ 1 e t 1 θ 2 e t 2 θ q e t q dengan p adalah ordo AR dan q adalah ordo MA atau ARMA(p,q). Suatu deret waktu y t mengikuti model integrasi regresi diri-rataan bergerak (Autoregressive Integrated Moving Average) yaitu jika pembedaan ke-d, w t = y t y t 1 = (1 B) d y t adalah proses ARMA(p,q) yang stasioner sehingga {y t } adalah proses ARIMA(p,d,q) (Montgomery et al. 2008). Model teoritis ARIMA(p,d,q) adalah sebagai berikut: φ p (B)(1 B) d y t = μ + θ q (B)e t dengan (1 B) d merupakan operator pembedaan y t dengan ordo d. Uji Portmanteau Uji portmanteau pertama kali diperkenalkan oleh Box dan Pierce pada tahun 1970 yang merupakan salah satu metode untuk memeriksa asumsi korelasi diri pada sisaan. Hipotesis yang digunakan pada uji ini yaitu: H0 : Tidak terdapat korelasi diri pada sisaan H1 : Terdapat korelasi diri antar sisaan Uji Portmanteau Box-Pierce Pemeriksaan diagnostik menurut Box dan Pierce merupakan salah satu teknik alternatif pada tahap uji kelayakan model yang mampu menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan pemilihan suatu model. Uji portmanteau Box-Pierce hingga lag m adalah (Box dan Pierce 1970): m Q BP (r) = n r k 2 r k = k=1 n t=k+1 e te t k n t=1 e t 2 dengan: e 1,, e t = sisaan yang diperoleh setelah pendugaan model dari contoh berukuran n n = ukuran contoh r k = koefisien korelasi diri contoh antar e t dengan e t k m = lag maksimum yang digunakan Hipotesis nol pada uji ini ditolak jika nilai Q BP lebih besar dari nilai Khikuadrat (χ 2 ) dengan derajat bebas m p q, yang berarti tidak ada korelasi diri antar sisaan. Uji dari Box dan Pierce ini baik digunakan pada n (Box dan Pierce 1970).

17 Uji Portmanteau Ljung-Box Uji ini merupakan modifikasi uji Box-Pierce untuk contoh berhingga. Uji portmanteau Ljung-Box Q LB adalah (Ljung dan Box 1978): m Q LB (r) = n(n + 2) r k 2 n k k=1 Ljung dan Box dalam studinya menunjukkan bahwa uji ini memberikan penaksiran yang lebih baik pada deret berukuran kecil terhadap sebaran Khi-kuadrat dengan derajat bebas yaitu m p q (Ljung dan Box 1978). Uji Portmanteau Monti Monti mengajukan uji portmanteau yang berdasarkan korelasi diri parsial sisaan. Uji portmanteau Monti Q M adalah (Monti 1994): m Q M(π) = n(n + 2) π k 2 n k k=1 dengan π k merupakan korelasi diri parsial sisaan ke-k. Monti mengemukakan bahwa jika galat merupakan proses white noise, maka korelasi diri parsial sisaan akan tidak berbeda nyata dengan nol. Monti juga berpendapat bahwa dalam perbandingan kemampuan kerja, uji ini sebanding dan lebih baik dari uji Ljung-Box jika ordo MA diduga lebih kecil atau underestimated, dan sebaliknya uji Ljung-Box akan lebih baik jika ordo AR underestimated. Hipotesis nol pada uji ini ditolak jika nilai Q Mlebih besar dari nilai Khi-kuadrat dengan derajat bebas m-p-q (Monti 1994). Uji Portmanteau Fisher Uji yang diperkenalkan Fisher terdiri dari dua uji, yaitu uji Ljung-Box dan Monti terboboti. Kedua uji tersebut merupakan perkembangan dari uji portmanteau Pena-Rodriguez, namun dengan perhitungan yang lebih sederhana dan secara komputasi stabil. Uji portmanteau terboboti Fisher adalah sebagai berikut (Fisher dan Gallagher 2012): Q WL (r) = n(n + 2) r k 2 (m k + 1) m(n k) Q WM (π) = n(n + 2) π k 2 (m k + 1) m(n k) k=1 Persamaan di atas merupakan uji Ljung-Box dan Monti yang diberi bobot (m-k+1)/m di setiap korelasi diri dan korelasi diri parsial. Sisaan pada lag 1 diberi bobot terbesar yaitu 1, sedangkan lag m mendapatkan bobot terkecil yaitu 1/m (Fisher dan Gallagher 2012). Statistik Q WL dan Q WM pada hipotesis nol akan menyebar Gamma ( γ, λ ) dengan: 3[m 2 + m 2(m 1)(p + q)] 2 γ = 4[2m 3 + 3m 2 + m 6(m 2 2m 1)(p + q)], dan m k=1 m 5

18 6 λ = 2[2m3 + 3m 2 + m 6(m 2 2m 1)(p + q)] 2 3[m(m 2 + m 2(m 1)(p + q))] Simulasi Monte Carlo Simulasi adalah sebuah teknik untuk memodelkan kejadian acak yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil yang diperoleh dari proses simulasi mendekati dengan hasil pada sistem sebenarnya. Monte Carlo merupakan sebuah teknik pada simulasi yang digunakan untuk memperkirakan suatu nilai atau solusi yang umumnya sulit dipecahkan atau kompleks. Monte Carlo bekerja berdasarkan pada bilangan acak dan peluang dengan menjalankan sebuah model matematis dari sistem sebenarnya. Sejumlah besar contoh acak dari sebuah sebaran statistik yang sama diterapkan pada model berulang kali yang kemudian akan menghasilkan keluaran yang acak pula. Banyaknya ulangan yang diterapkan pada simulasi Monte Carlo umumnya sekitar ratusan hingga ribuan, dengan tujuan untuk mendapatkan nilai yang konsisten. Hasil dari simulasi kemudian digunakan untuk analisis statistika (Thomopoulos 2013). METODOLOGI Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bangkitan dan data nilai tukar tengah IDR terhadap USD (dalam Rupiah/USD). Data nilai tukar yang digunakan adalah data harian sebanyak 200 amatan yaitu periode 1 Maret 2014 hingga 16 September Penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R Metode Perbandingan kuasa uji pada uji portmanteau dilakukan menggunakan simulasi Monte Carlo dan diterapkan pada data nilai tukar IDR terhadap USD. Penelitian ini membandingkan kuasa uji dari uji Box-Pierce Q BP, Ljung-Box Q LB, Monti Q M, Ljung-Box terboboti Q WL, dan Monti terboboti Q WM. Model deret waktu yang digunakan adalah kombinasi model ARIMA(p,d,q) dengan p dan q 2 dan d = 1. Model tersebut di antara lain adalah ARIMA(2,1,0), ARIMA(0,1,1), ARIMA(0,1,2), ARIMA(1,1,1), ARIMA(1,1,2), ARIMA(2,1,1), ARIMA(2,1,2). Seluruh kombinasi model deret waktu kemudian dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) untuk mendapatkan kondisi H1 benar atau terdapat korelasi diri antar sisaan. Model deret waktu serta nilai parameter yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Ukuran contoh (n) yang digunakan dibagi menjadi tiga jenis yaitu kecil, sedang, dan besar (50, 200, dan 500). Simulasi Monte Carlo dilakukan pada 300 deret waktu untuk setiap model dan masing-masing dilakukan menggunakan 1000 ulangan dan taraf nyata α = Kuasa uji akan dihitung pada beberapa nilai m (m=5, 10, 15, 20).

19 7 Simulasi Prosedur simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut (Lampiran 2): 1. Membangkitkan data (e 0t ) yang menyebar N(0,1) 2. Membangun data deret waktu (y 0t ) Data e 0t digunakan untuk membangun y 0t berukuran n dengan model ARIMA(p,1,q) dan nilai parameter (ϕ 1, ϕ 2, θ 1, dan θ 2 ) tertentu (Lampiran 1). 3. Mengepaskan data y 0t dengan model ARIMA(1,1,0) Pendugaan parameter dilakukan dengan metode pendugaan kemungkinan maksimum untuk mendapatkan nilai dugaan (y 0t ) dan ϕ 1 4. Mengolah sisaan sebagai data contoh dasar pada metode Monte Carlo a. Menghitung sisaan (e 0t), yaitu selisih antara y 0t dan y 0t b. Menghitung ACF (r 0k ) dan PACF (π 0k ) sisaan c. Menghitung nilai statistik uji Box-Pierce (Q 0BP ), Ljung-Box (Q 0LB ), Monti (Q 0M ), Ljung-Box terboboti (Q 0WL ), dan Monti terboboti (Q 0WM ) dari nilai r 0k dan π 0k pada m = 5, 10, 15, Mengolah data contoh bootstrap dari data sisaan (e 0t) a. Melakukan resampling terhadap e 0t sebanyak 1000 kali (e it ), dengan i = 1, 2,, 1000 b. Membangkitkan data deret waktu model ARIMA(1,1,0) ( y it ) dengan menggunakan nilai e it dan nilai ϕ 1 c. Mengepaskan data y it dengan model ARIMA(1,1,0) untuk mendapatkan nilai dugaan (y it ) d. Menghitung sisaan (e it), yaitu selisih antara y it dan y it e. Menghitung ACF (r ik ) dan PACF (π ik ) sisaan f. Menghitung nilai statistik uji Box-Pierce ( Q 0BP ), Ljung-Box (Q 0LB ), Monti (Q 0M ), Ljung-Box terboboti (Q 0WL ), dan Monti terboboti (Q 0WM ) dari nilai r 0k dan π 0k pada m = 5, 10, 15, Menghitung nilai-p masing-masing tipe uji Nilai-p diperoleh dari P(Q ibp Q 0BP ), P(Q ilb Q 0LB ), P(Q im Q 0M ), P(Q iwl Q 0WL ), P(Q iwm Q 0WM ) 7. Mengulang langkah 1 hingga 6 sebanyak 300 kali. Dari tahap ini akan didapatkan sebanyak 300 nilai-p untuk masing-masing tipe uji. 8. Menghitung kuasa uji pada lag m Kuasa uji diperoleh dengan menghitung persentase nilai-p yang lebih kecil dari taraf nyata α, yang menunjukkan H0 ditolak atau ada korelasi diri antar sisaan. 1 β = P(Nilai_p < α) 9. Membandingkan kuasa uji seluruh uji portmanteau. Data Nilai Tukar Prosedur analisis terhadap data nilai tukar yaitu: 1. Eksplorasi data Melakukan eksplorasi data menggunakan grafik secara deskriptif. 2. Identifikasi model Diawali dengan pemeriksaan kestasioneran data, yaitu dengan pengamatan plot data terhadap waktu dan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) dengan taraf nyata

20 8 α=5% untuk kestasioneran dalam rataan serta transformasi Box-Cox untuk kestasioneran dalam ragam. Hipotesis uji ADF yaitu (Cryer dan Chan 2008): H0 : Data tidak stasioner H1 : Data stasioner Fungsi transformasi Box-Cox dengan parameter λ didefinisikan dengan: x λ 1 g(x) = {, λ 0 λ ln x, λ = 0 Kestasioneran data dalam ragam tercapai jika nilai parameter λ=1. Identifikasi model tentatif dilakukan dengan pengamatan terhadap pola pada korelogram ACF dan PACF data yang telah stasioner. 3. Pendugaan parameter model tentatif Data dipaskan dengan model tentatif hasil tahap sebelumnya. Pendugaan parameter dilakukan dengan metode pendugaan kemungkinan maksimum (MLE). 4. Menghitung nilai-p uji portmanteau Nilai-p masing-masing uji portmanteau terbaik hasil simulasi dihitung pada m = 5, 10, 15, 20. Uji portmanteau dilakukan dengan menggunakan paket dan fungsi yang telah tersedia pada perangkat lunak R. 5. Interpretasi nilai-p uji portmanteau Tolak H0 jika nilai-p lebih kecil dari atau sama dengan taraf nyata yang berarti bahwa model dinyatakan layak sedangkan model dikatakan tidak layak jika saat nilai-p lebih besar dari taraf nyata. 6. Pemilihan model terbaik Kriteria yang digunakan untuk memilih model terbaik dapat menggunakan nilai Akaike s Information Criterion (AIC). Nilai AIC pada model didefinisikan sebagai berikut (Cryer dan Chan 2008): AIC = - 2 ln (maximum likelihood) + 2k ;k = p+q+1 Model tentatif terbaik dipilih dengan nilai AIC terkecil. HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi Penelitian dilakukan menggunakan perangkat lunak statistika R dengan menjalankan program atau sekumpulan perintah yang sebelumnya telah disusun untuk dapat melakukan pembangkitan data deret waktu, simulasi Monte Carlo, analisis deret waktu, dan menghitung nilai statistik uji portmanteau. Simulasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat sensitivitas uji portmanteau pada beragam kondisi deret waktu. Sensitivitas uji dapat diartikan dengan seberapa baik sebuah uji dapat mendeteksi suatu pengaruh, dalam hal ini korelasi diri. Untuk melihat sensitivitas ini, diperlukan kondisi di mana terdapat korelasi diri pada sisaan hasil pengepasan model deret waktu sehingga dapat diperlihatkan apakah uji yang diamati dapat dengan benar mendeteksi adanya korelasi diri pada sisaan. Korelasi diri dapat disebabkan oleh pemilihan model yang tidak tepat. Artinya model deret waktu dugaan tidak dapat mendeskripsikan atau menjelaskan hubungan antar amatan

21 dengan benar. Dalam penelitian ini korelasi diri pada sisaan diperoleh dari pengepasan model yang tidak sesuai dengan model asli atau model deret waktu data bangkitan. Model-model yang digunakan adalah model yang tidak cukup, atau underestimate. Sensitivitas uji ditunjukkan dengan kuasa uji. Kuasa uji dalam penelitian ini diperoleh dari persentase jumlah deret waktu dengan kesimpulan menolak H0 atau nilai-p uji yang diperoleh dari simulasi Monte Carlo kurang dari taraf nyata α yaitu sebesar 5%. Hipotesis nol (H0) pada uji portmanteau yaitu tidak terdapat korelasi diri pada sisaan, sedangkan hipotesis tandingan (H1) yaitu terdapat korelasi diri pada sisaan. Kelima uji diharapkan dapat mendeteksi adanya korelasi diri pada sisaan, yang menunjukkan bahwa model yang digunakan tidak layak. Semakin besar persentase atau kuasa uji, maka semakin sensitif uji tersebut terhadap korelasi diri. Pemeriksaan Program Simulasi Pemeriksaan program dilakukan dengan tujuan memastikan program yang telah disusun bekerja dengan baik sehingga memberikan hasil yang benar. Pemeriksaan perintah diawali dengan pemeriksaan terhadap program pembangkitan data. Pembangkitan data merupakan tahap yang penting karena sangat berpengaruh terhadap hasil akhir penelitian. Penggunaan data yang tidak sesuai dengan model yang diharapkan akan menyebabkan kesimpulan yang salah. Pemeriksaan program pembangkitan data meliputi pemeriksaan apakah karakteristik data sudah sesuai dengan model yang diinginkan. Sebagai ilustrasi dilakukan pembangkitan data deret waktu dengan model 1 yaitu ARIMA(0,1,1) dengan θ=0.6. Data deret waktu sebanyak 200 periode dibangkitkan berdasarkan galat yang menyebar normal dengan rataan nol dan ragam satu. Data hasil bangkitan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan plot data terhadap waktu ditunjukkan pada Gambar 1. 9 Data Waktu Gambar 1 Plot data bangkitan model ARIMA(0,1,1) terhadap waktu Tahap selanjutnya yaitu pemeriksaan data bangkitan meliputi pemeriksaan kestasioneran data, pendugaan parameter, dan analisis sisaan. Pemeriksaan kestasioneran data dilakukan dengan pengamatan terhadap plot data terhadap waktu. Gambar 1 menunjukkan bahwa data berfluktuasi tidak pada suatu nilai tertentu dan mengandung tren menurun, yang menunjukkan bahwa data tidak stasioner pada rataan. Pemeriksaan kestasioneran juga dapat dilakukan dengan korelogram ACF

22 10 dan PACF dan uji formal yaitu uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Korelogram ACF dan PACF pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa data tidak stasioner, yaitu dengan pola ACF yang menurun secara lambat dan nilai PACF pada lag 1 yang signifikan dan mendekati satu. Hasil uji ADF yang ditampilkan pada Lampiran 5 juga menyatakan ketidak stasioneran data dengan nilai-p uji sebesar Nilai ini lebih besar dari taraf nyata α=0.05 yang berarti tidak cukup bukti untuk menolak H0 bahwa data bukan merupakan proses stasioner pada taraf nyata 5%. Pemeriksaan kestasioneran pada ragam diperiksa menggunakan transformasi Box-Cox. Transformasi Box-Cox tidak dapat dilakukan pada data bernilai negatif, sehingga data perlu ditambahkan sebuah konstanta sampai nilai terkecil pada data mencapai nilai positif (Cryer dan Chan 2008). Konstanta yang digunakan yaitu sebesar 6. Hasil transformasi Box-Cox yang ditunjukkan pada Lampiran 6 menyatakan bahwa data telah stasioner dalam ragam. Pembedaan dilakukan terhadap data untuk mencapai kestasioneran pada rataan. Gambar 2 menampilkan plot data bangkitan terhadap waktu setelah dilakukan pembedaan ordo satu (d=1). Plot telah menunjukkan data memiliki fluktuasi yang konstan dari waktu ke waktu. Kestasioneran data juga ditunjukkan dari hasil uji ADF yaitu nilai-p yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yaitu sebesar Hasil uji ADF pada data bangkitan setelah pembedaan d=1 dapat dilihat pada Lampiran 7. Diff(Data) Waktu Gambar 2 Plot data bangkitan terhadap waktu setelah pembedaan pada d=1 Korelogram ACF dan PACF data bangkitan setelah pembedaan ordo 1 pada Gambar 3 menunjukkan pola cut off setelah lag 1 pada ACF dan pola tails off pada PACF. Model yang dapat terbentuk dari korelogram pada Gambar 3 adalah ARIMA(0,1,1). Lampiran 8 menampilkan hasil pengepasan model dan terlihat bahwa model memiliki penduga parameter yang signifikan. Korelogram ACF dan PACF sisaan model ARIMA(0,1,1) pada Lampiran 9 juga menunjukkan tidak terdapat korelasi diri antar sisaan. Berdasarkan kriteria tersebut model ARIMA(0,1,1) dianggap layak untuk data bangkitan. Model ARIMA(0,1,1) juga memiliki nilai dugaan parameter θ = Nilai tersebut mendekati nilai parameter aslinya yaitu θ=0.6.

23 11 Series diff(y) Series diff(y) ACF Partial ACF Lag (a) Lag (b) Gambar 3 Korelogram ACF (a) dan PACF (b) data bangkitan setelah pembedaan d=1 Korelogram ACF dan PACF sisaan dari model ARIMA(0,1,1) yang ditampilkan pada Lampiran 9 menunjukkan tidak adanya korelasi diri atau nilai yang berbeda nyata dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa model tersebut telah dapat menjelaskan hubungan antar amatan data bangkitan. Korelogram ACF dan PACF dapat digunakan untuk menentukan kelayakan sebuah model, namun karena teknik ini bersifat pengamatan dan bersifat subjektif maka tidak dapat dijadikan satusatunya acuan sehingga perlu dilakukan uji portmanteau. Hasil uji portmanteau pada sisaan model ARIMA(0,1,1) yang dapat dilihat pada Lampiran 10, juga menunjukkan bahwa model layak digunakan. Nilai-p pada setiap lag yang digunakan memiliki nilai yang lebih besar dari 0.05 yang berarti tidak tolak H0 atau tidak cukup bukti untuk menyatakan ada korelasi diri antar sisaan pada taraf nyata 5%. Keseluruhan proses di atas menunjukkan pembangkitan data dengan model ARIMA(0,1,1) memberikan hasil yang sesuai. Model terbaik yang diperoleh sesuai dengan model bangkitan dengan nilai dugaan parameter yang mendekati nilai parameter sebenarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa program pembangkitan data yang digunakan telah berjalan dengan baik dan dapat digunakan dalam penelitian. Tahap selanjutnya yaitu pemeriksaan terhadap program uji portmanteau yang terdiri dari perhitungan nilai statistik dan simulasi Monte Carlo. Secara umum program perhitungan uji portmanteau pada beberapa uji adalah sama. Uji Q LB dan Q M memiliki program perhitungan yang sama, hanya dasar perhitungan uji Q LB adalah nilai ACF sedangkan uji Q M berdasarkan nilai PACF. Begitu pula dengan uji Q WL dan Q WM yang sama dengan Q LB dan Q M yang diberi bobot. Pemeriksaan program dilakukan dengan membandingkan nilai statistik pada fungsi bawaan R dengan program manual yang telah disusun. Simulasi pada penelitian menggunakan jumlah deret yang besar dan rumit sehingga beberapa fungsi yang disediakan oleh R seperti fungsi untuk kedua uji Fisher yang tidak menyediakan teknik Monte Carlo tidak dapat digunakan. Nilai statistik kelima uji portmanteau untuk sisaan model ARIMA(0,1,1) dengan fungsi R dan program yang ditampilkan pada Lampiran 11 tidak memperlihatkan adanya perbedaan sehingga program perhitungan nilai statistik uji portmanteau telah disusun dengan benar.

24 12 Nilai-p uji portmanteau dihitung menggunakan simulasi Monte Carlo dengan pengulangan sebanyak 1000 kali. Nilai-p masing-masing uji portmanteau terhadap data sisaan ARIMA(0,1,1) pada Lampiran 12 menunjukkan nilai yang lebih besar dari taraf nyata. Hasil tersebut memberikan kesimpulan tidak tolak H0 yaitu tidak terdapat korelasi diri antar sisaan pada taraf nyata 5% atau model dinyatakan layak untuk digunakan. Ketika data dipaskan dengan menggunakan model yang tidak layak, maka nilai-p uji portmanteau akan menunjukkan angka yang lebih kecil dari taraf nyata atau tolak H0 yang berarti terdapat korelasi diri antar sisaan sehingga membuktikan model tidak layak digunakan. Korelasi diri juga dapat diperiksa dari korelogram ACF dan PACF sisaan. Model yang cukup atau layak akan memiliki sisaan yang bebas dari korelasi diri, yang dapat ditunjukkan dari korelogram ACF dan PACF sisaan dengan tidak terdapat nilai yang berbeda nyata dari nol. Tidak terdapatnya korelasi diri pada sisaan menunjukkan bahwa model sudah dapat menjelaskan hubungan antar amatan. Simulasi Data Berukuran Kecil Simulasi dilakukan dengan menggunakan data berukuran contoh sebesar n=50. Data yang digunakan adalah data deret waktu hasil pembangkitan dengan beberapa model tertentu seperti yang tertera pada Lampiran 1. Jumlah deret yang dibangkitkan untuk masing-masing model sebanyak 300 deret. Kuasa uji pada kelima uji portmanteau kemudian dihitung pada lag m (m= 5, 10, 15, 20). Hasil penghitungan kuasa uji pada lag 5 dan lag 20 ditampilkan pada Tabel 1. Hasil simulasi lainnya untuk lag 10 dan 15 dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil simulasi pada data berukuran kecil menunjukkan bahwa kelima uji portmanteau sensitif terhadap nilai m, yang dapat dilihat pada perbedaan kuasa uji pada kedua lag m pada Tabel 1. Kuasa uji portmanteau mencapai nilai terbesar pada nilai m=5 atau lag m terkecil dan semakin menurun seiring semakin besarnya nilai m. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14, di mana penurunan terjadi pada setiap model dan uji. Kuasa uji menunjukkan persentase deret yang seluruhnya berjumlah 300 deret, yang dinyatakan mengandung korelasi diri pada sisaannya. Misalnya kuasa uji yang diperoleh sebesar 0.253, berarti sebesar 25.3% dari 300 deret sisaan yang diamati atau sebanyak 76 deret diantaranya dinyatakan mengandung korelasi diri. Semakin besar kuasa uji, maka semakin baik atau semakin sensitif suatu uji dalam mendeteksi korelasi diri sisaan. Hasil simulasi pada Tabel 1 menunjukkan untuk model ARIMA dengan q lebih besar dari nol (q>0) seperti model ARIMA(0,1,1), ARIMA(0,1,2), ARIMA(1,1,1), dan ARIMA(1,1,2) kuasa uji Q M lebih besar dari kuasa uji Q LB. Hasil tersebut menunjukkan uji Monti lebih baik atau lebih sensitif dibanding uji Ljung-Box untuk model dugaan dengan ordo MA (q) yang lebih rendah dari model sebenarnya atau underestimated. Sebaliknya, kuasa uji Q LB lebih besar dari kuasa uji Q M pada model ARIMA(2,1,0) yaitu model dengan ordo AR (p) lebih besar dari satu (p>1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa uji Ljung-Box lebih baik atau lebih sensitif dibandingkan dengan uji Monti jika ordo AR (p) underestimated.

25 Tabel 1 Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) dengan n = 50, m = 5 dan 20 No. Model ϕ 1 ϕ 2 θ 1 θ 2 Q BP Q LB Q M Q WL Q WM m=5 1. ARIMA(0,1,1) ARIMA(2,1,0) ARIMA(0,1,2) ARIMA(1,1,1) ARIMA(2,1,1) ARIMA(1,1,2) ARIMA(2,1,2) m=20 1. ARIMA(0,1,1) ARIMA(2,1,0) ARIMA(0,1,2) ARIMA(1,1,1) ARIMA(2,1,1) ARIMA(1,1,2) ARIMA(2,1,2) Keseluruhan hasil simulasi pada data berukuran kecil menunjukkan bahwa uji Ljung-Box terboboti (Q WL ) dan uji Monti terboboti (Q WM ) menghasilkan kuasa uji terbesar untuk setiap lag m yang dicobakan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Lampiran 15. Kuasa uji Ljung-Box terboboti merupakan nilai terbesar pada model ARIMA(2,1,0), di mana p underestimated. Sebaliknya, uji Monti terboboti memiliki nilai kuasa uji terbesar pada saat q underestimated dan pada hampir seluruh model kecuali pada model ARIMA(2,1,0).

26 14 Simulasi Data Berukuran Sedang Simulasi dilakukan dengan menggunakan data berukuran contoh n=200. Hasil penghitungan kuasa uji pada lag 5 dan lag 15 ditampilkan pada Tabel 2. Hasil simulasi lainnya untuk lag 10 dan lag 20 ditampilkan pada Lampiran 16. Tabel 2 Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) dengan n = 200, m = 5 dan 15 No. Model ϕ 1 ϕ 2 θ 1 θ 2 Q BP Q LB Q M Q WL Q WM m=5 1. ARIMA(0,1,1) ARIMA(2,1,0) ARIMA(0,1,2) ARIMA(1,1,1) ARIMA(2,1,1) ARIMA(1,1,2) ARIMA(2,1,2) m=15 1. ARIMA(0,1,1) ARIMA(2,1,0) ARIMA(0,1,2) ARIMA(1,1,1) ARIMA(2,1,1) ARIMA(1,1,2) ARIMA(2,1,2) Hasil simulasi pada data berukuran sedang menunjukkan kuasa uji yang secara keseluruhan lebih besar jika dibandingkan dengan kuasa uji pada simulasi data berukuran kecil. Tabel 2 menunjukkan kuasa uji pada lag 5 dan lag 15, di mana terlihat bahwa rata-rata kuasa uji menurun dengan semakin besarnya nilai m.

27 Berbeda dengan hasil simulasi pada data berukuran kecil, hasil simulasi pada data berukuran sedang tidak dapat menunjukkan secara jelas keunggulan uji Q LB dibanding Q M pada model dengan ordo AR (p) yang lebih besar dari ordo pada model dugaan ARIMA(1,1,0) yaitu p=1 seperti pada model ARIMA(2,1,0) karena kuasa uji yang mencapai nilai maksimum pada kedua uji tersebut. Uji Q M lebih baik dari uji Q LB pada model dengan ordo MA (q) lebih besar dari nol (q>0) atau lebih besar dari ordo MA pada model dugaan ARIMA(1,1,0) yaitu q=0. Hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya kuasa uji Q M pada model ARIMA(0,1,1), dan ARIMA(0,1,2) dibanding kuasa uji Q LB pada seluruh lag m. Kuasa uji Q WL dan Q WM pada simulasi ini juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari uji Q LB dan Q M pada seluruh model. Secara keseluruhan, simulasi pada data berukuran sedang menunjukkan bahwa uji Q WM menghasilkan kuasa uji terbesar pada beberapa model untuk setiap lag m yang dapat dilihat pada Lampiran 17. Model-model tersebut antara lain model ARIMA(0,1,1), ARIMA(0,1,2), ARIMA(1,1,1), ARIMA(2,1,1), ARIMA(1,1,2), dan ARIMA(2,1,2) sedangkan pada model lainnya kuasa uji Q WM dan Q WL memiliki nilai yang sama. Kuasa uji Q WM terbesar pada model-model tersebut menunjukkan bahwa uji Monti terboboti paling baik dan lebih sensitif dalam mendeteksi korelasi diri jika ordo MA underestimated dibanding dengan uji lainnya. Simulasi Data Berukuran Besar Simulasi dilakukan dengan menggunakan data berukuran contoh n=500. Hasil penghitungan kuasa uji pada lag 5 dan lag 10 ditampilkan pada Tabel 3. Hasil simulasi lainnya untuk lag 15 dan lag 20 disajikan pada Lampiran 18. Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari hasil simulasi pada data berukuran besar ini merupakan nilai kuasa uji maksimum, yaitu satu. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil uji menyatakan bahwa model tidak layak untuk seluruh deret yang dicobakan. Kuasa uji pada beberapa model memperlihatkan nilai yang sama seperti pada model ARIMA(2,1,0) dan ARIMA(1,1,2) di mana kuasa uji sebesar satu pada setiap uji dan lag sehingga tidak dapat terlihat perbedaan antar uji serta pengaruh dari nilai m. Seperti hasil pada ukuran contoh sebelumnya, kuasa uji Monti Q M lebih besar dari kuasa uji pada Q LB pada model dengan q lebih besar dari nol seperti pada model ARIMA(0,1,1) dan ARIMA(1,1,1). Kuasa uji Monti dan Ljung-Box pada model lainnya cenderung sama yaitu sebesar satu yang dipengaruhi oleh ukuran contoh. Kuasa uji Ljung-Box terboboti Q WL dan Monti terboboti Q WM pada simulasi ini menunjukkan nilai yang lebih besar dari uji Q LB dan Q M seperti terlihat pada model 2, 7, 9, dan 14. Pada model-model tersebut Q WM memiliki kuasa uji terbesar yang menandakan bahwa pada ukuran contoh besar, uji Monti terboboti merupakan uji yang paling baik dalam mendeteksi korelasi diri (Lampiran 19). Hasil simulasi pada data berukuran besar menunjukkan kuasa uji yang lebih besar dibandingkan dengan kuasa uji pada simulasi data berukuran kecil dan sedang (Lampiran 20). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran contoh mempengaruhi sensitivitas suatu uji. Semakin besar ukuran contoh yang digunakan, pendugaan statistik akan semakin akurat serta uji akan cenderung menolak H0 dan kuasa uji akan meningkat (Murphy dan Myors 2004). 15

28 16 Tabel 3 Kuasa uji portmanteau pada model ARIMA(p,1,q) yang dipaskan dengan model ARIMA(1,1,0) dengan n = 500, m = 5 dan 10 No. Model ϕ 1 ϕ 2 θ 1 θ 2 Q BP Q LB Q M Q WL Q WM m=5 1. ARIMA(0,1,1) ARIMA(2,1,0) ARIMA(0,1,2) ARIMA(1,1,1) ARIMA(2,1,1) ARIMA(1,1,2) ARIMA(2,1,2) m=10 1. ARIMA(0,1,1) ARIMA(2,1,0) ARIMA(0,1,2) ARIMA(1,1,1) ARIMA(2,1,1) ARIMA(1,1,2) ARIMA(2,1,2) Data Nilai Tukar Pengolahan data nilai tukar dilakukan sebagai ilustrasi penerapan uji Q WM, sebagai uji terbaik hasil simulasi, pada data aktual. Berbeda dengan simulasi yang sebelumnya telah dilakukan, penerapan uji pada data nilai tukar menggunakan indikator nilai-p. Hal ini disebabkan pada data nilai tukar tidak diketahui model sebenarnya dan hanya merupakan satu deret. Nilai-p yang lebih kecil atau sama dengan taraf nyata α=0.05 mengimplikasikan bahwa terdapat cukup bukti untuk menolak H0, sedangkan jika nilai-p lebih besar dari α maka H0 diterima. Nilai-p

29 mengukur kecenderungan atau kesesuaian data terhadap H0. Semakin besar nilai-p maka semakin sesuai data yang digunakan dalam mendukung H0 atau tidak terdapat cukup bukti untuk menyatakan sebaliknya. Nilai-p yang kecil menunjukkan data memiliki cukup bukti untuk menolak H0. Pengolahan data nilai tukar diawali dengan eksplorasi data untuk memeriksa kestasioneran data pada rataan dan ragam. Gambar 4 merupakan plot data deret waktu nilai tukar IDR terhadap USD. Berdasarkan plot tersebut data terlihat memiliki pola tren naik serta ragam yang tidak konstan. Uji ADF juga menunjukkan hasil yang sama dengan nilai-p sebesar yang lebih besar dari taraf nyata (Lampiran 21). 17 Lampiran 22 menampilkan transformasi Box-Cox untuk memeriksa stasioneritas pada ragam. Nilai lambda (λ) hasil transformasi menunjukkan angka mendekati -5 yang berarti data tidak stasioner pada ragam. Transformasi terus dilakukan hingga λ mendekati 1 untuk mencapai kestasioneran. Plot data hasil transformasi ditunjukkan pada Gambar 5. trans dari Nilai tukar (Rp) 4.0e e e e-21 Nilai tukar (Rp) Waktu Gambar 4 Plot data nilai tukar IDR terhadap USD periode 1 Maret September 2014 terhadap waktu Waktu Gambar 5 Plot data nilai tukar IDR terhadap USD setelah transformasi

30 18 Setelah data mencapai kestasioneran pada ragam, kemudian dilakukan pembedaan untuk mengatasi ketidak stasioneran pada rataan. Gambar 6 menunjukkan plot data nilai tukar setelah transformasi dan pembedaan dengan d=1. Terlihat bahwa fluktuasi data setelah pembedaan cenderung lebih konstan dibanding dengan plot data nilai tukar awal. Data mencapai kondisi stasioner setelah pembedaan pertama atau d=1 juga ditunjukkan dari hasil uji ADF dengan nilai-p yang lebih kecil dari taraf nyata (Lampiran 23). diff (Nilai tukar) -2e-22 0e+00 2e-22 4e Waktu Gambar 6 Plot data nilai tukar IDR terhadap USD setelah transformasi dan pembedaan d=1 Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi model deret waktu dengan menggunakan korelogram ACF dan PACF data stasioner yang disajikan pada Gambar 7. Korelogram menunjukkan pola ACF yang cuts off setelah lag 1 sedangkan pada PACF terlihat pola cut off setelah lag 1 dan 2 sehingga model yang dapat terbentuk dari data nilai tukar adalah ARIMA(0,1,1), ARIMA(1,1,0), dan ARIMA(2,1,0). Data kemudian dipaskan dengan kandidat model yang telah diperoleh untuk mendapatkan nilai penduga parameter. Series dat2 Series diff(dat1) ACF Partial ACF Lag (a) Gambar 7 Plot ACF (a) dan PACF (b) data inflasi setelah stasioner Lag (b) Tabel 4 menyajikan hasil pendugaan parameter kandidat model untuk data nilai tukar. Terlihat bahwa penduga parameter signifikan untuk seluruh model ditunjukkan dengan nilai-p yang lebih kecil dari taraf nyata. Nilai penduga parameter

31 kemudian digunakan untuk menghitung nilai tukar dugaan serta sisaan. Gambar 8 menunjukkan plot perbandingan data nilai tukar IDR terhadap USD dengan nilai dugaan ketiga kandidat model. Tabel 4 Hasil pendugaan parameter data nilai tukar IDR terhadap USD Model ϕ θ Nilai-p Rataan Jumlah Kuadrat Sisaan AIC ARIMA(0,1,1) x ARIMA(1,1,0) x ARIMA(2,1,0) x Nilai tukar (Rp) Waktu Nilai aktual ARIMA(0,1,1) ARIMA(1,1,0) ARIMA(2,1,0) Gambar 8 Plot data nilai tukar dan nilai dugaan model ARIMA(0,1,1), ARIMA(1,1,0), dan ARIMA(2,1,0) Setelah mendapatkan nilai sisaan, dilakukan pemeriksaan asumsi korelasi diri dengan menggunakan uji Monti terboboti. Penghitungan nilai-p pada data nilai tukar ini dilakukan dengan menggunakan fungsi pada paket WeightedPortTest yang telah tersedia pada perangkat lunak R. Tabel 5 menyajikan nilai-p untuk masing-masing model pada lag m=5, 10, 15, 20 dengan α=0.05. Tabel 5 Nilai-p uji portmanteau Monti terboboti (Q WM ) pada sisaan model ARIMA(0,1,1), ARIMA(1,1,0), dan ARIMA(2,1,0) Model m ARIMA(0,1,1) ARIMA(1,1,0) ARIMA(2,1,0) Tabel 5 menunjukkan nilai-p pada model ARIMA(0,1,1) dan ARIMA(2,1,0) tidak memiliki cukup bukti untuk menolak H0, yaitu nilai yang lebih besar dari taraf

32 20 nyata. Hal ini berarti tidak terdapat korelasi diri antar sisaan atau kedua model dinyatakan layak untuk data nilai tukar. Sebaliknya, nilai-p pada sisaan model ARIMA(1,1,0) menunjukkan nilai pada setiap lag yang lebih kecil dari taraf nyata. Hal ini menunjukkan bahwa sisaan model ARIMA(1,1,0) mengandung korelasi diri atau model tersebut tidak layak. Tahap selanjutnya yaitu pemilihan model terbaik antara model ARIMA(0,1,1) dan ARIMA(2,1,0) yang dapat ditentukan dengan menggunakan nilai AIC. Model terbaik ditunjukkan dengan nilai AIC yang paling kecil. Terlihat pada tabel 4 nilai AIC model ARIMA(0,1,1) lebih kecil dari model ARIMA(2,1,0) sehingga model ARIMA(0,1,1) merupakan model terbaik yang dapat digunakan untuk peramalan pada data nilai tukar IDR terhadap USD. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara keseluruhan, dari kelima uji portmanteau yang diamati, uji Monti terboboti merupakan uji yang paling sensitif terhadap korelasi diri pada model deret waktu ARIMA. Hasil simulasi Monte Carlo yaitu berupa lima kuasa uji portmanteau, diantaranya uji Box-Pierce, uji Ljung-Box, uji Monti, uji Ljung-Box terboboti, dan uji Monti terboboti menunjukkan bahwa pada kondisi ordo AR underestimated atau diduga lebih kecil dari yang seharusnya, uji Ljung-Box lebih baik daripada uji Monti. Sebaliknya, pada saat ordo MA underestimated, uji Monti lebih baik dalam mendeteksi korelasi diri dibandingkan uji Ljung-Box. Selain itu, hasil simulasi juga menunjukkan bahwa kuasa uji sensitif terhadap nilai m yaitu semakin turun seiring dengan semakin besarnya nilai m. Ukuran contoh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kuasa uji, yang ditunjukkan dari kuasa uji terbesar pada data berukuran besar (n=500). Hasil penerapan uji Monti terboboti pada data nilai tukar IDR terhadap USD menunjukkan bahwa model yang dapat digunakan untuk melakukan peramalan data nilai tukar adalah model ARIMA(0,1,1). Saran Penelitian yang telah dilakukan ini menggunakan jumlah deret yang sedikit yang disebabkan keterbatasan teknologi dan waktu. Hasil simulasi akan lebih baik jika menggunakan jumlah deret yang lebih banyak sehingga tingkat ketelitian simulasi lebih baik. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan perbandingan uji portmanteau pada model deret waktu yang mengandung faktor musiman dan penelitian terhadap pengaruh lag terhadap uji portmanteau dan penentuan lag optimum.

33 21 DAFTAR PUSTAKA Box GEP, Pierce DA Distribution of residual autocorrelations in Autoregressive-Integrated Moving Average time series models. Journal of the American Statistical Association. 65: Chatfield C The Analysis of Time Series: An Introduction 6th ed. Florida (US): Chapman & Hall/CRC. Cryer JD, Chan K Time Series Analysis With Application in R 2nd ed. New York (US): Springer Science+Business Media. Fisher TJ, Gallagher CM New weighted portmanteau statistics for time series goodness of fit testing. Journal of the American Statistical Association. 107: doi: / Ljung GM, Box GEP On a measure of lack of fit in time series models. Biometrika. 65: Montgomery DC, Jennings CL, Kulahci M Introduction to Time Series Analysis and Forecasting. New Jersey (US): John Wiley & Sons. Monti AC A proposal for a residual autocorrelation test in linear models. Biometrika. 81(4): Murphy KR, Myors B Statistical Power Analysis: A Simple and General Model for Traditional and Modern Hypothesis Tests Second Edition. New Jersey (US): Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Saefudin A, Notodiputro KA, Alamudi A, Sadik K Statistika Dasar.Jakarta: PT Grasindo. Safi SK, Al-Reqeb AA Comparative study of portmanteau tests for the residuals autocorrelation in ARMA models. Science Journal of Applied Mathematics and Statistics. 2(1):1-13.doi: /j.sjams Thomopoulos NT Essentials of Monte Carlo Simulation. New York (US): Springer.

34 22 Lampiran 1 Persamaan model ARIMA(p,1,q) data bangkitan ARIMA(0,1,1) 1. y t = y t 1 + e t 0.6e t 1 2. y t = y t 1 + e t + 0.4e t 1 ARIMA(2,1,0) 3. y t = ( )y t 1 + ( )y t 2 0.4y t 3 + e t 4. y t = (1 + 1)y t 1 + ( 0.6 1)y t y t 3 + e t ARIMA(0,1,2) 5. y t = y t 1 + e t 0.3e t 1 0.2e t 2 6. y t = y t 1 + e t 0.8e t e t 2 ARIMA(1,1,1) 7. y t = ( )y t 1 0.4y t 2 + e t 0.7e t 1 8. y t = (1 0.3)y t y t 2 + e t + 0.5e t 1 ARIMA(2,1,1) 9. y t = ( )y t 1 + ( )y t 2 0.3y t 3 + e t + 0.5e t y t = ( )y t 1 + ( )y t y t 3 + e t 0.1e t 1 ARIMA(1,1,2) 11. y t = ( )y t y t y t 3 + e t + 0.5e t 1 0.2e t y t = (1 0.5)y t y t 2 + y t 3 + e t 0.3e t 1 0.5e t 2 ARIMA(2,1,2) 13. y t = 0.8(y t 1 y t 2 ) + ( )y t y t 3 + e t e t e t y t = 0.3(y t 1 0.3y t 2 ) + ( )y t 2 0.5y t 3 + e t 0.3e t 1 0.6e t 2

35 Lampiran 2 Diagram alir prosedur simulasi 23

36 24 Lampiran 3 Data deret waktu model ARIMA(0,1,1) dengan θ=0.6 hasil pembangkitan t y t t y t t y t t y t t y t

37 25 Lampiran 4 Korelogram ACF (a) dan PACF (b) data bangkitan Series y Series y ACF Partial ACF Lag (a) Lag (b) Lampiran 5 Hasil uji ADF data deret waktu bangkitan Augmented Dickey-Fuller Test data: coba Dickey-Fuller = , Lag order = 5, p-value = alternative hypothesis: stationary Lampiran 6 Plot Box-Cox data bangkitan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. Sebelum dilakukan proses pembaharuan peramalan, terlebih dahulu dilakukan proses peramalan dan uji kestabilitasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v ix x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan OLEH: NAMA : MULAZIMATUS SYAFA AH NRP : 13.11.030.021 DOSEN PEmbimbing: Dr.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel ARIMA menggunakan variabel dependen harga saham LQ45 dan variabel independen harga saham LQ45 periode sebelumnya, sedangkan ARCH/GARCH menggunakan variabel dependen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU Kelas A Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins No Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Pengumpulan 1 29 Desember 2010 Tanda Tangan Praktikan

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Deret Waktu (time series) Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang diambil secara beruntun berdasarkan interval waktu yang tetap (Wei,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE (Studi Kasus : Kecepatan Rata-rata Angin di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Desy Yuliana Dalimunthe Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

Application of ARIMA Models

Application of ARIMA Models Application of ARIMA Models We have learned how to model using ARIMA Stages: 1. Verify whether the data we are analyzing is a stationary data using ACF or other methods 2. If the data is not stationer,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia Oleh : Pomi Kartin Yunus 1306030040 Latar Belakang Industri manufaktur yang berkembang pesat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN C BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mencoba meramalkan jumlah penumpang kereta api untuk masa yang akan datang berdasarkan data volume penumpang kereta api periode Januari 994-Februari 203

Lebih terperinci

Analisis Dasar dalam Runtun Waktu

Analisis Dasar dalam Runtun Waktu Company LOGO Analisis Dasar dalam Runtun Waktu UJI STASIONERITAS: UJI UNIT ROOT UNIT ROOTS Shock is usually used to describe an unexpected change in a variable or in the value of the error terms at a particular

Lebih terperinci

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am Pemodelan ARIMA Non- Musimam ARIMA ARIMA(Auto Regresif Integrated Moving Average) merupakan suatu metode analisis runtun waktu(time series) ARIMA(p,d,q) Dengan AR : p =orde dari proses autoreggresif I

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor, Mei 07 ISSN 085-789 Peramalan dengan Metode Seasonal Autoregressive Integrated Moving Average (SARIMA) di Bidang Ekonomi (Studi Kasus: Inflasi Indonesia) Forecasting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode peramalan saat ini cukup banyak dengan berbagai kelebihan masing-masing. kelebihan ini bisa mencakup variabel yang digunakan dan jenis data time seriesnya. nah, dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) FITROH AMALIA (1306100073) Dosen Pembimbing: Drs. Haryono, MSIE PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

MODEL LAJU PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH (IDR) TERHADAP POUNDSTERLING (GBP) DENGAN METODE MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

MODEL LAJU PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH (IDR) TERHADAP POUNDSTERLING (GBP) DENGAN METODE MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 56 64 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL LAJU PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH (IDR) TERHADAP POUNDSTERLING (GBP) DENGAN METODE MARKOV SWITCHING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI I KETUT PUTRA ADNYANA 1208405010 LEMBAR JUDUL JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PERNYATAAN...

Lebih terperinci

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran LATAR BELAKANG Listrik elemen terpenting dalam kehidupan manusia Penelitian Sebelumnya Masyarakat

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK oleh PITANINGSIH NIM. M0110064 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA FATHIN FAHIMAH 226133 DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng.

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH Gatri Eka K 1, Vebriani Safitry 2, Yesika Kristin 3 Program Studi Matematika, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Statistik Dasar 1. Average (Rata-rata) Menurut Spiegel,dkk (1996:45) rata-rata yaitu sebuah nilai yang khas atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14)

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA. Nur Hukim

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA. Nur Hukim TE 091399 TUGAS AKHIR- 4 SKS PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA Oleh Nur Hukim Dosen Pembimbing Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng. Ph.D Ir. Achmad

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

PEMODELAN SARIMAX DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) V PURWOKERTO

PEMODELAN SARIMAX DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) V PURWOKERTO PEMODELAN SARIMAX DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) V PURWOKERTO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Oleh : ROSIANA NOVITA

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Oleh : Dwi Listya Nurina 1311105022 Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Air Bersih BUMN Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-157 Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series Moh Ali Asfihani dan Irhamah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS Jurnal EKSPONENSIAL Volume 3, Nomor, Mei 2 ISSN 8-7829 Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS Forecasting The Number

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA PERMINTAAN PRODUK YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI KALENDER (Studi Kasus: Modern Trade di Jakarta) MUHAMAD IQBAL HIDAYAD

PENDUGAAN DATA PERMINTAAN PRODUK YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI KALENDER (Studi Kasus: Modern Trade di Jakarta) MUHAMAD IQBAL HIDAYAD i PENDUGAAN DATA PERMINTAAN PRODUK YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI KALENDER (Studi Kasus: Modern Trade di Jakarta) MUHAMAD IQBAL HIDAYAD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ARIMA and Forecasting

ARIMA and Forecasting ARIMA and Forecasting We have learned linear models and their characteristics, like: AR(p), MA(q), ARMA(p,q) and ARIMA (p,d,q). The important thing that we have to know in developing the models are determining

Lebih terperinci

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

MA(q) AR(p) MA(q) jika ACF cuts off lebih tajam, AR(p) jika PACF cuts off lebih tajam ARMA(0,0)

MA(q) AR(p) MA(q) jika ACF cuts off lebih tajam, AR(p) jika PACF cuts off lebih tajam ARMA(0,0) LAMPIRAN ACF 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Lampiran 1. Tabel penentuan Nilai Ordo Pada Proses ARIMA Berdasarkan Plot ACF dan PACF No Kemungkinan plot ACF dan PACF Model ARIMA 1 ACF nyata pada ke-1,2,3,...,q

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forceasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Untuk memajukan suatu usaha harus memiliki pandangan ke depan yakni pada masa yang akan datang. Hal seperti ini yang harus dikaji

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

Peramalan Penjualan Pipa di PT X Elviani, et al. / Peramalan Penjualan Pipa di PT X / Jurnal Titra, Vol.. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 55-60 Peramalan Penjualan Pipa di PT X Cicely Elviani 1, Siana Halim 1 Abstract: In this thesis we modeled

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA Gumgum Darmawan 1), Suhartono 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD 2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI FUNGSI TRANSFER HUBUNGAN PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA PREMIUM NON SUBSIDI DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER NURILMA PASCARIANTI

PERAMALAN HARGA PREMIUM NON SUBSIDI DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER NURILMA PASCARIANTI PERAMALAN HARGA PREMIUM NON SUBSIDI DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER NURILMA PASCARIANTI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK NURILMA

Lebih terperinci

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA 1 Harnum Annisa Prafitia dan 2 Irhamah

Lebih terperinci

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan METODE BOX JENKINS Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan utk semua tipe pola data. Dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA)

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA) OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA) Ni Putu Deviyanti 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, I Wayan Sumarjaya 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN 1962 1975 Jantini Trianasari Natangku dan Fitria Puspitoningrum Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014. Jur. Ris. & Apl. Mat. Vol. 1 (2017), no. 1, 1-52 Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan

Lebih terperinci