PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS"

Transkripsi

1 PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengoptimuman Masalah Penjadwalan Empat Hari Kerja dalam Seminggu Secara Siklis Berbasis Dual adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 016 Ariyanto Pamungkas NIM G

4 ABSTRAK ARIYANTO PAMUNGKAS. Pengoptimuman Masalah Penjadwalan Empat Hari Kerja dalam Seminggu Secara Siklis Berbasis Dual. Dibimbing oleh AMRIL AMAN dan FARIDA HANUM. Setiap perusahaan memiliki permasalahan penjadwalan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaannya. Pola penjadwalan empat hari kerja dan tiga hari libur berturut-turut dalam seminggu dapat menjadi penjadwalan alternatif untuk beberapa perusahaan. Karya ilmiah ini akan menyelesaikan masalah penjadwalan tersebut dengan menggunakan algoritme yang disusun berdasarkan solusi masalah dual dari suatu pemrograman linear. Algoritme tersebut menghasilkan penjadwalan dengan total pekerja dan biaya yang minimum. Kata kunci: dual, empat hari kerja, pengoptimuman, penjadwalan. ABSTRACT ARIYANTO PAMUNGKAS. On the Dual-Based Optimization of Cyclic Four-Day Workweek Scheduling. Supervised by AMRIL AMAN and FARIDA HANUM. Every company has scheduling problems that be adapted to the condition of company. Four workdays and three consecutive day-offs per week can be considered as an alternate scheduling for some companies. This work addresses the scheduling problem using the algorithm that be arranged according to the dual-based solution of linear programming. The algorithm generates the scheduling that minimizes the workforce size and the total of labor cost. Keywords: dual, four-day workweek, optimization, scheduling.

5 PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 016

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya dan atas doa serta dukungan kedua orang tua sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Disadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr Ir Amril Aman, MSc dan Ibu Dra Farida Hanum, MSi selaku pembimbing serta Bapak Dr Toni Bakhtiar, MSc selaku dosen penguji. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf administrasi dan dosen pengajar serta teman-teman mahasiswa Matematika IPB yang telah membantu membuka wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses pembelajaran. Laporan akhir ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Bogor, Januari 016 Ariyanto Pamungkas

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA Pemrograman Linear Integer Daerah Fisibel Dualitas HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Model Penjadwalan 3 Pemrograman Linear Masalah (4,) 4 Penentuan Total Pekerja Minimum 6 Penempatan Pekerja pada Pola-Pola Penjadwalan Masalah (4,) 10 Alur Penggunaan Algoritme 16 SIMPULAN DAN SARAN 0 Simpulan 0 Saran 0 DAFTAR PUSTAKA 0 RIWAYAT HIDUP 43

10 DAFTAR TABEL 1 Pola penjadwalan dan banyaknya pekerja masalah (4,) 3 Banyak pekerja harian masalah (4,) 4 3 Hasil penyelesaian model dengan LINGO Hasil perolehan Solusi III 8 5 Hasil perolehan Solusi IV 9 6 Biaya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) 10 Nilai x 1, x, dan x 3 untuk semua kemungkinan nilai W 13 8 Nilai x 4 dan x 5 untuk semua kemungkinan nilai W 14 9 Nilai x 6 dan x untuk semua kemungkinan nilai W Solusi yang mungkin pada Contoh Hasil penjadwalan Contoh Solusi yang mungkin pada Contoh Hasil Penjadwalan Contoh 0 14 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai I, II, III, dan IV 6 15 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai V dan VI 16 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai I dan II 8 1 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai III dan IV 9 DAFTAR GAMBAR 1 Hasil komputasi program LINGO 11.0 untuk masalah (4,) Solver status software LINGO 11.0 untuk masalah (4,) 3 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sintaks dan hasil komputasi program LINGO 11.0 untuk masalah (4,) Pembuktian bahwa Solusi I lebih baik atau sama dengan solusi yang diperoleh dengan cara memberi nilai 1/m pada sembarang m variabel dual 4 3 Pencarian Solusi III dan Solusi IV 5 4 Substitusi Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV ke fungsi objektif dual masalah (4,) 30 5 Penentuan persamaan untuk memperoleh banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) 33 6 Hasil substitusi semua kemungkinan solusi ke fungsi objektif dual pada Contoh 1 dan Contoh 40 1

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Penjadwalan yang optimal akan menekan anggaran perusahaan dengan meminimumkan banyak tenaga kerja, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja dapat diminimumkan. Oleh karena itu, penjadwalan harus dioptimalkan agar dapat meminimumkan biaya yang dikeluarkan. Setiap perusahaan memiliki cara yang beragam dalam menyelesaikan masalah penjadwalan pekerjanya. Umumnya masalah penjadwalan pekerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu days-off, shift, dan tour scheduling. Secara garis besar days-off scheduling adalah penjadwalan hari kerja dan libur pekerja, shift scheduling adalah penjadwalan yang berfokus pada interval waktu kerja dan libur pekerja, sedangkan kombinasi antara days-off dan shift scheduling yang membentuk pola penjadwalan tertentu merupakan masalah penjadwalan yang disebut tour scheduling (Baker 196). Karya ilmiah ini membahas pengoptimuman masalah penjadwalan days-off scheduling dengan merujuk pada artikel Alfares (000). Karya ilmiah ini terinspirasi dari karya ilmiah yang berjudul Optimasi berbasis dual masalah penjadwalan tiga hari kerja dalam seminggu secara siklis (Hadi 014). Permasalahan umum dalam days-off scheduling adalah mencari pola hari kerja yang optimal, yaitu pola penjadwalan hari kerja dan libur. Pola-pola tersebut harus memenuhi banyak pekerja yang dibutuhkan setiap harinya. Selain itu, masalah penjadwalan days-off scheduling juga harus mempertimbangkan lebih lanjut apabila adanya kendala perbedaan biaya pekerja pada masing-masing pola penjadwalan. Penyelesaian masalah penjadwalan days-off scheduling umumnya menggunakan metode integer programming (IP) (Alfares 000). Terkait dengan suatu masalah pemrograman linear, terdapat masalah pengoptimuman linear lain yang berpadanan. Kedua masalah ini dikenal dengan masalah primal dan masalah dual dari suatu pemrograman linear (Luenberger dan Ye 00). Karya ilmiah ini akan membahas cara alternatif untuk menyelesaikan masalah penjadwalan days-off scheduling, yaitu dengan menggunakan algoritme yang disusun berdasarkan solusi masalah dual dari suatu pemrograman linear. Algoritme tersebut menghasilkan penjadwalan dengan total pekerja dan biaya yang minimum. Selain itu, algoritme tersebut memiliki komputasi yang sederhana tanpa iterasi (Alfares 000). Oleh karena itu, karya ilmiah ini akan menggunakan algoritme berbasis dual yang merujuk pada artikel Alfares (000) untuk menyelesaikan masalah penjadwalan days-off scheduling. Tujuan Penelitian Tujuan karya ilmiah ini ialah meminimumkan banyaknya total pekerja dan menetapkan pola penjadwalan, yaitu empat hari kerja dan tiga hari libur dalam seminggu secara siklis yang meminimumkan biaya total pekerja dengan menggunakan metode dual.

12 TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami masalah dalam karya ilmiah ini diperlukan beberapa pengertian sebagai berikut. Pemrograman Linear Integer Pemrograman integer atau integer programming (IP) adalah suatu model pemrograman linear dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat (integer). Jika semua variabel harus berupa integer, masalah tersebut dinamakan pure integer programming. Jika hanya sebagian yang harus berupa integer, disebut mixed integer programming. Adapun IP dengan semua variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1 IP. Daerah Fisibel Daerah fisibel dalam pemrograman linear adalah himpunan titik yang memenuhi semua kendala dalam pemrograman linear dan tanda pembatasnya (Winston 004). Dualitas Terkait dengan suatu masalah pengoptimuman linear, terdapat masalah pengoptimuman linear lain yang berpadanan. Kedua masalah ini dikenal dengan masalah primal dan masalah dual dari suatu pengoptimuman linear. Bentuk standar dari masalah primal untuk masalah pencarian nilai minimum (Luenberger dan Ye 00), adalah sebagai berikut: minimumkan terhadap c T x Ax b x 0, dan masalah dual untuk masalah primal di atas adalah sebagai berikut: maksimumkan y T b terhadap y T A c T y 0, dengan c n 1 = koefisien fungsi tujuan masalah primal x n 1 = variabel keputusan masalah primal A m n = matriks kendala pemrograman linear b m 1 = konstanta ruas kanan kendala masalah primal y m 1 = variabel keputusan masalah dual. Teorema yang menghubungkan antara solusi dual dan primal adalah sebagai berikut: Jika masalah primal memiliki solusi optimal berupa (x 1, x,, x n ) dan masalah dual memiliki solusi optimal berupa (y 1, y,, y m ) maka: n m j=1 c j x j = i=1 b i y i (Chvátal 1983). Bila dibandingkan, maka hubungan antara masalah primal dan dual (Luenberger dan Ye 00), yaitu:

13 3 1 Koefisien fungsi tujuan pada primal menjadi konstanta ruas kanan pada dual. Sebaliknya, konstanta ruas kanan pada primal menjadi koefisien fungsi tujuan pada dual. Tanda ketidaksamaan pada pembatas menjadi terbalik, jika pada primal berubah menjadi pada dual. 3 Fungsi tujuan berubah bentuk, minimisasi pada primal akan berubah menjadi maksimisasi pada dual. 4 Setiap kolom kendala pada primal berhubungan dengan baris kendala pada dual. Sebaliknya, setiap baris kendala pada primal akan menjadi kolom kendala pada dual. 5 Dual dari dual adalah primal. HASIL DAN PEMBAHASAN Model Penjadwalan Karya ilmiah ini akan mengkaji tentang masalah penjadwalan empat hari kerja dalam tujuh hari yang disebut dengan masalah (4,). Keterangan notasi yang digunakan adalah sebagai berikut: Indeks i = hari, i = 1,,..., j = pola penjadwalan, j = 1,,...,. Parameter r i = banyaknya pekerja yang dibutuhkan pada hari i b i = banyaknya pekerja yang libur pada hari i. Variabel keputusan x j = banyaknya pekerja yang bekerja pada pola penjadwalan ke-j. Misalkan hari 1= Senin, = Selasa, 3= Rabu, 4= Kamis, 5= Jumat, 6= Sabtu, = Minggu, maka pola penjadwalan dan banyak pekerja masalah (4,) dapat dilihat di Tabel 1. Adapun banyak pekerja harian masalah (4,) dapat dilihat di Tabel. Tabel 1 Pola penjadwalan dan banyaknya pekerja masalah (4,) Pola ke-j Hari kerja Hari libur Banyak pekerja pada pola ke-j 1 4, 5, 6, 1,,3 x 1 5, 6,, 1,3,4 x 3 6,, 1, 3,4,5 x 3 4, 1,, 3 4,5,6 x 4 5 1,, 3, 4 5,6, x 5 6, 3, 4,5 1,6, x 6 3, 4, 5, 6 1,, x

14 4 Tabel Banyak pekerja harian masalah (4,) Hari Banyak pekerja ke-i Dipekerjakan Dibutuhkan Libur 1 x + x 3 + x 4 + x 5 r 1 x 1 + x 6 + x = b 1 x 3 + x 4 + x 5 + x 6 r x 1 + x + x = b 3 x 4 + x 5 + x 6 + x r 3 x 1 + x + x 3 = b 3 4 x 1 + x 5 + x 6 + x r 4 x + x 3 + x 4 = b 4 5 x 1 + x + x 6 + x r 5 x 3 + x 4 + x 5 = b 5 6 x 1 + x + x 3 + x r 6 x 4 + x 5 + x 6 = b 6 x 1 + x + x 3 + x 4 r x 5 + x 6 + x = b Pemrograman Linear Masalah (4,) Dalam karya ilmiah ini, masalah (4,) akan dijelaskan menggunakan pemrograman linear dual serta melalui hubungan primal-dual. Masalah primal dari masalah (4,) adalah sebagai berikut: Fungsi Objektif Fungsi objektif dari masalah (4,) adalah meminimumkan banyaknya total pekerja selama seminggu (W), yaitu: Kendala min W = j=1 x j. (1) Kendala-kendala pada masalah (4,) adalah sebagai berikut: 1 Banyaknya pekerja yang bekerja pada hari ke-i harus lebih besar atau sama dengan banyaknya pekerja yang dibutuhkan pada hari ke-i (r i ). Berdasarkan informasi yang diberikan pada Tabel, maka pertidaksamaan kendala masalah (4,) adalah sebagai berikut: x + x 3 + x 4 + x 5 r 1 x 3 + x 4 + x 5 + x 6 r x 4 + x 5 + x 6 + x r 3 x 1 + x 5 + x 6 + x r 4 () x 1 + x + x 6 + x r 5 x 1 + x + x 3 + x r 6 x 1 + x + x 3 + x 4 r. Banyaknya pekerja yang bekerja dengan pola penjadwalan ke- j harus taknegatif, x j 0, j = 1,,,. (3)

15 5 Sebagai ilustrasi diberikan contoh IP masalah (4,). Contoh 1 Misalkan r 1 = 11, r = 14, r 3 = 9, r 4 = 18, r 5 = 8, r 6 = 15, r = 5. Dengan bantuan software LINGO 11.0 (Lampiran 1), solusi masalah (4,) adalah seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil penyelesaian model dengan LINGO 11.0 Pola Hari kerja Hari libur Banyak pekerja ke-j 1 Kamis-Jumat-Sabtu-Minggu Senin-Selasa-Rabu 0 Senin-Jumat-Sabtu-Minggu Selasa-Rabu-Kamis 0 3 Senin-Selasa-Sabtu-Minggu Rabu-Kamis-Jumat Senin-Selasa-Rabu-Minggu Kamis-Jumat-Sabtu 0 5 Senin-Selasa-Rabu-Kamis Jumat-Sabtu-Minggu Selasa-Rabu-Kamis-Jumat Senin- Sabtu-Minggu 0 Rabu-Kamis-Jumat-Sabtu Senin-Selasa- Minggu 9.5 W 3.5 Contoh tersebut memberikan gambaran bahwa jika masalah (4,) diselesaikan secara langsung maka diperoleh solusi yang tidak integer. Padahal terdapat solusi integer yang memenuhi masalah (4,), yaitu x 1 = 0, x = 0, x 3 = 6, x 4 = 0, x 5 = 8, x 6 = 0, x = 10. Penyelesaian masalah (4,) tersebut akan dicoba diselesaikan dengan metode dual. Sebuah algoritme akan disusun berdasarkan solusi masalah dual dari pemrograman linear tersebut. Algoritme tersebut memiliki komputasi yang sederhana dalam penggunaannya, yaitu dengan melakukan teknik substitusi ke dalam formula sederhana tanpa iterasi (Alfares 000). Oleh karena itu, metode dual akan digunakan untuk menyelesaikan masalah (4,) dalam karya ilmiah ini. Masalah primal dari masalah (4,) dapat dirangkum dan dituliskan sebagai berikut: min W = j=1 x j terhadap x + x 3 + x 4 + x 5 r 1 x 3 + x 4 + x 5 + x 6 r x 4 + x 5 + x 6 + x r 3 x 1 + x 5 + x 6 + x r 4 x 1 + x + x 6 + x r 5 x 1 + x + x 3 + x r 6 x 1 + x + x 3 + x 4 r x j 0, j = 1,,,. Masalah dual dari masalah (4,) dan keterangan notasi yang diperlukan adalah sebagai berikut:

16 6 Variabel Keputusan y i = variabel dual yang berpadanan dengan kendala ke i pada masalah primal. Fungsi Objektif Berdasarkan hubungan primal-dual, maka fungsi objektif dual dapat dituliskan sebagai berikut: max Z = i=1 r i y i. (4) Kendala 1 Berdasarkan hubungan primal-dual, maka kendala dual dapat dituliskan sebagai berikut: y 4 + y 5 + y 6 + y 1 (5.1) y 1 + y 5 + y 6 + y 1 (5.) y 1 + y + y 6 + y 1 (5.3) y 1 + y + y 3 + y 1 (5.4) y 1 + y + y 3 + y 4 1 (5.5) y + y 3 + y 4 + y 5 1 (5.6) y 3 + y 4 + y 5 + y 6 1. (5.) Setiap nilai variabel dual harus taknegatif, y i 0, i = 1,,,. (6) Penentuan Total Pekerja Minimum Berdasarkan teorema dual dan struktur masalah (4,), nilai minimum total pekerja dapat diperoleh dari hasil substitusi solusi optimal dual (y 1, y,, y ) ke fungsi objektifnya, sehingga Z = W. Fungsi objektif dual melibatkan banyaknya kebutuhan pekerja harian (r 1, r,, r ) dan variabel dual (y 1, y,, y ). Nilai r 1, r,, r adalah nilai parameter yang tidak tentu nilainya, yaitu bergantung pada permasalahan yang diinginkan, sehingga solusi optimal yang diperoleh tidak bersifat universal untuk semua jenis masalah (4,). Semua solusi yang termasuk dalam daerah fisibel akan dipilih salah satu di antaranya sebagai solusi optimal. Solusi yang menghasilkan nilai terbesar dari hasil susbtitusinya ke fungsi objektif merupakan solusi optimal dalam kasus maksimisasi (Winston 004). Berikut ini akan ditentukan solusi-solusi variabel dual (y 1, y,, y ) yang termasuk dalam daerah fisibel sistem pertidaksamaan (5). 1 Solusi I Misalkan r k = max{r 1,, r }, maka Solusi I dapat diperoleh dengan memberi nilai y k = 1 dan semua variabel dual lain bernilai nol. Dalam kasus ini, Z = r k = r max. Solusi ini lebih baik atau sama dengan solusi yang diperoleh dengan cara memberi nilai 1 m pada sembarang m variabel dual m =,, (Bukti di Lampiran ). Berdasarkan struktur masalah (4,), dimungkinkan memberi nilai 1 m untuk lebih dari m variabel dual.

17 Contohnya: Misalkan m =, dimungkinkan memberi nilai 1 untuk lebih dari variabel dual, yaitu y 1 = y = y 5 = 1. Nilai tersebut memenuhi sistem pertidaksamaan linear masalah (4,) sebagai berikut: y 4 + y 5 + y 6 + y 1 menjadi 1 1 y 1 + y 5 + y 6 + y 1 menjadi y 1 + y + y 6 + y 1 menjadi y 1 + y + y 3 + y 1 menjadi y 1 + y + y 3 + y 4 1 menjadi y + y 3 + y 4 + y 5 1 menjadi y 3 + y 4 + y 5 + y 6 1 menjadi 1 1. Contoh tersebut memberikan gambaran bahwa dimungkinkan memberi nilai 1 m untuk lebih dari m variabel dual untuk memperoleh solusi masalah (4,). Kemungkinan solusi-solusi tersebut ialah sebagai berikut. Solusi II Sistem pertidaksamaan linear kendala dual masalah (4,) merupakan sistem pertidaksamaan linear dengan tujuh peubah dan tujuh pertidaksamaan. Namun, setiap pertidaksamaan linearnya hanya memiliki empat peubah. Jadi, masih dapat diperoleh solusi dengan memberi nilai setiap variabel dual dengan 1 4 (y i = 1 4, i (i = 1,,,)). Dalam kasus ini Z = 1 r 4 i i=1. 3 Solusi III Empat peubah dalam setiap pertidaksamaan (5) dapat dipilih dua di antaranya bernilai 1 dan yang lainnya bernilai nol, sehingga penjumlahan keempatnya bernilai satu. Misalkan terdapat empat variabel, kombinasi pemilihan dua variabel bernilai 1 dan dua variabel bernilai nol menghasilkan sebanyak enam kombinasi pasangan nilai. Enam kombinasi pasang nilai tersebut diterapkan pada ketujuh pertidaksamaan (5). Berdasarkan sistem pertidaksamaan (5), pemilihan dua variabel dual bernilai 1 pada salah satu pertidaksamaan linear sebagai nilai awal mengakibatkan semua nilai variabel dual yang lain dapat diperoleh. Penelusuran enam kombinasi pemilihan dua variabel bernilai 1 sebagai nilai awal pada ketujuh pertidaksamaan (5) dilakukan untuk menghasilkan semua nilai Solusi III (Lampiran 3). Berdasarkan hasil pencarian tersebut, Solusi III yang diperoleh dapat dirangkum dan dituliskan dalam Tabel 4.

18 8 Tabel 4 Hasil perolehan Solusi III m Variabel yang bernilai 1 y i y i+1 y i+4 1 y 1 y y 5 y y 3 y 6 3 y 3 y 4 y 4 y 4 y 5 y 1 5 y 5 y 6 y 6 y 6 y y 3 y y 1 y 4 y i y i+ y i+4 1 y 1 y 3 y 5 y y 4 y 6 3 y 3 y 5 y 4 y 4 y 6 y 1 5 y 5 y y 6 y 6 y 1 y 3 y y y 4 Berdasarkan Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa nilai Solusi III membentuk pola I dan pola II pada urutannya. Pola I dan pola II yaitu, y i = y i+1 = y i+4 = 1 dan y i = y i+ = y i+4 = 1. Setiap solusi tersebut akan disubstitusikan ke fungsi objektif dual (Lampiran 4). Hasil substitusi ke fungsi objektif dual dalam kasus ini ialah Z = T max = max{t 1,, T }, T i = 1 (r i + r i+1 + r i+4 ) (i = 1,, ) untuk kasus yang mengikuti pola I dan Z = U max = max {U 1,, U }, U i = 1 (r i + r i+ + r i+4 ) (i = 1,, ) untuk kasus yang mengikuti pola II. Masalah (4,) bersifat siklis, yaitu dalam seminggu hanya ada tujuh hari dan berulang setiap minggunya, maka untuk subscript dari r i+1, r i+, dan r i+4 berlaku kelipatan. Misalkan jika i =, maka r i+1 = r 8, r i+ = r 9, dan r i+4 = r 11. Karena bersifat siklis, maka dapat dituliskan r 8 = r 1, r 9 = r, dan r 11 = r 4. 4 Solusi IV Ruas kiri pertidaksamaan (5) juga dapat bernilai satu, yaitu dengan memilih tiga dari empat nilai variabel dual bernilai 1 3 dan satu variabel dual bernilai nol. Misalkan terdapat empat variabel, kombinasi pemilihan tiga variabel bernilai1 3 dan satu variabel bernilai nol menghasilkan sebanyak empat kombinasi pasangan nilai. Empat kombinasi pasangan nilai tersebut diterapkan pada ketujuh pertidaksamaan

19 9 linear. Berdasarkan sistem pertidaksamaan (5), pemilihan tiga variabel dual bernilai 1 3 pada salah satu pertidaksamaan linear sebagai nilai awal mengakibatkan semua nilai variabel dual yang lain dapat diperoleh. Penelusuran empat kombinasi pemilihan tiga variabel bernilai 1 3 sebagai nilai awal pada ketujuh pertidaksamaan (5), dilakukan untuk menghasilkan Solusi IV (Lampiran 3). Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, Solusi IV yang diperoleh dapat dirangkum dan dituliskan dalam Tabel 5. Tabel 5 Hasil perolehan Solusi IV m Variabel yang bernilai 1 3 y i y i+1 y i+ y i+4 y i+5 1 y 1 y y 3 y 5 y 6 y y 3 y 4 y 6 y 3 y 3 y 4 y 5 y y 1 4 y 4 y 5 y 6 y 1 y 5 y 5 y 6 y y y 3 6 y 6 y y 1 y 3 y 4 y y 1 y y 4 y 5 Setiap solusi tersebut akan disubstitusikan ke fungsi objektif dual (Lampiran 4). Hasil substitusi ke fungsi objektif dual dalam kasus ini ialah Z = S max = max{s 1,, S }, S i = 1 3 (r i + r i+1 + r i+ + r i+4 + r i+5 ) (i = 1,, ). Masalah (4,) bersifat siklis, yaitu dalam seminggu hanya ada tujuh hari dan berulang setiap minggunya, maka untuk subscript dari r i+1, r i+, r i+4, dan r i+5 berlaku kelipatan. Misalkan jika i =, maka r i+1 = r 8, r i+ = r 9, r i+4 = r 11, dan r i+5 = r 1. Karena bersifat siklis, maka dapat dituliskan r 8 = r 1, r 9 = r, r 11 = r 4, dan r 1 = r 5. Setiap pertidaksamaan (5) memiliki empat variabel, sehingga tidak ada kombinasi pasangan empat variabel bernilai lebih kecil dari 1 4 yang dapat menghasilkan ruas kiri pertidaksamaan (5) bernilai satu. Dapat disimpulkan bahwa selain Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV tidak ada solusi lain yang dapat menghasilkan nilai maksimum pada fungsi objektif dual masalah (4,). Setiap Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV akan disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,). Hasil substitusi Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV ke fungsi objektif dual masalah (4,) akan dipilih nilai yang terbesar sebagai nilai minimum total pekerja masalah (4,), sehingga Z = W. Banyaknya minimum total pekerja merupakan besaran yang harus berupa bilangan bulat. Apabila memperoleh hasil bukan bilangan bulat, akan dilakukan proses pembulatan menjadi bilangan bulat terdekat yang lebih besar dari nilai minimum total pekerja yang diperoleh. Berikut ini adalah perumusan masalah (4,) untuk menentukan minimum total pekerja, dapat dirangkum menjadi: W = max {r max, 1 r 4 i=1 i, T max, U max, S max }. ()

20 10 Penempatan Pekerja pada Pola-Pola Penjadwalan Masalah (4,) Setelah diperoleh nilai minimum total pekerja, maka langkah selanjutnya adalah mencari pola penjadwalan yang meminimumkan biaya. Sejatinya untuk memperoleh minimum biaya pekerja adalah dengan melakukan pengoptimuman masalah penjadwalan untuk meminimumkan banyaknya total pekerja. Namun, jika terdapat perbedaan biaya pada hari tertentu, pengoptimuman lebih lanjut akan dilakukan agar pola penjadwalan pekerjanya dapat meminimumkan biaya. Misalkan biaya untuk setiap pekerja pada hari biasa (Senin-Jumat) sebesar A dan biaya pekerja pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) adalah (A + B), sehingga biaya untuk tiap pola pekerja adalah sebagai berikut: Tabel 6 Biaya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) Pola ke-j Hari Kerja Variabel biaya 1 Kamis-Jumat-Sabtu-Minggu 4A + B Senin-Jumat-Sabtu-Minggu 4A + B 3 Senin-Selasa-Sabtu-Minggu 4A + B 4 Senin-Selasa-Rabu-Minggu 4A + B 5 Senin-Selasa-Rabu-Kamis 4A 6 Selasa-Rabu-Kamis-Jumat 4A Rabu-Kamis-Jumat-Sabtu 4A + B Pengoptimuman masalah penjadwalan yang meminimumkan biaya akan dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pekerja setiap harinya. Prioritas alokasi pekerja diberikan pada pola penjadwalan mulai dari yang termurah untuk memperoleh pola penjadwalan yang meminimumkan biaya. Kuota pada pola penjadwalan yang termurah dipastikan terisi penuh. Jika kuota pada pola penjadwalan yang termurah sudah terisi penuh, kemudian beranjak pada pola penjadwalan yang termurah setelahnya. Hal tersebut dilakukan hingga seluruh pekerja memperoleh jadwal bekerjanya masing-masing dan kebutuhan pekerja setiap harinya terpenuhi. Berikut ini akan ditentukan pola penjadwalan pekerja yang meminimumkan biaya akibat adanya perbedaan biaya di setiap jenis pola penjadwalan. Namun, tetap memenuhi kebutuhan pekerja setiap harinya. 1 Saat W = r max Persamaan yang berlaku pada masalah (4,) digunakan untuk menentukan banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) (Lampiran 5). Persamaan untuk memperoleh banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) dalam kasus ini adalah sebagai berikut: x 5 = min {b 5, b 6, b } x 6 = min {b 1, b 6 x 5, b x 5, W x 5 } x 4 = min {b 4, b 5 x 5, b 6 x 5 x 6, W x 5 x 6 }

21 11 x = min {b, b 1 x 6, b x 5 x 6, W x 4 x 5 x 6 } x 3 = min {b 3, b 4 x 4, b 5 x 4 x 5, W x 4 x 5 x 6 x } x = min {b x, b 3 x 3, b 4 x 3 x 4, W x 3 x 4 x 5 x 6 x } x 1 = W x x 3 x 4 x 5 x 6 x. Saat W = 1 r 4 i=1 i Persamaan yang berlaku pada masalah (4,) digunakan untuk menentukan banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) (Lampiran 5). Persamaan untuk memperoleh banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) dalam kasus ini adalah sebagai berikut: x 1 = W b 4 b x = W b 5 b 1 x 3 = W b 6 b x 4 = W b b 3 x 5 = W b 1 b 4 x 6 = W b b 5 x = W b 3 b 6. Dalam kasus ini, untuk menentukan nilai x 1, x,, x diperoleh persamaan yang unik. Meskipun terdapat perbedaan biaya, setiap nilai x 1, x,, x tidak mendapatkan prioritas dalam pemenuhan kuotanya karena telah diperoleh persamaan yang unik untuk menentukan nilai x 1, x,, x. 3 Saat W = S max Persamaan untuk menentukan nilai x 1, x,, x diperoleh dengan menggunakan persamaan yang berlaku pada masalah (4,) (Lampiran 5). Misalkan W = S max = S, persamaan untuk memperoleh banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) dalam kasus ini adalah sebagai berikut: x = 0 x 3 = W b b 6 x 4 = b 4 x 3 x 1 = b 3 x 3 x = b x 1 x 5 + x 6 = b x. Berdasarkan beberapa persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua nilai unik diperoleh kecuali x 5 dan x 6. Penentuan nilai x 5 dan x 6 dapat dilakukan dengan pengoptimuman lebih lanjut. Agar meminimumkan biaya, sisa nilai yang tersedia (b x ) diprioritaskan untuk pola penjadwalan yang memiliki biaya termurah di antara x 5 dan x 6. Kuota pada pola penjadwalan yang termurah dipastikan terisi penuh. Jika kuota pada pola penjadwalan yang termurah sudah terisi penuh, kemudian beranjak pada pola penjadwalan yang termurah setelahnya. Cara yang sama dengan cara penyelesaian saat W = S max = S digunakan untuk semua kemungkinan kasus saat W = S max. Solusi secara spesifik dan lengkap diberikan dalam Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9.

22 1 4 Saat W = T max Persamaan untuk menentukan banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan yang berlaku pada masalah (4,) (Lampiran 5). Misalkan W = T max = T 1, persamaan untuk memperoleh banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) dalam kasus ini adalah sebagai berikut: x = b x 6 = b 1 x 1 = x = 0 x 3 + x 4 + x 5 = W x x 6. Berdasarkan beberapa persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua nilai unik diperoleh kecuali x 3, x 4, dan x 5. Penentuan nilai x 3, x 4, dan x 5 dapat dilakukan pengoptimuman lebih lanjut. Agar meminimumkan biaya, sisa nilai yang tersedia (W x x 6 ) diberikan dan diprioritaskan untuk pola penjadwalan yang termurah di antara x 3, x 4, dan x 5. Kuota pada pola penjadwalan yang termurah dipastikan terisi penuh. Jika kuota pada pola penjadwalan yang termurah sudah terisi penuh, kemudian beranjak pada pola penjadwalan yang termurah setelahnya. Cara yang sama dengan cara penyelesaian saat W = T max = T 1 digunakan untuk semua kemungkinan kasus saat W = T max. Solusi secara spesifik dan lengkap diberikan dalam Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9. 5 Saat W = U max Persamaan yang berlaku pada masalah (4,) digunakan untuk menentukan banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) (Lampiran 5). Misalkan W = U max = U 1, persamaan untuk memperoleh banyaknya pekerja di setiap pola penjadwalan masalah (4,) dalam kasus ini adalah sebagai berikut: x 1 = 0 x = b 3 x 3 = 0 x 4 + x 5 + x 6 + x = W x. Berdasarkan beberapa persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa persamaan untuk menentukan nilai x 4, x 5, x 6, dan x tidak unik diperoleh. Penentuan nilai x 4, x 5, x 6, dan x dapat dilakukan pengoptimuman lebih lanjut. Agar meminimumkan biaya, sisa nilai yang tersedia (W x ) diberikan dan diprioritaskan untuk pola penjadwalan yang termurah di antara x 4, x 5, x 6, dan x. Kuota pada pola penjadwalan yang termurah dipastikan terisi penuh. Jika kuota pada pola penjadwalan yang termurah sudah terisi penuh, kemudian beranjak pada pola penjadwalan yang termurah setelahnya. Cara yang sama dengan cara penyelesaian saat W = U max = U 1 digunakan untuk semua kemungkinan kasus saat W = U max. Solusi secara spesifik dan lengkap diberikan dalam Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9.

23 13 Tabel Nilai x 1, x, dan x 3 untuk semua kemungkinan nilai W W x 1 x x 3 r max W x x 3 x 4 x 5 x 6 x min{b x, b 3 x 3, b 4 x 3 x 4, W x 3 x 4 x 5 x 6 x } min{b 3, b 4 x 4, b 5 x 4 x 5, W x 4 x 5 x 6 x } r W b 4 b W b 5 b 1 W b 6 b 4 S 1 0 W b 1 b 5 b 3 x S b 3 x 3 0 W b x 6 S 3 b 3 x b 4 x 4 0 S 4 0 b 4 x 3 b 5 x 5 S 5 b 3 x 3 0 b 5 x 4 S 6 b 1 x b 4 x 4 0 S W b 4 b b x 1 0 T 1 0 b b 5 x 4 x 5 T 0 0 b 3 T 3 b T 4 b 1 x 6 x b 4 0 T 5 T 6 min{b x, b 3 b 5, b 1 b 6 x } min{b 3, b 1 b, b b } b x 1 x b 5 min{b 3 x 1, b 4 b 6, b b x 1 } b 3 x 1 x T b 1 b 4 x 3 x 4 min{b 3 b 1, b 4 x 4, b 5 b x 4 } U 1 0 b 3 0 U b x 0 b 4 U 3 min{b 3, b 1 b } b 3 x 1 0 U 4 b 1 x min{b 4, b b 1 } b 4 x U 5 min{b, b 1 b } b x 1 b 5 x 4 U 6 0 min{b 3, b b 1 } b 3 x U b 0 b 4 x 4

24 14 Tabel 8 Nilai x 4 dan x 5 untuk semua kemungkinan nilai W W x 4 x 5 r max min{b 4, b 5 x 5, b 6 x 5 x 6, W x 5 x 6 } min { b 5, b 6, b } r 4 W b 3 b W b1 b 4 S 1 0 b 6 x 6 S b 4 x 3 b x S 3 W b 3 b b 5 x 4 S 4 0 W b 1 b 4 S 5 b 6 x 6 0 S 6 b 6 x 5 b x S b 5 x 5 b x 6 T 1 min{b 4 b, b 5 x 5, b 6 b 1 x 5 } min{b 5, b 6 b 1, b b 1 } T b 6 x 5 x 6 min{b 6, b 5 b 3, b b } T 3 b 4 min{b, b 5 b 4, b 6 b 4 } T 4 0 b 5 T T 6 b 6 0 T min{b 4, b 5 b, b 6 b } b U 1 b 5 x 5 min{b 5, b b 1 } U 0 min{b 6, b 5 b 4 } U 3 b 5 0 U 4 0 b 6 U 5 min{b 5, b 6 b } 0 U 6 b 6 x 5 min{b 6, b b 1 } U min{b 4, b 6 b } min{b, b 5 b 4 }

25 15 Tabel 9 Nilai x 6 dan x untuk semua kemungkinan nilai W W x 6 x r max min{ b 1, b 6 x 5, b x 5, W x 5 } min{b, b 1 x 6, b x 5 x 6, W x 4 x 5 x 6 } r W b b 5 W b 3 b 6 4 S 1 b 1 x b x S 0 b x 1 S 3 b 1 x 1 0 S 4 b 6 x 5 b x S 5 W b b 5 b x 6 S 6 0 W b 3 x 6 S b 1 x 1 0 T 1 b 1 0 T min{b 1 b, b 6 x 5, b b x 5 } b T 3 min{b 1 b 3, b x 5, b 6 b 4 x 5 } b x 5 x 6 T 4 min{b 1, b 6 b 5, b b 5 } min{b 1 x 6, b b 4, b b 5 x 6 } T 5 b 6 min{b, b 1 b 6, b b 6 } T 6 0 b T 0 0 U 1 min{b 1, b 6 b 5 } b 1 x 6 U b 6 x 5 min{b, b b 6 } U 3 min{b, b 6 b 5 } b x 6 U 4 0 min{b 1, b b 6 } U 5 b 0 U 6 0 b 1 U b x 5 0

26 16 Alur Penggunaan Algoritme 1 Minimum total pekerja ditentukan dengan menggunakan persamaan (). Nilai b 1, b,, b menggambarkan banyaknya pekerja yang tidak berkerja pada suatu hari. Nilai tersebut dapat ditentukan dengan mengurangi banyaknya total pekerja dengan banyaknya pekerja yang bekerja pada hari tersebut. Nilai b 1, b,, b juga bisa diperoleh dengan menggunakan informasi pada Tabel. 3 (a) Saat W = r max maka Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9 digunakan untuk memperoleh nilai x 1, x,, x. (b) Saat W = r 4 maka: Jika nilai r 4 bukan bilangan bulat, salah satu nilai r i dipilih dan ditambahkan dengan nilai (4W r) untuk membuat r menjadi kelipatan 4. Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9 digunakan untuk memperoleh nilai x 1, x,, x. (c) Saat W = S max, maka: Jika nilai S max bukan bilangan bulat, salah satu nilai r i yang disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,) harus dipilih dan ditambahkan dengan nilai (W S max ) untuk membuat S max menjadi bilangan bulat. Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9 digunakan untuk memperoleh nilai x 1, x,, x. (d) Saat W = T max, maka: Jika nilai T max bukan bilangan bulat, salah satu nilai r i yang disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,) akan dipilih dan ditambahkan dengan nilai (W T max ) untuk membuat T max menjadi bilangan bulat. Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9 digunakan untuk memperoleh nilai x 1, x,, x. (e) Saat W = U max, maka: Jika nilai U max bukan bilangan bulat, salah satu nilai r i yang disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,) akan dipilih dan ditambahkan dengan nilai (W U max ) untuk membuat U max menjadi bilangan bulat. Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9 digunakan untuk memperoleh nilai x 1, x,, x.

27 1 Contoh 1 Misalkan r 1 = 11, r = 14, r 3 = 9, r 4 = 18, r 5 = 8, r 6 = 15, r = 5. Tabel 10 Solusi yang mungkin pada Contoh 1 i Total Solusi I Solusi II Solusi III Solusi IV Berdasarkan hasil substitusi Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV, maka dapat diperoleh nilai r max = r 4 = 18; r 4 = 0; S max = S 4 = ; T max = T = 19 ; U max = U = 3.5 (Lampiran 6). Nilai minimum pekerja dapat ditentukan, yaitu: W = max{r max, r 4, S max, T max, U max } W = max{18, 0,, 19, 3.5 } = 3.5 = 4. Nilai U max = U = 3.5 bukan bilangan bulat, maka harus dibulatkan dengan menambahkan salah satu r i di antara r, r 4, dan r 6, yaitu r = 14 dengan (W U max ) = 1, sehingga nilai r = 15 dan W = 4. b 1 = 13, b = 9, b 3 = 15, b 4 = 6, b 5 = 16, b 6 = 9, b = 19. Persamaan dari Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9, digunakan untuk mencari nilai x 1, x,, x. Berikut ini penyelesaiannya:

28 18 x 3 = b 4 = 6 x 5 = min{b 6, b 5 b 4 } = min{9, 10} = 9 x = min{b, b b 6 } = min{9,10} = 9 x 6 = b 6 x 5 = 9 9 = 0 x 1 = b x = 9 9 = 0 x = x 4 = 0. Tabel 11 Hasil penjadwalan Contoh 1 Pekerja ke Senin a Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu r i a 0: libur; 1: masuk

29 19 Contoh Misalkan r 1 = 5, r = 1, r 3 =, r 4 =, r 5 = 3, r 6 = 1, r = 4. Tabel 1 Solusi yang mungkin pada Contoh i Total Solusi I Solusi II Solusi III Solusi IV Berdasarkan hasil substitusi Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV, maka dapat diperoleh nilai r max = r 1 = 5 ; r 4 = 4.5 ; S max = S = 5.33; T max = T = 5.5; U max = U 1 = 5 (Lampiran 6). Nilai minimum pekerja dapat ditentukan, yaitu: W = max{r max, r 4, S max, T max, U max } W = max{5, 4.5, 5.33, 5.5, 5 } = 5.5 = 6. Nilai T max = T = 5.5 bukan bilangan bulat maka harus dibulatkan dengan menambahkan salah satu r i di antara r 1, r 4, dan r, yaitu r 4 = dengan (W T max ) = 1, sehingga nilai r 4 = 3 dan W = 6. b 1 = 1, b = 4, b 3 = 4, b 4 = 3, b 5 = 3, b 6 = 5, b =. Persamaan dari Tabel, Tabel 8, dan Tabel 9, digunakan untuk mencari nilai x 1, x,, x. Berikut ini penyelesaiannya:

30 0 x 1 = b 1 = 1 x 5 = b = x 4 = min{b 4, b 5 b, b 6 b } = min{3,1,3} = 1 x 3 = min {b 3 b 1, b 4 x 4, b 5 b x 4 } = min {3,0,0} = 0 x = b 4 x 3 x 4 = x 6 = x = 0. Tabel 13 Hasil Penjadwalan Contoh Pekerja ke Senin a Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu r i a 0: libur; 1: masuk SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Masalah (4,) dapat diselesaikan dengan algoritme berbasis dual secara manual. Hasil akhirnya berupa minimum total pekerja dan pola penjadwalan yang meminimumkan biaya, sehingga algoritme tersebut sangat bermanfaat untuk perusahaan yang beroperasi setiap hari. Saran Penelitian selanjutnya dapat melakukan pembahasan tentang pengoptimuman berbasis dual masalah penjadwalan lima hari kerja dalam seminggu secara siklis. DAFTAR PUSTAKA Alfares HK Dual-based optimization of cyclic four-day workweek scheduling. IMA Journal of Mathematics Applied in Business and Industry. 11: DOI: /imaman/ Baker KR Workforce allocation in cyclical scheduling problem: a survey. Operational Research Quarterly. : doi: /jors Chvátal V Linear Programming. New York (US): WH Freeman & Company. Hadi N Optimasi berbasis dual masalah penjadwalan tiga hari kerja dalam seminggu secara siklis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

31 Luenberger DG, Ye Y. 00. Linear and Nonlinear Programming 3 th ed. California (US): Springer. Winston WL Operations Research Applications and Algorithms 4 th ed. New York (US): Duxbury. 1

32 Lampiran 1 Sintaks dan hasil komputasi program LINGO 11.0 untuk masalah (4,) x+x3+x4+x5>=11; x3+x4+x5+x6>=14; x4+x5+x6+x>=9; x1+x5+x6+x>=18; x1+x+x6+x>=8; x1+x+x3+x>=15; x1+x+x3+x4>=5; min=x1+x+x3+x4+x5+x6+x; Hasil yang diperoleh sebagai berikut: Gambar 1 Hasil komputasi program LINGO 11.0 untuk masalah (4,)

33 Gambar Solver status software LINGO 11.0 untuk masalah (4,) 3

34 4 Lampiran Pembuktian bahwa Solusi I lebih baik atau sama dengan solusi yang diperoleh dengan cara memberi nilai 1 m pada sembarang m variabel dual Misalkan diberikan nilai 1 m pada m sembarang variabel dual m =,,. Solusi tersebut menghasilkan nilai fungsi objektif dual dengan persamaan Z = r i m. Berikut ini akan dibuktikan bahwa nilai fungsi objektif dual yang berasal dari persamaan Z = r max akan lebih besar atau sama dengan nilai fungsi objektif dual yang berasal dari persamaan Z = r i m. m Z = m r max m Z = r max + r max + r max (dijumlahkan sebanyak m). Nilai r max = max {r 1,, r }, sehingga r max r 1, r max r, r max r 3, r max r 4, r max r 5, r max r 6, dan r max r. Hal tersebut mengakibatkan: r max + r max + r max r r m = r i m r max r i r max r i m Terbukti bahwa Solusi I lebih baik atau sama dengan solusi yang diperoleh dengan cara memberi nilai 1 m pada sembarang m variabel dual.

35 5 Lampiran 3 Pencarian Solusi III dan Solusi IV Pencarian Solusi III dengan Menentukan Dua Variabel Dual Bernilai 1 sebagai Nilai Awal Kombinasi pasangan nilai I pada pertidaksamaan (5.1) Misalkan pada pertidaksamaan (5.1), dipilih y 4 = y 5 = 1. Hasil substitusi nilainilai tersebut sebagai berikut: y 4 + y 5 + y 6 + y 1 menjadi y 6 + y 1. Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y 6 + y = 0, karena y 6, y 0, maka y 6 = y = 0. Adapun dari pertidaksamaan (5.6) dan (5.) diperoleh : y + y 3 + y 4 + y 5 1 menjadi y + y y 3 + y 4 + y 5 + y 6 1 menjadi y y 6 1. Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y + y 3 = 0, karena y, y 3 0 maka y = y 3 = 0. Adapun dari pertidaksamaan (5.) diperoleh: y 1 + y 5 + y 6 + y 1 menjadi y Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y 1 1, maka nilai terbesar y 1 adalah 1. Agar menghasilkan solusi yang memaksimumkan hasil substitusinya ke fungsi objektif dual maka dapat ditentukan nilai y 1 = 1. Adapun dari pertidaksamaan (5.3), (5.4), dan (5.5) diperoleh: y 1 + y + y 6 + y 1 menjadi y 1 + y + y 3 + y 1 menjadi y 1 + y + y 3 + y 4 1 menjadi Berdasarkan hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai I sebagai nilai awal pada pertidaksamaan (5.1) diperoleh nilai y 1 = y 4 = y 5 = 1 dan y = y 3 = y 6 = y = 0. Cara yang sama dengan cara penelusuran kombinasi pasangan nilai I sebagai nilai awal pada pertidaksamaan (5.1) digunakan untuk penelusuran semua kombinasi pasangan nilai pada pertidaksamaan linear (5.1), (5.), (5.3), (5.4), (5.5), (5.6), dan (5.). Hasil penelusuran secara lengkap ditulis dalam Tabel 14.

36 6 Tabel 14 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai I, II, III, dan IV Kombinasi Pertidaksamaan Nilai awal Nilai variabel dual lain yang diperoleh (5.1) y 4 = y 5 = 1 y 1 = 1 y = y 3 = y 6 = y = 0 (5.) y 1 = y 5 = 1 y = 1 y 3 = y 4 = y 6 = y = 0 (5.3) y 1 = y = 1 y 5 = 1 y 3 = y 4 = y 6 = y = 0 I (5.4) y 1 = y = 1 y 5 = 1 y 3 = y 4 = y 6 = y = 0 (5.5) y 1 = y = 1 y 5 = 1 y 3 = y 4 = y 6 = y = 0 (5.6) y = y 3 = 1 y 6 = 1 y 1 = y 4 = y 5 = y = 0 (5.) y 3 = y 4 = 1 y = 1 y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 (5.1) y 4 = y 6 = 1 y 1 = 1 y = y 3 = y 5 = y = 0 (5.) y 1 = y 6 = 1 y 3 = 1 y = y 4 = y 5 = y = 0 (5.3) y 1 = y 6 = 1 y 3 = 1 y = y 4 = y 5 = y = 0 II (5.4) y 1 = y 3 = 1 y 5 = 1 y = y 4 = y 6 = y = 0 (5.5) y 1 = y 3 = 1 y 5 = 1 y = y 4 = y 6 = y = 0 (5.6) y = y 4 = 1 y 6 = 1 y 1 = y 3 = y 5 = y = 0 (5.) y 3 = y 5 = 1 y = 1 y 1 = y = y 4 = y 6 = 0 (5.1) y 4 = y = 1 y 3 = 1 y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 (5.) y 1 = y = 1 y 4 = 1 y = y 3 = y 5 = y 6 = 0 (5.3) y 1 = y = 1 y 4 = 1 y = y 3 = y 5 = y 6 = 0 III (5.4) y 1 = y = 1 y 4 = 1 y = y 3 = y 5 = y 6 = 0 (5.5) y 1 = y 4 = 1 y 5 = 1 y = y 3 = y 6 = y = 0 (5.6) y = y 5 = 1 y 6 = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y = 0 (5.) y 3 = y 6 = 1 y = 1 y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 (5.1) y 5 = y 6 = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y = 0 (5.) y 5 = y 6 = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y 5 = 0 (5.3) y 4 = y 6 = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 5 = y = 0 IV (5.4) y = y 3 = 1 y 6 = 1 y 1 = y 4 = y 5 = y = 0 (5.5) y = y 3 = 1 y 6 = 1 y 1 = y 4 = y 5 = y = 0 (5.6) y 3 = y 4 = 1 y = 1 y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 (5.) y 4 = y 5 = 1 y 1 = 1 y = y 3 = y 6 = y = 0

37 Tabel 15 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai V dan VI Kombinasi Pertidaksamaan Nilai awal Nilai variabel dual lain yang diperoleh (5.1) y 5 = y = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y 6 = 0 (5.) y = y 5 = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y 6 = 0 V (5.3) y = y = 1 y 4 = 1 y 1 = y 3 = y 5 = y 6 = 0 (5.4) y = y = 1 y 5 = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y 6 = 0 (5.5) y = y 4 = 1 y 6 = 1 y 1 = y 3 = y 5 = y = 0 (5.6) y 3 = y 5 = 1 y = 1 y 1 = y = y 4 = y 6 = 0 (5.) y 4 = y 6 = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 5 = y = 0 (5.1) y 6 = y = 1 y 3 = 1 y 1 = y = y 4 = y 5 = 0 (5.) y 6 = y = 1 y 3 = 1 y 1 = y = y 4 = y 5 = 0 (5.3) y 6 = y = 1 y 3 = 1 y 1 = y = y 4 = y 5 = 0 VI (5.4) y 3 = y = 1 y 4 = 1 y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 (5.5) y 3 = y 4 = 1 y = 1 y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 (5.6) y 4 = y 5 = 1 y 1 = 1 y = y 3 = y 6 = y = 0 (5.) y 5 = y 6 = 1 y = 1 y 1 = y 3 = y 4 = y = 0 Pencarian Solusi IV dengan Menentukan Tiga Variabel Dual Bernilai 1 3 sebagai Nilai Awal Kombinasi pasangan nilai I pada pertidaksamaan (5.1) Misalkan pada pertidaksamaan (5.1), dipilih y 4 = y 5 = y 6 = 1. Hasil substitusi 3 nilai-nilai tersebut sebagai berikut: y 4 + y 5 + y 6 + y 1 menjadi y 1. Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y = 0. Adapun dari pertidaksamaan (5.) diperoleh: y 3 + y 4 + y 5 + y 6 1 menjadi y Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y 3 = 0. Adapun dari pertidaksamaan (5.) diperoleh: y 1 + y 5 + y 6 + y 1 menjadi y Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y 1 1 3, maka nilai terbesar y 1 adalah 1. Agar menghasilkan solusi yang memaksimumkan hasil substitusinya ke 3 fungsi objektif dual maka dapat ditentukan nilai y 1 = 1. Adapun dari pertidaksamaan 3 (5.3) diperoleh:

38 8 y 1 + y + y 6 + y 1 menjadi y = 1. Berdasarkan hasil substitusi tersebut diperoleh nilai y 1 3, maka nilai terbesar y adalah 1. Agar menghasilkan solusi yang memaksimumkan hasil substitusinya ke 3 fungsi objektif dual maka dapat ditentukan nilai y = 1. Adapun dari pertidaksamaan 3 (5.4), (5.5), dan (5.6) diperoleh: y 1 + y + y 3 + y 1 menjadi y 1 + y + y 3 + y 4 1 menjadi y + y 3 + y 4 + y 5 1 menjadi Berdasarkan hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai I sebagai nilai awal pada pertidaksamaan (5.1) diperoleh pasangan nilai y 1 = y = y 4 = y 5 = y 6 = 1 3 dan y 3 = y = 0. Cara yang sama dengan cara penelusuran kombinasi pasangan nilai I sebagai nilai awal pada pertidaksamaan (5.1) digunakan untuk penelusuran semua kombinasi pasangan nilai pada pertidaksamaan linear (5.1), (5.), (5.3), (5.4), (5.5), (5.6), dan (5.). Hasil penelusuran secara lengkap ditulis dalam Tabel 15. Tabel 16 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai I dan II Kombinasi Pertidaksamaan Nilai awal Nilai variabel dual lain yang diperoleh (5.1) y 4 = y 5 = y 6 = 1 3 y 1 = y = 1 3 y 3 = y = 0 (5.) y 1 = y 5 = y 6 = 1 3 y = y 3 = 1 3 y 4 = y = 0 (5.3) y 1 = y = y 6 = 1 3 y 3 = y 5 = 1 3 y 4 = y = 0 I (5.4) y 1 = y = y 3 = 1 3 y 5 = y 6 = 1 3 y 4 = y = 0 (5.5) y 1 = y = y 3 = 1 3 y 5 = y 6 = 1 3 y 4 = y = 0 (5.6) y = y 3 = y 4 = 1 3 y 6 = y = 1 3 y 1 = y 5 = 0 (5.) y 3 = y 4 = y 5 = 1 3 y 1 = y = 1 3 y = y 6 = 0 (5.1) y 5 = y 6 = y = 1 3 y = y 3 = 1 3 y 1 = y 4 = 0 (5.) y 5 = y 6 = y = 1 3 y = y 3 = 1 3 y 1 = y 4 = 0 II (5.3) y = y 6 = y = 1 3 y 3 = y 5 = 1 3 y 1 = y 4 = 0 (5.4) y = y 3 = y = 1 3 y 5 = y 6 = 1 3 y 1 = y 4 = 0 (5.5) y = y 3 = y 4 = 1 3 y 6 = y = 1 3 y 1 = y 5 = 0 (5.6) y 3 = y 4 = y 5 = 3 1 y 1 = y = 3 1 y = y 6 = 0 (5.) y 4 = y 5 = y 6 = 1 3 y 1 = y = 1 3 y 3 = y = 0

39 9 Tabel 1 Hasil penelusuran kombinasi pasangan nilai III dan IV Kombinasi Pertidaksamaan Nilai awal Nilai variabel dual lain yang diperoleh (5.1) y 4 = y 5 = y = 1 3 y 1 = y = 1 3 y 3 = y 6 = 0 (5.) y 1 = y 5 = y = 1 3 y = y 4 = 1 3 y 3 = y 6 = 0 III (5.3) y 1 = y = y = 1 3 y 4 = y 5 = 1 3 y 3 = y 6 = 0 (5.4) y 1 = y = y = 1 3 y 4 = y 5 = 1 3 y 3 = y 6 = 0 (5.5) y 1 = y = y 4 = 1 3 y 5 = y 6 = 1 3 y 3 = y = 0 (5.6) y = y 3 = y 5 = 3 1 y 6 = y = 3 1 y 1 = y 4 = 0 (5.) y 3 = y 4 = y 6 = 1 3 y = y = 1 3 y 1 = y 5 = 0 (5.1) y 4 = y 6 = y = 1 3 y 1 = y 3 = 1 3 y = y 5 = 0 (5.) y 1 = y 6 = y = 1 3 y 3 = y 4 = 1 3 y = y 5 = 0 (5.3) y 1 = y 6 = y = 1 3 y 3 = y 4 = 1 3 y = y 5 = 0 IV (5.4) y 1 = y 3 = y = 1 3 y 4 = y 6 = 1 3 y = y 5 = 0 (5.5) y 1 = y 3 = y 4 = 1 3 y 5 = y = 1 3 y = y 6 = 0 (5.6) y = y 4 = y 5 = 1 3 y 1 = y 6 = 1 3 y 3 = y = 0 (5.) y 3 = y 5 = y 6 = 1 3 y = y = 1 3 y 1 = y 4 = 0

40 30 Lampiran 4 Substitusi Solusi I, Solusi II, Solusi III, dan Solusi IV ke fungsi objektif dual masalah (4,) 1 Hasil substitusi Solusi III ke fungsi objektif dual masalah (4,) Berdasarkan Tabel 4, y i = y i+1 = y i+4 = 1 (i = 1,,, ), adalah Solusi III yang akan disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,). Hasil substitusi tersebut dinotasikan dengan T i (i = 1,,, ). Misalkan dipilih y 1 = y = y 5 = 1 & y 3 = y 4 = y 6 = y = 0 maka: T 1 = i=1 y i r i T 1 = 1 r r + 1 r 5 Misalkan dipilih y = y 3 = y 6 = 1 & y 1 = y 4 = y 5 = y = 0 maka: T = i=1 y i r i T = 1 r + 1 r r 6 Misalkan dipilih y 3 = y 4 = y = 1 & y 1 = y = y 5 = y 6 = 0 maka: T 3 = i=1 y i r i T 3 = 1 r r r Misalkan dipilih y 4 = y 5 = y 1 = 1 & y = y 3 = y 6 = y = 0 maka: T 4 = i=1 y i r i T 4 = 1 r r r 5 Misalkan dipilih y 5 = y 6 = y = 1 & y 1 = y 3 = y 4 = y = 0 maka: T 5 = i=1 y i r i T 5 = 1 r + 1 r r 6 Misalkan dipilih y 6 = y = y 3 = 1 & y 1 = y = y 4 = y 5 = 0 maka: T 6 = i=1 y i r i T 6 = 1 r r r Misalkan dipilih y = y 1 = y 4 = 1 & y = y 3 = y 5 = y 6 = 0 maka: T = i=1 y i r i T = 1 r r r. Nilai T max = max{t 1, T, T 3, T 4, T 5, T 6, T } merupakan nilai terbesar hasil substitusi Solusi III dengan pola I ke fungsi objektif dual masalah (4,). Nilai tersebut akan dipilih sebagai calon nilai minimum total pekerja yang berasal dari Solusi III. Berdasarkan Tabel 4, y i = y i+ = y i+4 = 1 (i = 1,,, ), adalah Solusi III yang akan disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,). Hasil substitusi tersebut dinotasikan dengan U i (i = 1,,, ). Misalkan dipilih y 1 = y 3 = y 5 = 1 & y = y 4 = y 6 = y = 0 maka: U 1 = i=1 y i r i U 1 = 1 r r r 5.

41 31 Misalkan dipilih y = y 4 = y 6 = 1 & y 1 = y 3 = y 5 = y = 0 maka: U = i=1 y i r i U = 1 r + 1 r r 6. Misalkan dipilih y 3 = y 5 = y = 1 & y 1 = y = y 4 = y 6 = 0 maka: U 3 = i=1 y i r i U 3 = 1 r r r. Misalkan dipilih y 4 = y 6 = y 1 = 1 & y = y 3 = y 5 = y = 0 maka: U 4 = i=1 y i r i U 4 = 1 r r r 4. Misalkan dipilih y 5 = y = y = 1 & y 1 = y 3 = y 4 = y 6 = 0 maka: U 5 = i=1 y i r i U 5 = 1 r + 1 r r. Misalkan dipilih y 6 = y 1 = y 3 = 1 & y = y 4 = y 5 = y = 0 maka: U 6 = i=1 y i r i U 6 = 1 r r r 1. Misalkan dipilih y = y = y 4 = 1 & y 1 = y 3 = y 5 = y 6 = 0 maka: U = i=1 y i r i U = 1 r + 1 r r. Nilai U max = max{u 1, U, T 3, U 4, U 5, U 6, U } merupakan nilai terbesar hasil substitusi Solusi III dengan pola II ke fungsi objektif dual masalah (4,). Nilai tersebut akan dipilih sebagai calon nilai minimum total pekerja yang berasal dari Solusi III. Hasil substitusi Solusi IV ke fungsi objektif dual masalah (4,) Berdasarkan Tabel 5, y m = y i+1 = y i+ = y i+4 = y i+5 = 1 ( i = 1,,, ), adalah Solusi IV yang akan disubstitusikan ke fungsi objektif dual masalah (4,). Hasil substitusi tersebut dinotasikan dengan S i (i = 1,,, ). Misalkan dipilih y 1 = y = y 3 = y 5 = y 6 = 1 3 & y 4 = y = 0 maka: S 1 = i=1 y i r i S 1 = 1 r r r r r 3 6. Misalkan dipilih y = y 3 = y 4 = y 6 = y = 1 3 & y 1 = y 5 = 0 maka: S = i=1 y i r i S = 1 r r r r r 3.

42 3 Misalkan dipilih y 3 = y 4 = y 5 = y = y 1 = 1 3 & y = y 6 = 0 maka: S 3 = i=1 y i r i S 3 = 1 r r r r r 3. Misalkan dipilih y 4 = y 5 = y 6 = y 1 = y = 1 3 & y 3 = y = 0 maka: S 4 = i=1 y i r i S 4 = 1 r r r r r 3 6. Misalkan dipilih y 5 = y 6 = y = y = y 3 = 1 3 & y 1 = y 4 = 0 maka: S 5 = i=1 y i r i S 5 = 1 r r r r r 3. Misalkan dipilih y 6 = y = y 1 = y 3 = y 4 = 1 3 & y 3 = y = 0 maka: S 6 = i=1 y i r i S 6 = 1 r r r r r 3. Misalkan dipilih y = y 1 = y = y 4 = y 5 = 1 3 & y 3 = y = 0 maka: S = i=1 y i r i S = 1 r r r r r 3. Nilai S max = max{s 1, S, S 3, S 4, S 5, S 6, S } merupakan nilai terbesar hasil substitusi Solusi IV ke fungsi objektif dual masalah (4,). Nilai tersebut akan dipilih sebagai calon nilai minimum total pekerja yang berasal dari Solusi IV.

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI

PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI PERBANDINGAN ANALISIS SENSITIVITAS MENGGUNAKAN PARTISI OPTIMAL DAN BASIS OPTIMAL PADA OPTIMASI LINEAR MIRNA SARI DEWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL M Khahfi Zuhanda, Syawaluddin, Esther S M Nababan Abstrak. Beberapa tahun

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB RUHIYAT 1, F. HANUM 1, R. A. PERMANA 2 Abstrak Jadwal mata kuliah mayor-minor yang tumpang

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

PENJADWALAN KARYAWAN MENGGUNAKAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING: STUDI KASUS DI TAMAN AIR TIRTAMAS PALEM INDAH JAKARTA PUTRI AGUSTINA EVERIA

PENJADWALAN KARYAWAN MENGGUNAKAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING: STUDI KASUS DI TAMAN AIR TIRTAMAS PALEM INDAH JAKARTA PUTRI AGUSTINA EVERIA PENJADWALAN KARYAWAN MENGGUNAKAN INTEGER LINEAR PROGRAMMING: STUDI KASUS DI TAMAN AIR TIRTAMAS PALEM INDAH JAKARTA PUTRI AGUSTINA EVERIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN

PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPIT NURUL FAJAR BOGOR MUHAMMAD IZZUDDIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application)

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application) Kuliah 6 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Teori dualitas 2 Metode simpleks dual TI2231 Penelitian Operasional I 2

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi 2.1.1 Pembelian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, pembelian didefinisikan sebagai proses, pembuatan, atau cara membeli. Sedangkan Philip Kotler (2000,

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO

PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL DAN NILAI OPTIMAL ANALISIS PARAMETRIK TERHADAP OPTIMASI LINEAR MUHAMAD AVENDI

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL DAN NILAI OPTIMAL ANALISIS PARAMETRIK TERHADAP OPTIMASI LINEAR MUHAMAD AVENDI PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL DAN NILAI OPTIMAL ANALISIS PARAMETRIK TERHADAP OPTIMASI LINEAR MUHAMAD AVENDI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI

PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI PENYELESAIAN PERMAINAN SUDOKU, CHALLENGER PUZZLE, DAN N-QUEENS PROBLEM MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING ALI VIKRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi

BAB IV PEMBAHASAN. optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan tentang penerapan model nonlinear untuk optimasi biaya produksi pada home industry susu kedelai Pak Ahmadi menggunakan pendekatan pengali lagrange dan pemrograman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan, seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS

BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS BAB VI PROGRAMA LINIER : DUALITAS DAN ANALISIS SENSITIVITAS 6.1 Teori Dualitas Teori dualitas merupakan salah satu konsep programa linier yang penting dan menarik ditinjau dari segi teori dan praktisnya.

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER JMA, VOL. 9, NO.1, JULI 2010, 43-48 43 PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMECAH PERTEMUAN BERDASAR PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Abstrak Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M.T Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PRIMAL-DUAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TINJAUAN PRIMAL-DUAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINJAUAN PRIALDUAL DALA PENGABILAN KEPUTUSAN Oleh : Lusi elian Staf Pengajar Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Suatu program linear

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMINIMUMKAN BANYAKNYA RUANGAN REGITA FEBRIYANTI SAMANTA

PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMINIMUMKAN BANYAKNYA RUANGAN REGITA FEBRIYANTI SAMANTA PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MEMINIMUMKAN BANYAKNYA RUANGAN REGITA FEBRIYANTI SAMANTA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 0 I PEDAHULUA. Latar Belakang Peternakan didefinisikan sebagai suatu usaha untuk membudidayakan hewan ternak. Jika dilihat dari enis hewan yang diternakkan, terdapat berbagai enis peternakan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI

OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI OPTIMASI BIAYA OPERASIONAL KERETA API DALAM SISTEM LOOP LINE MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN INTEGER TAKLINEAR NOVARIA YUSRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan pembahasan ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH

APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 13 21. APLIKASI PROGRAM INTEGER PADA PERUMAHAN BUMI SERGAI DI SEI RAMPAH ERLINA, ELLY ROSMAINI, HENRY RANI SITEPU Abstrak. Kebutuhan akan rumah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Abstract.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PERSOALAN TRANSPORTASI DENGAN KENDALA CAMPURAN

MENYELESAIKAN PERSOALAN TRANSPORTASI DENGAN KENDALA CAMPURAN MENYELESAIKAN PERSOALAN TRANSPORTASI DENGAN KENDALA CAMPURAN J. K. Sari, A. Karma, M. D. H. Gamal junikartika.sari@ymail.com Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan Jurusan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Bentuk Standar. max. min

Bentuk Standar. max. min Teori Dualitas 2 Konsep Dualitas Setiap permasalahan LP mempunyai hubungan dengan permasalahan LP lain Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal 3

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Dual Pada Masalah Maksimum Baku

Dual Pada Masalah Maksimum Baku Dual Pada Masalah Maksimum aku Setiap masalah program linear terkait dengan masalah dualnya. Kita mulai dengan motivasi masalah ekonomi terhadap dual masalah maksimum baku. Sebuah industri rumah tangga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, para pakar matematika telah banyak mencoba melakukan pendekatan untuk memecahkan permasalahan Program Linier Pecahan (PLP). Dalam tulisan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, manusia sering dihadapi oleh permasalahan melibatkan optimasi tujuan ganda (multi-objective), contohnya dalam hal perencanaan atau peramalan pasar yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI

PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI PENJADWALAN PERAWAT RS CIPTO MANGUNKUSUMO LANTAI 4 ZONA A MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING IRMA FATMAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan digunakan pada pembahasan berdasarkan literatur yang relevan. A. Program Linear Model Program Linear (MPL) merupakan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PENGAWAS UJIAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MIRA AISYAH ROMLIYAH

PENJADWALAN PENGAWAS UJIAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MIRA AISYAH ROMLIYAH PENJADWALAN PENGAWAS UJIAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI DEPARTEMEN MATEMATIKA FMIPA IPB MIRA AISYAH ROMLIYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI

PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Modul Pendalaman Materi Program Linear, PPG Dalam Jabatan hal 1

Modul Pendalaman Materi Program Linear, PPG Dalam Jabatan hal 1 5. Dualitas Contoh 14. Misalkan kita mempunyai program linear masalah maksimum dalam bentuk baku sebagai berikut. Misalkan kita mempunyai program linear masalah minimum dalam bentuk baku sebagai berikut.

Lebih terperinci

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM.

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com - Linear Programming Linear programing (LP) adalah salah satu metode matematis yang digunakan untuk

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2. Persoalan Primal (asli) Persoalan Dual (kebalikan dari primal)

Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2. Persoalan Primal (asli) Persoalan Dual (kebalikan dari primal) Perbedaan metode simpleks dengan metode simpleks Big-M adalah munculnya variabel artificial (variabel buatan), sedangkan metode atau langkah-langkahnya sama. Saat membuat bentuk standar : Jika kendala

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI

PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI PENJADWALAN KAMAR OPERASI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR BILANGAN BULAT DWI WULANSARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRAK DWI WULANSARI.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 17 5 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL PESTI NOVTARIA

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman yang semakin berkembang membuat persoalan semakin kompleks, tidak terkecuali persoalan yang melibatkan persoalan matematika. Dalam pemecahannya, matematika memegang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR DENGAN METODE SIMPLEX

PROGRAM LINEAR DENGAN METODE SIMPLEX PROGRAM LINEAR DENGAN METODE SIMPLEX PENDAHULUAN Metode simpleks ini adalah suatu prosedur aljabar yang bukan secara grafik untuk mencari nilai optimal dari fungsi tujuan dalam masalah-masalah optimisasi

Lebih terperinci

Lecture 3: Graphical Sensitivity Analysis

Lecture 3: Graphical Sensitivity Analysis Lecture 3: Meskipun Program Linear dianggap sebagai model yang deterministic (koefisien-koefisiennya dianggap sudah pasti, konstan, sehingga nilainilai peubah dapat diperkirakan dengan kepastian tinggi;

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMAINAN FLOW COLORS DENGAN MEMINIMUMKAN DEVIASI PANJANG TIAP JALUR IRFAN CHAHYADI

PENYELESAIAN PERMAINAN FLOW COLORS DENGAN MEMINIMUMKAN DEVIASI PANJANG TIAP JALUR IRFAN CHAHYADI PENYELESAIAN PERMAINAN FLOW COLORS DENGAN MEMINIMUMKAN DEVIASI PANJANG TIAP JALUR IRFAN CHAHYADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR: STUDI KASUS DI FMIPA IPB NUR APRIANDINI

PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR: STUDI KASUS DI FMIPA IPB NUR APRIANDINI PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR: STUDI KASUS DI FMIPA IPB NUR APRIANDINI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 2 ABSTRAK NUR APRIANDINI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat 3 jenis jalur transportasi, transportasi melalui darat, laut dan udara. Transportasi dari setiap jalur juga mempunyai banyak jenis, seperti

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINEAR I KOMANG SUGIARTHA

PEMROGRAMAN LINEAR I KOMANG SUGIARTHA PEMROGRAMAN LINEAR I KOMANG SUGIARTHA DEFINISI PEMROGRAMAN LINEAR Pemrograman Linear merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

IV CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

IV CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN () 700 + 0 Z (X) 0 () () (4) Z X 6 6 + d d + = + d d + = a (X) 00 + 50 + d 50 d + = 00 + 5 a (X) 5 (5) 680 Z X 70 + d 4 d 4 + = (7) 50 a (X) 5 (8) x 5 x 00 x 50 x 4 0 (9) x i, d i, d i + 0; d i, d i +

Lebih terperinci