ANALISIS CLUSTER TERHADAP RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN TEGAL MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (SOM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS CLUSTER TERHADAP RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN TEGAL MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (SOM)"

Transkripsi

1 ANALISIS CLUSTER TERHADAP RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN TEGAL MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (SOM) Farah Nur Hidayah 1), Edy Widodo 2) 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia ; farah.nnh@gmail.com 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia edy.widodo@uii.ac.id Abstract Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 tercatat memiliki penduduk miskin sebesar 13,19% lima diantaranya yaitu Wonosobo, Brebes, Rembang, Purbalingga, dan Pemalang masuk kabupaten dengan penduduk termiskin. Sejauh ini Kabupaten Tegal tidak termasuk kabupaten dengan penduduk miskin terbanyak. Meskipun demikian Kabupaten Tegal tidak lepas dari masalah kemiskinan. Tercatat pada tahun 2015 Kabupaten Tegal memiliki penduduk miskin dengan persentase sebesar 10,09% merupakan permasalahan yang serius. Seringkali kemiskinan mengandung dimensi spasial dimana terdapat kecenderungan bahwa lokasi masyarakat yang miskin tidaklah acak namun cenderung mengelompok dengan karakteristik tertentu. Pengelompokan karakteristik kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Tegal dapat dikelompokkan dengan menggunakan Metode statistik guna mengetahui karakteristik kemiskinan yang hampir sama yaitu analisis Self Organizing Maps (SOM). SOM merupakan neural network yang sering digunakan untuk menganalisis data yang berdimensi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik daerah-daerah miskin yang berada di Kabupaten Tegal dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari sistem informasi masyarakat miskin milik Kabupaten Tegal. Diperoleh hasil bahwa dari rumah tangga di Kabupaten Tegal terbagi menjadi 4 cluster sebanyak 11% menempati cluster 1, cluster 2 sebanyak 82%, cluster 3 sebanyak 4% dan cluster 4 sebanyak 3%. Keywords: Tegal, Jawa Tengah, Cluster, Self Organizing Maps, Neural Network 1. PENDAHULUAN Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya (BPS, 2004). Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita, kemiskinan yang di maksud disini adalah kemiskinan ditinjau dari sisi material (ekonomi). Menurut Muljono (2010) masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi yang lebih tinggi. Penduduk miskin biasanya dikaji dalam unit rumah tangga, bukan dalam unit individu.. Ada beberapa alasan untuk menganalisis rumah tangga miskin daripada penduduk atau individu miskin. Pertama, kemiskinan pada hakikatnya merupakan cermin keadaan ekonomi rumah tangga. Kedua, apabila ditemukan data-data rumah tangga miskin maka intervensi terhadap rumah tangga akan lebih efektif dibanding intervensi kemiskinan terhadap individu yang cenderung mengarah pada pandangan bahwa orang miskin memiliki karakteristik sebagai penyebab kemiskinannya. Ketiga, data-data tentang rumah tangga miskin lebih mudah untuk dikembangkan daripada data-data individu miskin. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemiskinan mengandung dimensi spasial. Terdapat kecenderungan bahwa lokasi masyarakat miskin tidaklah acak, tetapi cenderung mengelompok pada lokasi-lokasi dengan karakteristik tertentu. Sejauh ini Kabupaten Tegal tidak termasuk ke dalam daftar 15 kabupaten miskin di Jawa Tengah Berdasarkan data Persentase Penduduk Miskin BPS Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Tegal berada pada urutan ke-15 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah dengan persentase sebesar 10,09%. Kenyataan di atas bukan berarti bahwa Kabupaten Tegal bebas dari masalah 228 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya.

2 kemiskinan. Tercatat pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin yaitu Hanya saja, proporsi penduduk miskin yang berada diatas 10% merupakan permasalahan yang serius. Mengingat Kabupaten Tegal berpenduduk terbesar kelima di Jawa Tengah, dampak kemiskinan dan upaya penanggulangannya yang terjadi di Kabupaten Tegal dapat memberikan kontribusi signifikan secara provinsi. Analisis multivariat merupakan salah satu analisis yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan sehari-hari. Untuk itu dalam mengelompokkan objek-objek yang mempunyai kesamaan dalam hal ini kemiskinan analisis cluster menjadi salah satu metode yang dapat digunakan. Analisis cluster bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasakan karakteristik yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mengaplikasikan metode self organizing maps dalam judul Analisis Cluster Terhadap Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Tegal Menggunakan Self Organizing Maps (Som) Tahun KAJIAN LITERATUR DAN PEGEMBANGAN HIPOTESI 2.1 Analisis Cluster Analisis cluster adalah teknik multivariat yang tujuan utamanya adalah untuk mengelompokan objek berdasarkan kesamaan sifat yang dimiliki. Analisis cluster mengklasifikasikan objek sehingga setiap objek sangat mirip dengan objek lain akan ada dalam satu cluster dengan beberapa kriteria seleksi yang telah ditentukan. Cluster yang dihasilkan dari objek harus menunjukkan kesamaan yang tinggi di dalam cluster (homogenitas) dan antar cluster (heterogenitas) (Joseph 1998). 2.2 Self Organizing Maps Self Organizing Maps(SOM) adalah merupakanneural network yang sering digunakan untuk menganalisis data yang berdimensi tinggi. SOM bekerja dengan melakukan kompresi data dari dimensi tinggi ke dimensi rendah. SOM merupakan tipe unsupervised training artinya SOM tidak memerlukan data training untuk proses pembelajaran, melainkan langsung menggunakan input (Bullinaria, 2004). SOM pertama kali dikembangkan oleh Profesor Teuvo Kohonen dan metode ini telah diaplikasikan dalam banyak bidang Bullinaria (2004) menjelaskan beberapa proses-proses dalam SOM, yaitu: 1. Competitive processes : Untuk setiap pola input, neuron menghitung nilai masing-masing fungsi diskriminan yang memberi dasar untuk kompetisi. Neuron tertentu dengan nilai terkecil dari fungsi diskriminan dinyatakan sebagai pemenang. Terdapat input Xi, x= {xi : i=1,...,d} dan connection weight antara input unit i dan neuronj ditulisikan sebagai Wj= {wji : j=1,...,d}. Adapun fungsi diskrimanan didapatkan dari akar jarak Euclidean antara input vektor X dan weight vector Wj D d j (x) = (x i w ji ) 2 i=1 Neuron yang memiliki weight vectorlebih dekat kepada input vector akan dianggap sebagai winning neuron. 2. Cooperative Processes : Winning neuron menentukan lokasi spasial dari topological neighbourhood suatu neuron-neuron yang aktif sehingga memberikan dasar untuk kerjasama antara neuron-neuron yang bertetangga. Apabila Sij adalah jarak lateral antara neuron i dan jdan I(X) adalah index dari winning neuron, maka: T j,i(x) = exp ( S j,i(x) 2σ 2 ) Fitur khusus dari SOM adalah ukuran σdariketetanggaan harus menurun berdasarkan waktu. Sebuah time dependence yang biasa digunakan adalah suatu peluruhan eksponensial : σ(t) = σ 0 exp ( t ) t = 0,1,2. ; σ τ 0 1 = initialσ; τ 1 = waktukonstan 3. Adaptive Processes : Excited neuron menurunkan nilai fungsi diskriminan yang berkaitan dengan pola input melalui penyesuaian bobot terkait sehingga respon dari neuron pemenang keaplikasi berikutnya dengan pola input yang sama akan meningkat.dalam 2 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei

3 prakteknya, persamaan dari pembaharuan bobot tersebut adalah: Δw ji = w ji + η(t)t j,i(x) (t). (x i w ji ) Perlu diingat bahwa η(t)adalah learning-rate yang nilainya 0 η(t) 1. Nilai learning rate pada setiap epoch akan berkurang menjadi η(t + 1) = 0.5η 0 ; t = 0,1,2,.. Kondisi penghentian pengujian dilakukan apabila nilai w ji berubah hanya sedikit, berarti pengujian telah mencapai konvergensi sehingga dapat dihentikan. 2.3 Teori Kemiskinan Supriatna (1997) menjelaskan bahwa kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Lebih lanjut Emil Salim (dalam Supriatna, 1997: 82) mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin. Kelima karakterisktik penduduk miskin tersebut adalah: 1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri, 2) Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, 3) Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, 4) Banyak di antara mereka yang tidak mempunyai fasilitas, dan 5) Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tegal. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 yang dirancang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tegal. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin di Kabupaten Tegal dengan jumlah rumah tangga. Variabel X1 ID - X2 Luas lantai (m 2 ) X3 Jenis lantai terluas X4 Jenis dinding terluas Tabel 2. Lanjutan Variabel X5 Sumber air minum X6 Sumber penerangan utama Kategori - 1.Marmer/granit 2.Keramik 3.Parket/vinil/permadani 4.Ubin/tegel/teraso 5.Kayu/papan kualitas tinggi 6.Semen/bata merah 7.Bambu 8. Kayu/papan kualitas rendah 9.Tanah 10. Lainnya 1.Tembok 2.Plesteran anyaman bambu/kawat 3.Kayu 4.Anyaman bambu 5.Batang kayu 6.Bambu 7. Lainnya Kategori 1. Air kemasan bermerk 2.Air isi ulang 3.Leding meteran 4.Leding eceran 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur terlindung 7.Sumur tak terlindung 8.Mata air terlindung 9.Mata air tak terlindung 10.Air sungai /danau/ waduk 11.Air hujan 12. Lainnya 1.Listrik PLN 2.Listrik non PLN 3.Bukan listrik Tabel 3.1 Variabel Penelitian X7 Bahan bakar untuk 1. Listrik 2. Gas >3kg 230 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya.

4 memasak X8 Penggunaan fasilitas BAB 3. Gas 3kg 4. Gas kota/biogas 5. Minyak tanah 6. Briket 7. Arang 8. Kayu bakar 9. Tidak memasak di rumah 1. Sendiri 2. Bersama 3. Umum 4. Tidak ada 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data rumah tangga miskin di Kabupaten Tegal Tahun 2015 diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tegal. Sebelum dilakukan analisis cluster, terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif terhadap data, untuk melihat bagaimana gambaran umum tentang kondisi rumah tangga miskin di wilayah Kabupaten Tegal. perubahan kesejahteraan dari miskin menjadi tidak miskin ataupun sebaliknya. Kriteria pengukuran kemiskinan memiliki beberapa versi. Peneliti menggunakan kriteria pengukuran kemiskinan menurut BPS pada PSE05 yang menjadi dasar dilakukannya Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun Analisis Cluster Analisis cluster dengan menggunakan metode Self Organizing Maps berkonsentrasi pada objek yang memiliki kemiripan. Semakin sama maka didalam pemetaan akan semakin berdekatan. Setelah dilakukan analisis Cluster dengan menggunakan software R diperoleh hasil berupa diagram fan untuk melihat karakteristik setiap anggota kelompok yang terbentuk. Gambar 4.2 Grafik banyaknya rumah tangga miskin pada setiap kelompok kecamatan di Kabupaten Tegal Gambar 4.1 Grafik Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Tegal Tahun Pada gambar 1 diatas merupakan grafik batang yang memperlihatkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal. Studi semeru menunjukkan adanya program pemerintah, sebagian masyarakat dapat keluar dari kemiskinan. Dalam empat tahun terakhir terlihat fluktuatif dari tahun 2012 berada diangka 151,7 ribu rumah tangga kemudian ditahun berikutnya mengalami penurunan 0,006%, kemudian tahun 2014 terjadi penurunan dari 149,8 ribu menadi 140,3 ribu atau 0,03%. Artinya ada sebagian penduduk miskin pada tahun 2013 dan 2014 yang berubah menjadi tidak miskin. Sebaliknya ditahun 2015 terjadi kenaikan sebesar 0,01% atau 3,2ribu. Hal ini menunjukkan terjadi Pada gambar 2 diatas merupakan grafik banyaknya rumah tangga miskin pada setiap kelompok kecamatan di Kabupaten Tegal. Secara umum penduduk miskin paling banyak berada diantara cluster 1 dan cluster 2. Sebanyak 11% penduduk dengan kesejahteraan terendah berada di cluster 1. Untuk cluster 2 sebanyak 82%. Cluster ini merupakan cluster dengan anggota paling banyak. Cluster 3 dan 4 masing-masing 4% dan 3%. Tabel 4.1 Hasil Pembagian Cluster Kelompok Jumlah Anggota Cluster Cluster Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei

5 Cluster Cluster Untuk mengetahui karakteristik masingmasing cluster, dapat dilihat melalui diagram fan berikut : hijau bakar untuk memasak dan penggunaan fasilitas BAB Diasosiasikan dalam suatu kelompok yang didominasi variabel Jenis dinding terluas, Penggunaan bahan bakar untukmemasak, Penggunaan fasilitas BAB Warna merah Karakteristik Dapat diasosiasikan dalam suatu kelompok yang didominasi variabel Luas lantai, Jenis dinding terluas, Sumber penerangan utama, Penggunaan fasilitas BAB. 5. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Gambar 4.3 Output SOM Proses memahami diagram di algoritma Self Organizing Maps menurut Wehrens (2007) adalah ketika diagram telah memiliki suatu warna dan diberi batasan dengan vektor-vektor yang tervisualisasi dalam plot pemetaan. Berdasarkan diagram fan diatas, diketahui karakteristik dari masing-masing kelompok: Tabel 4.2 Karakteristik Masing-masing Cluster Warna biru orange Karakteristik Dapat diasosiasikan dalam suatu kelompok yang didominasi variabel Jenis lantai terluas, Jumlah penggunaan bahan bakar untuk memasak, sumber penerangan utama. Dapat diasosiasikan dalam suatu kelompok yang memiliki yang didominasi variabel Jenis lantai terluas, Jenis dinding terluas, penggunaan bahan 1. Diantara rumah tangga miskin di Kabupaten Tegal tahun 2015, 11% termasuk cluster 1, 82% termasuk cluster 2, sedangkan cluster 3 dan cluster 4 masingmasing 4% dan 3%. 2. Pengelompokkan dengan metode SOM menghasilkan empat cluster. Kemudian diasosiasikan menjadi dalam suatu kelompok warna yaitu biru, orange, hijau dan merah. Selain itu dari metode SOM memperoleh beberapa variabel penting atau dominan yaitu Jenis dinding terluas dan Penggunaan fasilitas BAB 6. REFERENSI Badan Pusat Statistik, Departemen Sosial Penduduk Fakir Miskin Indonesia, Jakarta: Badan Pusat Statistik Bulinaria, John A Lecture 16: Introduction to Neural Networks: Self Organizing Maps: Fundamentals. JR. Joseph F.Hair, Anderson, R.E, Tatham, R.L dan Black, W.C, Multivariate Data Analysis. 232 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya.

6 5thEdition.Prentice-Hall International, Inc Muljiono, P Model Pemberdayaan Masyarakat melalui Posdaya Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Th 23. No.(1): 9-16 Supriatna, T Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung. Humaniora Utama Wehrens, dkk. Self and Super-organizing Maps in R : The Kohonen Package. Journal of Statistical Software. October 2007, Volume 21. Issue 5. Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei

APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 2015)

APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 2015) APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 015) Rezzy Eko Caraka 1 (1) Statistics Center Undip, Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia Menggunakan Kohonen Self Organizing Maps

Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia Menggunakan Kohonen Self Organizing Maps Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 188-194 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 188 Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 016 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 009-013 MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Indikator Kemiskinan

Indikator Kemiskinan PEMERINTAH KABUPATEN MALANG Indikator Kemiskinan berdasarkan: Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Malang, Nopember 2016 Dasar Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dalam Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S). Rumah tangga yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014 IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014 Kanthi Wulandari, Akhmad Fauzy Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015

Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015 Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015 Nurika Nidyashofa 1*, Deden Istiawan 22 1 Statistika, Akademi Statistika

Lebih terperinci

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600 Citra asli Citra ya Inisialisasi: Topologi jaringan, Bobot awal, Lebar tetangga, Nilai laju awal pembelajaran Kriteria pemberhentian Training Error> -6 Epoch< 4 Alpha> HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian

Lebih terperinci

CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK

CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK Budi Warsito, Dwi Ispriyanti dan Henny Widayanti Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Semarang ABSTRACT Industrial

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian

Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian Wiji Lestari, Singgih Purnomo STMIK Duta Bangsa Surakarta ABSTRAK Clustering adalah suatu metode

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N Latar Belakang

P E N D A H U L U A N Latar Belakang KLASIFIKASI KEKERAPAN KUNJUNGAN LOKASI BERBASIS LOCATION BASED SERVICE (LBS) MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAP (SOM) Oleh : Dhanang Fitra Riaji (NRP : 2208205737) PROGRAM MAGISTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETA SIMILARITAS KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM)

PEMBUATAN PETA SIMILARITAS KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) Pembuatan Peta Similaritas Kota di Provinsi Jawa Tengah... (Palgunadi dkk.) PEMBUATAN PETA SIMILARITAS KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) Sarngadi Palgunadi, Risalatul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang BAB III PEMBAHASAN Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang diperkenalkan oleh Professor Teuvo Kohonen pada tahun 1982. Self Organizing Map merupakan salah satu bentuk topologi

Lebih terperinci

PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS

PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS Ahmad Mulla Ali Basthoh 1, Surya Sumpeno 2, dan I Ketut Eddy Purnama 3 Jurusan Teknik Elektro FTI, ITS, Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM)

Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM) Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM) 1 Tantri Lestari, 2 Abdul Kudus, 2 Sutawanir Darwis

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan

2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

Teknik Informatika, Universitas Kanjuruhan Malang, 2. Teknik Informatika, Universitas Kanjuruhan Malang,

Teknik Informatika, Universitas Kanjuruhan Malang, 2. Teknik Informatika, Universitas Kanjuruhan Malang, CLUSTERING DATA MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PROMOSI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG Nomadeni Fitroh Arno 1 Moh. Ahsan 2 1 Teknik Informatika, Universitas Kanjuruhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap perubahan cuaca yang semakin memburuk. Curah hujan merupakan total air hujan yang terjatuh pada permukaan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 429-437 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN METODE K MEANS DAN SELF ORGANIZING MAP (STUDI KASUS:

Lebih terperinci

JURNAL PENGELOMPOKAN SKRIPSI MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING (STUDI KASUS : PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI)

JURNAL PENGELOMPOKAN SKRIPSI MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING (STUDI KASUS : PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI) JURNAL PENGELOMPOKAN SKRIPSI MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING (STUDI KASUS : PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI) CLASSIFICATION OF THESIS USING SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER DAN DIAGNOSA PENYAKIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

ANALISIS CLUSTER DAN DIAGNOSA PENYAKIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Prosiding FMIPA Universitas Pattimura 03 ISBN: 978-60-975-0-5 ANALISIS CLUSTER DAN DIAGNOSA PENYAKIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Zeth Arthur Leleury, Henry Willyam Michel Patty Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2010-2015 DI PROVINSI JAWA TENGAH Rukini Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan email:rukini@bps.go.id Abstrak Pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah

Lebih terperinci

Pemetaan Prioritas Berbasis Penggalian Data Multidimensi Menggunakan WEBSOM (Priority Mapping Based on Multi-dimensional Data Mining Using WEBSOM)

Pemetaan Prioritas Berbasis Penggalian Data Multidimensi Menggunakan WEBSOM (Priority Mapping Based on Multi-dimensional Data Mining Using WEBSOM) Pemetaan Prioritas Berbasis Penggalian Data Multidimensi Menggunakan WEBSOM (Priority Mapping Based on Multi-dimensional Data Mining Using WEBSOM) ITS,08-07-2010 NINIK WIDAYATI Latar Belakang Masalah Pembuatan

Lebih terperinci

SISTEM CLUSTERING KECERDASAN MAJEMUK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) Oleh: Wiji Lestari STMIK Duta Bangsa Surakarta

SISTEM CLUSTERING KECERDASAN MAJEMUK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) Oleh: Wiji Lestari STMIK Duta Bangsa Surakarta SISTEM CLUSTERING KECERDASAN MAJEMUK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) Oleh: Wiji Lestari STMIK Duta Bangsa Surakarta ABSTRAK Kecerdasan majemuk adalah hal penting dalam pembelajaran.

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Self Organizing Maps Untuk Pemetaan Penyandang Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

Penerapan Algoritma Self Organizing Maps Untuk Pemetaan Penyandang Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Penerapan Algoritma Self Organizing Maps Untuk Pemetaan Penyandang Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Amrul Hafiludien 1*, Deden Istiawan 2 Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang

Lebih terperinci

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan sehingga dapat diproses dengan SOM. Pada tahap seleksi data, dipilih data perkembangan anak berdasarkan kategori dan rentang usianya. Kategori perkembangan tersebut merupakan perkembangan kognitif, motorik

Lebih terperinci

APLIKASI ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN FUNGSI PENGELOMPOKAN PADA PROGRAM PEMBAGIAN KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS)

APLIKASI ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN FUNGSI PENGELOMPOKAN PADA PROGRAM PEMBAGIAN KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS) APLIKASI ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN FUNGSI PENGELOMPOKAN PADA PROGRAM PEMBAGIAN KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS) (Studi Kasus pada Kelurahan 1 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang) Didin Astriani

Lebih terperinci

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, teknologi di bidang medis saat ini semakin berkembang. Teknologi sendiri sudah menjadi kebutuhan di segala bidang khususnya bidang biomedis.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fitri Hidayah Sundawati 1), Jadi Suprijadi 2), Titi Purwandari 3) 1) Mahasiswa Statistika Terapan, UniversitasPadjadjaran-Indonesia 2) Pengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang sulit untuk diatasi. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah penurunan tingkat kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-430

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-430 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-430 VISUALISASI SIMILARITAS TOPIK PENELITIAN DENGAN PENDEKATAN KARTOGRAFI MENGGUNAKAN SELF- ORGANIZING MAPS (SOM) Budi Pangestu,

Lebih terperinci

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Kajian 0854-0675 Pustaka Volume14, Nomor 4, Oktober 2006 Kajian Pustaka: 147-153 Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 59 TAHUN 203 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Pola Pengenalan pola (pattern recognition) adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur atau sifat

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN ABSTRAK

KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN ABSTRAK KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN Safwandi. ST., M.Kom 1, Yenni Maulida, S.T ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan tentang suatu metode klasifikasi bentuk daun berdasarkan input berupa bentuk

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Self Organizing Map (SOM) untuk Clustering Mahasiswa pada Matakuliah Proyek (Studi Kasus : JTK POLBAN)

Implementasi Algoritma Self Organizing Map (SOM) untuk Clustering Mahasiswa pada Matakuliah Proyek (Studi Kasus : JTK POLBAN) Implementasi Algoritma Self Organizing Map (SOM) untuk Clustering Mahasiswa pada Matakuliah Proyek (Studi Kasus : JTK POLBAN) Ghifari Munawar Jurusan Teknik Komputer dan Informatika, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI Oleh: TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) PROV. BALI Disampaikan Pada Acara: Verifikasi dan Validasi Basis Data Terpadu (BDT) 2015

Lebih terperinci

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen David Novyanto Candra/0322003 Email: dave_christnc@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln.Prof.Drg.Suria

Lebih terperinci

KLASIFIKASI RUMAH LAYAK HUNI DI KABUPATEN BREBES DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION DAN NAIVE BAYES

KLASIFIKASI RUMAH LAYAK HUNI DI KABUPATEN BREBES DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION DAN NAIVE BAYES ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 99-111 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI RUMAH LAYAK HUNI DI KABUPATEN BREBES DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin 418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada

Lebih terperinci

BAB 4. JARINGAN BERBASIS KOMPETISI

BAB 4. JARINGAN BERBASIS KOMPETISI BAB 4. JARINGAN BERBASIS KOMPETISI Jaringan berbasis kompetisi menggunakan ide kompetisi untuk meningkatkan kontras dalam aktivasi neuron (winner take all). Hanya neuron yang aktivasinya diperbolehkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA PREDIKSI JURUSAN DI SMA PGRI 1 BANJARBARU

PENERAPAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA PREDIKSI JURUSAN DI SMA PGRI 1 BANJARBARU PENERAPAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA PREDIKSI JURUSAN DI SMA PGRI 1 BANJARBARU Risky Meliawati 1,Oni Soesanto 2, Dwi Kartini 3 1,3Prodi Ilmu Komputer FMIPA UNLAM 2 Prodi Matematika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL Hisar M. Simbolon (1) Sri Suwarno (2) Restyandito (3) hisarliska@gmail.com sswn@ukdw.ac.id dito@ukdw.ac.id Abstraksi Kompresi citra digital

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 32 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG INDIKATOR

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN TAHUN 2014

REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN TAHUN 2014 ST2013-SBK.S REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN TAHUN 2014 RAHASIA Jenis tanaman kehutanan terpilih...... 6 1 I. PENGENALAN TEMPAT 101. Provinsi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

DATA MINING DENGAN TEKNIK CLUSTERING DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA STUDI KASUS PREDIKSI LAMA STUDI MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

DATA MINING DENGAN TEKNIK CLUSTERING DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA STUDI KASUS PREDIKSI LAMA STUDI MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DATA MINING DENGAN TEKNIK CLUSTERING DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA STUDI KASUS PREDIKSI LAMA STUDI MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Lindawati Jurusan Teknik Information, Fakultas Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

Lebih terperinci

STATISTIK DAN PERANAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH Disampaikan oleh: BPS Provinsi Jawa Tengah

STATISTIK DAN PERANAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH Disampaikan oleh: BPS Provinsi Jawa Tengah STATISTIK DAN PERANAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH Disampaikan oleh: BPS Provinsi Jawa Tengah FGD PENINGKATAN KUALITAS RTLH UNTUK MENDUKUNG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sel Darah Merah Sel yang paling banyak di dalam selaput darah adalah sel darah merah atau juga dikenal dengan eritrosit. Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat berdampak pada terjadinya penurunan substansial dalam biaya penyimpanan data, peningkatan pesat

Lebih terperinci

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT II. KUNJUNGAN PETUGAS TANGGAL BULAN

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT II. KUNJUNGAN PETUGAS TANGGAL BULAN Rahasia SDKI-RT SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 0 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT. PROVINSI. KABUPATEN/KOTA *) 3. KECAMATAN 4. DESA / KELURAHAN 5. DAERAH **) PERKOTAAN - PERDESAAN - 6.

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN TABIR BARAT MENGGUNAKAN METODE LATENT CLASS CLUSTER ANALYSIS

PENGELOMPOKAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN TABIR BARAT MENGGUNAKAN METODE LATENT CLASS CLUSTER ANALYSIS Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika (JMP) Vol. 9 No. 2, Desember 2017, hal. 63-74 ISSN (Cetak) : 2085-1456; ISSN (Online) : 2550-0422; https://jmpunsoed.com/ PENGELOMPOKAN RUMAH TANGGA MISKIN

Lebih terperinci

CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS

CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING PENCAPAIAN KARAKTER SISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Muhammad Toha, 1), I Ketut Edy Purnama 2) dan Surya Sumpeno 3) 1) Bidang Keahlian Telematika (Konsentrasi CIO) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN POLA DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF LEARNING VECTOR QUANTIFICATION UNTUK PENENTUAN TANAMAN OBAT

APLIKASI PENGENALAN POLA DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF LEARNING VECTOR QUANTIFICATION UNTUK PENENTUAN TANAMAN OBAT APLIKASI PENGENALAN POLA DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF LEARNING VECTOR QUANTIFICATION UNTUK PENENTUAN TANAMAN OBAT Fradika Indrawan Jurusan Teknik Informatika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai pembangunan tersebut. Lembaga keuangan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

Statistik Deskriptif. Perumahan. Seminar Hasil Tugas Akhir

Statistik Deskriptif. Perumahan. Seminar Hasil Tugas Akhir Statistik Deskriptif Perumahan Sebagian besar status penguasaan bangunan tempat tinggal rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Malang tahun 2009 adalah milik sendiri dengan persentase jauh lebih

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini menjelaskan mengenai analisis dan proses perancangan. Bagian analisis meliputi deskripsi umum sistem yang dibangun, spesifikasi kebutuhan perangkat lunak, data

Lebih terperinci

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik

Lebih terperinci

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T 2 0 1 5 i ii P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T 2 0 1 5 PROFIL KEMISKINAN (PBDT 2015) PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2016

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

Penerapan Kohonen Self Organized Map Dalam Kuantisasi Vektor Pada Kompresi Citra Bitmap 24 Bit

Penerapan Kohonen Self Organized Map Dalam Kuantisasi Vektor Pada Kompresi Citra Bitmap 24 Bit Penerapan Kohonen Self Organized Map Dalam Kuantisasi Vektor Pada Kompresi Citra Bitmap 24 Bit Gadis Fransiska Yulianti Tae, Sri Suwarno, Widi Hapsari Fakultas Teknologi Informasi, Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA

PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 11 PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA Lilia Rahmawati 1, Andharini Dwi Cahyani 2, Sigit Susanto Putro

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE SELF ORGANIZING MAP PADA OPTIMASI MASALAH TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PEMANFAATAN METODE SELF ORGANIZING MAP PADA OPTIMASI MASALAH TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 5, No. 2, Desember 2011, 95-102 ISSN Pemanfaatan 1978-9629 Metode Self Organizing Map...(Yulistian S, Irawan A) PEMANFAATAN METODE SELF ORGANIZING MAP PADA OPTIMASI MASALAH

Lebih terperinci

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan 402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Model prediksi variabel makro untuk mengetahui kerentanan daerah di Provinsi Jawa Tengah, dilakukan dengan terlebih dahulu mencari metode terbaik. Proses pencarian metode terbaik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN, REGRESI LOGISTIK, NEURAL NETWORK, DAN MARS UNTUK ANALISIS PERMASALAHAN KLASIFIKASI DATA HBAT DAN DATA IRIS

PENGGUNAAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN, REGRESI LOGISTIK, NEURAL NETWORK, DAN MARS UNTUK ANALISIS PERMASALAHAN KLASIFIKASI DATA HBAT DAN DATA IRIS Jurnal Barekeng Vol. 7 No. 2 Hal 47 51 (2013) PENGGUNAAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN, REGRESI LOGISTIK, NEURAL NETWORK, DAN MARS UNTUK ANALISIS PERMASALAHAN KLASIFIKASI DATA HBAT DAN DATA IRIS The Applications

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF SELF ORGANIZING

PENYELESAIAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF SELF ORGANIZING Media Informatika, Vol. 6, No. 1, Juni 2008, 39-55 ISSN: 0854-4743 PENYELESAIAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF SELF ORGANIZING Sukma Puspitorini Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering

Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan Metode Hierarchical Clustering Viga Apriliana Sari, Nur Insani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

Dhiani Tresna Absari,ST. Dosen Jurusan Teknik Informatika Universitas Surabaya

Dhiani Tresna Absari,ST. Dosen Jurusan Teknik Informatika Universitas Surabaya PERENCANAAN PEMBUATAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PADA STUDI KELAYAKAN PEMBUKAAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN KOTA (SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN KOTA)

Lebih terperinci

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Oleh : Teguh Purianto (0 09 06) Dosen Pembimbing : Wibawati, S.Si., M.Si. ABSTRAK Anak

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BERBASIS LVQ MENGGUNAKAN OPTIMASI LEARNING RATE UNTUK MEMILIH SISWA PESERTA OSN

KLASIFIKASI BERBASIS LVQ MENGGUNAKAN OPTIMASI LEARNING RATE UNTUK MEMILIH SISWA PESERTA OSN KLASIFIKASI BERBASIS LVQ MENGGUNAKAN OPTIMASI LEARNING RATE UNTUK MEMILIH SISWA PESERTA OSN Wahyu Hadi Pujianto 1), Mochamad Hariadi 2) dan Surya Sumpeno 3) 1) Bidang Keahlian Telematika (Kosentrasi CIO)

Lebih terperinci

1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dijadikan indikator tunggal untuk menyatakan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat.

1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dijadikan indikator tunggal untuk menyatakan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat. 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dijadikan indikator tunggal untuk menyatakan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat. Fenomena kemiskinan sangat meluas. Dengan mendasarkan pada UU Nomor

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Ronny Susetyoko, Elly Purwantini Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan tanaman yang memiliki peran penting di bidang industri terutama sebagai bahan baku di bidang industri ban dan otomotif (Sinaga, 2011). Indonesia

Lebih terperinci

Sumatera Barat. Jam Gadang

Sumatera Barat. Jam Gadang Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN Verifikasi/VALIDASI DATA RUMAH TANGGA Dalam Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

PETUNJUK PELAKSANAAN Verifikasi/VALIDASI DATA RUMAH TANGGA Dalam Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin PETUNJUK PELAKSANAAN VERIFIKASI/VALIDASI DATA DALAM RUMAH TANGGA PETUNJUK PELAKSANAAN Verifikasi/VALIDASI DATA RUMAH TANGGA Dalam Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir

Lebih terperinci

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (014) 337-350 (301-98X Print) D-78 Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada di Kabupaten Jombang Masnatul Laili dan Bambang Widanarko Otok Jurusan Statistika,

Lebih terperinci