Gorontalo. Menara Keagungan Limboto
|
|
- Sudomo Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Keramahan penduduk akan melengkapi perjalanan Anda ke tempat ini. Dengan menggunakan lift, Anda dapat menelusuri lima lantai yang tersedia, sambil menikmati pemandangan alam dan Danau Limboto dari puncak ketinggian 65 meter.
2 510 Penghitungan Indeks Indonesia Profil Ibu : Luas Wilayah : km 2 Jumlah Penduduk : 1,04 juta Kepadatan Penduduk : 99 jiwa/km 2 PDRB/Kapita 2) : Rp 3,3 juta IPM : Angka Pengangguran 3) : 4.18% Koefisien Gini 4) : 0, Profil Jumlah Rumah Tangga Miskin : Jumlah Penduduk Miskin : Angka : 46,1% Keparahan : 43,68% Indeks : 0,201 Karakter Perbandingan 91,0% 27,3% 88,7% 26,0% 75,2% 20,9% ,7% 42,3% 17,2% 8,3% ,4% 29,2% 44,5% 40,7% 31,3% 0,247 IKM 0,119 Keterangan Simbol RT Miskin Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin IKM Keparahan Indeks Keterangan 1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga 2) PDRB/kapita tanpa Migas 3) Data Agustus ) Data 2013
3 Laporan Provinsi 511 Peta Provinsi 2013 POHUWATO 18 GORONTALO UTARA BOALEMO GORONTALO KOTA GORONTALO BONE BOLANGO Keterangan RT Miskin (%) > <20 n.a. Jumlah RT Miskin (dalam ribu) Keterangan Simbol Karakteristik Akses air bersih Sanitasi Pembantu Kelahiran Gizi Seimbang Anak Balita Partisipasi Sekolah Melek Huruf Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bahan Bakar untuk Memasak Sumber Penerangan Kondisi Atap Lantai Dinding Kepemilikan Aset Rumah
4 512 Penghitungan Indeks Indonesia Analisis Profil Provinsi, yang merupakan provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara, termasuk salah satu daerah yang terbentuk pada awal pelaksanaan otonomi daerah di era Reformasi. Potret masyarakat dalam hal kemiskinan multidimensi cenderung membaik dalam kurun waktu Hal ini ditunjukkan dari menurunnya hampir semua indikator kemiskinan ini. Hanya saja, keparahan kemiskinan multidimensi meningkat pada tahun Pada tahun 2014, rumah tangga miskin tercatat sekitar rumah tangga. Jumlah ini lebih kecil dari tahun sebelumnya yang mencapai rumah tangga. Seiring dengan berkurangnya rumah tangga miskin, jumlah penduduk miskin di provinsi ini juga turun dari jiwa menjadi sekitar jiwa. Dalam setahun terakhir tersebut, penduduk miskin telah bekurang sekitar 10,3 persen. Menurunnya Indeks lebih didorong oleh turunnya angka kemiskinan. Keparahan kemiskinan yang meningkat pada 2013, bisa terkompensasi oleh penurunan angka kemiskinan yang relatif tinggi sehingga indeks kemiskinan pada tahun tersebut bisa tetap melanjutkan tren menurun. Pada tahun berikutnya, penurunan Indeks didorong oleh menurunnya angka kemiskinan dan keparahan kemiskinan. Angka Angka kemiskinan multidimensi Provinsi memiliki pola yang konstan, yakni terus menurun dalam kurun waktu Sementara angka kemiskinan moneter cenderung berfluktuasi. Pernah meningkat pada 2013, tetapi kemudian kembali turun pada tahun berikutnya. Pada 2012, angka kemiskinan multidimensi mencapai 58,8 persen. Hal ini berarti bahwa sekitar enam dari sepuluh rumah tangga di provinsi ini tergolong miskin Tabel 1 Profil Keterangan Jumlah Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Angka (%) Keparahan (%) Indeks ,8 41,2 58,7 59,1 37,1 51,7 55,4 29,2 46,1 44,9 42,6 44,3 42,9 41,9 42,6 44,5 40,7 43,7 0,305 0,175 0,261 0,253 0,156 0,220 0,247 0,119 0,201
5 Laporan Provinsi 513 multidimensi. Kondisi masyarakat terus membaik pada 2013 dan kemudian berlanjut pada tahun berikutnya. Kondisi ini ditunjukkan dari angka kemiskinan yang terus menurun, yakni 51,7 persen pada Pada 2014, telah kurang dari separuh rumah tangga di provinsi ini yang tergolong miskin multidimensi. Sementara itu, angka kemiskinan moneter bergerak mengikuti pola huruf U terbalik. Pada 2013, angka kemiskinan moneter meningkat menjadi 18,01 persen. Tahun sebelumnya, tercatat sekitar 17,22 persen. Kemudian, pada 2014, angka kemiskinan tersebut menurun menjadi 17,41 persen. Angka ini tetap masih lebih tinggi dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Selama periode , pergerakan angka kemiskinan multidimensi, baik di tingkat provinsi maupun tingkat nasional, memperlihatkan pola pergerakan yang serupa. Angka kemiskinan di provinsi ini, baik di perdesaan maupun di perkotaan, terus menurun sepanjang tiga tahun tersebut. Pola inilah yang membuat angka kemiskinan bisa turun cukup tinggi dalam waktu dua tahun. Sebagaimana halnya di tingkat nasional, angka kemiskinan di wilayah perdesaan di Provinsi lebih tinggi daripada wilayah perkotaan. Pada 2014, sekitar 55,4 persen rumah tangga di perdesaan dikategorikan miskin multidimensi. Sementara di perkotaan tercatat hanya sekitar 29,2 persen. Hal ini menunjukkan tingginya konsentrasi angka kemiskinan di perdesaan. Dalam hal tren, angka kemiskinan di perdesaan dan perkotaan sama-sama terus menurun dalam kurun waktu tiga tahun tersebut. Angka kemiskinan perdesaan di Provinsi berkurang lebih dari 12 persen selama dua tahun. Serupa dengan perdesaan, angka kemiskinan di perkotaan juga bergerak turun dalam tingkat yang sama. Kondisi tersebut mendorong turunnya angka kemiskinan multidimensi hingga lebih dari 12 persen dalam kurun waktu dua tahun. Penurunan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan angka kemiskinan multidimensi nasional yang sekitar 5 persen. Namun, angka kemiskinan masih tetap lebih tinggi daripada angka kemiskinan nasional. Kondisi serupa berlaku untuk angka kemiskinan desa dan kota. Keparahan Dalam hal keparahan, kemiskinan multidimensi Provinsi belum memiliki pola yang ajek. Setelah turun pada 2013, keparahan kemiskinan kembali meningkat pada tahun berikutnya. Dalam kisaran yang sempit, keparahan kemiskinan provinsi ini semakin tinggi pada tahun 2014, tetapi masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan Grafik 1 Perbandingan Angka dengan Angka Moneter (%)
6 514 Penghitungan Indeks Indonesia keparahan kemiskinan tahun Meningkatnya keparahan kemiskinan di perdesaan menjadi faktor pendorong meningkatnya keparahan kemiskinan pada tahun Meski pada saat yang sama keparahan kemiskinan di perkotaan justru menurun, penurunan keparahan kemiskinan di perkotaan ini masih lebih kecil daripada kenaikan keparahan kemiskinan di perdesaan. Akibatnya, keparahan kemiskinan provinsi terdorong naik. Di perdesaan, keparahan kemiskinan pada 2013 turun dari 44,9 persen menjadi 42,9 persen. Namun, tahun berikutnya, keparahan kemiskinan di wilayah ini kembali naik menjadi 44,5 persen. Hal yang berbeda terjadi di perkotaan, keparahan kemiskinan justru menurun pada tahun Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan pergeseran dalam persoalan-persoalan kemiskinan multidimensi antara masyarakat perdesaan dan perkotaan di Provinsi. Indeks Meski keparahan kemiskinannya berfluktuasi, indeks kemiskinan Provinsi terus menurun selama periode Kondisi ini terjadi di perdesaan dan perkotaan. Secara umum, penurunan indeks kemiskinan provinsi ini lebih didorong oleh menurunnya angka kemiskinan multidimensi. Faktor yang sama juga terjadi di perdesaan. Sementara di perkotaan, penurunan indeks Grafik 2 Angka (%) Menurut Grafik 3 Keparahan (%) Menurut
7 Laporan Provinsi 515 kemiskinan didorong oleh menurunnya angka kemiskinan dan keparahan kemiskinan multidimensi. Meski sama-sama terus menurun, laju penurunan indeks kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidaklah sama. Di perdesaan, penurunan indeks kemiskinan terbesar selama periode terjadi pada Indeks tersebut berkurang 0,048 titik poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, penurunan indeks kemiskinan terbesar di perkotaan justru terjadi pada Hal tersebut memperlihatkan bahwa perubahan yang terjadi tidak selalu merata antara desa dan kota. Perbedaan laju pergerakan indeks kemiskinan yang tidak sama antara perdesaan dan perkotaan memberikan dampak kepada indeks kemiskinan provinsi secara keseluruhan. Pada 2013, penurunan indeks kemiskinan lebih didorong oleh turunnya indeks kemiskinan di perdesaan. Sementara pada 2014, penurunan indeks terutama didorong oleh menurunnya indeks kemiskinan di perkotaan. Di tingkat nasional, Indeks berada di peringkat ke-10 tertinggi. Artinya, dari sisi kemiskinan multidimensi, tingkat kesejahteraan masyarakat provinsi ini sebenarnya relatif masih buruk. Provinsi ini masih tertinggal dibandingkan dengan dua tetangganya, yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pun, dibandingkan dengan indeks kemiskinan nasional selama kurun waktu , indeks kemiskinan masih lebih tinggi. Serupa dengan daerah lain pada umumnya, Indeks kota di Provinsi merupakan yang terendah., yang merupakan ibu kota provinsi dan sekaligus satu-satunya kota di provinsi ini, memiliki indeks kemiskinan sebesar 0,119. Indeks ini hanya sekitar separuh dari indeks kabupaten yang ada di Provinsi. Indeks lima kabupaten di tergolong relatif merata. Yang terendah ialah Kabupaten Pohuwatu, dengan indeks sebesar 0,224. Sementara yang tertinggi ialah Kabupaten Boalemo, dengan indeks sebesar 0,271. Bersama-sama dengan Kabupaten, Kabupaten Boalemo merupakan dua daerah dengan Indeks yang lebih tinggi daripada indeks kemiskinan provinsi. Kedua kabupaten yang terletak di pesisir selatan ini pada awalnya merupakan satu daerah otonom. Kemudian, pada 1999, Kabupaten Boalemo berdiri menjadi daerah otonom sendiri. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Sekitar satu dasawarsa silam, Provinsi menjadi acuan pembangunan se- Grafik 4 Indeks Menurut -
8 516 Penghitungan Indeks Indonesia ktor pertanian, khususnya budidaya jagung, di Indonesia. Pertanian di provinsi yang dimekarkan dari Sulawesi Utara pada tahun 2000 ini dianggap sebagai sebuah kisah sukses optimalisasi sumber daya perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Sektor ini bahkan bisa menjadi stimulus yang mendorong kegiatan ekonomi lokal di berbagai sektor lainnya bisa berjalan. Pada masa itu, revitalisasi pertanian menjadi strategi umum untuk meningkatkan kesejahteraan petani, meningkatkan daya saing produk pertanian serta menjaga kelestarian sumber daya pertanian. Kebijakan ini menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam memacu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, sekaligus menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi daerah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan sektor pertanian tidak bisa lagi secepat sebelumnya. Konsep agropolitan, yang dahulu menjadi roh dari pembangunan pertanian tidak lagi berjalan optimal. Selain itu, kebijakan saat ini lebih berorientasi pada pembangunan industri berskala besar dan penerapan teknologi tinggi. Memang, tidak ada yang salah dengan hal ini. Yang menjadi persoalan ialah sektor pertanian yang menjadi penopang kesejahteraan masyarakat luas cenderung terabaikan. Akibatnya, pengentasan masyarakat dari jerat kemiskinan kini relatif melambat. Posisi awal provinsi ini memang masih lebih buruk dibandingkan rata-rata nasional. Hampir separuh dari populasi penduduk di Provinsi dikategorikan miskin multidimensi. Oleh karena sebagian besar dari mereka tinggal di perdesaan, upaya pengentasan kemiskinan multidimensi menjadi lebih berat. Sanitasi, sumber penerangan, sumber air bersih, dan sumber bahan bakar untuk memasak menjadi faktor yang mendominasi karakteristik kemiskinan multidimensi. Keempat indikator tersebut terus mewarnai karakteristik kemiskinan multidimensi provinsi ini. Kondisi ini mengindikasikan belum tertanganinya persoalan-persoalan terkait dengan standar kualitas hidup hingga kini. Hanya sekitar satu dari sepuluh penduduk di provinsi ini yang dapat mengakses sumber penerangan yang sesuai standar. Demikian pula halnya dengan kondisi sanitasi, sumber air bersih, dan bahan bakar untuk memasak. Masih cukup banyak penduduk yang belum mampu mengakses layanan terkait perumahan yang layak tersebut. Sementara itu, persoalan-persoalan lainnya, meski relatif kecil, juga tidak bisa diabaikan karena terkait langsung dengan kondisi pendidikan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, pada 2014, penduduk yang tidak melek huruf tercatat masih relatif tinggi. Hal ini perlu jadi perhatian agar persoalan yang terkait dengan literasi ini tidak berlarut-larut. Rekomendasi Pemerintah Provinsi sebenarnya memiliki komitmen kuat untuk menyejahterakan masyarakatnya sesuai dengan visi dan misi kepala daerah untuk memprioritaskan program, yakni kesehatan dan pendidikan gratis, infrastruktur, serta ekonomi kerakyatan. Terkait dengan kebijakan tersebut, pemerintah provinsi perlu mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan kondisi kemiskinan multidimensi yang terparah. Misalnya, Kabupaten dan Boalemo, sebagai daerah dengan indeks kemiskinan tertinggi di Provinsi, merupakan daerah yang perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah provinsi dan pusat dalam mengimplementasikan program-program penanggulangan kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan multidimensi di Provinsi perlu diarahkan terutama pada peningkatan akses listrik dan air bersih bagi rumah tangga miskin. Selain itu, beberapa persoalan lain yang juga perlu diperhatikan ialah persoalan sanitasi di lingkungan rumah tinggal, serta akses terhadap bahan bakar untuk memasak yang layak, terutama bagi rumah tangga miskin. Kemudian, perluasan dan peningkatan kualitas gizi bagi anak balita juga perlu menjadi prioritas pemerintah untuk membantu rumah tangga miskin terbebas dari kemiskinan multidimensi. Hingga saat ini pemerintah telah menyiapkan berbagai program kebijakan untuk
9 meningkatkan kualitas hidup masyarakat Provinsi. Salah satunya adalah rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Kabupaten Pohuwatu dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kabupaten Utara. Selain itu, pelaksanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di provinsi ini telah meliputi beberapa kabupaten/kota. Dengan memperhatikan permasalahan utama yang dialami oleh rumah tangga miskin, upaya penanggulangan kemiskinan multidimensi di provinsi ini perlu diarahkan sebagai berikut: 1) Peningkatan infrastruktur listrik di Kabupaten, Boalemo, Bone Bolango, dan Pohuwato. 2) Perbaikan sanitasi dan akses air bersih di Kabupaten, Boalemo, Bone Bolango, dan Pohuwato. 3) Peningkatan infrastruktur dan distribusi gas untuk memasak di Kabupaten, Boalemo, Bone Bolango, dan Pohuwato. Laporan Provinsi 517
10 518 Penghitungan Indeks Indonesia Lampiran 1 Jumlah RT Miskin menurut Dimensi dan Indikator Indikator
11 Laporan Provinsi 519 Lampiran 2 Menurut Kabupaten/ 2012 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 7501 Kab. Boalemo ,3 43,3 0, Kab ,5 46,0 0, Kab. Pohuwato ,2 44,4 0, Kab. Bone Bolango ,5 42,8 0, Kab. Utara ,3 45,3 0, ,8 40,9 0, GORONTALO Lampiran 3 Menurut Kabupaten/ 2013 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 7501 Kab. Boalemo ,4 42,7 0, Kab ,9 43,8 0, Kab. Pohuwato ,5 41,9 0, Kab. Bone Bolango ,6 40,5 0, Kab. Utara ,8 43,9 0, ,7 41,4 0, GORONTALO
12 520 Penghitungan Indeks Indonesia Lampiran 4 Karakteristik Lampiran 5 Jumlah RT Miskin menurut Karakteristik 2012 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Kab. Boalemo Kab. Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Utara 23,6 20,3 16,0 9,3 9,3 4,0 3,4 3,7 21,9 23,6 3,3 4,4 53,9 48,1 41,0 17,8 23,0 11,5 9,6 15,0 51,3 47,4 10,8 10,4 19,7 17,2 12,3 6,7 9,2 3,2 5,1 4,6 17,8 19,6 1,8 3,2 22,3 19,8 18,3 4,2 8,6 2,6 1,5 4,9 21,0 19,7 3,9 6,7 18,7 17,5 13,6 7,8 7,7 4,0 2,0 3,7 17,8 16,5 3,7 3,9 14,4 11,6 9,5 2,8 6,6 1,4 0,4 6,0 11,2 10,6 0,3 7,4 GORONTALO
13 Laporan Provinsi 521 Lampiran 6 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2013 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Kab. Boalemo 21,8 19,2 15,0 7,6 7,9 2,8 3,7 4,0 20,0 21,7 3,5 2,9 Kab. Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Utara 48,4 43,3 38,3 16,8 19,1 9,5 6,3 11,7 44,7 38,8 5,8 11,1 17,7 14,6 12,2 7,1 7,7 2,5 2,0 3,3 15,2 17,5 1,4 2,8 21,2 18,9 18,2 2,2 7,6 2,5 0,3 4,4 19,4 18,0 1,6 7,4 14,1 13,2 10,7 5,5 6,3 1,9 1,6 3,3 13,3 10,7 3,0 2,4 13,7 10,6 10,1 2,1 7,4 1,6 0,2 5,2 10,8 9,3 0,1 8,3 GORONTALO
14 522 Penghitungan Indeks Indonesia Lampiran 7 Peta Indikator Indikator KABUPATEN/KOTA Boalemo Bone Bolango Pohuwato Bone Bolango Boalemo Pohuwato Boalemo Bone Bolango Pohuwato Boalemo Bone Bolango Pohuwato
Sumatera Barat. Jam Gadang
Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di
Lebih terperinciKalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin
418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada
Lebih terperinciKalimantan Tengah. Jembatan Kahayan
402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini
Lebih terperinciSumatera Selatan. Jembatan Ampera
Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,
Lebih terperinciKalimantan Timur. Lembuswana
Laporan Provinsi 433 Kalimantan Timur Lembuswana Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman Kerajaan Kutai. Lembuswana menjadi lambang Kerajaan Kutai hingga Kesultanan Kutai
Lebih terperinciSulawesi Tenggara. Tugu Persatuan
494 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Sulawesi Tenggara Tugu Persatuan Tugu Persatuan dibangun di atas lahan yang dulu dipakai Musabaqoh Tilawatir Quran (MTQ) Nasional ke- 21 tahun 2006. Karena itu,
Lebih terperinciSumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba
, Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciA. Keadaan Geografis Dan Topografi
BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi
Lebih terperinciAnalisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung
Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung Dari kajian terdahulu memberi kesimpulan bahwa tingginya persentase dan jumlah penduduk miskin Lampung lebih disebabkan oleh masih tingginya
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc
KATA PENGANTAR Pembangunan di Provinsi Gorontalo terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terbukti dengan berbagai capaian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinci2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD
143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan menjadi permasalahan sosial yang sangat komplek, dimana kemiskinan sering menjadi isu Global maupun Nasional yang menimbulkan keprihatinan oleh banyak pihak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciPeraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau
Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan
Lebih terperinciVISI PAPUA TAHUN
ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan
Lebih terperinci1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan
Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan sarana untuk mendorong kemajuan daerahdaerah. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu wilayah dengan wilayah yang lain,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015
No. 34/06/75/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 IPM Provinsi Gorontalo Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
54 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kabupaten Mamasa 5.1.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kab. Mamasa Berdasarkan Syarat Teknis PP. No. 78 Tahun 2007 Pembentukan daerah otonom
Lebih terperinciKINERJA PENANGGULANGAN KEMISKINAN NASIONAL DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
KINERJA PENANGGULANGAN KEMISKINAN NASIONAL DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH SUDARNO SUMARTO Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan JAKARTA, 13 MEI 2014 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciBAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN
BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014
12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama
Lebih terperinciDINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG
IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian di Provinsi Gorontalo Seperti umumnya provinsi di Indonesia, Gorontalo merupakan daerah dengan kontribusi sektor pertanian yang terbesar.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
A. Gambaran Umum Provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4
RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo
Lebih terperinciKEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017
No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas Admistrasi Sumber : Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2016 Gambar 4.1 Peta wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciIKU Pemerintah Provinsi Jambi
Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1
1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperincipendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan selalu menjadi masalah bagi setiap negara, terutama negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pembangunan dikatakan berhasil jika terjadi pertumbuhan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 39/07/32/Th.XVII, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2017 SEBESAR 8,71 PERSEN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN SEBESAR 0,403 Selama periode September 2016 Maret 2017
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2
DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011
No. 60/11/51/Th. V, 7 Nopember 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, tercatat sebanyak 2.952,55 ribu penduduk usia kerja,
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 39/07/32/Th.XVII, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2017 SEBESAR 8,71 PERSEN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN SEBESAR 0,403 Selama periode September 2016 Maret 2017
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 40/07/76/Th.VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 SEBANYAK 153,9 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari proses perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan untuk
Lebih terperinciKETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR
KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR Oleh : PUTRA FAJAR PRATAMA A14304081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 47/08/32/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan Maret
Lebih terperinciPROFIL PROVINSI JAWA BARAT
IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinciGAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014
GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya
Lebih terperinci4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...
DAFTAR ISI Intisari... i Abstract... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Seuntai Kata S ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERWAL... DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... v
i DAFTAR ISI PERWAL... DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Hubungan antar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 03/01/34/Th.X, 02 Januari 2008 SAKERNAS AGUSTUS 2007 MENGHASILKAN ANGKA PENGANGGURAN PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY : TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada
Lebih terperinciBAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT
BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun
Lebih terperinciBAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH
BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH A. Kondisi Umum Daerah 1. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN
Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Gorontalo berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan pada Tahun 2015 sebagai bahan pengambilan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 05/01/32/Th. XIX, 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada September
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Selama kurun waktu yang cukup panjang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong
Lebih terperinciBAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP
BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP Analisis deskriptif dan kuadran dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sedangkan tujuan yang paling penting dari suatu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciAngka harapan hidup (jumlah rata-rata tahun. Jumlah infrastruktur kesehatan per Persentase jumlah desa di suatu kabupaten
LAMPIRAN 11 Lampiran 1. Daftar Peubah Respon dan Peubah Penjelas Peubah Respon Status Ketertinggalan 1 = agak tertinggal Y 2 = tertinggal 3 = sangat tertinggal 4 = tertinggal sangat parah Peubah Penjelas
Lebih terperinciBAB IV GORONTALO UTARA SETELAH PEMEKARAN. pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara di Propinsi Gorontalo, membawa dampak
72 BAB IV GORONTALO UTARA SETELAH PEMEKARAN Dengan dikeluarkanya Undang-Undang No. 11 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara di Propinsi Gorontalo, membawa dampak positif bagi kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development
Lebih terperinci