BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Widya Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PRINSIP METODE PENGAPUNGAN ATANG Pada dasarnya prinsip Metode Pengapungan atang pada pengukuran distribusi ukuran gelembung (DSD) sama dengan pada pengukuran distribusi ukuran partikel padatan (particle size), dimana prinsip ini sama dengan yang dipakai pada metode manometrik dan metode Oden alance [9]. Pada pengukuran DSD, sampel yang digunakan cair-cair, sedang pada penentuan particle size sampel yang digunakan cair-padat. Secara grafik, kurva massa terhadap waktu pengendapan pada Metode Pengapungan atangini analog dengan kurva pressure drop terhadap superficial velocity pada fluidisasi [10;11;12]. Gambar 2.1 adalah plot pressure drop P terhadap superficial velocity u, yang menggambarkan perhitungan distribusi ukuran gelembung secara grafik pada fluidisasi. Gambar 2.1 Grafik penentuan distribusi ukuran gelembung pada fluidisasi 4
2 Jika superficial velocity u adalah u 3, maka : ( ρp ρ) M 0g D( d P P = [ ][ ] + u 0Y ρ A 100 du P. (2.1) ( ρ P [ ρ) M ρ A P 0 g D( ][ ] 0X, 100 d P u du XY dengan M 0, A, dan D( adalah total massa gelembung, cross-sectional area dari unggun, dan persentasi massa kumulatif dari partikel x. Gambar 2.2 mengillustrasikan skematik diagram dari pengapungan gelembung. Volume batang dalam suspensi adalah Ah, dengan A adalah luas permukaan dari batang pemberat dan h adalah panjang batang yang dicelupkan pada suspensi. Densitas dari pelarut (cairan) dilambangkan dengan ρ L, sedangkan densitas gelembung dilambangkan dengan ρ P. Konsentrasi mula-mula gelembung dalam suspensi adalah Co (kg-padatan/m 3 -suspensi) [17;14]. V = Gambar 2.2 Skematik diagram pengapungan gelembung Gambar 2.2 (a) menunjukkan bahwa massa batang mula-mula yang mengapung pada kondisi awal tergantung pada gelembung yang berada antara bagian atas batang 5
3 dan bagian bawah batang dalam suspensi. Pada waktu pengapungan t = 0, densitas mula-mula dari suspensi (ρ S0 ) adalah: ρ S0 C0 = ρ L + ρ.... (2.2) Karena massa batang mula-mula yang mengapung W 0 tergantung pada gelembung pada suspensi dari permukaan sampai kedalaman h, W 0 dapat didefinisikan sebagai berikut : W = V 0 ρ S0 P ( ρ ρ ) P L (2.3) Pada kondisi mula-mula, massa batang dalam suspensi adalah G 0 = V ρ W = V 0 ( ρ ρs0 ) (2.4) dimana, ρ adalah densitas dari batang. Gambar 2.2(b) menunjukkan konsentrasi suspensi (C) semakin menurun dari waktu ke waktu, karena gelembung yang besar sudah mengapung. Densitas suspensi ρst, massa pengapungan batang W t, dan massa nyata dari batang G t di dalam suspensi pada t = t diberikan sesuai dengan persamaan berikut. ρ St t ( ρp ρl ) C = ρl (2.5) ρ St P W = V. ρ. (2.6) G t t St ( ρ ρ ) = V. ρ W = V. ρ V. ρ = V.. (2.7) Gambar 2.2(c), pada t = ~, konsentrasi suspensi adalah 0, karena semua gelembung, baik besar maupun kecil sudah mengapung. Densitas suspensi ρ S, massa pengapungan batang St W, dan massa nyata dari batang G di dalam suspensi pada t = ~ diberikan sesuai dengan persamaan berikut. ρ S = ρ L. (2.8) W = V. ρ G L.(2.9) ( ρ ρ ) = V. ρ W = V L....(2.10) 6
4 Persamaan 2.11 menunjukkan neraca massa gelembung dalam suspensi [16]. C 0 C = C 0 x max f dx + C x i ( 0 x x i min v( t h f ( dx......(2.11) Dari persamaan (2.3), (2.6), (2.9) dan (2.11), diperoleh: W 0 W = xmax ( W0 W ) f ( dx + ( W x 0 i W ) xi xmin v( t h f ( dx... (2.12) dimana v( adalah kecepatan pengendapan, f( adalah frekuensi massa gelembung berukuran x. Diferensial persamaan 2.12 terhadap waktu t, maka akan diperoleh : Dari persamaan 2.12 dan 2.13,.. (2.13) W t = W Rt + dw t t... (2.14) dt dimana W adalah massa gelembung yang lebih besar dari gelembung berukuran x, Rt x max W 0 - W 0 -W fxdx x i Kombinasi persamaan 2.7 dan 2.14 akan menghasilkan : G t dw dt = W ( 0 W ) x i x min v( h f ( dx dg t dg t = V. ρ W Rt + t = G Rt + t... (2.15) dt dt Dimana, G = V ρ W, dan Rt. Rt d dt G t dwt =, karena penurunan massa batang dt sesuai dengan penurunan massa pengapungan batang. Nilai G Rt dihitung dari slope persamaan Hubungan kumulatif massa oversize, R( dan kumulatif massa ovesize, D( adalah, xmax G Rt G 0 R( = f ( dx = = 1 D(... x i G G (2.16) 0 Ukuran gelembung x diekspresikan dengan menggunakan persamaan Stokes dan juga persamaan Allen: 7
5 Persamaan Stokes : 18µ Lv( x = g ( ρ ρ ) P L (2.17) Dimana g adalah percepatan gravitasi dan µ L adalah viskositas larutan. Persamaan stokes berlaku hanya untuk jenis aliran laminar dengan ilangan Reynold, Rep < 0,2 [30]. Persamaan Allen : x= 1 φ vx225 4 µ L ρ L ρ L -ρ P 2 g (2.18) dimana φ adalah Wadell s shape factor, g adalah percepatan gravitasi, µ L adalah viskositas larutan, ρ L adalah densitas pelarut (aquadest) dan ρ p adalah densitas gelembung. Nilai dari densitas gelembung diasumsikan sama dengan densitas kerosin, karena kerosin merupakan fase terdispersi yang akan membentuk gelembung. entuk dari gelembung kerosin diasumsikan memiliki bentuk spherical, sehingga nilai Wadell s shape factor untuk gelembung kerosin adalah 1 [18]. Pada persamaan Allen hanya berlaku untuk jenis aliran transisi dengan bilangan Reynold 0,2 < Re p < 500 [31]. ilangan Reynold dari gelembung dihitung menggunakan persamaan berikut : =... (2.19) dimana v merupakan kecepatan pengapungan yang dihitung dengan persamaan 2.20, ρ p densitas gelembung kerosin, µ p adalah viskositas gelembung kerosin dan d adalah ukuran gelembung. Kecepatan pengapungan v( gelembung dihitung sesuai dengan persamaan berikut, vx = h t... (2.20) dimana h adalah panjang batang yang terapung di dalam cairan dan t adalah waktu pengendapan. 8
6 Ukuran gelembung x yang dihasilkan pada persamaan 2.17 merupakan diameter Stokes dan ukuran gelembung x yang dihasilkan pada persamaan 2.18 merupakan diameter Allen. Hal ini membuktikan bahwa teori pada Metode Pengapungan atang ini mirip dengan metode sedimentation balance [9]. Gambar 2.3 mengillustrasikan metode perhitungan distribusi ukuran gelembung yang mengapung dengan menggunakan Metode Pengapungan atang. Gambar kanan bawah menunjukkan perubahan massa batang sebagai fungsi waktu, sementara gambar kanan atas menunjukkan hubungan waktu dengan kebalikan ukuran gelembung. Dari persamaan 2.17 dan 2.18, waktu sebanding dengan kuadrat kebalikan dari ukuran gelembung. Jadi dalam metode ini, ukuran gelembung dapat dihitung pada setiap waktu t, sementara G Rt secara simultan dapat dihitung dari slope, sesuai dengan persamaan Kumulatif massa oversize, R( dapat dihitung dengan persamaan Pada gambar kiri atas, distribusi ukuran gelembung diperoleh dari perhitungan ukuran gelembung x dan R( [10;12;14]. Gambar 2.3 Grafik penentuan distribusi gelembung dengan WM 9
7 Persamaan di atas dipakai dalam penentuan ukuran gelembung pada pemisahan cair-cair (minyak dan air) serta menentukan waktu yang menyatakan telah terpisahnya kedua cairan secara sempurna yang ditandai ketika massa batang dalam suspensi sudah konstan. 3.2 PENELITAN YANG PERNAH DILAKUKAN Penelitian dengan menggunakan Metode Pengapungan atang telah dilakukan untuk partikel-partikel mengapung dan partikel mengendap. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan menggunakan Metode Pengapungan atang adalah sebagai berikut. Obata, dkk pertama sekali menemukan metode ini dengan mengukur distribusi ukuran partikel yang mengendap dalam Stokes region. Sampel yang mereka teliti adalah silica sand, calcium carbonate dan bariumtitanate glass yang diukur dengan menggunakan fase cair air [17]. Motoi, dkk kemudian mengaplikasikan metode ini untuk menentukan distribusi ukuran partikel yang mengapung. Sampel yang mereka teliti adalah Glass bubbles, paraffin particle dan Fuji nylon beads. Fase cair yang dipakai adalah air [14]. Ohira, dkk meneliti tentang pengaruh konsentrasi partikel dalam menentukan distribusi ukuran partikel. Sampel yang mereka teliti adalah butiran tanah dari daerah Kanto (Jepang). Fase cair yang digunakan adalah sodium pyrophosphate [19]. Tambun, dkk mengembangkan penelitian ini dengan melakukan pengukuran distribusi ukuran partikel yang mengapung dalam Allen region. Sampel yang dipakai adalah polystyrene beads (spherical) dan nylon beads (cylindrical). Cairan yang dipakai adalah natrium klorida [18]. Tambun, dkk meneliti pengaruh ukuran batang, bentuk batang, ukuran tangki, bentuk tangki dan posisi batang dalam tangki untuk menentukan distribusi ukuran partikel yang mengapung. Sampel yang digunakan adalah hollow glass beads. Fase cair yang digunakan adalah air [15]. Arteaga, dkk meneliti estimasi distribusi dari droplet size, interfacial area dan volum pada emulsi minyak dalam air. Sampel yang digunakan adalah 10
8 triolein dan tributirin. Pengukuran DSD dengan menggunakan metode laser diffraction [2]. Pada penelitian sebelumnya, metode pengapungan batang ini sudah pernah diaplikasikan untuk mengkaji pemisahan dua jenis cairan dan penentuan DSD, namun masih perlu pengembangan ataupun penelitian lebih lanjut karena masih minimnya hasil yang diperoleh. Metode WM ini diharapkan mampu mengukur DSD minyak dalam air serta waktu pemisahan yang terbaik dari kedua cairan tersebut. 2.3 METODE-METODE PENGUKURAN DISTRIUSI UKURAN GELEMUNG (DSD) Microscopy Dalam teknik ini, DSD ditentukan dengan mengamati sampel dengan menggunakan mikroskop dan mengukur gelembung secara visual. Untuk penentuan secara visual sering dilakukan dengan cara memperbesar foto yang didapat. Teknik ini memiliki keuntungan untuk dapat membedakan antara gelembung dari minyak ataupun yang bukan minyak. Mikroskop juga membantu dalam melihat bentuk yang berbeda pada sampel [20]. Gambar 2.4 Pengukuran DSD dengan Mikroskop Coulter Counter Coulter counter terdiri dari dua elektroda yang direndam dalam beaker yang berisi air yang mengandung ion terlarut untuk memudahkan dalam menghantarkan arus listrik. Elektroda negatif terletak di dalam glass tube yang tertutup kecuali pada lubang kecil atau lubang pada sisi tube. Elektroda positif diletakkan dalam beaker yang berisi air. Arus listrik dialirkan dari 11
9 elektroda positif ke elektroda negative melalui lubang pada tube. Pulse yang dihasilkan dari partikel yang melalui lubang tersebut diukur dan dihitung secara otomatis/elektronik yang menghasilkan distribusi ukuran partikel [20]. 2.5 Metode Coulter Counter Laser Diffraction Metode ini awalnya digunakan hanya untuk mengukur distribusi ukuran partikel namun, pemanfaatan metode ini untuk pengukuran DSD telah diwujudkan bertahun-tahun yang lalu. Metode ini kemudian menjadi metode yang paling umum digunakan untuk mengukur DSD dari emulsi karena dapat mengukur DSD dari ukuran 0,1 µm sampai 1000 µm. Prinsip dari metode ini, yaitu sinar monokromatik ditembakkan melalui suatu emulsi dan pola difraksi yang dihasilkan diukur menggunakan serangkaian detektor yang peka terhadap cahaya. Untuk mengakuratkan metode ini dalam pengukuran DSD ada dua hal yang sangat penting, yaitu (1) desain sistem optik yang digunakan untuk mengukur pola difraksi yang dihasilkan dari transmisi sinar laser melalui cuvette dan (2) kecanggihan model matematika yang digunakan untuk mengkonversi pola difraksi yang diukur dalam DSD. Jumlah, posisi dan kualitas detektor pada alat ini yang digunakan untuk mengukur ketergantungan sudut sinar laser menentukan keakurasian pola difraksi yang dapat diukur. Semakin besar jumlah detektor, semakin luas area dari sudut yang terukur dan semakin besar sensivitas detektor maka semakin akurat pola difraksi yang dapat diukur [29]. 12
10 Gambar 2.6 Penggunaan Metode Light Scattering untuk Mengukur DSD Nuclear Magnetic Resonance (NMR) NMR merupakan teknik instrumental yang memanfaatkan interaksi antara gelombang radio dan dan inti atom hidrogen untuk memperoleh sifat dari bahan yang diuji. Teknik NMR sudah dikembangkan untuk mengukur distribusi ukuran gelembung dari emulsi dengan ukuran 0,2 dan 100 mikron. Pada dasarnya, sampel yang akan dianalisa ditempatkan dalam static magnetic field gradient dan radio frequency pulses untuk pengaplikasiannya. Pulse akan menyebabkan inti hidrogen pada sampel bergerak hingga mengalami peningkatan energi yang akan menuju ke pendeteksi sinyal NMR. Amplitudo pada sinyal bergantung pada perpindahan inti pada sampel [20]. Pulsed Field gradient (PFG) NMR memiliki keunggulan dibanding metode lainnya yaitu dapat mengukur pada emulsi yang berkonsentrasi dan emulsi yang tidak jernih [27]. 2.4 EMULSI CAIR-CAIR Emulsi terdiri dari 2 fasa cair yang tidak menyatu yaitu antara fasa terdispersi dan fasa kontinu. Fasa yang berperan dalam pembentukan gelembung adalah fasa terdispersi dan fasa kontinu merupakan fasa yang membentuk matriks dimana gelembung tersuspensi [21]. Ada dua jenis tipe emulsi yaitu Air dalam Minyak (A/M) dimana minyak sebagai fasa kontinu yang mengandung gelembung air dan Minyak dalam Air (M/A) dimana gelembung dari minyak terdispersi dalam air [22]. 13
11 Sifat dari emulsi dan penggunaannya pada industri tidak hanya disebabkan oleh variabel seperti suhu ataupun komposisi, tetapi DSD [23]. Pada tangki berpengaduk laju perpindahan massa antara sistem fasa cair-cair tidak hanya bergantung pada dinamika gerak dari dua cairan yang bercampur, tetapi lebih kepada DSD dari gelembung. DSD dapat terbentuk dari pemecahan gelembung ataupun penggabungan gelembung. Pemecahan gelembung terjadi pada aliran turbulent. Penggabungan gelembung tergantung pada frekuensi tumbukan dan effisiensi penggabungan antar gelembung. Semakin besar fraksi fasa terdispersi, maka akan semakin besar tumbukan terjadi [24]. Oil droplet size distribution merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi pemilihan pengolahan air. Minyak dalam air dikenal sebagai reverse emulsion. Apabila emulsi bersifat tidak stabil, maka gelembung minyak akan bergabung ketika antar gelembungnya berdekatan dan membentuk gelembung yang lebih besar, sehingga memecah emulsi. Emulsi yang stabil adalah suspensi dari dua cairan bercampur dengan adanya stabilizer dan agen pengemulsi untuk mempertahankan fasa antar permukaan [25]. Sifat dari emulsi bergantung dari fasa terdispersi dan volume dari fasa kontinu dan fasa terdispersi. Karakteristik dari fasa kontinu berhubungan dengan viskositas dan adanya emulsifier pada permukaan jenis minyak dalam air. Meningkatkan viskositas fasa kontinu maka akan meningkatkan kestabilan dari emulsi. Semakin besar ukuran gelembung dan semakin sedikit volume fasa kontinu, akan membuat emulsi kurang stabil. Jenis dan jumlah emulsifier mempengaruhi ukuran dan distribusi gelembung minyak [26]. Ukuran gelembung yang kecil yang dihasilkan oleh homogenisasi dapat meningkatkan fasa terdispersi. Sebagai akibatnya viskositas semakin meningkat dan penyerapan emulsifier dapat meningkat. Ketidakcukupan emulsifier dalam menyelubungi permukaan gelembung akan menyebabkan coalescence. Pengemulsian juga membutuhkan waktu homogenisasi yang tepat. Intensitas dan lama proses pencampuran tergantung waktu yang diperlukan untuk melarutkan dan mendistribusikannya secara merata [20]. Kerusakan atau destabilisasi emulsi terjadi melalui tiga mekanisme utama yaitu creaming, flocculation dan coalescence. Creaming merupakan proses pemisahan 14
12 yang terjadi akibat terjadi karena gerakan-gerakan ke atas/ke bawah, hal ini terjadi karena gaya gravitasi terhadap fase-fase yang berbeda densitasnya. Flocculation merupakan agregasi dari gelembung. Pada flocculation tidak terjadi pemusatan film antar permukaan sehingga jumlah dan ukuran globula tetap, terjadinya flocculation akan mempercepat terjadinya creaming. Coalescence adalah penggabungan gelembung menjadi gelembung yang lebih besar. Pada tahap ini terjadi pemusatan film antar permukaan sehingga ukuran gelembung berubah [20]. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PRINSIP METODE PENGAPUNGAN ATANG Pada dasarnya prinsip Metode Pengapungan atang pada pengukuran distribusi ukuran gelembung sama dengan pada pengukuran distribusi ukuran partikel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Metode Pengapungan atang (uoyancy Weighing-ar Method) Pada dasarnya prinsip metode pengapungan batang pada pengukuran distribusi droplet sizesama dengan pada pengukuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A II TINJAUAN USTAKA 2.1 RINSI METODE ENGAUNGAN ATANG (UOYANCY WEIGHING-AR METHOD) ada dasarnya distribusi ukuran partikel yang diukur dengan Metode engapungan atang sama dengan yang dipakai pada metode
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN PRAKATA DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRACT
DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii PENGESAHAN iii PRAKATA iv DEDIKASI vi RIWAYAT HIDUP PENULIS vii ABSTRAK viii ABSTRACT ix DAFTAR ISI x DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR LAMPIRAN
Lebih terperinciPEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)
PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang
Lebih terperinciPENENTUAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL TEPUNG TERIGU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGAPUNGAN BATANG (BUOYANCY WEIGHING-BAR METHOD)
ENENTUAN DISTRIUSI UKURAN ARTIKEL TEUNG TERIGU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENGAUNGAN ATANG (UOYANCY WEIGHING-AR METHOD) Rondang Tambun, Nofriko ratama, Ely, Farida Hanum Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciPENENTUAN DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL TEPUNG TERIGU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGAPUNGAN BATANG (BUOYANCY WEIGHING-BAR METHOD)
ENENTUAN DISTRIUSI UKURAN ARTIKEL TEUNG TERIGU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENGAUNGAN ATANG (UOYANCY WEIGHING-AR METHOD) Rondang Tambun, Nofriko ratama, Ely, Farida Hanum Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan
Lebih terperinci4. Emulsifikasi dan homogenisasi
Minggu 4 4. Emulsifikasi dan homogenisasi 4.. Emulsi Emulsi adalah suatu larutan yang terdiri dari fase disperse dan fase continue. Ada dua tipe emulsi yaitu air dalam lemak dan lemak dalam air. Contoh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)
10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Homogenisasi merupakan proses pengecilan ukuran fase terdispersi dalam suatu sistem emulsi. Proses homogenisasi bertujuan untuk menjaga kestabilan sistem emulsi dan mencegah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi KAJIAN EKSPERIMENTAL KECEPATAN PEMISAHAN (VELOCITY CREAMING) BIODIESEL/GLISERIN TERHADAP KONSENTRASI TETESAN (DROPLET CONCENTRATION)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah
Lebih terperinciBAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi
BAB III FLUIDISASI 3.1 FENOMENA FLUIDISASI 3.1.1 Proses Fluidisasi Bila suatu zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel padat pada kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN
LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN L1.1 Flowchart Prosedur Penelitian L1.1.1 Flowchart Prosedur Analisa M-Alkalinity Mulai Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam beaker glass Ditambahkan aquadest hingga volume
Lebih terperinciPRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS
Lebih terperinciPR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)
PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciLABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK
LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor Dalam operasi penambangannya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor menggunakan metoda penambangan cut and fill. Material pengisi (filling material)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciD. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan
1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,
Lebih terperinciMATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM
MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban
Lebih terperinciMATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM
MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1. 2 Tujuan Percobaan
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pada industri kimia proses pemisahan sangat diperlukan, baik dalam penyiapan umpan ataupun produk. Umumnya memisahkan dari campuran produk yang keluar dari reaktor. Berbagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciD. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan
1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,
Lebih terperinci1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A
PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciVI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium
VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan
Lebih terperinciBAB II MIXING APARATUS
BAB II MIXING APARATUS 2.1. Tujuan Percobaan - Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap angka Frounde pada air dan minyak kelapa - Mengetahui hubungan antara bilangan Reynold (N Re ) terhadap
Lebih terperinciLEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR SIMBOL
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR SIMBOL... xii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam
Lebih terperinciMODUL 1.05 FLUIDISASI. Oleh : Ir. Agus M. Satrio, M.Eng
ODU 1.05 FUIDISASI Oleh : Ir. Agus. Satrio,.Eng ABORATORIU OPERASI TEKNIK KIIA JURUSAN TEKNIK KIIA UNIVERSITAS SUTAN AGENG TIRTAYASA CIEGON BANTEN 008 odul 1.05 FUIDISASI 1. Pendahuluan Fluidisasi merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciPRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diperkenalkan oleh Kao dan Hockham bahwa serat optik dapat digunakan pada sistem komunikasi, metode modulasi cahaya pada serat optik telah banyak diinvestigasi.
Lebih terperinciWusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto
Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan Kadar Air Pada pengukuran inframerah dari pelumas ini bertujuan untuk membandingkan hasil spektra IR dari pelumas yang bebas air dengan pelumas yang diduga memiliki
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciFISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.
1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
4 HSIL PERCON DN HSN Parameter dalam proses emulsifikasi penguapan pelarut yang mempengaruhi ukuran partikel, potensial zeta, sifat hidrofil dan pengisian obat meliputi: (i) Intensitas dan durasi homogenisasi;
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian
Lebih terperinciLaporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN
Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai
Lebih terperinciFORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI
BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 April 2017 di
30 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 April 2017 di Laboratorium Makromolekul dan Laboratorium Polimer, Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PARAMETER KRITIS Pada tahap ini bertujuan untuk menentukan parameter mutu kritis yang cenderung berpengaruh terhadap umur simpan orange emulsion flavor. Sebelum penyimpanan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah
Lebih terperinciBab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi
Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi II.1 Gambaran Umum Model Pada bab ini, kita akan merumuskan model matematika dari masalah ketidakstabilan lapisan fluida tipis yang bergerak
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA SMA/MA
A TRYOUT UJIAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 204/205 FISIKA Hasil Kerja Sama dengan 2 Mata Pelajaran : Fisika Jenjang : SMA/MA MATA PELAJARAN Hari, tanggal : Rabu, April
Lebih terperinciFisika UMPTN Tahun 1986
Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciBab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian III.1 Flowchart Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini dijelaskan pada flowchart Gambar III.1. Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras
Lebih terperinciLaporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi fluid jernih (supernatant) dan slurry yang mengandung padatan jauh lebih tinggi.larutan suspensi terdiri
Lebih terperinciJl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281, Indonesia ABSTRAK
Pengaruh Tegangan Permukaan Terhadap Fraksi Liquid (Liquid Hold-Up) dan Kecepatan Gelombang Aliran Cincin (Annular flow) Cair-Gas Pada Pipa Horisontal sebagai Aplikasi Aliran Fluida pada Pipa PRASETYO
Lebih terperinciMIKROMERITIK. Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Twitter: Dhadhang_WK Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan 6/19/2013
1 MIKROMERITIK Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Twitter: Dhadhang_WK Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan 2 Mikromeritik dan Dispersi Kasar Partikel Bentuk partikel Ukuran partikel
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciMODUL 1.06 SEDIMENTASI
MODUL 1.06 SEDIMENTASI Oleh : Didit A. Sigit LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.06 SEDIMENTASI I. Tujuan Praktikum :
Lebih terperinciFISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )
No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul
Lebih terperinciRumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan
Lebih terperinciLampiran 1. Tata letak Pabrik Firmenich Indonesia
LAMPIRAN 56 Lampiran 1. Tata letak Pabrik Firmenich Indonesia 57 Lampiran 2. Skema Pembuatan Flavor Emulsi Air dimineralisasi Pelarut Bahan baku (cair) Bahan baku (bubuk) Mulai Persiapan bahan Penimbangan
Lebih terperinciSUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.
SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari
Lebih terperinciGambar 1 Open Kettle or Pan
JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciIntegral yang berhubungan dengan kepentingan fisika
Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai
Lebih terperinciLATIHAN UJIAN NASIONAL
LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinciTEKNOLOGI AEROSOL Gerak Brown & Difusi. Prof. Heru Setyawan, Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS
TEKNOLOGI AEROSOL Gerak Brown & Difusi Prof. Heru Setyawan, Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS Koefisien Difusi Gerak Brown: gerak berkelak-kelok tak beraturan partikel aerosol dalam udara diam yang disebabkan
Lebih terperinciXpedia Fisika. Soal Fismod 2
Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas
Lebih terperinci350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2
Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3
Lebih terperinciPAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012
Lebih terperinciFISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M
FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM
Lebih terperinciUJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!
SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektivnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam prose situ. Pengadukan (agitation) menunjukkan
Lebih terperinci3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas
Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang
Lebih terperinciSimulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair
Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng
Lebih terperinciMinggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)
Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan ST MT Team Teaching: Ir. Chandra Hassan Dip.HE, M.Sc Pengantar Fluida Hidrolika Hidraulika merupakan satu topik
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi
BAB II TEORI DASAR 2.1 Korosi Korosi didefinisikan sebagai pengrusakkan atau kemunduran suatu material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada metal, korosi dapat dijelaskan sebagai
Lebih terperinciPRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA CONDENSING VAPOR
Lebih terperinciLatihan Soal UN Fisika SMA. 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 C. ML-1T-2 D. ML2 T-2 E. ML-2T-2
Latihan Soal UN Fisika SMA 1. Dimensi energi potensial adalah... A. MLT-1 B. MLT-2 ML-1T-2 ML2 T-2 ML-2T-2 2. Apabila tiap skala pada gambar di bawah ini = 2 N, maka resultan kedua gaya tersebut adalah...
Lebih terperinci