BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung dalam air. Tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan. Dan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan. Kuantitas relatif suatu zat terlarut dalam larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Juga dalam beberapa hal konsentrasi juga menentukan hasil reaksi yang terbentuk. Untuk meramalkan sifat larutan, tidak dapat langsung dari sifat komponen penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model larutan sebagai standar untuk mengungkapkan hubungan antara komposisi dengan sifat larutan. Dalam pembentukan larutan apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi gaya tarik-menarik antar molekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut. Selain itu juga terdapat gaya tarik di dalam molekul (intramolekul) itu sendiri yang menyebabkan molekul atau ionnya masih tetap bersatu. Alasan dilakukannya pembuatan larutan ini untuk pereaksi atau sebagai reagent. Pembuatan larutan ini juga didasari untuk pembuatan larutan standar atau larutan pereaksi. Pembuatan larutan standar biasanya dibutuhkan dalam analisa kuantitatif atau larutan pereaksi biasanya sebagai reagent untuk sutu metode analisa percobaan. Disamping itu pembuatan larutan ini bertujuan untuk membuat larutan yang baru dan menggantikan larutan yang lama atau yang telah kadaluarsa (tidak layak pakai). 1

2 1.2 Tujuan Percobaan - Untuk mengetahui sifat-sifat pada larutan - Untuk mengetahui reaksi apa yang terjadi pada saat pembuatan larutan - Untuk mengetahui jenis-jenis konsentrasi pada larutan 2

3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam (satu fasa) sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Dalam campuran heterogen permukaanpermukaan tertentu dapat diamati antara fase-fase yang terpisah. Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut sebagai pelarut (solven). Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat sedikit disebut zat terlarut (solut). Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau zat terlarut tergantung komposisinya. Misalnya, dalam alkohol 70% (70:30), maka alkohol merupakan pelarut dan air sebagai zat terlarut. Sedangkan dalam keadaan yang sukar ditentukan seperti alkohol 50% (50:50), karena jumlah kedua zat dalam larutan sama, maka baik alkohol maupun air dapat dianggap pelarut atau zat terlarut. Untuk campuran zat padat dalam air sirup 60% (60:40), kebanyakan orang memilih air sebagai pelarut karena air tetap mempertahankan keadaan fisiknya dan gula sebagai zat terlarut karena berubah keadaan fisiknya. Pada umumnya larutan yang dimaksud adalah campuran yang berbentuk cair, meskipun ada juga yang berfase gas maupun padat. Larutan yang berbentuk gas adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai jenis gas seperti nitrogen dan oksigen. Sedangkan yang berbentuk padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran homogen dari emas dengan perak atau logam lain. Dalam pembentukan larutan apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi gaya tarik-menarik antar molekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut. Selain itu juga terdapat gaya tarik di dalam molekul (intramolekul) itu sendiri yang menyebabkan molekul atau ionnya masih tetap bersatu. 3

4 Dua senyawa dapat bercampur (miscible) lebih mudah bila gaya tarik antara molekul solut dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tarik ini ditentukan oleh jenis ikatan pada masing-masing molekul. Bila gaya tarik antara molekulnya termasuk dalam kelompok yang sama (misalnya : air dan etanol), maka keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik antara molekulnya berbeda jenis (misalnya : air dan heksana), maka tidak saling melarutkan. Pada pembentukan larutan antara air dan etanol (alkohol), maka keduanya saling melarutkan dalam berbagai perbandingan. Baik molekul air maupun alkohol masing-masing antara molekulnya terjadi interaksi yang begitu kuat berdasarkan ikatan Hidrogen. Ketika keduanya dicampur, maka tidak ada halangan bagi keduanya untuk saling menggantikan. Kedua zat akhirnya mudah untuk bercampur. Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan like dissolves like, yaitu jika molekul solute dan pelarut mirip, maka akan mudah bagi keduanya untuk saling menggantikan sehingga mudah untuk bercampur. Secara umum, terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa non polar untuk larut dalam pelarut yang bersifat non polar, dan senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Suatu zat dikatakan tak larut (insoluble), jika zat tersebut larut sangat sedikit, misalnya kurang dari 0,1 gr zat terlarut dalam 1000 gr pelarut. Kebanyakan zat padat yang terbentuk dengan ikatan kuat seperti logam-logam, kaca, plastik, batuan silikat, dan mineral praktis tidak larut dalam cairan biasa. Bila dua cairan tak dapat larut sama satu sama lain, maka keduanya dikatakan tak dapat campur (immiscible). Contohnya air dan minyak. Molekul-molekul lain dapat larut baik dengan air bila sama-sama bersifat polar atau ionik. Paling tidak molekul tersebut harus mempunyai atom Hidrogen yang terikat pada atom yang sangat elektronegatif (F, O, dan N) seperti asam florida (HF), amoniak (NH 3 ) dan etanol (C 2 H 5 OH). Pada proses terbentuknya larutan, selalu terjadi dua hal yang bersamaan. Pertama, molekul solute terpisahkan atau terjadi penguraian dimana prosesnya 4

5 membutuhkan energi (endotermik). Kedua, molekul solut bergabung dengan molekul pelarut dengan melepaskan energi (eksotermik). Penggabungan molekul pelarut dengan molekul solut untuk membentuk gugusan (agregat), sehingga molekul-molekul pelarut menyelubungi molekul solut disebut solvasi. Jika pelarutnya air, proses itu disebut hidrasi. Untuk melarut suatu kristal zat berion membutuhkan energi yang disebut energi kisi, yaitu energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan antara ion positif dan negatif. Jadi penguraian kristal merupakan proses endoterm. Sedangkan proses hidrasi (solvasi) termasuk eksoterm, karena terjadinya pembentukan ikatan antara ion-ion yang terhidrasi dengan molekul pelarut melepaskan energi. Pada kebanyakan larutan garam seperti KCl, KBr, dan KI energi kisi lebih besar daripada energi hidrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan merupakan hubungan kelarutan, diantaranya : 1. Kelarutan Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalnya dalam 100 ml pelarut. Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan dapat membentuk larutan lewat jenuh yang ditandai masih terdapatnya zat yang tidak larut di dasar wadah setelah dilakukan pengocokan dan didiamkan. 2. Larutan Jenuh Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. 3. Larutan Tak Jenuh dan Lewat Jenuh 5

6 Larutan tak jenuh (unsaturated) adalah suatu larutan yang mengandung jumlah solut dalam lebih sedikit (encer) daripada larutan jenuhnya. Sedangkan larutan lewat jenuh (supersaturated), mengandung solut labih banyak (pekat) daripada yang ada dalam larutan jenuhnya pada suhu sama. Daya larut cairan dalam cairan lain sangat berbeda-beda mulai dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, sampai tidak bercampur sama sekali. Demikian pula zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna sampai dengan yang tidak larut. Kelarutan zat selain bergantung dari sifat solut dan pelarutnya juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Pengaruh suhu pada kelarutan zat berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat bertambah dengan naiknya suhu. Karena kebanyakan proses pembentukan larutannya bersifat endoterm. Sebagai perkecualian ada beberapa zat yang kelarutannya menurun dengan naiknya suhu seperti CeSO 4 (Cesium Sulfat) dan Na 2 SO 4 (Natrium Sulfat) karena proses pelarutannya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang hampir tidak dipengaruhi oleh suhu seperti NaCl (natrium klorida) Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kelarutan suatu zat cair atau zat padat dalam pelarut cair. Tetapi kelarutan gas selalu bertambah dengan bertambahnya tekanan. Suatu minuman yang mengandung karbonat, dibotolkan dengan tekanan tinggi dibawah 3,4 atm supaya CO 2 yang larut di dalamnya besar. Jika tutup botol dibuka tekanan di dalam botol turun sampai 1 atm dan gelembung CO 2 lepas. Ini menunjukkan kelarutan CO 2 turun dengan turunnya tekanan tersebut. Secara kuantitatif pengaruh tekanan pada kelarutan gas dinyatakan oleh William Henry (1804), yang dikenal dengan Hukum Henry. kelarutan suatu gas dalam larutan cair, berbanding lurus dengan tekanan gas di atas larutan tersebut. Secara sistematis ditulis : Cg = kg Pg dimana : 6

7 Cg = konsentrasi atau kelarutan gas dalam cairan Kg = Tetapan Henry Pg = Tekanan parsial gas Dari persamaan diatas, kelarutan gas pada tekanan tertentu dapat dihitung. Bila kelarutan gas pada tekanan, sebelumnya diketahui. Sifat-sifat fisik larutan ditentukan oleh konsentrasi dari berbagai komponennya. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi (pekat). Sebaliknya jika mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah (encer). Terdapat beberapa cara yang umum dipakai dalam menyatakan konsentrasi larutan, yaitu : 1. Persen berat (% berat/berat) Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Persen berat biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen yang berupa zat padat. Persen berat (%b/b) = gr zat terlarut 100% gr laru tan 2. Persen Volume (% volume/volume) Persen volume adalah jumlah volume (ml) zat terlarut dalam 100 ml larutan. Persen volume biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen berupa zat cair atau gas. Persen Volume (%v/v) = ml zat terlarut ml laru tan 100% 3. Persen Berat per volume (% b/v) 7

8 Persen berat per volume menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 ml larutan. Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan kadar zat padat dalam suatu cairan atau gas. gram zat terlarut 100% ml laru tan Persen berat volume (% b/v) = Persen berat sering digunakan, karena tidak tergantung pada suhu larutan yang dijumpai dalam perdagangan biasanya dinyatakan dalam satuan persen berat. 4. Bagian per sejuta (bpj/ppm) Bagian per sejuta (bpj) atau part per million (ppm) adalah satu bagian zat terlarut dalam satu juta bagian larutan. Satuan ppm sering dipakai untuk menyatakan konsentrasi zat yang sangat kecil dalam larutan gas, cair, atau padat. 1 1mg zat terlarut ppm 1 L laru tan 5. Molalitas (m) Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gr (1 kg) zat pelarut. Satuan molal pada suhu dan biasanya digunakan untuk menyatakan banyaknya partikel zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut. mol zat terlarut m kg pelarut atau m W BM 1000 P 6. Fraksi Mol Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan. Jika dalam larutan terdapat n 1 mol zat A dan n 2 mol zat B, maka fraksi mol (X) masing-masing zat dirumuskan : X A n n n 1 dan X B n2 n n 1 2 8

9 Hubungan fraksi mol kedua zat dalam larutan, berlaku : X A X B 1 7. Normalitas (N) Normalitas adalah jumlah gram ekuivalen (gr ek) zat terlarut dalam satu liter larutan. Satuan konsentrasi normalitas sering digunakan untuk analisa volumetri terutama dalam reaksi-reaksi asam-basa dan reduksi-oksidasi (redoks). Jika W gram senyawa asam-basa dilarutkan dalam V ml larutan maka: N W BE 1000 BE V dengan Hubungan normalitas (N) dengan larutan yang mempunyai konsentrasi K% dan kerapatan (BJ), berlaku : BM a N k BJ 10 BM 8. Molaritas (M) Molaritas adalah jumlah mol dibagi volume 1 liter larutan. Satuan konsentrasi ini juga banyak digunakan, pada umumnya satuan ini digunakan dalam pembuatan reagent. mol M L atau M gr / Mr At L 9

10 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Neraca Analitik - Labu Takar 100 ml - Pipet Tetes - Pipet ukur 10 ml - Batang Pengaduk - Gelas kimia 100 ml - Corong kaca - Beaker glass 100 ml - Kaca arloji - Spatula Bahan-bahan - NH 4 Cl - CH 3 COONa - HCl - Aquades 3.2 Prosedur Percobaan A. Pembuatan Larutan NH 4 Cl 0,1M - Ditimbang dengan tepat 0,27 gram NH 4 Cl, lalu dipindahkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquadest - Diaduk hingga larut sempurna sampai homogen 10

11 - Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan menggunakan corong kaca - Dibilas beaker glass, batang pengaduk, dan corong kaca dimana labu ukur tersebut dimasukkan hasil bilasan aquadest tersebut - Dimasukkan aquadest sampai tanda batas labu ukur dan ditutup dan diguncang hingga homogen - Diamati larutan tersebut B. Pembuatan Larutan CH 3 COONa 0,1M - Ditimbang dengan tepat 0,41 gram CH 3 COONa, lalu dipindahkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquadest - Diaduk hingga larut sempurna sampai homogen - Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan menggunakan corong kaca - Dibilas beaker glass, batang pengaduk, dan corong kaca dimana labu ukur tersebut dimasukkan hasil bilasan aquadest tersebut - Dimasukkan aquadest sampai tanda batas labu ukur dan ditutup dan diguncang hingga homogen - Diamati larutan tersebut C. Pembuatan Larutan HCl 0,01M - Dimasukkan aquadest secukupnya ke dalam labu ukur 100 ml - Dipipet 5 ml HCl 0,1M menggunakan pipet ukur, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml - Ditambahkan aquadest hingga tanda tera pada labu ukur - Diamati larutan tersebut 11

12 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan No Perlakuan Hasil Pengamatan 1 - Ditimbang 0,27 gr 2 NH 4 Cl, dimana 0,27 gr NH 4 Cl didapat dari : gr 1000 M Mr V gr ,1 53,5 50 gr 0,27 - Masukkan padatan NH 4 Cl ke dalam beaker glass, lalu tambah aquades - Aduk hingga larut sempurna dan amati - warna tetap bening - reaksi endoterm - tak ada endapan - tak berbau - Ditimbang 0,41 gr CH 3 COONa, dimana 0,41 gr CH 3 COONa didapat dari : gr 1000 M Mr V gr , gr 0,41 - Masukkan padatan - warna tetap bening 12

13 No Perlakuan Hasil Pengamatan CH 3 COONa ke dalam beaker glass, lalu tambah aquades - - reaksi endoterm tak ada endapan - Aduk hingga larut - tak berbau 3 sempurna dan amati - Hitung volume HCl 0,1M yang diperlukan untuk membentuk HCl 0,01M dalam 50 ml - Masukkan larutan HCl ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml - Tuangkan larutan HCl 50 ml ke dalam labu takar dan tambahkan aquades sampai tanda garis lalu dihomogenkan - larutan homogen - reaksi eksoterm - tak berbau - larutan berwarna bening 4.2 Perhitungan 1) Menghitung massa NH 4 Cl 0,1M, V=50 ml Dik: M = 0,1M Dit: Jawab : V = 50 ml = 0,05 l Mr NH 4 Cl = 53,5 gr? mol M L gr / Mr 0,1 L gr / 53,5 0,1 0,05 13

14 0,1 0,1 gr gr 1 53,5 0,05 gr 2,675 0,1. 2,675 0,27 gram 2) Menghitung massa CH 3 COONa 0,1M, V=50 ml Dik: M = 0,1M Dit: Jawab : V = 50 ml = 0,05 l Mr CH 3 COONa = 82 gr? mol M L gr / Mr 0,1 L gr / 82 0,1 0,05 0,1 gr 4,1 gr 0,41 gram 3) Menghitung volume HCl 0,1M yang diperlukan untuk membentuk HCl 0,01M dalam 50 ml Dik: M 1 = 0,1M M 2 = 0,01M V 2 = 50 ml Dit: V 1 =? Jawab : 14

15 V1. M 1 V2. M 2 n. 0, ,01 n 5ml 4.4 Pembahasan Larutan adalah campuran homogen antar dua zat atau lebih zat yang berbeda jenis dan tersusun dari zat terlarut (solut) dan pelarutnya (solvent). Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau zat terlarut tergantung komposisinya. Di dalam larutan terdapat reaksi, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Yang dimaksud reaksi endoterm ialah reaksi yang menyerap energi atau kalor dari lingkungan ke dalam sistem atau ke dalam larutan tersebut, sedangkan reaksi eksoterm ialah reaksi yang mengeluarkan energi atau kalor dari dalam sistem atau larutan ke lingkungan. Suatu larutan dapat dikelompokkan berdasarkan fase atau komposisinya. Larutan homogen ialah larutan yang komposisinya seragam sehingga tidak dapat diamati komponen-komponen penyusunnya sedangkan larutan heterogen ialah larutan yang permukaan-permukaan tertentunya dapat diamati antara fase-fase yang terpisah. Dalam larutan, jumlah zat terlarut terhadap pelarutnya mempunyai tingkat kepekatan. Tingkat kepekatan larutan ini disebut konsentrasi larutan. Macammacam konsentrasi larutan ialah persen berat, molalitas, fraksi mol, persen mol, molaritas, normalitas, persen berat, dan persen berat/volume. Persen berat ialah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Molalitas ialah adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gr (1 kg) zat pelarut. Fraksi mol ialah perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan. Persen mol ialah jumlah mol dalam setiap 100 gram pelarut. Molaritas ialah jumlah mol dibagi volume satu liter larutan. Normalitas ialah jumlah gram ekuivalen (gr ek) zat terlarut dalam satu liter larutan. Persen berat ialah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Persen berat/volume ialah banyaknya gram zat terlarut dalam 100 ml larutan. 15

16 Di samping itu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya harus distandarisasi agar konsentrasi larutan dapat diketahui secara pasti agar penggunaannya dalam analisis, hasilnya lebih akurat dan teliti. Biasanya, penggunaan larutan standar digunakan pada analisa kuantitatif yaitu analisa volumetri, analisa instrumental yang modern dan lainnya. Pada analisa tersebut harus menggunakan larutan standar. Larutan standar terdiri dari larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Yang dimaksud larutan standar primer ialah larutan yang konsentrasinya tetap dan tidak berubah-ubah sehingga tidak perlu distandarisasi lagi sedangkan larutan standar sekunder ialah larutan yang konsentrasinya tidak tetap dan dapat berubah-ubah sehingga larutan ini jika akan digunakan harus distandarisasi terlebih dahulu. Pada pembuatan larutan, khususnya dalam pelarutan mulai dari pengadukan pada beaker glass, harus diaduk hingga homogen ini bertujuan untuk meratakan zat terlarut agar semuanya dapat terlarut dengan sempurna pada aquadest. Pembilasan beaker glass, batang pengaduk harus dilakukan secara hatihati agar hasil bilasan tidak tumpah ke luar karena hal ini dapat mengurangi ketepatan konsentrasi larutan tersebut. Dalam pemindahan larutan ini dari beaker glass ke dalam labu ukur harus menggunakan corong kaca. Kemudian penambahan aquadest hingga tanda garis harus dilakukan secara teliti dan hatihati agar tidak melewati tanda garis. Pengocokan dan penghomogenan larutan pada labu ukur harus dilakukan dengan benar, dengan menutup menggunakan tutup labu ukur yang sesuai. Fungsi larutan NH 4 Cl, CH 3 COONa, dan HCl yang dibuat mempunyai banyak fungsi dalam analisa tertentu pada suatu percobaan. NH 4 Cl yang berasal dari hasil reaksi basa lemah dan asam kuat merupakan garam. Biasanya digunakan sebagai pereaksi saja. CH 3 COONa yang berasal dari hasil reaksi asam lemah dan basa kuat juga merupakan garam. Biasanya juga digunakan sebagai pereaksi saja. Sedangkan HCl berfungsi sebagai asam kuat, dan paling banyak dibutuhkan dalam suatu analisa baik volumetri, gravimetri, kation dan anion, analisis instrumental modern dan masih banyak fungsi lainnya yang dipunyai oleh 16

17 HCl. Disamping itu HCl juga digunakan sebagai zat pelarut dalam suatu analisa tertentu. Fungsi dari masing-masing alat ialah neraca analitik, labu takar 100 ml, pipet tetes, pipet ukur 10 ml, batang pengaduk, gelas kimia 100 ml, corong kaca, beaker glass dan cawan timbang. Fungsi dari neraca analitik adalah tempat untuk menimbang suatu sample yang akan ditimbang dalam hal ini untuk mengetahui dan mendapatkan bobot sampel yang akan ditimbang. Labu takar berfungsi untuk tempat menerakan atau menempatkan volume hingga tanda garis, labu takar merupakan alat terakhir yang digunakan dalam pembuatan larutan, biasanya dalam labu takar ini juga sebagai tempat penghomogenan larutan. Penggunaan labu takar harus disesuaikan dengan volume larutan yang akan dipakai atau digunakan. Fungsi dari pipet tetes ialah alat untuk menambahkan volume aquadest hingga tanda garis, dalam hal ini ialah pembuatan larutan pada labu takar. Fungsi dari pipet ukur ialah alat untuk mengambil volume tertentu larutan senyawa yang akan dibuat, volume yang diambil harus disesuaikan dengan kebutuhan. Fungsi dari batang pengaduk ialah alat untuk mengaduk dan menghomogenkan larutan. Fungsi dari gelas kimia dan beaker glass ialah sebagai wadah atau tempat penghomogenan larutan menggunakan batang pengaduk tadi. Dapat juga digunakan sebagai wadah aquadest. Fungsi corong ialah alat untuk memindahkan larutan dari beaker glass ke dalam labu takar agar mempermudah pemindahan tersebut. Dalam hal ini bertujuan untuk menghindari adanya pengurangan volume akibat tumpahnya larutan sehingga digunakan corong untuk mempermudah pemindahan larutan. Fungsi kaca arloji ialah sebagai wadah atau tempat sampel yang digunakan pada saat penimbangan. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil suatu volume larutan tertentu dalam bentuk tetesan. 17

18 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa: - Dalam larutan mempunyai sifat homogen dan heterogen. Larutan homogen ialah larutan yang komponennya tidak dapat terlihat lagi, dimana fase dispersi dan fase terdispersinya tidak dapat dibedakan. Larutan heterogen ialah larutan yang komponennya masih terlihat antara fase dispersi dan fase terdispersinya. Dalam praktikum ini larutan NH 4 Cl, CH 3 COONa, dan HCl merupakan larutan homogen. - Dalam pembuatan larutan terjadi reaksi endoterm dan reaksi eksoterm. Reaksi endoterm ialah reaksi yang menyerap energi atau kalor dari lingkungan ke dalam sistem, reaksi eksoterm ialah reaksi yang melepas kalor atau energi dari dalam sistem atau larutan ke lingkungan. Dalam praktikum ini yang termasuk reaksi endoterm ialah pembuatan larutan NH 4 Cl dan CH 3 COONa sedangkan yang termasuk reaksi eksoterm ialah pembuatan larutan HCl - Dalam larutan terdapat macam-macam konsentrasi misalnya molaritas dan normalitas. Dalam hal ini juga terdapat macam-macam konsentrasi larutan yang dipakai dalam suatu analisa tertentu atau pada metode tertentu, 18

19 misalnya persen berat, persen volume, persen berat per volume, bagian per sejuta (ppm), molalitas (m), dan fraksi mol (x). 5.2 Saran Dalam percobaan ini saya mempunyai saran bahwa : - Dalam pembuatan larutan yaitu pada saat pemipetan larutan hendaknya menggunakan pipet gondok atau pipet volume. Agar volume yang dipipet tepat dan akurat, pipet gondok dan pipet volume disesuaikan dengan kebutuhan volume larutan yang akan dipipet. - Lebih berhati-hati lagi dalam pembuatan larutan, terutama dalam penambahan aquadest hingga tanda garis. 19

20 DAFTAR PUSTAKA Sadiono, Sri Kimia Fisika. Intan Pariwara : Yogyakarta Stryer, Lubert Biokimia. Buku Kedokteran EGC : Jakarta Yasid, Estien Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta 20

Larutan dan Konsentrasi

Larutan dan Konsentrasi Larutan dan Konsentrasi Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami konsep larutan Mahasiswa memahami konsep perhitungan konsentrasi Pentingnya perhitungan konsentrasi Pentingnya memahami sifat larutan dan

Lebih terperinci

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. LARUTAN Larutan merupakan campuran yang homogen,yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

Sifat Dasar Larutan Kelarutan Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan

Sifat Dasar Larutan Kelarutan Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan 2. LARUTAN 1. Sifat Dasar Larutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia

Laporan Praktikum Kimia Laporan Praktikum Kimia Membuat Larutan Na2S2O3( Natriumthiosulfat) disusun oleh: Natasya Octavia Indrawan ( 20 ) Kelas: XI IPA 1 SMA MARDI YUANA BOGOR Jl Siliwangi No. 50 Sukasari 2012-2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi Larutan Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 02-05-2009 Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan

Lebih terperinci

Amin Fatoni, M.Si 2008

Amin Fatoni, M.Si 2008 Amin Fatoni, M.Si 2008 Massa rumus (Mr) = massa molekul = bobot molekul (BM) merupakan penjumlahan dari massa atom penyusun-penyusunnya Contoh: Air - H 2 O 1 atom Oksigen 2(1.0079 u) + 15.9994 u = 18.0152

Lebih terperinci

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha Modul Praktikum Nama Pembimbing Nama Mahasiswa : Kimia Fisik : Bapak Drs.Budi Santoso, Apt.MT : 1. Azka Muhammad Syahida 2. Eveline Fauziah 3. Fadil Hardian 4. Fajar Nugraha Tanggal Praktek : 21 Semptember

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia.

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia. Stoikiometri Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia. Bilangan Avogadro Stoikometri: pengukuran kuantitatif sehingga perlu

Lebih terperinci

pengenceran larutan PENDAHULUAN

pengenceran larutan PENDAHULUAN pengenceran larutan PENDAHULUAN Latar belakang Larutan baku atau larutan standar y.i larutan yang konsentrasinya sudah diketaui dengan pasti. Untuk mengetahui konsentrasinya larutan tersebut harus dibakukan

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

BAB II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

BAB II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN ELAS ELOMPO 4 TUJUAN: BAB II PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu A. PRE-LAB 1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

A. Pengertian larutan B. Jenis-jenis larutan C. Sifat larutan

A. Pengertian larutan B. Jenis-jenis larutan C. Sifat larutan A. Pengertian larutan Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa

Lebih terperinci

L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd

L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id LARUTAN Zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt LARUTAN Larutan sejati didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen,

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc STOIKIOMETRI LARUTAN Andian Ari Anggraeni, M.Sc A.1. MASSA ATOM RELATIF (A r ) DAN MASSA MOLEKUL RELATIF (M r ) Dari percobaan diketahui bahwa perbandingan massa hidrogen dan oksigen dalam air adalah 1

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut. STOIKIOMETRI Istilah STOIKIOMETRI berasal dari kata-kata Yunani yaitu Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). STOIKIOMETRI akhirnya mengacu kepada cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

Sifat-sifat Fisis Larutan

Sifat-sifat Fisis Larutan Chapter 7a Sifat-sifat Fisis Larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut. 13.1

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri? yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume. 1 Macam Analisa Volumetri 1. Gasometri adalah volumetri

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.

Lebih terperinci

HUKUM RAOULT. campuran

HUKUM RAOULT. campuran HUKUM RAOULT I. TUJUAN - Memperhatikan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran - Memperlihatkan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran II. TEORI Suatu larutan dianggap bersifat

Lebih terperinci

VISIT MY WEBSITE : KLIK AJA LINKNYA SOB http://dionlegionis.blogspot.com/search/label/education%20mipa http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kodok-beranak-darisulawesi.html http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/download-pdf-statistika-datatunggal.html

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN. Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN. Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PEMBUATAN LARUTAN Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd Oleh : Nama : SITI AZIZAH Nim : 1413162042 Kelas : Biologi A Kelompok

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA NAMA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C4 07 017 KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN : II : PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA ASISTEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Stoikhiometri : dan metron = mengukur. Membahas tentang : senyawa) senyawa (stoikhiometri. (stoikhiometri. reaksi)

Stoikhiometri : dan metron = mengukur. Membahas tentang : senyawa) senyawa (stoikhiometri. (stoikhiometri. reaksi) STOIKHIOMETRI Stoikhiometri : Dari kata Stoicheion = unsur dan metron = mengukur Membahas tentang : hub massa antar unsur dalam suatu senyawa (stoikhiometri senyawa) dan antar zat dalam suatu reaksi (stoikhiometri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

KIMIA DASAR. Ashfar Kurnia, M.Farm., Apt.

KIMIA DASAR. Ashfar Kurnia, M.Farm., Apt. KIMIA DASAR Ashfar Kurnia, M.Farm., Apt. ILMU KIMIA Kimia Ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang MATERIyang meliputi: Struktur materi Susunan materi Sifat materi Perubahan materi Energi yang menyertai

Lebih terperinci

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 1. Jika gas belerang dioksida dialirkan ke dalam larutan hidrogen sulfida, maka zat terakhir ini akan teroksidasi menjadi... A. S B. H 2 SO 3 C. H 2 SO 4 D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. 1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Purwanti Widhy H, M.Pd

STOIKIOMETRI. Purwanti Widhy H, M.Pd STOIKIOMETRI Purwanti Widhy H, M.Pd widhy_ipauny@yahoo.com Menentukan jumlah partikel dan jumlah mol Jumlah molx(n) = jumlah partikelx L 1 mol = L partikel L= bilangan avogadro (6.02 x 10 23 /mol)

Lebih terperinci

Senyawa Polar dan Non Polar

Senyawa Polar dan Non Polar Senyawa Polar dan Non Polar Senyawa polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

VOLUMETRI / TITRIMETRI

VOLUMETRI / TITRIMETRI VLUMETRI / TITRIMETRI Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi A. PILIHAN GANDA 1. Molekul oksigen atau O2 merupakan lambang dari partikel a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur 2. Di antara zat berikut yang merupakan unsur ialah... a. Air

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI A. PRAKTIKAN Nama : CHICI WULANDARI NIM : P07 134 012 007 B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan : Menghitung Jumlah Sisa Klor dalam Air PAM b. Waktu : Senin, 6 Januari

Lebih terperinci

Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma).

Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma). Bab 3 1. Apakah yang dimaksud dengan Ar dan Mr? 2. Apakah yang dimaksud dengan mol? 3. Bagaimana cara mencari mol jika diketahui massa zat, volume (dalam STP), dan jumah molekul/partikelnya? 4. Berapa

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan A. PENDAHULUAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi larutan. Sifat koligatif terdiri dari

Lebih terperinci

Kadar Zat dalam Campuran

Kadar Zat dalam Campuran 55 Kadar Zat dalam Campuran 1. Persen Massa (% massa) Persen massa menyatakan bagian massa komponen dalam 100 bagian massa campuran. Atau Massa (gram) zat terlarut dalam 100 gram larutan. Menentukan rumus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1 BAB I STOIKHIOMETRI 1.1 PENDAHULUAN Setiap zat, unsur, senyawa dalam kimia mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memerikan suatu reaksi kimia adalah dengan menuliskan rumus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU

BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU 1. Kenaikan Titik Didih Titik didih suatu zat cair adalah: suhu pada suatu tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama dengan tekanan luar.

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5 Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah... A. NH 4 Cl C. K 2 SO 4 D. CH 3 COONa E. CH 3 COOK Yang tidak mengalami peristiwa hidrolisis adalah garam yang berasal

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Yang diampu oleh Bapak Ridwan Joharmawan & Bapak Ida Bagus Suryadharma OLEH KELOMPOK 7 1. LAILATUL ILMIYAH* (150332605145) 2. RR. DEWI AYU ANJANI

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Buku Teks Kimia SMA Kelas X 1. Identitas Buku Teks Kimia SMA Kelas X Buku yang menjadi obyek penelitian peneliti adalah buku teks kimia SMA kelas X jilid 1 materi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA. Disusun oleh : Anna I. S. Purwiyanto, M.Si

MODUL PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA. Disusun oleh : Anna I. S. Purwiyanto, M.Si MODUL PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA Disusun oleh : Anna I. S. Purwiyanto, M.Si PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat!

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat! Petunjuk : 1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat! 2. Soal Teori ini terdiri dari dua bagian: A. 30 soal pilihan Ganda : 60 poin B. 5 Nomor

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA. 17 Oktober Muhammad Rusdil Fikri UIN JAKARTA. Abstrak

REAKSI KIMIA. 17 Oktober Muhammad Rusdil Fikri UIN JAKARTA. Abstrak REAKSI KIMIA 17 Oktober 2014 Muhammad Rusdil Fikri UIN JAKARTA 11140162000033 Abstrak Percobaan ini dilakukan untuk mengamati dan mengetahui perubahan kimia maupun perubahan sifat fisis pada reaksi kimia.

Lebih terperinci

Kimia UMPTN Tahun 1981

Kimia UMPTN Tahun 1981 Kimia UMPTN Tahun 1981 UMPTN-81-51 Suatu atom unsury mempunyai susunan elektron : 1s s p 6 3s 3p 5. Unsur tersebut adalah A. logam alkali B. unsur halogen C. salah satu unsur golongan V D. belerang E.

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

Konsentrasi Larutan. a. Persen Berat (%W/W) Dalam pph : % w/w = Dalam ppm : % w/w = Dalam ppb :

Konsentrasi Larutan. a. Persen Berat (%W/W) Dalam pph : % w/w = Dalam ppm : % w/w = Dalam ppb : Konsentrasi Larutan Konsentrasi larutan adalah banyaknya zat terlarut di dalam sejumlah pelarut. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan baik secara kualitatif atau kuantitatif. Istilah encer (dilute) dan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Dasar-dasar Ilmu Kimia

Dasar-dasar Ilmu Kimia Modul 1 Dasar-dasar Ilmu Kimia Dra. Hernani, M.Si. T PENDAHULUAN idak kita ragukan lagi bahwa zat kimia ada di mana-mana, banyak zat kimia terjadi secara alamiah ataupun diproduksi dengan proses tertentu.

Lebih terperinci

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN I. JUDUL PERCOBAAN Titrasi Penetralan dan Aplikasinya II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN Jum at, 4 Desember 2015 III. SELESAI PERCOBAAN Jum at, 4 Desember 2015 IV. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat dan menentukan

Lebih terperinci