BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi
|
|
- Erlin Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TEORI DASAR 2.1 Korosi Korosi didefinisikan sebagai pengrusakkan atau kemunduran suatu material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada metal, korosi dapat dijelaskan sebagai proses pengembalian metal yang telah diolah ke bentuk asalnya melalui reaksi oksidasi dengan lingkungan non metal (seperti oksigen dan air). Hal ini terjadi pada baja yang mengalami korosi. Baja berasal dari bijih besi yang mengandung oksida besi (iron oxide), dan saat mengalami korosi akibat air laut dan oksigen akan menghasilkan oksida besi yang terhidrasi (hydrated iron oxide). Proses korosi pada metal merupakan reaksi oksidasi dimana metal terurai menjadi ionnya dengan melepaskan elektron. Reaksi ini disebut juga reaksi anodik. Secara umum reaksi anodik ditulis dalam bentuk berikut: M M n+ + ne (2.1) dimana n adalah jumlah elektron yang dilepaskan Prinsip Korosi Korosi yang terjadi pada baja (seperti pada baja tulangan dalam beton) merupakan sebuah proses reaksi elektrokimia (electrochemical reaction), yang melibatkan transfer elektron dari satu jenis material ke material lain. Reaksi elektrokimia terjadi jika ada dua reaksi half cell; yaitu, satu reaksi half cell yang memproduksi elektron yang disebut reaksi anodik atau oksidasi, dan satu reaksi half cell yang mengkonsumsi elektron yang disebut reaksi katodik atau reduksi. Reaksi anodik pada baja adalah reaksi oksidasi atau penguraian baja menjadi ion. Berdasarkan reaksi pada persamaan (2.1), reaksi anodik pada baja dapat ditulis sebagai berikut: Fe Fe e (2.2) 6
2 Reaksi katodik yang umum terjadi dalam beberapa bentuk sebagai berikut: 2H + +2e H 2 (2.3) O 2 + 2H 2 O +4e 4OH (2.4) Persamaan reaksi (2.3) merupakan reaksi evolusi hidrogen, dan (2.4) adalah reaksi oksidasi oksigen menjadi ion OH atau ion hidroksil (hydroxyl ion). Persamaan reaksi (2.4) menegaskan bahwa agar korosi dapat terjadi, maka dibutuhkan air dan oksigen pada katoda. Reaksi anodik (oksidasi) dan katodik (reduksi) adalah reaksi-reaksi parsial, yang keduanya harus terjadi secara simultan dan pada tingkat yang sama. Kondisi ini menjadi dasar prinsip korosi, yaitu selama korosi pada metal berlangsung, maka tingkat oksidasi sama dengan tingkat reduksi. Dengan kata lain produksi jumlah elektron dan konsumsi jumlah elektron adalah sama. Jika besi atau baja hanya terurai dalam air, yaitu ion Fe 2+ pada persamaan (2.2) dalam keadaan larut, retak (cracking) dan spalling pada beton tidak akan terlihat. Agar karat (rust) terbentuk, maka beberapa tahap reaksi selanjutnya harus terjadi. Reaksi-reaksi tersebut antara lain; pembentukan ferrous hydroxide, ferric hydroxide, dan hydrated ferric oxide, sebagai berikut (Broomfield, 1997): Fe OH Fe(OH) 2 (2.5) 4Fe(OH) 2 + O 2 + 2H 2 O 4Fe(OH) 3 (2.6) 2Fe(OH) 3 Fe 2 O 3.H 2 O + 2H 2 O (2.7) Hydrated ferric oxide atau Fe 2 O 3.H 2 O merupakan hasil proses korosi yang dikenal dengan karat. Proses korosi pada baja tulangan ditampilkan secara skematis pada Gambar 2.1 berikut. 7
3 O 2 H 2 O 2e 2e O 2 + 2H 2 O + 4e 4OH 2+ karat Fe Fe + 2e Anoda OH - OH - OH - OH - Katoda Baja Tulangan Gambar 2.1 Proses korosi pada baja tulangan Oksida besi yang tidak terhidrasi (Fe 2 O 3 ) memiliki volume kira-kira dua kali volume baja yang digantikannya saat dalam keadaan baik. Saat terhidrasi, Fe 2 O 3 akan mengembang dan menjadi keropos. Hal ini berarti peningkatan volume pada interface baja/beton adalah 2 sampai 10 kali (Broomfield, 1997). Peningkatan volume ini menyebabkan retak dan spalling pada beton, karat pada baja tulangan dan munculnya noda-noda karat di daerah beton yang retak Lapisan Pasif Pada Baja Tulangan Lapisan pasif merupakan lapisan tipis (film) yang mencegah terjadinya korosi aktif. Dalam kasus ini, molekul oksida mendiami tempat-tempat atom yang reaktif pada permukaan logam dan mencegah atom-atom logam untuk mengurai. Lapisan pasif tidak menghentikan korosi, tetapi mengurangi nilai korosi pada tingkat yang tidak signifikan Peranan Klorida Dalam Proses Korosi Korosi aktif pada baja tulangan di dalam beton didahului oleh kerusakan pada lapisan pasif. Salah satu penyebab kerusakan lapisan pasif adalah serangan ion-ion agresif seperti ion klorida. Penetrasi klorida tidak akan menyebabkan kerusakan pada beton, tetapi ia akan menyerang baja tulangan yang terdapat di dalam beton tersebut. Ion klorida 8
4 menyerang lapisan pasif baja tanpa menurunkan ph (tidak meningkatkan derajat keasaman). Klorida bertindak sebagai katalisator yang merusak lapisan pasif oksida pada besi atau baja dan mempercepat proses korosi. Proses ini diperlihatkan pada Gambar 2.2. Serangan klorida terhadap besi sulit dihentikan karena tidak ada klorida yang dikonsumsi selama proses korosi berlangsung. FeCl Cl 2 Fe Cl Cl Lapisan pasif Fe 2 O 3 Baja Tulangan Gambar 2.2 Perusakan lapisan pasif pada besi Pengrusakan lapisan pasif oleh klorida terjadi apabila terdapat konsentrasi klorida yang cukup di permukaan baja tulangan. Hasil pengukuran di laboratorium menunjukkan korosi terjadi pada konsentrasi klorida melebihi 0.6 dari konsentrasi hidroksil (Hausmann, 1967). Nilai tersebut sebanding dengan konsentrasi klorida sebesar 0.4 % dari berat semen jika klorida dicetak bersama beton dan sebesar 0.2 % jika klorida menyebar masuk ke dalam beton. Korosi dapat dilihat pada tingkat klorida 0.2 % dari berat semen jika kualitas beton jelek dan air dan oksigen tersedia. Beberapa penelitian lain yang dilakukan di laboratorium dan di lapangan menghasilkan batasan klorida antara 2 % sampai dengan 3 % dari berat semen. Perbedaan nilai konsentrasi klorida ini tergantung pada homogenitas beton di sekitar tulangan dan iklim. 2.2 Properti Dielektrik Dielektrik adalah bahan atau material yang menghambat arus listrik, namun dapat menghantarkan gelombang elektromagnetik. Material yang menghambat arus listrik dipengaruhi oleh konduktifitas material tersebut. Konduktifitas yang tinggi 9
5 dapat menyebabkan atenuasi gelombang elektromagnetik sehingga kedalaman penetrasinya menjadi berkurang. Material yang dielektrik memiliki properti yang menyertai permitivitas dielektrik kompleks material tersebut. Properti tersebut adalah bagian ril (real part) dan bagian imajiner (imaginary part). Bagian ril berhubungan dengan kecepatan rambat gelombang elektromagnetik dalam material (medium). Bagian imajiner berhubungan dengan konduktifitas material yang menyebabkan gelombang elektromagnetik mengalami atenuasi. Bagian imajiner permitivitas dielektrik suatu material juga menyatakan loss factor material tersebut. Permitivitas dielektrik kompleks material yang terdiri dari bagian ril dan imajiner secara umum diekspresikan sebagai berikut: dimana = ' + i" (2.8) ' " = menyatakan bagian ril = menyatakan bagian imajiner i = akar dari Model Properti Dielektrik Air Garam Properti dielektrik air sangat dipengaruhi oleh kehadiran garam yang berada dalam keadaan larut. Kehadiran garam yang larut tersebut mengurangi bagian ril permitifitas dielektrik kompleks air (memperbesar kecepatan gelombang) dan menambah bagian imajiner (meningkatkan atenuasi gelombang elektromagnetik). Berdasarkan persamaan (2.8) permitifitas dielektrik kompleks relatif air garam,, dinyatakan dalam bagian ril ( ' ) dan bagian imajiner ( " ) sebagai berikut: dimana 0 σ = ' + i " = ' + i (2.9) ω 0 = permitifitas dielektrik vakum (8.854x10-12 farad/m) 10
6 ω = frekuensi angular gelombang elektromagnetik σ = ω" 0 merepresentasikan konduktifitas air Ekspresi untuk ', ", dan σ sebagai fungsi dari salinitas air, temperatur, dan frekuensi rambatan gelombang elektromagnetik telah dikembangkan oleh Stogryn dan dimodifikasi oleh Klein dan Swift, juga turunkan ulang oleh Ulaby, Moore, dan Fung. Kurva hubungan variasi ' dan " dengan frekuensi diperlihatkan secara berturut-turut pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 untuk air murni dan air garam dengan salinitas S = ppt, yang merupakan salinitas air laut rata-rata. Gambar 2.3 Bagian ril konstanta dielektrik kompleks air 11
7 Gambar 2.4 Bagian imajiner konstanta dielektrik kompleks air Kehadiran garam yang larut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penambahan bagian imajiner (loss factor, " ) dibandingkan dengan air murni terutama pada frekuensi di bawah 10 GHz seperti yang terlihat pada gambar. Sementara itu kehadiran garam yang larut mengurangi permitifitas dielektrik air pada frekuensi di bawah 10 GHz Model Properti Dielektrik Beton Unsur-unsur pembentuk beton adalah agregat kasar, agregat halus, pasta semen, udara, air, dan garam. Untuk memodelkan properti dielektrik, beton dianggap sebagai campuran dari partikel solid, udara, dan air garam (saline water), sedangkan pasta semen tidak diperhitungkan. Agregat kasar dan halus pada beton memiliki konstanta dielektrik relatif antara 4 sampai 7. Porositas agregat kasar yang digunakan biasanya sangat rendah, sehingga air yang dapat diserap juga kecil. Hal ini menyebabkan permitifitas dielektrik agregat memiliki bagian imajiner (loss factor) yang sangat kecil dan dapat diabaikan. Matrix mortar memiliki porositas yang sangat tinggi sehingga air garam yang diserap merupakan unsur utama yang memberikan kontribusi terhadap bagian imajiner pada beton. Dengan demikian beton dapat 12
8 divisualisasikan sebagai campuran tiga fase yang terdiri atas; partikel solid dan udara yang memiliki permitifitas dielektrik ril, dan air garam yang memiliki permitifitas dielektrik kompleks. Model yang dapat diterapkan untuk menggambarkan properti dielektrik beton antara lain CRIM (complex refractive index methode), continuous grain size distribution dan discrete grain size distribution. Ketiga model ini merupakan model teoritis yang telah dikembangkan dan diuji pada bebatuan yang jenuh parsial. 1. CRIM (complex refractive index methode) CRIM merupakan model yang digunakan secara luas karena sederhana dan memiliki basis teoritis yang sedikit. CRIM menyatakan bahwa indeks refraktif kompleks efektif (effective complex refractive index) untuk campuran beton diberikan oleh rata-rata volume dari indeks refraktif kompleks unsur-unsurnya sebagai berikut: r ( φ ) m + ( S) φ A φs = (2.10) dimana φ S m a = porositas beton = (volume void)/(volume total agregat) = derajat kejenuhan = (volume air)/(volume void) = permitifitas dielektrik relatif agregat 5.0 (ril) = permitifitas dielektrik relatif udara 1.0 (ril) = permitifitas dielektrik kompleks relatif air r = permitifitas dielektrik relatif campuran beton 2. Continuous grain size distribution Model continuous grain size distribution mengasumsikan butiran-butiran (grain) solid dan molekul-molekul udara di dalam campuran beton memiliki bentuk seperti bola (spherical shape) dan distribusi ukuran yang kontiniu. Model ini berdasarkan pada teori medium efektif (effective medium theory), yang 13
9 menyatakan bahwa konstanta dielektrik kompleks efektif,, dari suatu campuran diperoleh dari persamaan: i vi = 0 (2.11) i 2 + i dimana i melambangkan permitifitas dielektrik kandungan individu dan v i adalah fraksi volume komponen yang berhubungan. Nilai diperoleh melalui prosedur sistematis yang dimulai dengan matrix dasar air dimana sejumlah kecil partikel solid dan molekul udara ditambahkan dalam sejumlah langkah-langkah. Partikel yang paling kecil ditambahkan terlebih dahulu diikuti oleh partikel yang lebih besar. Penambahan dilakukan hingga campuran akhir memiliki kandungan material dengan proporsi yang diinginkan. Konektifitas molekul air ditentukan pada setiap langkah karena sangat penting untuk memprediksi konduktifitas dielektrik. 3. Discrete grain size distribution Model discrete grain size distribution menggunakan teori ekuivalen medium. Model ini memberikan perbedaan antara agregat kasar dan agregat halus sehingga lebih realistis untuk memodelkan beton. Seperti model continuous grain size distribution, model discrete grain size distribution juga mengikuti prosedur sejumlah langkah-langkah. Partikel yang paling kecil ditambahkan terlebih dahulu, diikuti dengan partikel yang lebih besar. Air menggambarkan ukuran partikel yang paling kecil dan membentuk matrix dasar pertama, dan prosedur iterasi dilakukan untuk menghitung kembali properti dielektrik setelah setiap penambahan sejumlah kecil partikel. Konektifitas molekul air ditentukan pada setiap langkah karena sangat penting untuk memprediksi konduktifitas dielektrik Konstanta Dielektrik Relatif Permitivitas dielektrik kompleks material selalu dinyatakan dalam bentuk tanpa dimensi dengan membaginya dengan permitivitas dielektrik ruang hampa (vacuum) 0. Bentuk tanpa dimensi ini disebut konstanta dielektrik relatif ( r ), yang ditulis sebagai berikut: 14
10 r = (2.12) 0 dimana 0 = permitivitas dielektrik material (farad/meter) = permitivitas dielektrik ruang hampa (8.854 x farad/meter) Konstanta dielektrik relatif suatu material hanya dinyatakan oleh bagian ril permitivitas dielektrik (persamaan 2.12) karena secara langsung mempengaruhi kecepatan rambat gelombang elektromagnetik, sedangkan bagian imajiner dapat diabaikan karena nilainya sangat kecil dan hanya mempengaruhi konduktifitas. Konstanta dielektrik relatif (bagian ril) dari beberapa material diperlihatkan dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Konstanta Dielektrik Relatif Material (sumber ACI 2282R-98) Material Konstanta dieletrik relatif r Air 1 Portland Cement Concrete* 6-11 Bituminous Concrete* 3-5 Gravel* 5-9 Sand* 2-6 Rock* 6-12 Water 80 *ASTM D 4748 Air memiliki permitivitas dielektrik kompleks yang paling tinggi dibandingkan material lain yang terdapat pada beton. Hal ini menyebabkan air memiliki kontribusi pada beton yang sangat signifikan meskipun volumenya kecil dibandingkan volume agregat. 15
BAB III GROUND PENETRATING RADAR
BAB III GROUND PENETRATING RADAR 3.1. Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan elektrik (electric field) dan medan magnetik (magnetic field) yang dapat
Lebih terperinciHandout. Bahan Ajar Korosi
Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SIGNAL-SIGNAL GPR
BAB V ANALISIS SIGNAL-SIGNAL GPR 5.1 Nilai Konstanta Dielektrik Relatif Beton Kondisi Normal Bentuk gelombang yang dipantulkan (reflected waveform) dari benda uji BU1, BU2 dan BUK1&2 pada kondisi normal
Lebih terperinciELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra
ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]
BAB II DASAR TEORI 2.1 BAJA Baja merupakan material yang paling banyak digunakan karena relatif murah dan mudah dibentuk. Pada penelitian ini material yang digunakan adalah baja dengan jenis baja karbon
Lebih terperinciPenurunan Nilai Half Cell Potential Beton dengan Bahan Tambah Fly Ash dan Ca(C18H35O2)2
Penurunan Nilai Half Cell Potential Beton dengan Bahan Tambah Fly Ash dan Ca(C18H35O2)2 Reduction of Half Cell Potential in Concrete by Fly Ash and Ca(C18H35O2)2 Agus Maryoto *1 agus_maryoto1971@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metoda non-destructive testing (NDT) pada bidang rekayasa sipil saat ini semakin berkembang seiring dengan semakin majunya teknologi yang diterapkan pada peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-292
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-292 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Inhibitor dan Konsentrasi Inhibitor terhadap Laju Korosi dan Penentuan Efisiensi Inhibisi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi
Lebih terperinciANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT
ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT Pendahuluan : Banyak bangunan di lingkungan Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya terkena korosi terutama konstruksi beton di bawah duck beton dermaga Oil Jetty ( SPOJ
Lebih terperinciPENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.
PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. Hartono Program Diploma III Teknik Perkapala, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the usage
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciPengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai
Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Baja Nirkarat Austenitik Kandungan unsur dalam logam mempengaruhi ketahanan logam terhadap korosi, dimana paduan dengan unsur tertentu lebih tahan korosi dibanding logam
Lebih terperinciBAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN
BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan
Lebih terperinciTUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI
TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM
Lebih terperinciKorosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S
Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
30 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Polarisasi Potensiodinamik 4.1.1 Data Laju Korosi (Corrosion Rate) Pengujian polarisasi potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang
Lebih terperinciPENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA
Nama : M.Isa Ansyori Fajri NIM : 03121003003 Shift : Selasa Pagi Kelompok : 3 PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Korosi
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL 4.1 Deskripsi Benda Uji Pada penelitian ini dipersiapkan tiga benda uji berupa balok beton bertulang. Dua benda uji dibuat dengan konfigurasi berdasarkan benda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciPENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON
PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON Dimas Happy Setyawan NRP. 2412105017 Dosen Pembimbing : 1. Dr.Ing.
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk
Lebih terperinci9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?
Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.
Lebih terperinciEdisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA
TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA Dadan Sumiarsa 1, Yayat Dhahiyat 2, dan Sunardi 3 1. Lab. Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciElektrokimia. Sel Volta
TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang
Lebih terperinciPertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>
Matakuliah Tahun : Versi : / : Pertemuan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)
Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan
Lebih terperinciSTUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER
STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat
Lebih terperinciMoch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP
Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining
BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan
Lebih terperinciLAJU PENETRASI KLORIDA PADA BETON MENGGUNAKAN METODE RAPID MIGRATION TEST
LAJU PENETRASI KLORIDA PADA BETON MENGGUNAKAN METODE RAPID MIGRATION TEST R I S K I 1,*, Bidayatul Armynah 1, Paulus Lobo G 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin 1 Email: unhasriskifisika@yahoo.co.id
Lebih terperinciDosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman
Pengaruh Konsentrasi O 2 Terhadap Kebutuhan Arus Proteksi dan Umur Anoda pada sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) dengan menggunakan anoda SS 304 mesh pada Beton Bertulang Oleh : Sumantri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara mencampur
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl
PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari
Lebih terperinciKata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi
Simulasi Desain Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban pada Balok Beton Bertulang Dermaga Menggunakan Metode Elemen Batas M. Ridha a, S. Fonna b, M. R. Hidayatullah c, S. Huzni, S. Thalib Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1.HASIL PENGUJIAN OPTICAL SPECTROSCOPY BAJA DARI SPONGE BIJIH BESI LATERITE T1 22320 QUALITY CQ1 SRK DAN BAJA KARBON Dari pengujian Optical spectroscopy baja dari sponge
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar Korosi adalah hasil atau produk dari reaksi kimia antara logam ataupun paduan logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali kebentuk campuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan
Lebih terperinciBAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan
Lebih terperinciII. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR
II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR Air baku yang digunakan umumnya mengandung bermacam-macam senyawa pengotor seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas-gas. Penggunaan air tersebut secara langsung
Lebih terperincikimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik
K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan
Lebih terperinciSkala ph dan Penggunaan Indikator
Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur
BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah
Lebih terperinciPenghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina
Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 231-236 Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Samsul Bahri Program Studi Teknik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.
3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO KOROSI PADA BETON BERTULANG DAN PENCEGAHANNYA Fahirah F. * Abstract Composition of concrete and steel of bone compiled better usable so that as optimum material. Corrosion
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh
37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) oksida Hasil sintesis senyawa difeniltimah(iv) oksida [(C 6 H 5 ) 2 SnO] menggunakan senyawa awal difeniltimah(iv) diklorida [(C 6 H 5 )
Lebih terperinciEKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc
EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT Abstralc Secara awam icorosi ditcenai sebagai penglcaratan, merupakan suatu peristiwa
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL
PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL Mentik Hulupi Agustinus Ngatin Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung E-mail: hulupimentik@yahoo.com
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju
Lebih terperinciSel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr
Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Korosi yang terjadi pada industri minyak dan gas umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu: Suhu dan tekanan yang tinggi. Adanya gas korosif (CO 2 dan H 2 S). Air yang
Lebih terperinci2.1 PENGERTIAN KOROSI
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENGERTIAN KOROSI Korosi merupakan proses degradasi atau penurunan mutu material karena adanya reaksi decara kimia dan elektrokimia dengan lingkungan. Contoh reaksi korosi Perkaratan
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO LAJU KOROSI TULANGAN PADA MUTU BETON YANG BERBEDA Atur P. N. Siregar * Abstract The aim of this research is to measure the corrosion rate of steel reinforcement in several
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan
Lebih terperinciDesember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng merupakan bahan bangunan yang terbuat campuaran kerikil, pasir, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Seiring berjalanya waktu pemakaian beton sangat pesat dalam
Lebih terperinciReview I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:
KIMIA KELAS XII IPA KURIKULUM GABUNGAN 06 Sesi NGAN Review I Kita telah mempelajari sifat koligatif, reaksi redoks, dan sel volta pada sesi 5. Pada sesi keenam ini, kita akan mereview kelima sesi yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan kontruksi. Hal ini dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain, diantaranya
Lebih terperinciStudi Analisis Waktu Layan Bangunan Beton: Pengaruh Penggunaan Mineral Tambahan Pada Campuran Beton. Agus Santosa Sudjono 1)
Sudjono. Vol. 12 No. 3 Juli 2005 urnal TEKNIK SIPIL Studi Analisis Waktu Layan Bangunan Beton: Pengaruh Penggunaan Mineral Tambahan Pada Campuran Beton Agus Santosa Sudjono 1) Abstrak Artikel ini membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit
Lebih terperinciBAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra
BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Baja Baja merupakan paduanyang terdiri dari besi karbon dan unsur lainnya. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaiaan atau penempaan. Karbon merupakan salah
Lebih terperinciI. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.
I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970
TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST., M.Sc Oleh : Inti Sari Puspita Dewi (2707 100 052) Latar
Lebih terperinciPERBANDINGAN DIFUSIVITAS KLORIDA MORTAR BATU APUNG, PASIR SUNGAI DAN PASIR PANTAI
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 PERBANDINGAN DIFUSIVITAS KLORIDA MORTAR BATU APUNG, PASIR SUNGAI DAN PASIR PANTAI Ardian Putra, Ari Edo Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika
Lebih terperinciTEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010
SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KASUS DESAIN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA PIPA BAWAH TANAH PDAM JARINGAN KARANG PILANG III Oleh : Aisha Mei Andarini Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc Surabaya,
Lebih terperinciSulistyani, M.Si.
Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja nirkarat austenitik AISI 304, memiliki daya tahan korosi lebih baik dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air laut.
Lebih terperinciLARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat digolongkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV. 1 Analisis Hasil Pengujian Metalografi dan Spektrometri Sampel Baja Karbon Dari hasil uji material pipa pengalir hard water (Lampiran A.1), pipa tersebut terbuat dari baja
Lebih terperinciPersiapan UN 2018 KIMIA
Persiapan UN 2018 KIMIA 1. Perhatikan gambar berikut! Teori atom yang muncul setelah percobaan tersebut menyatakan bahwa... A. Atom-atom dari sebuah unsur identik dan berbeda dengan atom unsur lain B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beton merupakan material paling populer disepanjang sejarah dan menjadi material struktur yang digunakan hampir diseluruh penjuru dunia (Susilorini, 2009). Beton dibentuk
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS
LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS Oleh : Anna Kristina Halim (02) Ardi Herdiana (04) Emma Ayu Lirani (11) Lina Widyastiti (14) Trisna Dewi (23) KELAS XII IA6 SMA NEGERI 1 SINGARAJA 2011/2012 BAB
Lebih terperinciPERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I
PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciW, 2016 PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH KOROSI DAN PELAPISAN LOGAM
LAMPIRAN 5 Lampiran Soal Pre-Test dan Post-Test Nama : NIM : Jurusan : Pre-Test Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar 1. Apa yang dimaksud dengan elektroplating. a. Pelapisan menggunakan bantuan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG
TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. II.1. Dapur Pemanas Pada Kilang Minyak
BAB II DASAR TEORI II.1. Dapur Pemanas Pada Kilang Minyak Industri pengolahan kilang minyak merupakan industri yang banyak menggunakan peralatan dari baja dan paduannya. Peralatan-peralatan tersebut di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi
Lebih terperinciLaju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida
Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam
Lebih terperinciKIMIA ELEKTROLISIS
KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di
Lebih terperinci