By Sudaryanto, S.St Dosen Biomekanik BIOMEKANIK VERTEBRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "By Sudaryanto, S.St Dosen Biomekanik BIOMEKANIK VERTEBRA"

Transkripsi

1 1 BIOMEKANIK VERTEBRA Columna vertebralis terdiri dari 33 tulang vertebra yang membentuk kurva dan secara struktural terbagi atas 5 regio. Dari superior ke inferior, mulai dari 7 segmen vertebra cervical, 12 segmen vertebra thoracal, 5 segmen vertebra lumbal, 5 vertebra sacral yang menyatu dan 4 vertebra coccygeus yang menyatu. Karena terdapat perbedaan struktural dan adanya sejumlah costa, maka besarnya gerakan yang dihasilkan juga beragam antara vertebra yang berdekatan pada regio cervical, thoracal, dan lumbal. Pada setiap regio, 2 vertebra yang berdekatan dan jaringan lunak antara kedua vertebra tersebut dikenal dengan segmen gerak (Segmen Junghan s). Segmen gerak tersebut merupakan unit fungsional dari spine (vertebra). Setiap segmen gerak terdiri atas 3 sendi. Corpus vertebra terpisah oleh adanya diskus intervertebralis yang membentuk tipe symphysis dari amphiarthrosis. Facet joint kiri dan kanan antara processus artikular superior dan inferior adalah tipe plane/glide joint dari diarthroses yang dilapisi oleh cartilago sendi. Lebih jelasnya, unit fungsional dari columna vertebralis terdiri dari anterior pillar dan posterior pillar. Anterior pillar dibentuk oleh corpus vertebra dan diskus intervertebralis yang merupakan bagian hidraulik, weight bearing, dan shock absorbing. Posterior pillar dibentuk oleh processus artikular dan facet joint, yang merupakan mekanisme slide untuk gerakan. Juga dibentuk oleh 2 arkus vertebra, 2 processus transversus, dan processus spinosus.

2 2 A. Anterior Pillar Corpus vertebra pada regio cervical lebih kecil daripada vertebra thoracal dan lumbal. Secara progresif, corpus vertebra semakin besar ke bawah dari regio cervical sampai regio lumbal. Pada regio lumbal, corpus vertebranya besar dan lebih tebal daripada regio diatasnya. Hal ini sesuai dengan tujuan fungsional, bahwa pada saat posisi tubuh tegak maka setiap vertebra harus menopang semua berat trunk, lengan dan kepala sehingga area permukaan vertebra lumbal yang luas/besar akan mengurangi besarnya stress yang terjadi. Diskus intervertebralis merupakan fibrocartilago compleks yang membentuk articulasio antara corpus vertebra, dikenal sebagai symphisis joint. Diskus intervertebralis pada orang dewasa memberikan kontribusi sekitar ¼ dari tinggi spine. Diskus intervertebralis merupakan salah satu komponen three-joint kompleks antara 2 vertebra yang berdekatan dan makin ke caudal makin tebal. Diskus intervertebralis mulai ada pada segmen C2-C3 sampai segmen L5-S1. Peran diskus intervertebralis adalah memberikan penyatuan yang sangat kuat, derajat fiksasi intervertebralis yang penting untuk aksi yang efektif dan proteksi alignmen dari canal neural. Diskus juga dapat memungkinkan gerak yang luas pada vertebra. Setiap diskus terdiri atas 2 komponen yaitu: 1. Nukleus pulposus ; merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk jelly transparan, mengandung 90% air, dan sisanya adalah collagen dan proteoglycans yang merupakan unsur-unsur khusus yang bersifat mengikat atau menarik air. Nukleus pulposus merupakan hidrophilic yang sangat kuat & secara kimiawi di susun oleh matriks mucopolysaccharida yang mengandung ikatan protein, chondroitin sulfat, hyaluronic acid & keratin sulfat. Nukleus pulposus tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf. Nukleus pulposus mempunyai kandungan cairan yang sangat tinggi maka dia dapat menahan beban kompresi serta berfungsi untuk mentransmisikan beberapa gaya ke annulus & sebagai shock absorber. 2. Annulus fibrosus ; tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik jaringan collagen yang nampak menyilang satu sama lainnya secara oblique & menjadi lebih oblique kearah sentral. Karena serabutnya saling menyilang secara vertikal sekitar 30o satu sama lainnya maka struktur ini lebih sensitif pada strain rotasi daripada beban kompresi, tension, dan shear. Orientasi serabutnya juga memberikan kekuatan tension ketika vertebra mengalami beban kompressi, twisting, atau pembengkokan sehingga membantu mengendalikan gerakan vertebra yang beragam. Serabut-serabutnya sangat penting dalam fungsi mekanikal dari diskus intervertebralis, memperlihatkan suatu perubahan organisasi dan orientasi saat pembebanan pada diskus dan saat degenerasi diskus. Susunan serabutnya yang kuat

3 3 melindungi nukleus di dalamnya & mencegah terjadinya prolapsus nukleus. Secara mekanis, annulus fibrosus berperan sebagai coiled spring (gulungan pegas) terhadap beban tension dengan mempertahankan corpus vertebra secara bersamaan melawan tahanan dari nukleus pulposus yang bekerja seperti bola. Diskus intervertebralis memiliki nukleus pulposus yang berbentuk bulat ibarat bola yang terletak antara 2 papan, sehingga memiliki 6 derajat gerak yaitu : Tilting depan-belakang dlm bid sagital sbg fleksi ekstensi. Gliding kedepan-belakang dlm bidang sagital sbg anterior posterior glide. Tilting kesamping kanan-kiri dlm bidang frontal sbg Fleksi lateral kanan-kiri Gliding kesamping kanan-kiri dlm bid. frontal sbg gerak geser kanan-kiri Rotasi kanan-kiri dlm bid. transversal sbg rotasi ka-ki. Gliding sumbu longitudinal sbg traksi kompresi. Cartilaginous end-plate menutup nukleus pulposus kearah superior dan inferior, terletak antara nukleus dan corpus vertebra. Setiap cartilaginous dikelilingi oleh cincin apophyseal dari masing-masing corpus vertebra. Serabut-serabut collagen dari lapisan dalam annulus fibrosus berinsersio didalam cartilaginous end-plate dan membentuk sudut kearah sentral, sehingga membentuk kapsul pada nukleus pulposus. Nutrisi akan berdifusi dari sumsum corpus vertebra ke diskus melalui cartilaginous end-plate. Ligamen-ligamen yang memperkuat diskus intervertebralis adalah ligamen longitudinal anterior dan posterior. Ligamen longitudinal anterior merupakan ikatan padat yang panjang dari basis occiput ke sacrum pada bagian anterior vertebra. Dalam perjalanannya ke sacrum, ligamen ini masuk ke dalam bagian anterior diskus intervertebralis dan melekat pada antero-superior corpus vertebra, sedangkan pada tepi antero-inferior corpus vertebralis terdapat suatu space potensial dimana ligamen ini tidak melekat sehingga sering terbentuk osteofit pada OA. Ligamen longitudinal posterior memanjang dari basis occiput ke canal sacral pada bagian posterior vertebra, tetapi ligamen ini tidak melekat pada permukaan posterior corpus vertebra sehingga nampak suatu space yang dilewati oleh plexus venous

4 4 paravertebra. Pada regio lumbal, ligamen ini mulai menyempit dan semakin sempit pada lumbosacral, sehingga ligamen ini lebih lemah daripada ligamen longitudinal anterior. B. Posterior Pillar Bagian posterior pillar yang paling penting adalah facet joint (sendi facet) yang dibentuk oleh processus artikularis superior vertebra bawah dan processus artikularis inferior vertebra atas. Sendi facet termasuk dalam non-axial diarthrodial joint. Setiap sendi facet mempunyai cavitas articular dan terbungkus oleh sebuah kapsul. Gerakan yang terjadi pada sendi facet adalah gliding (gerak geser), menekuk dan rotasi sehingga memungkinkan terjadi gerak tertentu yang lebih dominan pada segmen tertentu. Fungsi mekanis sendi facet adalah mengarahkan gerakan. Besarnya gerakan pada setiap vertebra sangat ditentukan oleh arah permukaan facet articular. Arah facet pada cervical dalam bidang transversal, pada thoracal dalam bidang frontal, dan pada lumbal dalam bidang sagital. Sendi facet dan diskus memberikan sekitar 80% kemampuan spine untuk menahan gaya rotasi torsion dan shear, dimana ½-nya diberikan oleh sendi facet. Sendi facet juga menopang sekitar 30% beban kompresi pada spine, terutama pada saat spine hiperekstensi. Gaya kontak yang paling besar terjadi pada sendi facet L5-S1. Struktur lainnya pada bagian posterior adalah canalis spinalis yang berisi spinal cord, foramen intervertebralis yang merupakan tempat keluarnya radiks (akar) saraf vertebra, costovertebral dan costotransversal pada regio thoracal, processus spinosus

5 5 Sistem Ligamenter pada Vertebra Struktur ligamen-ligamen yang memperkuat vertebra adalah : 1. Ligamen Longitudinal Anterior Ligamen ini melekat dari basis occiput ke sacrum pada bagian anterior vertebra. Ligamen longitudinal anterior merupakan ligamen yang tebal dan kuat, dan berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan ektensi. 2. Ligamen Longitudinal Posterior Ligamen ini melekat dari basis occiput ke canalis sacral pada bagian posterior vertebra tetapi pada regio lumbal, ligamen longitudinal posterior mulai menyempit dan semakin sempit pada lumbosacral sehingga ligamen ini lebih lemah daripada ligamen longitudinal anterior, dan diskus intervertebralis lumbal pada bagian posterolateral tidak terlindungi oleh ligamen longitudinal posterior. Ligamen ini sangat sensitif karena banyak mengandung serabut saraf afferent nyeri (A delta dan tipe C) dan memiliki sirkulasi darah yang banyak. 3. Ligamen Flavum Ligamen ini sangat elastis dan melekat pada arcus vertebra tepatnya pada setiap lamina vertebra. Ke arah anterior dan lateral, ligamen ini menutup capsular dan ligamen anteriomedial sendi facet. Ligamen ini mengandung lebih banyak serabut elastin daripada serabut kolagen dibandingkan dengan ligamen-ligamen lainnya pada vertebra. 4. Ligamen Interspinosus Ligamen ini sangat kuat yang melekat pada setiap processus spinosus dan memanjang kearah posterior dengan ligamen supraspinosus. 5. Ligamen Supraspinosus Ligamen ini melekat pada setiap ujung processus spinosus. Ligamen ini menonjol secara meluas pada regio cervical, dimana dikenal sebagai ligamen nuchae atau ligamen neck. Pada regio lumbal, ligamen ini kurang jelas karena menyatu dengan serabut insersio otot lumbodorsal. Bersama dengan ligamen longitudinal posterior, ligamen flavum, dan ligamen interspinosus bekerja sebagai stabilisator pasif pada gerakan fleksi. 6. Ligamen Intertransversal

6 6 Ligamen ini melekat pada tuberculum asesori dari processus transversus dan berkembang baik pada regio lumbal. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif pada gerakan lateral fleksi. Sistem Muscular pada Vertebra Otot-otot spine terdiri atas otot-otot intrinsik dan extrinsik dengan fungsi utama sebagai stabilisator, disamping sebagai penggerak. Pada bagian depan regio cervical terdapat m. rectus capitis anterior, m. rectus capitis lateralis, m. longus capitis, m. longus colli dan 8 buah otot hyoideus. Pada abdominal terdapat m. rectus abdominis, m. obliquus externus dan internus. Bagian belakang regio cervical terdapat m. splenius capitis, m. splenius cervicis sebagai ekstensor utama. Pada thoracalis dan lumbal terdapat mm. thoracalis posterior, m. sacrospinalis, m. semispinalis, m. spinalis, m. longissimus dan m. iliocostalis, dan otot-otot spinalis dalam mm. multifidi, mm. rotatores, mm. interspinalis, mm. intertransversarii, m. levatores costarum.

7 7 Bagian lateral daerah cervical terdapat m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, dan m. scalenus anterior, posterior dan medius. Pada lumbal terdapat m. quadratus lumborum dan psoas mayor. Gerak Spine (Vertebra) Tiap gerak melibatkan 3 sendi (three joint kompleks), corpus vertebra yg dibatasi oleh diskus intervertebralis, sepasang sendi facet yg dibentuk oleh proc. articularis superior pada vertebra bawah dengan proc. articularis inferior vertebra atasnya. Pada cervical ditambah dengan uncinate joint. Secara umum diskus intervertebral memungkinkan terjadinya gerak yang luas, facets joint mengarahkan dan membatasi serta menstabilisasi gerakan per segment. Costae membatasi dan menstabilisasi gerakan pada thoracal spine. C. Kurva Spinal Dilihat dari bidang sagital, vertebra memperlihatkan 4 kurva normal. Kurva vertebra thoracal dan sacrum adalah konkaf kearah anterior (kiposis) yang nampak pada saat lahir dan dikenal sebagai kurva utama. Kurva vertebra lumbal dan cervical adalah konkaf kearah posterior (lordosis), yang berkembang sebagai penopang tubuh dalam posisi tegak setelah anak mulai belajar duduk dan berdiri. Kurva ini tidak nampak saat anak lahir, yang dikenal sebagai kurva spinal sekunder. Meskipun kurva cervical dan

8 8 thoracal sedikit berubah selama tahun-tahun pertumbuhan, kurvatur lumbar spine akan meningkat sekitar 10% antara usia 7 tahun dan 17 tahun. Kurvatur spinal (postur) dipengaruhi oleh herediter (faktor keturunan), kondisi-kondisi patologis, keadaan mental seseorang, dan gaya yang secara habitual (kebiasaan) sering terjadi pada spine (vertebra). Secara mekanikal, kurva-kurva vertebra dapat memungkinkan vertebra lebih besar berperan sebagai shock absorber tanpa injury daripada jika vertebra dalam keadaan lurus. Keempat kurva spinal dapat menjadi distorsi (penyimpangan) ketika spine (vertebra) secara habitual mengalami gaya asimetris. Kurva lumbal yang berlebihan atau hiperlordosis seringkali berkaitan dengan kelemahan otot abdominal dan tilting pelvic ke anterior. Penyebab hiperlordosis adalah deformitas kongenital spine, kelemahan otot abdominal, kebiasaan postur jelek dan overtraining dari aktivitas olahraga yang memerlukan gerakan hiperekstensi lumbal secara berulang-ulang seperti gimnastik, skating, lempar lembing, atau berenang gaya kupu-kupu. Adanya lordosis yang berlebihan dapat menimbulkan stress kompressi yang besar sehingga dapat menjadi faktor resiko berkembangnya low back pain (nyeri pinggang). Wanita cenderung mengalami hiperlordosis daripada laki-laki, dan lordosis cenderung lebih besar terjadi saat terjadi peningkatan tinggi badan dan penurunan berat badan. Abnormalitas lainnya pada kurvatur spine adalah kiposis yang berlebihan pada thoracal. Kiposis berkembang pada awal masa remaja, dengan insiden sampai 8% pada populasi umum dan distribusi yang sama antara laki-laki dan wanita. Kiposis seringkali akibat dari penyakit Scheuermann s. Lateral deviasi atau deviasi kurvatur spine dikenal sebagai skoliosis. Deformitas lateral sering membentuk kopel dengan deformitas rotasi dari vertebra yang terlibat, dimana kondisi skoliosis memiliki range dari ringan ke berat (keras). Scoliosis nampak kurvanya berbentuk huruf C atau S pada thoracal spine, atau lumbal spine, atau kedua-duanya.

9 9 D. Vertebra Cervical Secara keseluruhan, vertebra cervical terdiri atas 2 segmen anatomikal dan fungsional yang berbeda yaitu : 1. Segmen superior atau suboccipital, yang terdiri dari vertebra C1 atau atlas dan vertebra C2 atau axis. Kedua vertebra tersebut terhubung satu sama lain dan pada occiput melalui rantai sendi-sendi yang kompleks dengan 3 axis gerak dan 3 DKG. 2. Segmen inferior memanjang dari permukaan inferior axis ke permukaan superior Th1. Seluruh vertebra cervical adalah sama, kecuali atlas dan axis yang berbeda satu sama lain dan dengan vertebra cervical lainnya. Sendi-sendi pada segmen inferior hanya memiliki 2 tipe gerakan yaitu fleksi dan ekstensi, dan lateral fleksi yang disertai dengan rotasi. Secara fungsional, kedua segmen tersebut saling melengkapi untuk menghasilkan gerakan yang sebenarnya yaitu rotasi, lateral fleksi, fleksi dan ekstensi kepala. Atlas (C1) berbentuk cincin dengan diameter transversal lebih besar daripada diameter anteroposterior. Atlas memiliki 2 massa lateral yang berbentuk oval dan berjalan secara oblique, anterior dan medial ; kedua massa tersebut memiliki permukaan yang bikonkaf yaitu facies artikular superior yang menghadap kearah superior medial dan bersendi dengan condylus occipital, dan permukaan yang konveks kearah anteroposterior yaitu facies artikular inferior yang menghadap kearah inferior medial dan berhubungan dengan facet superior axis. Pada arkus anterior terdapat facet artikular yang berbentuk oval kecil dan dilapisi oleh kartilago serta bersendi dengan processus odontoid axis. Arkus posterior pada awalnya datar tetapi menjadi lebih tebal kearah posterior untuk membentuk tuberculum posterior pada bagian tengah. Processus transversal memiliki foramen untuk lintasan arteri vertebralis. Permukaan superior dari corpus axis terdapat processus odontoid yang bertindak sebagai pivot untuk atlanto-axial joint, dan kearah lateral terdapat 2 facet artikular yang menghadap kearah superior lateral dan konveks kearah anteroposterior serta datar kearah transversal. Arkus posterior terdiri dari 2 lamina yang sempit dan processus spinosus memiliki 2 tuberculum, seperti pada vertebra cervical lainnya. Processus artikular inferior dilapisi oleh kartilago dan menghadap kearah inferior anterior serta

10 10 bersendi dengan processus artikular superior C3. Processus transversus memiliki foramen yang vertikal untuk lintasan arteri vertebralis. Vertebra C3 sama dengan 4 vertebra cervical dibawahnya dengan karakteristik vertebra cervical. Vertebra C3 C7 memiliki corpus vertebra yang lebih lebar. Permukaan superior atau plateau superior kearah lateral membentuk processus unciform/uncinatus yang menghadap kearah superior medial dan bersendi dengan 2 processus unciform/ uncinatus vertebra atas yang menghadap kearah inferior. Khusus C3, processus unciform bagian superior bersendi dengan 2 proyeksi tulang yang datar dari permukaan inferior axis. Pada arkus posterior terdapat processus artikular yang memiliki facet artikular superior yang menghadap kearah superior posterior dan bersendi dengan facet artikular inferior vertebra atasnya. Facet artikular inferior menghadap kearah inferior anterior dan bersendi dengan facet artikular superior vertebra bawahnya. Processus transversus dan pedicle juga melekat pada corpus vertebra. Processus transversus memiliki foramen didekat corpus vertebra untuk lintasan arteri vertebralis. Kedua lamina berjalan oblique kearah inferior lateral dan membentuk processus spinosus ditengahnya dengan 2 tuberculum Cervical spine memiliki mobilitas dan stabilitas besar karena terdiri atas atlanto occipital (upper), atlanto axial (mid) dan intervertebral joint C2 3, sampai dengan C6 7 (lower) (lihat gambar dibawah ini). Pada segmen C1 C7 memiliki diskus intervertebralis, dimana diskus memiliki peran yang besar dalam menghasilkan gerakan yang luas. Karena susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, maka dapat dipilih dalam segmentasi sebagai berikut :

11 11 1. Atlanto-occypital joint (C0 C1) Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk facies articular inferior occyput yang cembung dan facies articular atlas yang cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi sehingga dikenal sebagai yes joint. Secara arthrokinematika, gerakan occiput terhadap atlas memerlukan slide pada sendi lawanannya berkaitan dengan gerakan fisiologis. Sendi ini divergen sekitar 30, sehingga permukaan sendi sebenarnya bukan dalam bidang sagital. Menurut Higelmark derajat sagital axis sendi dari condylus occipital adalah 28 divergen dari permukaan anterior sendi. Warner menjelaskan sendi ini seperti condyloid sehingga gerakan flexi ekstensinya menjadi luas dan lateral fleksi terbatas. Gerakan flexi ekstensi terjadi disekitar axis transversal dan lateral flexi disekitar axis sagital. ROM flexi extensi pada sendi ini adalah dan dibatasi oleh ligamen alar. Menurut Fielding, White and Panjabi and Paning tidak ada gerakan rotasi pada segmen C0 C1 sedangkan menurut Whereas Depreux and Mesidagh terjadi gerakan rotasi 5 pada segmen tersebut. 2. Atlanto-axial joint (C1 C2) Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh atlas arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kiri dan kanan, sehingga dikenal sebagai no joint. Bersama-sama diperkuat oleh : a. Pada bagian depan: ligamen cruciate, ligamen apical pada proc. odontoid, ligamen axial occypito median, Capsular ligamen pada atlanto occipital, ligamen longitudinal posterior, ligamen atlanto occipital anterior, dan ligamen longitudinal anterior. b. Pada bagian belakang terdapat : membran atlanto occipital posterior, ligamen atlanto axial posterior, ligamentum nuchae, ligamen cervical posterior, Capsular ligamen dan ligamen Plaval. Atlanto axial joint memiliki 4 sendi untuk menghasilkan gerakan yaitu bursa atlanto dentalis yang berhubungan dengan

12 12 artikulatio bagian tengah dan 2 bagian lateral. Bursa atlanto dentalis merupakan ruang antara lig transversal dari atlas dan dents axis. Articulatio middle atlanto axial terletak diantara dents axis dan permukaan posterior dari arcus anterior atlas. Sebagian besar gerakan pada atlanto axial joint terjadi pada articulatio lateral atlanto axial, yaitu sendi yang dibentuk dipermukaan articular superior anterior atlas dan axis. ROM pada setiap sisi 40 50, dimana menghasilkan setengah total rotasi cervical spine. Seperti pada atlanto occipital joint, rotasi pada sendi ini terutama dibatasi oleh ligament alar. Gerakan flexi ekstensi pada segmen ini hanya minimal yaitu 10o 15. Lateral flexi pada segmen ini hanya terjadi secara simultan dengan gerakan rotasi pada axis. Lewit and Jirout menggambarkan gerakan ini sebagai hasil dari force rotasi sehingga dapat terjadi pergeseran ke lateral pada tepi articular sendi bagian lateral dari atlas dibandingkan tepi lateral dari axis. 3. Intervertebral joint (C2 C7) Gerakan ke segala arah dengan gerakan dominan seperti ekstensi 12, fleksi 10, lateral fleksi 16o. a. Gerakan segmen C2 C3 Gerakan pada segmen C2 C3 adalah representatif dari segmen vertebra cervical yang khas dengan discus intervertebralis dan 8 bidang sendi, terdiri dari 4 sendi facet dan 4 sendi uncovertebralis (joint of Van Lesckha). Axis gerak melalui nukleus pulposus dan memberikan kebebasan gerak pada 3 bidang gerak. Karena orientasi pada sendi facet maka gerakan lateral flexi dan rotasi selalu terjadi secara bersamaan dalam arah yang sama. Karena gerakan selalu beriringan maka

13 13 tidak mungkin terjadi gerakan rotasi murni atau lateral flexi murni. Gerakan slide pada permukaan sendi tergantung pada rotasi yang tegak lurus pada axis. Besarnya gerakan rotasi atau lateral flexi bergantung pada susunan oblique dari permukaan sendi dalam bidang frontal. Permukaan sendi yang lebih horizontal maka lebih terjadi gerakan rotasi, sedangkan permukaan sendi yang vertikal maka lebih besar terjadi gerakan flexi. Pada vertebra C2 terjadi 2 axial rotasi yang seiring dengan setiap 30 lateral flexi. b. Gerakan segmen C3 C7 Mid cervical spine dapat memberikan ROM yang paling luas pada leher. Inklinasi dari permukaan facet pada segmen vertebra ini adalah 45 pada bidang horizontal. Segmen bawah lebih curam daripada segmen atas. Seperti pada segmen C2 C3 lateral flexi dan rotasi terjadi secara bersamaan dalam arah yang sama karena bidang oblique dari permukaan sendi. Meskipun demikian pada setiap segmen gerak terjadi slide yang berlawanan arah dalam permukaan sendi. Sebagai contoh, pada saat rotasi ke kanan maka facet articular bagian kanan akan slide kearah posterior dan inferior pada permukaan sendi bagian inferior. Total ROM pada regio ini 35o 37 dari total rotasi adalah 45. Pada saat flexi dan ekstensi murni maka kedua facet superior pada setiap segmen gerak akan slide kearah superior. Pada saat flexi, kedua facet akan slide kearah superior, dan pada saat extensi kedua facet slide kearah inferior. Total ROM flexi ekstensi pada lower cervical Facet joint dan Uncovertebral joint Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervertebral joint atau facet dimana terletak lebih pada bidang transversal. Facet dibentuk oleh proc. articular inferior vertebra atasnya dengan proc. articular superior vertebra dibawahnya, sehingga memungkinkan gerakan leher ke segala arah. (lihat gambar)

14 14 Uncovertebral (uncinate) joint bukan merupakan sendi yang sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral corpus vertebra cervical. Uncovertebral joint hanya terdapat pada cervical spine, berfungsi sebagai stabilisasi dan mengarahkan gerak segmental sehingga lebih dominan fleksi-ekstensi. 5. Muscular Fungsi utama otot leher adalah sebagai stabilisasi aktif dan menahan kepala. Sebagian besar otot leher kearah tipe I atau tonik, sering dijumpai patologi tightness (ketegangan otot yang berlebihan), kontaktur (pemendekan otot) dan tendomyosis. Otot-otot pada cervical spine meliputi : a. Bagian anterior : m. sternocleidomastoid, m. longus cercivis (descending, ascending dan longitudinal), m. rectus capitis anterior, m. rectus capitis anterior minor, m. rectus capitis lateralis, m. scalenus anterior, m. scalenus medius, m. scalenus posterior. b. Bagian posterior : ms. rectus capitis major dan minor, ms. obligus capitis superior dan inferior, m. cervical transverso spinalis, m. interspinosus, ms. semispinalis capitis dan cervicis, ms. transversal thoracis dan longissimus thoracis, m. levator scapula, dan m. trapezius.

15 15 E. Vertebra Thoracal Secara khas, vertebra thoracal tersusun oleh beberapa bagian yang sama seperti vertebra lumbal tetapi terdapat perbedaan struktural dan fungsional yang penting. Corpus vertebra thoracal secara kasar memiliki diamater transversal dan anteroposterior yang sama. Secara proporsional, corpus vertebra thoracal lebih besar daripada corpus vertebra lainnya, kemudian permukaan anterior dan lateral corpus membentuk cekungan. Tepi posterolateral dari vertebra plateau (dataran vertebra) membentuk suatu facet artikular yang oval disebut dengan facet artikular costal yang berhubungan dengan costovertebral joint. Kearah posterolateral dari corpus vertebra membentuk 2 buah pedicle. Kemudian kearah posterior dari pedicle terdapat 2 buah lamina yang membentuk bagian terbesar dari arkus vertebra. Kedua lamina tersebut lebih tinggi daripada lamina vertebra lainnya. Didekat pedicle pada tepi superior lamina terdapat processus artikular superior yang membentuk facet artikular. Facet tersebut dilapisi oleh kartilago dan berbentuk oval, datar atau sedikit konveks kearah transversal dan menghadap kearah posterior, sedikit superior lateral. Pada tepi inferior lamina didekat pedicle terdapat processus artikular inferior yang membentuk facet artikular. Facet tersebut juga dilapisi oleh kartilago dan berbentuk oval, plane (datar) atau sedikit konkaf kearah transversal dan menghadap kearah anterior, sedikit inferior medial ; facet ini bersendi dengan processus artikular superior dari vertebra bawahnya. Processus transversus pada thoracal menghadap kearah lateral dan sedikit posterior, dimana ujungnya membentuk facet artikular yang kecil dan berhubungan dengan tuberculum costalis. Processus spinosus pada thoracal lebih panjang daripada vertebra lainnya serta berbentuk tajam yang berinklinasi kearah inferior dan posterior, dimana ujungnya terdapat tuberculum. (lihat gambar)

16 16 Vertebra Th12 bekerja sebagai bridge (jembatan) antara regio thoracal dan lumbal, serta memiliki karakteristik tertentu yaitu : 1. Corpusnya hanya memiliki 2 facet costal yang berhubungan dengan Costa XII, terletak pada sudut posterolateral dari vertebral plateau. 2. Processus artikular superior bersendi dengan processus artikular inferior dari vertebra thoracal atasnya, yang menghadapa kearah posterior, sedikit superior lateral, sedangkan processus artikular inferior bersendi dengan processus artikular superior vertebra L1. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan dengan processus artikular superior vertebra lumbal maka processus artikular inferior Th12 menghadap kearah lateral anterior serta sedikit konveks kearah transversal. 1. Costovertebral dan costotransversal joint Pada setiap level vertebra thoracal terdapat sepasang costa yang bersendi dengan vertebra, dan terdapat 2 sendi yaitu costovertebral joint antara caput costa, diskus intervertebralis dan corpus vertebra, serta costotransversal joint antara tuberculum costa dan processus transversus vertebra bawahnya. Costovertebral joint merupakan sendi sinovial yang terbentuk dari 2 facet costal pada sisi vertebra, salah satu pada tepi superior vertebra bawah dan lainnya pada tepi inferior vertebra atas. Kedua facet tersebut membentuk sudut yang solid, dimana dasarnya terdapat annulus fibrosus dari diskus intervertebralis. Facet dari caput costa sedikit konveks dan juga membentuk sudut yang solid antara satu dengan lainnya dimana tepat masuk kedalam sudut yang dibentuk oleh facet costal vertebra. Ligamen interosseous melekat pada caput costa antara 2 facet artikular dan pada diskus intervetebralis, membagi sendi ini kedalam 2 cavitas yang berbeda yaitu cavitas superior dan inferior, serta dibungkus oleh kapsul tunggal. Costovertebral joint diperkuat oleh ligamen radiate yang terdiri dari 3 serabut yaitu serabut superior dan serabut inferior yang melekat pada corpus vertebra yang saling berdekatan serta serabut intermediate yang melekat didalam annulus fibrosus dari diskus intervertebralis. Costotransversal joint juga merupakan sendi sinovial yang terdiri dari 2 facet artikular yang oval, salah satunya pada ujung processus transversus dan lainnya pada tuberculum costa. Sendi ini dibungkus oleh kapsul tetapi diatasnya diperkuat oleh 3 ligamen costotransversal yaitu : a. Ligamen costotransversal interosseous ; ligamen ini sangat pendek dan kuat, berjalan dari processus transversus ke permukaan posterior dari collum costa.

17 17 b. Ligamen costotransversal posterior ; berbentuk rectangular, panjangnya 1,5 cm dan lebarnya 1 cm, berjalan dari ujung processus transversus ke tepi lateral tuberculum costal. c. Ligamen costotransversal superior ; sangat tebal dan kuat, datar dan quadrilateral, lebarnya 8 mm dan panjangnya 10 mm, berjalan dari tepi inferior processus transversus ke tepi superior dari collum costa dibawahnya. Menurut beberapa peneliti juga terdapat ligamen costotransversal inferior yang terletak pada sendi dibawahnya. Secara keseluruhan, costa bersendi dengan vertebra thoracal dengan 2 buah sendi sinovial yaitu costotransversal joint (sendi yang sederhana), dan costovertebral joint (sendi ganda) yang lebih solid dan saling mengunci. (lihat gambar) 2. Gerakan Ada 3 DKG yang terjadi pada vertebra thoracal yaitu : a. Fleksi Extensi Selama ekstensi, vertebra bergerak kearah posterior dan diskus sisi posterior menyempit. Akibatnya diskus melebar kearah anterior dan nukleus pulposus bergeser kearah anterior. Ekstensi dibatasi oleh terbenturnya processus artikular dan processus spinosus yang tajam berinklinasi kearah inferior dan posterior, yang secara normal hampir menyentuh. Ligamen longitudial anterior mengalami

18 18 penguluran sementara ligamen longitudinal posterior, ligamen flavum dan ligamen interspinosus menjadi relaks. Selama fleksi, terjadi interspace antara 2 vertebra yang membuka pada bagian posterior dan nukleus bergeser kearah posterior. Permukaan dari processus artikular akan slide kearah atas dan processus artikular inferior pada vertebra atasnya cenderung bergantung diatas processus artikular superior pada vertebra bawahnya. Fleksi dibatasi oleh ketegangan yang berkembang pada ligamen interspinosus, ligamen flavum, kapsular ligamen sendi antara processus artikular dan ligamen longitudinal posterior. Sebaliknya ligamen longitudinal anterior menjadi relaks. Gerakan fleksi ekstensi thoracal juga berhubungan dengan sangkar thoraks. Selama fleksi, semua sudut yang dibentuk antara segmen-segmen thoraks yang beragam dan antara thoraks dengan vertebra thoracal akan membuka keluar. Sudut-sudut yang terbuka keluar adalah sudut costovertebral, sudut sternocostalis superior dan inferior dan sudut chondrocostal. Sebaliknya selama ekstensi, semua sudut tersebut menjadi lebih kecil b. Lateral fleksi Selama lateral fleksi, facet artikular pada kedua vertebra yang berdekatan akan slide satu sama lain. Pada sisi kontralateral facet akan slide ke atas seperti pada saat fleksi, sedangkan pada sisi ipsilateral facet akan slide ke bawah seperti pada saat ekstensi. Lateral fleksi dibatasi oleh terbenturnya processus artikular pada sisi gerakan (sisi ipsilateral), dan juga dibatasi oleh ligamen flavum dan ligamen intertransversal pada sisi kontralateral. Gerakan lateral fleksi thoracal juga berhubungan dengan sangkar thoraks. Selama lateral fleksi, sisi kontralateral thoraks akan elevasi, space intercostal akan melebar, sangar thoraks membesar dan sudut chondrocostal pada costa X cenderung membuka. Pada sisi ipsilateral terjadi sebaliknya yaitu sangkar thoraks mengecil dan menyusut, space intercostal menjadi sempit dan sudut chondrocostal menjadi lebih kecil c. Rotasi Ketika satu vertebra berotasi terhadap vertebra lainnya, maka facet artikular akan slide satu sama lain dan ini menyebabkan rotasi corpus vertebra yang relatif terhadap vertebra lainnya. Hal ini diikuti oleh rotasi dan twisting dari diskus intervertebralis dan bukan gerakan shearing pada diskus seperti pada regio lumbal. Rotasi dan twisting pada diskus memiliki ROM yang besar, khususnya rotasi murni pada vertebra thoracal adalah kurang lebih 3 kali lebih besar dari vertebra lumbal. Bagaimanapun juga, rotasi thoracal akan lebih besar jika vertebra thoracal tidak dihubungkan dengan kuat oleh tulang thoraks. Dalam

19 19 kenyataannya, suatu gerakan pada setiap columna vertebralis akan menyebabkan gerakan yang sama pada beberapa costa yang berhubungan, tetapi gerak sliding dari costa berpasangan terhadap pasangan costa diatasnya dibatasi oleh tulang sternum dimana setiap level costa melekat pada sternum melalui cartilago costal. Oleh karena itu, rotasi vertebra akan menyebabkan distorsi pada pasangan costa yang berhubungan. Distorsi terjadi karena adanya elastisitas costa khususnya cartilagonya, dimana distorsi yang terjadi adalah : 1) Penonjolan konkavitas costa pada sisi rotasi vertebra. 2) Pendataran konkavitas costa pada sisi lawanannya 3) Penonjolan konkavitas sudut chondrocostal pada sisi lawanan dari rotasi vertebra 4) Pendataran konkavitas sudut chondrocostal pada sisi rotasi. Selama rotasi, sternum mengalami gaya shearing dan posisinya menjadi oblique kearah superior-inferior sebagaimana mengikuti gerakan rotasi dari corpus vertebra. Tahanan mekanikal dari thoraks berperan cukup besar membatasi ROM vertebra thoracal. Ketika thoraks masih fleksibel seperti pada usia muda maka gerakan vertebra thoracal memiliki ROM yang cukup besar tetapi pertambahan usia dimana terjadi ossifikasi cartilago costal akan menyebabkan penurunan elastisitas chondrocostal. Akibatnya, thoraks menjadi hampir kaku dan gerakan yang berhubungan menjadi menurun. 3. Muskular Pada daerah thoracal, otot yang utama adalah otot respiratorius yaitu : a. Otot levator costa, yang melekat pada ujung processus transversus dan tepi superior dari costa bagian bawah. Fungsinya bekerja mengangkat (elevasi) costa. b. Otot eksternal intercostal, yang serabutnya berjalan paralel terhadap otot levator costa sebagaimana otot tersebut berjalan oblique kearah superior medial. Otot ini bersama-sama dengan levator costa berfungsi untuk mengangkat (elevasi) costa dan bekerja sebagi otot inspirasi. c. Otot internal intercostal, yang serabutnya oblique berjalan kearah superior lateral, berfungsi untuk menurunkan (depressi) costa dan bekerja sebagai otot ekspirasi. d. Otot sternocostalis merupakan otot yang kecil, biasanya diabaikan karena lokasinya yang retro-sternal. Otot ini terletak pada permukaan dalam sternum dan serabutnya melekat pada costa II VI, berjalan oblique kearah inferior medial. Kontraksi dari seluruh serabut otot ini dapat menurunkan (depressi) cartilago costal yang relatif terhadap sternum sehingga otot ini merupakan otot ekspirasi.

20 20 e. Diaphragma merupakan kubah muskulo-tendinogen yang membentuk lantai thoraks dan pemisah antara thoraks dan abdomen (lihat gambar). Ketika diaphragma berkontraksi maka tendon sentral akan tertarik ke bawah sehingga meningkatkan diamater vertikal dari thoraks. Elevasi dari costa bagian bawah menyebabkan diaphragma meningkatkan diameter transversal thoraks bagian bawah dan secara simultan (bersamaan) terjadi juga elevasi costa bagian atas sehingga meningkatkan diameter anteroposterior thoraks. Oleh karena itu, diaphragma dikatakan sebagai otot utama respirasi karena menghasilkan peningkatan 3 diamater rongga thoraks yaitu : Peningkatan diameter vertikal karena tertariknya tendon sentral ke bawah. Peningkatan diameter transversal karena adanya elevasi costa bagian bawah. Peningkatan diameter anteroposterior karena adanya elevasi costa bagian atas dengan bantuan sternum.

21 21 F. Vertebra Lumbal Vetebra lumbal juga memiliki karakteristik seperti pada vertebra thoracal, meskipun secara keseluruhan hampir sama dengan struktur vertebra thoracal. G. Sacroiliaca Joint dan Tulang Pelvis

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

Anatomy of Vertebrae

Anatomy of Vertebrae Anatomy of Vertebrae Introduction 33 vertebrae : 7 Vertebra cervicales 12 vertebra thoracicae 5 vertebra lumbales 5 vertebra sacrales 4 vertebra coccygeae Vertebral Body Corpus vertebralis anterior segment

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foward Head Position (FHP) 2.1.1 Definisi Forward Head Position Forward Head Position (FHP) atau posisi kepala mengarah ke depan adalah suatu posisi kepala terhadap tubuh pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM LATIHAN UNTUK LBP (LOW BACK PAIN) ET CAUSA SPONDYLOSIS

PERENCANAAN PROGRAM LATIHAN UNTUK LBP (LOW BACK PAIN) ET CAUSA SPONDYLOSIS PERENCANAAN PROGRAM LATIHAN UNTUK LBP (LOW BACK PAIN) ET CAUSA SPONDYLOSIS DISUSUN OLEH : Sela Maudia (1406626274) PROGRAM VOKASI BIDANG STUDI RUMPUN KESEHATAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

Movement Of The Thorax : Pendekatan Kinesiologi

Movement Of The Thorax : Pendekatan Kinesiologi 38 Movement Of The Thorax : Pendekatan Kinesiologi 1 Hidayaturrahmi, 2 Reza Maulana 1 Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2 Bagian Anatomi Histologi, Fakultas

Lebih terperinci

Semester 5 Prodi D3 Fisioterapi STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya

Semester 5 Prodi D3 Fisioterapi STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya Semester 5 Prodi D3 Fisioterapi STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya 1. Nondisplaced 2. Medial displacement 3. Lateral displacement 4. Distracted 5. Overidding with posterior & superior displacement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

ASPEK ANATOMI DAN BIOMEKANIK TULANG LUMBOSAKRAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN NYERI PINGGANG. OLEH : dr. VITRIANA, SpRM

ASPEK ANATOMI DAN BIOMEKANIK TULANG LUMBOSAKRAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN NYERI PINGGANG. OLEH : dr. VITRIANA, SpRM ASPEK ANATOMI DAN BIOMEKANIK TULANG LUMBOSAKRAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN NYERI PINGGANG OLEH : dr. VITRIANA, SpRM SMF REHABILITASI MEDIK FK UNPAD/RSUP Dr.HASAN SADIKIN FK UI/RSUPN Dr.CIPTOMANGUNKUSUMO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteologi, Miologi, dan Arthrologi Leher Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara thorax dan caput. Leher termasuk ke dalam columna vertebrales. Batas

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April PENGARUH PENAMBAHAN NELSON TRACTION PADA INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA UPPERTHORAKAL AKIBAT JOINT BLOCKADE

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOSIS LUMBAL DAN SCOLIOSIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOSIS LUMBAL DAN SCOLIOSIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOSIS LUMBAL DAN SCOLIOSIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Servikal 2.1.1 Servikal I-VII Vertebra servikal I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk Tuhan yang ada di dunia ini terutama manusia. Bagi manusia kesehatan mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION Oleh: Sugijanto Pengertian Traksi: proses menarik utk meregangkan jarak antar suatu bagian. Traksi spinal: tarikan utk meregangkan jarak antar vertebra. Traksi Non

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKO BUDI WIJAYA J 100 090 032 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, peran yang sangat kompleks, anatomi dan fisiologi (fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, peran yang sangat kompleks, anatomi dan fisiologi (fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan makhluk istimewa yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya aktivitas keseharian, problematika sehari-hari, peran yang

Lebih terperinci

FISIOTERAPI PADA PENDERITA LBP AKIBAT SPONDYLOSIS

FISIOTERAPI PADA PENDERITA LBP AKIBAT SPONDYLOSIS FISIOTERAPI PADA PENDERITA LBP AKIBAT SPONDYLOSIS Jumat, 17 Desember 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah lumbal terdiri atas L1 sampai L5 dan L5 S1 yang paling besar menerima beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi pun berkembang dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara menyeluruh terhadap kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. 18,19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. 18,19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi obesitas Obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO Oleh: ARNI YULIANSIH J100141115 NASKAH PUBLIKASI Diajukan guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (Word Health Organization), sehat adalah Suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN AKIBAT KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL II V

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN AKIBAT KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL II V PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN AKIBAT KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL II V Oleh: Eko Budi Prasetyo (Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan) ABSTRAK Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan tulang belakang terdiri dari tujuh buah ruas tulang leher (cervical) dengan kode C1-C7, dua belas buah ruas tulang dada (thoracic) dengan kode T1- T12, lima

Lebih terperinci

Biomekanika Spine. Sistem muskuloskeletal batang tubuh terdiri dari spine (tulang

Biomekanika Spine. Sistem muskuloskeletal batang tubuh terdiri dari spine (tulang Biomekanika Spine Sistem muskuloskeletal batang tubuh terdiri dari spine (tulang belakang), tulang iga, pelvis dan fasia serta otot-otot yang terkait. Spine terdiri dari 24 semirigid presacral vertebra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PADA KASUS LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOARTHROSIS L3-L4 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PADA KASUS LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOARTHROSIS L3-L4 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PADA KASUS LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOARTHROSIS L3-L DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ANGGIT CAHYO UTOMO J 00 00 060 KARYA TULIS

Lebih terperinci

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM Proses degeneratif sendi (1) Dimulai pada usia dewasa, terus mengalami progresifitas lambat sepanjang hidup Terjadi perubahan bertahap permukaan cartilago

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembanganya modernitas kehidupan dapat dapat berpengaruh terhadap aktifitas hidup manusia itu sendiri. Aktifitas yang kita lakukan sehari-hari tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Sebagaimana tercantum dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Sebagaimana tercantum dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 MANFAAT BACK SCHOOL AKTIF TERHADAP PENGURANGAN NYERI PINGGANG MEKANIS (STUDI KOMPARATIF ANTARA PEMBERIAN BACK SCHOOL AKTIF, SWD DAN US DENGAN PEMBERIAN BACK SCHOOL PASIF, SWD DAN US) Nurhayati, S. Indra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, demi terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL 3 5 DAN SACRUM 1 DI RSUD SUKOHARJO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL 3 5 DAN SACRUM 1 DI RSUD SUKOHARJO PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL 3 5 DAN SACRUM 1 DI RSUD SUKOHARJO Disusun Sebagian Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang memungkinkan untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7 columna vertebra cervical, 12

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Punggung Bawah 2.1.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah

Lebih terperinci

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT : Bab ini membicarakan tentang sistema respiratoria yang melibatkan organ-organ seperti hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiale,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia BAB V PEMBAHASAN Nyeri punggung bawah atau LBP merupakan penyakit muskuloskeletal yang dapat berasal dari mana saja seperti sendi, periosteum, otot, annulus fibrosus bahkan saraf spinal. LBP bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui perbedaan kombinasi Mc.Kenzie dan William flexion exercise dengan pilates exercise dalam meningkatkan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spinopelvic Balance dan Pelvic Parameter Hal yang membedakan manusia dan merupakan keunikan tersendiri dari manusia (Homo sapiens) adalah manusia merupakan satu-satunya primata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Punggung Bawah 2.1.1 Definisi Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain (LBP) merupakan masalah kesehatan di hampir semua negara. Hampir bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa pertumbuhan dan siap menerima peran baru sebagai seorang istri maupun ibu. Perubahan peran ini secara

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan jaman masalah kesehatan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan jaman masalah kesehatan menjadi salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman masalah kesehatan menjadi salah satu prioritas utama masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja. Hal ini disebabkan karena 65% penduduk Indonesia. adalah usia kerja 30% bekerja disektor formal dan 70% disektor

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja. Hal ini disebabkan karena 65% penduduk Indonesia. adalah usia kerja 30% bekerja disektor formal dan 70% disektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH 18 BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH Pengantar Menembak (shooting) dalam olahraga panahan sangat memerlukan konsistensi (keajegan) dan stabilitas yang tinggi, sehingga dengan adanya konsistensi dan stabilitas

Lebih terperinci

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Punggung Bawah Menurut Snell (2006), punggung yang terbentang dari kranium sampai ke ujung os coccygis dapat disebut sebagai permukaan posterior trunkus. Skapula dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUD Kebumen pada bulan Juni 2015 Juli 2015. Dari penelitian didapatkan sebanyak 74 orang yang memeriksakan LBP ke RSUD Kebumen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vertebra Servikalis Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang leher yang berjumlah 7 buah (CV I CV VII). 13,14 Vertebra servikalis merupakan bagian

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI Namaa : Nim : Kelas : Kelompok : FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering jumpai seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering jumpai seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi perkembangan fisioterapi, dimana telah disebutkan dalam KEPMENKES 1363 tahun 2001 BAB 1, pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan nyeri pinggang dapat dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan nyeri pinggang dapat dialami oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah merupakan salah satu keluhan yang cukup sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan nyeri pinggang dapat dialami oleh semua, tidak memandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) 1. Definisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau

Lebih terperinci

TULANG RAWAN CARTILAGE=KARTILAGO. dr Subandi, M.Kes., DAHK., PA(K)

TULANG RAWAN CARTILAGE=KARTILAGO. dr Subandi, M.Kes., DAHK., PA(K) TULANG RAWAN CARTILAGE=KARTILAGO dr Subandi, M.Kes., DAHK., PA(K) Ciri Khas Matriks EC benyak mengandung : glikosaminoglikan proteoglikan serabut kolagen dan elastis Klasifikasi TR Klasifikasi TR berdasarkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun :

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci