BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteologi, Miologi, dan Arthrologi Leher Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara thorax dan caput. Leher termasuk ke dalam columna vertebrales. Batas di sebelah cranial adalah basis mandibula dan suatu garis yang ditarik dari angulus mandibula menuju ke processus mastoideus, linea nuchae suprema sampai ke protuberantia occipitalis eksterna. Batas kaudal dari ventral ke dorsal dibentuk oleh incisura jugularis sterni, clavicula, acromion dan suatu garis lurus yang menghubungkan kedua acromia. 11 Rangkaian tulang belakang atau columna vertebrales merupakan sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang pada setiap dua ruas tulang terdapat bantalan tulang rawan. Seluruh columna vertebrales terdapat 33 ruas tulang, yaitu tujuh vertebrae cervicales atau ruas tulang belakang bagian leher, dua belas vertebrae thoracales atau ruas tulang punggung, lima vertebrae lumbales atau ruas tulang pinggang, lima vertebrae sacrales atau ruas tulang kelangkang, dan empat vertebrae coccygeae atau tulang ekor. Pada vertebrae cervicales, vertebrae thoracales, dan vertebrae lumbales ruas-ruasnya tetap tinggal jelas terpisah selama hidup dan disebut ruas yang dapat bergerak. Ruas-ruas pada dua daerah bawah, vertebrae sacrales dan vertebrae coccygeae pada masa dewasa bersatu dan membentuk dua tulang yang disebut ruas-ruas tak bergerak. 12 Dilihat dari bidang sagital, columna vertebrales memperlihatkan empat kurva normal. Pada vertebrae cervicales, kurva tersebut berbentuk lordosis atau konkaf ke arah posterior kemudian diikuti oleh vertebrae 5

2 thoracales yang berbentuk konkaf ke arah anterior atau kifosis. Kurva vertebrae lumbales sama seperti vertebrae cervicales, yaitu konkaf kearah posterior atau lordosis. Sedangkan, vertebrae sacrales seperti vertebrae thoracales, yaitu kifosis. Baik vertebrae thoracales dan vertebrae sacrales disebut sebagai kurva utama karena nampak pada saat lahir, sedangkan vertebrae cervicales dan vertebrae lumbales tidak nampak pada saat lahir dan disebut kurva sekunder. 12,13 Berikut adalah gambar columna vertebrales: Gambar 1. Columna Vertebrales dilihat dari sagital membentuk empat kurva. 14 6

3 1. Osteologi Leher Tulang leher terdiri dari vertebrae cervicales, os hyoideum, manubrium sterni, dan clavicula. Tulang-tulang tersebut merupakan bagian skeleton aksial, kecuali clavicula yang merupakan bagian skeleton apendikular superior. 10 a. Vertebrae Cervicales Regio cervicalis pada columna vertebralis dibentuk oleh tujuh vertebrae cervicales yang menutupi medulla spinalis dan meninges. Secara anatomi, vertebrae cervicales dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah servikal atas (C1 dan C2) dan daerah servikal bawah (C3 sampai C7). Tiga diantara vertebrae cervicales tersebut memiliki struktur anatomi yang unik dan diberi nama khusus, yaitu C1 disebut Atlas, C2 disebut Axis dan C7 disebut Vertebra Prominens. 14 Berikut gambar dari vertebrae cervicales: Gambar 2. Vertebrae Cervicales. 15 7

4 1) Vertebrae Cervicales 1 atau Atlas Atlas berbeda dengan vertebrae cervicales lainnya karena tidak mempunyai corpus spinosus, tapi mempunyai tuberculum posterior yang kecil yang berguna agar pergerakan kepala lebih bebas. Atlas berbentuk cincin dibagi dua, yaitu lengkung depan disebut arcus anterior dan lengkung belakang disebut arcus posterior ) Vertebrae Cervicales 2 atau Axis Axis atau vertebrae cervicales kedua ditandai oleh adanya epistropheus. Ciri lain yang terdapat pada axis adalah adanya dens atau processus odontoid. 16 3) Vertebrae Cervicales 3-6 atau Vertebra Servikalis Tipikal Disebut Vertebra Servicalis Tipikal karena mempunyai bentuk anatomi yang sama. Keempat vertebrae tersebut memiliki corpus vertebrae kecil dan lebih panjang dari samping ke samping daripada secara anteroposterior. Lalu, terdapat foramen vertebrale besar dan berbentuk segitiga. Facies articularis superior mengarah ke superoposterior dan facies inferior mengarah ke inferoposterior. Processus spinosusnya pendek dan bercabang atau terbelah dua. 10,14 4) Vertebrae Prominens Vertebrae cervicales ketujuh ini diberi nama demikian karena processus spinosusnya panjang dan tidak terbelah dua. Processus transversusnya besar, tetapi foramen transversariumnya kecil. 10 b. Os hyoideum Tulang berbentuk U ini terdiri dari corpus di medial, sepasang cornu minus di lateral, dan sepasang cornu majus di posterior. Ligamentum stylohyoideus melintas di antara processus styloideus 8

5 dan cornu minus. 15 Os hyoideum tidak berartikulasi dengan tulang lain. Secara fungsional, tulang ini berfungsi sebagai pelekat untuk m. cervicalis anterior dan penyangga yang menjaga jalan napas agar tetap terbuka. Corpus ossis hyoideus bagian medianya menghadap anterior dan setiap ujung corpusnya disatukan dengan cornu majus yang berproyeksi secara posterosuperior dan lateral dari corpus. Setiap cornu minus adalah proyeksi tulang kecil dari pars superior corpus ossis hyoidei dekat penyatuannya dengan cornu majus Miologi Leher Selanjutnya, secara deskriptif, leher dibagi menjadi tiga bagian, yaitu struktur superfisial, trigonum anterior, dan trigonum posterior. a. Struktur Superfisial Leher dikelilingi di bagian inferior oleh claviculae dan tepi superior dari sternum. Lalu, di bagian superior oleh tepi posterior dari mandibula dan basis cranii. 14 Terdapat otot-otot superfisial leher, yaitu m. platysma, m. sternocleidomastoideus dan m. trapezius. Berikut adalah gambar otot-otot yang terdapat pada superfisial leher: Gambar 3. Otot-Otot Superfisial Leher. 15 9

6 1) Musculus platysma M. platysma adalah selembar otot tipis yang lebar dalam jaringan subkutan leher. Otot ini dipersarafi oleh ramus colli n. facialis (N VII). 10 M. platysma menutupi aspek anterolateral leher. Seratnya berasal dari fascia profunda yang melapisi pars superior m. deltoideus dan m. pectoralis mayor dan membentang secara superomedial pada clavicula ke margo inferior mandibula. Origo : Fascia profunda di atas m. pectoralis mayor dan m. deltoideus. Insersio : Corpus mandibulae dan sudut mulut. 10,11 2) Musculus sternocleidomastoideus M. sternocleidomastoideus merupakan suatu otot seperti sabuk yang menonjol dan berjalan dari sepertiga medial clavicula dan tepi superior sternum ke anterior dan posterior di sepanjang bagian lateral leher. Otot ini melekat pada processus mastoideus di telinga posterior dan sepertiga lateral linea nuchae superior os occipitale. Origo : Caput medial : anterior incisura jugularis sterni, anterior articulation sternocalvicularis, Caput lateral : clavicula pars sternalis. Insersio : Permukaan lateral processus, mastoideus dan linea nuchae suprema. M. sternocleidomastoideus ini dipersarafi oleh n. accessorius (N XI) dan cabang-cabang plexus cerivcalis. 17 3) Musculus Trapezius M. trapezius merupakan otot segitiga pipih yang besar dan menutupi aspek posterolateral leher dan thorax. Otot ini melekatkan cingulum pectoral ke cranium dan columna vertebralis yang membantu menahannya. 10 Origo: protuberentia 10

7 occipitalis externa, linea nuchae superior, septum nuchae, processus spinosus vertebrae prominens, processus spinosi semua vertebrae thoracales. Insersio: pars descendens dari bagain cranial septum nuchae pada extrimitas acromialis claviculae. Pars ascendens dari vertebrae thorachales inferior pada tepi bawah spina scapulae. M. trapezius ini dipersarafi oleh n. accessorius (N XI) dan cabang-cabang plexus cerivcalis. 15 b. Trigonum Anterior Bagian segitiga anterior dibatasi oleh tepi anterior m. sternocleidomastoideus, margo inferior mandibula dan garis media di sebelah anterior. Di bagian posterior, dinding anterior columna vertebralis yang datar menempati bidang koronal, berada di antara bagian somatik dan bagian viseral leher. 17 Terdapat beberapa otot pada trigonum anterior ini, di antaranya adalah m. sternocleidomastoideus, m. omohyoideus, mm. infrahyoideus dan mm. suprahyoideus. Berikut adalah gambar otot-otot yang terdapat di trigonum anterior: Gambar4. Otot-otot Trigonum Anterior Leher

8 1) Musculus omohyoideus Otot ini memisahkan segitiga bagian anterior sisanya, menjadi segitiga karotis di sebelah posterior dan segitiga muscular di sebelah anterior. Otot ini mempunyai dua venter, yaitu venter superior dan venter inferior berbentuk pipih, panjang, dan terletak sebelah lateral m. sternohyoideus ke kaudal lateral menyilang di sebelah dalam m. sternomastoideus. Otot ini dipersarafi oleh ramus inferior ansa cervicales (C2- C3). 18,19 a) Venter superior adalah otot kecil seperti sabuk yang melekat di atas tepi bawah Os hyoideus dan berjalan ke inferior dan posterior, menghilang di balik tepi anterior m. sternocleidomastoideus dan di sekitar pertengahan panjangnya. b) Venter inferior mm. omohyoideus berhubungan dengan venter superior di dalam selubung m. sternocleidomastoideus pada pertautan seperempat bagian inferior dan tiga perempat bagian superior. 2) Musculum infrahyoideus Kelompok otot kecil seperti sabuk ini terletak di anterior leher dan sebagian bertumpang tindih oleh m. sternocleidomastoideus yang divergen. Semua otot ini dipersarafi oleh n. cervicalis I, II, dan III melalui plexus cervicalis dan lingkaran n. ansa hypoglossus. 15 a) M. sternohyoideus Otot ini merupakan otot selempang terpanjang dan terdangkal yang berbentuk pipih, kuadrangular, terletak di sebelah ventral laring, trachea dan glandula thyroidea, sebelah lateral linea mediana leher

9 b) M. thyrohyoideus Otot ini berbentuk pipih, kuadrangular, dan tipis terletak antara os hyoideum dan cartilago thyreoidea di sebelah dorsal m. sternohyoideus. 18 c) M. sternohyoideus Otot ini bersinambungan dengan jalur m. tirohyoideus, di antara linea oblique pada lamina cartilago thyroidea dan sternum. 17 d) M. omohyoideus Otot ini melintas antara os hyoideus dan ligamentum transversum superius insisura scapula. 17 e) Mm. suprahyoideus Otot-otot ini mengelilingi dasar mulut. (1) M. digastricus Otot ini mempunyai dua venter, yaitu: (a) Venter anterior berjalan ke superior dan anterior dari permukaan superior os hyoideus ke tepi inferior mandibula di bawah dagu. Bagian ini dipersarafi oleh cabang mylohyoid n. alveolaris inferior. (b) Venter posterior bergabung dengan venter anterior dan tepi superior os hyoideus melalui tendon intermediate. Bagian ini dipersarafi oleh cabang digastrik n. facialis. 17 (2) M. stylohyoideus Otot ini melintas dari processus styiloideus menuju cornu minus os hyoideus; tendo insersi otot ini terpecah untuk saluran m. digastricus. Otot ini berbentuk silindris kecil dan tipis, terletak di dorsal mandibula di ventral 13

10 venter posterior m. digastricus. Otot ini dipersarafi oleh n. facialis (N VII). 17,18 (3) M. milohyoideus Otot ini berbentuk segitiga, gepeng, dan lebar yang terletak di sebelah medial dorsal corpus mandibulae merupakan dasar dan cavitas oris. 18 c. Trigonum Posterior Batas-batas segitiga posterior leher adalah m. trapezius di sebelah posterior, m. sternocleidomastoideus di sebelah anterior dan clavicula di sebelah inferior. Otot-otot pada trigonum posterior ini dibagi lagi menjadi beberapa kelompok, di antaranya kelompok lateral yang terdiri dari m. scalenus anterior, m. scalenus medius, m. scalenus posterior, m. levator scapula; kelompok anterior terdiri dari m. longus colli, m. rectus capitis anterior dan m. rectus capitis lateral; kelompok posterior terdiri dari m. splenius, m. semispinalis dan kelompok suboksipital. 17 Berikut adalah gambar otot-otot yang terdapat pada trigonum posterior leher: 14

11 Gambar 5. Otot-otot pada trigonum posterior leher. 16 1) Kelompok Lateral Kelompok lateral ini meliputi mm. scalenus (anterior, medius dan posterior) dan m. levator scapulae. Otot ini dipersarafi oleh cabang lateral ramus ventralis primer saraf spinalis. a) M. scalenus anterior Otot ini berbentuk pipih, kuadrangular, terletak di regio colli posterior bagian inferior sebagian tertutup oleh m. stemomastoiudeus. N. phrenicus melintas di sebelah anterior terhadap otot ini untuk memasuki thorax, sedangkan akar plexus servicalis serta plexus brachialis keluar pada tepi posterolateral otot ini. 17,18 (1) M. scalenus medius Otot ini berbentuk pipih, inangular, terletak di sebelah dorsal m. scalenus anterior terpisah oleh suatu celah yang disebut fissura scaleni. 18 (2) M. scalenus posterior Sesungguhnya, otot ini adalah bagian dari m. scalenus medius yang berinsersi sepanjang permukaan luar iga kedua. 17 (3) M. levator scapulae Otot ini berbentuk pipih, kudrangular, terletak disebelah lateral m. scalenus anterior. 18 2) Kelompok Anterior 15

12 Kelompok anterior meliputi m. longus colli, m. rectus capitis anterior, dan m. rectus capitis lateral. Otot fleksor ini dipersarafi oleh cabang anterior ramus ventralis primer. 17 a) M. longus servisis (colli), yang terutama mengadakan fleksi columna vertebralis, berasal dari tiga bagian sebagai berikut: (1) Bagian oblique superior melintas dari tuberculum anterius processus transversus vertebrae cervicales ketiga sampai keenam menuju axis. (2) Bagian tegak melintas dari corpus vertebrae thoracales bagian atas untuk berinsersi pada corpus vertebrae cervicales superior. (3) Bagian oblique inferior melintas dari corpus vertebrae thoracales superior menuju tuberculum anterius processus transversus vertebrae cervicales keempat dan kelima. 18 b) M. longus capitis Berasal dari tuberculum anterius processus transversus vertebrae cervicales ketiga sampai keenam. Otot ini berbentuk pipih dan triangular. 17,19 c) M. rectus capitis anterior Otot ini pendek, datar, dan terletak tepat di anteroposterior capitis longus. Berasal dari sisi lateral atlas dan berinsersi pada bagian basilar os occipitalis. d) M. rectus capitis lateral Berasal dari processus transversus atlas. Otot ini memantapkan sendi atlanto-occipitalis. 19 3) Kelompok Posterior 16

13 Tersusun dari kelompok otot splenius, m. semispinalis, dan kelompok sub occipitalis. Otot ekstensor ini dipersarafi oleh ramus dorsalis primer saraf spinalis. a) Kelompok spinotransversus Otot splenius tersusun dari bagian eksternal lapis otot intrinsik punggung. 17 (1) Otot splenius capitis Berasal dari tulang belakang vertebrae thoracales bagian atas dan bagian bawah ligamentum nuchae. (2) M. splenius servisis Berasal dari tulang belakang vertebrae thoracales ketiga sampai keenam. b) Kelompok sacrospinal Otot ini melintas di antara processus transversus. 17 (1) M. longissimus capitis Berasal dari empat bagian bawah processus transversus vertebrae cervicales dan berinsersi pada processus mastoideus. (2) M. longissimus servisis Melintas di antara processus transversus leher dan thorax. c) Kelompok transversospinal Otot-otot ini melintas di antara processus transversus vertebrae thoracales dan cervicales. (1) M. semispinalis servisis Berinsersi pada tulang atlas. (2) M. semispinalis capitis Berinsersi pada linea nuchae superior dan linea nuchae inferior os occipitalis. 17

14 d) Kelompok Sub occipitalis Menyusun lapis terdalam otot intrinsik dan dipersarafi oleh cabang dari n. spinalis C1. (1) M. rectus capitis posterior major Berasal dari axis dan selanjutnya menyimpang dari pasangannya, meninggalkan ruang segitiga kecil. (2) M. rectus capitis posterior minor Berasal dari tuberculum posterius atlas. (3) M. oblique capitis inferior Berasal dari axis. (4) M. oblique capitis superior Berasal dari processus transversus atlas. (5) Masing-masing sisi segitiga sub occipitalis Dibatasi oleh m. rectus capitis posterior major dan dua otot oblique Arthrologi Leher Terdapat tiga sendi atau articulatio pada vertebra cervicales, yaitu atlanto-occipital joint (C0-C1), atlanto-axial joint (C1-C2), dan vertebrae joints (C2-C7). Adapun gerakan yang dihasilkan pada regio ini, yaitu fleksi-ektensi, rotasi, dan lateral fleksi cervical. 13 a. Atlanto occipital Joint (C0-C1) Atlanto-occipital joint berperan dalam gerakan fleksi-ekstensi dan lateral fleksi cervical. Pada gerakan fleksi, condylus yang konveks akan bergeser kearah posterior terhadap facet articularis yang konkaf sebesar 10. Sedangkan, pada gerakan ekstensi, condylus yang konveks akan bergeser kearah anterior terhadap facet articularis yang konkaf sebesar 17. Kemudian, pada gerakan lateral fleksi cervical akan terjadi rotasi dengan jumlah yang kecil pada 18

15 condylus occipitalis yang konveks terhadap facet articularis yang konkaf sebesar b. Atlanto axial Joint (C1-C2) Gerakan utama pada atlanto-axial joint adalah gerakan rotasi cervical ditambah dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Pada gerakan fleksi akan terjadi gerakan pivot, yaitu gerakan ke anterior dan sedikit rotasi pada atlas terhadap axis sebesar 15, sedangkan pada gerakan ekstensi, gerakan pivot ke posterior dan sedikit rotasi pada atlas terhadap axis sebesar Gerakan rotasi pada sendi ini, yaitu atlas akan berputar di sekitar processus odontoid bagian processus articularis inferior atlas yang sedikit konkaf akan bergeser dengan arah melingkar terhadap processus articularis superior axis. 22 c. Vertebra Joints (C2-C7) Pada vertebra joint terjadi gerakan fleksi-ekstensi, rotasi, dan lateral fleksi cervical. Pada gerakan fleksi permukaan processus articularis inferior vertebra superior yang berbentuk konkaf akan bergeser ke arah superior dan anterior terhadap processus articularis superior vertebra inferior sebesar 40, sedangkan pada gerakan ekstensi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior yang berbentuk konkaf akan bergeser ke arah inferior dan posterior terhadap procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 70. Pada gerakan rotasi akan terjadi pergeseran pada procesus articularis inferior vertebra superior ke arah posterior dan inferior pada ipsilateral arah rotasi dan akan terjadi pergeseran ke arah anterosuperior pada sisi contralateral terhadap procesus articularis superior vertebra inferior sebesar ,22 Gerakan lateral fleksi cervical, procesus articularis inferior vertebra superior pada sisi ipsilateral bergeser ke arah inferior dan sedikit ke posterior dan pada sisi contralateral akan bergeser ke arah 19

16 superior dan sedikit ke anterior sebesar 35. Inklinasi pada bentuk facet joint akan menghasilkan gerakan coupling yang searah dimana selama gerakan rotasi akan disertai dengan lateral fleksi yang juga searah. 21 Berikut adalah gerakan yang dihasilkan oleh ketiga sendi pada vertebrae servicales: Gambar 6. Gerakan yang dihasilkan oleh atlanto-occipital joint (C0-C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebrae joints (C2-C7). 22 B. Musculoskeletal Disorders (MSD) Sistem muskuloskeletal terdiri dari tulang, kartilago, dan sendi yang menghubungkan antara tulang yang satu dengan yang lainnya. Tulang memungkinkan tubuh untuk mempertahankan bentuk, sikap dan posisi serta melindungi organ-organ penting. Otot adalah jaringan tubuh yang memiliki kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau disebut energi gerak. Tulang dan sendi membentuk sebuah sistem yang dapat digerakkan oleh otot dan merupakan dasar dari perpindahan tubuh. 20,25 Menurut WHO, musculoskeletal disorder (MSD) adalah gangguan muskuloskeletal pada otot, tendo, sendi, columna vertebrales, saraf perifer, dan sistem vaskular yang dapat terjadi tiba-tiba dan akut maupun secara 20

17 perlahan dan kronis. 2 Sedangkan menurut Pratama pada penelitiannya, MSD terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. 26 Selain itu, Andayasari juga mendefinisikan MSD adalah suatu kumpulan gangguan atau cedera yang mengenai sistem muskuloskeletal. Rasa sakit ini biasanya dikaitkan dengan pekerjaan seseorang yang disertai rasa tidak nyaman pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang punggung akibat posisi dan postur tubuh yang statis pada saat bekerja Penyebab MSD Ada beberapa penyebab terjadinya gangguan sistem muskuloskeletal pada dokter gigi, antara lain postur tubuh yang statis ketika bekerja, menegakkan kepala dengan posisi diputar, leher dilenturkan dan bahu atau lengan atas abduksi. 24 Selain itu, bisa juga disebabkan oleh mempertahankan posisi yang tidak tepat dalam waktu yang lama. 26 Posisi kepala yang fleksi atau menunduk sering dilakukan oleh dokter gigi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan visibilitas yang lebih baik selama perawatan. Pada posisi tersebut, tulang vertebra tidak dapat mendukung tulang belakang dengan baik dan otot-otot leher serta tulang belakang bagian atas secara konstan mendukung beban dari kepala. 25 Berikut adalah contoh gambar posisi duduk seorang dokter gigi dengan kepala dan leher fleksi: 21

18 Gambar 7. Posisi duduk dokter gigi yang tidak ergonomik, yaitu melakukan perawatan pada pasien. 26 saat Mempertahankan posisi yang statis dapat memicu terjadinya kelelahan otot kronis, rasa tidak nyaman atau sakit. Lebih buruknya lagi, posisi statis yang terus menerus dilakukan akan menyebabkan otot dan sendi mengalami penyesuaian pada perubahan dalam struktur normal jaringan lunak, seperti pemendekan atau efek patologis lainnya. 25 Semua postur tubuh yang tidak tepat jika dilakukan terus menerus dapat menyebabkan chronic low back pain, tension neck syndrome, trapezius myalgia, carpal tunnel syndrome, dan rotator cuff impingement pada bahu Faktor-Faktor Risiko pada MSD Faktor risiko yang dapat memperburuk MSD di antaranya, stress psikologis yang berkepanjangan. Telah diketahui stress dapat menambah ketegangan otot dan menyebabkan nyeri, terutama pada m. trapezius yang berada di leher. 27 Selain stress, faktor risiko lainnya adalah karakteristik individual, seperti jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan waktu istirahat yang kurang dapat meningkatkan risiko berkembangnya MSD. Faktor risiko ini akan semakin tinggi dengan 22

19 lamanya durasi kerja dengan posisi duduk yang buruk dan posisi leher yang salah. 26 C. Nyeri Otot Leher Aksial Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. 3 Menurut Finkelstein, nyeri leher adalah nyeri pada ujung saraf yang terletak di berbagai ligamentum dan otot leher serta sendi unco-vertebral dan lapisan luar discus. 27 Selain itu, American College of Rheumatology pada tahun 2012 juga mengemukakan bahwa nyeri leher adalah rasa sakit di leher yang bisa dilokalisasi pada vertebrae cervicales atau dapat menyebar ke lengan bawah (radikulopati). 28 Penyebab paling sering pada nyeri leher adalah akibat biomekanik, seperti Whisplash Associated Disorder (WAD), Axial Neck Pain, dan radiculopathy servicalis, sedangkan penyebab lainnya adalah myelophaty servicalis, seperti penekanan corda spinalis, infeksi, neoplasma, rematik, torticollis, cervical dystonia, dan major trauma. 29 Nyeri leher aksial (Axial Neck Pain) dikenal juga sebagai uncomplicated neck pain dan ketegangan ligamen leher yang merupakan interaksi yang kompleks antara ligamen serta faktor yang berhubungan dengan postur tubuh, kebiasaan tidur, posisi duduk di depan komputer, stress, kelelahan kronis, adaptasi postural dari sumber nyeri lain (bahu, sendi temporomandibular,dan kranioservikal), atau perubahan degeneratif dari discus servicales atau facet joint Klasifikasi Nyeri Menurut Smeltzer, nyeri dapat dibedakan menurut durasinya, yaitu: 23

20 a. Nyeri Akut Nyeri akut biasanya muncul tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. 29,30 Gejala-gejala nyeri leher akut di antaranya sakit pada daerah leher dan kaku, nyeri otot-otot leher, sakit kepala, dan migrain. Nyeri tersebut bisa menjalar ke bahu, lengan dan tangan dengan keluhan terasa baal. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya torticollis, yaitu nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan simultan dapat menyebabkan bentuk leher yang abnormal serta kepala menghadap ke sisi yang sebaliknya. 6 b. Nyeri Kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. 30 Gejala nyeri leher kronik yaitu nyeri yang disertai sakit kepala, nyeri pada salah satu belakang mata, terganggunya pendengaran, penglihatan dan pengecapan atau nyeri leher dan keseimbangan yang disertai dengan otot lengan atau kaki yang lemah. 6 D. Ergonomik pada Bidang Kedokteran Gigi Ergonomik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Definisi ergonomik menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) adalah hubungan 24

21 manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu gangguan. Pada dasarnya kondisi ergonomik sangat menguntungkan karena dapat mencegah terjadinya MSD dan dapat mengurangi kesalahan yang dapat mengakibatkan cedera pada para pekerja. Menurut OSHA, gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang dapat terjadi apabila ada ketidakcocokan antara kebutuhan fisik kerja dengan kemampuan fisik tubuh manusia. 2 Oleh karena itu, tujuan dari ergonomik di antaranya, meningkatkan kemampuan fisik dan mental khususnya untuk keamanan dan keselamatan serta mengurangi beban fisik dan mental yang berlebihan untuk kenyamanan operasional; pengintegrasian secara rasional aspek-aspek fungsional, teknis, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada suatu sistem; mengorganisasikan suatu aktivitas kerja kearah produktivitas untuk meningkatkan kepuasan kerja operator. 31 Pada bidang kedokteran gigi, prinsip ergonomik ini sangat penting dalam melakukan perawatan. Seorang dokter gigi dalam melakukan praktik memerlukan peralatan kerja yang berhubungan dengan sikap kerja duduk dan berdiri ketika menangani pasien. Prinsip ergonomik tersebut tidak hanya sekedar posisi operator dan desain alat, namun integrasi antara peralatan yang digunakan di dalam praktik dokter gigi. 2,31 1. Posisi Ergonomik Mempertahankan postur tubuh yang baik saat melaksanakan prosedur perawatan dapat mengurangi pengeluaran energi dan meningkatkan fungsi organ. 5 Sikap kerja seorang dokter gigi yang ideal adalah kerja otot statis sedikit dan sikap kerja yang dinamis lebih baik daripada sikap statis tegang. Selain itu, diperlukan juga peralatan kerja yang sesuai dengan persyaratan ergonomik agar nyaman dipakai dan efisien. 31 b. Posisi Dokter Gigi terhadap Pasien 25

22 Pada sikap kerja berdiri, diupayakan agar posisi tubuh tegak, pusat beban tubuh dalam membawa beban tidak membuat tubuh fleksi, posisi tangan membawa benda tidak lebih dari 90 pada beban yang berat. Sedangkan, pada sikap kerja duduk, diupayakan agara kepala leher dan punggung dalam satu garis lurus atau tegak. Hal ini harus diterapkan dokter gigi ketika melakukan perawatan pada pasien. 31 Posisikan pasien pada ketinggian yang ideal. Suatu kesalahan yang sering dilakukan oleh dokter gigi adalah memposisikan pasien terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan elevasi pada bahu dan abduksi pada lengan. Dokter gigi harus memposisikan pasien semisupine position untuk perawatan pada rahang bawah dan supine position pada rahang atas. 32,33 Postur kepala yang optimal adalah antara telinga dengan bahu ada jarak yang cukup jika dilihat dari samping. Posisi ini memang hampir tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan dental-loupe, maka dari itu penting untuk menjaga postur tersebut dengan memposisikan kepala agar tidak fleksi lebih dari 20 dengan jarak antara area kerja atau pasien ke mata adalah cm. Jika kepala terlalu membungkuk atau hiperfleksi yang disebabkan oleh penglihatan yang kurang adekuat, maka hal ini dapat menyebabkan nyeri leher. 5,32 Oleh sebab itu, hindari postur tubuh dengan bentuk C. 33 Gunakan sandaran tangan untuk mencegah penggunaan ekstremitas atas dalam keadaan terangkat yang berlebihan. Lengan dapat diangkat dari sumbu horizontal. Usahakan agar siku dan lengan atas dekat dengan tubuh sehingga tidak menyebabkan ketegangan pada bahu. Selain itu, pastikan juga bahwa postur tangan 26

23 tidak menyimpang karena hal ini dapat menyebabkan masalah pada pergelangan tangan. 31 Postur tubuh yang seimbang bukanlah postur tubuh statis, melainkan dokter gigi dapat berpindah dengan bebas tanpa batas sehingga tidak menghasilkan posisi yang dapat menyebabkan MSD. Selain itu, untuk menghindari postur tubuh yang statis, gunakan waktu istirahat sebentar atau jeda antara pasien yang satu dengan yang kain untuk merubah posisi dan melakukan relaksasi pada ekstrimitas atas. 31,32 Berikut adalah gambar posisi dokter gigi yang tepat: Gambar 8. Posisi dokter gigi terhadap pasien yang ergonomik, yaitu kepala, leher, dan punggung tegak. 33 c. Posisi Alat Kerja Peralatan yang ergonomik dapat membantu dokter gigi bekerja dengan posisi yang baik, di antaranya adalah kursi dokter gigi, dental unit, hand piece, dan dental light. 2 Kursi dokter gigi atau operating stool yang benar adalah dapat membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan spinalis yang tegak dan dekat dengan 27

24 kursi gigi. Lalu, bentuk sandarannya mendukung punggung agar otot punggung bagian bawah tetap tegak. Selain kursi dokter gigi, meja dari dental unit juga harus dapat disesuaikan dengan posisi dokter gigi. Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar akan menyulitkan dokter gigi bekerja lebih dekat dengan pasien sehingga menyebabkan gerakan fleksi. 2 Lampu dari dental unit juga perlu diperhatikan, yaitu dengan memposisikan di atas kepala dokter gigi sebelum dan saat bekerja sehingga cahaya yang dihasilkan terpancar lurus searah pandangan langsung dokter gigi. 5 Selain kursi dan meja dental, alat yang harus diperhatikan adalah handpiece dengan jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece yang masuk dalam mulut pasien sampai tangkai tersebut. Peralatan tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar diameternya. Instrument ini harus diposisikan dengan area penglihatan dari dokter gigi dengan jarak cm. 2,5 E. Verbal Rating Scale (VRS) Verbal rating scale adalah suatu skala yang dibuat oleh Williamson pada tahun 2004 dan biasa digunakan untuk mengukur tingkat rasa nyeri. VRS umumnya mengkategorikan nyeri menjadi empat, sebagai berikut : (1) tidak ada nyeri (skor=0), (2) nyeri ringan (skor=1), (3) nyeri sedang (skor=2), dan (4) nyeri berat (skor=3). Data- data yang diperoleh melalui VRS akan diuji dengan uji non parametrik

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

Yang perlu dikenal kembali baik bentuk, letak dan bangunan-bangunannya adalah :

Yang perlu dikenal kembali baik bentuk, letak dan bangunan-bangunannya adalah : ANATOMI LEHER Collum terletak antara cranium dan thorax. Batas atas dibentuk oleh tepi bawah mandibula,angulus mandibulae, processus mastoideus, linea nuchae superior dan protuberantia occipitalis externa.

Lebih terperinci

Anatomy of Vertebrae

Anatomy of Vertebrae Anatomy of Vertebrae Introduction 33 vertebrae : 7 Vertebra cervicales 12 vertebra thoracicae 5 vertebra lumbales 5 vertebra sacrales 4 vertebra coccygeae Vertebral Body Corpus vertebralis anterior segment

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Servikal 2.1.1 Servikal I-VII Vertebra servikal I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena tidak mempunyai corpus vertebra oleh karena

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foward Head Position (FHP) 2.1.1 Definisi Forward Head Position Forward Head Position (FHP) atau posisi kepala mengarah ke depan adalah suatu posisi kepala terhadap tubuh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

By Sudaryanto, S.St Dosen Biomekanik BIOMEKANIK VERTEBRA

By Sudaryanto, S.St Dosen Biomekanik BIOMEKANIK VERTEBRA 1 BIOMEKANIK VERTEBRA Columna vertebralis terdiri dari 33 tulang vertebra yang membentuk kurva dan secara struktural terbagi atas 5 regio. Dari superior ke inferior, mulai dari 7 segmen vertebra cervical,

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI SKELETON AXIALIS SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Columna Vertebrae Ossa Cranii Ossa Fasciei OSSA CRANII (NEUROCRANII) Os. Occipitale Os. Sphenoidale

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

Movement Of The Thorax : Pendekatan Kinesiologi

Movement Of The Thorax : Pendekatan Kinesiologi 38 Movement Of The Thorax : Pendekatan Kinesiologi 1 Hidayaturrahmi, 2 Reza Maulana 1 Bagian Anatomi Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2 Bagian Anatomi Histologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan salah satu dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat manusia lupa akan batas kemampuan tubuhnya. Dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat melaksanakan profesi sehari-hari dokter gigi melakukan perawatan yang memerlukan ketelitian di area perawatan yang relatif kecil, yaitu daerah mulut, sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja beresiko mendapat kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit

Lebih terperinci

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Mulai Rangka manusia Axial Skeleton Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Apendikular Skeleton Gelang bahu Ekstremitas atas Gelang panggul Ekstremitas bawah Selesai Tengkorak Mandible (Rahang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja dan bersekolah merupakan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya. Seperti Bekerja didepan komputer dengan posisi yang statis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vertebra Servikalis Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang leher yang berjumlah 7 buah (CV I CV VII). 13,14 Vertebra servikalis merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Vertebra Servikalis Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang belakang yang terdiri atas tujuh bagian (CV 1 -CV 7 ). Tulang vertebra servikalis merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan telah dirasakan oleh masyarakat luas. Pembangunan pula membuka kesempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya dan bertujuan untuk menyesuaikan suasana kerja dan manusia

Lebih terperinci

MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT

MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher 2.1.1 Definisi Nyeri Leher Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi kerja duduk adalah salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di mana badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja. 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja. 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap Kerja a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil tenaga kerja untuk melakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG

PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG PERKEMBANGAN & PERTUMBUHAN TULANG DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN USU TULANG Terdiri dari sel-sel tulang : Osteosit Substansi Dasar Serabut Kolagen (membentuk substansi interselluler/osteoid) Substansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO Oleh: ARNI YULIANSIH J100141115 NASKAH PUBLIKASI Diajukan guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH BAYU TIRTA SUKMANA 1 ANATOMI OLAHRAGA Ebook Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA ANATOMI OLAHRAGA PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA Buku ini didedikasikan untuk kemajuan Sport Science

Lebih terperinci

SHOULDER INJURY. Disusun oleh : : Arius Suwondo : 07/250602/KU/12185

SHOULDER INJURY. Disusun oleh : : Arius Suwondo : 07/250602/KU/12185 SHOULDER INJURY NAMA NIM Disusun oleh : : Arius Suwondo : 07/250602/KU/12185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009 1 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melakukan aktivitas fisik dengan membiarkan tubuh bergerak secara aktif tentunya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN : PENGARUH CENTRAL RAY TERHADAP HASI RADIOGRAF FORAMEN INTERVERTEBRALIS PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CERVICAL RIGH POSTERIOR OBLIQUE 1) Farida Wahyuni, 2) Surip, 3) Ganis Rizki Agita 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil.

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. Ordo Perissodactyla ini terdiri dari dari dua subordo, tiga

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMI TATA TERTIB 1. Berpakaian rapi dan sopan, dan menggunakan jas lab. 2. Dilarang makan, minum dan merokok di dalam ruangan praktikum 3. Bersikap sopan dan menjaga ketenangan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang tertentu (Wakhinuddin, 2009). Salah satunya skill dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. bidang tertentu (Wakhinuddin, 2009). Salah satunya skill dalam bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah dimana siswa disiapkan untuk memasuki dunia kerja setelah dinyatakan lulus. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: Ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan pekerjaannya secara fisik sesuai dengan pekerjaannya, lingkungan kerjanya serta peralatan yang digunakannya. Secara ideal ergonomik:

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer, laptop, atau handphone

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer, laptop, atau handphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai macam teknologi telah diciptakan untuk membuat segala pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut OSHA (Occupational Safety & Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal dikarenakan oleh pekerjaan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT : Bab ini membicarakan tentang sistema respiratoria yang melibatkan organ-organ seperti hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiale,

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX

BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX BAB 5 LARYNX DAN PHARYNX PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT: Bab ini membicarakan perbedaan larynx dan pharynx. Pada pembahasan larynx dibicarakan tentang cartilago-cartilago yang terdapat di situ, articulatio,

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci