BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foward Head Position (FHP) Definisi Forward Head Position Forward Head Position (FHP) atau posisi kepala mengarah ke depan adalah suatu posisi kepala terhadap tubuh pada bidang sagital yang disebabkan oleh karena kebiasaan sehari-hari. Posisi kepala yang alami adalah tepat di atas bahu dengan leher sebagai penegaknya. Leher yang merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina vertebra, dan pada bidang sagital membentuk sudut dengan batang tubuh sekitar 49º - 59º. Sudut ini disebut sudut kraniovertebra normal. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti, 2012). Postur tubuh FHP dapat dikenali dengan posisi telinga yang lebih maju daripada bahu, dimana seharusnya posisi telinga sejajar dengan bahu yang merupakan posisi anatomis. Memperhatikan bagaimana postur leher dan bahu yang benar merupakan langkah awal menuju koreksi yang benar. Langkah yang tepat untuk mengkoreksi postur leher yang salah adalah dengan melalui latihan yang didesain untuk mengontrol otot-otot postural leher yang lemah dan lelah seiring berjalnnya waktu (Winarti, 2012).

2 Gambar 2.1 Forward Head Posture dan Normal Posture (Sumber : Chiropractors Association of Australia (National) Limited, 2012) Anatomi Fisiologi Servikal Sendi leher (vertebra servikal) merupakan bagian dari kolumna vertebralis yang terdiri dari tujuh ruas vertebra, yang berfungsi untuk menyangga kepala, memberikan suatu posisi dan gerakan kepala yang sesuai sehingga mampu mengontrol penglihatan, keseimbangan vestibular, dan arah pendengaran. Di antara regio vertebra, servikal mempunyai mobilitas yang tinggi karena didukung oleh struktur persendian otot-otot,

3 dan jaringan ikat yang kokoh sebagai stabilisator aktif dan pasif yang besar dan spesifik. Mobilitas servikal yang tinggi tersebut dihasilkan dari tiga derajat kebebasan gerak berupa fleksi - ekstensi, fleksi lateral kanan dan kiri, serta rotasi lateral kanan dan kiri, yang dikenal sebagai gerakan tiga dimensi leher (Maratis, 2006). A. Segmental Servikal Gerakan pada servikal lebih luas, serta sudut facet sendinya lebih ke arah transversal dibandingkan dengan thorakal atau lumbal. Servikal terdiri dari ruas dengan ciri-ciri sebagai berikut (Hibsat, 2010) : 1. Korpus vertebra kecil dan pendek berbentuk segi empat 2. Foramen vertebra berbentuk segi tiga dan besar 3. Processus transversus terletak di sebelah processus articularis 4. Pada processus transversus terdapat foramen costo transversarium yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis 5. Processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterior dan tuberculum posterior, yang dipisahkan oleh sulcus spinalis dan dilalui oleh nervus spinalis. Karena susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, maka dapat dipilah dalam segmentasi sebagai berikut (Hibsat, 2010) :

4 1. Atlanto occypitalis (C0 C1) Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk inferior articular face atlas cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi sehingga dikenal sebagai yes joint. 2. Atlanto axialis (C1 C2) Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh atlas arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kanankiri, sehingga dikenal sebagai no joint. 3. Intervertebral joint (C2 C7) Gerakan ke segala arah, dengan gerakan dominan seperti ekstensi, fleksi, dan lateral fleksi. 4. Facets dan Uncovertebral joint Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervertebral joint atau facets dimana terletak lebih pada bidang transversal. Facet dibentuk oleh processus articular inferior dengan processus articular superior vertebra di bawahnya, dimana arah permukaan sendi dalam bidang transversal sehingga memungkinkan luasnya ke segala arah. Sudut kemiringan dan sudut bukaan facet tiap segmen bervariasi, sehingga memiliki dominasi gerakan yang bervariasi tiap segmen. Uncovertebral (uncinate) joint bukan merupakan sendi yang sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral korpus vertebra servikalis, yang berkembang dan degenerasi sesuai

5 umur. Uncovertebral terdapat pada spine servikal saja, juga sebagai stabilisasi dan mengarahkan gerak segmental sehingga lebih dominan fleksi-ekstensi (Hibsat, 2010). Gambar 2.2 Cervical Vertebrae (Sumber : Antranik, 2011) B. Otot-otot Regio Servikal Otot-otot regio servikal terdiri atas kelompok otot bagian anterior, posterior dan bagian lateral. 1. Bagian Anterior Pada bagian anterior, terdapat otot prevertebralis servikal dan otot hyoid. a. Otot Prevertebralis Servikal Otot prevertebralis terdiri atas otot longus colli dan longus capitis, serta otot rectus capitis anterior dan otot rectus capitis lateralis. Otot longus colli dan longus capitis

6 berjalan vertikal ke atas di depan vertebra, longus colli berasal dari T3 bagian atas sampai pada C1 (atlas) dan longus capitis berasal dari cervical bawah ke os occipital. Otot rectus capitis berjalan secara oblique ke atas dari atlas ke tengkorak, rectus capitis anterior berjalan ke arah medial dan rectus capitis lateralis berjalan ke arah lateral. Kecuali otot longus colli, otot-otot tersebut di atas berperan dalam gerak fleksi kepala dan leher ketika otototot sisi kiri dan sisi kanan bekerja bersama-sama. Pada aksi yang terpisah, otot-otot tersebut berfungsi dalam gerak fleksi kepala dan leher ke arah lateral atau rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot longus colli hanya bekerja pada leher dan bekerja aktif pada fleksi yang ditahan, lateral fleksi yang ditahan dan rotasi pada sisi yang sama. Otot ini juga menstabilisasi leher selama batuk, bicara dan menelan (Hibsat, 2010). b. Otot Hyoid Otot ini dikenal juga sebagai otot yang berbentuk tali. Otot hyoid adalah otot-otot bagian anterior yang kecil pada regio servikal. Otot ini terdiri atas otot suprahydois dan 4 otot infrahyidois.

7 Otot Hyoid berperan di dalam gerak fleksi kepala dan leher. Otot tersebut merupakan otot-otot utama dalam fase-fase menelan, tetapi berkontraksi pada fleksi servikal melawan tahanan (Hibsat, 2010). Gambar 2.3 Otot Leher Bagian Anterior (Sumber : Netter, 2013) 2. Bagian Posterior Pada bagian posterior servikal terdapat otot splenius capitis dan cervicis, group otot suboccipitalis, erector spine, serta otot semispinalis cervicis dan capitis. a. Otot Splenius Capitis dan Cervicis Kedua otot ini terdiri atas ikatan serabut paralel, berjalan keluar dan ke atas dari perlekatannya di bawah ke arah sentral atau medial sampai perlekatannya di atas lebih

8 ke arah lateral. Otot splenius capitis jauh lebih besar daripada splenius cervicis. Ketika sisi kiri dan kanan berkontraksi secara bersaman, kedua otot tersebut berperan dalam gerak ekstensi dan hiperekstensi kepala serta leher. Kedua otot ini juga membantu menopang kepala dan postur tegak. Jika satu sisi berkontraksi sendiri dapat menghasilkan fleksi kepala, lateral fleksi leher dan juga rotasi leher pada sisi yang sama. Otot-otot ini dapat dipalpasi pada posterior leher tepatnya dibagian lateral dari upper trapezius dan bagian posterior dari sternocleidomastoid di atas levator scapula. Otot ini khususnya berkontraksi jika kepala ekstensi melawan tahanan dalam posisi tengkurap dan kedua shoulder rileks, tetapi hal ini sulit diidentifikasi (Hibsat, 2010). b. Group Otot Suboccipitalis Group otot ini terdiri dari 4 otot yang pendek yang terletak pada bagian belakang bawah dari tengkorak (os occipital) dan 2 vertebra bagian atas. Group otot ini mencakup obliques capitis superior dan inferior, serta rectus capitis posterior major dan minor.

9 Aksi atau kerja otot secara bersamaan pada kedua sisi menghasilkan ekstensi dan hiperekstensi kepala. Ketika satu sisi bekerja sendiri maka terjadi lateral fleksi kepala atau rotasi kepala ke sisi yang sama (Hibsat, 2010). c. Erector Spine Otot ini dikenal sebagai massa otot yang besar dan terbagi ke dalam 3 cabang yaitu otot iliocostalis, longissimus, dan otot spinalis. Khusus regio cervical hanya terdapat otot iliocostalis dan otot longissimus. Otot iliocostalis terdiri dari bagian lumbal, thorakal dan servikal. Pada regio servikal, otot iliocostalis cervicis melekat pada processus transversus C4 kemudian bersambung pada regio thoracal dengan nama iliocostalis thoracal. Otot longisimus terdiri dari 3 bagian yang berbeda yaitu longissimus thoracis, longissimus cervicis dan longissimus capitis. Longissimus cervicis adalah otot yang kecil dan terletak agak dekat dengan spine; melekat dari processus transversus vertebra thorakal atas sampai pada proseccus transversus vertebra servikal bawah. Longissimus capitis adalah otot yang tipis dan melekat dari vertebra servikal pada 2/3 bagian bawah servikal, kemudian berjalan

10 ke luar dan ke atas pada processus mastoideus os temporalis. Otot erector spine pada regio cervical jika berkontraksi secara bersamaan pada kedua sisi akan menghasilkan gerakan ekstensi kepala. Jika hanya berkontraksi pada satu sisi, khususnya yang berhubungan dengan otot bagian lateral dan anterior pada sisi yang sama maka akan menghasilkan gerakan lateral fleksi (Hibsat, 2010). d. Otot Semispinalis Cervicis dan Capitis Otot ini terletak dekat dengan vertebra pada bagian dalam dari erector spine. Bagian thorakal dan servikal terdiri dari bundel-bundel serabut otot yang kecil yang berjalan ke arah medial dan ke atas sampai beberapa processus vertebra di atasnya. Bagian bawah semispinalis capitis melekat dari vertebra thorakal bagian atas dan berjalan sedikit ke medial, tetapi bundel-bundel serabutnya pada regio servikal berjalan vertikal ke os occipital. Ketika kedua sisi otot-otot serabut tersebut berkontraksi secara bersamaan maka akan menghasilkan ekstensi servikal. Dan ketika hanya satu sisi berkontraksi

11 maka akan menghasilkan lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang berlawanan (Hibsat, 2010). Gambar 2.4 Otot Leher Bagian Posterior (Sumber : Netter, 2013) 3. Bagian Lateral Pada bagian lateral servikal, terdiri atas otot scalenus anterior, posterior dan medius, serta otot sternocleidomastoid. a. Otot Scalenus Anterior, Posterior dan Medius Ketiga otot ini berjalan diagonal ke atas dari sisi 2 kosta atas sampai processus transversus vertebra servikal. Aksi ketiga otot secara bersamaan pada kedua sisi akan

12 menghasilkan fleksi servikal, dan aksi ketiga otot pada satu sisi akan menghasilkan lateral fleksi leher. Ketiga otot ini dapat dipalpasi pada sisi leher antara sternocleidomastoid dan upper trapezius tetapi sulit diidentifikasi (Hibsat, 2010). b. Otot Sternocleidomastoid Otot ini terdiri dari 2 caput, satu caput dari puncak sternum dan satu caput lainnya dari puncak klavikula, sekitar dua inci ke lateral dari kosta satu. Kedua caput otot ini menyatu dan melekat pada tulang tengkorak tepat di bawah dan di belakang telinga. Aksi otot pada kedua sisi secara bersamaan akan menghasilkan fleksi kepala dan leher. Aksi otot pada satu sisi akan menghasilkan fleksi kepala dan lateral fleksi leher, juga menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot ini mudah dipalpasi pada sisi leher tepat dibawah telinga ke depan leher pada salah satu sisi dari sternoclavicular joint (Hibsat, 2010).

13 Gambar 2.5 Otot Leher Bagian Lateral (Sumber : Netter, 2013) Etiologi Forward Head Position Ada berbagai macam faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya FHP, diantaranya adalah kebiasaan yang buruk dalam beraktivitas; postur yang buruk dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan pada otot leher dan bahu, yang berujung pada terjadinya spasme atau bahkan strain pada otot. Misalnya postur leher saat membaca, tidur, atau menyetir. Ergonomi kerja yang buruk, yang berlangsung berulang-ulang dan dalam waktu yang lama, juga akan menimbulkan stres mekanik yang berkepanjangan, misalnya bekerja di depan komputer dengan layar yang terlalu rendah atau pengunaan gadget berlebihan dan tidak mengenal waktu. Selain itu, terdapat proses degeneratif, yaitu perubahan yang jelas terjadi pada sistem otot pada usia lanjut, dimana

14 terjadi pengurangan massa otot (Chiropractors Association of Australia, 2012). Gambar 2.6 Berbagai Postur Penyebab FHP (Sumber : Neck Solutions, 2015) Patofisiologi Forward Head Position Postur leher yang salah menyebabkan terjadinya FHP, yang juga merupakan penyebab utama terjadinya keluhan nyeri pada leher, kepala, dan bahu. FHP merupakan akibat dari kebiasaan buruk dalam beraktivitas, seperti posisi leher yang salah saat sedang menyetir, menggunakan komputer, tidur, membaca, atau bahkan saat sedang bermalas-malasan di sofa. Kebiasaan buruk yang terus menerus ini dapat juga diperburuk dengan sprain atau strain pada otot leher yang telah terjadi sebelumnya, yang menyebabkan otot-otot leher menjadi lemah (Chiropractors Association of Australia, 2012).

15 Gambar 2.7 Fase Terjadinya FHP (Sumber : Painter, 2015) Setiap inch (1 inci = 2.54 cm) postur kepala maju ke depan pada FHP, kepala mendapatkan beban tambahan sekitar 10 pound (4.5 kg) (Kapandji, 2008). Hal ini menyebabkan otot leher dan punggung atas bekerja lebih keras untuk menyangga kepala dan tetap mempertahankan posisi dagu agar tidak jatuh ke dada. Dengan posisi otot terus menerus berkontraksi seperti ini, tekanan ditambahkan pada saraf yang terdapat pada bagian bawah kepala yang dapat menyebabkan terjadinya sakit kepala (Ventura, 2010).

16 Gambar 2.8 Beban Otot Leher Meningkat karena FHP (Sumber : Painter, 2015) Peningkatan terjadinya postur FHP erat kaitannya dengan penurunan kekuatan otot pernapasan pada pasien, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bernapas dan mengurangi kapasitas paru kurang lebih sebesar 30% (Kapreli, 2009). Postur FHP juga dapat dikaitkan pada tension-type headaches, yang mana derajat dari FHP memiliki korelasi langsung dengan durasi dan frekuensi sakit kepala, yang juga meningkatkan tekanan darah. Postur FHP yang salah dalam jangka waktu lama menyebabkan strain otot, herniasi diskus, arthritis, penjepitan saraf, dan instabilitas. Postur leher yang salah juga mempunyai kaitan yang erat dengan sakit kepala, fungsi abnormal mata dan telinga, serta kelainan psikologis dan mental (Fernández-de-las-Peñas, C., 2006).

17 2.2 Pemeriksaan Fisioterapi pada Forward Head Position Pemeriksaan umum fisioterapi pada kasus FHP dibagi dalam empat tahapan, yang pertama adalah anamnesis. Anamnesis dibagi menjadi dua, yaitu anamnesis umum yang mencakup tentang data pribadi dan berbagai riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita; dan anamnesis khusus yang berisi tentang keluhan utama penderita, baik itu nyeri, kaku, atau rasa tidak nyaman pada leher. Sifat keluhan utama, lamanya keluhan, apakah nyerinya menjalar atau terlokalisir, serta faktor yang memperberat dan memperingan keluhan juga termasuk dalam anamnesa khusus (Suharto, 2009). Yang kedua adalah inspeksi, yaitu fisioterapis memperhatikan posisi kepala dan leher penderita pada keadaan statis dan dinamis. Berikutnya adalah palpasi. Fisioterapis memeriksa keadaan otot leher dan kepala dengan menggunakan tangan, apakah ada tanda peradangan atau kekakuan pada otot, serta membandingkan otot pada sisi kanan dan kiri (Suharto, 2009). Yang ketiga adalah rangkaian pemeriksaan dan tes fisioterapi. Tes Orientasi dilakukan untuk melihat kemampuan gerakan kepala dan leher. Pemeriksaan Sensorik dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan sensorik akibat kelainan neurologis yang dialami oleh penderita FHP pada bagian leher dan bahu. Pemeriksaan fungsi dilakukan untuk mengecek gerakan aktif, pasif, dan tes isometrik melawan tahanan untuk sendi leher dan kepala penderita secara global (Suharto, 2009).

18 Yang terakhir dan terpenting adalah pemeriksaan khusus fisioterapi untuk kasus FHP, yang dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan postur awal FHP dengan Forward Head Test dan pemeriksaan lebih lanjut luas gerak sendi servikal dengan menggunakan goniometer. Forward Head Test dapat dilakukan dengan cara: 1) Berdiri tegak membelakangi dinding. Pastikan punggung dan bahu menempel bersandar pada dinding. Beri jarak antara tumit kaki dan dinding sekitar 2-3 inci (sekitar 5 cm) agar pantat bisa menempel dengan mudah pada dinding dan keseimbangan tubuh tetap terjaga. Posisi ini disebut postur normal dari tiap subjek. 2) Terapis mencari dan mempalpasi titik tengah dari bahu, yaitu titik tengah dari tulang yang disebut humeral head. Beri tanda pada titik tersebut. Ukur jarak antara titik tersebut dan dinding dengan menggunakan meteran. Catat hasil pengukuran dengan kode *1. 3) Tetap pada posisi yang sama, terapis mencari dan mempalpasi titik tengah dari telinga, yaitu titik tengah dari kanal telinga yang disebut external auditory meatus. Beri tanda pada titik tersebut. Ukur jarak antara titik tersebut dan dinding dengan menggunakan meteran. Catat hasil pengukuran dengan kode *2. 4) Hitunglah dengan rumus (*2 - *1). Hasil yang seharusnya dan tepat adalah 0 (nol), karena pada posisi anatomis seharusnya telinga dan bahu membentuk garis lurus simetris saat berdiri. Apabila hasil penghitungan lebih besar daripada 0, telah teridentifikasi awal kasus FHP (Hall, 2011). Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan luas gerak sendi (Range of Motion atau ROM) untuk menilai luas gerak sendi servikal pada

19 bidang sagital dengan menggunakan goniometer. Sudut normal kraniovertebra adalah sekitar 49º - 59º. Jika sudut kraniovertebra lebih kecil dari 49º, maka penderita positif mengalami FHP. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti, 2012). Gambar 2.9 Forward Head Test (Sumber : Hall, 2011) 2.3 McKenzie Neck Exercise Definisi McKenzie Neck Exercise Terapi latihan untuk leher (neck exercise) dengan metode McKenzie adalah pendekatan yang di kenalkan oleh Robin Mckenzie, seorang physical therapist di New Zealand, sekitar tahun Prinsip terapinya dikategorikan sebagai gerakan ekstensi, fleksi dan lateral fleksi sesuai dengan problematika yang muncul. Pada prakteknya, McKenzie menemukan bahwa latihan untuk mengulur spine dapat meredakan nyeri

20 pada pasien tertentu dan menyebabkan mereka dapat kembali menjalankan aktivitasnya (Mooney, 2005). Pendekatan McKenzie bertujuan untuk mengulur spine, yang dapat membantu sentralisasi nyeri pada pasien dengan memindahkan nyeri ekstremitas ke punggung. Nyeri punggung seringkali lebih bisa ditoleransi jika dibandingkan dengan nyeri pada bagian tubuh yang lain, dan inti dari teorinya adalah sentralisasi nyeri menyebabkan sumber nyeri dapat diatasi terlebih dahulu daripada gejalanya. Prinsip utama dari metode McKenzie yaitu self-healing dan self-treatment merupakan hal terpenting untuk rehabilitasi dan meredakan nyeri pasien. Tidak ada modalitas lain, seperti panas, dingin, ultrasound, obat, atau jarum, yang diperlukan dalam latihan (Mooney, 2005). Tujuan jangka panjang dari metode McKenzie adalah untuk mengajarkan kepada pasien dengan rasa nyeri pada leher atau punggung tentang bagaimana caranya berlatih dengan mandiri dan me-manage rasa nyeri tersebut untuk tetap dapat beraktivitas menggunakan program latihan dan strategi lainnya. Sedangkan tujuan lainnya meliputi mengurangi nyeri dengan cepat, mengembalikan fungsional tubuh untuk Activity Daily Living (ADL), meminimalisir resiko terjadinya nyeri kembali (recurring pain), dengan menghindari postur dan gerakan yang dapat menyebabkan nyeri, serta meminimalisir jumlah pasien yang kembali pada spesialis spine (Mooney, 2005).

21 2.3.2 Penatalaksanaan dan Efek McKenzie Neck Exercise pada Penderita Forward Head Position McKenzie Neck Exercise mempunyai beberapa efek terapeutik pada penderita FHP, diantaranya adalah untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan limitasi ROM pada sendi servikal (leher), memulihkan mobilitas dan fungsi servikal dengan menghilangkan stres dan mengembalikan posisi mobile segment ke posisi normal, dan relaksasi otot yang spasme dengan mengulur dan memperbaiki postur leher (Medika Fisioterapi Poltekkes, 2010). Berikut ini adalah Six Golden Exercises dari buku Robin McKenzie, Treat Your Own Neck. Latihan ini akan meredakan berbagai keluhan pada leher, dan dapat pula digunakan sebagai cara untuk mencegah masalah yang lebih serius pada leher (McKenzie, 2011) : 1) Siting Chin Tuck : bertujuan untuk menguatkan otot punggung atas dan mengatasi masalah FHP. a. Duduk tegak dengan kepala dan leher tegak lurus menghadap ke depan b. Tekuk leher ke bawah; seperti posisi bersendawa c. Rasakan uluran yang terjadi dan tahan hingga sepuluh hitungan d. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

22 Gambar 2.10 Sitting Chin Tuck (Sumber : Fulton, 2013) 2) Sitting Neck Extension (Ekstensi Leher) : latihan ini dilakukan mengikuti latihan pertama. a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama b. Angkat dagu ke atas dan tekuk kepala ke arah belakang seperti melihat ke langit. Pertahankan kepala untuk tidak bergerak bergeser ke depan (ekstensi leher). c. Posisikan kepala menekuk ke belakang sejauh mungkin, kemudian menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian. Setiap kali menoleh ke kanan atau ke kiri, usahakan tetap mempertahankan tekukan kepala ke belakang. d. Lakukan sepuluh kali masing-masing ke kanan dan ke kiri, kemudian kembali ke gerakan menekuk kepala ke depan e. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari. f. Usahakan bahu tetap relaks, tekuk kepala menuju ke arah bahu. Rasakan ulurannya dan tahan hingga sepuluh hitungan.

23 g. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari Gambar 2.11 Sitting Neck Extension (Ekstensi Leher) (Sumber : Fulton, 2013) 3) Side Bending a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama b. Tekuk kepala ke samping, pertahankan mata tetap melihat ke depan, gerakkan telinga hingga menyentuh bahu, dan pertahankan dagu tetap menekuk ke depan c. Untuk uluran yang lebih terasa, angkat lengan dan letakkan melingkar di atas kepala dengan jari menyentuh telinga yang lain; kemudian tarik kepala menuju ke bahu (gerakan yang sama) lebih kuat d. Tahan beberapa detik, dan kembalilah ke posisi awal e. Ulangi pada sisi yang lain f. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

24 Gambar 2.12 Side Bending (Sumber : Fulton, 2013) 4) Neck Rotation a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama b. Pertahankan bahu tetap relaks dan posisi kepala menekuk ke depan, gerakkan kepala jauh memutar ke kiri dan rasakan ulurannya. Tahan selama sepuluh detik. c. Untuk menambah uluran, letakkan tangan kiri pada dagu dan tangan kanan pada kepala bagian belakang; untuk mendorong kepala ke arah rotasi yang lebih jauh, dengan lembut d. Ulangi ke kanan e. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

25 Gambar 2.13 Neck Rotation (Sumber : Fulton, 2013) 5) Neck Flexion a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama b. Jatuhkan kepala ke depan dan istirahatkan dagu sedekat mungkin dengan dada c. Letakkan kedua tangan di belakang kepala dengan posisi jari-jari saling mengunci (berkaitan) d. Biarkan lengan relaks sehingga posisi siku mengarah ke lantai; berat dari kedua lengan akan menambah uluran e. Untuk uluran yang lebih terasa, dengan lembut tariklah leher lebih dekat lagi dengan dada f. Kembali ke posisi awal g. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

26 Gambar 2.14 Neck Flexion (Sumber : Fulton, 2013) 6) Shoulder Shrugs a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama b. Tarik napas dan secara perlahan angkat bagian atas dari bahu menuju ke arah telinga c. Tahan selama sepuluh detik dan buang napas perlahan d. Perlahan, kembali ke posisi awal e. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari Gambar 2.15 Shoulder Shrugs (Sumber : Fulton, 2013)

27 2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi McKenzie Neck Exercise Indikasi dari terapi latihan untuk FHP dengan metode McKenzie meliputi beberapa hal. Yang pertama adalah untuk mengurangi spasme otot dan nyeri melalui efek relaksasi, melalui penguluran spine dan otot yang dilakukan pada sepanjang gerakan latihan dengan repetisi yang telah ditentukan sebelumnya. Yang kedua adalah memperbaiki atau mengkoreksi postur yang salah saat beraktivitas, baik statis maupun dinamis. Yang ketiga, mengembalikan alignment leher yang normal. Keempat, membebaskan kekakuan (stiffness) pada intervertebral joints yang diakibatkan oleh spasme otot yang dibiarkan berkelanjutan akibat postur tubuh yang salah saat beraktivitas, dan yang terakhir adalah memberikan efek muscle elongation. Kontraindikasi dari terapi latihan untuk FHP dengan metode McKenzie meliputi segala kondisi malignant (keganasan primer atau sekunder), adanya infeksi ringan atau berat pada daerah cervical atau vertebra, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, atau gout arthritis, Paget Disease, Vertebral Basiral Ischemia (VBI), sendi cervical yang hipermobilitas, fraktur dan dislokasi pada cervical, clavicula, atau vertebra, adanya ruptur ligamen, serta berbagai keluhan atau kondisi degeneratif, seperti spondylolisthesis, ankylosing spondylitis, osteoporosis, dan osteomalacia (Medika Fisioterapi Poltekkes, 2010).

28 2.3.4 Efektifitas McKenzie Neck Exercise dalam Koreksi Forward Head Position Tujuan utama dari terapi latihan McKenzie Neck Exercise adalah untuk mengulur spine; dengan kata lain meningkatkan fleksibilitas persendian yang terdiri dari otot, tulang, dan ligamen. Fleksibilitas pada otot yang spasme tidak sama terhadap otot yang normal, otot yang spasme tidak bisa memanjang dengan sempurna, yang salah satunya disebabkan oleh pemendekan. Nyeri atau rasa tidak nyaman, juga keterbatasan luas gerak sendi yang terjadi pada spasme otot dalam kasus FHP dapat berkurang dengan menggunakan teknik latihan dari McKenzie. Metode McKenzie melatih kembali fleksibilitas otot agar dapat memanjang dengan sempurna dan mengembalikan kekuatan otot sehingga mengurangi terjadinya cedera berulang pada otot dan mencegah otot menjadi semakin spasme dan secara bertahap mengubah postur leher dan kepala pada FHP kembali pada postur normal dan anatomis (Suharto, 2009). Serat otot yang mengalami spasme memiliki struktur yang tidak teratur, yang jika dalam waktu lama dapat dapat berubah menjadi taut band atau kontraktur pada otot dan terbentuk nodul yang menyebabkan iskemik pada pembuluh darah di bawahnya, hal ini membuat metabolisme di sekitar otot tersebut tidak lancar, sehingga lama kelamaan menimbulkan rasa tidak nyaman yang berujung pada nyeri. Serabut otot yang membentuk nodul dapat berkurang dengan adanya penguluran dari badan otot tersebut. Otot dapat kembali bergerak dan memanjang dengan mudah

29 sehingga metabolisme di sekitar otot tersebut dapat dengan lancar menyebarkan enkefalin, endorphin, serotonin, dan noradrenalin yang dapat menurunkan rasa tidak nyaman, nyeri dan secara tidak langsung juga mengembalikan keterbatasan luas gerak sendi dan postur tubuh yang salah, yang diakibatkan oleh spasme otot yang berkelanjutan (Suharto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer, laptop, atau handphone

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer, laptop, atau handphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai macam teknologi telah diciptakan untuk membuat segala pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Komputer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja dan bersekolah merupakan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya. Seperti Bekerja didepan komputer dengan posisi yang statis

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, salah satunya adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dimana profesi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melakukan aktivitas fisik dengan membiarkan tubuh bergerak secara aktif tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (Word Health Organization), sehat adalah Suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan

Lebih terperinci

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION Oleh: Sugijanto Pengertian Traksi: proses menarik utk meregangkan jarak antar suatu bagian. Traksi spinal: tarikan utk meregangkan jarak antar vertebra. Traksi Non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja beresiko mendapat kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). tujuh tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). tujuh tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah diwujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) Lampiran 1 Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) 1. Intensitas Nyeri a Saat ini saya tidak merasa nyeri (nilai 0) b. Saat ini nyeri terasa sangat ringan (nilai 1) c. Saat ini nyeri terasa ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO Oleh: ARNI YULIANSIH J100141115 NASKAH PUBLIKASI Diajukan guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau 61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKO BUDI WIJAYA J 100 090 032 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Bekerja merupakan hal wajib yang dilakukan, seiring kemajuan globalisasi maka daya konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI. CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME e.c SPONDYLOSIS CERVICAL 4-6 DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH BAHAN AJAR 10 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH Slipped Disc Salah satu lokasi rasa sakit yang sering membuat para atlet, khususnya pemainpemain bulutangkis, tenis lapangan dan atlet selancar angin mengeluh

Lebih terperinci

MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT

MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun oleh

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk Tuhan yang ada di dunia ini terutama manusia. Bagi manusia kesehatan mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel ANATOMI PERSENDIAN rangka tubuh manusia tersusun dari tulang-tulang yang saling berhubungan. Hubungan antartulang disebut sendi. Dengan adanya sendi, kaki dan tanganmu dapat dilipat, diputar dan sebagainya.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF Pokok bahasan Sub Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) : Mengajarkan latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010). BAB I A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama adanya nyeri atau perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bawah. Nyeri

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI LATIHAN MC KENZIE MENGURANGI KETERBATASAN GERAK THORACAL PADA PEKERJA BATIK DENGAN KELUHAN JOINT BLOCKADE THORACAL

PENGARUH TERAPI LATIHAN MC KENZIE MENGURANGI KETERBATASAN GERAK THORACAL PADA PEKERJA BATIK DENGAN KELUHAN JOINT BLOCKADE THORACAL PENGARUH TERAPI LATIHAN MC KENZIE MENGURANGI KETERBATASAN GERAK THORACAL PADA PEKERJA BATIK DENGAN KELUHAN JOINT BLOCKADE THORACAL Ade Irma Nahdliyyah 1), Dani Prastiwi 2) 1) Dosen Prodi Fisioterapi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang satu sama lainnya saling berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknogi (IPTEK) pada zaman globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan pekerjaan manusia lebih hemat waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta sebagai mahluk yang dapat berdiri tegak di atas kedua kakinya. Penganut teori revolusi Darwin harus menerima kenyataan bahwa sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH 18 BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH Pengantar Menembak (shooting) dalam olahraga panahan sangat memerlukan konsistensi (keajegan) dan stabilitas yang tinggi, sehingga dengan adanya konsistensi dan stabilitas

Lebih terperinci

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP PENDAHULU AN Penyebab L.B.P. tulan g oto t saraf 4 DIFINISI ANATOMI ANATOMI 8 ANATOMI 9 10 SEBAB MEKANIK ANKILOSING SPONDILITIS 16 PENYEBAB sis 1. Spon

Lebih terperinci

By Sudaryanto, S.St Dosen Biomekanik BIOMEKANIK VERTEBRA

By Sudaryanto, S.St Dosen Biomekanik BIOMEKANIK VERTEBRA 1 BIOMEKANIK VERTEBRA Columna vertebralis terdiri dari 33 tulang vertebra yang membentuk kurva dan secara struktural terbagi atas 5 regio. Dari superior ke inferior, mulai dari 7 segmen vertebra cervical,

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia yang hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa pertumbuhan dan siap menerima peran baru sebagai seorang istri maupun ibu. Perubahan peran ini secara

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI Namaa : Nim : Kelas : Kelompok : FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan salah satu dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat manusia lupa akan batas kemampuan tubuhnya. Dunia

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun :

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

Lampiran 4. Penatalaksanaan Terapi Masase pada Cedera Bahu PANDUAN MASASE DAN TERAPI LATIHAN PADA CEDERA BAHU A. Panduan Massage 1. NO 1. Masase Frirage Pada Bahu Posisi Pronation Sendi Masase Keterangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki aktivitas yang bermacam-macam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menuntut manusia untuk memiliki kondisi tubuh yang baik tanpa ada gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, peran yang sangat kompleks, anatomi dan fisiologi (fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, peran yang sangat kompleks, anatomi dan fisiologi (fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan makhluk istimewa yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya aktivitas keseharian, problematika sehari-hari, peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang terdapat di dunia saat ini sangatlah variasi dan berkembang seiring berkembangnya modernitas kehidupan dan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu anatomi dan kinesiologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi pun berkembang dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara menyeluruh terhadap kehidupan manusia.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat dan membawa dampak besar terhadap gaya hidup manusia. Salah satunya adalah semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH MEKANIK SKRIPSI DISUSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat berarti seseorang harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sehat berarti seseorang harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan menurut undang-undang RI no 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental dan spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS VETEBRA THORACAL 7 LUMBAL 1 DI RSAL DR.RAMELAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS VETEBRA THORACAL 7 LUMBAL 1 DI RSAL DR.RAMELAN 3 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS VETEBRA THORACAL 7 LUMBAL 1 DI RSAL DR.RAMELAN NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR DIPLOMA III FISIOTERAPI Disusun oleh

Lebih terperinci

ABSTRAK KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE

ABSTRAK KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE ABSTRAK KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE DAN ULTRASOUND LEBIH BAIK DARIPADA STRETCHING METODE JANDA DAN ULTRASOUND DALAM MENINGKATKAN ROM SERVIKAL PADA SINDROMA MIOFASIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

MCKENZIE NECK EXERCISE EFEKTIF UNTUK KOREKSI POSTUR LEHER PADA PENDERITA FORWARD HEAD POSITION DI BANK SWASTA KABUPATEN BADUNG BALI

MCKENZIE NECK EXERCISE EFEKTIF UNTUK KOREKSI POSTUR LEHER PADA PENDERITA FORWARD HEAD POSITION DI BANK SWASTA KABUPATEN BADUNG BALI SKRIPSI MCKENZIE NECK EXERCISE EFEKTIF UNTUK KOREKSI POSTUR LEHER PADA PENDERITA FORWARD HEAD POSITION DI BANK SWASTA KABUPATEN BADUNG BALI CATHERINE HENDRATA NIM. 1302315009 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kebutuhan akan layanan informasi dan komunikasi membuat

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kebutuhan akan layanan informasi dan komunikasi membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya kebutuhan akan layanan informasi dan komunikasi membuat Smartphone menjadi kebutuhan bagi kebanyakan orang saat ini. Selain digunakan sebagi alat komunikasi,

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani

Lebih terperinci

Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM) Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang

Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM) Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang Range of Motion Pendahuluan Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik Gerakan dapat dilihat

Lebih terperinci

Frequent Q & As. 1. Apakah singkatan DBC?

Frequent Q & As. 1. Apakah singkatan DBC? Frequent Q & As 1. Apakah singkatan DBC? Documented Based Care Yaitu suatu PROGRAM REHABILITASI yang ter bukti secara ilmiah (evidence based) dapat mengatasi masalah nyeri (sakit/pain) cedera khususnya

Lebih terperinci