BAB IV HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUD Kebumen pada bulan Juni 2015 Juli Dari penelitian didapatkan sebanyak 74 orang yang memeriksakan LBP ke RSUD Kebumen dan melakukan pemeriksaan radiologis berupa foto rontgen vertebrae lumbosacral polos. Karena pengambilan sampel menggunakan total sampling, maka 74 pasien yang memeriksaan LBP pada bulan Juni-Juli 2015 itulah yang menjadi subjek penelitian. Dari 74 subjek penelitian tersebut, didapatkan sebanyak 36 laki-laki dan 38 perempuan. Kemudian subjek penelitian tersebut didistribusikan kedalam beberapa tabel dengan klasifikasi berdasarkan usia, berat badan, pekerjaan dan gambaran radiologis yang ditemukan. Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 36 48,6 % Perempuan 38 51,4 % Jumlah % Tabel 4. Distribusi kejadian LBP menurut jenis kelamin Berdasarkan tabel diatas, didapatkan jika berdasarkan jenis kelamin, kejadian LBP pada laki-laki sebanyak 36 sampel (48,65%) dan pada perempuan sebanyak 38 sampel (51,35%). 28

2 Usia Jumlah Persentase , , , , , , ,9 Total Tabel 5. Distribusi LBP berdasarkan usia Berdasarkan tabel 5 diatas, maka tampak bahwa kejadian LBP paling banyak mengenai kelompok usia tahun dan tahun dengan persentase sama yaitu 22,9%. Setelah itu, persentase terbanyak pada usia tahun dengan persentase sebanyak 14,9 %. Pekerjaan Jumlah Persentase Pelajar PNS Polisi Swasta Rumah Tangga Buruh Pensiunan Petani Jumlah Tabel 6. Distribusi LBP berdasarkan pekerjaan Berdasarkan tabel 6 diatas, ditemukan bahwa LBP paling banyak ditemukan pada swasta dengan persentase yaitu 23.0 %. Kemudian selanjutnya paling banyak ditemukan pada pasien yang bekerja di rumah tangga dengan 29

3 persentase 18.9 %. Dan paling banyak ketiga adalah petani dengan persentase 17.6 %. Jenis gambaran radiologis Jumlah Persentase Tidak ditemukan 15 10, ,1 11 7,5 Degenerasi DIV Penyempitan 29 19,6 Sklerosis 24 16,2 Vacuum phenomenon 15 10,1 5 3, Tabel 7. Distribusi gambaran radiologis yang ditemukan Pada tabel 7, jumlah gambaran radiologis yang ditemukan terlihat melebihi dari jumlah subjek penelitian yang digunakan. Hal ini dikarenakan pada setiap subjek penelitian tidak hanya ditemukan satu gambaran radiologis saja. Namun dapat ditemukan lebih dari satu gambaran radiologis. Pada tabel diatas, ditemukan bahwa gambaran radiologis yang paling sering ditemukan pada LBP adalah osteofit yaitu sebanyak 33,1%. Kemudian gambaran selanjutnya yang paling banyak ditemukan adalah penyempitan DIV yaitu sebanyak 19,6 %. Regio Jumlah Persentase Th ,4 Th ,4 Th ,4 L ,2 L ,4 L ,9 L ,3 L ,4 30

4 S ,6 Total Tabel 8. Distribusi Regio Vertebra Berdasarkan tabel 8 diatas, diketahui bahwa regio yang paling banyak ditemukan lesi pada kasus LBP adalah regio L 4 dengan persentase sebanyak 25,3 %. Kemudian diikuti oleh regio L 5 dengan persentase 23,4 % Selain tabel tersebut, disajikan juga tabel mengenai distribusi lama nyeri dengan gambaran radiologis yang ditemukan yaitu sebagai berikut : 31

5 Usia Lama Nyeri GambaranRadiologis < 1 minggu 1 Tidakada 1 100% Degenerasi DIV 2 minggu 1 bulan 1 Tidakada 1 100% Degenerasi DIV >1 bulan 3 Tidakada 3 100% Degenerasi DIV < 1 minggu 2 Tidakada 2 100% Degenerasi DIV 2 minggu 1 bulan 4 Tidakada Degenerasi DIV 3 75% 1 25% >1 bulan 0 Tidakada Degenerasi DIV < 1 minggu 2 Tidakada 2 100% Degenerasi DIV 2 minggu 1 bulan 2 Tidakada Degenerasi DIV 1 50% 1 50% 1 50% >1 bulan 5 Tidakada 1 20% Degenerasi DIV 3 60% 1 20% < 1 minggu Tidakada Degenerasi DIV 2 minggu 1 bulan 5 Tidakada 1 20% Degenerasi DIV 2 10% 2 40% >1 bulan 13 Tidakada 1 7% Degenerasi DIV 5 38% 7 54% 1 7% < 1 minggu 3 Tidakada 1 33% Degenerasi DIV 2 64% 2 minggu 1 bulan 5 Tidakada Degenerasi DIV 2 40% 3 60% >1 bulan 11 Tidakada Degenerasi DIV 6 54% % 1 9% < 1 minggu 1 Tidakada Degenerasi DIV 1 100% 1 100% 1 100% 1 100% 2 minggu 1 bulan 1 Tidakada Degenerasi DIV 1 100% 1 100% 32

6 >1 bulan 7 Tidakada Degenerasi DIV 5 72% 7 100% 3 42% < 1 minggu Tidakada Degenerasi DIV 2 minggu 1 bulan 5 Tidakada Degenerasi DIV 3 60% 5 100% 2 40% 3 60% 1 20% >1 bulan 9 Tidakada Degenerasi DIV 8 89% 9 100% 2 22% 4 44% 1 11% Tabel7. Distribusi Lama Nyeridan Gambaran Radiologis 33

7 BAB V PEMBAHASAN Nyeri punggung bawah atau LBP merupakan penyakit muskuloskeletal yang dapat berasal dari mana saja seperti sendi, periosteum, otot, annulus fibrosus bahkan saraf spinal. LBP bukan merupakan suatu penyakit, namun sebuah gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Selain itu, LBP juga dapat terjadi jika pada individu tersebut terdapat beberapa faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan gaya hidup seperti merokok, berat badan, dan lain-lain. Pemeriksaan radiologis merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menunjang diagnosis dari LBP dan untuk menentukan manajemen yang tepat. Pemeriksaan radiologis foto polos lumbal lebih murah dan gampang ditemukan jika dibandingkan dengan pemeriksaan lain seperti CT-scan dan MRI. Penelitian ini telah dilakukan si RSUD Kebumen pada bulan Juni Juli 2015 pada 74 subjek penelitian yang mengeluhkan nyeri punggung bawah dan melakukan pemeriksaan foto polos lumbal. Dari 74 subjek penelitian tersebut, 36 diantaranya laki-laki dan 38 perempuan. Jika dilihat dari tabel 5 mengenai distribusi LBP berdasarkan usia, LBP paling banyak ditemukan pada kelompok usia tahun dan tahun dengan persentase sama yaitu 22,9%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahidjo A, dkk yang juga menemukan bahwa LBP paling banyak ditemukan pada usia tahun. Menurut penelitian tersebut, hal ini disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi proses degenerasi pada tubuh, namun pada usia tersebut juga masih aktif dalam bekerja sehingga nyeri banyak dirasakan. Lain halnya dengan kelompok pada usia sangat lanjut, yaitu 60 tahun keatas, kebanyakan sudah pensiun dan tidak banyak beraktivitas sehingga nyeri tidak begitu dirasakan berat. Namun apabila dipakai untuk beraktivitas, akan merasakan nyeri yang lebih berat. Menurut Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2013, kelompok usia yang paling sering terkena LBP adalah kelompok usia tahun dan tahun. LBP dapat terjadi karena beberapa factor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, adanya riwayat nyeri punggung, stress, depresi, kepuasan dalam pekerjaan, dan lain-lain. (Damian Hoy, dkk. 2012). Lalu apabila dilihat dari usia, penyebab LBP dapat dikategorikan menjadi beberapa hal. Apabila LBP terjadi pada usia muda atau usia pertengahan (10-40 tahun), 34

8 kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia tersebut dikategorikan menjadi non specific low back pain. Non spesifik LBP sendiri dapat dibagi menjadi dua, LBP akut dan kronis. LBP akut biasanya disebabkan oleh adanya trauma seperti pada trauma saat mengangkat beban berat, trauma saat terlalu lama duduk, dan perubahan posisi duduk, hal-hal yang lebih disebabkan oleh lifestyle yang menyebabkan terjadinya LBP. Hal ini dikarenakan adanya trauma peregangan pada sendi intervertebral dan kerusakan pada ligament interspinosa. Sedangkan LBP kronis disebabkan oleh karena adanya kelainan structural atau patologis pada region lumbal. (Toshihiko TAGUCHI, 2003) Kemudian pada tabel 6 mengenai distribusi LBP berdasarkan pekerjaan, ditemukan bahwa LBP paling banyak dijumpai pada kelompok pasien yang bekerja sebagai swasta seperti pedagang, rumah tangga dan petani. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indri Seta S, dkk yang menyatakan bahwa orang-orang dengan posisi kerja yang lebih banyak membutuhkan duduk lebih banyak terkena LBP dibandingkan dengan orang yang pekerjaannya membutuhkan banyak gerak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tom Sterud, dkk tahun 2012, prevalensi LBP yang paling banyak terkena pada orang-orang dengan pekerjaan yang terlalu banyak berdiri, mengangkat barang berat, dan juga berlutut atau terlalu lama duduk. Selain itu, hasil penelitian dari Matsudaira, dkk pada tahun 2012 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian LBP, yaitu adanya riwayat LBP sebelumnya, pekerjaan yang membutuhkan banyak mengangkat seperti pada pedagang, stress saat bekerja dan juga pekerjaan yang lebih membutuhkan banyak duduk. Menurut beberapa penelitian, ada satu klasifikasi LBP yang disebabkan karena pekerjaan, yaitu occupational LBP. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian LBP karena pekerjaan adalah riwayat pekerjaan yang banyak membutuhkan tubuh berada dalam posisi statis, misalnya duduk, pekerjaan yang memerlukan gerakan tertentu seperti mengangkat, meregangkan tubuh atau pekerjaan yang mengakibatkan bergetarnya seluruh tubuh seperti misalnya pada pengebor. Selain dari jenis pekerjaannya, faktor kepuasan dalam bekerja juga dapat mempengaruhi kejadian LBP tersebut, seperti misalnya hubungan antara karyawan dan atasan, pekerjaan yang monoton, dan social support. Occupational LBP disebabkan karena penyebab mekanik, postural, traumatik dan psikososial. Usia, postur dan kelelahan saat bekerja 35

9 dikategorikan menjadi faktor yang berperan banyak dalam kejadian LBP, sedangkan lamanya bekerja, beratnya pekerjaan, jenis pekerjaan yang lebih banyak memerlukan tenaga fisik seperti mengangkat, kurangnya aktivitas dan masalah psikologi dikategorikan menjadi faktor risiko yang menyebabkan LBP menjadi kronis. Keluhan nyeri biasanya dihubungkan dengan adanya tekanan atau peregangan yang berlebihan pada otot atau ligament di regio vertebra. Aktivitas fisik yang dinamis dan statis dapat menyebabkan trauma pada sendi dan diskus intervertebralis. Aktivitas dinamis seperti mengangkat benda-benda berat dengan berjalan, menaiki tangga atau aktivitas statis seperti terlalu banyak mempertahankan satu posisi misalnya duduk. (Milton, H.J, dkk. 2010) Menurut penelitian yang dilakukan oleh B.K Kwon pada tahun 2011, terdapat 4 jenis pekerjaan yang paling mempengaruhi kejadian LBP, yaitu : memutar dan / atau melenturkan, mendorong / menarik dan mengangkat. Hal ini serupa dengan penelitian Guangxing Xu, dkk pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa pekerjaan yang perlu mengangkat barang berat dan dilakukan berulang kali serta perubahan postural tubuh menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam occupational LBP. Adanya pekerjaan mengangkat beban yang berulang dapat menyebabkan terjadinya fatigue pada muskulus erector spinae pada regio vertebra lumbal 3 sehingga meningkatkan peregangan dari spina lumbal dan meningkatkan risiko kejadian LBP. (Dolan P, 1998) Menurut Driessen dkk, orang-orang dengan pekerjaan yang membutuhkan banyak mengangkat beban seperti pedagang, buruh dan lain-lain, harus mengetahui bagaimana cara mengangkat beban yang baik. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : - Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung. - Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan. 36

10 Diakses 13 Maret ma/mesin-cnc/1129-sonnym Gambar 8: Cara Mengangkat Beban Prinsip kerja mengangkat beban: Posisi kaki yang benar. Punggung kuat dan kekar. Posisi lengan dekat dengan tubuh. Mengangkat dengan benar. Menggunakan berat badan Diakses 13 Maret Gambar 9. Cara mengangkat beban yang benar 37

11 Nyeri pinggang bawah juga dapat terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Bila seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi 90 o, maka daerah lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis. Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamentum longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada nukleus pulposus (Diana Samara, 2004). Magora menemukan prevalensi LBP sebesar 12,6% pada orang yang sering bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan 25,9% jarang duduk dengan waktu kurang dari 2 jam. Kesley dkk menemukan orang yang bekerja dengan posisi duduk selama setengah hari waktu kerja atau lebih memiliki risiko relatif 1,6 lebih besar untuk terjadinya LBP, dimana risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir dan paling besar pada supir truk. Penelitian yang dilakukan oleh Emami dkk menunjukkan bahwa LBP tidak meningkat selama duduk satu jam per hari. Namun LBP berkaitan dengan duduk lebih dari 4 jam. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Keawduangdee pada tahun 2015, pekerjaan petani merupakan pekerjaan yang banyak menyebabkan penyakit LBP. Prevalensi tinggi LBP kalangan petani yang paling mungkin hasil dari cedera pada struktur tulang belakang, yang mungkin timbul dari postur kerja dan gerakan punggung bawah selama proses kerja. Studi dari India dianalisis pertanian postur dan menunjukkan bahwa petani bekerja dengan maju lumbar membungkuk dan memutar dan membawa bobot 10 kg atau kurang dan yang postur ini tampaknya menghasilkan LBP mereka. Sejumlah penulis lain memiliki laporan bahwa postur kerja terkait dengan LBP. Postur dalam proses tanam padi kaku, terbatas, asimetris, berulang, dan kontinu. Postur seperti ini dapat menghasilkan beban pada daerah lumbal, lalu menyebabkan kerusakan jaringan dan melebihi batas toleransi stres, sehingga menyebabkan cedera akibat kelelahan atau ketidakseimbangan. Contohnya adalah pada saat berada dalam posisi statis dalam waktu lama, akan menekan vena dan kapiler dalam otot sehingga dapat menyebabkan mikrolesi karena tidak adanya oksigen dan nutrisi. Beberapa pekerjaan petani adalah menanam padi dan membawa padi dalam jumlah banyak. Menanam padi merupakan pekerjaan dengan posisi tubuh setengah jongkok, posisi ini dapat meningkatkan beban kerja regio lumbar dan dapat 38

12 menyebabkan ketidakseimbangan, fatigue, rasa tidak nyaman dan nyeri pada daerah punggung. (Petcharat Keawduangdee, dkk. 2015). Pada tabel 7 yang menunjukkan distribusi gambaran radiologis yang paling banyak ditemukan pada LBP, memperlihatkan bahwa gambaran osteofit yang paling banyak ditemukan dengan persentase sebanyak 33,1 %. Kemudian disusul oleh penyempitan DIV sebanyak 19,6 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Igbinedion dan Kaplan dkk pada tahun 2011, bahwa gambaran radiologis yang paling banyak ditemukan adalah osteofit dan degenerasi DIV. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Ahidjo A, dkk pada tahun 2012, gambaran radiologis yang paling banyak ditemukan pada kasus LBP adalah spondilosis lumbal. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan pekerjaan pada subjek penelitian, dimana pada penelitian tersebut, subjek penelitian kebanyakan adalah atlet. Dan terkait dengan pembentukan spondilosis tersebut adalah merupakan stress mechanism dari cedera atau mikrotrauma yang berulang-ulang sehingga menimbulkan spondilosis dan dapat menyebabkan LBP (Nabil, J khoury, dkk. 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert D Vining dkk pada tahun 2014, gambaran radiologis yang paling banyak ditemukan adalah degenerasi DIV pada penderita LBP di kelompok usia diatas 40 tahun. Penelitian Robert D Vining dkk memang hanya memfokuskan pada gambaran radiologis yaitu penyempitan DIV dan spondilolistesis pada kelompok usia tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian saya yaitu penyempitan DIV memang banyak ditemukan yaitu sebesar 19,6%. Vertebra manusia terdiri dari 32 segmen yang dipisahkan oleh suatu diskus intervertebral. Diskus intervertebral memungkinkan tulang belakang agar dapat fleksibel dalam bergerak. Seiring dengan pertambahan usia, organ-organ dalam tubuh mengalami proses degenerasi, termasuk juga vertebra dan ruang antar vertebra atau diskus antar vertebra. Terdapat beberapa teori mengenai pembentukan osteofit, diantaranya perubahan degeneratif pada diskus intervertebra, selain itu osteofit juga dapat terbentuk sebagai reaksi jaringan terhadap adanya strain dan stress pada vertebra dan berdasarkan teori ini, osteofit lebih sering terjadi pada bagian anterior. Adanya stress dan strain akan menimbulkan robekan pada perlekatan annulus fibrosus dibagian tepi sehingga nukleus bergeser ke arah anterior ligamentum longitudinal. Peningkatan strain menyebabkan terjadinya osteofit di tempat perlekatan periostium 39

13 yang melapisi korpus vertebra. Teori lain yang diajukan oleh Macnab, osteofit terbentuk sebagai akibat dari instabilitas korpus vertebra yang berdekatan. Sementara itu Nathan mengatakan bahwa osteofit terbentuk sebagai respon fisiologis dari adanya kompresi dari korpus vertebra.(yoshihito Sakai, 2005) pada lumbal terjadi karena diskus intervertebralis mengalami proses degenerasi dan fenomena wear and tear yang konstan. Diskus intervertebral berfungsi untuk membuat vertebra dapat bergerak sehingga antar vertebra tidak bertabrakan. Setiap diskus dilapisi oleh kartilago yang mencegah kontak antara tulang dengan tulang. Kemudian dengan gerakan yang berulang, peningkatan tekanan pada vertebra, dan peningkatan beban kerja vertebra dapat menyebabkan diskus intervertebral menjadi bermasalah. Apabila vertebra terus bergerak tanpa adanya perlindungan dari kartilago dan diskus intervertebral dapat mempermudah terjadinya osteofit. Sehingga untuk mengkompensasi terjadinya proses degenerasi tersebut, ligamen di sekitar diskus intervertebral menjadi menebal dan mulai membentuk tulang baru. Dua hal inilah yang dapat menyebabkan saraf yang terdapat di diskus intervertebral menjadi terhimpit dan menyebabkan nyeri punggung. (Michael Perry, 2014) Dasar teori terjadinya osteofit adalah degenerasi discus intervertebralis. Proses degenerasi dimulai dengan berkurangnya kandungan air di dalam discus intervertebralis sehingga terjadi fragmentasi, volume nukleus berkurang, nukleus bergeser ke tepi dan volume ruang intervertebralis melebar, sehingga tekanan intradiscus menjadi berkurang, disertai gaya gravitasi dan tekanan otot paravertebral maka tinggi vertikal discus yang terlibat menjadi berkurang disertai dengan timbulnya bulging yang menekan ligamentum longitudinale posterior. Adanya peregangan serat Sharpey pada endplate korpus vertebra akan menyebabkan reaksi osteblastik dan terjadi kalsifikasi. Dengan perubahan hipertrofik diatas dan dibawah discus intervertebralis, instabilitas dari sendi facet dan dan Luschka serta kelemahan ligamentum longitudinale posterior dan ligamentu flavum, maka terbentuklah osteofit. (Ijun Judasah, 2003) Kemudian pada tabel 8 didapatkan bahwa regio yang paling banyak ditemukan lesi pada kasus LBP adalah regio L 4 dengan persentase sebanyak 25,3 %. Kemudian diikuti oleh regio L 5 dengan persentase 23,4 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahidjo, A, dkk pada tahun 2012, yang menemukan 40

14 bahwa region lumbal yang paling banyak ditemukan lesi pada kasus LBP adalah regio L4 yaitu sebanyak 26,5% dan disusul oleh region L5 yaitu sebanyak 22,3%. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patcharin Chanapa, dkk pada tahun 2014, yang menyebutkan bahwa region vertebra yang paling banyak ditemukan lesi adalah region L4 sebanyak 30,4% dan disusul oleh region L5. Menurut penelitian tersebut, regio tersebut merupakan regio dengan beban kerja yang paling berat dalam menumpu berat tubuh. Selain itu juga pada region tersebut sering melakukan gerakangerakan seperti gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi (Patcharin C, dkk. 2014) Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh M U Eyo pada tahun 2001, menyatakan bahwa region vertebra dengan banyaknya lesi pada kasus LBP paling banyak ditemukan pada region lumbosakral. Hal ini dapat terjadi karena region lumbosacral memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh, yaitu : a. Melindungi saraf di daerah spinal, dan spinal cord b. Mengatur postur tubuh dan berfungsi dalam lokomosi atau gerakan tubuh seperti berjalan, berlari, dan lain-lain. c. Menyokong berat tubuh. Regio lumbosacral menopang berat tubuh paling berat pada posisi duduk. d. Menyalurkan berat dari kepala dan badan menuju ke ekstremitas bawah. Oleh karena fungsinya yang berat, regio ini menjadi regio yang paling banyak terkena tekanan sehingga menimbulkan lesi. ( M U Eyo, dkk. 2001) Kemudian pada tabel 9, ditampilkan adanya tabel antara lama nyeri dengan gambaran radiologis yang ada. Kemudian setelah dilakukan uji dengan Chi square, ditemukan adanya hubungan antara lama nyeri dengan gambaran radiologis osteofit karena pada nilai p kurang dari 0,05 yaitu p = 0,042. Namun tidak ditemukan adanya hubungan antara lama nyeri dengan gambaran radiologis seperti degenerasi DIV dan spondilolistesis serta sakralisasi karena pada uji Chi square, didapatkan nilai p>0,05 yaitu p=0,507 pada degenerasi DIV, p=0,907 pada spondilolistesis dan p=0,224 pada sakralisasi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh PY Yong pada tahun 2003 yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara lamanya nyeri dengan gambaran radiologis osteofit, namun terdapat hubungan antara lama nyeri dengan gambaran spinal stenosis. Peneliti belum menemukan penelitian terbaru ataupun 41

15 penelitian lama yang menghubungkan antara lamanya nyeri dengan gambaran radiologis osteofit, sehingga belum ada penjelasan mengenai lama nyeri dengan gambaran radiologis osteofit. 42

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia BAB V PEMBAHASAN Nyeri punggung bawah atau LBP merupakan penyakit muskuloskeletal yang dapat berasal dari mana saja seperti sendi, periosteum, otot, annulus fibrosus bahkan saraf spinal. LBP bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Meliala dkk., 2000). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat memainkan peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas kesehatan adalah perawat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing mempunyai fungsi yang khusus atau spesifik. Salah satu organ manusia yang sangat penting peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, demi terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan fenomena yang seringkali dikeluhkan dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialamioleh

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Disusun Oleh FITRI ISTIQOMAH NIM. J100.060.056 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab (kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ischialgia merupakan salah satu keluhan nyeri yang sering didapatkan di masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BEDA PENGARUH LIFTING TECHNIC EXERCISE DENGAN BACK EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA GILING PADI

BEDA PENGARUH LIFTING TECHNIC EXERCISE DENGAN BACK EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA GILING PADI BEDA PENGARUH LIFTING TECHNIC EXERCISE DENGAN BACK EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA GILING PADI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah sudah sangat umum di kalangan masyarakat, dari data populasi. pada waktu tertentu (Sambrook, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. bawah sudah sangat umum di kalangan masyarakat, dari data populasi. pada waktu tertentu (Sambrook, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Low Back Pain (LBP) atau juga disebut dengan nyeri punggung bawah sudah sangat umum di kalangan masyarakat, dari data populasi menujukan kejadian 1-4% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui dengan cara melihat dan ada pembuktian yang benar. Pengetahuan bisa didapat dalam tulisan atau lisan dengan bantuan dari

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE

LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RSSA LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE KALAICHELVI REGUNATHAN 0710714014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

Gmbr 4. saraf spinal meninggalkan kanal spinal

Gmbr 4. saraf spinal meninggalkan kanal spinal LAMPIRAN 95 Lampiran 1 Gmbr 1. 33 Vertebrae Gmbr 2. Vertebrae Gmbr 3. Spinal Canal Gmbr 4. saraf spinal meninggalkan kanal spinal 96 Gmbr 5 Gmbr 6 Ligament Gmbr 6 Ligament 97 Gmbr 7. Posisi duduk Gmbr

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang potensial dan aktual (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA DAN SIKAP DUDUK TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI POLIKLINIK SARAF RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LAMA DAN SIKAP DUDUK TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI POLIKLINIK SARAF RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA LAMA DAN SIKAP DUDUK TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI POLIKLINIK SARAF RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK Yusuf Harkian 1 ; Dyan Roshinta Laksmi Dewi 2 ; Iit Fitrianingrum 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas manusia, 80% penduduk di negara industri pernah mengalami nyeri punggung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back pain pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi kerja duduk adalah salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di mana badan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4" BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri diantara sudut kosta sampai daerah bokong yang dapat menjalar sampai ke kedua kaki (Casazza,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah punggung bawah. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sehat pada dasarnya merupakan dambaan atau kebutuhan setiap orang sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan mengusahakan dirinya untuk kesembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material-material yang digunakan serta sikap kerja, menghadirkan risiko terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber. olahraga non-kontak yang memerlukan lompatan, perubahan cepat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber. olahraga non-kontak yang memerlukan lompatan, perubahan cepat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera olahraga merupakan momok yang sangat menakutkan bagi seorang atlet profesional, karena cedera akan membuat si atlet kehilangan waktu mengikuti latihan

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. 1 Dokter gigi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan periode di mana tidak terjadi lagi perubahan karena faktor pertumbuhan setelah masa adolesensi yang mengalami pertumbuhan cepat. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan di dunia kerja pun semakin besar. Hal ini menuntut masyarakat untuk bisa lebih aktif dan profesional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR Oleh : RAHMAT HENDRA SAPUTRA J 110 070 062 Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang sempurna, dan telah mengatur segala aspek kehidupan manusia dari yang terbesar hingga yang terkecil sekalipun. Salah satu kelebihan islam

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Bekerja merupakan hal wajib yang dilakukan, seiring kemajuan globalisasi maka daya konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki aktivitas yang bermacam-macam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menuntut manusia untuk memiliki kondisi tubuh yang baik tanpa ada gangguan

Lebih terperinci

Repository.unimus.ac.id

Repository.unimus.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Tulang Punggung Tulang belakang terdiri dari ruas-ruas yang saling berhubungan(17) rangkaian tulang belakang (kolumna vertebralis) adalah sebuah struktur

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya dan bertujuan untuk menyesuaikan suasana kerja dan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan upaya atau pemikiran serta penerapanya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs) MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Dalam paradigma kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Dalam paradigma kesehatan ini BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, maka setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat yang setinggitingginya dalam hal kesehatan jasmani, rohani

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung HERNIA NUKLEUS PULPOSUS LUMBAL RINGAN PADA JANDA LANJUT USIA YANG TINGGAL DENGAN KEPONAKAN DENGAN USIA YANG SAMA Leksana JS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Latar Belakang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh masyarakat umum dan prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk dari banyak jaringan serta organ yang mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh. Salah satunya adalah tulang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktek sehari-hari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya di bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi, senantiasa dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa pembukaan mulut (pada umumnya). 8 Pasien dengan sindroma nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja. Hal ini disebabkan karena 65% penduduk Indonesia. adalah usia kerja 30% bekerja disektor formal dan 70% disektor

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja. Hal ini disebabkan karena 65% penduduk Indonesia. adalah usia kerja 30% bekerja disektor formal dan 70% disektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia yang hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon dan nomos. Ergon artinya pekerjaan atau kerja, dan nomos artinya aturan atau tata cara (Oborne, 1995). Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan

Lebih terperinci