DOKUMEN DUKUNGAN PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DOKUMEN DUKUNGAN PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN"

Transkripsi

1 DOKUMEN DUKUNGAN PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN UNTUK IMPLEMENTASI PBC DI DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA OKTOBER-NOVEMBER 2013 Kementerian Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangn Pusat Peneltian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah menyelesaikan Dokumen Dukungan Puslitbang Jalan dan Jembatan dalam rencana Implementasi PBC di Direktorat Jenderal Bina Marga pada Tahun Anggaran Dokumen ini terdiri dari 3 bab yang terdiri dari Bab 1 Penyelenggaraan Jalan dan PBC, Bab 2 Litbang PBC oleh Pusjatan, dan Bab 3 Dukungan Pusjatan dalam Implementasi PBC. Semoga dokumen ini dapat bermanfaat untuk pelaksanaan PBC di Direktorat Jenderal Bina Marga.Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Hormat kami, Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc NIP Halaman i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v BAB 1 PENYELENGGARAAN JALAN DAN PBC Penyelenggaraan jalan Metode penyelenggaraan jalan PBC dan penyelenggaraan jalan PBC dan pendekatan value for money Implementasi PBC di Direktorat Jenderal Bina Marga BAB 2 LITBANG PBC OLEH PUSJATAN Penelitian dan Pengembangan PBC oleh Pusjatan BAB 3 DUKUNGAN PUSJATAN DALAM IMPLEMENTASI PBC Lesson learn dari penerapan PBC di Negara Berkembang Penyediaan fasilitas data center jalan dan jembatan Pembuatan aplikasi pendukung KBK Aplikasi JAKI Aplikasi permodelan prediksi lalu lintas Advis teknis Penelitian dan Pengembangan Halaman ii

4 3.5.1 Kajian Model Sistem Pengadaan Penyelenggaraan Jalan Pembuatan perangkat untuk mendukung KBK SPM untuk jalan dan jembatan Saran Saran berdasarkan Permen PU Laik Fungsi Jalan Saran terhadap Standard Bidding Document PBC Referensi Halaman iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kegiatan pembangunan jalan... 6 Gambar 2 Metode PBC dan Tradisional... 8 Gambar 3 Ruas Ciasem-Pamanukan Gambar 4 Ruas Demak-Trengguli Gambar 5 Alur pikir aplikasi JAKI Gambar 6 Tampilan aplikasi JAKI Gambar 7 Data spasial JAKI yang dapat diakses melalui website Halaman iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 Perbandingan biaya PBC, method base contract (kontrak tradisional), dan in-house (swakelola)... 9 Tabel 2 Perbandingan biaya antara PBC dan kontrak konvensional di beberapa negara Tabel 3 Pilot project PBC di Indonesia Tabel 4 Standar kinerja dan pengaruhnya pada kondisi/keadaan di jalan Tabel 5 Nilai IRI yang diharapkan berdasarkan SBD PBC dan Permen PU No:11/PRT/M/ Halaman v

7 BAB 1 PENYELENGGARAAN JALAN DAN PBC 1.1 Penyelenggaraan jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Penyelenggaraan Jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan.pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan.pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan.pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan jalan khususnya pada bagian pembangunan jalan yang terdiri dari kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan seperti terlihat pada Gambar 1. Pemograman dan Penganggaran Perencanaan Teknis Pelaksanaan Konstruksi Pemeliharaan dan Operasi PEMBANGUNAN JALAN SESUAI PP. 34 TAHUN 2006 Gambar 1 Kegiatan pembangunan jalan

8 1.2 Metode penyelenggaraan jalan Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) melakukan programan dan penganggaran melalui Balai Besar dan Balai di daerah untuk kemudian diperiksa oleh Direktorat Bina Program. DJBM dibantu konsultan untuk melakukan desain yang akan dilelangkan. Desain tersebut dilaksanakan di lapangan oleh kontraktor pemenang lelang. Kontraktor akan memelihara jalan tersebut sesuai dengan masa pemeliharaan yang tertulis di kontrak. Setelah masa pemeliharaan habis, DJBM melakukan pemeliharaan secara swakelola.metode tesebut adalah metode tradisional (Design-Bid-Build) dalam melakukan penyelenggaraan jalan. Terdapat beberapa metode penyelenggaraan jalan di dunia.tran et.all (2013) menyatakan bahwa terdapat 3 metode umum penyelenggaraan jalan: 1) Design-Bid- Build (DBB) atau lebih dikenal secara umum sebagai metode tradisional atau konvensional, 2) Design-Build (DB), dan 3) Construction Manager/General Contractor (CM/GC). DBB biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memiliki resiko tinggi.kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap desain dan konstruksi pada metode DB.Pelaksanaan desain dan konstruksinya dapat berjalan secara bersamaan. Pemilihan-pemilihan metode di atas bergantung pada beberapa hal seperti: waktu penyelesaian, kompleksitas dan inovasi, tingkat kesulitan desain, peniliaian resiko, biaya, sumber daya manusia, kompetisi, dan kemampuan kontraktor/konsultan yang tersedia. 1.3 PBC dan penyelenggaraan jalan PBC merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan jalan dengan tipe DB yang lebih kompleks.pada prinsipnya tahapan-tahapan yang terdapat dalam metode DBB/tradisional diberikan kepada penyedia jasa/kontraktor seperti terlihat padagambar 2.

9 TRADITIONAL Maintenance Strategy Warranty Period Planning and Programming Budgeting Maintenance Program Tender Product Maintenance Input Data CONTRACTOR OWNER OWNER PBC/PBMC Maintenance Strategy Planning and Programming Budgeting Maintenance Program Tender Product Maintenance Input Data CONTRACTOR TARGET KINERJA Gambar 2 Metode PBC dan Tradisional 1.4 PBC dan pendekatan value for money Performance Base Contract/Kontruksi Berbasis Kinerja (PBC/KBK) adalah salah satu bentuk dari sistem pengadaan jalan yang direncanakan untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan dan pemeliharaan ruas jalan dengan harapan agar kondisi fisik jalan memenuhi kinerja yang telah ditentukan (Stankevich et al, 2009). Penyelenggara jalan selalu beranggapan bahwa biaya pembangunan jalan dapat dihemat oleh metode PBC. Apabila dilihat dari sisi ekonomi, pendekatan PBC adalah value for money yang merupakan rasio dari level of service dan cost (Hardy, 2001).

10 Perubahan dari level of service Value for Money = Cost Kriteria dari value for money untuk PBC adalah sebagai berikut: 1. Level of service tetap sama namun biaya berkurang 2. Level of service meningkat dan biaya tetap sama. 3. Level of service meningkat dan biaya berkurang. Salah satu contoh penerapan KBK yang telah berhasil dilakukan adalah pada Departemen Transportasi Florida, Amerika Serikat (DOT Florida) dengan salah satu indikatornya adalah cost saving/penghematan biaya sebesar 13% seperti terlihat pada Tabel 1(Holmes, 2005). Tabel 1 Perbandingan biaya PBC, method base contract (kontrak tradisional), dan inhouse (swakelola)

11 Pakkala (2005) menyebutkan bahwa penghematan biaya PBC dibandingkan kontrak konvensional lainnya adalah sebesar 10-40% di beberapa negara (Tabel 2).Penghematan biaya cukup signifikan terjadi di Finlandia, Holland (Belanda), dan Norway (Norwegia).Penghematan biaya yang paling kecil adalah sebesar 10%.Dari data-data tersebut dipastikan bahwa implementasi PBC dapat menghemat biaya apabila dibandingkan dengan metode kontrak tradisional. Untuk itu Pusjatan akan memberikan dukungan kepada DJBM dalam rangka mengimplementasikan PBC untuk meningkatkan keselamatan jalan dan kualitas lingkungan jalan. Tabel 2 Perbandingan biaya antara PBC dan kontrak konvensional di beberapa negara Implementasi PBC di Direktorat Jenderal Bina Marga Pada tahun 2011 Direktorat Jenderal Bina Marga telah mengimplementasikan KBK dalam jangka waktu 4 tahun pada ruas jalan Ciasem-Pamanukan, Prov. Jawa Barat sepanjang 18.5 km dengan anggaran sebesar Rp. 106,9 miliar dan ruas jalan Demak-Trengguli, Provinsi Jawa Tengah sepanjang 7,68 km dengan anggaran sebesar Rp. 59,4 miliar. Implementasi ini merupakan bagian dari program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan

12 kinerja layanan jalan (Puskompu, 2011). Pada tahun 2012 KBK dilakukan kembali pada ruas jalan Semarang-Bawen, Bojonegoro-Padangan, dan Padangan-Ngawi. Gambar 3 Ruas Ciasem-Pamanukan Gambar 4 Ruas Demak-Trengguli DJBM akan melakukan implementasi PBC pada ruas jalan di kota metropolitan: Medan, Jakarta, Semarang, dan Makassar pada tahun 2014 dan akan melakukan

13 pelelangan pada bulan November Ruas jalan yang dikontrakkan sepanjang 100km-250km dengan nilai kontrak di atas 300 M untuk masa kontrak minimal 10 tahun (DJBM, 2013). Pada saat ini DJBM sedang melakukan analisis resiko untuk mendukung kelancaran dalam penerapan PBC di ke-4 kota yang disebutkan. DJBM mengidentifikasi resiko berdasarkan kategori: teknis, eksternal, organisasi, dan manajemen proyek yang memiliki dampak terhadap lingkup, biaya, waktu, dan mutu (Bukit, 2013). PBC dapat merangsang kontraktor untuk melakukan inovasi seperti pada pelaksanaan ruas Bojonegoro-Padangan dimana kontraktor melakukan teknologi konstruksi khusus sarang laba-laba dan cakar ayam modifikasi (DJBM, 2013).Selain itu diperkirakan PBC dapat menghemat biaya sebesar 9-17% dibandingkan dengan kontrak tradisional (Design-Bid-Build) (DJBM, 2013). Tabel 3 Pilot project PBC di Indonesia No Ruas Panjang (km) Biaya (Rp.) Tahun Hasil evaluasi Penghematan biaya (%) 1 Ciasem- Pamanukan 28,0 106,9M Data tidak diperoleh 2 Demak-Trengguli 7,68 59,4M Data tidak diperoleh 3 Semarang-Bawen 22, ,90 4 Bojonegoro- Padangan 11, ,09 5 Padangan-Ngawi 10, ,15

14 BAB 2 LITBANG PBC OLEH PUSJATAN 2.1 Penelitian dan Pengembangan PBC oleh Pusjatan Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia dan PT. Jasa Marga bekerjasama melakukan pelatihan Performance Based Maintenance Contract di Jakarta pada tahun 2001 dan diikuti oleh beberapa staf dari Pusjatan dan DJBM. Pada tahun 2003, Pusjatan memulai litbang PBC dengan hasil-hasil sebagai berikut: Penelitian dan pengembangan PBC di Indonesia dimulai pada tahun 2003 dan dilanjutkan pada tahun 2004 dengan 5 kesimpulan (Widajat, 2004): 1. Jaringan jalan yang dapat di KBK meliputi jalan beraspal maupun tidak beraspal dengan syarat histori jalan diketahui dan jalan tidak rusak parah. Kinerja dari masing-masing jenis perkerasan ditentukan dalam spesifikasi. 2. Terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dalam kontrak tradisional dan KBK seperti dasar kontrak dan risk sharing yang seimbang antara penyedia jasa dan pemilik pekerjaan. 3. Indikator kinerja pemeliharaan pada sistem kontrak PBC yang mencakup segala aset jalan yaitu perkerasan jalan, bahu jalan, ROW, drainase, rambu lalu-lintas perlengkapan jalan serta jembatan harus diuraikan dengan detail dalam kontrak karena akan digunakan sebagai dasar penilaian terhadap pemantauan kinerja yang dilakukan secara kontinyu. Hasil pemantauan kinerja dapat digunakan sebagai tolok ukur kondisi perkerasan pada waktu yang bersangkutan. 4. Pada masa yang akan datang, prediksi penurunan kondisi diperlukan guna melihat sejauh mana kerusakan jalan terjadi setelah melayani lalu lintas dalam kurun waktu tertentu. Prediksi ini dapat membantu untuk membuat perkiraan biaya besarnya harga kontrak pemeliharaan.

15 5. Dari 6 lokasi penyelidikan lapangan, Pusjatan telah memiliki 7 rumus penurunan kondisi: 1)lendutan, 2) kerataan, 3) kedalaman alur, 4) % luas retak, 5) % luas pelepasan butir, 6) %luas lubang, dan 7)% luas amblas. Pada tahun 2009 Pusjatan melakukan litbang PBC dan menghasilkan konsep dokumen lelang untuk pekerjaan PBC serta beberapa kesimpulan dan saran (Saptadi, 2009): Kesimpulan: 1. Konsep dokumen lelang yang berbasis kinerja untuk ujicoba penerapan litbang PBC hasil kegiatna litbang PBC pada TA 2009 telah disosialisasikan kepada Direktorat Jenderal Bina Marga (Direktorat Bina Teknik dan Direktorat Bina Program), Inspektorat Jenderal Bina Marga, dan beberapa penyedia jasa melalui kegiatan loka karya yang dilaksanakan di kantor Puslitbang Jalan dan Jembatan pada tanggal Desember Pada loka karya tersebut juga diperoleh masukan untuk menyempurnakan konsep dokumen lelang yang berbasis kinerja untuk uji coba penerapan PBC. 3. Berkenaan dengan tahapan pekerjaan pembangunan dalam rangka ujicoba penerapan litbang PBC, peserta loka karya bersepakat agar pekerjaan pembangunan dilakukan dalam satu tahap, yaitu pembangunan jalan sampai dengan struktur perkerasan lentur. 4. Konsep dokumen lelang konstruksi berbasis kinerja untuk ujicoba penerapan litbang PBC telah disempurnakan lagi berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari kegiatan loka karya.

16 Saran: 1. Perlu diantisipasi resiko yang menjadi tangung jawab pengguna jasa yang berhubungan dengan masalah administrasi kontrak dan kepastian sumber dana. 2. Perlu dibentuk tim teknis untuk mengevaluasi penawaran penyedia jasa, baik untuk evaluasi administrasi, evaluasi harga, maupun evaluasi teknis. 3. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai prosedur evaluasi penyedia jasa yaitu mengenai tata cara evaluasi dan persyaratan penyedia jasa yang membentuk kerjasama operasional (KSO). 4. Perlu dilakukan asistensi penyusunan dokumen penawaran bagi penyedia jasa-penyedia jasa yang akan mengikuti proses pelelangan. Pusjatan membentuk Research Group/Kelompok Penelitian Sistem Penyelenggaraan Jalan pada tahun 2013 dimana salah satu sub-kelompoknya membahas PBC. Pada tahun 2014, Pusjatan akan melakukan litbang menyeluruh tentang Sistem Penyelenggaraan Jalan meliputi project delivery system, alternative dispute resolution, asset management, dan life cycle cost. Tujuan dibuatnya litbang ini adalah untuk memberikan masukan khususnya kepada DJBM terkait sistem penyelenggaraan jalan yang efektif dan umumnya untuk dinas-dinas ke-bina Margaan yang ada di Indonesia.

17 BAB 3 DUKUNGAN PUSJATAN DALAM IMPLEMENTASI PBC Pusjatan akan memberikan dukungan sesuai berdasarkan kajian-kajian literature penerapan PBC di negara-negara berkembang dan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dukungan-dukungan tersebut antara lain rencana sosialisasi bersama konsep PBC dalam hubungannya dengan pengembangan sumber daya manusia, pembuatan aplikasi-aplikasi yang dapat mendukung pelaksanaan KBK, advis teknis, program-program litbang yang akan dilaksanakan, dan saran-saran terhadap dokumen kontrak standar. 3.1 Lesson learn dari penerapan PBC di Negara Berkembang Aplikasi PBC telah dikalukan di berbagai negara berkembang seperti Argentina (1990), Uruguay (1996), Chile (1997), Brazil (1998), Chad, Peru, and Guatemala, Finland, Estonia, Serbia and Montenegro, Afrika Selatan, Bangladesh, Zambia, Chad, the Filipina (Sultana et.all, 2012). Terdapat 5 tantangan yang akan mungkin dihadapi dalam mengimplementasikan di negara berkembang: 1. Dukungan dari pemerintah Sultana et.all (2012) menyatakan terdapat contoh kasus di Bangladesh dimana tipikal birokrasi dan koordinasi merupakan hambatan dalam mengimplementasikan PBC.Direktorat Jenderal Bina Marga diharapkan terus menerus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang berkepentingan terhadap jalan. 2. Permasalahan penyediaan dana dari non-pemerintah Contoh kasus di Chad perlu dipelajari terhadap bantuan-bantuan dana dari pihak non-pemerintah dalam bentuk pinjaman. Pihak-pihak non-pemerintah dapat menghentikan skema pinjamannya sebelum kontrak berakhir. Untuk itu sebaiknya perlu dipastikan dan disediakan skema penyediaan dana dari pemerintah.

18 3. Pengaruh politik dan korupsi Tidak ada bukti yang nyata bahwa penerapan PBC dapat bebas dari pengaruh politik dan korupsi (Sultana et.all, 2012). 4. Kurangnya pengalaman dan pemahaman terhadap PBC Sumber daya manusia sangat penting dalam kontrak PBC. Direktorat Jenderal Bina Marga memiliki tim yang berpengalaman dalam implementasi PBC. Tim-tim tersebut harus bersinergi untuk terus melakukan sosialiasi konsep PBC maupaun permasalahan-permasalahan teknis lainnya. 5. Kurangnya perencanaan yang matang Penerapan PBC dapat menyebabkan perubahan budaya dalam organisasi di Direktorat Jenderal Bina Marga.Kurangnya perencanaan yang matang terhadap implementasi dan perubahan bentuk organisasi dapat menyebabkan kegagaln dalam pelaksanaan implementasi PBC. 6. Rasa ketakutan kehilangan pekerjaan Dari beberapa survey yang dilakukan di negara-negara berkembang, terdapat kecendrungan rasa ketakutan kehilangan pekerjaan dari pegawai-pegawai pemerintah. 7. Kehilangan kompetisi Dari beberapa literature disebutkan bahwa penyedia jasa yang melakukan penawaran terhadap kontrak PBC sangatlah sedikit dikarenakan karena nilai kontraknya yang cukup besar.hal ini tentunya mengurangi iklim kompetisi di antara penyedia-penyedia jasa skala kecil. Namun demikian, penyedia jasa skala kecil dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan dari penyedia jasa yang mendapatkan kontrak PBC (sub-kontraktor) 8. Estimasi biaya PBC adalah kontrak yang panjang yang membutuhkan kemampuan dalam melakukan estimasi biaya yang akurat.

19 3.2 Penyediaan fasilitas data center jalan dan jembatan Pusjatan memiliki infrastruktur data center jalan dan jembatan dengan kemampuan Tier-3 dan beberapa aplikasi pendukung lainnya seperti ArcGIS Server 10.0 yang kompatibel dengan Pusdata dan Badan Informasi Geospasial. Dengan adanya infrastruktur di atas maka Pusjatan siap menjadi fasilitator untuk hosting atau penyimpanan data-data jalan dan jembatan dalam transisi data menuju data yang dapat digunakan oleh public (public domain). 3.3 Pembuatan aplikasi pendukung KBK PBC merupakan salah satu bentuk inovasi kontrak yang berbasis kepada outcome dimana pengguna jalan merupakan fokus utama dalam penyelenggaraan jalan.zietlow (2005) menyatakan bahwa beberapa standar kinerja erat hubungannya dengan kondisi/keadaan yang terjadi di jalan seperti terlihat padatabel 4. Tabel 4 Standar kinerja dan pengaruhnya pada kondisi/keadaan di jalan Standar Kinerja Pengaruh IRI(International Roughness Index) User cost/ Vehicle Operating cost/biaya pengguna jalan/kendaraan Tidak ada lubang dan control terhadap cracks dan rutting Friksi minimal antara ban kendaraan dan permukaan jalan Jumlah maksimum endapan tanah atau halangan lain yang mengganggu sistem drainase Refleksivitas dari marka dan perambuan jalan Keselamatan jalan dan kinerja perkerasan Keselamatan jalan Menghindari kerusakan struktur jalan Keselamatan jalan Dengan berdasar pada outcome-based ini Pusjatan memberikan dukungandukungan antara lain pembuatan 2 aplikasi sebagai hasil produk litbang: 1) Aplikasi Jalan Kita (JAKI) dan 2) Aplikasi Permodelan Transportasi. Kedua aplikasi tersebut

20 merupakan aplikasi berbasis web atau menggunakan internet. Salah satu strategi perangkat strategi manajemen adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengoptimalkan PBC/KBK (Pakkala, 2013). Khazeli dan Stockemer (2013) dalam hasil penelitiannya memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan yang kuat antara good governance dengan penetrasi penggunaan internet pada negara-negara di dunia Aplikasi JAKI Aplikasi JAKI adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Pusjatan untuk memperoleh informasi terkini dari masyarakat secara langsung terhadap kondisi jalan.aplikasi ini menggunakan bersifat mobile dan dapat di-install secara langsung pada smartphone dengan sistem operasi ios, Android, Blackberry, dan Windows.Alur pikir dari aplikasi ini dapat dilihat pada Gambar 5. Masyarakat yang sudah mengunduh dan melakukan registrasi pada aplikasi JAKI dapat memberikan informasi terkini terkait kondisi jalan seperti kemacetan, kerusakan, banjir, dan lain-lain. Data akan masuk ke dalam server Pusjatan dan selanjutnya Pusjatan akan memberikan informasi tersebut ke pihak-pihak terkait secara berkala. Pusjatan juga akan melakukan litbang berdasarkan data-data tersebut. JAKI akan sangat membantu implementasi PBC karena JAKI dapat digunakan untuk menilai outcome secara langsung dari masyarakat karena seolah-olah masyarakat yang menjadi mata di jalan yang sedang dilaluinya. Aplikasi JAKI secara resmi akan diluncurkan pada tanggal 3 Desember 2013 bersamaan dengan Hari Bakti PU dan ulang tahun Pusjatan yang ke-88. Tampilan JAKI pada smartphone dan pada server dapat dilihat pada lampiran.

21 Gambar 5 Alur pikir aplikasi JAKI

22 Gambar 6 Tampilan aplikasi JAKI

23 Gambar 7 Data spasial JAKI yang dapat diakses melalui website Aplikasi permodelan prediksi lalu lintas Aplikasi permodelan transportasi dapat digunakan untuk prediksi-prediksi lalu lintas di masa yang akan datang. Hal ini akan berguna untuk penyedia jasa ataupun pemilik pekerjaan dalam melakukan perhitungan-perhitungan biaya. Aplkasi permodelan prediksi lalu lintas merupakan salah salah satu bentuk minimalisir resiko dari kesalahan perhitungan lalu lintas di masa yang akan datang yang mempengaruhi prediksi-prediksi biaya kontruksi, operasi, dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan oleh penyedia jasa. 3.4 Advis teknis Pusjatan memiliki fungsi untuk memberikan layanan advis teknis dalam bidang jalan dan jembatan.terkait dengan implementasi PBC, Pusjatan memiliki ahli-ahli bidang

24 jalan dan jembatan untuk memberikan saran dan masukan terhadap pelaksanaan PBC. 3.5 Penelitian dan Pengembangan Pusjatan telah memprogramkan 2 penelitian dan pengembangan untuk mendukung implementasi PBC: 1. Kajian Model Sistem Pengadaan Penyelenggaraan Jalan 2. Pembuatan perangkat untuk mendukung implementasi PBC 3. SPM untuk pemeliharaan jalan dan jembatan Kajian Model Sistem Pengadaan Penyelenggaraan Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 tentang Jalan, penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan. Pembangunan jalan merupakan bagian dari penyelenggaraan yang paling banyak menelan biaya karena berhubungan dengan desain dan konstruksi. Kebutuhan terhadap penyelesaian desain dan konstruksi dalam waktu yang cepat dan dana yang terbatas merupakan isu utama di Indonesia. Penentuan metode pengadaan yang sesuai dengan kebutuhan suatu proyek fisik merupakan suatu pekerjaan yang kompleks.

25 Pada umumnya Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) masih menggunakan metode tradisional atau Design-Bid-Build (DBB) dalam mengadakan pembangunan jalan. Penerapan metode lainnya seperti Desain-Build (DB) belum banyak digunakan oleh DJBM. Salah satu contoh DB adalah implementasi kontrak PBC (Performance Based Contract di mana penyedia jasa menyediakan desain dan konstruksi seperti di ruas jalan Ciasem-Pamanukan dan dan Demak-Trengguli atau ruas jalan Tol Bali yang dibangun di atas laut. Beberapa penelitian di dunia menyatakan bahwa metode alternatif pengadaan jasa konstruksi dapat memberikan nilai tambah yaitu berupa penghematan biaya dan waktu dibandingkan dengan metode pengadaan tradisional. Dengan adanya data ini maka Puslitbang Jalan dan Jembatan akan membuat membuat suatu Kajian Model Sistem Pengadaan Penyelenggaraan Jalan yang berfokus pada pembangunan jalan. Dalam kajian tersebut, Pusjatan akan melakukan perekaman terhadap pelaksanaan KBK di 4 lokasi metro (Jakarta, Makassar, Medan, dan Semarang). Dalam pelaksanaannya Pusjatan akan mengajak Direktorat Bina Teknik, Direktorat Bina Program, Direktorat Bina Pelaksanaan, danbalai Besar terkait. Diharapkan dari kajian ini Pusjatan akan menemukan suatu model sistem pengadaan penyelenggaraan jalan agar pengguna jasa dapat melakukan pemilihan tipe-tipe pengadaan dengan memperhatikan faktor-faktor seperti Pembuatan perangkat untuk mendukung KBK Pusjatan akanmembuat melakukan kajian terhadap perangkat-perangkat yang dapat mendukung KBK antara lain: 1. Bridge-Weigh in Motion (B-WIM) Wall et.all (2009) menyatakan bahwa B-WIM dapat memenuhi 95% toleransi yang diperlukan pada Type II ASTM Standard Specificationsfor Highway Weigh-In-Motion Systems. Selain itu B-WIM juga dapat menghasilkan data

26 WIM termasuk di dalamnya gross vehicle weights, axle spacing, axle weights, and speed. 2. Perangkat inspeksi formal dan informal. Inspeksi formal dan informal merupakan hal penting dalam implementasi KBK. PPK dan Direksi Teknis akan dibantu oleh perangkat tablet yang didalamnya terdapat aplikasi inspeksi formal dan informal. 3. Aplikasi PBCER (Performance Based Contractor Evaluation Report) PBCER sangat penting untuk mengevaluasi performa dari penyedia jasa/kontraktor saat pelaksanaan KBK. Evaluasi terdiri dari 5 bagian: a. Pengukuran kinerja (keselamatan dan inspeksi, administrasi, respon penyedia jasa, field operation) b. Pengukuran performa Struktur (Pemeliharaan dan perbaikan, kualifikasi personel, inspeksi, dan komunikasi) c. Pengkuran Performa lapangan (Interaksi, koordinasi, dan kerjasama dengan pihak terkait, kerjasama dengan pengguna jasa, control kualitas dan kesesuaian dengan kontrak, porsi keterlibatan pengguna jasa) 4. Kajian Detorasi Model pada 4 lokasi SPM untuk jalan dan jembatan Pusjatan akan terus melakukan pembuatan SPM pemeliharaan jalan dan jembatan. 3.6 Saran Dalam memberikan saran, Pusjatan mengambil konsep bahwa pelaksanaan kontrak berbasis kinerja mengacu kepada Standard Bidding Document Kontrak PBCPeraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan. Berdasarkan peraturan tersebut, laik Fungsi Jalan adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan untuk memberikan keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan administratif

27 yang memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan, sehingga jalan tersebut dapat dioperasikan untuk umum. Saran diperoleh dari hasil FGD sebanyak 4 kali dengan melibatkan kalangan akademisi, praktisi, Dit.Bintek, dan ahli-ahli lainnya. Saran dibagi menjadi beberapa bagian yang terkait dengan proses pembangunan jalan yang telah dibahas pada bab sebelumnya Saran berdasarkan Permen PU Laik Fungsi Jalan Dalam tahapan persiapan diharapkan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan jalan melakukan Survey Laik Fungsi Jalan dengan melengkapi ketiga lampiran dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan. Lampiran-lampiran tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perhitungan kebutuhan anggaran di masa yang akan datang pada kontrak PBC. Dalam Standar Bidding Document PBC disebutkan bahwa nilai IRI untuk jalan raya adalah 4, jalan sedang maksimum adalah 5, dan jalan kecil maksium adalah 5. Berdasarkan Peraturan Menteri PU tersebut, jalan bebas hambatan memiliki IRI 3-4, jalan raya memiliki IRI 4-6, jalan sedang memiliki IRI 5-8, dan jalan kecil dengan perkerasan aspal memiliki nilai IRI 5-8. Tabel 5 Nilai IRI yang diharapkan berdasarkan SBD PBC dan Permen PU No:11/PRT/M/2010 Jenis Jalan Nilai IRI Nilai IRI SBD PBC Permen PU Jalan Bebas Hambatan Jalan Raya Maksimum Jalan Sedang Maksimum Jalan Kecil Maksimum 5 5-8

28 Untuk itu Pusjatan menyarankan agar mengadopsi Permen PU tersebut agar tidak terjadi dispute di kemudian hari Saran terhadap Standard Bidding Document PBC Saran terhadap Standard Bidding Document PBC dapat dilhat pada lampiran.

29 Referensi Benyamin Saptadi "Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (PBC) untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak. Laporan Akhir. Desember 2009, Bandung. Puslitbang Jalan dan Jembatan. Djoko Widajat "Pengembangan Model Imlementasi Performance Based Contract (PBC) Untuk Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan di Indonesia. Laporan Penelitian. Desember 2004, Bandung. Puslitbang Jalan dan Jembatan. Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Base Contract) untuk Pengadaan Jasa Konstruksi Pekerjaan Jalan di Indonesia.Presentasi dalam Pelatihan PBC. September Direktorat Jenderal Bina Marga. Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) The Application of Performance Based Contract: Lessons Learn in Indonesia National Roads Management. Presentasi dalam Pelatihan PBC. September Direktorat Jenderal Bina Marga. G. J. Zietlow "Cutting Costs and Improving Quality through Performance- Based Road Management and Maintenance Contracts-The Latin American and OECD Experiences," Presentasi pada Senior Road Executives Programme, Restructuring Road Management, German Development Cooperation, Birmingham,U.K. Hardy, P., Austroads Review of Performance Contracts: The Potential Benefits of Performance Contracts, Contract- ing the Future NZIHT Symposium, Oct.

30 2001 [Online]. Available: austroadsreview.pdf (accessed Feb. 3, 2007). Holmes, S "Florida Asset Management." Presentation at the TRB Workshop on Performance- based Contracting. April 27, Washington, D.C.: Office of Maintenance, Florida Department of Transportation. Natalya Stankevich, Navaid Qureshi dan Cesar Queiroz Transport Notes TN.027-Roads and Rural Thematic Group. World Bank. Washington DC. Pakkala, P "Performance-based Contracts International Experiences." Finnish Road Administration. Presentation at the TRB Workshop on Performance- based Contracting. April 27, Washington, D.C. Pakkala, P Data Collection, Evaluation, and Management of PBMC. Presentasi dalam IRF Executive Seminar, September Orlando, Florida. International Road Federation Pusat Komunikasi Publik PU (Puskompu) Dua Pilot Project Performance Based Contract Ditandatangani.Website Kementerian PU Tomen Bukit Manajemen Resiko (Project Risk Management). Presentasi dalam Pelatihan PBC. September Direktorat Jenderal Bina Marga. Susan Khazaeli dan Daniel Stockemer The Internet: A new route to good governance. International Political Science Review. SAGE Publications. Wall, Christopher J.; Christenson, Richard E. ; McDonnell, Anne-Marie H. ; Jamalipour, Alireza A Non-Intrusive Bridge Weigh-in-Motion System for a Single Span Steel Girder Bridge Using Only Strain Measurements.

31 Report No. CT Connecticut Department of Transportation - University of Connecticut Connecticut Transportation Institute.

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN Muzakkir Mahasiswa Magister Manajemen Proyek Konstruksi Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten selaku pembina dan pengelola jalan provinsi di wilayah Provinsi Banten dalam melaksanakan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Yanichi Sutantra 1, Ambrosius Mintardjo 2, Paulus Nugraha 3 ABSTRAK : Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor jasa konstruksi di Indonesia terutama untuk proyek konstruksi jalan mengalami kemajuan yang sangat pesat beberapa tahun ini. Indonesia sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF Oleh: Ir. Hasanudin, M.Eng.Sc. dan Ir. Tia Astuti, M.Sc. I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk.

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Abdul Rachman Magister

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 PEMILIHAN METODE PENILAIAN KONDISI JALAN YANG MENDEKATI PERKIRAAN KONDISI JALAN SAAT PEMELIHARAAN (STUDI KASUS: RUAS JALAN SADANG (BTS. KAB. LAMONGAN)- BTS. KOTA GRESIK STA. KM.55+000 KM.60+239) Luky Susantio

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 TENTANG PENINGKATAN PEMANFAATAN ASPAL BUTON UNTUK PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DELIVERY

BAB III SISTEM DELIVERY BAB III 3.1 JENIS-JENIS Sistem delivery adalah suatu sistem yang mengatur seluruh proses dan pembiayaan suatu proyek konstruksi (perencanaan, pelaksanaan, operasional, dan pemeliharaan) dalam suatu bentuk

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA BERBASIS KINERJA DAN EVALUASI PENERAPAN PADA JALAN NASIONAL

KONTRAK KERJA BERBASIS KINERJA DAN EVALUASI PENERAPAN PADA JALAN NASIONAL KONTRAK KERJA BERBASIS KINERJA DAN EVALUASI PENERAPAN PADA JALAN NASIONAL Rizal Z. Tamin KK MRK FTSL ITB Jalan Ganesha No 10 Bandung, 40115 Tlp. (022) 250 22 72 rzt@bdg.centrin.net.id Adriananda Z. Tamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentuk Kontrak Di Indonesia Menurut Yasin, N. (2004), bentuk kontrak di Indonesia dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu : 1) Berdasarkan perhitungan biaya yaitu menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU + 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV POTENSI PENERAPAN SISTEM DELIVERY DESIGN-BUILD PADA PROYEK JALAN NASIONAL DI INDONESIA

BAB IV POTENSI PENERAPAN SISTEM DELIVERY DESIGN-BUILD PADA PROYEK JALAN NASIONAL DI INDONESIA BAB IV POTENSI PENERAPAN SISTEM DELIVERY DESIGN-BUILD PADA PROYEK JALAN NASIONAL Pada bab 2 dan bab 3 telah coba dilakukan kajian tentang sistem penyelenggaraan dan organisasi penyelenggara jalan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR Eko Prihartanto Program Studi Teknik Sipil, Universitas Borneo Tarakan, Tarakan E-mail: eko_prihartanto@borneo.ac.id

Lebih terperinci

KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN

KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN Jakarta, 21 OKTOBER 2016 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT OUTLINE 1. Faktor Kunci

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL Rahmanita Sujatsi 1, I Putu Artama Wiguna 2, dan A.Agung G. Kartika 3 1 Bidang Manajemen Aset Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian menghasilkan konsep manajemen pemeliharaan Jalan Magelang Yogyakarta yang

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF A. Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan

RINGKASAN EKSEKUTIF A. Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan RINGKASAN EKSEKUTIF 2434.001.001.107-A Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

Lebih terperinci

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, % Bab I Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan manfaat penelitian. I.1 Latar Belakang Tol Cipularang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Konsep mengenai penentuan biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan sering menimbulkan kesulitan serta membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit dan menjadi beban bagi anggaran

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 921 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

berkualifikasi besar; kompeten Meningkatnya utilitas produk unggulan DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

berkualifikasi besar; kompeten Meningkatnya utilitas produk unggulan DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI SASARAN RENSTR RA TA 2015-2019 DIREKTORAT BINA PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Oleh: Dr. Ir. Darda Daraba, M.Si Konsolidasi Internal Ditjen Bina Konstruksi dalam rangka

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009 132 DAFTAR REFERENSI Bapekin (2001). Struktur Spesifikasi Pengendalian Mutu (QC) Yang Baku, Buletin Bapekin No. 03 / 2001 Bambang Susantono & Taufik Mulyono, Jalan Rusak dan Good Governance, 2008 Bayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum. BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pemeliharaan suatu property diperlukan untuk memperpanjang siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk. Salah satu property

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia transportasi saat ini memberikan beberapa dampak baik dan buruk bagi pengguna alat transportasi maupun lalu lintas khususnya diperkotaan. Kota Medan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum siklus kehidupan proyek konstruksi terbagi atas empat bagian besar yaitu studi kelayakan (feasibility study), estimasi proyek (detail estimate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan ekonomi dan pergerakan masyarakat secara cepat memberikan konsekuensi (tugas) kepada pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan percepatan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi

Lebih terperinci

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT Faktor Penentu Pemilihan Kontrak Proyek Gedung (M. Ikhsan S) 49 Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan M. Ikhsan Setiawan, ST, MT ABSTRAK Dalam pelelangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan

Lebih terperinci

MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR

MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR Purnomo Reski 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan pengamatan serta perhitungan berdasarkan data yang diperoleh di ruas jalan Perintis Kemerdekaan Klaten maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PROFILE PERUSAHAAN

BAB I PROFILE PERUSAHAAN Contoh Usulan Teknis Pekerjaan perencanaan Jalan BAB I PROFILE PERUSAHAAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan Perusahaan... merupakan perusahaan swasta umum yamg sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Database System, Input Control, Road infrastructure, Transportation.

ABSTRACT. Keywords: Database System, Input Control, Road infrastructure, Transportation. ABSTRAK Indonesian Integrated Road Management System(IIRMS) adalah suatu sistem perangkat lunak terpadu yang digunakan untuk membantu perencanaan jalan dalam menghimpun data dan merencanakan program pemeliharaan

Lebih terperinci

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian BAB III METODOLOGI III.1 Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada diagram alir seperti yang terlihat pada Gambar III.1. Penelitian ini mengkaji pelaksanaan PPPs di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

INOVASI PEMELIHARAAN NASIONAL DI INDONESIA

INOVASI PEMELIHARAAN NASIONAL DI INDONESIA PENANGANAN JALAN PANTURA INOVASI PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI INDONESIA Bimbingan Teknis Inovasi Teknologi Pracetak untuk Konstruksi Jalan Raya dan Adopsinya dalam Sistem Pengadaan Jalan Nasional serta

Lebih terperinci

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Lampiran I Peraturan Menteri PU Nomor : 06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008 PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM J l. P a t t i m u r a N o. 2 0, K e b a

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan memiliki umur layan atau umur rencana. Jika umur layan telah terlampaui, maka perlu adanya suatu lapisan tambahan (overlay) untuk meremajakan struktur perkerasan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN JEMBATAN RANGKA BAJA PADA KONTRAK BERBASIS KINERJA (STUDI KASUS JEMBATAN MUSI II DI PALEMBANG)

ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN JEMBATAN RANGKA BAJA PADA KONTRAK BERBASIS KINERJA (STUDI KASUS JEMBATAN MUSI II DI PALEMBANG) ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN JEMBATAN RANGKA BAJA PADA KONTRAK BERBASIS KINERJA (STUDI KASUS JEMBATAN MUSI II DI PALEMBANG) Chintya Dewi Arinda 1) ; Ervina Ahyudanari 2) ; dan Jasmin 2) 1) Program

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017

KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017 t KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017 Oleh: Direktur Jenderal Bina Konstruksi TOPIK PEMBAHASAN Pedoman dan Acuan Pengadaan Barang dan Jasa Tugas dan Fungsi ULP dan Pokja Kebijakan Pelelangan Awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan bagian penting karena berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa Kementerian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN DENGAN SISTEM PERFORMANCE BASED CONTRACT STUDI KASUS PROYEK PENINGKATAN JALAN DEMAK TRENGGULI

ANALISA RESIKO PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN DENGAN SISTEM PERFORMANCE BASED CONTRACT STUDI KASUS PROYEK PENINGKATAN JALAN DEMAK TRENGGULI ANALISA RESIKO PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN DENGAN SISTEM PERFORMANCE BASED CONTRACT STUDI KASUS PROYEK PENINGKATAN JALAN DEMAK TRENGGULI P. Dipa Pranata Y 1, *) dan I Putu Artama Wiguna 2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Tahapan Penelitian Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan terkait dengan topik pembahasan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi yang berjauhan dengan kantor pusatnya sering

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi yang berjauhan dengan kantor pusatnya sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi yang berjauhan dengan kantor pusatnya sering mendapatkan masalah dalam proses komunikasi antara kantor pusat dengan proyek. Perbedaan lokasi menjadi

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

Lokakarya. Perkembangan sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Penanganan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten

Lokakarya. Perkembangan sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Penanganan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA PROGRAM Lokakarya Manajemen Penanganan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten Perkembangan sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perusahaan menyadari besarnya peranan teknologi. dalam menunjang bisnis yang dijalani. Berbagai macam proyek teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perusahaan menyadari besarnya peranan teknologi. dalam menunjang bisnis yang dijalani. Berbagai macam proyek teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir semua perusahaan menyadari besarnya peranan teknologi dalam menunjang bisnis yang dijalani. Berbagai macam proyek teknologi informasi mulai dari otomatisasi

Lebih terperinci

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012 Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012 Fakta Kerugian negara akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya sepanjang 2010 tercatat Rp 205-220

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA Dinamika Struktur (Structural Dynamic) Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) Metode Eksperimen Structur (Structure Experiment Method)

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-033.11-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

KERANGKA PENILAIAN LIFE-CYCLE COST UNTUK PROYEK PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL MENGGUNAKAN KONTRAK BERBASIS KINERJA

KERANGKA PENILAIAN LIFE-CYCLE COST UNTUK PROYEK PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL MENGGUNAKAN KONTRAK BERBASIS KINERJA KERANGKA PENILAIAN LIFE-CYCLE COST UNTUK PROYEK PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL MENGGUNAKAN KONTRAK BERBASIS KINERJA Betty Susanti Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Surabaya

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Surabaya 3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Surabaya Kegiatan diseminasi/sosialisasi di Serang dilaksanakan bekerjasama Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur dan Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Yth. Gubernur DI Yogyakarta, atau yang Mewakili, Yth.

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

PROFIL LULUSAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN

PROFIL LULUSAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN PROFIL LULUSAN & CAPAIAN PEMBELAJARAN JENJANG : D IV PROGRAM STUDI : TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN KODE : 626050504010 (STATUS DI LAMAN KKNI : CP RANCANG, DES 2015) A. VISI: Menjadi program studi

Lebih terperinci

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM)

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM) HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM) DIREKTORAT PEMBIAYAAN & KAPASITAS DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN 1 Pendahuluan Jalan merupakan kekayaan atau aset yang sangat besar yang secara tradisional dikelola

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktanya, jalan-jalan besar kota Jakarta khususnya di wilayah Jakarta Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktanya, jalan-jalan besar kota Jakarta khususnya di wilayah Jakarta Barat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia menunjukkan angka pertumbuhan yang tinggi mencapai 20 juta kendaraan bermotor (Gusnita D, 2010). Dari angka pertumbuhan kendaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. PENDAHULUAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran dasar manajemen risiko yaitu dengan melakukan identifikasi risiko hingga analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini, profesionalisme tidak hanya diwajibkan pada dunia usaha saja namun juga pada jasa konsultansi yang berkaitan dengan pemerintahan. Hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Makasar

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Makasar 3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Makasar Penyelenggaraan diseminasi/sosialisasi kerjasama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan dan Balai Pengembangan Teknologi Perumahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007) Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci