BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian, sosial dan budaya serta lingkungan, dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, mampu membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Jalan merupakan salah satu infrastruktur pendukung mobilitas dan distribusi penumpang, barang, dan jasa yang menjadikannya salah satu tulang punggung penggerak perekonomian nasional khususnya di daerah-daerah berkembang. Hal ini terlihat dari dominasi angkutan barang dan angkutan penumpang yang secara signifikan lebih banyak melalui jalan darat. Peran penting yang dipikul oleh jalan tersebut menuntut pemerintah maupun pemerintah daerah sebagai pihak yang berwenang sebagai penyelenggara jalan untuk dapat menyediakan jaringan jalan dengan tingkat pelayanan yang optimal bagi masyarakat, sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan yang diberikan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal yang ke-30. Jaringan jalan yang dibangun sebisa mungkin dapat mewujudkan struktur ruang suatu wilayah yang diatur dalam sistem perencanaan tata ruang yang telah disusun agar hubungan antar pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat tersebut memiliki aksesibilitas dan hubungan fungsional yang tertata dengan baik serta memiliki hierarki yang jelas. Hierarki jalan yang ada menunjukkan siapa pihak yang bertanggung jawab dan berwenang dalam membangun dan melakukan pemeliharaan terhadap suatu ruas jalan sesuai dengan amanat pasal 30 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

2 2 tentang Jalan. Dalam hal penyelenggaraan jalan nasional, yang meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan, maka Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai tanggung jawab terhadap segala pembiayaan, mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan nasional dengan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Anggaran belanja negara untuk pembangunan dan pemeliharan jalan yang diberikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum setiap tahun bernilai sangat besar. Data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum ( besar anggaran untuk biaya penyelenggaraan jalan nasional mengalami kenaikan sekitar 10% menjadi 43 Triliun rupiah di tahun Walaupun pada kenyataannya, peningkatan dana penanganan konstruksi jalan tidak berbanding lurus dengan peningkatan mutu jalan karena lebih dari 50% dari total alokasi anggaran terserap lebih banyak untuk kegiatan pemeliharaan, sehingga sampai pada saat ini total panjang jalan nasional hanya sebesar 8,3% dari jumlah total seluruh panjang jalan yang ada di Indonesia yaitu ,53 kilometer. Selebihnya kurang lebih 92% jaringan jalan yang ada di Indonesia didominasi oleh jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Infrastruktur jalan yang mantap diharapkan mampu mewujudkan tiga fungsi utama keberadaan infrastruktur jalan, yaitu fungsi layanan (services), fungsi pemanfaatan dan pencipta peluang, serta fungsi mengatasi kompleksitas masalah (TPEKTN, 2009). Untuk mewujudkan jaringan jalan yang mantap, Kementerian Pekerjaan Umum memberikan hampir 90% pekerjaannya kepada pihak ketiga/pihak penyedia jasa, mulai dari konsultan perencana, kontraktor, sampai konsultan pengawas, dengan tujuan awalnya adalah sebagai sebuah proses pembinaan terhadap perusahaan penyedia jasa dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia secara umum. Riano (2013) mengungkapkan bahwa konsultan sangat berperan penting dalam melakukan koordinasi pekerjaan peserta proyek pada tahap perencanaan dan pengawasan, meskipun tidak dapat lepas dari dukungan pemilik proyek/pengguna jasa sebagai pemberi dana dan kontraktor sebagai pelaksana di lapangan. Pemilihan jasa konsultan memiliki tingkat

3 3 kesulitan yang sama dengan pemilihan kontraktor, dalam hal ini pengguna jasa harus merencanakan sedemikian rupa agar pemilihan jasa konsultan dapat menunjang dengan baik dalam pengerjaan proyek. Dominasi pelaksanaan pembangunan jalan oleh pihak ketiga ternyata tidak mempengaruhi kondisi kinerja jalan, khususnya jalan nasional, di lapangan. Dari data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, di tahun 2012, panjang jalan nasional yang berada dalam kondisi baik hanya 58%, sementara lainnya 33% berada dalam kondisi sedang, rusak ringan 6%, dan 3% berada dalam kondisi rusak berat, padahal target Pemerintah untuk kondisi jalan mantap diharapkan sebesar 94%. Mulyono (2007) menguraikan beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan mutu perkerasan jalan, antara lain : (1) kesalahan pada perencanaan karena pemilihan mutu material yang kurang tepat serta kesalahan desain struktur perkerasan; (2) kesalahan pelaksanaan karena tidak sesuai dengan spesifikasi teknis (standar mutu) yang telah ditetapkan; (3) kesalahan pada penulisan laporan administrasi proyek karena adanya ketidaksesuaian antara fakta lapangan dengan laporan; dan (4) ketidaktepatan dalam pengendalian mutu karena adanya penyimpangan mutu terhadap standar mutu yang diimplementasikan. TPEKTN (2009) menjelaskan bahwa penyebab kerusakan jalan di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh: (1) faktor teknis, adanya mal praktek di tahap perencanaan dan pelaksanaan, (2) kelebihan muatan kendaraan (overloading), (3) genangan air, dan (4) bencana alam. Adanya mal praktek pada tahap-tahap penyelenggaraan jalan, mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan akan sangat berpengaruh terhadap umur konstruksi perkerasan sehingga jalan menjadi lebih cepat rusak. Jalan yang lebih cepat rusak dari umur pelayanan yang seharusnya dapat melipatgandakan biaya pemeliharaan (maintenance) jalan. Mal praktek di tahap perencanaan ini dapat menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek. Sambasivan dan Soon (2007) mengidentifikasikan 10 faktor penyebab keterlambatan, antara lain adalah: (1) Ketidakcocokan perencanaan yang dibuat oleh kontraktor ;(2) Manajemen lokasi yang buruk oleh kontraktor; (3) Minimnya pengalaman kontraktor; (4) Keterbatasan dana dan sistem pembayaran pemilik

4 4 pekerjaan; (5) Permasalahan dengan subkontraktor; (6) Kekurangan material; (7) Suplai tenaga kerja; (8) Ketersediaan dan ketidaksesuaian peralatan; (9) Kurangnya komunikasi antar stakeholder; (10) Kesalahan di tiap tahapan pelaksanaan konstruksi. Keterlambatan pelaksanaan proyek yang disebabkan oleh mal praktek di tahap perencanaan sangat merugikan pekerjaan konstruksi, baik di segi pembiayaan, pelaksanaan, maupun pemeliharaan. Fenomena tersebut mengakibatkan pada penurunan daya layan jalan nasional yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah kompetensi SDM pelaksana penanganan jalan nasional, kualitas material konstruksi jalan, kelaikan fungsi peralatan berat, kehandalan alat uji mutu, ketepatan metode kerja, dan berbagai konflik antar pihak yang terkait dengan proyek penanganan jalan. Faktor eksternal pada umumnya berkaitan dengan karakter transporter yang selalu melakukan overload dan over dimensi kendaraan berat angkutan barang, sistem drainase jalan yang tidak interkoneksi dengan drainase spasial, serta gangguan fungsi dan manfaat jalan akibat penggunaan rumija untuk kegiatan sosial ekonomi. Faktor internal sangat berkaitan erat dengan karakter dan kinerja konsultan perencana penanganan jalan yang secara langsung akan berdampak terhadap capaian mutu jalan. Kesalahan perencanaan terhadap ketidaktepatan pemilihan mutu material dan kesalahan desain struktur perkerasan lebih banyak disebabkan oleh kegagalan produk yang dihasilkan oleh konsultan perencana yang menjadi rekanan Pemerintah yang dipercaya untuk melaksanakan tugas tersebut. Konsultan perencana sebagai salah satu pihak ketiga yang dipercaya oleh Pemerintah untuk mewujudkan kondisi jalan yang mantap wajib memiliki suatu sistem kerja yang handal dan profesional dalam menuangkan visi dan misi Kementerian Pekerjaan Umum dalam mewujudkan infrastruktur yang berkualitas dan meningkatkan kualitas pelayanan Pemerintah terhadap masyarakat. Secara sederhana, produk perencanaan yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pembangunan yang akan dilaksanakan, meskipun sebatas di atas kertas. Sehingga diharapkan, pada tahap akhir desain/perancangan, wujud

5 5 (dimensi), mutu bahan serta mutu produk akhir jalan sudah terlihat lengkap dengan cara membangun serta cara pengendalian mutu/pemeliharaannya agar pada proses pelaksanaan/operasi di lapangan dalam rangka mewujudkan desain menjadi bentuk fisik tidak mengalami banyak kesulitan. Produk perencanaan/perancangan jalan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan valid, namun pada kenyataannya penyimpanan data/pangkalan data dalam penyelenggaraan jalan kurang mendapat perhatian. Rekaman data yang lengkap tersebut merupakan instrumen pengkajian dalam rangka lebih menyempurnakan proses penanganan jalan secara menyeluruh. Namun pada prakteknya, proses investigasi penanganan jalan, khususnya Jalan Nasional, lebih banyak yang bersifat reaktif, produk perencanaan yang dihasilkan pun merupakan rencana jangka pendek yang solutif terhadap kepentingan-kepentingan individual bahkan politis, tanpa adanya suatu kebijakan umum atau sistem yang mengikat untuk jangka waktu lama, serta sistem kerja yang kurang inovatif dalam menyelesaikan masalah secara cepat. Kendala dan permasalahan yang disebabkan oleh konsultan perencana secara umum terletak pada sejauh mana tingkat akurasi perencanaan dan kepatuhan penerapan standar mutu di lapangan. Perubahan Detail Engineering Design (DED) di masa pelaksanaan konstruksi menyebabkan keterlambatan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, sehingga pada akhirnya mempengaruhi mutu hasil pekerjaan konstruksi. Untuk menghindari adanya perubahan terhadap DED dan dokumen lain yang telah disusun dengan standar yang tinggi tersebut, maka baik pada tahap proses lelang maupun konstruksi, tindakan supervisi dari konsultan perencana terhadap kontraktor sangatlah diperlukan agar kepentingan pemilik pekerjaan tetap terstandar dengan baik (Ng dan Chow, 2004). Sehingga kedepannya, perubahan paradigma dalam penanganan jalan nasional dapat berbasis performance related standard atau sering disebut sebagai kontrak berbasis kinerja (performance based contract). Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, sebagai pihak yang berwenang dalam pembangunan infrastruktur jalan nasional, di tahun 2014 akan memberlakukan penerapan kontrak berbasis empat kota metropolitan yaitu

6 6 Medan, Jakarta, Semarang dan Makassar dengan panjang jalan kurang lebih 250 km dan jangka waktu pemeliharaan selama 10 tahun. Untuk Satuan Kerja Metropolitan Medan sendiri, penerapan Kontrak Berbasis Kinerja akan diberlakukan terhadap jalan nasional di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I dengan panjang total km atau panjang total ekivalen km. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I sebagai salah satu kota dari empat kota tujuan pelaksanaan kontrak berbasis kinerja, yaitu Kota Medan, dan sebagai pihak yang berwenang terhadap pembangunan jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, sampai pada tahun 2013 masih menggunakan sistem kontrak tradisional dalam melakukan pemeliharaan jalan. Pada jenis kontrak tradisional tersebut, pelaksanaan tahap perancangan/desain, pelaksanaan konstruksi dan juga pemeliharaan dilakukan secara terpisah demikian pula. Dalam pelaksanaan kontrak tradisonal tersebut penyedia jasa dibatasi dengan spesifikasi teknis yang ditentukan oleh pemilik pekerjaan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pun resiko-resiko yang berkaitan dengan mutu hasil pekerjaan ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemilik/owner. Performance based contract (PBC) atau kontrak berbasis kinerja merupakan metode pelaksanaan pembangunan jalan yang dikerjakan oleh pihak ketiga dengan lebih berorientasi pada hasil pekerjaan, yang meliputi output, kualitas dan outcome yang mempengaruhi jaminan perolehan insentif dan disinsentif yang akan diterima oleh pihak konsultan maupun kontraktor (GAO, 2002). Konsultan perencana sebagai salah satu pihak ketiga penyedia jasa harus siap melakukan capaian budaya sadar mutu yang terintegrasi dalam penanganan konstruksi jalan, dimana salah satu cara adalah dengan mencermati kendala dan akar masalah penanganan jalan nasional secara komprehensif yang ditinjau dari pemikiran Konsultan Perencana, baik aspek teknis maupun non-teknis. Berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kinerja konsultan perencana secara komprehensif berbasis integrasi terhadap aspek data, investigasi, desain, pembebasan lahan, program, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan, atau yang disebut dengan

7 7 akronim SIDLACOM (survey, investigation, design, land acquition, action program, construction, operation, maintenance), dalam penyelenggaraan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I. B. Perumusan Masalah Adanya mal praktek pada tahapan penyelenggaraan jalan, mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan akan sangat berpengaruh terhadap umur konstruksi perkerasan sehingga jalan menjadi lebih cepat rusak. Kesalahan perencanaan yang ditambah dengan pemilihan mutu material yang kurang tepat serta kesalahan desain struktur perkerasan (Mulyono, 2007) menjadi salah satu penyebab terjadinya kegagalan mutu perkerasan jalan. Kesalahan perencanaan dan kesalahan terhadap desain struktur menjadi tanggung jawab penuh dari konsultan perencana bidang jalan karena dalam proses pelaksanaannya kurang dilakukan secara komprehensif berbasis integrasi SIDLACOM. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja konsultan perencana, khususnya di BBPJN-I, perlu dilakukan agar pelaksanaan kontrak berbasis kinerja dilaksanakan sesuai dengan syarat spesifik yang ingin dicapai. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian terhadap identifikasi kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di BBPJN-I antara lain sebagai berikut: (1) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek survey (pengolahan data dan informasi) (2) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek investigation (investigasi permasalahan lapangan)? (3) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek design (perencanaan teknis jalan)?

8 8 (4) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek land acquition (upaya pengadaan lahan jalan)? (5) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek action program (pemrograman, perencanaan, dan pendanaan)? (6) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek construstion (pelaksanaan penanganan jalan)? (7) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek operation (pengoperasian pelayanan jalan)? (8) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek maintenance (pemeliharaan konstruksi jalan)? (9) Bagaimana kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek kompetensi sumber daya manusia (SDM). (10) Bagaimana prioritas penanganan dan solusi penanganan akar masalah yang berbasis SIDLACOM berdasarkan hasil analisis identifikasi kinerja Konsultan Perencana di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I? C. Tujuan Penelitian Penelitian terhadap identifikasi kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja BBPJN-I, antara lain bertujuan untuk: (1) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek survey (pemahaman data dan informasi).

9 9 (2) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek investigation (investigasi permasalahan lapangan). (3) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek design (perencanaan teknis jalan). (4) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek land acquition (pengadaan lahan jalan). (5) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek action program (penyusunan program aksi). (6) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek construction (pelaksanaan kosntruksi jalan). (7) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek operation (pengoperasian pelayanan jalan). (8) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek maintenance (pemeliharaan konstruksi jalan). (9) Mengetahui kinerja konsultan perencana dilihat dari pemahaman terhadap penanganan akar masalah terkait aspek kompetensi sumber daya manusia (SDM). (10) Mengetahui prioritas penanganan dan solusi penanganan akar masalah yang berbasis SIDLACOM berdasarkan hasil analisis identifikasi kinerja Konsultan Perencana di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I.

10 10 D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang diperoleh dari hasil penelitian tentang identifikasi pemahaman permasalahan tugas dan fungsi konsultan perencana pada penyelenggaraan jalan nasional di wilayah kerja BBPJN I antara lain: (1) Memahami dan mengembangkan metode analisis pemetaan akar masalah konsultan perencana berbasis integrasi SIDLACOM. (2) Memahami dan mengembangkan analisis terhadap perumusan prioritas penanganan akar masalah. (3) Memahami dan mengembangkan teori Importance-Performance Analysis dalam proses pengambilan keputusan prioritas penanganan akar masalah terkait aspek SIDLACOM. Manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian tentang analisis penilaian kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja BBPJN-I antara lain: (1) Memberikan masukan kepada pihak Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya bagi Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I dalam membaca peta akar masalah dari sisi konsultan perencana dan solusi penanganannya. (2) Memberikan masukan bagi penyelenggara jalan nasional dalam melakukan penilaian terhadap kinerja konsultan perencana. E. Batasan Penelitian Batasan-batasan penelitian yang digunakan pada pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: (1) Obyek penelitian adalah konsultan perencana yang sedang dan atau pernah menjalin kerja sama dengan pihak BBPJN-I dalam menangani proyek jalan nasional yang menjadi kewenangan BBPJN-I di tahun anggaran (2) Pelaksanaan survey dilakukan di wilayah kerja BBPJN-I yang terdiri dari Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara.

11 11 (3) Waktu pelaksanaan survey dianggap tidak memberikan pengaruh secara teknis terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini. F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan dianggap relevan dengan fokus penelitian terhadap penilaian kinerja konsultan perencana antara lain adalah: (1) Penelitian yang dilakukan oleh Diputra (2009) berjudul Sistem Penilaian Kinerja Konsultan Perencana dalam Menangani Proyek Perencanaan Bangunan Gedung. Penelitian ini dilakukan terhadap kinerja konsultan perencana yang menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), dengan membandingkan tingkat kepentingan antar kriteria melalui matrik perbandingan berpasangan, menghitung nilai eigen vector (bobot kriteria) dan rasio konsistensi. Penelitian tersebut kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa kriteria terpenting dalam penilaian terhadap konsultan perencana adalah kualitas dokumen perencanaan, aspek kesesuaian dengan TOR, aspek waktu perencanaan dan aspek biaya perencanaan. (2) Penelitian yang dilakukan oleh Kaming dan Riano (2013) berjudul Faktor Penentu Kinerja Efektif Bagi Konsultan Manajemen Proyek mengasumsikan bahwa faktor penentu efektivitas kinerja suatu konsultan berasal dari pihak konsultan itu sendiri, klien atau pengguna jasa, dan lingkungan. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis terhadap faktor penentu kinerja efektif bagi individu yang bekerja sebagai konsultan serta menganalisis peran yang paling penting dari seorang konsultan dan kriteria utama yang dapat digunakan dalam menilai kinerja seorang konsultan. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah dan dari hasil analisis faktor disimpulkan bahwa terdapat 6 faktor yang paling penting dalam menentukan kinerja seorang konsultan, yaitu: (1) kompetensi konsultan; (2) kapabilitas konsultan; (3) pengalaman konsultan dan dukungan klien; (4) kolaborasi dan perencanaan yang tepat; (5) karakteristik klien; (6) kecukupan sumberdaya konsultan.

12 12 (3) Penelitian yang berjudul Framework for Evaluating the Performance of Engineering Consultants yang dilakukan oleh Ng dan Chow (2004) bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan ketelitian terhadap penilaian/evaluasi kinerja konsultan. Identifikasi terhadap kriteria yang digunakan dalam proses evaluasi dilakukan dengan empirical survey. Penelitian ini menggunakan analisis multikriteria model diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi terhadap kinerja konsultan dapat dilihat dari aspek achievement of objectives and targets; kualitas dokumen lelang; kesesuaian dengan permintaan klien; compliance to legislative requirements; dan identifikasi terhadap persyaratan klien dan tujuan dari proyek itu sendiri. Hasil dari penilaian terhadap kinerja konsultan tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk dalam melakukan monitoring dan pengawasan, pemberian insentif-disinsentif, technical assesment, dan evaluasi dalam proses lelang. Perbedaan yang mendasar dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ng dan Chow (2004), Diputra (2009), dan Kaming dan Riano (2013) terletak pada alur pikir yang digunakan dan proses pengolahan data yang dilakukan. Alur pikir yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan terhadap aspek-aspek yang terintegrasi berbasis SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Action Program, Construction, Operation, Maintenance). Pendekatan berbasis SIDLACOM dileburkan dalam proses pengambilan data sampai pada prediksi terhadap pemeliharaan jalan. Ng dan Chow (2004) menggunakan metode analisis multikriteria, Diputra (2009) menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dan yang terakhir, Kaming dan Riano (2013) menggunakan metode analisis faktor, sedangkan pada penilitian ini digunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) terhadap kriteria-kriteria yang lebih komprehensif berbasis aspek-aspek pemahaman konsultan perencana terhadap SIDLACOM yang akan menjabarkan tentang tingkat kepentingan suatu akar masalah dan tingkat penanganan yang dilakukan terhadap akar masalah tersebut. Lokasi

13 13 penelitian dilakukan di wilayah kerja BBPJN-I dengan konsultan perencana sebagai obyek penelitian dan responden penelitian melalui teknik diskusi dan wawancara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 163 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis terhadap penilaian kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja

Lebih terperinci

perencanaan jalan... 86

perencanaan jalan... 86 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xviii INTISARI...

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan

Lebih terperinci

PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO

PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-PJN PROVINSI GORONTALO Rahmat MSTT-JTSL Fakultas Teknik Uiversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Telp:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM Anggoro Ary Sutio MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 anggoro_ary_sutio@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL

IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL (Studi Kasus: Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung, di Wilayah Kerja BBPJN-III) Syahputra Amaldani Ginting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan jalan nasional dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh

Lebih terperinci

2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...

2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL... DAFTAR ISI 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xxx DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN

PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN 1) Diagnosis Analysis Infrastruktur jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang dominan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia memiliki rangkaian jalan nasional yang berfungsi sebagai penghubung pusat kegiatan nasional. Sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum. BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.253/MEN/X/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi Dan Misi Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan Visi Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan : Terwujudnya sarana dan prasarana infrastruktur

Lebih terperinci

Rencana kerja (Renja) 2014

Rencana kerja (Renja) 2014 Bab III RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA 3.1. Evaluasi Rencana Dinas Bina Marga Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa visi dan misi kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor jasa konstruksi di Indonesia terutama untuk proyek konstruksi jalan mengalami kemajuan yang sangat pesat beberapa tahun ini. Indonesia sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII

BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan bagian penting karena berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pelaksanaan proyek konstruksi tentu diharapkan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan jadwal yang telah ditentukan yakni dapat diselesaikan tepat waktu,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi komputer dari waktu ke waktu membawa dampak semakin banyaknya sarana-sarana yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Dampak perkembangannya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara didalam mengerjakan suatu pekerjaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa (service) yang unik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Pemerintah Kabupaten dengan penduduk desa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. maupun Pemerintah Kabupaten dengan penduduk desa dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah Desa berkedudukan strategis dan berperan menjadi pintu gerbang antara pemerintah di atas level Pemerintah Desa baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 16 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kereta Api di Indonesia ada sejak 137 tahun yang lalu. Jaringan kereta api di Indonesia sebagian besar merupakan peninggalan Belanda meliputi lintasan sepanjang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang 1316 Km, ruas jalan Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan urat nadi perekonomian nasional yang menghubungkan lima provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial.

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pendanaan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil beberapa tahun terakhir juga berimplikasi pada besarnya anggaran untuk pembangunan konstruksi,

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proyek merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang harus dicapai dengan beberapa spesifikasi tertentu, memiliki awal dan akhir, dengan keterbatasan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, baik untuk pendistribusian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN). Rancangan (design) riset studi ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan pelaksanaan, sebagaimana tertuang pada tabel berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya sebuah proyek, mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu dan sudah terjadwal, kapan pelaksanaan proyek harus dimulai, dan kapan harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Dari total belanja daerah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan

Lebih terperinci

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016

Lebih terperinci

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan isu yang kian melekat dengan proses perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Dengan semakin rumitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara selalu melakukan upaya untuk meningkatkan. kesejahteraan masyarakatnya yang salah satunya melalui pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara selalu melakukan upaya untuk meningkatkan. kesejahteraan masyarakatnya yang salah satunya melalui pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap negara selalu melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang salah satunya melalui pembangunan infrastruktur dalam rangka merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik itu organisasi swasta maupun organisasi milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik itu organisasi swasta maupun organisasi milik pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang paling penting bagi kelangsungan suatu organisasi baik itu organisasi swasta maupun organisasi milik pemerintah (lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berbagai kegiatan perekonomian selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN 1 Pendahuluan Jalan merupakan kekayaan atau aset yang sangat besar yang secara tradisional dikelola

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DINAS BINA MARGA KESIAPAN MENGHADAPI HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H/2014 M Purwodadi, 15 Juli 2014 Purwodadi, Juli 2014 APBD PENETAPAN : Rp. 55.831.155.000,00 VISI DINAS BINA

Lebih terperinci

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, % Bab I Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan manfaat penelitian. I.1 Latar Belakang Tol Cipularang

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi

BAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proyek merupakan sasaran utama bagi perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Proyek yang dikatakan berhasil merupakan cerminan dari

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Spectra Nomor 19 Volume X Januari 2012: 52-61 ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Munasih Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Persaingan usaha jasa konstruksi yang semakin

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ilmiah memerlukan suatu kerangka penelitian sebelum pelaksanaannya. Kerangka penelitian tersebut harus disusun secara sistematis dan terarah, berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci