BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Hengki Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, menyatakan bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Peran jalan yang sangat penting membawa implikasi bagi upaya dan kerja keras pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur jalan yang berkualitas. Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui penyediaan anggaran pembangunan jalan setiap tahun untuk kegiatan pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan baru yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam pasal 30 UU 38 tahun 2004 tentang Jalan. Namun, upaya dan kerja keras yang ditempuh pemerintah tersebut nampaknya belum mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan semua pihak. Agar terpenuhinya peranan jalan sebagaimana mestinya, pemerintah mempunyai hak dan kewajiban menyelenggarakan jalan dengan kegiatan meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Mulyono (2013) menyatakan bahwa infrastruktur jalan di Indonesia melayani kepentingan multi sektor, berbagai faktor eksternal mempengaruhi performa pelayanan jalan terhadap pergerakan barang dan penumpang menyebabkan terjadinya problem (masalah) penyelenggaraan jalan di Indonesia. Banyak pihak/lembaga negara yang terkait secara langsung terhadap penyelenggaraan jalan nasional, yang tentunya sangat berbeda dengan prasarana transportasi lainnya seperti bandara pelabuhan dan perkeretaapian (Mulyono, 2013). Fenomena tersebut berdampak terhadap infrastruktur jalan yang
2 2 berhadapan dengan heterogenitas dan kompleksitas permasalahan teknis dan nonteknis sepanjang ruas jalan yang tidak akan sama antar segmen jalan. Problem penyelenggaraan jalan Nasional (Mulyono, 2013) dapat dibagi menjadi beberapa bagian yakni problem pengaturan, problem pembinaan, dan problem pembangunan. Problem-problem tersebut berasal dari pihak penyelenggara jalan, penyedia jasa maupun pemanfaat jalan. Problem-problem tersebut antara lain : (a) perencanaan dan pemrograman belum singkron dengan kondisi lapangan; (b) hasil pelaksanaan sulit mencapai mutu yang maksimal sehingga durabilitas menjadi rendah; (c) operasional jalan yang berhadapan dengan faktor eksternal yang menyebabkan jalan cepat rusak; (d) hasil pemeliharaan kurang menjamin mutu pelayanan dan keandalan, akumulasi dari problem-problem tersebut merupakan faktor penyebab penurunanan mutu jalan di Indonesia. Keberhasilan proyek pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah sangat ditentukan oleh peran dari para pelaku konstruksi yang terlibat, salah satunya adalah keterlibatan penyedia jasa konsultansi. Proyek yang memiliki kinerja yang baik salah satunya diakibatkan dari adanya supervisi (pengawasan) yang baik (Iwan Supriyadi, 2004). Pengawasan dalam lingkup kecil adalah upaya agar suatu pekerjaan/kegiatan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan, dalam arti luas pengawasan merupakan usaha mengendalikan suatu pekerjaan agar dicapai hasil yang seoptimal mungkin. Yang termasuk dalam pengendalian ini adalah upaya mengawasi, mengerahkan, mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan sehingga dicapai target kualitas, kuantitas dan waktu (KAK Pekerjaan Jasa Konsultansi P2JN Provinsi Sumatera Utara, Ditjen Bina Marga, 2013). Masalah utama yang sering dihadapi oleh para penyelenggara jalan yang terkait dengan pengawasan jalan oleh konsultan supervisi (pengawas), baik yang bersifat teknis maupun non teknis, seperti kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, fasilitas yang kurang menunjang, dan faktor-faktor lainnya yang berdampak pada kinerja konsultan supervisi (pengawas) sehingga kurang efektivitasnya pengawasan (Satker Jalan dan Jembatan Wiayah Timur, Ditjen
3 3 Bina Marga 2007). Tingkat kinerja jalan yang rendah mengindikasikan adanya kesenjangan antara standar pelayanan minimum bidang jalan yang disyaratkan dengan kenyataan kinerja yang ada. Out put dan out come suatu organisasi yang rendah mengindikasikan adanya kesenjangan antara standar kinerja minimal berbagai unsur organisasi dengan kenyataan yang ada (Satker Jalan dan Jembatan Wilayah Timur, Ditjen Bina Marga, 2007). Dalam rangka meningkatkan profesionalisme jajaran SDM bidang jalan (dalam hal ini SDM konsultan pengawas), tentunya penanganannya tidak dapat dilakukan secara parsial namun proses ini menuntut pembenahan secara menyeluruh. Upaya peningkatan profesionalismenya harus didasarkan pada visi, misi, strategi dan tujuan organisasi yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga. Capaian pelaksanaan konstruksi jalan diharapkan sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis, sehingga hasilnya dapat memenuhi standar mutu yang diinginkan dan kinerja jalan yang ditangani diharapkan dapat memberikan layanan sampai akhir umur rencana. Hal ini sangat memerlukan kinerja yang baik dan kesadaran akan profesionalisme dari berbagai pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan konstruksi jalan yaitu pengguna jasa, kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas dalam melaksanakan pengendalian mutu sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan. Kinerja pengawasan diukur dari tingkat pencapaian terhadap aspek-aspek yang menjadi sasaran pengendalian pelaksanaan pekerjaan, yaitu tercapainya : (1) tepat mutu; (2) tepat volume; (3) tepat waktu; (4) tepat biaya; (5) tepat fungsi dan (6) tertib administrasi. Tolak ukur yang dipakai untuk menilai tingkat keberhasilan pengendalian adalah dokumen kontrak terkait. Untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana mutu, biaya, volume dan waktu yang telah ditetapkan di dalam kontrak jasa konstruksi, maka diperlukan adanya suatu tim yang akan bertugas sebagai pengawas yang berperan membantu penyelenggara jalan nasional didalam melaksanakan pengendalian pelaksanaan pekerjaan pada lokasi kegiatan yang sedang berlangsung (KAK Pekerjaan Jasa Konsultansi P2JN Provinsi Sumatera Utara, Ditjen Bina Marga, 2013). Pemerintah dalam hal ini telah menerbitkan Undang-Undang No. 18 Tahun 1999
4 4 tentang Jasa Konstruksi, pada pasal 35 ayat (6) ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Efektivitas pelaksanaan dari peraturan tersebut dapat lebih terukur dengan petunjuk pelaksanaan yang menjadi pedoman dalam penentuan prosedur, mekanisme dan tata cara, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi. Provinsi Sumatera Utara yang berada di Wilayah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional-I yang selanjutnya disebut BBPJN-I merupakan salah satu provinsi yang mendapatkan anggaran yang cukup besar untuk biaya penanganan jalan sebesar 2,786 triliun pada tahun 2014 yang dialokasikan untuk kegiatan fisik maupun bukan fisik. Porsi anggaran yang cukup besar dialokasikan untuk pelaksanaan pengendalian/pengawasan kegiatan penanganan jalan yaitu sebesar Rp untuk tahun 2014 atau naik sekitar 22,06% dari tahun 2013 sebesar Rp , hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kinerja konsultansi supervisi (pengawasan) bisa meningkat sebanding dengan peningkatan nilai kontrak tiap tahunnya yang ditunjukkan pada Gambar , , , , , , ,00 Nilai Kontrak Jasa Konsultansi Supervisi di Provinsi Sumatera Utara , Sumber : emonitoring Ditjen. Bina Marga (2014 ) Gambar 1.1. Perbandingan nilai kontrak jasa konsultansi supervisi di Provinsi Sumatera Utara
5 5 Fenomena penurunan kualitas pelayanan jalan Nasional amat dirasakan oleh kinerja pelayanan jalan nasional khususnya di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Provinsi Sumatera Utara yang makin lama makin menunjukkan penurunan karena berbagai persoalan baik internal maupun eksternal. Dalam mengidentifikasi problem penanganan jalan nasional yang dapat menyebabkan penurunan kualitas pelayanan menurut Mulyono (2013) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) problem : 1) Problem eksternal : pengendalian MST (muatan sumbu terberat) tidak optimal, interkoneksi drainase jalan dan drainase spasial tidak optimal, 90% angkutan barang menggunakan moda jalan serta tidak adanya pengendalian ruang wilayah oleh pemerintah daerah. 2) Problem internal : pengadaan lahan jalan, investasi penanganan jalan, perencanaan teknis jalan, pemrograman dan pendanaan, akurasi data dan informasi, pelaksanaan konstruksi jalan, operasional pelayanan jalan dan pemeliharaan jalan. Faktor internal sangat berkaitan erat dengan karakter dan kinerja konsultan supervisi (pengawas) penanganan jalan yang secara langsung akan berdampak terhadap capaian mutu jalan. Kendala dan permasalahan konsultan supervisi (pengawas) terletak pada sejauhmana tingkat kepatuhan penerapan standar mutu dilapangan. Sehingga sangat diharapkan profesionalitas dan kinerja yang baik dari penyedia jasa khususnya jasa konsultansi supervisi (pengawas) dalam mewujudkan jalan yang bermutu. Mulyono (2013) menyatakan bahwa kondisi penanganan jalan nasional saat ini yang masih berbasis output (fisik) dimana penilaian mutu konstruksi jalan masih berdasarkan End Result Related (ERS). Penanganan jalan nasional saat ini masih menghadapi beberapa persoalan, diantaranya : (1) tidak semua hasil perencanaan berbasis akurasi data; (2) tidak semua analisis teknis berbasis akar masalah; (3) DED belum berbasis kelaikan fungsi; (4) proses pengadaan lahan menghambat proses pembangunan; (5) capaian realisasi belum relevan dengan sasaran program yang ditetapkan; (6) penilaian mutu masih berbasis pada PHO dan FHO; (7) lemahnya pengendalian beban dan pembiaran gangguan rumija
6 6 serta (8) pemeliharaan rutin yang belum menyentuh aspek struktural. Untuk mencegah kondisi jalan nasional mengalami penurunan kondisi (mutu) jalan yang cepat memerlukan perubahan paradigma penanganan jalan nasional yang berbasis pada outcome (manfaat) dan impact (dampak) dengan penilaian mutu konstruksi berdasarkan Performance Related Standard (PRS). Agar terpenuhinya tuntutan penanganan jalan nasional yang berbasis PRS dibutuhkan perubahan paradigma penanganan jalan nasional yang berbasis integrasi SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Action Program, Construction, Operation, Maintenance), sehingga dapat terpenuhi tuntutan penanganan jalan nasional ke depan yang mengharuskan agar : (1) hasil perencanaan berbasis akurasi data yang up to date; (2) analisis teknis berbasis pada akar masalah; (3) DED berbasis kelaikan fungsi secara teknis; (4) pengadaan lahan berbasis kelaiakan fungsi secara administratif; (5) terdapat relevansi antara sasaran program dan realisasi dilapangan; (6) penilaian mutu berbasis PBC; (7) pengendalian beban dan gangguan rumija diprioritaskan serta (8) tindak lanjut (respon) yang cepat terhadap kerusakan jalan yang terjadi. Tuntutan tersebut mengharuskan perlunya penilaian kinerja konsultan supervisi bidang jalan yang menangani proyek jalan nasional khususnya di wilayah kerja BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara yang ditinjau/berbasis pada integrasi SIDLACOM agar dapat diketahui kondisi penanganan jalan nasional saat ini sehingga dapat diberikan solusi penanganan agar sasaran pengendalian penanganan jalan nasional dapat terwujud sesuai yang diharapkan. Salah satu cara untuk mengetahui kondisi tersebut adalah dengan mencermati kendala dan akar masalah penanganan jalan nasional yang ditinjau dari pemikiran konsultan supervisi (pengawas) dari aspek teknis maupun non teknis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi pemahaman kinerja konsultansi supervisi (pengawas) terhadap sasaran pengendalian proyek penanganan jalan nasional di wilayah BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara, yang diharapkan dapat memberikan pemetaan problem beserta solusinya secara komprehensif yang berbasis integrasi SIDLACOM sehingga sasaran pengendalian penanganan jalan nasional dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan.
7 7 B. Perumusan Masalah Berbagai kendala yang terjadi akibat penurunan kinerja konsultan pengawas proyek dapat mengakibatkan penurunan terhadap kinerja jalan misalnya, penurunan mutu pekerjaan yang dapat menyebabkan umur rencana jalan pendek (durabilitas rendah). Konsultan supervisi (pengawas) memberikan kontribusi terhadap penurunan kinerja jalan karena pelaksanaan penanganan jalan tidak dilakukan secara komprehensif dengan berbasis integrasi SIDLACOM. Dari berbagai kendala yang dihadapi oleh konsultan supervisi tersebut diatas, maka dapat disusun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Bagaimana identifikasi kinerja konsultan supervisi (pengawas) terhadap sasaran pengendalian proyek penanganan jalan nasional yang ditinjau /berbasis integrasi SIDLACOM. 2) Bagaimana pengaruh hasil identifikasi kinerja konsultan supervisi terhadap sasaran pengendalian proyek penanganan jalan nasional yang berbasis integrasi SIDLACOM dan prioritas utama penanganan berdasarkan hasil analisis identifikasi kinerja konsultan supervisi di wilayah kerja BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei dan monitoring langsung pada paket pekerjaan konsultansi supervisi di di wilayah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Medan Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk memperoleh : 1) Identifikasi kinerja konsultan supervisi (pengawas) terhadap sasaran pengendalian proyek penanganan jalan nasional yang ditinjau/berbasis integrasi SIDLACOM. 2) Pengaruh hasil identifikasi kinerja konsultan supervisi terhadap sasaran pengendalian proyek penanganan jalan nasional yang berbasis integrasi SIDLACOM, membuat prioritas penanganan berdasarkan hasil analisis identifikasi kinerja konsultan supervisi di wilayah kerja BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara.
8 8 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam penilaian tingkat kinerja jasa konsultansi supervisi pada proyek penanganan jalan nasional, yaitu : 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini antara lain : (a) memahami dan mengembangkan metode analisis pemetaan problem penyelenggaraan jalan nasional berbasis SIDLACOM; (b) memahami dan mengembangkan analisis pengelompokan dasar masalah yang menjadi prioritas penanganan; (c) memahami dan mengembangkan teori pengambilan keputusan Importance Performance Analysis (IPA) sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. 2) Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi (masukan) kepada Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Provinsi Sumatera Utara dalam mengetahui dasar masalah kinerja jasa konsultansi supervisi terhadap pengendalian proyek penanganan jalan nasional guna melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja konsultan supervisi di masa yang akan datang menuju Performance Related Standard (PRS) dalam penanganan konstruksi jalan. E. Batasan Penelitian Untuk menghindari agar penelitian ini tidak membias dalam menganalisis permasalahan yang terjadi, maka dilakukan pembatasan masalah, sebagai berikut : 1) Status pekerjaan penanganan jalan yang ditinjau adalah jalan nasional di wilayah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I Provinsi Sumatera Utara tahun anggaran ) Jenis pekerjaan jasa konsultansi yang ditinjau yaitu pekerjaan penanganan jalan nasional. 3) Obyek dari penelitian merupakan pihak atau pelaku yang terlibat/terkait langsung dalam pelaksanaan jasa konsultansi supervisi yaitu konsultan
9 9 pengawas (supervisi) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang sedang menangani proyek penanganan jalan nasional. 4) Kuesioner disusun secara kualitatif dengan tahapan integrasi SIDLACOM. 5) Penelitian ini tidak memperhitungkan hari atau waktu pelaksanaan survei. F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah : 1) Purnomo (2008) melakukan penelitian tentang peran konsultan pengawas terhadap kinerja waktu. Penelitian tersebut dilakukan pada proyek konstruksi flyover di DKI Jakarta (Studi Kasus Flyover RE Martadinata), dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh konsultan pengawas terhadap ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal rencana pada setiap tahapan sesuai metode pelaksanaan konstruksi. Metode dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang diberikan kepada responden yaitu owner (Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta) dan personel kontraktor yang mengerti permasalahan dilapangan. Data kemudian diolah dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan prioritas/ranking faktor tugas, wewenang dan tanggung jawab konsultan pengawas pada proyek konstruksi flyover. 2) Kaming dan Riano (2013) melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor yang menentukan kinerja efektif konsultan manajemen proyek di Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penentu yang dapat mempengaruhi kinerja efektif bagi konsultan manajemen proyek dengan menganalisis peran yang paling penting dari seorang konsultan dan kriteria utama apa yang dapat digunakan dalam menilai kinerja seorang konsultan. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan angket melalui survei. 3) Apriliasari (2011) melakukan penelitian tentang pengembangan model pemilihan konsultan pada proyek konstruksi milik pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengembangkan metode pemilihan
10 10 konsultan pengawas proyek konstruksi milik pemerintah pada tahap eveluasi dokumen penawaran. Penilaian mengacu (berbasis) pada pedoman eksisting dari Kementerian Pekerjaan Umum. Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan kriteria penilaian yang tepat, bobot teknis serta cara penilaian dokumen penawaran. Kriteria dan metode penelitian yang digunakan adalah kriteria penilaian diperoleh melalui survey deskriptif, bobot teknis diperoleh melalui metode perbandingan berpasangan sedangkan cara penilaian diperoleh melalui expert judgement yang kemudian hasil evaluasi tersebut dikembangnkan suatu model pemilihan. 4) Ditjen. Bina Marga (2007) melakukan penelitian tentang penyusunan penilaian kinerja konsultan pengawas (supervisi) dalam penyelenggaraan pembangunan jalan dan jembatan nasional di Wilayah Timur Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tolak ukur dan memantau kinerja konsultan pengawas bidang jalan dan jembatan nasional serta menyediakan informasi bagaimana kinerja konsultan pengawas bidang jalan dan jembatan untuk bahan perumusan kebijakan bidang jasa konstruksi dalam konteks pembinaan yang mencakup pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan. Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan adalah melaksanakan pemantauan kinerja konsultan pengawas, dengan cara : menyusun indikatorindikator kinerja konsultan pengawas dalam hal ini tingkat kompetensi jabatan kerja konsultan pengawas bidang jalan dan jembatan, mengembangkan model pengukuran kinerja konsultan pengawas jalan dan jembatan, melakukan survei dan analisis kinerja konsultan pengawas jalan dan jembatan, melakukan verifikasi dan desiminasi hasil-hasil survei serta rekomendasi strategi pembinaan asosiasi, serta merekomendasikan strategi untuk pembinaan konstruksi nasional. Penelitian ini berjudul Identifikasi Kinerja Kosultan Supervisi terhadap Sasaran Pengendalian Penanganan Jalan Nasional dengan studi kasus BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara. Beberapa persamaam dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah :
11 11 1) Persamaan terhadap beberapa penelitian sebelumnya antara lain : (a) subjek penelitian adalah konsultan supervisi (pengawas); (b) instrumen penelitian menggunakan kuesioner atau angket; (c) melakukan wawancara langsung pada objek penelitian. 2) Perbedaan terhadap penelitian sebelumnya antara lain : (a) subjek penelitian adalah konsultan supervisi yang sedang menangani proyek jalan nasional di wilayah kerja BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara (tidak terbatas pada satu proyek saja); (b) penggunaan variabel dan indikator yang berbasis integrasi SIDLACOM dalam identifikasi kinerja konsultan supervisi yang disesuaikan dengan lingkup kegiatan dan kondisi di wilayah kerja BBPJN-I Provinsi Sumatera Utara; (c) menggunakan skala likert, yaitu skala penilaian dengan nilai terendah satu (1) dan nilai tertinggi empat (4); serta (d) penggunaan metoda Importance Performance Analysis (IPA) dalam pengolahan dan analisis data.
BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis terhadap penilaian kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja
Lebih terperinciperencanaan jalan... 86
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xviii INTISARI...
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM
IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM Anggoro Ary Sutio MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 anggoro_ary_sutio@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting
Lebih terperinciPENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO
PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-PJN PROVINSI GORONTALO Rahmat MSTT-JTSL Fakultas Teknik Uiversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Telp:
Lebih terperinci2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...
DAFTAR ISI 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xxx DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL
IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL (Studi Kasus: Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung, di Wilayah Kerja BBPJN-III) Syahputra Amaldani Ginting
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN). Rancangan (design) riset studi ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan pelaksanaan, sebagaimana tertuang pada tabel berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari
Lebih terperinciPCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN
PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN 1) Diagnosis Analysis Infrastruktur jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang dominan
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan
LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah
Lebih terperinciDEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN (P4) (TAHUN ANGGARAN BERJALAN)
FORMULIR ISIAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN (P4) (TAHUN ANGGARAN BERJALAN) A. DATA UMUM 1. Formulir Untuk Bulan :... 2. Nama Pelabuhan Perikanan :... 3. Alamat Pelabuhan Perikanan :.........
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara, antara lain untuk menciptakan kesejahteraan
Lebih terperinciPenyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014
Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan jalan nasional dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat nadi perekonomian, sosial, politik, pertahanan, dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. kapasitas (Capacity Building) oleh Eade (1997), maka dapat disimpulkan bahwa Balai Teknik
1 BAB VI 6.1. Kesimpulan PENUTUP Berdasarkan uraian hasil penelitian berupa wawancara dengan informan serta dokumentasi mengenai proses pengembangan kapasitas internal organisasi pada Balai Teknik Perkeretaapian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jalan merupakan prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia memiliki rangkaian jalan nasional yang berfungsi sebagai penghubung pusat kegiatan nasional. Sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tangerang sebagai salah satu wilayah satelit dari ibukota Jakarta mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor pertumbuhan penduduk,
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan
Lebih terperincib Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Periode 2015-2019. Dalam rangka
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG
KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi
Lebih terperinciBab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pendanaan sanitasi
Lebih terperinciPENGAWASAN DAN PENERAPAN K3 DALAM PEMBANGUNAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR
PENGAWASAN DAN PENERAPAN K3 DALAM PEMBANGUNAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR Oleh: DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI SELAKU KETUA KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar
Lebih terperinciPENELITIAN KUALITAS PELAYANAN ANGKUTAN BARANG BERBASIS KERETA API DALAM MENDUKUNG PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK DI PULAU JAWA
PENELITIAN KUALITAS PELAYANAN ANGKUTAN BARANG BERBASIS KERETA API DALAM MENDUKUNG PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK DI PULAU JAWA Latar Belakang Di negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki tingkat kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah keterlambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah keterlambatan waktu, pembengkakan biaya, dan rendahnya kualitas. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTAN PENGAWAS Pekerjaan : Pengawasan Pembangunan/Rehabilitasi Pasar Doi-Doi Lokasi : Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2016 1 KERANGKA ACUAN KERJA
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar belakang masalah
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang masalah Berdasarkan maksud dan tujuan Petunjuk dan Pelaksana (Juklak) Kep- 533/PJ/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah (Pemda). Dalam APBD
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah (Pemda). Dalam APBD termuat prioritas-prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya
Lebih terperinciPENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Lebih terperinciK E R A N G K A A C U A N K E G I A T A N
K E R A N G K A A C U A N K E G I A T A N Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan Unit Eselon I : Badan Litbang Perhubungan Unit Eselon II : Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
16. URUSAN PERHUBUNGAN a. Program dan Kegiatan. Program pokok urusan Perhubungan tahun 2012 yang dilaksanakan yaitu: 1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam pelaporan keuangan akhir-akhir ini aset menjadi perhatian
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam pelaporan keuangan akhir-akhir ini aset menjadi perhatian utama bagi pemerintah umumnya, karena peranan daerah semakin kuat dengan diberlakukannya UU otonomi khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisasi, melalui proses manajemen planning, organizing, leading dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen Aset merupakan suatu proses pengelolaan aset (kekayaan) baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial, dan nilai tukar, mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum siklus kehidupan proyek konstruksi terbagi atas empat bagian besar yaitu studi kelayakan (feasibility study), estimasi proyek (detail estimate
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kereta Api di Indonesia ada sejak 137 tahun yang lalu. Jaringan kereta api di Indonesia sebagian besar merupakan peninggalan Belanda meliputi lintasan sepanjang
Lebih terperinciBab V Penutup. V.1 Kesimpulan
135 Bab V Penutup V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan proses pengolahan data dan analisis terhadap hasil penelitian pada Divisi TI dan beberapa Divisi/Fungsional lain di PT. Pos Indonesia, maka dapat ditarik
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROFIL KINERJA PEMBINA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENGEMBANGAN PROFIL KINERJA PEMBINA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA Adrianto Oktavianus 1 dan Anjar Pramularsih 2 1 Kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangunan Gedung Terhadap Kinerja Waktu. Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2004, hal. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciRencana Kerja (RENJA ) 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU-SPPN) yang telah dijabarkan secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara didalam mengerjakan suatu pekerjaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa (service) yang unik.
Lebih terperinci[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG
[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG Tim Peneliti : 1. Rosita Sinaga, S.H., M.M. 2. Akhmad Rizal Arifudin,
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA
STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA Abstrak Sy. Mulian Oktari 1), Sumiyattinah 2), Heri Azwansyah 2) Keberadaan jalan memegang
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. IV di atas, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI 5.1 SIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan pada bab IV di atas, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Hasil analisa menunjukkan
Lebih terperinciMODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH
MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya pembangunan fisik (infrastruktur dalam berbagai sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara pelaksanaan proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup rumit. Karakteristik penganggaran sektor publik berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penganggaran pada organisasi sektor publik merupakan suatu proses yang cukup rumit. Karakteristik penganggaran sektor publik berbeda dengan penganggaran pada sektor
Lebih terperinciPROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA
PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Andriyani Indah Sartika Program Magister Sistem dan Teknik Transportasi Jurususan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TERM OF REFERENCES (TOR)
KOP PERUSAHAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TERM OF REFERENCES (TOR) PEKERJAAN : PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HOTMIX SANGOWO LOKASI PEKERJAAN : SANGOWO KECAMATAN MOROTAI TIMUR SUMBER DANA : APBD TAHUN
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.253/MEN/X/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN
Lebih terperinciCatatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010 Terhadap Hasil Pemeriksaan BPK pada Bidang Ekonomi dan Usaha TA 2007 dan 2008 Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD NIAS Kabupaten/Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi Dan Misi Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan Visi Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan : Terwujudnya sarana dan prasarana infrastruktur
Lebih terperinciBAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA INDIVIDU
1. JABATAN : SEKRETARIS DINAS 3. FUNGSI : a. melaksanakan Pengelolaan administrasi umum, Kepegawaian, keuangan dan aset serta koordinasi perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA
KERANGKA ACUAN KERJA PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DERMAGA PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) DAEO MAJIKO KABUPATEN PULAU MOROTAI I. LATAR BELAKANG Dalam rangka Pembangunan Dermaga PPI Daeo Kabupaten Pulau
Lebih terperinciGambar 2.1 Grafik kepemilikan saham PT Trans Marga Jateng
BAB II GAMBARAN UMUM PT TRANS MARGA JATENG 2.1 Sejarah Berdirinya PT. Trans Marga Jateng Pada tahun 2005 PT Jasa Marga ( Persero) Tbk mendapatkan Hak Pengusahaan Jalan Tol Semarang Solo dari Badan Pengatur
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN
KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Lebih terperinciPRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP
PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF A. Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan
RINGKASAN EKSEKUTIF 2434.001.001.107-A Penyusunan Manual Peran Masyarakat dalam Pengawasan Fungsi dan Manfaat Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan
Lebih terperinci