KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN"

Transkripsi

1 KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung b_susanti@yahoo.com 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung wirahadi@si.itb.ac.id ABSTRAK Pemilihan metode kontrak pada proyek pekerjaan jalan bertujuan untuk mengatur dan memastikan kualitas pelayanan jalan yang dihasilkan. Terdapat berbagai metode kontrak yang umum digunakan pada proyek pekerjaan jalan, mulai dari kontrak yang mengatur input, output, sampai dengan outcome dari pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode kontrak pekerjaan jalan yang berpotensi meningkatkan kualitas pelayanan jalan. Pembahasan penelitian ini dilakukan terhadap ruas jalan Kabupaten/Kota dan jalan provinsi, dengan studi kasus dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Tahap awal pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan survey untuk mengidentifikasi kondisi pelayanan jalan serta metode kontrak pekerjaan jalan yang diterapkan saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil survey untuk memberikan deskripsi mengenai pengaruh pemilihan metode kontrak yang selama ini digunakan terhadap kualitas pelayanan jalan yang ada. Hasil survey awal yang dilakukan terhadap kondisi jalan menunjukkan bahwa sebanyak 5% ruas jalan Provinsi Jawa Barat, 23% ruas jalan Kota Bandung, serta 47,42% ruas jalan Kabupaten Bandung berada dalam kondisi pelayanan tidak mantap (kondisi jalan rusak ringan dan rusak berat). Survey terhadap pemilihan metode kontrak proyek pekerjaan jalan menunjukkan bahwa metode kontrak tradisional Design-Bid-Build untuk pekerjaan pembangunan, peningkatan, dan rehabilitasi jalan; serta sistem swakelola untuk pekerjaan pemeliharaan rutin jalan, selama ini selalu digunakan oleh pihak Bina Marga. Pembahasan penelitian dilakukan berdasarkan analisis perbandingan antara penerapan metode kontrak trandisional terhadap metode kontrak pekerjaan jalan lainnya untuk mengidentifikasi metode kontrak yang berpotensi meningkatkan kualitas pelayanan jalan menjadi lebih baik. Hasil kajian menunjukkan bahwa metode kontrak Design-Bid-Build dan Design-Build yang dikombinasikan dengan mekanisme kontrak garansi, dan metode Kontrak Berbasis Kinerja, merupakan beberapa pendekatan kontrak yang dapat diterapkan untuk mencapai kualitas jalan yang lebih baik pada pekerjaan penanganan jalan Kabupaten/Kota maupun jalan Provinsi di Jawa Barat. Kata kunci: kontrak, kualitas, jalan 1. PENDAHULUAN Jalan memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung aksesibilitas dan mobilitas masyarakat. Kualitas jalan yang baik sebagai sarana transportasi mempunyai peran penting dalam mendukung peningkatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Dalam upaya mewujudkan kualitas jalan yang baik, pemerintah telah melakukan berbagai upaya penanganan terhadap semua ruas jalan yang ada untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Upaya pemerintah daerah Kabupaten/Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan infrastruktur jalan yang handal dilaksanakan dalam bentuk pembangunan jalan, peningkatan jalan, rehabilitasi jalan, serta pemeliharaan jaringan jalan yang ada. Pemerintah juga menyediakan dana yang tidak sedikit untuk mewujudkan jalan yang berada dalam kondisi mantap. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas jalan yang ada terus mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan upaya penanganan dan biaya yang besar setiap tahun. Hal ini berpotensi menimbulkan inefisiensi sumber daya bagi pihak pemerintah maupun masyarakat pengguna jalan, sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap berbagai permasalahan pada mekanisme penanganan jalan yang selama ini diterapkan. Pada tahun 2012, pemerintah Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat masing masing menganggarkan dana APBD sebesar Rp ,- dan Rp ,- hanya untuk melaksanakan pekerjaan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sepanjang 5% dari total panjang jalan Kota dan Provinsi yang ada. Berdasarkan pengalaman pada tahun tahun sebelumnya, besarnya biaya yang dikeluarkan tidak menjamin kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik. Masih sering terjadi kerusakan dini pada struktur perkerasan jalan KoNTekS 6 MK-11

2 karena faktor cuaca, drainase di sepanjang sisi jalan tidak berfungsi dengan baik, serta tonnase yang berlebih. Selain itu, metode kontrak untuk proyek pekerjaan jalan yang digunakan selama ini juga masih belum berorientasi kepada kualitas dan kinerja jalan. Pemerintah masih menerapkan sistem kontrak Desain Bid Build (DBB) serta sistem swakelola untuk pekerjaan penanganan jalan. Kedua pendekatan tersebut memiliki kelemahan dalam aspek orientasi kerja, organisasi kontrak, pengaturan risiko, peran pihak pengguna jasa (owner), serta dukungan terhadap pengembangan inovasi, sehingga kualitas jalan yang dihasilkan tidak bertahan lama dan membutuhkan biaya penanganan yang makin besar pada tahun tahun berikutnya. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap penerapan metode kontrak yang selama ini digunakan sehingga dapat diidentifikasi metode kontrak yang lebih berorientasi terhadap kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik serta berpotensi menghasilkan efisiensi biaya bagi pihak pemerintah. 2. JENIS KONTRAK PROYEK PEKERJAAN JALAN Terdapat berbagai metode kontrak konstruksi yang umum digunakan untuk proyek pekerjaan jalan, seperti metode kontrak Design-Bid-Build (DBB), kontrak Design-Build (DB), Kontrak Bergaransi (Warranty Type Contract), hingga Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) atau Performance Based Contract (PBC). Selain berbagai pendekatan kontrak tersebut, sistem swakelola atau pelaksanaan menggunakan sumber daya sendiri juga umum diterapkan pada proyek pekerjaan jalan. Masing masing metode kontrak tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga berdampak pada orientasi terhadap kualitas jalan dan efisiensi biaya proyek juga berbeda. Kontrak Design-Bid-Build (DBB) merupakan metode kontrak konstruksi konvensional yang paling sering dan telah lama digunakan oleh pemerintah pada berbagai proyek pekerjaan jalan. Pada metode kontak DBB, pekerjaan desain harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan. Pekerjaan lelang dilakukan secara terpisah dan bertahap untuk menentukan pihak penyedia jasa yang akan melaksanakan pekerjaan desain, pekerjaan konstruksi dan pekerjaan pengawasan. Kontrak jenis ini mengatur input pekerjaan, seperti pemilihan material dan metode pelaksanaan konstruksi. Pemilihan penyedia jasa selalu didasarkan pada penawaran harga terendah. Pada umumnya sistem pembayaran kepada penyedia jasa didasarkan pada harga satuan (unit price). Selain metode kontrak Design-Bid-Build, metode kontrak Design-Build (DB) juga dapat diterapkan untuk proyek pekerjaan jalan. Pada metode kontrak Design-Build, pekerjaan desain dan pelaksanaan konstruksi dikontrakkan kepada satu pihak penyedia jasa. Penyedia jasa dimaksud dapat berupa satu perusahaan tunggal, konsorsium, joint venture, atau bentuk organisasi lainnya. Pemerintah selaku owner hanya bertangung jawab terhadap pendanaan, operasional, serta pemeliharaan jalan. Pada umumnya, pekerjaan desain dan pelaksanaan konstruksi pada jenis kontrak ini dilakukan secara tumpang tindih. Proyek pekerjaan jalan juga dapat menerapkan metode kontrak bergaransi (warranty type contract). Kontrak bergaransi ini pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepastian kepada pemerintah selaku owner bahwa hasil pekerjaan kontraktor akan mencapai usia layanan yang direncanakan dan menjamin jika terjadi kegagalan bangunan. Untuk itu, kontraktor diwajibkan untuk menyediakan Jaminan Kinerja atau Performance Bond. Besarnya jaminan harus disesuaikan dengan tingkat tanggung jawab kontraktor terhadap kegagalan bangunan, serta harus mempertimbangkan peran kontraktor dalam penyusunan desain, konstruksi, dan pemeliharaan jangka panjang terhadap struktur perkerasan jalan selama berlakunya garansi. Jenis kontrak lain yang dapat digunakan untuk proyek pekerjaan jalan adalah Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) atau Performance Based Contract (PBC). Jenis kontrak ini masih merupakan kontrak inovatif dan baru mulai diterapkan pada proyek konstruksi jalan nasional di Indonesia sejak tahun KBK merupakan jenis kontrak konstruksi yang memiliki karakteristik yang spesifik, dimana kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dilakukan secara terintegrasi oleh satu pihak penyedia jasa, dilaksanakan dalam tahun jamak, serta pembayaran dilakukan dengan sistem lumpsum (Balitbang Pusjatan, 2006). Penyedia jasa tidak lagi berorientasi kepada input pekerjaan, tetapi harus berorientasi kepada output dan outcome dari produk yang dihasilkan. Pembayaran kepada pihak penyedia jasa diukur berdasarkan output dan outcome dari pekerjaannya, serta mengenal mekanisme insentif dan penalty. Kontrak Berbasis Kinerja merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan untuk berbagai proyek pekerjaan penanganan jaringan jalan. Melalui penerapan KBK, kualitas pelayanan jalan dapat lebih terjamin dan efisiensi biaya untuk kegiatan perbaikan jalan dapat ditingkatkan. Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai praktek sukses penerapan KBK di berbagai negara, dimana terjadi peningkatan kualitas pelayanan atau kinerja jalan dan dihasilkan penghematan biaya yang cukup signifikan (Pakkala 2002, Segal et al 2003, Stakenvich et al 2005, Zietlow 2005). Data hasil penerapan KBK dari berbagai negara menunjukkan angka penghematan biaya proyek konstruksi jalan berkisar antara 10 % sampai dengan 40 % (Pakkala, 2005, dalam World Bank Transport Note No. TN-27). MK-12 KoNTekS 6

3 Selain jenis kontrak diatas, pemerintah juga melakukan pekerjaan penanganan jalan dengan sistem swakelola. Pada sistem swakelola, pemerintah melakukan pekerjaan penanganan jalan menggunakan sumber dayanya sendiri. Pengadaan material dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah, sedangkan untuk tenaga kerja dan peralatan menggunakan sumber daya dan berbagai unit peralatan yang tersedia di Dinas Bina Marga. Pemerintah selaku owner memiliki peran yang besar dalam menjalankan proyek, mulai dari menjalankan fungsi pelaksana hingga fungsi pengawasan. Saat ini sistem swakelola hanya diterapkan pada pekerjaan pemeliharaan rutin jalan. Masing masing pendekatan kontrak diatas memiliki karakteristik yang berbeda beda. Untuk itu, pemilihan jenis kontrak yang tepat untuk jenis pekerjaan penanganan jalan tertentu akan sangat mempengaruhi kualitas jalan yang dihasilkan serta efisiensi biaya siklus hidup proyek jalan itu sendiri. 3. JENIS DAN MEKANISME PENANGANAN JALAN Untuk mewujudkan infrastruktur jalan yang berada dalam kondisi mantap dan mampu memenuhi Kriteria Standar Pelayanan Minimal, pemerintah melalui Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota dan Provinsi wajib menjalankan berbagai program pelayanan pengelolaan atau penanganan jalan. Adapun ruang lingkup dan jenis program penanganan jalan meliputi pekerjaan pembangunan jalan, peningkatan jalan, rehabilitasi jalan (pemeliharaan berkala), serta pemeliharaan rutin jalan. Pembangunan jalan merupakan upaya pelaksanaan pembangunan jalan pada lokasi baru dengan kemampan struktural mantap maupun tidak mantap (seperti jalan kerikil dan jalan tanah) dengan tujuan untuk memperluas jangkauan pelayanan jaringan jalan. Untuk jaringan jalan yang sudah tersedia, program penanganan jalan dapat berupa peningkatan jalan, rehabilitasi jalan, maupun pemeliharaan rutin jalan. Peningkatan jalan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan struktural dan atau kapasitas jalan yang disesuaikan dengan perkembangan jumlah dan beban berulang lalu lintas. Untuk jalan yang sudah berada dalam kondisi mantap atau kondisi sedang, dilakukan pekerjaan perbaikan dan perawatan secara berkala atau rehabilitasi. Tujuan dilakukannya pemeliharaan berkala adalah untuk mengembalikan kondisi jalan ke kondisi baik agar lalu lintas dapat dilayani sesuai dengan lingkungan dalam batas repetisi beban standar maupun kemampuan struktur yang telah direncanakan. Sedangkan pemeliharaan rutin jalan merupakan pekerjaan perbaikan dan perawatan secara terus menerus terhadap jalan yang berada dalam kondisi mantap atau kondisi baik, agar lau lintas dapat dilayani sesuai dengan lingkungan dalam batas repetisi beban standar maupun kemampuan struktur yang telah direncanakan. Penentuan jenis dan mekanisme penanganan jalan didasarkan pada kondisi atau kemantapan jalan, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Kondisi Jalan Tabel 1. Kriteria Kebutuhan Penanganan Jalan Tingkat Pelayanan Mantap Tidak Mantap Kritis Kebutuhan Pelayanan Baik Pemeliharaan Rutin Sedang Pemeliharaan Berkala Rusak Ringan Rehabilitasi / Peningkatan Rusak Berat Rekonstruksi Kebutuhan penanganan jalan juga didasarkan pada penurunan kinerja pelayanan jalan. Model penurunan kinerja pelayanan jalan beserta kebutuhan penanganan jalan dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. KoNTekS 6 MK-13

4 Gambar 1. Model Penurunan Kinerja Pelayanan dan Kebutuhan Penanganan Jalan Sumber: Ditjen Bina Marga, STUDI KASUS: JENIS KONTRAK DAN MEKANISME PENANGANAN JALAN Studi kasus penelitian ini dilakukan pada Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung, Kota Bandung, serta Provinsi Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah dan kondisi jalan, jenis kegiatan penanganan jalan yang dilakukan, jenis kontrak yang digunakan untuk setiap jenis kegiatan penanganan jalan, serta struktur organisasi dari masing masing instansi. Kabupaten Bandung Jumlah panjang jalan di Kabupaten Bandung sampai dengan awal tahun 2011 adalah sepanjang 1.134,43 km. Dari total panjang tersebut, sebanyak 32,62% atau 370,04 km berada dalam kondisi baik; 19,96% atau sepanjang 226,38 km berada dalam kondisi sedang; 27,26% atau 309,21 km berada dalam kondisi rusak ringan; serta 20,16% atau sepanjang 228,8 km berada dalam kondisi rusak berat. Sesuai dengan kondisi jalan, program penanganan jalan yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung terdiri dari kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala atau rehabilitasi jalan, serta peningkatan jalan. Untuk beberapa ruas jalan yang belum menghubungkan pusat kegiatan lokal, dilakukan pekerjaan pembangunan jalan dengan perkerasan kerikil atau perkerasan tanah. Proyek pekerjaan pembangunan, peningkatan, serta rehabilitasi jalan menggunakan jenis kontrak Design- Bid-Build (DBB). Pemilihan penyedia jasa pelaksana desain, pelaksana konstruksi, serta pengawas konstruksi dilakukan melalui proses lelang, dan berdasarkan penilaian penawaran harga terendah. Pembayaran kepada penyedia jasa berdasarkan sistem harga satuan dan dilakukan dengan sistem termin, yang diukur berdasarkan volume pekerjaan yang dihasilkan oleh pihak penyedia jasa. Sedangkan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin, dilakukan dengan mekanisme swakelola. Tenaga kerja dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan berasal dari Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung. Tenaga kerja untuk pelaksanaan pemeliharaan rutin terdiri dari dua kategori, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan fisik (dikontrak langsung oleh Dinas Bina Marga secara perseorangan) dan pekerja yang melakukan pengawasan di lapangan (karyawan tetap Dinas Bina Marga). Ketersediaan peralatan meliputi truck, dump truck, mesin gilas, excavator, wheel loader, dan unit pencampur aspal tipe continuous plant. Proyek pekerjaan pembangunan, peningkatan, serta rehabilitasi jalan di Kabupaten Bandung ditentukan berdasarkan hasil Musrenbang serta Rencana Strategis Kabupaten. Musrenbang akan menghasilkan keputusan usulan ruas jalan yang membutuhkan penanganan kepada Bappeda Kabupaten. Sedangkan Rencana Strategis Kabupaten akan merekomendasikan kebutuhan penanganan jalan pada ruas ruas jalan berdasarkan tingkat kebutuhan terhadap jalan, seperti status fungsi jalan, volume lalu lintas, dan pertimbangan pengembangan daerah. Selanjutnya pihak Bappeda dan Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung akan menentukan jenis pekerjaan penanganan jalan dalam satu tahun anggaran, sesuai dengan kebutuhan dan Renstra Dinas Bina Marga Kabupaten. Kegiatan penanganan jalan di Kabupaten Bandung diprioritaskan untuk pekerjaan pemeliharaan jalan dan penanganan jalan pada kondisi yang paling buruk terlebih dahulu dan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Pemeliharaan rutin dilakukan setiap tahun, sedangkan pemeliharaan berkala atau rehabilitasi jalan dilakukan setiap 4 (empat) tahun sekali pada ruas jalan yang sudah dilakukan pemeliharaan rutin selama 3 (tiga) tahun berturut turut. Untuk kondisi jalan yang berada dalam kondisi rusak parah, dilakukan pekerjaan peningkatan jalan. Anggaran dana untuk pelaksanaan proyek pekerjaan jalan di Kabupaten Bandung berasal dari APBD Kabupaten, ditambah bantuan APBD Provinsi dan bantuan APBN. Proyek pekerjaan jalan dapat MK-14 KoNTekS 6

5 dilaksanakan jika angaran dana sudah tersedia dan disetujui. Proyek dimulai dengan kegiatan lelang untuk menentukan pihak penyedia jasa perencana. Setelah dokumen desain dan perencanaan selesai disusun, selanjutnya dilakukan proses lelang untuk menentukan pihak pelaksana dan pengawas konstruksi. Keseluruhan proses lelang biasanya membutuhkan waktu sekitar 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) bulan. Hal ini berdampak terhadap semakin menurunnya kondisi jalan serta berkurangnya waktu untuk penyelesaian pekerjaan fisik, sehingga hasil pekerjaan penyedia jasa pelaksana konstruksi menjadi tidak bertahan lama. Program penyelenggaraan dan penanganan jalan di Kabupaten Bandung dilaksanakan sesuai dengan struktur organisasi, seperti digambarkan pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung Kota Bandung Panjang total jaringan jalan Kota Bandung sampai dengan tahun 2011 adalah km. Dari total panjang tersebut, sebanyak 281 km atau hampi 23% berada dalam keadaan rusak, sedangkan 77% berada dalam kondisi mantap (kondisi jalan baik dan sedang). Pada tahun 2012, pemerintah Kota Bandung menganggarkan dana sebanyak Rp ,- untuk pendanaan proyek pekerjaan penanganan jalan. Penanganan jalan diprioritaskan pada ruas ruas jalan yang mengalami rusak parah. Dari total anggaran yang ada, sebanyak Rp ,- dialokasikan khusus untuk pekerjaan rehabilitasi dan peningkatan beberapa ruas jalan yang berada dalam kondisi rusak. Dana tersebut akan diserap untuk penanganan sebanyak 62 km jalan dan terbagi atas 133 paket pengerjaan. Sedangkan sisa dana akan dialokasikan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin jalan. Pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dilakukan menggunakan sistem swakelola. Dinas Bina Marga Kota Bandung melaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan menggunakan sumber dayanya sendiri, baik tenaga kerja maupun peralatan. Sedangkan proyek pekerjaan rehabilitasi dan peningkatan jalan dilakukan menggunakan metode kontrak Design-Bid-Build. Dinas Bina Marga selaku owner proyek pekerjaan jalan melakukan lelang untuk pemilihan penyedia jasa perencana. Pihak penyedia jasa yang dinyatakan sebagai pemenang lelang harus menyusun perencanaan dan desain proyek sampai batas waktu yang ditetapkan. Setelah dokumen perencanaan dan desain selesai disusun, pihak Bina Marga Kota Bandung selanjutnya melaksanakan lelang untuk memilih penyedia jasa pelaksana dan pengawas konstruksi. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh kegiatan lelang dapat mencapai selama 6 (enam) bulan. Penyedia jasa pelaksana dan pengawas konstruksi wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen desain yang telah ditetapkan dan disetujui oleh owner. Pemilihan pihak penyedia jasa dilakukan berdasarkan penilaian harga penawaran terendah. Kontrak kepada penyedia jasa menerapkan sistem harga satuan dan pembayaran dilakukan menggunakan sistem termin, dimana pembayaran pada setiap termin disesuaikan dengan volume dari pekerjaan yang dihasilkan oleh pihak penyedia jasa. KoNTekS 6 MK-15

6 Lamanya proses lelang pada proyek rehabilitasi dan peningkatan jalan Kota Bandung berdampak pada tertundanya dan singkatnya waktu pelaksanaan pekerjaan fisik jalan. Pihak penyedia jasa pelaksana bahkan berisiko melaksanakan pekerjaan proyek pada musim hujan. Selain itu, lamanya waktu lelang juga berdampak pada kondisi jalan yang semakin menurun, sehingga penanganan jalan yang dilaksanakan oleh pihak pelaksana konstruksi tidak dapat mencapai kinerja jalan yang diharapkan untuk jangka waktu yang lama. Akibatnya kualitas jalan yang dihasilkan tidak bertahan lama, bahkan berpotensi mengalami kerusakan dini. Program penyelenggaraan dan penanganan jalan di Kota Bandung dilaksanakan sesuai dengan struktur organisasi berikut: Provinsi Jawa Barat Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Kota Bandung Kewenangan Dinas Bina Marga Provinsi dalam penyelenggaraan sistem jaringan jalan primer di Provinsi Jawa Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sepanjang 2.191,29 km. Dari total panjang jaringan jalan yang ada, sebanyak 108 km atau 5% berada dalam kondisi rusak. Pemerintah mengganggarkan dana sebesar Rp ,-, yang dialokasikan untuk pekerjaan peningkatan dan rehabilitasi jalan yang mengalami kerusakan. Proyek pekerjaan peningkatan dan rehabilitasi jalan tersebut menggunakan metode kontrak Design-Bid-Build. Penyedia jasa yang melaksanakan pekerjaan desain, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan dipilih melalui proses lelang, berdasarkan penilaian penawaran harga terendah. Jumlah waktu rata - rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan lelang adalah sekitar 4 (empat) bulan. Pembayaran kepada penyedia jasa berdasarkan harga satuan dan dilaksanakan berdasarkan termin. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan penanganan jalan menyebabkan Dinas Bina Marga Provinsi harus melakukan prioritas penanganan jalan. Pekerjaan penanganan jalan diprioritaskan pada ruas ruas jalan yang berada dalam kondisi rusak terlebih dahulu. Bahkan program penanganan pada beberapa ruas jalan hanya dapat dilakukan sebatas penyusunan dokumen perencanaan dan desain, karena belum tersedia anggaran yang mencukupi untuk pelaksanaan pekerjaan fisik jalan dimaksud. Terdapat beberapa dokumen perencanaan dan desain jalan provinsi yang dapat mencapai usia hingga 5 (lima) tahun hingga pekerjaan fisiknya dapat direalisasikan. Program penanganan jalan juga dilaksanakan dalam bentuk pemeliharaan rutin jalan. Proyek pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan setiap tahun pada ruas ruas jalan yang berada dalam kondisi baik dan dilaksanakan secara swakelola melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah atau Balai Pengelolaan Jalan (BPJ). Tenaga kerja dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan tersedia di Dinas Bina Marga dan Balai Pengelola Jalan. Terdapat 6 (enam) Balai Pengelola Jalan di Provinsi Jawa Barat yang bertugas menyelenggarakan sebagian fungsi Dinas Bina Marga di bidang pelayanan pengelolaan jalan. Pekerjaan pemeliharaan jalan MK-16 KoNTekS 6

7 pada umumnya tidak membutuhkan dokumen desain dan perencanaan, sehingga hanya dilaksanakan sesuai dengan Prosedur Standar Operasional. Program penyelenggaraan dan penanganan jalan di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan sesuai dengan struktur organisasi, seperti digambarkan pada Gambar 4. Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat 5. PENGARUH PEMILIHAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pemilihan jenis kontrak serta mekanisme penanganan jalan yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota serta Provinsi Jawa Barat, kontrak jenis Design-Bid- Build selalu digunakan untuk pekerjaan pembangunan, peningkatan, serta rehabilitasi jalan. Sedangkan sistem swakelola selalu digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin jalan. Berdasarkan karakteristiknya, metode kontrak Design-Bid-Build memiliki kelemahan terkait dengan efisiensi waktu, biaya, dan kualitas hasil pekerjaan. Waktu yang dibutukan untuk pelaksanaan lelang lebih lama karena pelelangan penyedia jasa dilakukan secara terpisah. Terpisahnya paket pekerjaan desain dan konstruksi tidak memungkinkan dilakukannya tumpang tindih paket pekerjaan yang dikontrakkan, sehingga waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari waktu penyelesaian desain dan bahkan dapat tertunda. Berbagai pengalaman praktek di Dinas Bina Marga yang ditinjau menunjukkan bahwa waktu mulai pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada proyek yang menerapkan metode Design-Bid-Build seringkali tertunda, karena total waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan lelang pada umumnya adalah selama 6 (enam) bulan. Mekanisme desain dan pekerjaan konstruksi yang dilakukan secara terpisah dan dilaksanakan oleh penyedia jasa yang berbeda juga berdampak pada risiko yang berkaitan dengan kualitas bukan menjadi tanggung jawab kontraktor selaku pelaksana konstruksi, karena kontraktor tidak terlibat dalam penyusunan desain dan metode pelaksanaan konstruksi. Selain itu, mekanisme pada kontrak Design-Bid-Build mengatur mengenai input pekerjaan, sehingga tidak mendukung pengembangan inovasi bagi pihak penyedia jasa. Pendekatan Design-Bid-Build juga membutuhkan lebih banyak pekerja dari sisi pemerintah selaku owner pada proyek pekerjaan jalan, yaitu untuk menjalankan berbagai fungsi tugasnya, baik pada kegiatan penawaran, inspeksi, serta pemeliharaan jalan. Secara keseluruhan, pendekatan Design-Bid-Build mempunyai peluang yang rendah terhadap pencapaian efisiensi biaya siklus hidup (life cycle cost) dari proyek. Selalu digunakannya metode kontrak Design-Bid-Build pada proyek pekerjaan pembangunan, peningkatan, dan rehabilitasi jalan, dapat disebabkan oleh struktur organisasi Dinas Bina Marga yang memisahkan fungsi perencanaan, pembangunan, serta pemeliharaan jalan. Sebagai akibatnya, pelaksanaan masing masing pekerjaan tersebut juga secara tidak langsung menjadi tanggung jawab pihak yang berbeda. Padahal terdapat mekanisme yang memungkinkan dicapainya efisiensi, seperti menggabungkan dua atau tiga kegiatan tersebut secara sekaligus kedalam satu divisi atau bagian dalam struktur organisasi, atau menerapkan kontrak yang menggabungkan beberapa pekerjaan tersebut dalam satu kontrak sekaligus, seperti pada metode kontrak Design-Build serta Kontrak Berbasis Kinerja. KoNTekS 6 MK-17

8 Metode kontrak Design-Build merupakan salah satu jenis kontrak yang dapat diterapkan untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan, peningkatan, dan rehabilitasi jalan. Penerapan metode kontrak Design-Build memiliki efisiensi dan efektifitas pada aspek waktu, biaya, dan kualitas jalan yang dihasilkan. Ditinjau dari aspek waktu, metode kontrak DB memberikan efisiensi yang cukup signifikan, karena pekerjaan desain dan konstruksi dapat dilakukan secara tumpang tinding, sehingga pekerjaan konstruksi sudah dapat dimulai meskipun pekerjaan desain dan perencanaan belum selesai disusun seluruhnya. Karena pekerjaan desain diserahkan kepada pihak penyedia jasa yang juga bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan konstruksi, maka kualitas hasil pekerjaan menjadi risiko yang harus ditanggung oleh pihak penyedia jasa selama masa kontrak. Mekanisme ini juga dapat mengurangi konflik dan klaim akibat ketidaksesuaian desain dengan kondisi aktual di lapangan. Adanya keterlibatan kontraktor dalam penyusunan desain, akan lebih mendorong pengembangan inovasi, terutama terkait dengan pemilihan material dan metode pelaksanaan konstruksi. Meskipun metode Design-Build berorientasi kepada efisiensi dan efektifitas waktu, biaya, dan kualitas pekerjaan, namun tidak semua proyek pekerjaan jalan tepat menggunakan metode ini. Metode kontrak ini direkomendasikan hanya untuk proyek pekerjaan jalan yang membutuhkan percepatan atau akselerasi, lingkup pekerjaan dan persyaratan kinerja yang sudah jelas, koordinasi dapat dilaksanakan dengan baik, serta risiko terkait dengan kondisi yang tidak dapat diduga (unforeseen condition) harus rendah. Metode kontrak Design-Bid-Build maupun Design-Build pada umumnya hanya berlangsung untuk proyek yang bukan bersifat kontrak tahun jamak (multi years). Kedua metode kontrak tersebut hanya memberikan jaminan kualitas jalan selama masa kontrak yang singkat. Untuk mengatasi singkatnya masa jaminan atas kualitas hasil pekerjaan pihak penyedia jasa, penerapan kedua kontrak ini dapat dikombinasikan dengan kontrak bergaransi. Kombinasi antara kontrak Design-Bid-Build atau Design-Build dengan kontrak bergaransi akan mengarahkan pihak penyedia jasa untuk menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih baik, karena risiko yang terkait dengan kualitas hasil pekerjaan menjadi tanggung jawab penyedia jasa untuk jangka waktu yang lebih lama, sesuai dengan lamanya masa garansi. Kontrak alternatif lain yang dapat diterapkan untuk pekerjaan penanganan jalan adalah Kontrak Berbasis Kinerja. Penerapan KBK pada proyek pekerjaan jalan di Indonesia merupakan hal yang relatif baru. Tinjauan terhadap aspek hukum, penganggaran, serta organisasi mendukung penerapan KBK untuk proyek pekerjaan jalan di Indonesia. Ditinjau dari aspek hukum, penerapan KBK sejalan dengan berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti UU No. 18/1999, tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat 3; Peraturan Presiden No. 70/2005 tentang perubahan ketiga atas Kepres No. 80/2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, pasal 30 ayat 1 dan 5; serta UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. Tinjauan pada aspek penganggaran memungkinkan Kontrak Berbasis Kinerja untuk diterapkan, karena kontrak tersebut diterapkan pada tahun jamak (multi years), maka terdapat kepastian ketersediaan pendanaan untuk kegiatan penanganan jalan hingga beberapa tahun kedepan. Sedangkan tinjauan pada aspek organisasi juga memungkinkan KBK untuk diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi pengguna jasa. Semakin tinggi tingkat organisasi yang menerapkan KBK, maka penggunaan sumber daya akan semakin efisien dan mengurangi birokrasi pada proses pengambilan keputusan (Rosyadi, dkk, 1999). Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja memberikan potensi yang besar dalam menghasilkan kualitas atau kinerja jalan yang lebih baik diiringi dengan menurunnya biaya siklus hidup proyek. Terintegrasinya berbagai kegiatan proyek kontruksi dalam satu paket kontrak dan masa kontrak yang panjang (multi years) memungkinkan pihak penyedia jasa untuk lebih berinovasi dalam menghasilkan produk konstruksi dengan kinerja yang baik, sistem kerja yang efektif, efisien, dan optimal. Sistem pembayaran lumpsum yang diiringi dengan adanya ketentuan insentif dan penalty atas kinerjanya, akan lebih mendorong pihak penyedia jasa menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang baik dan memenuhi kriteria kinerja yang telah ditetapkan. Kontrak Berbasis Kinerja yang dapat diterapkan mulai dari pekerjaan desain hingga pemeliharaan jalan dengan masa kontrak yang panjang, dapat memberikan tingkat pelayanan jalan yang maksimal, dengan biaya rata rata pemeliharaan yang lebih efisien dibandingkan dengan biaya rata rata pemeliharaan jaringan jalan yang menggunakan sistem kontrak konvensional (Design-Bid-Build maupun swakelola). 6. KESIMPULAN Masih lemahnya kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten/Kota maupun Provinsi di Jawa Barat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebabnya adalah mekanisme penanganan jalan yang diterapkan selama ini masih belum berorientasi terhadap kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik untuk jangka panjang. Struktur organisasi pihak penyelenggara jalan yang memisahkan tanggung jawab untuk pekerjaan perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan jalan, berdampak pada pemilihan metode kontrak yang digunakan untuk proyek pekerjaan jalan juga memisahkan ketiga fungsi tersebut. Penerapan kontrak yang MK-18 KoNTekS 6

9 memisahkan masing masing pekerjaan kepada penyedia jasa yang berbeda beda dengan masa kontrak yang relatif singkat, seperti pada kontrak Design-Bid-Build yang selama ini digunakan, menyebabkan kualitas jalan bukan menjadi tanggung jawab pihak penyedia jasa. Pada akhirnya pemerintah harus melakukan pekerjaan pemeliharaan jalan secara terus menerus setiap tahunnya. Terdapat mekanisme kontrak yang dapat mengarahkan pihak penyedia jasa untuk menyediakan jalan dengan kualitas yang lebih baik untuk waktu yang lebih panjang, seperti penerapan kontrak Design-Bid-Build dan Design-Build yang dikombinasikan dengan mekanisme kontrak bergaransi, atau penerapan Kontrak Berbasis Kinerja yang mendorong penyedia jasa untuk menghasilkan kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik untuk jangka panjang. DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA) Balitbang Pusjatan (2006). Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi diatas Tanah Lunak.. Bandung. Collier, Keith. (2001). Construction Contracts-Third Edition, Pretice Hall, New Jersey. Pakkala, P. (2002). "Innovative Project Delivery Methods for Infrastructure An International Perspective", Peraturan Presiden No. 70/2005 tentang perubahan ketiga atas Kepres No. 80/2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Rosyadi, dkk. (1999). Kajian Penerapan Performance Based Ccontract (PBC) di Jalur Pantura Jawa Barat, Prosiding Simposium XII FSTPT, Surabaya. Segal, G.F., Moore, A. T., and McCarthy, S. (2003). Contracting for Road and Highway Maintenance, Stankevich, N., Qureshi, N. dan Queiroz, C. (2005). Performance-based Contracting for Preservation and Improvement of Road Assets, UU No. 18/1999, tentang Jasa Konstruksi UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara Zietlow (2005). Cutting Costs and Improving Quality through Performance-Based Road Management and Maintenance Contracts - The Latin American and OECD Experiences, KoNTekS 6 MK-19

10 MK-20 KoNTekS 6

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten selaku pembina dan pengelola jalan provinsi di wilayah Provinsi Banten dalam melaksanakan pemeliharaan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Yanichi Sutantra 1, Ambrosius Mintardjo 2, Paulus Nugraha 3 ABSTRAK : Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN Muzakkir Mahasiswa Magister Manajemen Proyek Konstruksi Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PRESERVASI INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI MELALUI HIBAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR Eko Prihartanto Program Studi Teknik Sipil, Universitas Borneo Tarakan, Tarakan E-mail: eko_prihartanto@borneo.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Pengukuran Kinerja Pengukuran Kinerja merupakan ukuran keberhasilan, prestasi (performance) dari kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor jasa konstruksi di Indonesia terutama untuk proyek konstruksi jalan mengalami kemajuan yang sangat pesat beberapa tahun ini. Indonesia sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL Rahmanita Sujatsi 1, I Putu Artama Wiguna 2, dan A.Agung G. Kartika 3 1 Bidang Manajemen Aset Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk.

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Abdul Rachman Magister

Lebih terperinci

Materi Kuliah Manajemen Konstruksi Dosen: Emma Akmalah, Ph.D. Pendahuluan

Materi Kuliah Manajemen Konstruksi Dosen: Emma Akmalah, Ph.D. Pendahuluan Materi Kuliah Manajemen Konstruksi Dosen: Emma Akmalah, Ph.D. Pendahuluan Secara umum, yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur sumber daya perusahaan atau proyek dalam suatu gerak yang harmonis

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

KERANGKA PENILAIAN LIFE-CYCLE COST UNTUK PROYEK PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL MENGGUNAKAN KONTRAK BERBASIS KINERJA

KERANGKA PENILAIAN LIFE-CYCLE COST UNTUK PROYEK PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL MENGGUNAKAN KONTRAK BERBASIS KINERJA KERANGKA PENILAIAN LIFE-CYCLE COST UNTUK PROYEK PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL MENGGUNAKAN KONTRAK BERBASIS KINERJA Betty Susanti Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Lebih terperinci

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, % Bab I Pendahuluan Pada Bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan manfaat penelitian. I.1 Latar Belakang Tol Cipularang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DELIVERY

BAB III SISTEM DELIVERY BAB III 3.1 JENIS-JENIS Sistem delivery adalah suatu sistem yang mengatur seluruh proses dan pembiayaan suatu proyek konstruksi (perencanaan, pelaksanaan, operasional, dan pemeliharaan) dalam suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Dinas Bina Marga Provinsi Lampung 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung Dinas Pekerjaan Umum Dati I Lampung berdiri pada tanggal 11 maret 1967 berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrol mutu atau quality control (QC) adalah suatu kegiatan untuk mengukur kualitas suatu barang dengan membandingkannya sesuai dengan spesifikasi dan syarat yang

Lebih terperinci

Pembangunan daerah tahun 2013 pada urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan dalam rangka mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan, yaitu:

Pembangunan daerah tahun 2013 pada urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan dalam rangka mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan, yaitu: . Pekerjaan Umum Pembangunan daerah tahun 0 pada urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan dalam rangka mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan, yaitu: a. Terwujudnya pemerataan bidang pekerjaan umum

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 921 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA BERBASIS KINERJA DAN EVALUASI PENERAPAN PADA JALAN NASIONAL

KONTRAK KERJA BERBASIS KINERJA DAN EVALUASI PENERAPAN PADA JALAN NASIONAL KONTRAK KERJA BERBASIS KINERJA DAN EVALUASI PENERAPAN PADA JALAN NASIONAL Rizal Z. Tamin KK MRK FTSL ITB Jalan Ganesha No 10 Bandung, 40115 Tlp. (022) 250 22 72 rzt@bdg.centrin.net.id Adriananda Z. Tamin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN STRATEGIS PROVINSI DENGAN POLA PEMBIAYAAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007) Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi dan kekayaan alam yang sangat besar. Setiap daerah mempunyai sumber daya dan hasil bumi beraneka ragam yang dapat menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klaten merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dari aspek ekonomi, pembangunan dan infrastruktur. Disamping itu kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan bagian penting karena berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa Kementerian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan

Lebih terperinci

INOVASI KONTRAK. Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LKPP

INOVASI KONTRAK. Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LKPP INOVASI KONTRAK Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LKPP Latar Belakang Banyak hambatan dalam pelaksanaan kontrak Belum adanya inovasi dalam penggunaa jenis-jenis kontrak Tujuan Memperkenalkan inovasi

Lebih terperinci

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA) Nectaria

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan dalam beberapa hal sebagai berikut : 1. Penentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah.

Lebih terperinci

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS

Lebih terperinci

KAJIAN ANGGARAN PRESERVASI JALAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016

KAJIAN ANGGARAN PRESERVASI JALAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016 KAJIAN ANGGARAN PRESERVASI JALAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016 Preservasi jalan bertujuan untuk memastikan dukungan jalan terhadap kegiatan pembangunan tetap terjamin dan kondisi jalan dalam kondisi mantap.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK Manfaat Penjadwalan Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-batas waktu dari masing-masing

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF Oleh: Ir. Hasanudin, M.Eng.Sc. dan Ir. Tia Astuti, M.Sc. I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENGIKATAN DANA DAN PENETAPAN PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK (MULTY YEARS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pemeliharaan suatu property diperlukan untuk memperpanjang siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk. Salah satu property

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum siklus kehidupan proyek konstruksi terbagi atas empat bagian besar yaitu studi kelayakan (feasibility study), estimasi proyek (detail estimate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan penelitian. 1.1.1. Latar belakang. Jalan merupakan sarana transportasi darat yang mempunyai peranan besar dalam arus lalu lintas barang dan orang, sebagai penghubung

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK Menimbang : SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa kondisi infrastruktur

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU + 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Dari total belanja daerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian menghasilkan konsep manajemen pemeliharaan Jalan Magelang Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Langkah pertama merancang pelaksanaan proyek ialah membaginya ke dalam kegiatan-kegiatan. Kegiatan perlu diidentifikasikan dan hubungan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN JALAN LINGKUNGAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rekayasa Ulang Proses Bisnis Hammer dan Champy (1995, hal 27-30) mengatakan bahwa Rekayasa Ulang adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...(A)... S A T U A N K E R J A... ( B )... (C)...

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...(A)... S A T U A N K E R J A... ( B )... (C)... Lampiran II FORMAT USULAN PENUGASAN POKJA DARI SATUAN KERJA KEPADA ULP KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT...(A)... S A T U A N K E R J A....... ( B )........... (C)... Nomor : (1)...., (2).

Lebih terperinci

PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK

PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK Sumber gambar: medanbisnisdaily.com/news Medan Bisnis - Medan. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) T Erry Nuradi mengakui, kondisi jalan provinsi sepanjang 584,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263) FAX PROPOSAL USULAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263) FAX PROPOSAL USULAN PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PU BINA MARGA JALAN ADI SUCIPTA NO.2 CIANJUR 43211, TELP (0263)263198 FAX. 270264 PROPOSAL USULAN PEMBANGUNAN/PENINGKATAN JALAN SIMPANG CIKADU KEC. CIKADU KABUPATEN CIANJUR

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal penelitian. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal penelitian. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai pendahuluan tesis penelitian. Bagian ini terdiri atas latar belakang, rumusan permasalahan studi kasus, pertanyaan riset, tujuan penelitian, kontribusi penelitian,

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan yang sangat penting tidak hanya sebagai instrumen dalam pengambilan kebijakan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan besar atau main road yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain. Biasanya jalan besar ini memiliki fitur fitur berikut (www.academia.edu)

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016 Analisis Perbandingan Kontrak Tradisional dan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Berdasarkan Risiko Persepsi Kontraktor dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Shifa Fauziyah Program Studi Magister

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN DAK SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN DAK SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2017 Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH Jakarta, 2 Mei 2016 PENDAHULUAN ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM)

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM) HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM) DIREKTORAT PEMBIAYAAN & KAPASITAS DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman di Indonesia. PT. ABC merupakan kontraktor yang menyediakan

Lebih terperinci

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016 VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016 Analisis Perbandingan Kontrak Tradisional dan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Berdasarkan Risiko Persepsi Kontraktor dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Shifa Fauziyah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG Sandro Fanggidae, I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Proyek

Lebih terperinci

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT Faktor Penentu Pemilihan Kontrak Proyek Gedung (M. Ikhsan S) 49 Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan M. Ikhsan Setiawan, ST, MT ABSTRAK Dalam pelelangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta

Lebih terperinci

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2010 SERI. E CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINCIAL ROAD MANAGEMENT SYSTEM (PRMS)

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINCIAL ROAD MANAGEMENT SYSTEM (PRMS) DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINCIAL ROAD MANAGEMENT SYSTEM (PRMS) GAMBARAN UMUM PRMS PRMS merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam penyusunan perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan di segala aspek kehidupan. Contoh konkrit dapat dilihat dari berbagai bangunan yang berdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Artefak Arkindo berdiri sejak tahun 1992 dengan nama PT. Artefak Arsindo bidang pelayanan jasa konsultan perencanaan. Pada tahun 2000 adanya pergantian

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci