BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten selaku pembina dan pengelola jalan provinsi di wilayah Provinsi Banten dalam melaksanakan pemeliharaan jalan masih menggunakan kontrak tradisional dimana tahap desain, konstruksi dan pemeliharaannya dipisahkan, baik untuk pemeliharaan rutin maupun berkala. Untuk pemeliharaan rutin dilakukan dengan cara swakelola, sedang untuk pemeliharaan berkala dilakukan dengan cara dikontrakkan. Kontrak tradisional tersebut memakai sistem satuan harga (unit price) dan mensyaratkan spesifikasi teknis tertentu yang harus digunakan oleh penyedia jasa (kontraktor). Kontrak pemeliharaan jalan yang ada sekarang ini dinilai kurang efektif bagi pengguna jasa dan penyedia jasa. Kurang effektif 1 nya kontrak tradisional ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: terjadinya penurunan tingkat pelayanan jalan dalam umur rencananya, keterlambatan pemeliharaan jalan yang berakibat tingginya biaya pemeliharaan, kurang efisien penggunaan sumber daya manusia dan waktu, serta mahalnya biaya konstruksi jalan di atas tanah lunak. Kerusakan dini prasarana jalan rata-rata masa pelayanan adalah hanya sekitar 50% dari umur rencana 2. Salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan prasarana jalan yang berkualitas adalah peningkatan kegiatan pengendalian mutu (quality control) oleh tim pengawas atau konsultan supervisi. Disamping mengkaji masalah pengawasan pelaksanaan pekerjaan, pihak pengelola jalan sedang mulai mengkaji alternatif lain untuk membantu mengatasi masalah rendahnya kualitas jalan, salah satunya adalah dengan mengkaji metode kontrak yang inovatif 3, yaitu metode-metode kontrak yang didalamnya 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak. Bandung, Bapekin (2001). Struktur Spesifikasi Pengendalian Mutu (QC) Yang Baku, Buletin Bapekin No.03/ Reini D W dan M Abduh, Metode Kontrak Inovatif untuk Peningkatan Kualitas Jalan : Peluang dan Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB,

2 2 mempertimbangkan aspek kinerja hasil pekerjaan. Dalam kontrak tradisional, risiko-risiko yang berkaitan dengan mutu hasil pekerjaan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik pekerjaan, sehingga untuk pekerjaan yang tidak sesuai umur rencana pemilik pekerjaan melakukan banyak penambahan biaya agar jalan tersebut tetap terpelihara, pada kontrak berbasis kinerja risiko-risiko tersebut dialihkan kepada penyedia jasa, maka perlu diteliti pengaruh penerapan kontrak berbasis kinerja (performance based contract, PBC) terhadap pemeliharan infrastruktur jalan. Metoda kontrak tradisional dan Kontrak Berbasis Kinerja memiliki beberapa perbedaan 4 jika ditinjau dalam setiap tahapan kegiatan pelaksanaan kegiatan konstruksi, yaitu: pada tahap perencanaan, tahap pengadaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemeliharaan. Pada tahap perencanaan dalam kontrak tradisional dasar penyusunan kontrak adalah input (sumber daya dan metoda pelaksanaan yang digunakan) yang diperlukan agar tujuan pengguna jasa tercapai, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja dasar penyusunan kontrak adalah hasil akhir yang diinginkan oleh pengguna jasa. Pada tahap pengadaan, dalam kontrak tradisional spesifikasi yang digunakan adalah spesifikasi yang bersifat prescriptive sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja spesifikasi bersifat output oriented. Selain itu pada kontrak tradisional, kontrak yang digunakan untuk kontrak tahunan dan jangka panjang sedangkan Kontrak Berbasis Kinerja tepat diterapkan untuk kontrak jangka panjang. Dan pada kontrak tradisional evaluasi terhadap penawaran didasarkan atas penawar terendah, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja didasarkan atas best value. Pada tahap pelaksanaan, dalam kontrak tradisional pembayaran kepada kontraktor didasarkan atas volume pekerjaan yang telah diselesaikan, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja didasarkan atas kinerja yang memenuhi standar kinerja. Adapun jika terjadi pemotongan pembayaran, pada kontrak tradisional pemotongan pembayaran dilakukan jika pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja, pemotongan pembayaran dilakukan jika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Pada kontrak tradisional sistem pengawasan kinerja kontraktor 4 Bayu Kania, ST, Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah dan Kontraktor Indonesia dalam Penerapa KBK, ITB, 2006.

3 3 dilakukan oleh owner melalui konsultan pengawas, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja pengawasan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor. Pada tahap pemeliharaan, dalam kontrak tradisional kontraktor tidak bertanggungjawab atas pemeliharaan setelah proyek selesai, sedangkan pada Kontrak Berbasis Kinerja dimana merupakan kontrak jangka panjang, kontraktor merupakan pihak yang bertanggungjawab atas pemeliharaan. Kontrak Berbasis Kinerja akan efektif 5 bila bersifat multi years, pengaturan proses persetujuan multi years perlu dilakukan secara efektif untuk memotong masa persiapan dan hal ini membutuhkan koordinasi, kesepakatan dengan pemangku kepentingan, seperti Departemen Keuangan dan Pemerintah setempat. Pengembangan, penguasaan dan penerapan delivery system yang multi opsi, seperti opsi-opsi bentuk kontrak baru yang perlu dikembangkan baik yang bersifat Extended Warranty Period (EWP), Design-Build, Design Build Maintain Warranty, Performance Based Contract, serta kombinasi antara berbagai bentuk kontrak tersebut sehingga dapat dikembangkan dan diterapkan life-cycle cost analysis dan risk based road asset management Peraturan yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa dan dapat dijadikan acuan kajian dasar hukum 7 - UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi; - PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi; - PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; - PP No. 30/2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi; - Keppres No. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; - Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah; - Permen PU No. 43/PRT/M/2007 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi; 6 untuk Kontrak Berbasis Kinerja adalah:. 5 DR. Hedi Rahadian, M.Sc, Kasubdit Penyiapan dan Standar Dit.Bintek Ditjen Bina Marga Langkah Awal Menuju Performance Based Contract melalui Extended Waranty Period, Jakarta, DR. Hedi Rahadian, M.Sc, Kasubdit Penyiapan dan Standar Dit.Bintek Ditjen Bina Marga Langkah Awal Menuju Performance Based Contract melalui Extended Waranty Period, Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak. Bandung, 2006

4 4 - Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 13/SE/M/2006 tanggal 3 Oktober PERUMUSAN MASALAH Identifikasi Masalah Ada beberapa masalah mendasar 8 yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) di Indonesia, yaitu : 1. aspek legal yang ada di Indonesia yang mendukung terlaksananya kontrak berbasis kinerja. 2. kesiapan industri konstruksi di Indonesia dalam mengimplementasikan kontrak berbasis kinerja. 3. adanya pengaturan penganggaran hanya satu tahun, sedangkan kontrak berbasis kinerja minimal diperlukan waktu 5 tahun secara terus menerus. Penerapan kontrak berbasis kinerja diharapkan akan memberikan hasil yang efektif dalam penanganan pemeliharaan jalan sehingga adanya jaminan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi yang berkualitas serta jaminan operasional jalan sehingga jalan dapat memenuhi umur rencananya. Penerapan kontrak berbasis kinerja ini memiliki kendala, yaitu : 1. Keppres 80 tahun 2003, berdasarkan bentuk imbalannya kontrak berbasis kinerja merupakan kontrak yang menggunakan sistem lump sum 9, walaupun sudah mengakomodir berbagai bentuk kontrak terintegrasi akan tetapi masih bertitik tolak pada pencapaian produk berdasarkan volume (input-output based); 2. Indikator kinerja, pemahaman rekayasa harus diperluas kearah konteks antara rekayasa mikro (output) dengan indikator kinerja jalan (outcome) 10 oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan dan sosialisasi agar dapat diterima bagi pihak-pihak yang berwenang; 8 Max Antameng Analisa Awal Kebijakan Pemeliharaan Jalan dengan Sistem Kontrak Kinerja yang Berjangka Panjang di Indonesia 9 Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak. Bandung, Djoko Widajat Indikator Kinerja Pada Sistem Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) Departemen Pekerjaan Umum, 2008

5 5 3. Kontrak tahun jamak 11, yang pendanaan dan pelaksanaannya lebih dari satu tahun anggaran, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan pejabat yang berwenang, misalkan dana APBN harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan, sedangkan dana APBD harus mendapat persetujuan Gubernur atau Kepala Daerah Signifikansi Masalah Berkenaan dengan penerapan kontrak berbasis kinerja sebaiknya sejak awal pembangunan infrastruktur harus ditertibkan lebih dahulu ruas-ruas jalan yang tidak memenuhi standar pelayanan minimal 12, artinya standar pelayanan minimal harus dimantapkan terlebih dahulu. Kriteria-kriteria jalan 13 yang dapat diterapkan kontrak berbasis kinerja adalah: 1. ruas jalan yang secara historis tidak bermasalah agar menghindari ketidakpastiaan sisa umur struktur jalan; 2. beban lalu lintas relatif terukur dan dapat diprediksi; 3. adanya jembatan timbang pada ruas jalan tersebut agar dapat mengantisipasi kendaraan yang memiliki bobot lebih dari standar; 4. ruas jalan yang panjang dan menerus. Maka sangat penting dilakukan suatu penelitian tentang penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) pada penanganan pemeliharaan jalan pada saat ini. Kontrak berbasis kinerja telah dikembangkan dibeberapa negara 14, seperti : a. Provinsi British Columbia, Canada semenjak tahun 1988 melaksanakan kontrak pemeliharaan jalan, hanya baru terbatas pada prosedur pekerjaan dan bahan yang digunakan; 11 Perpres No. 70/2005, Perubahan Ketiga Keppres 80/2003, Pasal 30 ayat (8) 12 Sri Apriatini, Direktur Bina Program Ditjen Bina Marga Departement Pekerjaan Umum, Penanganan Kerusakan Jalan akan Dilakukan Secara Terpadu, Jakarta, DR. Hedi Rahadian, M.Sc, Kasubdit Penyiapan dan Standar Dit.Bintek Ditjen Bina Marga Langkah Awal Menuju Performance Based Contract melalui Extended Waranty Period, Jakarta, Dr. Gunter Zietlow, Cutting Costs and Improving Quality Though Performance-Based Road Management dan Maintenance Contract The Latin American and OECD Experiences, 2007

6 6 b. Argentina awal tahun 1990 mulai melaksanakan konsesi terhadap km jalan nasional dengan berpatokan pada hasil akhir pekerjaan, yaitu spesifikasi yang tercantum dalam kontrak dan mulai memberlakukan sistem sanksi; c. Pertengahan dekade 90an Uruguay mulai melaksanakan pilot project kontrak kinerja pada 359 km jalan nasional; d. Australia baru mengadopsi sistem performance pada tahun 1995, dengan memulai kontrak kinerja yang meliputi 459 km jalan kota di Sydney. New South Wales, Tasmania dan Southern serta Western Australia, melakukan hibrid contract dengan hasil kerja dibayar berdasarkan quantiti, harga satuan dan beberapa kriteria berdasarkan kinerja; e. New Zealand memulai kontrak kinerja meliputi 406 km jalan nasional, saat ini baru 10% saja jalan nasional di New Zealand mempergunakan kontrak kinerja; f. Amerika Serikat baru mulai memperkenalkan kontrak kinerja pada tahun 1996 yang dikenal dengan Asset Management and Maintenance Contract untuk pemeliharaan jalan 402 km Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Mengapa Kontrak Berbasis Kinerja diterapkan sebagai alternatif kontrak untuk penanganan pemeliharaan jalan?. 2. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dari penerapan kontrak berbasis kinerja pada pemeliharaan jalan, serta besaran dari kendala yang ada? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian ini adalah : Untuk mengetahui alasan-alasan diterapkannya kontrak berbasis kinerja pada pemeliharaan infrastruktur jalan. Teridentifikasinya faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan kontrak berbasis kinerja pada pemeliharaan infrastruktur jalan.

7 7 1.4 BATASAN MASALAH Batasan masalah yang digunakan, untuk mencapai tujuan pada penelitian ini adalah: Kegiatan pemeliharaan jalan yang ditinjau adalah kegiatan pemeliharaan jalan provinsi di Provinsi Banten. Survey dilakukan pada instansi terkait (dalam hal ini Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dan Departemen Pekerjaan Umum). 1.5 MANFAAT PENELITIAN Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat dan kontribusi : 1. Memberikan masukan (rekomendasi) yang berkaitan dengan perencanaan pemeliharaan jalan bagi Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, sehingga dapat mengefektifkan penanganan pemeliharaan jalan di Provinsi Banten ke depannya. 2. Dengan dapat dikembangkannya kontrak berbasis kinerja agar dibuat suatu standar baku dokumen kontrak untuk pemeliharaan jalan di Provinsi Banten. 1.6 KEASLIAN PENELITIAN Penelitian yang relevan dengan sebelumnya pernah dilakukan adalah : 1. Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak oleh Tim Pelaksana Studi dari Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung (2006). Ditengarai perlunya menerapkan kontrak berbasis kinerja (Performance Based Contract, PBC) di Indonesia karena alasan sebagai berikut : Perlunya menciptakan inovasi teknologi untuk menurunkan biaya konstruksi jalan di atas tanah lunak. Pemutahiran pedoman PBC termasuk Decision Support System guna tersedianya pedoman bagi pengambil keputusan dalam memilih tipe kontrak yang sesuai dengan konstruksi jalan.

8 8 2. Kajian Kontrak Berbasis Kinerja Pada Pemeliharaan Jalan Lintas Timur Sumatra di Provinsi Lampung oleh Yayuk Haryanti (2006). Melakukan penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut : Untuk mengetahui potensi penerapan kontrak berbasis kontrak pada pemeliharaan jalan nasional di provinsi Lampung. Belum dapat diterapkan sistem kontrak berbasis kinerja yang disebabkan oleh pengetahuan sumber daya manusia yang akan melaksanakannya. Sistem pendanaan yang satu tahun anggaran dan belum tersosialisasikan sistem tersebut. 3. Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah Dan Kontraktor Indonesia Dalam Penerapan Metode Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) oleh Bayu Kania (2006). Melakukan penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut : Dihasilkan suatu model penilaian kesiapan internal pemerintah dan kontraktor dalam melaksanakan metode kontrak berbasis kinerja. Implementasi model dalam penelitian ini bersifat melakukan pengecekan administratif, yaitu apakah pemerintah dan kontraktor secara administratif memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan dalam metode kontrak berbasis kinerja. 4. Development of Performance Warranties for Performance Based Road Maintenance Contract oleh Mehmet Egemen Ozbek (2004), Melakukan penelitian dengan kesimpulannya adalah : Rekomendasi Penerapan Konsep Penelitian yang mengarah pada kontrak berbasis kinerja dengan sistem kontrak jaminan pada Virginia Departement of Transportation (VDOT) dan Virginia Maintenance Service Inc (VMS) sebagai solusi penanganan pemeliharaan jalan.

9 9 5. Introducing Performance Based Maintenance Contracts to Indonesia oleh Ian Greenwood and Theuns Henning, Opus International Consultants Limited in association with MWH NZ Ltd (2006). Melakuan kajian dan pedoman panduan guna pilot project penerapan Performance Based Contracting (PBC) untuk pemeliharaan jaringan jalan di Indonesia. Pilot projectnya adalah ruas jalan nasional Semarang-Pekalongan. Adapun cakupan dari penelitian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) untuk meningkatkan effektifitas penanganan pemeliharaan jalan ini adalah: 1. Penelitian ini mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menyebabkan KBK diterapkan sebagai alternatif kontrak dalam penanganan pemeliharaan jalan. 2. Penelitian ini mengidentifikasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh pengguna jasa (owner), serta menganalisa besaran dari kendala-kendala yang ada. Perbedaaan mendasar dari penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1.

10 10 Tabel 1. 1 Perbedaaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu No Judul Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak oleh Tim Pelaksana Studi dari Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung (2006). Kajian Kontrak Berbasis Kinerja Pada Pemeliharaan Jalan Lintas Timur Sumatra di Provinsi Lampung oleh Yayuk Haryanti (2006). Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah Dan Kontraktor Indonesia Dalam Penerapan Metode Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) oleh Bayu Kania (2006). Penelitian Terdahulu Cakupan teridentifikasinya alasan perlunya diterapkan KBK di Indonesia. diketahuinya potensi penerapan KBK pada pemeliharaan jalan nasional di provinsi Lampung. kendala penerapan KBK: pengetahuan SDM masih rendah terhadap konsep KBK, sistem pendanaan yang satu tahun anggaran dan belum tersosialisasikan sistem KBK tersebut. Dihasilkan suatu model penilaian kesiapan internal pemerintah dan kontraktor dalam penerapan KBK. Implementasi model dengan studi kasus. Cakupan Penelitian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) Untuk Meningkatkan Efektifitas Penanganan Pemeliharaan Jalan teridentifikasinya hal-hal yang menyebabkan KBK diterapkan sebagai alternatif kontrak dalam penanganan pemeliharaan jalan. teridentifikasinya hal-hal yang menyebabkan KBK diterapkan sebagai alternatif kontrak dalam penanganan pemeliharaan jalan Identifikasi kendala penerapan KBK dalam pemeliharaan jalan serta menilai besaran kendala. Penilaian besaran kendala didasarkan pada model penilaian kendala. Perbedaaan Identifikasi yang dilakukan berbeda. Kendala yang ada pada penelitian terdahulu menjadi bagian dalam penelitian ini. Dasar model yang dikembangkan berbeda.

11 11 (Sambungan) No. 4 5 Judul Development of Performance Warranties for Performance Based Road Maintenance Contract oleh Mehmet Egemen Ozbek (2004), Introducing Performance Based Maintenance Contracts to Indonesia oleh Ian Greenwood and Theuns Henning, Opus International Consultants Limited in association with MWH NZ Ltd (2006), Penelitian Terdahulu Cakupan Rekomendasi Penerapan Konsep Penelitian yang mengarah pada KBK dengan sistem kontrak jaminan pada sebagai solusi penanganan pemeliharaan jalan. Melakuan kajian dan pedoman panduan guna pilot project penerapan PBC untuk pemeliharaan jaringan jalan di Indonesia; Pilot projectnya adalah ruas jalan nasional Semarang- Pekalongan. Cakupan Penelitian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) Untuk Meningkatkan Efektifitas Penanganan Pemeliharaan Jalan teridentifikasinya hal-hal yang menyebabkan KBK diterapkan sebagai alternatif kontrak dalam penanganan pemeliharaan jalan Identifikasi kendala penerapan KBK dalam pemeliharaan jalan serta menilai besaran kendala. Perbedaaan Hasil kajian terdahulu menjadi masukan dalam idetifikasi. Hasil kajian menjadi masukan dalam penentuan faktorfaktor kendala.

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala

Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala 70 BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KENDALA DAN PETA KENDALA 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model penilaian kendala yang akan digunakan sebagai alat untuk menilai kendala-kendala

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009 132 DAFTAR REFERENSI Bapekin (2001). Struktur Spesifikasi Pengendalian Mutu (QC) Yang Baku, Buletin Bapekin No. 03 / 2001 Bambang Susantono & Taufik Mulyono, Jalan Rusak dan Good Governance, 2008 Bayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Yanichi Sutantra 1, Ambrosius Mintardjo 2, Paulus Nugraha 3 ABSTRAK : Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi jalan sebagai bagian utama dari pembangunan infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana jalan sangat mempengaruhi kehidupan baik dari

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI

PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI 1 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Pemilihan Jenis Kontrak Agar diperhatikan dalam hal pemilihan jenis kontrak yang akan digunakan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting

Lebih terperinci

KONFRENSI REGIONAL TEKNIK JALAN ( KRTJ 10 ) Wilayah Barat dan Tengah DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI LAMPUNG DPD HPJI PROVINSI LAMPUNG

KONFRENSI REGIONAL TEKNIK JALAN ( KRTJ 10 ) Wilayah Barat dan Tengah DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI LAMPUNG DPD HPJI PROVINSI LAMPUNG KONFRENSI REGIONAL TEKNIK JALAN ( KRTJ 10 ) Wilayah Barat dan Tengah DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI LAMPUNG DPD HPJI PROVINSI LAMPUNG Novie Winarny, ST, MM Ir. Kamal Abdul Nasser, MM, MT Background Perhitungan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA 11210 TELP. (021) 724-7524, FAX (021) 726-0856 Nomor : KU.01.01-SJ/695 Jakarta, 30 Desember 2005 Lampiran :

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL Rahmanita Sujatsi 1, I Putu Artama Wiguna 2, dan A.Agung G. Kartika 3 1 Bidang Manajemen Aset Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Makasar

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Makasar 3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Makasar Penyelenggaraan diseminasi/sosialisasi kerjasama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan dan Balai Pengembangan Teknologi Perumahan

Lebih terperinci

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016 Analisis Perbandingan Kontrak Tradisional dan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Berdasarkan Risiko Persepsi Kontraktor dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Shifa Fauziyah Program Studi Magister

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PRESERVASI INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI MELALUI HIBAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya volume pembangunan bangunan gedung negara, serta terbatasnya sumber daya yang tersedia, semakin dirasakan perlu adanya standarisasi yang

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909 921 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016 VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016 Analisis Perbandingan Kontrak Tradisional dan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Berdasarkan Risiko Persepsi Kontraktor dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Shifa Fauziyah

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentuk Kontrak Di Indonesia Menurut Yasin, N. (2004), bentuk kontrak di Indonesia dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu : 1) Berdasarkan perhitungan biaya yaitu menggunakan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di- J A K A R T A. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 Perihal : Penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor jasa konstruksi di Indonesia terutama untuk proyek konstruksi jalan mengalami kemajuan yang sangat pesat beberapa tahun ini. Indonesia sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada Bab I telah dituliskan tentang pendahuluan yang berisi tentang latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada Bab I telah dituliskan tentang pendahuluan yang berisi tentang latar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Studi Pada Bab I telah dituliskan tentang pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan

Lebih terperinci

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN Muzakkir Mahasiswa Magister Manajemen Proyek Konstruksi Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /PRT/M/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG JALAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /PRT/M/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG JALAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /PRT/M/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 10 PENYERAHAN PEKERJAAN SELESAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan

Lebih terperinci

Kebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Kebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil 1 Kebijakan Penerapan Standar Pedoman dan Manual Sekretariat Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2011

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR

MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR Purnomo Reski 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Surabaya

3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Surabaya 3.3.1 Diseminasi/Sosialisasi di kota Surabaya Kegiatan diseminasi/sosialisasi di Serang dilaksanakan bekerjasama Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur dan Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini, profesionalisme tidak hanya diwajibkan pada dunia usaha saja namun juga pada jasa konsultansi yang berkaitan dengan pemerintahan. Hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN OVERVIEW KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 Disampaikan Oleh Robin A. Suryo Deputi Pengembangan Strategi dan Kebijakan OVERVIEW 1. Konsep Pengelolaan Persampahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian menghasilkan konsep manajemen pemeliharaan Jalan Magelang Yogyakarta yang

Lebih terperinci

INOVASI KONTRAK. Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LKPP

INOVASI KONTRAK. Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LKPP INOVASI KONTRAK Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum LKPP Latar Belakang Banyak hambatan dalam pelaksanaan kontrak Belum adanya inovasi dalam penggunaa jenis-jenis kontrak Tujuan Memperkenalkan inovasi

Lebih terperinci

EVALUASI ADMINISTRASI KONTRAK DAN MONITORING PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI PADA PROYEK KONSULTAN MANAJEMEN TEKNIK PERDESAAN POTENSIAL

EVALUASI ADMINISTRASI KONTRAK DAN MONITORING PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI PADA PROYEK KONSULTAN MANAJEMEN TEKNIK PERDESAAN POTENSIAL EVALUASI ADMINISTRASI KONTRAK DAN MONITORING PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI PADA PROYEK KONSULTAN MANAJEMEN TEKNIK PERDESAAN POTENSIAL Oleh; Kumarul Aripin, Kristina Sembiring, Sempurna Bangun ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan desentralisasi, membuat pemerintah daerah harus mampu menjalankan berbagai kewenangan yang selama ini dijalankan oleh pemerintah pusat, seiring dengan pelayanan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang belum banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Dinas Bina Marga Provinsi Lampung 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung Dinas Pekerjaan Umum Dati I Lampung berdiri pada tanggal 11 maret 1967 berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR Eko Prihartanto Program Studi Teknik Sipil, Universitas Borneo Tarakan, Tarakan E-mail: eko_prihartanto@borneo.ac.id

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab VII menggambarkan ringkasan dan simpulan hasil analisis dan

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab VII menggambarkan ringkasan dan simpulan hasil analisis dan 85 BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab VII menggambarkan ringkasan dan simpulan hasil analisis dan pembahasan kasus dari bab sebelumnya, serta keterbatasan penelitian dan rekomendasi

Lebih terperinci

3.3.1 Diseminasi/sosialisasi di Kota Batam

3.3.1 Diseminasi/sosialisasi di Kota Batam 3.3.1 Diseminasi/sosialisasi di Kota Batam Kegiatan diseminasi/sosialisasi di Serang dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas PU Bina Marga Kota Batam, Pusat Litbang Sumber Daya Air Bandung, Pusat Litbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. analisis kualitatif diguanakan untuk memecahkan persoalan yang ada yaitu

BAB III METODE PENULISAN. analisis kualitatif diguanakan untuk memecahkan persoalan yang ada yaitu 13 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Sumber yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Paradigma baru New Public Management (NPM) yang baru muncul pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada umumnya. Salah satu pengaruhnya

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth, Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta Perihal: Pengadaan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan bagian penting karena berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa Kementerian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF Oleh: Ir. Hasanudin, M.Eng.Sc. dan Ir. Tia Astuti, M.Sc. I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : Tahun 2015 28 Desember 2015 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN

Lebih terperinci

PECHA KUCHA KE-16. Manajemen Mutu dalam Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya yang Berkualitas dan Berkelanjutan. 13 Maret 2015

PECHA KUCHA KE-16. Manajemen Mutu dalam Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya yang Berkualitas dan Berkelanjutan. 13 Maret 2015 PECHA KUCHA KE-16 Manajemen Mutu dalam Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya yang Berkualitas dan Berkelanjutan 13 Maret 2015 Suryanto Direktorat Pengembangan Air Minum Acuan Normatif PP No. 29 Tahun 2000

Lebih terperinci

MATRIK TURUNAN UU NO. 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

MATRIK TURUNAN UU NO. 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN MATRIK TURUNAN UU NO. 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN UU Pasal Keterangan Turunan UU 38 TAHUN 2004 6 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

EVALUASI RENCANA MANEJEMEN MUTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN SUNGAI SAMANGGI KAB. MAROS.

EVALUASI RENCANA MANEJEMEN MUTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN SUNGAI SAMANGGI KAB. MAROS. EVALUASI RENCANA MANEJEMEN MUTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN SUNGAI SAMANGGI KAB. MAROS. ILHAM NUR AHZAN D 111 07 040 Mahasiswa S1 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM)

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM) HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM) DIREKTORAT PEMBIAYAAN & KAPASITAS DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk.

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. Abdul Rachman Magister

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH

STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH Anton Soekiman 1 and Elly El Rahmah 2 1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang dengan baik pada suatu permulaan dan suatu akhir dari sebuah kegiatan, yang diarahkan untuk mencapai

Lebih terperinci

STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI INDONESIA

STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI INDONESIA STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI INDONESIA PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT JALAN & JEMBATAN DAN SARAN PENGEMBANGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM PERATURAN

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru

PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru Proses penyusunan RTRW, baik Propinsi, Kabupaten dan Kota terus berjalan sampai Peta RTRWN Perencanaan tata ruang ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 TENTANG PENINGKATAN PEMANFAATAN ASPAL BUTON UNTUK PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: Keppres 80-2003 lihat: Perpres 32-2005::Perpres 8-2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA 2010 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA MODUL MODUL PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA Pelatihan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah Tingkat Dasar/Pertama LKPP Lembaga Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT Faktor Penentu Pemilihan Kontrak Proyek Gedung (M. Ikhsan S) 49 Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan M. Ikhsan Setiawan, ST, MT ABSTRAK Dalam pelelangan

Lebih terperinci

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang) PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang) Pasal 51 Perpres nomor 54 tahun 2010 mengatur tentang ketentuan kontrak lump sum dengan ketentuan kontrak lump sum

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

BAB I PROFILE PERUSAHAAN

BAB I PROFILE PERUSAHAAN Contoh Usulan Teknis Pekerjaan perencanaan Jalan BAB I PROFILE PERUSAHAAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan Perusahaan... merupakan perusahaan swasta umum yamg sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh warga negara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STANDAR, PEDOMAN DAN MANUAL DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KONSTRUKSI

PENGGUNAAN STANDAR, PEDOMAN DAN MANUAL DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KONSTRUKSI PENGGUNAAN STANDAR, PEDOMAN DAN MANUAL DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KONSTRUKSI oleh BADAN LITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Disusun dalam rangka Konsolidasi Perumusan Standar Bahan Konstruksi Bangunan

Lebih terperinci

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II BAB. II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam system akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DELIVERY

BAB III SISTEM DELIVERY BAB III 3.1 JENIS-JENIS Sistem delivery adalah suatu sistem yang mengatur seluruh proses dan pembiayaan suatu proyek konstruksi (perencanaan, pelaksanaan, operasional, dan pemeliharaan) dalam suatu bentuk

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JALAN SECARA SWAKELOLA ( Study Kasus Pada Peningkatan Jalan Harjosari Pendem Di Kabupaten Karanganyar )

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JALAN SECARA SWAKELOLA ( Study Kasus Pada Peningkatan Jalan Harjosari Pendem Di Kabupaten Karanganyar ) EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JALAN SECARA SWAKELOLA ( Study Kasus Pada Peningkatan Jalan Harjosari Pendem Di Kabupaten Karanganyar ) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci