BAB I PENDAHULUAN. 1. Accounting risk (risiko akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu transaksi tidak tersedia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1. Accounting risk (risiko akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu transaksi tidak tersedia."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Para eksekutif keuangan di seluruh dunia mencoba mencari cara untuk meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing, harga komoditas, tingkat suku bunga, dan harga sekuritas. Oleh karena itu, industri jasa keuangan banyak menawarkan produk lindung nilai keuangan, seperti swap suku bunga, dan opsi. Kebanyakan instrument keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca oleh sejumlah perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan secara internasional. Akibatnya, risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan instrument ini sering kali tertutupi dan sampai dengan sekarang pembuat standar akuntansi di seluruh dunia melakukan pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang tepat untuk produkproduk keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya adalah membahas pelaporan internal dan masalah pengendalian yang terkait dengan masalah yang sangat penting. Daftar Istilah Penting: 1. Accounting risk (risiko akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu transaksi tidak tersedia. 2. Balance sheet hedge (lindung nilai neraca): Mengurangi eksposur valuta asing yang dihadapi dengan membedakan berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu perusahaan. 3. Counterparty (pihak lawan): Individu/lembaga yang terpengaruh dengan suatu transaksi. 4. Credit risk (risiko kredit): Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas kewajibannya. 5. Derivatif (derivatif): Perjanjian kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya. 6. Economic exposure (eksposur ekonomi): Pengaruh perubahan kurs valuta asing terhadap biaya dan pendapatan perusahaan di masa depan. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 1

2 7. Exposure management (manajemen eksposur): Penyusunan struktur dalam perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk perubahan kurs terhadap laba. 8. Foreign currency commitment (komitmen mata uang asing): Komitmen penjualan/pembelian perusahaan yang berdenominasi dalam mata uang asing. 9. Inflation differential (perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara atau lebih. 10. Liquidity risk (risiko likuiditas): Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument keuangan dengan tepat waktu. 11. Market discontinuities (diskontinuitas pasar): Perubahan nilai pasar secara mendadak dan signifikan. 12. Market risk (risiko pasar): Risiko kerugian akibat perubahan tak terduga dalam harga valuta asing, kredit komoditas, dan ekuitas. 13. Net exposed asset position (risiko potensial posisi aktiva bersih): Kelebihan posisi aktiva terhadap posisi kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif). 14. Net exposed liability position (risiko potensial posisi kewajiban bersih): Kelebihan posisi kewajiban terhadap posisi aktiva (juga disebut sebagai posisi negatif). 15. Net investment (investasi bersih): Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih yang terjadi pada suatu perusahaan. 16. National amount (jumlah nasional): Jumlah pokok yang dinyatakan dalam kontrak untuk menentukan penyelesaian. 17. Operational hedge (lindung nilai operasional): Perlindungan risiko valuta asing yang memfokuskan pada variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban suatu perusahaan dalam mata uang asing. 18. Option (opsi): Hak (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual suatu kontrak keuangan sebesar harga yang ditentukan sebelum atau pada saat tanggal tertentu di masa datang. 19. Regulatory risk (risiko regulator): Risiko bahwa suatu undang-undang public akan membatasi maksud penggunaan suatu produk keuangan. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 2

3 20. Risk mapping (pemetaan risiko): Mengamati hubungan temporal berbagai risiko pasar dengan berbagai variabel laporan keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan dan menganalisis kemungkinan terjadinya. 21. Structural hedges (lindung nilai struktural): Pemilihan atau relokasi operasi untuk mengurangi keseluruhan eksposur valuta asing suatu perusahaan. 22. Tax risk (risiko pajak): Risiko bahwa tidak adanya perlakuan pajak yang diinginkan. 23. Translation exposure (eksposur translasi): Mengukur pengaruh dalam mata uang induk perusahaan atas perubahan valuta asing terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam mata uang asing. 24. Transaction potential risk (risiko potensial transaksi): Keuntungan atau kerugian valuta asing yang timbul dari penyelesaian atau konversi transaksi dalam mata uang asing. 25. Value at risk (nilai atas risiko): Risiko kerugian atas portofolio perdagangan suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi pasar. 26. Value driver (pemicu nilai): Akun-akun neraca dan laporan laba rugi yang mempengaruhi nilai perusahaan. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 3

4 BAB II PEMBAHASAN MATERI Tujuan utama manajemen risiko adalah meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Risiko volatilitas harga sama dengan risiko pasar atau value-at-risk mengacu pada peluang kerugian atas portofolio perusahan yang diperdagangkan, yang dapat mencakup instrument lindung nilai, yang disebabkan oleh perubahan dalam harga aktiva, suku bunga, volatilitas pasar, atau likuiditas pasar. Bentuk risiko selain risiko pasar yang harus diperhatikan oleh akuntan manajemen: 1. Risiko likuiditas. Karena tidak semua produk manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. 2. Risiko kredit. Kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen resiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. 3. Risiko regulasi. Pihak otoritas publik melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu. Contoh: Bursa efek Kuala Lumpur tidak mengizinkan penggunaan short sales sebagai alat lindung nilai terhadap penurunan harga ekuitas. 4. Risiko pajak. Transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. 5. Risiko asuransi. Peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian dari transaksi yang hendak dilindungi nilai. I. Arti Penting Manajemen Resiko Manajemen risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengidentifikasi, mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi secara aktif. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan berikut. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 4

5 1. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejuta laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual. 2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama. Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat melakukan lindung nilai risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat berkonsentrasi pada produksi dan pemasaran. 3. Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pension yang dikelola pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan member kesempatan untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh konsumen. II. Peranan Akuntansi 1. Mengidentifikasi Risiko Pasar Kerangka dasar untuk identifikasi risiko adalah dengan pemetaan risiko. Pemetaan risiko diawali dengan mengamati hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemetaan risiko yang dikembangkan oleh JP. Morgan/Chase adalah Kubus Pemetaan Risiko. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 5

6 Perusahaan Anda Kompetitor Y Kompetitor Z Pemicu Nilai Pendapatan Mata uang asing Suku bunga Risiko Pasar Harga Komoditas Harga Ekuitas Lainlain Harga pokok penjualan Beban operasi Pajak Aktiva lancar Kewajiban lancar Aktiva tetap Lain-lain 2. Mengkuantifikasi Penyeimbangan Maksudnya adalah peran akuntan untuk menyeimbangkan yang berkaitan dengan alternative strategi respons risiko. Mungkin manajemen lebih menyukai untuk mempertahankan beberapa risiko yang dihadapi dari pada harus melakukan lindung nilai apabila biaya lindung risiko lebih besar dari pada manfaatnya. Akuntan harus bisa mengukur manfaat dari biaya lindung nilai dibandingkan dengan biayanya plus biaya kesempatan berupa keuntungan yang hilang dari spekulasi pergerakan pasar. 3. Manajemen Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang Dalam bab ini, peranan akuntansi dibatasi hanya pada potensi risiko harga tertentu, yaitu perubahan kurs valuta asing. Hal ini karena risiko kurs valuta asing merupakan Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 6

7 salah satu bentuk risiko paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multi nasional. Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup: a. antisipasi pergerakan kurs; b. pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan; c. perancangan strategi perlindungan yang memadai; dan d. pembuatan pengendalian manajemen risiko internal. Peramalan atas perubahan kurs Informasi yang sering digunakan dalam pembuatan ramalan kurs (yaitu depresiasi mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam factor-faktor berikut: a. Perbedaan inflasi (inflation differential): Bukti menunjukkan bahwa laju inflasi yang lebih tinggi di suatu negara, cendrerung akan diimbangi dalam beberapa watu dengan pergerakan, dengan nilai yang setara tetapi berlawanan dalam nilai mata uangnya. b. Kebijakan moneter (monetary policy): Suatu peningkatan dalam pasokan uang suatu negara yang melebihi laju pertumbuhan riil hasil keluaran nasional mendorong timbulnya inflasi, yang mempengaruhi kurs. c. Neraca perdagangan (balance of trade): Pemerintah seringkali memanfaatkan devaluasi mata uang untuk menyelesaikan neraca perdagangan yang tidak menguntungkan (yaitu apabila ekspor < impor). d. Neraca pembayaran (balance of payment): Suatu negara yang menghabiskan (mengimpor) dan berinvestasi lebih banyak di luar daripada yang dihasilkan (diekspor) atau diterimanya dalam bentuk investasi luar negeri akan mengalami tekanan penurunan nilai mata uangnya. e. Cadangan moneter dan kapasitas utang luar negeri (international monetary reserves and debt capacity): Suatu negara yang mengalami defisit neraca pembayaran terus menerus dapat mengantisipasi terjadinya devaluasi dengan menurunkan tabungan (yaitu jumlah cadangan moneter internasional) atau menurunkan kapasitas pinjaman luar negerinya. Karena jumlah sumber daya ini menurun, kemungkinan terjadinya devaluasi meningkat. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 7

8 f. Anggaran nasional (national budget): Defisit yang disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang sangat besar juga memperburuk inflasi. g. Kurs forward (forward exchange quotations): Suatu mata uang asing yang dapat diperoleh untuk penyerahan di masa depan dengan tingkat diskonto yang signifikan menandakan berkurangnya kepercayaan terhadap mata uang tersebut. h. Kurs tidak resmi (unofficial rates): Peningkatan dalam selisih antara kurs resmi dan tidak resmi atau kurs pasar gelap, dengan menunjukan tekanan yang makin meningkat terhadap pemerintah untuk menyesuaikan kurs resminya dengan kurs pasar yang lebih realistic. i. Perilaku mata uang terkait (behavior of related currencies): Mata uang suatu negara umumnya bergerak dalam pola yang sama dengan mata uang negara-negara yang memiliki ikatan ekonomi yang erat. j. Perbedaan suku bunga (interest rate differentials): Perbedaan suku bunga antara dua negara menunjukkan prediksi perubahan dalam kurs spot pada masa mendatang. k. Harga opsi ekuitas luar negeri (foreign equity option prices): Karena arbitrase mengaitkan suatu harga ekuitas luar negeri di negara asal dengan nilai mata uang domestic, perubahan dalam harga opsi suatu ekuitas asing dalam mata uang domestic menendakan perubahan dalam ekspektasi pasar terhadap kurs valuta asing di masa depan. Faktor politik juga dapat mempengaruhi nilai mata uang di banyak negara. Jika peramalan kurs tidak mungkin atau terlalu mahal dilakukan, maka manajer keuangan dan akuntan harus mengatur masalah-masalah perusahaan mereka sedemikian rupa untuk meminimaliskan pengaruh buruk perubahan kurs. Proses ini dikenal sebagai manajemen potensi risiko. Manajemen Potensi Risiko Potensi terhadap risiko valuta asing timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 8

9 akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada 2 jenis potensi risiko, yaitu translasi dan transaksi. 4. (Mengukur) Potensi Risiko Translasi a. Potensi Risiko Translasi Potensi ririko translasi mengukur perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestic atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Terdapat 2 jenis posisi potensi risiko translasi: 1) Potensi risiko positif=aktva terpapar > kewajiban terpapar. Aset > Kewajiban = Exposure Positif Devaluasi Mata Uang Asing Kerugian Translasi Revaluasi Mata uang Asing Keuntungan Translasi - Nilai mata uang asing menurun, berarti kerugian translasi. - Nilai mata uang asing meningkat, berarti keuntungan translasi. 2) Potensi risiko negatif=aktiva terpapar < kewajiban terpapar. Aset < Kewajiban = Exposure Negatif Devaluasi Mata Uang Asing Keuntungan Translasi Revaluasi Mata uang Asing Kerugian Translasi - Nilai mata uang asing menurun, berarti keuntungan translasi. - Nilai mata uang asing meningkat, berarti kerugian translasi. b. Potensi Risiko Transaksi Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyesuaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 9

10 5. (Mencatat dan mengevaluasi efektivitasnya) Akuntansi untuk Produk Lindung Nilai Setelah mengidentifikasi potensi risiko, selanjutnya adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko tersebut. Strategi ini mencakup lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual. a. Lindung Nilai Neraca Strategi perlindungan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Beberapa metode lindung nilai pada suatu anak perusahaan yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi adalah: 1) Mempertahankan saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi berjalan. 2) Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang diperlukan untuk ekspansi modal kepada induk perusahaan. 3) Mempercepat (memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagang yang beredar dalam mata uang local. 4) Menunda (memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local. 5) Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang asing. 6) Menginvestasikan kelebihan utang tunai ke dalam persediaan dan aktiva lainnya dalam mata uang local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi. 7) Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat. b. Lindung Nilai Operasional Bentuk perlindungan risiko ini berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang lebih besar terhadap potensi kerugian mata uang. c. Lindung Nilai Kontraktual Salah satu bentuk lindung nilai dengan instrumen keuangan, baik instrumen derivatif maupun instrument dasar. Produk instrument ini mencakup kontrak forward, future, opsi, dan gabungan ketiganya. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 10

11 Pengetahuan atas aturan pengukuran akuntansi untuk derivatif merupakan suatu hal yang penting ketika merancang strategi lindung nilai yang efektif bagi perusahaan. Komponen dasar laporan laba rugi (tanpa pajak): Pendapatan operasi (-) Beban operasi=laba operasi. Laba operasi (+) Pendapatan lain-lain (-) Beban lain-lain=laba Bersih. Para analisis biasanya memusatkan perhatian pada laba operasi ketika mengevaluasi seberapa baik manajemen telah menjalankan usaha intinya. Perlakuan akuntansi untuk derivative keuangan yang telah diterima internasional adalah menetapkan nilai produk menurut pasar dengan timbul keuntungan/kerugian yang diakui sebagai bagian dari laba non-operasi. Setidaknya di AS, terdapat pengecualian dalam beberapa kasus jika transaksi memenuhi criteria lindung nilai yang memadai, mencakup hal-hal berikut: a. Pos-pos yang sedang dilindung nilai menimbulkan risiko pasar yang harus dihadapi perusahaan. b. Perusahaan mendeskripsikan strategi lindung nilai. c. Perusahaan menentukan instrument yang akan digunakan untuk lindung nilai. d. Perusahaan mencatat alasannya mengapa lindung nilai yang dilakukan kemungkinan besar akan efektif dilakukan. Beberapa produk manajemen risiko valuta asing dasar: 1. Kontrak Forward Valas Merupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata uang tertentu yang dipertukarkan dengan mata uang domestic, pada suatu tanggal di masa mendatang, berdasarkan kurs tetap yang disebut kurs forward. Kontrak forward menimbulkan keuntungan atau kerugian transaksi apabila kurs pada tanggal transaksi berbeda dari kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan interim atau tanggal penyelesaian. 2. Future Keuangan Seperti kontrak forward, tetapi future keuangan merupakan kontrak dalam bentuk standar yang berisi provisi standar terkait dengan ukuran dan tanggal pengiriman, dan diperdagangkan pada sebuah bursa terorganisir (Pasar Moneter Internasional, Bursa Future Keuangan Internasional), dinilai berdasarkan nilai pasar pada akhir tiap-tiap Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 11

12 hari dan harus memenuhi ketentuan margin periodek. Keuntungan menimbulkan pembayaran tunai, sedangkan kerugian menimbulkan penambahan margin (margin call). 3. Opsi Mata Uang Opsi mata uang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual (put) suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdasarkan harga (eksekusi) tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluarsa (eksekusi) yang telah ditentukan. Opsi jenis Eropa hanya dapat dieksekusi pada tanggal kadaluwarsa. Sedangkan opsi jenis Amerika dapat dieksekusi kapan saja hingga tanggal kadaluwarsa. 4. Swap Mata Uang Pertukaran saat ini dan di masa depan atas dua mata uang yang berbeda berdasarkan kurs yang telah ditentukan sebelumnya. Swap mata uang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan akses terhadap pasar modal yang sebelumnya tidak dapat diakses dengan biaya yang relative rendah dan tanpa menimbulkan risiko kurs. Perlakuan Akuntansi FASB menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivative dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk derivative keuangan. Sebelum standar ini dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivative tidak lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. kebanyakan instrument keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca. Provisi dasar standar ini adalah: 1. Seluruh instrument derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrumen derivative dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada kontrak utama yang tidak dicatat sebesar nilai wajarnya. 2. Keuntungan/kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative, bukanlah aktiva atau kewajiban. Secara otomatis, keduanya diakui sebagai laba jika Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 12

13 direncanakan sebagai lindung nilai. Terdapat 3 jenis hubungan lindung nilai yang hendak diakui, diukur, dan diungkapkan. Lindung nilai wajar (fair value-fv) yang mencakup aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang diakui dan komitmen perusahaan dalam mata uang asing, lindung nilai investasi bersih dalam operasi luar negeri (NI) dan lindung nilai arus kas yang mencakup transaksi berdenominasi valas yang diperkirakan akan terjadi. 3. Lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai secara tepat harus mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai. 4. Hubungan lindung nilai harus terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan. 5. Keuntungan/kerugian dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya. Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut dijual atau dilikuidasi. 6. Keuntungan/kerugian dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba. Isu Praktik Bebarapa isu praktek pengakuan dan pengukuran instrument derivative adalah berkaitan dengan penentuan nilai wajar. Wallace menyebutkan terdapat 64 kemungkinan perhitungan untuk mengukur perubahan dalam nilai wajar atas risiko yang sedang dilindungi nilai dan atas instrument lindung nilai. Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai dianggap tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas. Pada dasarnya, lindung nilai yang sngat efektif tidak akan mampu menghilangkan seluruh pengaruh perubahan valas terhadap laba. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 13

14 III. Lindung Nilai atas Aktiva, Kewajiban yang Diakui atau Komitmen Perusahaan yang Belum Diakui Untuk lebih memahami instrument lindung nilai atas aktiva, kewajiban yang diakui/komitmen perusahaan yang belum diakui, perhatikan ilustrasi berikut. Pada tanggal 1 September, sebuah perusahaan manufaktur Kanada menjual secara kredit barang dagang kepada sebuah importer Meksiko dengan jumlah 1 juta Peso Meksiko (Mexican Peso-Mp). Kurs dolar Kanada/Peso adalah C$0,14=Mp1. Piutang dalam peso itu akan jatuh tempo dalam waktu 90 hari. Nilai peso mulai terdepresiasi sebelum piutang itu tertagih. Pada akhir bulan, kurs dolar Kanada/Peso adalah C$0,13=Mp1; Pada tanggal 1 Desember adalah C$0,11=Mp1. Eksportir Kanada berharap untuk menerima C$ untuk piutang sebesar Mp jika kurs spot tetap dan tidak berubah hingga 1 Desember. Untuk menghindari risiko menerima lebih kecil dari C$ apabila nilai peso menurun sebelum 1 Desember, eksportir Kanada tersebut membeli kontrak forward pada tanggal 1 September untuk menyerahkan Mp dalam dolar Kanada pada tanggal 1 Desember dengan kurs forward C$0,13=Mp1. Dalam contoh ini, peso dijual sebesar diskon, karena kurs spot lebih besar dari pada kurs forward. Total diskon atas kontrak forward itu adalah C$ [(Kurs spot C$0,14-Kurs forward C$0,13)x Jumlah nominal Mp ] dan merupakan harga atas pengurangan ketidakpastian. Akibatnya, eksportir Kanada itu mengubah status penerimaan sebesar C$ yang tidak pasti menjadi penerimaan sebesar C$ yang pasti. Pada tanggal laporan keuangan berikutnya sebelum jatuh tempo, jumlah kontrak forward (kewajiban dalam peso) dikalikan dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal tersebut. Perubahan dalam kurs spot menyebabkan keuntungan/kerugian transaksi terhadap kontrak forward. Dengan demikian, jika kurs yang berlaku pada tanggal 1 Desember adalah C$0,11=Mp1, maka eksportir Kanada memperoleh keuntungan sebesar C$ (Kurs spot 0,14-kurs spot masa depan C$0,11=Kewajiban sebesar Mp ). Seandainya kontrak forward tidak dibeli, maka eksportir tersebut hanya menerima sebesar C$ dari konversi piutang dagang sebesar Mp Dengan demikian, kontrak forward mengimbangi kerugian transaksi atas piutang dalam mata uang asing dengan keuntungan transaksi yang berasal dari utang dalam mata uang asing. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 14

15 IV. Lindung Nilai Investasi Bersih dalam Operasi Luar Negeri Kerugian translasi terjadi jika nilai mata uang asing mengalami penurunan relative terhadap mata uang induk perusahaan dan juga terjadi jika anak perusahaan luar negeri memiliki posisi kewajiban bersih terpapar dan nilai mata uang asing meningkat relative terhadap mata uang induk perusahaan. Oleh karena itu, cara untuk meminimalkan kerugian ini adalah dengan membeli kontrak forward. Strategi ini berarti menggunakan keuntungan transaksi yang direalisasikan dari kontrak forward untuk mengimbangi kerugian translasi. Berspekulasi dalam Mata Uang Asing Terdapat peluang untuk meningkatkan laba dilaporkan dengan menggunakan kontrak forward dan opsi dalam pasar valas. Kontrak forward yang dibeli untuk spekulasi pada awalnya dicatat sebesar kurs forward (kurs forward merupakan indikator kurs spot yang terbaik yang berlaku jika kontrak telah jatuh tempo). Keuntungan/kerugian transaksi yang diakui sebelum penyelesaian bergantung pada antara kurs forward awal dan kurs yang tersedia untuk periode kontrak yang tersisa. Pengungkapan Sebelum dikeluarkannya FAS 133 dan IAS 39, pengungkapan keuangan perusahaan tidak member tahu kepada pembaca apakah atau sejauh mana manajemen telah menggunakan kontrak derivatif. Akibatnya, sulit dilakukan analisis atas pengaruh potensial kontrak derivative terhadap kinerja yang dilaporkan dan terhadap karakteristik risiko suatu perusahaan. Pengungkapan dalam FAS 133 dan IAS 39 tersebut adalah: 1. Tujuan dan strategi manajemen risiko untuk melakukan transaksi lindung nilai. 2. Deskripsi pos-pos yang dilindung nilai. 3. Identifikasi risiko pasar dari pos-pos yang dilindung nilai. 4. Deskripsi mengenai instrument lindung nilai. 5. Jumlah yang tidak dimasukkan dalam penilaian efektivitas lindung nilai. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 15

16 6. Justifikasi awal (apriori) bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan sangat efektif untuk meminimalkan risiko pasar. 7. Penilaian berjalan mengenai efektivitas lindung nilai actual dari seluruh derivative yang digunakan selama periode berjalan. Kendali Keuangan Setiap strategi manajemen risiko keuangan harus mengevaluasi efektivitas program lindung nilai. Umpan balik dari sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja program manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif adalah dengan sistem evaluasi kinerja. Acuan yang Tepat Objek dari manajemen risiko adalah untuk mencapai keseimbangan antara pengurangan risiko dan biaya. Oleh karena itu, standar yang tepat digunakan untuk menilai kinerja actual merupakan bagian yang diperlukan dalam setiap sistem penilaian kinerja. Acuan ini perlu diperjelas di bagian awal sebelum pembuatan program perlindungan dan harus didasarkan pada konsep biaya kesempatan. Dalam manajemen risiko valas, pertanyaan-pertanyaan berikut ini harus dipertimbangkan ketika hendak memilih sebuah acuan: 1. Apakah acuan yang tepat mewakili suau kebijakan yang seharusnya diikuti? 2. Apakah acuan ini dapat diperjelas di bagian awal? 3. Apakah acuan ini memberikan strategi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan alternative lainnya? Sistem Pelaporan Sistem pelaporan risiko keuangan harus dapat merekonsiliasikan sistem pelaporan internal. Hal ini umumnya merupakan wilayah kekuasaan departemen kontroler perusahaan. Pendekatan tim merupakan cara yang efektif dalam merumuskan tujuan risiko keuangan, standar kinerja, serta sistempengawasan dan pelaporan. Manajemen risiko Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 16

17 keuangan merupakan contoh utama di mana keuangan perusahaan dan akuntansi sangat berkaitan erat Artikel : The Stochastic Behavior of Commodity Prices : Implications for Valuation and Hedging Dalam artikel ini kita membandingkan tiga model dari perilaku stokastik dari harga komoditas yang mempertimbangkan pengembalian rata-rata, dalam hal kemampuan mereka untuk harga kontrak berjangka yang ada, dan implikasinya mereka sehubungan dengan penilaian aset keuangan dan riil lainnya. Model pertama adalah model satu-faktor sederhana di mana logaritma dari harga spot komoditas diasumsikan mengikuti proses pengembalian rata-rata. Model kedua memperhitungkan faktor stokastik kedua, hasil kenyamanan komoditas, yang diasumsikan mengikuti proses pengembalian rata-rata. Akhirnya, model ketiga juga mencakup suku bunga stokastik. The Kalman Filter metodologi yang digunakan untuk memperkirakan parameter dari tiga model untuk dua komoditas komersial, tembaga dan minyak, dan satu logam mulia, emas. Analisis mengungkapkan pengembalian rata-rata yang kuat di harga komoditas komersial. Menggunakan parameter estimasi, Schwartz menganalisis implikasi dari model untuk struktur harga berjangka dan volatilitas di luar kontrak yang diamati, dan untuk lindung nilai kontrak untuk penyelesaian masa depan. Akhirnya, disini menganalisis implikasi dari model untuk keputusan penganggaran modal. Perilaku stokastik dari harga komoditas memainkan peran sentral dalam model untuk menilai klaim kontinjensi keuangan pada komoditas tersebut, dan dalam prosedur untuk mengevaluasi investasi untuk mengekstrak atau menghasilkan komoditas. Penelitian terdahulu, dengan asumsi suku bunga dan hasil kemudahan adalah konstan mengizinkan perpanjangan lurus ke depan dari prosedur yang dikembangkan untuk saham biasa harga opsi dengan penilaian komoditas keuangan dan klaim kontingen nyata. Asumsinya, bagaimanapun, jelas sangat tidak memuaskan karena mengandung arti bahwa volatilitas harga di masa depan adalah sama dengan volatilitas harga spot, dan bahwa distribusi harga spot masa depan di bawah setara dengan pengukuran martingale memiliki varian yang Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 17

18 meningkat tanpa batas sebagai peningkatan horizon. Dalam pengaturan ekuilibrium kita harapkan bahwa ketika harga relatif tinggi, pasokan (supply) semenjak produsen biaya lebih tinggi dari komoditas akan memasuki pasar menempatkan tekanan ke bawah harga. Sebaliknya, ketika harga relatif rendah, pasokan (supply) akan berkurang karena beberapa produsen biaya yang lebih tinggi akan keluar dari pasar, menempatkan tekanan ke atas pada harga. Dampak harga relatif pada pasokan komoditas tersebut akan menginduksi berarti pengembalian di prices komoditas. Dalam artikel ini kita membandingkan tiga model dari perilaku stokastik dari comodity harga yang memperhitungkan pengembalian rata-rata, dalam hal kemampuan mereka untuk harga kontrak berjangka yang ada dan implikasinya mereka sehubungan dengan penilaian aset keuangan dan riil lainnya. Model pertama adalah satu-faktor sederhana, model di mana logaritma dari harga spot komoditas adalah diasumsikan mengikuti proses reverting rata-rata tipe Ornstein-Uhlenbeck. Model kedua kita anggap adalah variasi dari dua faktor Gibson dan Schwartz (1990) model. Faktor kedua dalam model ini adalah kenyamanan menghasilkan komoditas dan diasumsikan untuk mengikuti proses reverting berarti. Akhirnya, kami menyampaikan model Gibson dan Schwartz untuk memasukkan stokastik suku bunga. Dalam model tiga faktor, suku bunga sesaat adalah juga diasumsikan mengikuti proses pengembalian rata-rata seperti di Vasicek (1977). Untuk ketiga model, solusi terdekat untuk harga masa depan dan kontrak berjangka dapat diperoleh, yang sangat menyederhanakan komparatif statika dan estimasi empiris. Selain itu, untuk ketiga model tersebut logarithm dari harga masa depan adalah linier dalam faktor-faktor yang mendasari, sebuah properti yang ternyata sangat berguna dalam pandangan teknik ekonometrik yang digunakan untuk memperkirakan parameter dari model. Salah satu kesulitan utama dalam pelaksanaan model empiris komoditas harga yang sering faktor-faktor atau variabel keadaan model ini tidak secara langsung diamati. Dalam banyak kasus, harga spot komoditas begitu pasti bahwa kontrak berjangka yang sesuai paling dekat dengan jatuh tempo yang digunakan sebagai proxy untuk harga spot. Hasil kenyamanan sesaat bahkan lebih sulit untuk memperkirakan. Kontrak masa depan, bagaimanapun, diperdagangkan pada beberapa perubahan dan harga mereka lebih mudah Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 18

19 diamati. Sebuah alat yang sangat cocok untuk menghadapi situasi di mana variabel tidak teramati, tetapi diketahui dihasilkan oleh Proses Markov, adalah bentuk keadaan ruang (state space form). Setelah model telah dimasukkan ke dalam bentuk state space filter Kalman dapat diterapkan untuk mengestimasi parameter model dan time series dari variabel yang tidak teramati. Kami menerapkan metode filter Kalman untuk mengestimasi parameter dari tiga model untuk dua komoditas komersial, tembaga dan minyak, dan untuk satu berharga logam, emas. Analisis mengungkapkan pengembalian rata-rata kuat di komersial harga komoditas, tetapi tidak untuk logam mulia. Menggunakan parameter yang diperkirakan peneliti menganalisa implikasi dari model untuk struktur harga berjangka dan volatilitas di luar kontrak yang diamati, dan untuk lindung nilai kontrak untuk pengiriman masa depan. "Sebenarnya pilihan" pendekatan untuk investasi dalam ketidakpastian (untuk excel-survei terbaru dipinjamkan dari literatur lihat Dixit dan Pindyck (1994)) menekankan pentingnya ketidakpastian untuk nilai proyek dan untuk menentukan ketika proyek harus dilakukan. penilaian sumber daya alam investasi proyek dan aturan untuk menentukan kapan waktu yang optimal untuk berinvestasi tergantung secara signifikan pada proses stokastik diasumsikan untuk harga komoditas yang mendasari Kami membandingkan nilai dan aturan investasi untuk proyek sederhana di bawah asumsi yang berbeda tentang proses harga komoditas tersirat oleh model, dengan menggunakan parameter perkiraan yang realistis. II. Empiris Model Seperti disebutkan dalam pengantar, salah satu kesulitan dalam empiris pelaksanaan model harga komoditas adalah faktor-faktor atau variabel dari model ini tidak secara langsung diamati. Untuk beberapa komoditas harga spot sulit untuk mendapatkan, dan kontrak berjangka yang paling dekat dengan jatuh tempo digunakan sebagai proxy untuk harga spot. Masalah memperkirakan hasil conviniene yield bahkan lebih kompleks, biasanya dua hal, harga berjangka dengan jangka waktu yang berbeda digunakan untuk menghitung conviniene yield. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 19

20 Tingkat bunga seketika juga tidak secara langsung diamati. Futures contraktat, bagaimanapun, secara luas diperdagangkan di beberapa bursa dan harga mereka lebih mudah diamati. Bentuk ruang keadaan adalah prosedur yang tepat untuk menangani situasi didimana variabel tidak dapat diamati, tetapi diketahui dihasilkan oleh proses Markov. Setelah model telah dilemparkan dalam bentuk state space, Kalman Filter dapat diterapkan untuk mengestimasi parameter model dan waktu serangkaian variabel yang tidak teramati. III. data Data yang digunakan untuk menguji model terdiri dari observasi 16 mingguan berjangka harga dua komoditas komersial, minyak dan tembaga, dan satu logam mulia, emas. Dalam setiap kasus lima kontrak berjangka (yaitu, N = 5) yang digunakan dalam estimasi "Untuk komoditas yang berbeda dan periode waktu yang berbeda, namun, spesifik yang berbeda kontrak berjangka harus digunakan karena mereka bervariasi di seluruh komoditas. IV. Volatilitas Pengembalian Future Ketika kita menggunakan model untuk nilai keuangan atau aset kontingen nyata pada harga komoditas, kami tertarik dalam pemodelan tidak hanya struktur harga berjangka, tetapi juga struktur jangka volatilitas. Setiap model dipertimbangkan memiliki implikasi yang berbeda untuk struktur jangka waktu volatilitas dari komoditas berjangka kembali. Salah satu properti yang akan umum untuk tiga Model adalah bahwa volatilitas akan independen dari variabel masing-masing Model dan hanya akan bergantung pada waktu jatuh tempo kontrak berjangka. V. Jatuh tempo panjang Kontrak Futures Kontrak berjangka yang tersedia untuk memperkirakan parameter dari model kontrak dibahas dalam artikel ini memiliki jatuh tempo maksimum yang kurang dari dua tahun. Hanya kurva minyak milik maju Enron memiliki tenor jangka panjang. Ini sangat menarik untuk mengetahui apa implikasi dari model diperkirakan dengan kontrak jatuh tempo berjangka pendek sehubungan dengan jangka panjang kontrak, karena Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 20

21 banyak dari aplikasi potensial akan melibatkan aset denganlebih dari dua tahun jatuh tempo. Pada bagian sebelumnya kita memeriksa implikasi dari model sehubungan dengan volatilitas, dan di sini kita melihat implikasi terhadap harga masing-masing. Di sini kita amati bahwa meskipun Model 2 dan 3 memberikan nilai yang sama dalam berbagai kontrak yang diamati, mereka dapat berbeda secara substansial dengan meningkatnya jatuh tempo. Ini menegaskan pentingnya parameter suku bunga proses Model 3 untuk penilaian kontrak jangka panjang. Perbedaan utama antara Model 2 dan 3 tetap valuasi panjang kontrak berjangka panjang. VI. Lindung Nilai Kontrak Pengiriman Masa Depan Sebuah isu yang telah menerima perhatian meningkat dalam literature28 adalah kelayakan lindung nilai komitmen jangka panjang di depan komoditas dengan ada kontrak jangka pendek berjangka. Ketiga model dibahas dalam Artikel memiliki implikasi untuk strategi lindung nilai, yang sekarang kita membahas secara singkat. Untuk benar lindung nilai komitmen maju dalam komoditas tertentu, sensitivitas dari nilai kini komitmen sehubungan dengan masing-masing dari faktor-faktor yang mendasari harus sama dengan sensitivitas portofolio berjangka kontrak yang digunakan untuk lindung nilai komitmen sehubungan dengan faktor-faktor yang sama. Ini menyiratkan bahwa jumlah kontrak berjangka yang diperlukan untuk lindung nilai ini adalah sama dengan jumlah faktor dalam model yang digunakan. dinyatakan bahwa posisi yang diperlukan untuk melindungi sepuluh tahun kedepan komitmen untuk memberikan satu barel minyak tersirat oleh tiga model, dengan menggunakan. Parameter estimasi dari data Enron. VII. Lindung Nilai Komitmen 10 Tahun ke Depan dengan kontrak future Tujuan dari bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa metode yang berbeda dari analisis dapat memberikan nilai sangat berbeda untuk proyek investasi dan untuk optimal Investasi aturan, bahkan jika asumsi yang dibuat dalam metodologi masing-masing sebagai serealistis mungkin. Untuk dapat menilai mana metodologi lebih unggul, Namun, kita perlu menerapkannya pada situasi di mana kita memiliki berlaku transaksi harga. Kesimpulan sebuah artikel terbaru di Teknik dan Mining Journal pada metode penganggaran modal Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 21

22 yang digunakan oleh perusahaan pertambangan langsung membahas masalah kita ingin mengangkat: Penggunaan teknik DCF untuk penilaian proyek tampaknya menjadi induscobalah standar. Salah satu hasil mengganggu penelitian, bagaimanapun, adalah ketidakmampuan untuk menjelaskan premi tinggi bahwa pasar nilai komando atas DCF valua- tions. Analisis DCF terkenal dan digunakan tidak memungkinkan untuk menempatkanpremium nilai proyek yang sedang dipertimbangkan. Mungkin tehnik baru seperti metode penentuan harga opsi valuasi dapat memberikan lebih akurat nilai hasil pasar (Bhappu dan Guzman (1995), halaman 38). Kami ingin menganalisis proyek sesederhana mungkin, tapi itu tetap utama fitur yang kita ingin menyoroti. Pertimbangkan sebuah tambang tembaga yang dapat menghasilkan satu ons tembaga pada akhir setiap tahun selama sepuluh tahun. Misalkan bahwa Investasi awal yang dibutuhkan adalah K = $ 2 dan bahwa biaya unit produksi adalah C = $ 0,40 (konstan selama sepuluh tahun). Asumsikan bahwa setelah investasi dilakukan produksi akan pergi ke depan selama sepuluh tahun berikutnya, yaitu, kita mengabaikan dalam hal ini analisis opsi untuk menutup dan membuka tambang dan pilihan untuk meninggalkannya, 32 dan berkonsentrasi sepenuhnya pada pilihan untuk berinvestasi. Langkah pertama dalam semua prosedur kita akan membahas terdiri dalam penentuan net present nilai proyek setelah telah memutuskan untuk pergi ke depan dengan investasi (Ini adalah "syarat batas" dari langkah kedua), dan langkah kedua terdiri dalam evaluasi pilihan untuk berinvestasi. Penting untuk dicatat bahwa net present value (NPV) dalam persamaan (49) akan berbeda untuk berbeda pendekatan karena masing-masing satu dari mereka menyiratkan nilai sekarang berbeda untuk komoditas yang akan diterima suatu saat nanti (dan juga untuk suku bunga dalam Model 3). VIII. Hasil dan Kesimpulan dari penelitian Penentuan harga dan lindung nilai klaim komoditas kontingen dan penilaian investasi sumber daya alam sangat bergantung pada stokastik diasumsikan dari proses komoditas yang mendasarinya. Dalam artikel ini kita mengembangkan tiga model bahwa dalam cara yang berbeda mempertimbangkan sifat pengembalian rata-rata commodity harga, dan memperkirakan mereka menggunakan data baru pada harga berjangka minyak dan Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 22

23 tembaga. Kesulitan utama yang ditemui dalam analisis adalah bahwa secara umum kontrak berjangka memiliki jangka waktu lebih pendek dari dua tahun, sedangkan banyak aset kita ingin ditetapkan harga dan lindung nilai memiliki jatuh tempo lebih lama dari dua tahun. Sebuah model khusus bisa cocok dengan sangat baik dengan kontrak berjangka pendek yang tersedia saluran dan melakukan pekerjaan yang buruk dalam memprediksi harga berjangka panjang yang penting untuk lindung nilai komitmen jangka panjang dalam komoditas atau menghargai tambang atau deposit minyak. Data minyak eksklusif yang diberikan oleh Enron telah memungkinkan kita untuk mendapatkan beberapa wawasan ke dalam masalah ini. Masing-masing model kami anggap memiliki implikasi sehubungan dengan volatility pengembalian berjangka dan sehubungan dengan perilaku harga berjangka panjang. Model 1 menunjukkan bahwa volatilitas pengembalian berjangka akan bertemu untuk nol dan harga berjangka akan bertemu untuk nilai tetap dengan meningkatnya jatuh tempo. Model 2 dan 3, namun, untuk data perkiraan menyiratkan bahwa volatilitas berjangka akan menurun tetapi konvergen ke nilai tetap berbeda dari nol dan istilah struktur harga berjangka pada akhirnya akan berubah ke atas dan bertemu dengan laju tetap pertumbuhan bahkan jika awalnya berada dalam backwardation kuat. Bukti dari kurva minyak maju Enron menyiratkan bahwa sifat ini lebih diinginkan. Pendekatan pilihan sebenarnya penganggaran modal adalah mendapatkan dukungan baik di akademik masyarakat dan dalam praktek keuangan. Analisis dalam artikel ini menunjukkan bahwa sangat penting untuk mempertimbangkan pengembalian rata-rata harga di dalam mengevaluasi proyek. Kriteria DCF menginduksi investasi terlalu dini (misalnya, ketika harga terlalu rendah), tetapi pendekatan opsi menginduksi investasi terlambat (ketika harga terlalu tinggi) ketika mengabaikan pengembalian rata-rata harga. Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 23

24 BAB III KESIMPULAN Manajemen risiko pada dasarnya adalah untuk meminimalkan potensi bermacammacam risiko yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal pengelolaan manajemen risiko, pemilihan berbagai produk manajemen risiko yang paling efektif, identifikasi risiko, pengukuran, dan pelaporan hasil analisis manajemen risiko perusahaan. Selain itu standar yang tepat digunakan untuk menilai kinerja actual merupakan bagian yang diperlukan dalam setiap sistem penilaian kinerja untuk mencapai tujuan manajemen risiko yaitu keseimbangan dalam pengurangan risiko dan biaya Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 24

25 REFERENSI Eduardo S. Schwartz. The Journal of Finance Vol.52,The Stochastic Behavior of Commodity Prices Implications for Valuation and Hedging.Juli 1997 Kelompok IV Manajemen Risiko Keuangan Page 25

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI

Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT. By MAHSINA, SE, MSI Chapter 8 FINANCIAL RISK MANAGEMENT By MAHSINA, SE, MSI Email: sisin@suryasoft.com Mahsina_se@hotmail.com TUJUAN UTAMA MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN Meminimalkan Potensi kerugian yang timbul dari perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

AKUNTANSI INTERNASIONAL

AKUNTANSI INTERNASIONAL AKUNTANSI INTERNASIONAL A. Definisi Akuntansi Internasional 1. Accounting for foreign subsidiary, akuntansi internasional hanya menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah salah satu contoh bidang pergerakan usaha yang tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat dekat dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Instrumen Keuangan Derivatif 2.1.1 Pengertian Instrumen Keuangan Derivatif Pada jaman sekarang ini perusahaan menghadapi berbagai jenis risiko pasar. Risiko ini timbul karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Manajemen risiko dalam bisnis melibatkan pengidentifikasian peristiwa peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS - 7 - PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS UMUM 1. Laporan Profil Maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban, dan rekening administratif yang dipetakan dalam skala waktu. Pemetaaan dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Pasar Pengelolaan Risiko Pasar Manajemen Risiko, Sesi 7 Latar Belakang Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 62.396 50.624 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 999.551 989.589 b. Sertifikat Bank Indonesia - 354.232

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah-masalah yang timbul akibat nilai kurs mata uang yang menyatakan hubungan

Lebih terperinci

Materi 7 MANAJEMEN EKSPOSUR TRANSAKSI.

Materi 7 MANAJEMEN EKSPOSUR TRANSAKSI. Materi 7 MANAJEMEN EKSPOSUR TRANSAKSI 1 PENDAHULUAN (1) Seiring dengan sifat bisnis menjadi internasional, beberapa perusahaan terekspos terhadap risiko kurs tukar yang berubah. Perubahan2 dalam kurs tukar

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu: Sekuritas investasi Sekuritas investasi sangat bervariasi dalam hal jenis surat berharga yang diinvestasikan dan tujuan dari investasi. Sekuritas investasi dapat berupa utang atau ekuitas. Sekuritas utang

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING

BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING BAB V TEKNIK MENGELOLA ASSET VALUTA ASING Dalam kegiatan operasional usaha khususnya perusahaan internasional termasuk juga Multinational Enterprise (MNE) akan menghadapi risiko baik risiko premium maupun

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh paragraf

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 0 (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 0 (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 78.536 88.602 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.145.346 1.029.529 b. Sertifikat

Lebih terperinci

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013 AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013 Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh resiko bisnis normal : 1. Kurangnya permintaan atas

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yangmenyangkut valuta asing dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan. EXPOSURE DRAFT BULETIN TEKNIS 8 DIKELUARKAN OLEH KONTRAK ASURANSI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA TANGGAL 19 OKTOBER 2012 Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. IV.1.1. Penyajian Instrumen Keuangan Terdapat beberapa perubahan pada pos instrumen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Resiko Risiko merupakan kerugian yang diakibatkan oleh sebuah kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Kerugian dan kebangkrutan banyak perusahaan dalam beberapa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS UMUM A. Laporan Profil Maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban, dan rekening administratif yang dipetakan ke dalam skala waktu. Pemetaaan dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PAPARAN TRANSAKSI PAPARAN TRANSAKSI

PAPARAN TRANSAKSI PAPARAN TRANSAKSI PAPARAN TRANSAKSI PAPARAN TRANSAKSI BERBAGAI TIPE PAPARAN VALUTA ASING Paparan Transaksi Mengukur perubahan dalam nilai kewajiban keuangan yang jatuh tempo yang terjadi sebelum perubahan dalam nilai tukar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Akuntansi Instrumen Derivatif Tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh: Ida Farida

Akuntansi Instrumen Derivatif Tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh: Ida Farida Abstract Akuntansi Instrumen Derivatif Tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh: Ida Farida Makalah ini memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai PSAK 55 (Revisi 2006) tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada tiga penelitian sebelumnya yang sangat bermanfaat bagi penulis sebagai bahan acuan, yaitu dilakukan oleh : 1. Riski Yudi Prasetyo 2012 Penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 55 AKUNTANSI INSTRUMEN DERIVATIF DAN AKTIVITAS LINDUNG NILAI

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 55 AKUNTANSI INSTRUMEN DERIVATIF DAN AKTIVITAS LINDUNG NILAI 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI INSTRUMEN DERIVATIF DAN AKTIVITAS LINDUNG NILAI Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca

Lebih terperinci

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal) Proses Valuasi Dasar-Dasar Valuasi Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis 1. Perekonomian Fiscal Policy Longgar: mendorong konsumsi (Kebijakan Fiskal) Ketat: memperlambat konsumsi Monetary Policy (Kebijakan

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

BAB 11 FOREX EXPOSURE (FE) Dapat diartikan sebagai suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas.

BAB 11 FOREX EXPOSURE (FE) Dapat diartikan sebagai suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. BAB 11 FOREX EXPOSURE (FE) Dapat diartikan sebagai suatu resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat perubahan atau fluktuasi kurs valas. Secara umum, pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Transaksi asing / valuta asing Berdasarkan PSAK 10 (2012) valuta asing didefinisikan sebagai mata uang selain mata uang fungsional entitas, sedangankan definisi atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan Bank Pada dasarnya bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menyangkut bidang likuid dan mengalami perputaran yang cukup tinggi, sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 A S E T Catatan 31 Maret 2012 31 Desember 2011 Kas 3.c, 3.e, 3.f, 4, 44 198,875 140,997 Giro pada Bank Indonesia 3.c, 3.e, 3.g,5, 44 949,568

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PUBLIKASI BANK UMUM KONVENSIONAL OTORITAS

Lebih terperinci

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING Dasar teori Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opsi Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli atau menjual aset kepada penjual opsi pada harga tertentu dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan

Lebih terperinci

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi!

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! 1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! Ada 8 faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan akuntansi, antara lain

Lebih terperinci

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MEI 2015

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MEI 2015 No. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MEI 201 (dalam jutaan rupiah) 31-Mei-1 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dan Beban Bunga 1.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 Immu Puteri Sari dan Dwi Nova Azana Fakultas Ekonomi UMSB Abstrak Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Lebih terperinci

FINANCIAL INSTRUMENT

FINANCIAL INSTRUMENT Pelaporan Akuntans Keuangan- Financial Instrument 1 FINANCIAL INSTRUMENT Dwi Martani Latar Belakang Revisi PSAK 50-55 2 Perkembangan standar Internasional IFRS 30 dan 39 Investor melakukan investasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan selain memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaanperusahaan asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional atau dikenal dengan perdagangan antar negara, saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat kita ketahui dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nilai Tukar Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 68.597 55.437 2 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.410.533 982.799 b. Sertifikat Bank Indonesia 743.202 800.000 c. Lainnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Bangkok Bank Public Company Limited Jakarta Branch NERACA BANGKOK BANK PCL Per 30 September 2009 dan 2008 (dlm.jutaan rupiah) No. POS - POS 30 September 2009

Lebih terperinci

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan Nanang Hendarsah Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan Jakarta, 1 Juni 2015 2 1 2 3 4 5 Tujuan Penyempurnaan Ketentuan Skema Transaksi Cross Currency Swap (CCS) Skema Transaksi Dengan Settlement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transaksi perusahaan dengan perusahaan internasional tidak hanya dilakukan secara tunai, akibatnya timbul hutang maupun piutang dalam bentuk mata uang asing

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia adalah

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK LEASING

AKUNTANSI UNTUK LEASING AKUNTANSI UNTUK LEASING Lease Lessor Lessee : Suatu perjanjian kontraktual antara Lessor dengan Lessee, yang memberikan hak kepada Lessee untuk menggunakan harta tertentu yang dimiliki oleh Lessor selama

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM ) Balai Kartini Jakarta, 16 Juni 2016 Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi perusahaan selain memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan asing yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 43 Materi Minggu 6 Lalu Lintas Pembayaran Internasional 6.1. Gambaran Umum Lalu Lintas Pembayaran Internasional Transaksi-transaksi pembayaran antar daerah tidak

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN KONSOLIDASI NO. POSPOS Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001.

PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001. A. MODAL INTI PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM I. KOMPONEN MODAL 1. Modal Disetor 2. Cadangan Tambahan Modal ( Disclosed Reserves ) a. Agio Saham b. Disagio ( -/- ) c. Modal Sumbangan d.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam bursa berjangka, sejumlah komoditas diperjualbelikan dengan harga tertentu yang penyerahannya dilakukan pada saat yang akan datang. Komoditas

Lebih terperinci

derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya (underlying asset).

derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya (underlying asset). XXIV. Instrumen Kuangan Derivatif 1. Pendahuluan Instrumen keuangan derivatif bisa diartikan sebagai instrumen keuangan yang nilainya tergantung dari (diturunkan, derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 KONSOLIDASI NO. POS-POS 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

PT Bank Rabobank International Indonesia

PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Wouter Jacob Kolff - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih

Lebih terperinci

NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah )

NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) No. AKTIVA POS - POS NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) BANK BII KONSOLIDASI 30-Jun-02 30-Jun-01 30-Jun-02 30-Jun-01 1. Kas 481.501 552.300 481.538 552.376 2. Penempatan

Lebih terperinci

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, ASET Kas 2a, 2b, 2f 8.698.261 9.392.615 Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, 4 15.045.245 13.421.573 Giro pada Bank Lain - setelah dikurangi cadangan sebesar Rp12.387 dan Rp71.111 pada tanggal 30 September

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi Prospektif- peramalan Teknik Tahap Aplikasi ANALISIS PROSPEKTIF Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung upaya Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 31 BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Landasan Teori 3.1.1 Anggaran Kas 3.1.1.1 Pengertian

Lebih terperinci

Investors Kami. PaRa. Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu

Investors Kami. PaRa. Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu PaRa Investors Kami Investasi adalah konsep umum untuk mencadangkan uang, waktu dan tenaga, atau hal lainnya, untuk mendapatkan keuntungan sebagai imbalannya. Virgin Gold adalah sarana investasi yang khusus

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11 NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11 HAKEKAT TRANSAKSI VALUTA ASING Pasar valuta asing Pasar valuta asing (foreign exchange market / forex) atau disingkat valas merupakan suatu jenis perdagangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumen keuangan adalah suatu kontrak yang menambah nilai aset keuangan suatu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain (IAI,

Lebih terperinci

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI Obligasi adalah wesel jangka panjang yang diterbitkan oleh unit perusahaan dan pemerintah Penerbit obligasi menerima uang dalam pertukaran untuk melakukan pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657 NERACA POS-POS KONSOLIDASI Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 1. AKTIVA Kas 41,215 28,657 2. Penempatan pada Bank Indonesia 850,832 615,818 a. Giro Bank Indonesia 732,894 554,179 b. Sertifikat Bank Indonesia

Lebih terperinci

PENGURUS BANK PEMILIK BANK

PENGURUS BANK PEMILIK BANK PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Wouter Jacob Kolff - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN Instrumen Keuangan: Pengungkapan ED PSAK (Revisi 0) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf -

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan

Lebih terperinci