BAB I PENDAHULUAN. 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumen keuangan adalah suatu kontrak yang menambah nilai aset keuangan suatu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain (IAI, 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti perdagangan piutang dagang, obligasi, saham biasa dan saham preferen. Tetapi ada beberapa instrumen lain yang sangat kompleks dan penggunaan instrumen tersebut digunakan oleh manajer untuk kepentingan pajak, untuk melakukan lindung nilai aset atau liabilitas dari suatu entitas terhadap risiko pasar seperti suku bunga, dan lindung nilai valuta asing dan digunakan untuk membuat laporan keuangan agar terlihat baik (Wolk et al.,2013). Pasar global telah berubah secara pesat yang mengakibatkan perkembangan perdagangan internasional seperti impor, ekspor, dan aktivitas pasar modal semakin dinamis sehingga dapat meningkatkan tingkat risiko pada perusahaan dan investor. Salah satu risiko yang paling penting yang terkait dengan perdagangan internasional dan investasi adalah ketidakpastian tentang masa depan nilai tukar mata uang asing dan tingkat suku bunga. Perubahan di pasar keuangan global dan terkait inovasi keuangan telah menyebabkan meningkatnya penggunaan instrumen keuangan untuk mengurangi risiko dengan cara lindung nilai yang timbul dari perubahan kedua nilai 1

2 2 tukar dan suku bunga. Masalah utama dengan instrumen ini adalah standar akuntansi tidak terus berpacu dengan perubahan. Bagaimanapun sangat penting untuk meningkatkan informasi keuangan tentang derivatif dan kegiatan terkait (Wilson et al., 1997). Pada laporan posisi keuangan bank umum hampir seluruhnya terdiri dari instrumen keuangan. Pengukuran nilai wajar dari instrumen keuangan seperti investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman kredit, tabungan deposito, kewajiban keuangan lainnya dan bermacam-macam jenis dari derivatif keuangan akan menghasilkan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang merupakan bagian dari operasional bank dan strategi risiko manajemen (Hodder et al., 2006). Oleh karena itu diperlukan adanya peraturan yang mengatur tentang instrumen keuangan agar dapat memberikan informasi yang menggambarkan kinerja entitas dan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan didalam pengambilan keputusan. Agar bermanfaat, informasi akuntansi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Misalnya ketika pengguna laporan keuangan berusaha meramalkan kemampuan entitas dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi dalam situasi yang merugikan (IAI, 2012). Sehingga pada proses penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan

3 3 standar-standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK No.50 tentang penyajian instrumen keuangan, PSAK No.55 tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan PSAK No. 60 tentang pengungkapan instrumen keuangan. Akuntansi untuk instrumen keuangan diatur dalam IAS 39 (Instrumen Keuangan: Pengakuan and Pengukuran), IAS 32 (Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan) dan IFRS (Instrumen Keuangan : Pengungkapan) (Oktavia dkk, 2014). Sedangkan di Indonesia akuntansi untuk instrumen keuangan diatur dalam PSAK 50 (revisi 2010) yang merupakan turunan dari IAS 32, PSAK 55 (revisi 2011) yang merupakan turunan dari IAS 39 dan PSAK 60 merupakan adopsi dari IFRS 7. Pada Januari 2010, peraturan mengenai instrumen ini efektif diterapkan setelah sebelumnya ditunda. Tanggal efektif tersebut tertuang dalam surat dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) surat No.1705/DSAK/IAI/12/2008 tentang Pengumuman Perubahan Tanggal Efektif PSAK No. 50 (revisi 2006) dan PSAK No. 55 (revisi 2006) tertanggal 30 Desember Namun selanjutnya PSAK ini direvisi kembali yang akhirnya diterbitkan PSAK No. 50 (revisi 2010) telah disahkan pada tanggal 26 November 2010, PSAK No. 55 (revisi 2011) telah disahkan pada tanggal 26 Januari 2011 dan PSAK No.60 yang disahkan pada tanggal 26 November 2010 (Oktavia dkk, 2014). Karena adanya perubahan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi yang mengatur tentang instrumen keuangan. Sehingga menyebabkan terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dengan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60 yaitu tentang reklasifikasi dari

4 4 diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ke pinjaman yang diberikan dan piutang dan reklasifikasi dari tersedia untuk dijual ke pinjaman yang diberikan dan piutang. Tetapi di dalam penelitian ini juga menyoroti tentang perubahan terkait dengan pengungkapan aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta pengungkapan pengukuran nilai wajar (IAI, 2012). Di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK 55 (revisi 2011) mengenai pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan pada paragraf PA 87 yang menyatakan bahwa harga penawaran terkini berlaku biasanya merupakan harga yang sesuai untuk digunakan dalam pengukuran nilai wajar aset yang dimiliki. Menurut Kornel (2014) mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir mengalami pergeseran dalam pengukuran akuntansi yang didorong oleh langkah-langkah berbasis pasar, terutama dalam hal instrumen keuangan. Penggunaan akuntansi nilai wajar telah tumbuh berkembang dalam pelaporan keuangan dalam dekade terakhir. Gerakan menuju konvergensi akuntansi global telah menjadi kekuatan pendorong di belakang peningkatan penggunaan nilai wajar instrumen keuangan seperti derivatif keuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang ada pada penelitian Rayman (2007), penggunaan pengukuran nilai wajar dalam instrumen keuangan supaya dapat meningkatkan kerangka konseptual untuk pelaporan keuangan yang lebih baik pada sistem akuntansi konvensional dapat melalui penggunaan pengukuran nilai wajar. Sedangkan menurut Hitz (2007) mengatakan bahwa penggunaan metode pengukuran yang jauh lebih didasarkan pada nilai wajar dan bukan pada nilai buku,

5 5 karena dalam rangka untuk meningkatkan kegunaan laporan keuangan perusahaan. Selain itu IASB dan FASB mempercayai bahwa pengukuran nilai wajar untuk beberapa aset keuangan dan kewajiban keuangan akan menyediakan informasi yang lebih berguna dan relevan daripada menggunakan sistem pengukuaran berdasarkan biaya. Karena pengukuran nilai wajar mencerminkan arus kas dari instrumen keuangan daripada biaya transaksi pada masa lalu (Kieso et al., 2011). PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat meningkatkan keinformatifan, relevansi nilai, dan transparansi dari laporan keuangan, khususnya pada perusahaan yang menggunakan derivatif keuangan di Indonesia (Oktavia dkk, 2014). Informasi nilai wajar harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Agar relevan, informasi harus tersedia bagi pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (Kieso et al., 2011). Harga pasar yang menjadi dasar pengukuran nilai wajar dapat diintervensi sehingga menyebabkan suatu transaksi yang tidak wajar. Hal ini dilakukan oleh beberapa bank yang memanipulasi pasar valuta asing. Lima bank besar secara bersama-sama dikenai denda 3,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 39 triliun oleh badan pengawas Inggris dan Amerika Serikat atas klaim bahwa bank-bank berusaha memanipulasi kurs mata uang asing di pasar valuta asing. Citigroup, HSBC, JPMorgan Chase, Royal Bank of Scotland, dan UBS didenda 5,4 miliar dollar AS oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi Amerika Serikat. Denda diberikan

6 6 kepada lima bank setelah diadakan penyelidikan selama satu tahun tentang dugaan bahwa pasar mata uang asing dimanipulasi. Di pasar itu, bank dan perusahaan keuangan saling membeli dan menjual valuta asing. Jumlah valuta asing yang diperdagangkan setiap hari mencapai 5,3 triliun dollar AS, jauh lebih besar dibanding pasar saham dan obligasi. Sekitar 40 persen transaksi valuta asing dunia diperkirakan diperdagangkan melalui London. Padahal perusahaan-perusahaan di seluruh dunia menggunakan nilai tukar mata uang untuk menghargai aset mereka dan mengelola risiko keuangan mereka. (Liauw, 2014). Selain itu pengukuran nilai wajar pada instrumen keuangan sangat kompleks. Karena apabila tidak adanya harga pasar dari pasar aktif maka pengukuran nilai wajar berdasarkan asumsi subyektivitas sehingga menyebabkan potensi terjadinya manipulasi. Dengan kata lain akuntansi nilai wajar mungkin dapat meningkatkan volatilitas laba perusahaan (Fiechter, 2011). Sedangkan menurut Hitz (2007) mengatakan banyak kelemahan terkait relevansi pengukuran nilai wajar, hal ini berkaitan apabila tidak ada harga pasar yang tersedia, sehingga hanya mengandalkan pada harapan manajemen dan estimasi penilaian aktuaria. Drever et al (2007) mengatakan bahwa harga pasar merupakan ekspektasi dari pembeli dan penjual yang terjadi di pasar. Ekspektasi ini berdasarkan prediksi yang mana belum tentu penilaiannya secara wajar sehingga menyebabkan volatilitas terhadap harga atau harga menjadi sangat tinggi atau sangat rendah. Penman (2011) berpendapat bahwa akuntansi nilai wajar menyebabkan nilai buku akuntansi menjadi jangkar yang lemah

7 7 untuk menentukan nilai suatu perusahaan untuk perbandingan terhadap harga pasarnya karena subjektivitas dari nilai wajar. Pengungkapan dan pengukuran nilai wajar merupakan informasi yang penting bagi investor, namun tingkat kebenaran informasi dapat dipengaruhi oleh kesalahan jumlah pengukuran karena menggunakan sumber perkiraan yaitu dari manajemen atau penilai eksternal. Sedangkan penelitian yang dilakukan Yuan Lu and Mande (2014) mengatakan bahwa hierarki dari pengukuran nilai wajar terutama berkaitan dengan pengukuran level 2 dan 3 mempunyai potensi risiko manipulasi dan subyektivitas. Dalam prakteknya, ketika pasar aktif untuk aset dan kewajiban keuangan tidak ada maka pengukuran nilai wajar mungkin tidak dapat didefinisikan dengan baik (Landsman, 2007). Di dalam model pengukuran yang ditetapkan oleh IAS 39 terdapat beberapa instrumen keuangan yang diukur melalui nilai wajar melalui laporan laba rugi sedangkan instrumen keuangan yang lainnya diukur menggunakan biaya historis, sehingga secara ekonomi pengukuran yang berbeda menyebabkan volatilitas laba buatan (Fietcher, 2011). Selain itu adanya kompleksitas dari akuntansi untuk instrumen keuangan seperti opsi saham, sekuritas yang dapat dikonversi, dan saham preferen yang sering disebut dengan sekuritas dilutif. Sekuritas dilutif tersebut mempunyai karakteristik sebagai sekuritas utang dan ekuitas sehingga perusahaan dapat mencatat sebagai instrumen utang atau instrumen ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan yang akan berdampak kepada perhitungan laba per lembar saham dan nilai buku (Kieso et al., 2011).

8 8 PSAK 50 & 55 mengklasifikasikan aset keuangan ke dalam empat kategori yaitu aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (financial asset at fair value through profit or loss/fvtpl), investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (hold-to-maturity/htm), pinjaman yang diberikan dan piutang (Loan and Receivable/ L&R), dan aset keuangan tersedia untuk dijual (available for sale/afs). Keempat kategori aset keuangan yang tersebut diukur dengan menggunakan nilai wajar (Geraldina, 2014). Terdapat beberapa pendapat yang tidak setuju terhadap pengukuran akuntansi nilai wajar. Pertama, pengukuran akuntansi nilai wajar untuk investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo yang tidak mencerminkan kondisi keuangan bank yang sebenarnya. Konsisten dengan pandangan ini, Sheila Bair, yaitu Ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), yang berpendapat bahwa tidak ada relevansi dalam menggunakan akuntansi nilai wajar untuk investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (Blankespoor et al., 2013). Seperti penerapan opsi nilai wajar untuk investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo. Ketika perusahaan berencana akan mengelola sekuritas tersebut hingga jatuh tempo. Tetapi pada akhir tahun perusahaan dapat memilih menggunakan pengukuran nilai wajar atau biaya historis untuk mencatatkan nilai sekuritas tersebut pada laporan keuangannya. Sehingga dapat menyebabkan ketidakonsistenan dalam hal pencatatan dan hal ini akan berdampak pada laporan laba rugi dan neraca (Kieso et al., 2011). Kedua, akuntansi nilai wajar untuk investasi utang tidak tepat karena pasar utang sering tidak likuid dan pengukuran akuntansi nilai wajar untuk utang dengan suku

9 9 bunga tetap, menyebabkan peningkatan risiko kredit terhadap nilai utang, dan laba bersih (Blankespoor et al., 2013). Ketiga, menurut supervisor dari Bank Sentral Eropa mengkawatirkan dari penggunaan pengukuran nilai wajar yang dilakukan secara tidak tepat. Institusi ini mempercayai bahwa penilaian dari instrumen keuangan seperti aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi akan berbasis subyektifitas, penerapan opsi nilai wajar dari aset kewajiban keuangan yang menghasilkan laba atau rugi akan digunakan untuk mempengaruhi peringkat kredit dari suatu perusahaan dan penggunaan nilai wajar cenderung akan meningkat laba daripada menurunkannya (Fietcher, 2011). Keempat, akuntansi nilai wajar terhadap kondisi operasional keuangan bank yang terkait dengan pinjaman kredit yang dikeluarkan dengan tabungan yang diterima. Supaya dapat mencerminkan kondisi ekonomi suatu bank maka pinjaman kredit yang dikeluarkan dan tabungan harus diukur dengan alat ukur yang sama. Dilihat dari perspektif ini, maka akan sulit untuk mengukur nilai wajar terhadap tabungan, maka kedua-duanya yaitu pinjaman dan deposito sebaiknya diakui pada saat biaya perolehan yang diamortisasi. Perbedaan pengukuran nilai wajar untuk pinjaman kredit dan biaya historis untuk tabungan berjangka, seperti giro dan tabungan deposito yang memiliki tarif bunga yang rendah, sehingga akan mempengaruhi secara signifikan terhadap kondisi operasional suatu bank. Tabungan deposito berjangka tidak sensitif atau terpengaruh terhadap perubahan suku bunga, mereka hanya

10 10 digunakan untuk lindung nilai terhadap dampak perubahan suku bunga pada pinjaman kredit (Blankespoor et al., 2013). Banyak penelitian yang mengkaitkan pengukuran nilai wajar pada instrumen keuangan dengan volatilitas laba suatu perusahaan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Geraldina (2014) yang menunjukkan bahwa setelah penerapan PSAK 50 & 55 (Revisi 2006), penggunaan nilai wajar aset keuangan menurunkan informasi tentang laba masa depan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fargher dan Zhang (2014) yang menemukan bahwa adanya pengaruh kebijakan manajer dalam menggunakan pengukuran nilai wajar dengan manajemen laba dan rendahnya informasi laba. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Oktavia dkk (2014) mengatakan bahwa penerapan PSAK No. 50 dan 55 di perusahaan-perusahaan keuangan yang menggunakan instrumen keuangan derivatif, dapat meningkatkan ERC tetapi tidak meningkatkan FERC. Sedangkan penelitian Dorminey and Apostolou (2012) menemukan bahwa perubahan pengukuran nilai wajar yang disajikan di pendapatan komprehensif lainnya dari nilai wajar lindung nilai instrumen derivatif berpengaruh positif terhadap kebingungan investor (volume perdagangan tidak normal). Penelitian ini menunjukkan bahwa informasi nilai wajar yang mempunyai karakteristik subyektif sehingga meningkatkan ketidakpastian terhadap investor. Selain itu komponen pendapatan komprehensif lainnya merupakan pos-pos yang muncul dikarenakan penggunaan nilai wajar atas penyajian nilai suatu aset perusahaan sehingga

11 11 penyajiannya sudah mengadopsi konsep nilai wajar dimana pendapatan yang diakui masih merupakan belum direalisasi (Pratiwi dkk., 2012). Penulis mencoba menghubungkan penerapan PSAK tentang instrumen keuangan terhadap relevansi instrumen keuangan terhadap return saham pada perusahaan yang menggunakan instrumen keuangan. Penelitian mengenai relevansi nilai menjadi penting karena terdapat klaim yang menyatakan bahwa laporan keuangan berbasis biaya historis telah kehilangan sebagian besar relevansinya bagi investor yang diakibatkan oleh perubahan besar-besaran dalam perekonomian, yaitu dari perekonomian industrial ke perkonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa (Francis dan Schipper, 1999). Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil judul penelitian RELEVANSI NILAI INFORMASI INSTRUMEN KEUANGAN : PERUSAHAAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Kompleksitas penerapan instrumen keuangan seperti opsi saham, sekuritas yang dapat dikonversi, dan saham preferen yang sering disebut dengan sekuritas dilutif. Sekuritas dilutif tersebut mempunyai karakteristik sebagai sekuritas utang dan ekuitas sehingga perusahaan dapat mencatat sebagai instrumen utang atau instrumen ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan yang akan berdampak kepada perhitungan laba per lembar saham dan nilai buku.

12 12 2. Pengungkapan dan pengukuran nilai wajar merupakan informasi yang penting bagi investor, namun tingkat kebenaran informasi dapat dipengaruhi oleh kesalahan jumlah pengukuran karena menggunakan sumber perkiraan yaitu dari manajemen atau penilai eksternal. 3. Di dalam model pengukuran yang ditetapkan oleh IAS 39 terdapat beberapa instrumen keuangan yang diukur melalui nilai wajar melalui laporan laba rugi sedangkan instrumen keuangan yang lainnya diukur menggunakan biaya historis, sehingga secara ekonomi pengukuran yang berbeda menyebabkan volatilitas laba buatan. 4. Akuntansi nilai wajar menyebabkan nilai buku akuntansi menjadi jangkar yang lemah untuk menentukan nilai suatu perusahaan untuk perbandingan terhadap harga pasarnya karena subjektivitas dari nilai wajar. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah apakah relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan meningkat setelah revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode ? 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini diperlukan pembatasan ruang lingkup permasalahan agar permasalahan tidak meluas. Supaya penelitian ini mendapatkan temuan yang fokus dan mendalam serta untuk menghindari penafsiran yang tidak diinginkan, maka pokok masalah penelitian ini dibatasi pada relevansi nilai dari informasi nilai wajar

13 13 instrumen keuangan meningkat setelah revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peningkatan relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan setelah dan sebelum revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Motivasi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan di atas, maka motivasi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian mengenai relevansi nilai menjadi penting karena terdapat klaim yang menyatakan bahwa laporan keuangan berbasis biaya historis telah kehilangan sebagian besar relevansinya bagi investor yang diakibatkan oleh perubahan besar-besaran dalam perekonomian, yaitu dari perekonomian industrial ke perkonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa (Francis dan Schipper, 1999). 2. Terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dengan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60 yaitu tentang reklasifikasi dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ke pinjaman yang diberikan dan piutang dan reklasifikasi dari tersedia untuk dijual ke pinjaman yang diberikan dan piutang. Selain itu juga terkait dengan

14 14 pengungakapan aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta pengungkapan pengukuran nilai wajar (IAI, 2012). 3. Adanya fenomena yang menarik terkait dengan harga pasar. Ternyata harga pasar yang menjadi dasar pengukuran nilai wajar dapat dimanipulasi atau dapat diintervensi. Hal ini dilakukan oleh beberapa bank yang memanipulasi pasar valuta asing. Lima bank besar yaitu Citigroup, HSBC, JPMorgan Chase, Royal Bank of Scotland, dan UBS berusaha memanipulasi kurs mata uang asing di pasar valuta asing. Citigroup, HSBC, JPMorgan Chase, Royal Bank of Scotland, dan UBS didenda 5,4 miliar dollar AS oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi Amerika Serikat. Lima bank tersebut di duga memanipulasi pasar mata uang asing. Padahal perusahaan-perusahaan di seluruh dunia menggunakan nilai tukar mata uang untuk menghargai aset mereka dan mengelola risiko keuangan mereka (Liauw, 2014). 1.7 Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Informasi nilai wajar harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang diambil (Kieso et al., 2011). Tetapi ada fenomena yang menarik terkait harga pasar yang menjadi dasar pengukuran nilai wajar dapat dimanipulasi atau dapat diintervensi sehingga menyebabkan suatu transaksi yang

15 15 tidak wajar. Lima bank besar yaitu Citigroup, HSBC, JPMorgan Chase, Royal Bank of Scotland, dan UBS berusaha memanipulasi kurs mata uang asing di pasar valuta asing. Pengungkapan dan pengukuran nilai wajar merupakan informasi yang penting bagi investor, namun tingkat kebenaran informasi dapat dipengaruhi oleh kesalahan jumlah pengukuran karena menggunakan sumber perkiraan yaitu dari manajemen atau penilai eksternal. Dalam prakteknya, ketika pasar aktif untuk aset dan kewajiban keuangan tidak ada maka pengukuran nilai wajar mungkin tidak dapat didefinisikan dengan baik (Landsman, 2007). Penelitian mengenai relevansi nilai menjadi penting karena terdapat klaim yang menyatakan bahwa laporan keuangan berbasis biaya historis telah kehilangan sebagian besar relevansinya bagi investor yang diakibatkan oleh perubahan besarbesaran dalam perekonomian, yaitu dari perekonomian industrial ke perkonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa (Francis and Schipper, 1999). Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada penambahan pengetahuan atau masukan teori baru yang berkaitan tentang relevansi nilai pada nilai wajar instrumen keuangan kepada investor maupun manajer investasi sehingga mereka dapat menentukan nilai wajar instrumen keuangan yang dimiliki, meramalkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan mengelola risiko keuangan mereka. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Manajer Investasi

16 16 Penelitian ini juga memberikan informasi kepada Manajer Investasi bagaimana relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan setelah penerapan PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode sehingga manajer investasi dapat mengelola risiko terhadap instrumen keuangan yang dikelolanya dalam mengambil keputusan investasi. b. Bagi Regulator Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tentang kompleksitas penerapan nilai wajar instrumen keuangan dalam menetapkan Standar Akuntansi Keuangan tentang instrumen keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia supaya dapat membuat Standar Akuntansi Keuangan yang Long Lasting. c. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi atau pengetahuan tambahan tentang relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan sehingga investor dapat menilai arus kas masa depan instrumen keuangan yang dimilikinya, daya saing kegiatan perusahaan yang berisiko, menentukan nilai wajar instrumen keuangan yang dimiliki ketika akan menjual instrumen keuangan tersebut dan mengelola risiko keuangan mereka. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan penelitian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN.

17 17 Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, motivasi peneletian, konstribusi penelitian, dan juga sistematika penulisan penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini akan menguraikan teori relevan dengan penelitian dan hasil penelitian terdahulu sebagai dasar untuk pengembangan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN. Bab ini akan menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, termasuk sumber dan jenis data, identifikasi variabel dan pengukurannya serta metode analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang meliputi deskripsi data, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasannya. BAB V : PENUTUP. Bab ini akan memberikan uraian tentang kesimpulan, keterbatasan, saran dan implikasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. oleh pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) memiliki

BAB V PENUTUP. oleh pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) memiliki BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Informasi akuntansi harus memiliki relevansi nilai yang bermanfaat bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penggunaan informasi akuntansi yang akurat oleh pengguna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Terjadi pertentangan pendapat mengenai penerapan nilai wajar. Argumen teoritis yang menentang nilai wajar menurut pendapat Penman (2011) bahwa akuntansi nilai wajar

Lebih terperinci

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessee) melalui sewa pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi yang berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows Presented by: Dwi Martani LAPORAN ARUS KAS Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entias dalam menghasilkan kas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menguji relevansi nilai pajak tangguhan sebagai dampak perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Perubahan PSAK ini terjadi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 56 mengenai laba per saham atas pernyataan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN LAPORAN ARUS KAS Desember 00 IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan merupakan potret sebuah pertanggungjawaban manajemen dalam pelaporan sumber daya perusahaan terhadap berbagai pihak yang terkait yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Biaya modal ekuitas merupakan salah satu komponen biaya yang penting bagi perusahaan yang dapat berdampak pada keputusan investasi. Karena biaya modal ekuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya laju pertumbuhan bisnis saat ini menuntut Indonesia untuk menyetarakan standar keuangan serta penyusunan laporan keuangan mengikuti standar internasional

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,

Lebih terperinci

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi!

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! 1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! Ada 8 faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan akuntansi, antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran pasar modal merupakan suatu hal yang penting dalam dunia perekonomian, karena pasar modal dapat berfungsi sebagai alternatif investasi bagi para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor. Laporan keuangan merupakan cermin dari kondisi suatu perusahaan, sehingga investor dapat memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia dimulai dari tahun 2008. Konvergensi IFRS ke dalam standar akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kornel (2014) berpendapat bahwa beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran dalam pengukuran akuntansi menuju pengukuran berbasis nilai wajar. Penerapan

Lebih terperinci

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017 POS - POS ASET 1. Kas 9,157 2. Penempatan pada Bank Indonesia 44,950 3. Penempatan pada bank lain 2,401 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 30 November 2016 POS POS 30Nov2016 ASET 1. Kas 157,343 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,428,711 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan informasi keuangan dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang sangat bermanfaat bagi pemangku kepentingan yang terdiri dari pihak ekstern dan

Lebih terperinci

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 A S E T Catatan 31 Maret 2012 31 Desember 2011 Kas 3.c, 3.e, 3.f, 4, 44 198,875 140,997 Giro pada Bank Indonesia 3.c, 3.e, 3.g,5, 44 949,568

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga mengambil cara lain yaitu dengan menjual sahamnya kepada para

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga mengambil cara lain yaitu dengan menjual sahamnya kepada para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, hampir setiap perusahaan yang besar mulai membutuhkan modal yang besar pula untuk memajukan usaha yang sedang di jalankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008 Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen 1 Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi Laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Pengertian Laporan Keuangan Dalam upaya untuk membuat keputusan yang rasional, pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan seharusnya menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.087 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.680.914 3. Penempatan pada bank lain 1.451.922 4. Tagihan spot dan derivatif 14.824

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 141,815 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,356,657 3. Penempatan pada bank lain 33,800 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 185,729 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,534,935 3. Penempatan pada bank lain 38,088 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 209,114 2. Penempatan pada Bank Indonesia 12,705,292 3. Penempatan pada bank lain 221,849 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 289,333 2. Penempatan pada Bank Indonesia 13,183,565 3. Penempatan pada bank lain 265,575 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 196,193 2. Penempatan pada Bank Indonesia 12,055,101 3. Penempatan pada bank lain 279,544 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 192,670 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,877,411 3. Penempatan pada bank lain 68,243 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 172,862 2. Penempatan pada Bank Indonesia 10,977,356 3. Penempatan pada bank lain 523,722 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 156,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 10,155,408 3. Penempatan pada bank lain 393,539 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 171,121 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,245,151 3. Penempatan pada bank lain 323,722 4. Tagihan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Fakultas 06FEB LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani Program Studi S1 Akuntansi Fitri Indriawati, SE., M.Si Laporan Arus Kas PSAK 2 Informasi arus kas entitas berguna

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 31 Januari 2017 POS POS 31Jan2017 1. Kas 205,904 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,516,164 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10.486.630 2. Penempatan pada Bank Indonesia 49.714.819 3. Penempatan pada bank lain 20.132.802 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 9.300.575 2. Penempatan pada Bank Indonesia 40.665.033 3. Penempatan pada bank lain 20.128.708 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9,917,585 2. Penempatan pada Bank Indonesia 45,967,392 3. Penempatan pada bank lain 18,194,806 4. Tagihan spot dan derivatif 517,945 5. Surat

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Koperasi Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di negara-negara Eropa. Sistem ekonomi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan yang go public mendapatkan dana dari investor melalui penjualan saham dengan tujuan agar perusahaan tetap dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS ASET 1. Kas 175,971 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,100,359 3. Penempatan pada bank lain 735,042 4. Tagihan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : POS POS 1. Kas 186,852 2. Penempatan pada Bank Indonesia 10,726,033 3. Penempatan pada bank lain 719,138 4. Tagihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 30 November 2015 POS POS 30Nov15 1. Kas 164,906 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,476,330 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per 31 Maret 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per POS POS ASET 1. Kas 404,688 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,264,556 3. Penempatan pada bank lain 2,500,347 4. Tagihan spot dan derivatif 134,574 5. Surat

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 31 Maret 2017 POS POS 31Mar2017 1. Kas 176,671 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,955,720 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 30 April 2017 POS POS 30Apr2017 1. Kas 168,388 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,979,132 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 31 Desember 2016 POS POS 31Dec2016 1. Kas 160,221 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,921,494 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10,326,542 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39,913,302 3. Penempatan pada bank lain 35,944,882 4. Tagihan spot dan

Lebih terperinci

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 11,330,043 2. Penempatan pada Bank Indonesia 45,606,169 3. Penempatan pada bank lain 30,593,245 4. Tagihan spot dan

Lebih terperinci

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 11,422,254 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,800,757 3. Penempatan pada bank lain 27,104,141 4. Tagihan spot dan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10,991,946 2. Penempatan pada Bank Indonesia 54,511,144 3. Penempatan pada bank lain 10,991,847 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 8,974,304 2. Penempatan pada Bank Indonesia 27,151,229 3. Penempatan pada bank lain 21,862,811 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 9,457,847 2. Penempatan pada Bank Indonesia 36,278,608 3. Penempatan pada bank lain 16,536,185 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT BANK SHINHAN INDONESIA Jl. Hayam Wuruk No , Jakarta 10120

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT BANK SHINHAN INDONESIA Jl. Hayam Wuruk No , Jakarta 10120 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Jl Hayam Wuruk No 19-20, Jakarta 10120 ASET 1Kas 35532 2Penempatan pada Bank Indonesia 195911 3Penempatan pada bank lain 1713911 4Tagihan spot dan derivatif 0 5Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi. Berikut adalah isi dari PSAK 28 Revisi 2012 dan PSAK 36 Revisi 2012 berikut Dasar Kesimpulan yang disadur dari website IAI: www.iaiglobal.or.id. PT Padma Radya Aktuaria tidak bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 258,339 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,342,932 3. Penempatan pada bank lain 682,217 4. Tagihan spot dan derivatif 1,379,129 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 218,353 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,136,091 3. Penempatan pada bank lain 1,266,599 4. Tagihan spot dan derivatif 1,337,163 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 236,736 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,487,295 3. Penempatan pada bank lain 835,588 4. Tagihan spot dan derivatif 1,335,674 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 236,065 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,838,433 3. Penempatan pada bank lain 1,540,080 4. Tagihan spot dan derivatif 1,292,070 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 242,104 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,227,297 3. Penempatan pada bank lain 1,182,927 4. Tagihan spot dan derivatif 1,263,817 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 225,519 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,858,624 3. Penempatan pada bank lain 3,248,948 4. Tagihan spot dan derivatif 982,947 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 234,890 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,459,225 3. Penempatan pada bank lain 840,906 4. Tagihan spot dan derivatif 918,812 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 340,986 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,168,772 3. Penempatan pada bank lain 1,323,770 4. Tagihan spot dan derivatif 998,706 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 381,279 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,883,109 3. Penempatan pada bank lain 2,626,732 4. Tagihan spot dan derivatif 634,232 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 248,071 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,253,934 3. Penempatan pada bank lain 2,071,318 4. Tagihan spot dan derivatif 1,467,778 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 192,729 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,705,671 3. Penempatan pada bank lain 1,009,313 4. Tagihan spot dan derivatif 701,783 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 28 Februari 2017 POS POS 28Feb2017 1. Kas 185,688 2. Penempatan pada Bank Indonesia 10,915,847 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 153,176 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,126,301 3. Penempatan pada bank lain 3,505,058 4. Tagihan spot dan derivatif 327,757 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 157,319 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,325,607 3. Penempatan pada bank lain 2,586,248 4. Tagihan spot dan derivatif 331,150 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 156,848 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,696,413 3. Penempatan pada bank lain 1,306,415 4. Tagihan spot dan derivatif 321,745 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 127,300 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,573,635 3. Penempatan pada bank lain 2,831,923 4. Tagihan spot dan derivatif 280,677 5.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Tanggal: POS POS ASET 1. Kas 14,035 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,027,339 3. Penempatan pada bank lain 555,780 4. Tagihan spot dan derivatif 628,229 5. Surat

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER NOVEMBER 2014 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER NOVEMBER 2014 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN PER NOVEMBER 214 NO POSPOS 3Nov14 ASET 1 Kas 65,634 2 Penempatan pada Bank Indonesia 259,792 3 Penempatan pada bank lain 969,24 4 Tagihan spot dan derivatif 5 Surat Berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9.601.772 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37.086.352 3. Penempatan pada bank lain 14.455.137 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11.253.358 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39.954.020 3. Penempatan pada bank lain 19.876.744 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 16,585,317 2. Penempatan pada Bank Indonesia 38,046,361 3. Penempatan pada bank lain 22,931,445 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,417,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,972,458 3. Penempatan pada bank lain 19,313,423 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11,609,497 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,482,395 3. Penempatan pada bank lain 26,093,132 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,260,695 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,182,944 3. Penempatan pada bank lain 26,766,738 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci