BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Manajemen risiko dalam bisnis melibatkan pengidentifikasian peristiwa peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil tindakan untuk mencegah dan/atau meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut (Brigham dan Daves, 2009:834). Ruang lingkup manajemen risiko telah diperluas menjadi turut mencakup hal hal seperti pengendalian biaya biaya input penting yaitu bahan bakar minyak dengan membeli transaksi berjangka untuk minyak, atau perlindungan dari perubahan dalam tingkat suku bunga atau nilai tukar dengan melakukan transaksi di pasar valuta asing. Manajer risiko juga mencoba untuk memastikan bahwa tindakan tindakan yang dirancang untuk melindungi nilai dari risiko bukan sebaliknya justru menambah risiko. Hanafi (2012:1) menyatakan bahwa risiko adalah kejadian yang merugikan atau kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian, dimana ketidakpastian bisa tercermin dari fluktuasi pergerakan yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi maka semakin besar ketidakpastiannya. Risiko keuangan (Brigham dan Houston, 2011:164) merupakan tambahan risiko yang dibebankan kepada pemegang saham biasa sebagai akibat dari keputusan untuk melakukan pendanaan utang. 12

2 13 Perusahaan yang memiliki operasi di luar negeri menghadapi beberapa risiko yang pada dasarnya berasal dari perubahan nilai tukar (Horne dan Wachowicz, 2001:550). Terdapat beberapa jenis eksposur risiko nilai tukar (Horne dan Wachowicz, 2001:552), yaitu yang pertama adalah eksposur translasi merupakan perubahan laba akuntansi dan neraca yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Jenis eksposur kedua adalah eksposur transaksi yang berhubungan dengan penyelesaian transaksi tertentu pada satu nilai tukar ketika kewajibannya dicatat pada nilai tukar lainnya. Terakhir, eksposur ekonomi melibatkan perubahan arus kas yang diharapkan di masa depan, dan juga nilai ekonomi yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Hanafi (2012:234) menyatakan bahwa dalam keuangan international terdapat tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perubahan kurs, yaitu : 1) Eksposur Transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs. 2) Eksposur Akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu, kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan terhadap perubahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi semacam itu menghasilkan keuntungan atau kerugian. 3) Eksposur Operasi adalah operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.

3 14 4) Eksposur Ekonomi adalah eksposur operasi yang digabung dengan eksposur transaksi. Brigham dan Daves (2009:837) menjelaskan beberapa alasan yang baik bagi perusahaan untuk mengelola risikonya, yaitu : 1) Kapasitas utang. Manajemen risiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus kas, sehingga dapat mengurangi kemungkinan kebangrutan. Perusahaan perusahaan dengan risiko operasional yang lebih rendah dapat mempergunakan utang lebih banyak, sehingga dapat mengarah pada harga saham yang lebih tinggi lagi akibat adanya pengurangan pajak dari bunga. 2) Menjaga anggaran modal yang optimal dari waktu ke waktu. Perusahaan perusahaan enggan memperoleh ekuitas eksternal akibat adanya biaya emisi yang tinggi dan tekanan pasar. Ini artinya anggaran modal umumnya harus didanai dengan utang ditambah dana yang diperoleh secara internal, khususnya saldo laba ditahan dan depresiasi. 3) Kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan yang dapat berupa kekhawatiran pemegang saham, tingkat suku bunga yang tinggi atas utang, kepergian pelanggan hingga kebangkrutan, memiliki keterkaitan dengan adanya penurunan arus kas di bawah tingkat yang diharapkan. Manajemen risiko dapat mengurangi kemungkinan terjadinya arus kas yang rendah, dan akibatnya kesulitan keuangan. 4) Keunggulan komparatif dalam lindung nilai. Banyak investor tidak dapat mengimplementasikan program lindung nilai sendiri seefisien sebuah perusahaan. Pertama, perusahaan umumnya memiliki biaya transaksi yang

4 15 rendah karena volume aktivitas lindung nilai yang lebih besar. Kedua, adanya masalah informasi asimetris, manajer tahu lebih banyak akan eksposur risiko perusahaan daripada investor luar, sehingga manajer dapat melakukan lindung nilai yang lebih efektif. Dan ketiga, manajemen risiko yang efektif mensyaratkan adanya keahlian keahlian dan pengetahuan khusus yang lebih besar kemungkinannya dimiliki oleh perusahaan. 5) Biaya pinjaman. Perusahaan terkadang dapat menurunkan biaya biaya input, khususnya tingkat bunga atas utang, melalui penggunaan instrumen instrumen derivatif yang disebut swap. 6) Dampak perpajakan. Perusahaan dengan laba yang tidak stabil membayar pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan yang lebih stabil karena adanya perlakuan kredit pajak dan ketentuan ketentuan yang mengatur kerugian perusahaan yang dibawa ke depan dan dibawa ke belakang. Oleh karena itu, sistem perpajakan yang ada mendorong manajemen risiko menstabilkan laba. 7) Sistem kompensasi. Kebanyakan sistem kompensasi menetapkan angka batas atas dan batas bawah untuk bonus atau memberikan imbalan kepada para manajer karena telah memenuhi sasarannya. Meskipun tidak memberikan tambahan nilai yang terlalu banyak bagi para pemegang saham, lindung nilai masih dapat memberikan manfaat bagi para manajer. Beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi keputusan perusahaan dalam mengelola risikonya (Zubir, 2011 : 20), antara lain : 1) Risiko suku bunga, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman. Tingkat bunga yang tinggi dapat

5 16 menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah seperti deposito lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi seperti saham. 2) Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak return suatu investasi sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar keseluruhan. Risiko pasar disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh yang mempengaruhi kegiatan pasar secara umum, seperti resesi, peperangan, perubahan struktur keuangan, dan perubahan selera keuangan. 3) Risiko inflasi, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara umum. Hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan karena permintaan terhadap barang yang diproduksi menurun, sehingga penjualan juga menurun dan harga saham melemah. 4) Risiko bisnis, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun klaim dari masyarakat terhadap perusahaan karena merusak lingkungan. 5) Risiko finansial, yaitu risiko keuangan ang berkaitan dengan struktur modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai utang besar mempunyai risiko yang besar juga di mata pemegang sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian laba atau dividen yang diterima oleh pemegang saham menjadi kecil. Jika pendapatan

6 17 perusahaan tidak stabil, maka makin besar pula kemungkinan pemegang saham tidak menerima dividen dan hal ini akan mengakibatkan saham perusahaan menjadi tidak menarik, sehingga harga sahamnya akan jatuh. 6) Risiko likuiditas, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Risiko likuiditas juga berkaitan dengan kondisi perusahaan seperti menghadapi kesulitan keuangan. Investor yang memegang saham perusahaan tidak likuid akan menanggung risiko yang tinggi karena harganya akan jatuh pada waktu dijual, sehingga real return akan berada jauh di bawah expected return. 7) Risiko nilai tukar mata uang, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan nilai mata uang suatu Negara. Hal ini menjadi faktor penyebab real return lebih kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar dapat disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap mata uang suatu Negara dalam perdagangan internasional dan mata uang sebagai komoditas yang diperjualbelikan. 8) Risiko Negara yaitu risiko yang berkaitan dengan investasi lintas Negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan, dan stabilitas perekonomian suatu negara. Semakin tidak stabil keamanan, politik, dan perekonomian suatu negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara tersebut, karena return investasi jadi makin tidak pasti, sehingga kompensasi atau return yang dituntut atas suatu investasi makin tinggi. Oleh karena itu, stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara lain.

7 Derivatif Mata Uang Hubungan antara pendapatan (atau penetapan harga) dan biaya anak perusahaan luar negeri terkadang menyediakan lindung nilai alami, sehingga perusahaan mendapatkan perlindungan terus menerus terhadap fluktuasi nilai tukar (Horne dan Wachowicz, 2001:558). Kuncinya adalah sejauh mana arus kas disesuaikan secara alami terhadap perubahan mata uang. Masalahnya bukan di Negara mana anak perusahaan tersebut berada, namun apakah fungsi pendapatan dan biaya anak perusahaan tersebut sensitif terhadap kondisi pasar global atau domestik. Sarana lainnya untuk mencegah eksposur mata uang adalah melalui alat dari beberapa pasar mata uang seperti kontrak forward, kontrak berjangka, opsi mata uang dan swap mata uang. Derivatif mata uang merupakan kontrak yang harganya sebagian merupakan turunan dari nilai mata uang yang terdapat pada kontrak tersebut. Beberapa individu dan perusahaan keuangan membentuk posisi derivatif mata uang untuk berspekulasi atas perubahan kurs nilai tukar di masa depan (Madura, 2006:147). Brigham dan Houston (2011:347) menyatakan bahwa derivatif merupakan suatu kontrak keuangan antara dua pihak untuk mentransaksikan suatu aset saat harga tetap pada tanggal yang akan terjadi di masa depan. Lindung nilai (hedging) dilakukan oleh suatu perusahaan atau individu untuk melindungi terhadap suatu perubahan harga yang akan memberikan dampak negatif pada laba (Brigham dan Houston, 2011:379). Instrumen derivatif sangat bermanfaat untuk manajemen risiko, yaitu bisa digunakan untuk hedging (lindung nilai). Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh

8 19 turun-naiknya harga. Hedging merupakan suatu cara produsen atau investor untuk melindungi posisi suatu aset atau (underlying assets) dari risiko perubahan pasar. Brigham dan Daves (2009:853) menyatakan perusahaan dapat terkena berbagai risiko terkait dengan tingkat suku bunga, harga saham, dan fluktuasi nilai tukar di dalam pasar uang. Salah satu cara yang paling jelas dalam mengurangi risiko keuangan adalah dengan memiliki portofolio saham dan sekuritas uang yang terdiversifikasi secara luas, termasuk di dalamnya sekuritas internasional dan utang dengan berbagai waktu jatuh tempo. Akan tetapi, derivatif juga dapat digunakan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan bursa keuangan dan komoditas. Instrumen derivatif dasar dapat dikelompokkan menjadi forward, futures, opsi, dan swap (Brigham dan Houston, 2011:347). 1) Kontrak berjangka (forward contracts) merupakan suatu kontrak keuangan yang memperkenankan pembeli kontrak untuk membeli aset tertentu pada harga tertentu di tanggal tertentu di masa depan. Penjual kontrak berjangka harus menjual kepada pembeli pada harga dan tanggal di masa depan tersebut. Underlying asset untuk kontrak berjangka tidak harus berupa emas, tetapi dapat berupa komoditas seperti logam mulia, logam, energi, gandum, makanan, mata uang, dan indeks keuangan. Kontrak berjangka memiliki fleksibilitas yang tinggi, tetapi kontrak berjangka juga memiliki kelemahan yang cukup besar karena tidak likuid. Artinya, pembeli atau penjual kontrak berjangka tidak dapat dengan mudah menjual posisinya dalam kontrak berjangka sebelum tanggal pengiriman. Cara menghentikan kontrak berjangka ini adalah dengan membatalkan kontrak atas dasar persetujuan pihak lawan.

9 20 Cara yang lain adalah mencoba untuk menjual kontrak berjangka kepada pihak ketiga. Cara yang ini akan sulit dilakukan karena kontrak berjangka biasanya bersifat sangat khusus, sehingga akan sulit bagi pemilik kontrak untuk menemukan pembeli yang memiliki kebutuhan underlying asset yang persis sama pada jumlah, harga, dan tanggal pengiriman tetap yang persis sama seperti yang dicantumkan dalam kontrak. Agar kontrak berjangka dapat dengan mudah diperjualbelikan dan bersifat likuid, spesifikasinya perlu distandarisasi dan harus ada bursa untuk memperdagangkannya. 2) Kontrak ijon (futures contracts) pada intinya sama dengan kontrak berjangka, hanya saja spesifikasi kontrak berjangka tersebut telah distandarisasi dan diperdagangkan di bursa. Untuk suatu kontrak berjangka, harga pengiriman ditetapkan pada hari pertama dan tidak dapat diubah, tetapi pada kontrak ijon harga pengiriman underlying asset akan berubah setiap hari. Pada umumnya, jika harga pasar aset saat ini yang disebut harga spot naik, maka harga pengiriman kontrak ijon juga akan ikut naik, begitu pula sebaliknya. Kenaikan dalam harga pengiriman ini tidak harus persis sama dengan kenaikan harga aset. Harga pengiriman efektif kontrak ijon setiap saat diumumkan di bursa. Jadi, harganya dapat berubah kapan saja. Pada hari terakhir perdagangan, harga pengiriman penutup dari kontrak ijon akan diumumkan dan seluruh kontrak ijon yang beredar akan ditetapkan pada harga pengiriman tersebut sampai sesi perdagangan berikutnya. 3) Kontrak opsi (option contract) merupakan suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya namun bukan kewajiban untuk membeli (atau

10 21 menjual) suatu aset pada harga yang telah ditentukan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu. Ada dua jenis kontrak opsi utama, yaitu opsi call dan opsi put : a) Opsi Beli (Call Option) merupakan suatu kontrak opsi untuk membeli atau call selembar saham pada harga dan tanggal yang telah ditentukan. Opsi call Eropa memberikan hak kepada pembeli kontrak, tetapi bukan kewajiban untuk membeli underlying asset dari penjual kontrak pada harga dan tanggal yang telah ditentukan. Opsi call Amerika mirip dengan Eropa hanya saja pembeli dapat melaksanakan opsi call pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa, artinya pembeli dapat membeli underlying asset dari penjual opsi pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa b) Opsi Jual (Put Option) merupakan suatu opsi untuk menjual selembar saham pada harga dan tanggal tertentu. Opsi put Eropa memberikan hak kepada pembeli kontrak tetapi bukan kewajiban untuk menjual underlying asset ke penjual kontrak pada suatu harga dan tanggal yang telah ditentukan. Opsi put Amerika persis sama dengan Eropa kecuali pembeli dapat melaksanakan opsi put, pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa. 4) Swap adalah dua pihak yang setuju untuk bertukar (swap) sesuatu, biasanya kewajiban untuk melakukan sejumlah pembayaran tertentu. Terdapat banyak jenis swap yang ada di pasar, termasuk swap tingkat bunga, swap mata uang, swap ekuitas, swap komoditas, dan swap risiko kredit. Di antara beberapa swap tersebut, swap tingkat bunga merupakan yang paling tua dan paling sederhana. Suatu swap tingkat bunga merupakan suatu kontrak keuangan yang

11 22 didasarkan atas suatu estimasi, dimana pembeli kontrak membayar tingkat bunga tetap secara berkala yang didasarkan atas jumlah yang diestimasi oleh penjual, dan penjual kontrak membayar tingkat bunga mengambang berdasarkan atas jumlah estimasi yang sama secara berkala kepada pembeli. Madura (2006 : 147) menjelaskan derivatif mata uang yang sering digunakan baik oleh spekulator yang tertarik menggunakan perdagangan mata uang hanya untuk memperoleh keuntungan, maupun oleh perusahaan untuk melindungi posisi valuta asingnya. Perusahaan multinasional umumnya membentuk posisi derivatif sebagai lindung nilai eksposurnya terhadap risiko nilai tukar. Madura (2006 : 147) juga me njelaskan beberapa transaksi derivatif yang sering digunakan oleh MNC, yaitu sebagai berikut : 1) Pasar Forward. Pasar forward memfasilitasi perdagangan kontrak forward atas mata uang. Kontrak forward adalah perjanjian antara sebuah perusahaan dengan sebuah bank komersial untuk menukar sejumlah mata uang tertentu dengan kurs nilai tukar tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Saat perusahaan multinasional (MNC) mengantisipasi kebutuhan adanya pene rimaan valuta asing di masa depan, MNC dapat membuat kontrak forward untuk menetapkan kurs untuk membeli atau menjual valuta asing tertentu. Umumnya semua MNC besar menggunakan kontrak forward, dan kontrak forward umumnya tidak digunakan oleh konsumen atau perusahaan kecil. Kontrak forward yang paling umum berjangka waktu 30, 60, 90, 180, dan

12 hari, kurs forward atas suatu mata uang tertentu umumnya berbeda sesuai dengan lamanya periode forward. 2) Pasar Futures. Kontrak futures mata uang merupakan kontrak yang menyatakan volume standar suatu mata uang tertentu untuk ditukar pada tanggal jatuh tempo tertentu. Kontrak futures mata uang serupa dengan kontrak forward dari sisi kewajibannya, tetapi berbeda dengan forward dari sisi bentuk perdagangannya. Futures umumnya digunakan oleh MNC untuk lindung nilai posisi valuta asingnya. Selain itu, futures diperdagangkan oleh spekulator yang berharap memperoleh manfaat dari prediksinya mengenai pergerakan kurs masa depan. Perusahaan atau individu dapat mengirim pesanan kontrak futures melalui perusahaan pialang yang bertindak sebagai perantara. 3) Pasar Opsi. Opsi mata uang memberikan hak untuk membeli atau menjual mata uang dengan harga tertentu. Opsi mata uang dikelompokkan menjadi opsi beli (call) dan opsi jual (put). a) Opsi beli mata uang memberikan hak untuk membeli mata uang tertentu pada harga tertentu selama suatu periode tertentu. Opsi beli akan menguntungkan ketika seseorang ingin menetapkan harga maksimum untuk membeli suatu mata uang di masa depan. Jika kurs spot mata uang tersebut meningkat di atas strike price (harga penyerahan), pembeli opsi dapat menggunakan opsi dengan membeli mata uang seharga strike price, yang lebih murah dibandingkan kurs spot yang berlaku. Pemilik opsi

13 24 dapat memilih untuk membiarkan opsi kadaluwarsa tanpa menggunakan opsi tersebut, pemilik opsi yang kadaluwarsa merugi sebesar premi awal yang dibayarnya, tetapi itulah jumlah kerugian maksimalnya. b) Opsi jual mata uang memberikan hak kepada pemilik opsi untuk menjual suatu mata uang pada harga tertentu selama suatu periode waktu tertentu. Opsi jual mata uang dikatakan menguntungkan jika kurs nilai tukar saat ini lebih kecil dari strike price, netral jika kurs nilai tukar saat ini sama dengan strike price, dan tidak menguntungkan jika kurs nilai tukar saat ini lebih tinggi dibandingkan strike price. 2.3 Leverage Brigham dan Houston (2011:153) menyatakan jika suatu perusahaan ingin tumbuh, perusahaan membutuhkan modal, dan modal tersebut datang dalam bentuk utang atau ekuitas. Pendanaan utang memiliki dua keunggulan penting, yang pertama yaitu bunga yang dibayarkan atas utang dapat menjadi pengurang pajak, sementara dividen yang dibayarkan atas saham bukan pengurang pajak dan hal ini akan menurunkan biaya relatif utang. Keunggulan yang kedua yaitu pengembalian atas utang jumlahnya tetap, sehingga pemegang saham tidak ikut menerima laba perusahaan jika perusahaan meraih keberhasilan yang luar biasa. Namun utang juga memiiki kelemahan, kelemahan yang pertama yaitu penggunaan utang dalam jumlah yang besar akan meningkatkan risiko perusahaan, yang meningkatkan biaya utang maupun ekuitas. Kelemahan yang kedua jika perusahaan mengalami masa masa yang buruk dan laba operasinya

14 25 tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, pemegang saham terpaksa harus menutupi kekurangan tersebut. Jika tidak bisa, perusahaan tersebut akan bangkrut. Risiko keuangan (Brigham dan Houston, 2011:164) adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Penggunaan pendanaan melalui utang (leverage keuangan) akan memberikan tiga implikasi penting, yaitu: 1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang diberikan. 2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi oleh kreditor. 3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar. Perusahaan perusahaan yang memiliki rasio utang relatif tinggi akan memiliki ekspektasi pengembalian yang juga lebih tinggi ketika perekonomian sedang berada pada kondisi normal, namun memiliki risiko kerugian ketika ekonomi mengalami masa resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan penggunaan utang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat. Rasio leverage dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio

15 26 (DER) menunjukan sejauh mana pendanaan dari hutang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. Ahmad dn Haris (2012) juga menggunakan rasio yang sama yaitu debt to equity ratio yang merupakan rasio total hutang dibandingkan dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan dan dapat dirumuskan sebagai berikut : DER = Penggunaan Debt to Equity Ratio dikarenakan DER adalah rasio yang paling tepat untuk menggambarkan struktur modal perusahaan dan dapat menunjukan kondisi keuangan perusahaan. Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Pemegang saham mungkin di lain pihak lebih menginginkan lebih banyak leverage karena ia akan memperbesar ekspektasi keuntungan. Hubungan leverage dengan keputusan hedging dapat dilihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Ameer (2010) dalam artikelnya menyatakan bahwa suatu perusahaan yang menggunakan utang akan menghadapi biaya kesulitan keuangan dan karenanya keinginan yang lebih besar untuk terlibat dalam aktivitas lindung nilai. Ahmad dan Haris (2012) juga menyatakan hal yang sama bahwa lindung nilai akan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan dalam kesulitan keuangan akibat penggunaan utang, sehingga leverage memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penggunaan hedging. Beberapa penelitian juga mendukung pendapat tersebut

16 27 seperti yang dilakukan oleh Takao dan Lantara (2009), Afza dan Alam (2011), serta Guniarti (2014). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shaari et al. (2013) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penggunaan hedging pada perusahaan di Malaysia. Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan derivatif dari suatu perusahaan tergantung pada posisi keuangan perusahaan. Sebagai sebuah perusahaan di tingkat utang yang tinggi, perusahaan akan memotong biaya untuk mengurangi tingkat utang dan dengan demikian perusahaan akan menghindari masuk ke pasar derivatif jika tidak perlu karena permasalahan anggaran dan modal. Alasan mengapa rasio hutang terhadap ekuitas tidak signifikan adalah mungkin karena rasio ini yang tidak bisa secara akurat menunjukkan tingkat utang perusahaan, dan beberapa perusahaan mungkin tidak menambah dana operasional dari sumber pendanaan eksternal. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jiwandhana dan Triaryati (2016) bahwa Debt to equity ratio (DER) sebagai proksi dari leverage memiliki pengaruh yang negatif namun tidak signifikan pada keputusan hedging dengan instrumen derivatif. 2.4 Ukuran Perusahaan Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya pun berbeda-beda. Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal (Aretz et al.,2007). Semakin besar suatu perusahaan risiko yang diterima

17 28 pun semakin besar, sehingga perusahaan cenderung lebih banyak melakukan aktivitas hedging untuk melindungi asetnya. Perusahaan yang lebih besar tentunya memiliki aktivitas operasional yang luas dan lebih berisiko karena adanya kemungkinan besar untuk bertransaksi hingga ke berbagai negara. Ketika perusahaan dengan ukuran yang besar beroperasi melintasi berbagai negara akan melibatkan beberapa mata uang yang berbeda (Guniarti, 2014). Dalam kegiatannya akan terdapat risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih besar akan lebih banyak melakukan aktivitas hedging dalam rangka melindungi perusahaan dari risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Nguy en & Faff, 2002). Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma nilai buku dari total aset (Ahmad dan Haris, 2012) yang bisa dirumuskan sebagai berikut : Firm Size = In Total Asset Ukuran perusahaan dilihat dari jumlah total aset yang dimilikinya, semakin besar aset yang dimiliki, semakin hati-hati perusahaan tersebut melangkahkan suatu kegiatan di perusahaannya. Ameer (2010) juga telah menyatakan bahwa ada hubungan antara ukuran perusahaan dan lindung nilai, terdapat hubungan positif atau negatif antara ukuran perusahaan dan aktivitas lindung nilai. Perusahaan-perusahaan kecil memiliki insentif yang lebih besar untuk melakukan lindung nilai. Karena perusahaan-perusahaan kecil juga dihadapkan dengan asimetri informasi yang lebih besar dan biaya transaksi pembiayaan yang lebih tinggi, jadi untuk membuat pendanaan eksternal tentunya akan lebih mahal bagi perusahaan-perusahaan kecil, sehingga lindung nilai sangat

18 29 mungkin untuk dilakukan. Namun, perusahaan-perusahaan kecil mungkin tidak memiliki teknologi dan keahlian untuk secara efektif menggunakan derivatif untuk mengelola eksposur risiko tersebut. Guniarti (2014) menyatakan bahwa besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal. Bahkan ukuran perusahaan dapat pula menciptakan hambatan masuk bagi perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Perusahaan besar cenderung bertindak hati hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan aktivitas hedging yang lebih banyak. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam menjalankan perusahaan sehingga berdampak perusahaan tersebut melakukan manajemen risiko yang lebih ketat. Beberapa penelitian juga menyatakan hubungan antara ukuran perusahaan dengan keputusan hedging. Sang et al (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging. Ahmad dan Haris (2012) dan Marshal et al. (2013) juga menyatakan hal yang sama bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging. Berbeda dengan beberapa penelitian berikut seperti yang dilakukan Shiu et al. (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging. Takao dan Lantara (2009) juga menemukan hal yang sama bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging. Afza dan Alam (2011), Ameer (201 0), Chaudrhry et al.

19 30 (2014), Raghavendra dan Velmurugan (2014), serta Jin dan Jorion (2007) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging. 2.5 Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Daves, 2009:265). Bagi perusahaan tingkat profitabilitas lebih penting dibandingkan dengan laba, karena laba yang lebih besar bukan merupakan ukuran perusahaan telah memiliki kinerja yang efektif dan efisien. Rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil hasil operasi (Brigham dan Daves, 2009:266). 1) Margin laba atas penjualan yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan menunjukkan laba per nilai dolar penjualan : Margin laba atas penjualan = 2) Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva : Basic Earning Power (BEP) = Rasio di atas menunjukkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dari aktiva aktiva perusahaan, sebelum ada pengaruh dari pajak dan leverage,

20 31 dan angka ini akan bermanfaat dalam membandingkan perusahaan perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat pengungkitan keuangan yang berbeda beda. 3) Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva (return to total assets ROA) setelah beban bunga dan pajak : ROA = 4) Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa yaitu rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa. ROE = Riyadi (2006:155) menyatakan bahwa terdapat dua rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan, rasio rasio tersebut adalah sebagai berikut : 1) Return On Assets (ROA) ROA merupakan rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan. Secara umum ROA diformulasikan sebagai berikut : ROA = x 100 Persen ( )

21 32 2) Return On Equity (ROE) ROE merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal inti, rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Secara umum ROE diformulasikan sebagai berikut : ROE = ( ) x 100 Persen Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Assets (ROA). Penggunaan Return on Asset (ROA) dikarenakan ROA adalah rasio yang mencerminkan efektivitas kinerja suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Apabila tingkat pengembalian (ROA) perusahaan berada dibawah rata rata industri, ini merupakan akibat dari kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang rendah ditambah dengan biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya diatas rata rata, dimana keduanya menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah (Brigham dan Daves, 2009:266). Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan hubungan antara profitabilitas dengan keputusan hedging. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Shaari et al. (2013) yang menyatakan bahwa ROA dan ROE memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penggunaan hedging pada perusahaan di Malaysia. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiwandhana dan Triaryati (2016) yang menyatakan bahwa return on asset sebagai proksi dari profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan hedging dengan menggunakan instrumen derivatif. Berbeda dengan penelitian Jin dan Jorion (2007) yang menyatakan

22 33 bahwa profitabilitas memiliki hubungan yang negatif dengan penggunaan hedging. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Jang (2011) dimana terdapat hubungan yang negatif antara profitabilitas perusahaan dengan keputusan hedging perusahaan dengan alasan semakin tingginya profitabilitas maka perusahaan akan menghadapi risiko financial distress cost yang lebih kecil dan mengakibatkan perusahaan tidak melakukan hedging. 2.6 Likuiditas Aktiva likuid adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku (Brigham dan Daves, 2009:256). Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Menurut Brigham dan Daves (2009:258) rasio likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dapat dihitung menggunakan rasio lancar, dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar (Brigham dan Daves, 2009:258) : Rasio Lancar = Current ratio (Rasio lancar) merupakan salah satu rasio likuiditas yang bertujuan untuk melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya. Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek,

23 34 utang jatuh tempo yang kurang dari satu Tahun, akrual pajak, dan beban beban akrual lainnya. Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan mulai membayar tagihan tagihannya (utang usaha) secara lebih lambat, meminjam dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda adanya masalah. Ahmad dan Haris (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan mencoba sejauh mungkin untuk tidak untuk menggunakan sumber pembiayaan eksternal. Likuiditas yang tinggi mengarah untuk menurunkan eksposur dan dengan demikian mengakibatkan perusahaan memiliki sedikit insentif untuk lindung nilai. Secara teoritis diperkirakan bahwa likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan probabilitas perusahaan untuk menggunakan derivatif untuk mengelola risiko keuangan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nguyen dan Faff (2002) menunjukkan bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil kemungkinan akan menggunakan derivatif untuk mengelola risiko. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shaari et al. (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penggunaan hedging pada perusahaan di Malaysia. Penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Guniarti (2014) yang menyatakan bahwa liquidity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Marshall et al. (2013) yang menyatakan bahwa Likuiditas berpengaruh positif namun tidak signifikan

24 35 terhadap keputusan penggunaan hedging. Sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Raghavendra dan Velmurugan (2014) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging. Shaari et al. (2013) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penggunaan hedging.

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1) Landasan Teori 2.1.1 Hedging Hedging adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan multinasional untuk melindungi perusahaan dari eksposur terhadap valuta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional atau dikenal dengan perdagangan antar negara, saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat kita ketahui dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan pada penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu berikut ini beberapa persamaan dan perbedaan yang mendukung penelitian ini : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transaksi perusahaan dengan perusahaan internasional tidak hanya dilakukan secara tunai, akibatnya timbul hutang maupun piutang dalam bentuk mata uang asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah salah satu contoh bidang pergerakan usaha yang tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat dekat dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Resiko Risiko merupakan kerugian yang diakibatkan oleh sebuah kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi perusahaan selain memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam usahanya

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam usahanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya dalam perekonomian suatu negara. Perbankan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan selain memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaanperusahaan asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang. Perdagangan internasional adalah hal yang datang dan tidak dapat dicegah di era globalisasi seperti saat ini. Perdagangan internasional atau yang lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menerapkan strategi strategi baru untuk memperbaiki arus kas

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menerapkan strategi strategi baru untuk memperbaiki arus kas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi mengharuskan banyak perusahaan secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan strategi strategi baru untuk memperbaiki arus kas mereka untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity,

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity, 87 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity, Leverage, Firm Size, Cash Ratio,dan Current Ratio terhadap probabilitas perusahaan menggunakan instrument

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur modal Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada dua kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen derivatif di Indonesia saat ini sudah semakin banyak diminati serta dimanfaatkan penggunaannya oleh banyak perusahaan dan investor. Namun, krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap keputusan hedging bank konvensional maka semakin tinggi. b. Kesulitan keuangan ( financial distress) mempunyai pengaruh yang

BAB V PENUTUP. terhadap keputusan hedging bank konvensional maka semakin tinggi. b. Kesulitan keuangan ( financial distress) mempunyai pengaruh yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis regresi logistik yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi di mana keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih berada dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif, banyak perusahaan melakukan strategi dengan melakukan investasi tambahan melalui penjualan saham

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014. Teknik pengampilan sampel dilakukan

Lebih terperinci

: hedging, risiko, leverage, profitabilitas, likuiditas

: hedging, risiko, leverage, profitabilitas, likuiditas Judul :Pengaruh Leverage, Profitabilitas, dan Likuiditas terhadap Keputusan Hedging Perusahaan Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Nama : Ni Nengah Novi Ariani NIM : 1306205034 Abstrak Hedging

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lindung nilai atau biasa dikenal dengan sebutan hedging menjadi topik hangat

BAB I PENDAHULUAN. lindung nilai atau biasa dikenal dengan sebutan hedging menjadi topik hangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan situasi ketidakpastian perekonomian global yang terjadi, lindung nilai atau biasa dikenal dengan sebutan hedging menjadi topik hangat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan BAB II URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan perusahaan antar hutang dan ekuitas (Theresia,2007).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah-masalah yang timbul akibat nilai kurs mata uang yang menyatakan hubungan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori dan Literatur Bab ini akan menguraikan dan membahas kajian pustaka yang relevan terhadap topik penelitian. Kajian pustaka tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal yang dalam hal ini kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terlihat dari kinerjanya. Informasi tentang kinerja keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terlihat dari kinerjanya. Informasi tentang kinerja keuangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan era ekonomi saat ini, setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Packing Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas 2.1.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan total aktiva, penjualan, maupun hutang jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Return Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan menjadi faktor yang sangat penting didalam kegiatan bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami perkembangan dan mengarah pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaanperusahaan semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Arlina et al (2014), yang menguji Pengaruh informasi arus kas, laba kotor, ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi (Harnanto,1984).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada prinsipnya pasar modal merupakan sarana bertemunya pihak yang memerlukan modal dengan pemilik modal, baik perorangan maupun kelompok dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Return Saham Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis finansial di Amerika Serikat pada tahun 2008 menimbulkan dampak yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada dasarnya, pasar modal hampir sama dengan pasar lainnya, yang membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah dalam hal komoditas yang diperdagangkan. Pasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari 1 (satu)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh manajer keuangan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan. Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Ketika sebuah perusahaan berkembang, perusahaan tentunya akan membutuhkan modal dan modal tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) adalah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Menurut Hanafi, (2016:81) Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor fundamental perusahaan terhadap return saham sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Tujuan utama perusahaan ialah untuk memperoleh laba guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (bursa efek). Pasar modal merupakan esensi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menejemen Resiko Resiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian, resiko bisa didefenisikan kejadian yang merugikan. sebagai contoh investasi dapat mendatangkan

Lebih terperinci