BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. IV.1.1. Penyajian Instrumen Keuangan Terdapat beberapa perubahan pada pos instrumen keuangan yang terjadi karena adanya penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada industri perbankan, dibawah ini merupakan perubahan pos instrumen keuangan dari hasil analisis yang dilakukan pada laporan keuangan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan: Keterangan : Tahun 2009: Sebelum bank menerapkan PSAK No.50 (revisi 2006) Tahun 2011: Saat bank menerapkan PSAK No.50 (revisi 2006) 1. Kas dan setara kas Tahun 2009: Komponen yang diklasifikasikan sebagai bagian dari kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain. Tahun 2011: Pada penerapan revisi 2006, Bank melakukan pengklasifikasian pada kas dan setara kas, mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka pendek lancar lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang. 33

2 Alasan: Berdasarkan hasil analisis antara PSAK No. 50 (revisi 2006) dengan laporan posisi keuangan Bank, memperoleh hasil bahwa aset keuangan menurut PSAK No. 50 (revisi 2006) aset keuangan adalah aset yang berbentuk kas, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, dan hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan dari entitas lain. Sedangkan menurut Bank aset keuangan terdiri dari Kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka pendek lainnya dengan jangka waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aset keuangan Bank penerapannya telah sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 2. Giro pada Bank Indonesia dan Bank lain Tahun 2009: Giro pada Bank Indonesia disajikan sebesar nilai giro, sedangkan giro pada bank lain dinyatakan sebesar nilai giro dikurangi dengan penyisihan kerugian penurunan nilai. Tahun 2011: Giro pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang pada laporan posisi keuangan Bank. Instrumen keuangan ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Alasan: Berdasarkan analisis terhadap giro pada Bank Indonesia dan Bank lain dalam laporan posisi keuangan, Bank melakukan penyajian sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi 34

3 cadangan kerugian penurunan nilai. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 3. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain Tahun 2009: Penempatan pada bank lain disajikan sebesar saldo penempatan dikurangi penyisihan kerugian dan penempatan pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurangi pendapatan bunga yang ditangguhkan. Tahun 2011: Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang dalam laporan posisi keuangan Bank. Dan disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Alasan: Berdasarkan analisa akun Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dalam laporan posisi keuangan Bank, melakukan penyajian sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 35

4 4. Efek-efek Tahun 2009: Efek-efek dan obligasi pemerintah disajikan sebesar saldo dikurangi penyisihan kerugian. Tahun 2011: Efek-efek diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo, yang diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut. Alasan: Berdasarkan analisa akun efek-efek dalam laporan posisi keuangan Bank, diklasifikasikan menjadi kelompok, yaitu efek untuk diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 5. Pinjaman yang diberikan Tahun 2009: Pinjaman yang diberikan disajikan sebesar saldo pinjaman yang diberikan dikurangi dengan penyisihan kerugiannya. Tahun 2011: Kredit yang diberikan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang pada laporan posisi keuangan. Kredit yang diberikan disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. 36

5 Alasan: Berdasarkan analisis pos kredit yang diberikan dalam laporan posisi keuangan Bank, kredit yang diberikan ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 6. Kewajiban segera Tahun 2009: Kewajiban segera disajikan sebesar jumlah kewajiban bank. Tahun 2011: Kewajiban segera disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi. Alasan: Berdasarkan analisa kewajiban segera yang diklasifikasi sebagai liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan Bank, kewajiban segera disajikan sebesar biaya perolehan diamortisas. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 7. Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain Tahun 2009: Simpanan nasabah mencakup giro, tabungan, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Penyajian masing-masing atas instrumen keuangan disajikan sebesar: a. Giro dan tabungan disajikan sebesar nilai nominal. b. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal. 37

6 c. Sertifikat deposito disajikan sebesar nilai nominal dikurangi dengan beban bunga yang belum diamortisasi. Simpanan dari bank lain mencakup kewajiban dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka. Simpanan dari Bank lain ini disajikan sebesar jumlah kewajiban terhadap bank lain. Tahun 2011: Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain dikurangkan dari jumlah pinjaman yang diterima. Alasan: Berdasarkan analisa pos simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan Bank, kredit yang diberikan ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dan biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain dikurangkan dari jumlah pinjaman yang diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 38

7 8. Surat berharga yang diterbitkan Tahun 2009: Disajikan sebesar nilai nominal dikurangi biaya emisi. Tahun 2011: Surat berharga yang diterbitkan diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dan disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi. 9. Pinjaman yang diterima Pinjaman diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan Bank. 10. Saham biasa Saham biasa diklasifikasikan sebagai ekuitas keuangan pada laporan posisi keuangan Bank. 11. Pendapatan bunga dan beban bunga Tahun 2009: Pendapatan dan beban bunga diakui berdasarkan konsep akrual. Tahun 2011: didalam laporan laba rugi menggunakan metode suku bunga efektif. Alasan: Berdasarkan analisa pendapatan bunga dan beban bunga yang disajikan dalam laporan laba rugi Bank, pendapatan bunga dan beban bunga disajikan sebesar perhitungan dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006). 39

8 10. Pendapatan provisi dan komisi Tahun 2009: Pendapatan provisi dan komisi diklasifikasikan sebagai pendapatan administrasi yang merupakan pendapatan yang diperoleh dari nasabah pensiunan dan Usaha Mikro Kecil yang diakui dalam laporan laba rugi pada saat perjanjian ditandatangani. Tahun 2011: Provisi dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pemberian kredit diakui sebagai bagian atau pengurang dari biaya perolehan kredit dan disajikan sebagai pendapatan bunga dengan cara diamortisasi berdasarkan metode suku bunga efektif, pada laporan laba rugi. Alasan: Berdasarkan analisa pendapatan provisi dan komisi yang disajikan dalam laporan laba rugi Bank, pendapatan provisi dan komisi diakui dan disajikan sebesar biaya perhitungan dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006) IV.1.2. Pengungkapan Instrumen Keuangan 1. Perubahan kebijakan akuntansi Pada pengungkapan catatan pada laporan keuangan bank, sebelum adanya PSAK No.50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan, tidak terdapat beberapa kebijakan akuntansi yang dicantumkan, tapi setelah penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) terdapat beberapa informasi yang ditambahkan yang menjadi ketentuan yang wajib diungkapkan pada catatan laporan keuangan perusahaan, yaitu: 40

9 a. Klasifikasi instrumen keuangan Bank mengklasifikasikan instrumen keuangan kedalam aset keuangan, kewajiban keuangan dan keuangan ekuitas. berdasarkan karakteristik dan dasar pengukuran yang digunakan. 1) Aset keuangan, dibagi menjadi: a) Aset keuangan tersedia untuk dijual i. Efek-efek (marketable assets) ii. Penyertaan (investments) b) Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo i. Efek-efek (marketable assets) c) Pinjaman yang diberikan dan piutang i. Giro yang pada Bank Indonesia dan bank lain ii. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain iii. Pinjaman yang diberikan 2) Liabilitas keuangan hanya diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai perolehan di amortisasi, yaitu: a) Kewajiban segera b) Simpanan dari nasabah dan Bank lain c) Efek-efek yang diterbitkan d) Pinjaman 41

10 b. Penentuan nilai wajar Nilai wajar untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif ditentukan berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada tanggal neraca menggunakan harga yang dipublikasikan secara rutin dan berasal dari sumber yang terpercaya. c. Penghentian pengakuan Aset keuangan dilakukan penghentian pengakuan ketika hak kontraktual untuk atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut beakhir, atau ketika aset keuangan tersebut telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset telah ditransfer. Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa. d. Reklasifikasi aset keuangan Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke kategori instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan. e. Saling hapus instrumen keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus buku dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca jika memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus buku atas jumlah yang telah diakui 42

11 tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara bersamaan. 2. Pengungkapan atas manajemen risiko terkait dengan instrumen keuangan a) Teknik pengukuran risiko pasar Sebagai bagian dari manajemen risiko pasar, Bank melakukan berbagai macam strategi lindung nilai dengan mengimplementasikan akuntansi lindung nilai. Bank juga melakukan transaksi swap suku bunga untuk menyesuaikan risiko suku bunga yang terasosiasi dengan kredit yang diberikan dan pembiayaan/piutang syariah jangka panjang dengan tingkat bunga tetap. b) Risiko pasar Risiko pasar adalah risiko terjadinya kerugian yang disebabkan oleh adanya perubahan kondisi pasar seperti perubahan tingkat bunga dan perubahan nilai tukar mata uang. Bank memiliki eksposur terhadap fluktuasi tingkat suku bunga pasar yang berlaku baik atas risiko nilai wajar maupun arus kas. Kebijakan yang dijalankan Bank dalam pengendalian terhadap risiko suku bunga: 1) Melakukan pemantauan risiko suku bunga baik pada trading book maupun pada banking book. 43

12 2) Melakukan simulasi perhitungan Net Interest Income terhadap semua kemungkinan perubahan tingkat suku bunga. c) Risiko kredit Untuk setiap kelompok aset keuangan dan eksposur kredit lainnya, entitas mengungkapkan informasi mengenai eksposur risiko kredit, termasuk: 1) Jumlah yang paling mewakili nilai maksimal eksposur risiko kredit pada tanggal neraca, tanpa memperhitungkan nilai wajar dari setiap agunan, dalam hal pihak lawan tidak mampu memenuhi kewajibannya atas instrumen keuangan, 2) konsentrasi risiko kredit yang signifikan. d) Risiko likuidasi Kebijakan yang dijalankan Bank dalam mengendalikan risiko likuiditas adalah: 1) Menetapkan kebijakan pengendalian risiko likuiditas yang telah disesuaikan dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, sumber daya manusia dan risk appetite Bank. 2) Menetapkan kebijakan dan prosedur penetapan limit risiko likuiditas secara tertulis, lengkap, memadai dan cukup mudah ditelusuri. 3) Membentuk satuan kerja pengendali risiko likuiditas dan melaksanakan pengendalian risiko likuiditas yang dilaksanakan secara konsisten dan independen. 44

13 4) Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usaha meningkatkan atau menurunkan sumber dana tertentu. IV.2. Proyeksi Jika Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Melakukan penerapan PSAK No. 50 (revisi 2010) dan PSAK No. 60 IV.2.1. Penyajian Kembali Laporan Keuangan BTPN Tbk. Pada PSAK No.50 (revisi 2010) mengenai penyajian instrumen keuangan, terdapat beberapa perbedaan yang sebelumnya tidak terdapat pada PSAK No.50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan. Beberapa perbedaan tersebut akan dijelaskan dan dilakukan penyajian kembali (proyeksi) oleh peneliti sesuai dengan PSAK No. 50 (revisi 2010). Dibawah ini merupakan 3 standar yang tidak terdapat pada PSAK No.50 (revisi 2006): 1. Instrumen yang memiliki opsi jual (puttable instrument). 2. Instrumen yang memiliki kewajiban menyerahkan bagian prorata aset neto entitas hanya pada saat likuidasi. 3. Reklasifikasi Liabilitas Keuangan kedalam Instrumen Ekuitas. Dibawah ini merupakan contoh transaksi dan penyajiannya didalam laporan keuangan, berdasarkan pada PSAK No. 50 (revisi 2010) mengenai penyajian instrumen keuangan. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap penyajian terhadap instrumen opsi jual dan standar lainnya yang sebelumnya tidak diatur pada PSAK No. 50 (revisi 2006). 45

14 1. Instrumen yang memiliki opsi jual Bank melakukan penerbitan instrumen dengan opsi jual (saham biasa), karena saham biasa yang diterbitkan oleh Bank merupakan saham dengan opsi jual maka Bank mengklasifikasikannya sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan Bank. Saham dengan opsi jual memberikan pemegangnya hak untuk memperoleh penyerahan atau pertukaran atas saham yang dimiliki dengan kas atau aset keuangan lain. Terdapat 3 opsi dalam penyelesaian saham dengan opsi jual, yaitu: Asumsi: Tanggal kontrak 1 April 2011 Tanggal penyelesaian 31 maret 2012 Harga pasar per saham pada 1 april 2011 Rp 110 Harga pasar per saham pada 31 desember 2011 Rp 100 Harga pasar per saham pada 31 maret 2012 Rp 100 Harga yang telah ditetapkan untuk dibayar pada 31 maret 2012 Rp 105 Nilai kini harga jadi pada 1 april 2011 Rp 94 Jumlah saham berdasarkan kontrak opsi lembar Nilai wajar opsi pada 1 april 2011 Rp Nilai wajar opsi pada 31 desember 2011 Rp Nilai wajar opsi pada 31 maret 2012 Rp a. Penyelesaian neto dengan kas 46

15 Pada tanggal 1 april 2011 pihak Bank melakukan kesepakatan dengan pihak A, dimana pihak Bank memiliki kewajiban untuk membayar atau membeli kembali saham biasa yang telah diterbitkan, sejumlah nilai wajar pada saat transaksi sebanyak lembar saham. Pada tanggal jatuh tempo, 31 maret 2012: Nilai kas yang harus dibayarkan oleh pihak Bank kepada pihak A adalah sebesar harga perjanjian pembayaran, yaitu sebesar Rp (Rp 105 x lembar) Untuk transaksi-transaksi yang terjadi dari tanggal penerbitan hingga pembayaran dapat dicatat jurnal sebagai berikut: 1 april 2011 Dr. Kas Rp Cr. Kewajiban Opsi jual (saham biasa) Rp (Mencatat penerbitan opsi jual) 31 desember 2011 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Rp Cr. Keuntungan Rp (Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual) 31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Rp Cr. Keuntungan Rp (Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual) 47

16 Pada waktu pembayaran, pihak Bank akan menilai nilai wajar atas nilai wajar opsi jual, dan mencatatnya kedalam ayat jurnal seperti pada penyesuaian diakhir periode akuntansi. 31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Rp Cr. Kas Rp (Mencatat penyelesaian opsi jual) Pihak Bank berkewajiban membayar Rp kepada pihak A, dan pihak A berkewajiban menyerahkan Rp Jadi, pihak Bank membayar jumlah neto sebesar Rp kepada pihak A. b. Diselesaikan secara neto dengan saham Dengan menggunakan asumsi yang sama, transaksi yang berhubungan dengan penyelesaian secara neto dengan saham, dapat dicatat ayat jurnal sebagai berikut: 31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Rp Cr. Saham Biasa Rp (Mencatat penyelesaian kewajiban opsi) * Penerbitan saham oleh pihak Bank, dicatat sebagai transaksi ekuitas 48

17 Karena penyelesaiannya dilakukan dengan melakukan penyerahan saham oleh pihak bank kepada pihak A. Maka pihak Bank berkewajiban menyerahkan saham senilai Rp (Rp 105 x lembar) kepada pihak A, dan pihak A menyerahkan saham senilai Rp (Rp 100 x lembar) kepada pihak Bank. Jadi, pihak Bank menyerahkan jumlah neto nilai saham sebesar Rp dan dengan jumlah saham sebanyak 50 lembar (Rp 5.000/Rp 100) c. Diselesaikan dengan mempertukarkan kas dengan saham Opsi penyelesaian ini disebut juga penyelesaian fisik bruto, dan pada saat jatuh tempo maka pihak Bank akan menyelesaikannya secara bruto. Pihak Bank berkewajiban menyerahkan kas sebesar Rp kepada pihak A dengan ditukar saham dengan nilai Rp (Rp 100 x lembar) 1 april 2011 Dr. Kas Rp Cr. Ekuitas Rp (Mencatat premi opsi) Dr. Ekuitas Rp Cr. Liabilitas Rp (Mencatat nilai kini kewajiban) 31 desember 2011 Dr. Kewajiban opsi jual Rp Cr. Keuntungan Rp (Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual) 49

18 31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual Rp Cr. Keuntungan Rp (Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual) Dr. Kewajiban opsi jual Rp Cr. Kas Rp (Mencatat penyelesaian opsi jual) Penjelasan terhadap contoh transaksi diatas adalah: a. Penerbitan atas transaksi instrumen opsi jual akan memunculkan pos liabilitas opsi jual didalam laporan keuangan, disajikan sebagai bagian kewajiban. b. Penurunan nilai wajar pada instrumen opsi jual tersebut akan disajikan pada laporan laba rugi tahun berjalan sebagai keuntungan atau kerugian penurunan nilai. 2. Instrumen yang memiliki kewajiban menyerahkan bagian prorata aset neto entitas hanya pada saat likuidasi Terdapat beberapa instrumen keuangan yang mewajiban entitas (pihak penerbit) instrumen keuangan untuk menyerahkan kepada pemegang instrumen bagian prorata aset neto hanya pada saat likuidasi. Namun instrumen tesebut dapat diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas jika memenuhi beberapa ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu: a. Entitas memberikan hak kepada pemegang instrumen untuk bagian prorata aset neto pada saat entitas dilikuidasi. 50

19 b. Instrumen tersebut berada pada kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain. c. Seluruh instrumen yang berada pada kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain harus memiliki kewajiban kontraktual identik bagi entitas penerbit untuk menyerahkan bagian prorata aset neto pada saat likuidasi. Apabila Bank dalam hal ini tidak mampu memenuhi ketentuan diatas, maka Bank tidak dapat mengklasifikasikan instrument tersebut sebagai instrument ekuitas. Asumsi : Bank menerbitkan saham biasa, instrumen tersebut diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan karena instrumen tersebut tidak memenuhi ketentuan untuk dapat diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas. Dalam penyajiannya dilaporan keuangan, maka Bank akan menyajikan saham biasa dalam komponen liabilitas keuangan, dan secara langsung menambah nilai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan. Apabila saham biasa yang diterbitkan bank mampu memenuhi ketentuan untuk mengklasifikasikan instrumen tersebut kedalam instrumen ekuitas, maka akan secara langsung menambah nilai instrumen ekuitas pada laporan posisi keuangan. 3. Reklasifikasi Liabilitas Keuangan kedalam Instrumen Ekuitas 51

20 Dalam hal reklasifikasi, instrumen dengan opsi jual yang telah diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, oleh pihak bank dapat dilakukan reklasifikasi dari liabilitas keuangan kedalam instrumen keuangan, apabila instrumen dengan opsi jual tidak lagi memenuhi ketentuan sebagai liabilitas keuangan. Penghitungan atas reklasifikasi instrumen, sebagai berikut: a. Entitas mengklasifikasi instrumen ekuitas sebagai liabilitas keuangan sejak tanggal ketika instrumen tidak lagi memiliki fitur instrumen keuangan. Liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar instrumen pada tanggal klasifikasi. b. Entitas mengklasifikasi liabilitas keuangan sebagai instrumen ekuitas sejak tanggal ketika instrumen memiliki fitur instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas diukur pada jumlah tercatat liabilitas keuangan pada tanggal reklasifikasi. Asumsi: Dalam kasus ini, bank melakukan klasifikasi pada saham biasa yang memiliki opsi jual kedalam liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, dan melakukan reklasifikasi kedalam instrumen ekuitas. Dari hasil reklasifikasi tersebut maka bank akan mengurangkan nilai saham biasa yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dan menyajikan saham tersebut sebagai penambah nilai didalam komponen instrumen ekuitas yaitu sebesar nilai liabilitas keuangan yang diklasifikasi. 52

21 IV.2.2. Proyeksi atas pengungkapan instrumen keuangan pada Laporan keuangan BTPN Tbk. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan untuk mengevaluasi sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan pada saat tanggal pelaporan laporan keuangan entitas. Persyaratan sehubungan dengan sifat dan tingkat risiko tersebut mencakup dua jenis pengungkapan, yaitu pengungkapan kualitatif dan pengungkapan kuantitatif. Pengungkapan harus berfokus pada risiko yang timbul dari instrumen keuangan dan bagaimana pihak entitas atau manajemen dapat mengelola risiko tersebut. Risiko yang biasanya timbul dari instrumen keuangan meliputi dan tidak terbatas pada riisko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar. Namun hal ini tidak berarti bahwa persyaratan pengungkapan yang berlaku tidak hanya untuk risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar, tapi juga untuk risiko lain yang teridentifikasi oleh entitas atas instrumen keuangan yang dimiliki. 1. Pengungkapan kualitatif (qualitative disclosures) Pengguna laporan keuangan biasanya menilai informasi mengenai risiko seperti risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar, yang timbul dari instrumen keuangan entitas dan cara yang digunakan untuk menidentifikasi, mengukur, dan pengelolaan atas risiko tersebut. 2. Pengungkapan kuantitatif (quantitative disclosures) 53

22 Pengungkapan atas setiap jenis risiko yang meliputi risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar, yang timbul dari instrumen keuangan, maka suatu entitas harus mengungkapkan ringkasan data kuantitatif tentang eksposur risiko pada tanggal pelaporan. Pengungkapan ini wajib dilakukan entitas berdasarkan pada informasi yang diberikan secara internal kepada manajemen kunci entitas. Dibawah ini merupakan hasil proyeksi atas pengungkapan yang dilakukan sesuai dengan PSAK No. 60 IV Pengungkapan Kualitatif (Qualitative Disclosures) a. Risiko kredit Risiko kredit adalah risiko dimana suatu pihak atas instrumen keuangan akan menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak lain diakibatkan kegagalannya dalam memenuhi suatu kewajiban. 1) Pengukuran risiko kredit Estimasi terhadap eksposur kredit adalah proses yang kompleks dan memerlukan penggunaan model, dimana nilai dari suatu produk bervariasi tergantung dengan perubahan pada variabel-variabel pasar, arus kas masa depan dan rentang waktu. Penilaian risiko kredit atas suatu portofolio aset memerlukan estimasi-estimasi, seperti kemungkinan terjadinya wanprestasi dan rasio kerugian. Dalam mengukur risiko kredit untuk pinjaman yang diberikan, Bank mempertimbangkan tiga komponen, yaitu: 54

23 a) Probability of default (PD) klien atau counterpart atas liabilitas kontraktualnya b) Eksposur terkini pada rekanan dan kemungkinan perkembangan masa depan, yang akan digunakan Bank untuk mendapatkan exposure at default (EAD) c) kemungkinan rasio pemulihan atas liabilitas yang telah wanprestasi atau loss given default (LGD). Model ini sedang ditelaah untuk memonitor tingkat akurasi model, relatif terhadap kinerja aktual dan diubah jika diperlukan untuk mengoptimalisasi keefektivitasannya. EAD dihitung berdasarkan jumlah yang diharapkan terutang pada saat wanprestasi terjadi. Untuk komitmen yang diberikan, adalah sebesar jumlah yang telah ditarik ditambah jumlah yang mungkin telah ditarik pada saat wanprestasi terjadi. Loss given default merupakan ekspektasi Bank atas besarnya kerugian dari suatu klaim pada saat wanprestasi terjadi. Hal ini dinyatakan dalam persentase kerugian per unit dari suatu eksposur. Loss given default biasanya bervariasi sesuai dengan tipe rekanan, jenis dan senioritas dari klaim dan ketersediaan agunan atau pendukung kredit lainnya. 2) Manajemen risiko kredit Bank mengelola, dan mengendalikan konsentrasi risiko kredit dimanapun risiko tersebut teridentifikasi terhadap debitur individu dan kelompok, dan industri serta sektor geografis. Bank menentukan tingkat risiko 55

24 kredit yang dimiliki dengan menetapkan batas jumlah risiko yang bisa diterima yang terkait dengan satu debitur, atau beberapa kelompok debitur. 3) Pengelolaan manajemen terhadap risiko pinjaman yang diberikan: a) Melakukan kaji ulang atas kebijakan kredit secara periodik (apabila diperlukan) dalam kaitannya dengan perubahan kondisi perekonomian dan/atau pendekatan bisnis. Review atas kebijakan juga dilakukan agar dapat mengakomodasi perubahan peraturan. b) Struktur proses persetujuan kredit melalui komite persetujuan kredit. Menggunakan cograntor approval process four eyes principle dalam setiap keputusan kredit. c) Deteksi dini permasalahan melalui early warning system account watchlist dan pemantauan yang disiplin. b. Risiko likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko dimana suatu entitas menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang diselesaikan dengan penyerahan kas atau aset keuangan lainnya. Risiko likuiditas terjadi karena adanya kesenjangan yang cukup besar dalam menurunkan kemampuan Bank untuk memenuhi liabilitasnya pada saat jatuh tempo. Pelaporan jatuh tempo didasarkan pada jangka waktu yang tersisa sampai tanggal kontraktual. Secara historis, sebagian besar dari simpanan diperpanjang pada saat jatuh tempo. Selain itu, jikaterdapat keperluan likuiditas, efek-efek dapat dicairkan dengan menjual atau menggunakannya sebagai jaminan dalam pasar antar 56

25 bank. Langkah yang diambil oleh Bank sehubungan dengan maturity gap antara aset dan liabilitas moneter adalah dengan menetapkan gap limit yang disesuaikan dengan kemampuan untuk memperoleh likuiditas segera. Kebijakan yang dijalankan Bank dalam mengendalikan risiko likuiditas adalah: 1) Menetapkan kebijakan pengendalian risiko likuiditas yang telah disesuaikan dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, sumber daya manusia dan risk appetite Bank. 2) Menetapkan kebijakan dan prosedur penetapan limit risiko likuiditas secara tertulis, lengkap, memadai dan cukup mudah ditelusuri. 3) Membentuk satuan kerja pengendali risiko likuiditas dan melaksanakan pengendalian risiko likuiditas yang dilaksanakan secara konsisten dan independen. 4) Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usaha meningkatkan/menurunkan sumber dana tertentu. c. Risiko pasar Risiko pasar adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Risiko pasar meliputi risiko mata uang dan risiko suku bunga. Risiko pasar dapat timbul karena adanya perubahan kondisi pasar yang meliputi perubahan tingkat bunga dan perubahan nilai tukar mata uang. Pendapatan Bank berasal dari selisih antara bunga yang dihasilkan dari sisi 57

26 aset dengan bunga yang dibayarkan kepada dana pihak ketiga. Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan tersebut, sehingga menyebabkan kinerja Bank menurun. Oleh karena itu, terkait dengan risiko pasar atas instrumen keuangan, maka Bank akan mengungkapkan risiko pasar terkait dengan risiko tingkat bunga dan risiko nilai tukar mata uang. 1) Risiko tingkat bunga Risiko nilai wajar suku bunga adalah risiko dimana nilai dari suatu instrumen keuangan berfluktuasi karena perubahan suku bunga pasar. Bank memiliki eksposur terhadap fluktuasi tingkat suku bunga pasar yang berlaku baik atas risiko nilai wajar maupun arus kas. Margin bunga bisa meningkat sebagai hasil dari perubahan tersebut tetapi dapat menimbulkan kerugian ketika terdapat pergerakan yang tidak diharapkan. Kebijakan yang dijalankan Bank dalam pengendalian terhadap risiko suku bunga, sebagai berikut: a) Melakukan pemantauan risiko suku bunga. b) Melakukan simulasi perhitungan Net Interest Income terhadap semua kemungkinan perubahan tingkat suku bunga. c) Melakukan pemantauan terhadap Repricing Gap Profile Asset & Liability secara keseluruhan dalam mengantisipasi pergerakan trend suku bunga pasar yang dapat menyebabkan kerugian. 2) Risiko mata uang Risiko mata uang adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi karena 58

27 perubahan kurs valuta asing. Bank tidak terpengaruh risiko mata uang karena tidak ada transaksi yang dilakukan dalam mata uang selain Rupiah. IV Pengungkapan Kuantitatif (Quantitative Disclosures) 1. Risiko kredit Bank melakukan penerapan kebijakan dalam mengurangi risiko kredit. Hal yang biasa dilakukan oleh Bank adalah dengan meminta agunan sebagai uang muka. Beberapa jenis agunan yang diterima oleh Bank dalam mengurangi risiko kredit. Jenis-jenis agunan atas pinjaman yang diberikan, sebagai berikut: a) Hipotek atas properti hunian b) Agunan atas aset usaha seperti tanah dan bangunan. Eksposur risiko kredit terhadap aset pada laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut: Tabel IV.1 Eksposur maksimum risiko kredit 2011 Persentase 2010 Persentase Giro pada Bank Indonesia 3,218, % 2,247, % Giro pada Bank lain 26, % 72, % Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain 8,408, % 5,312, % Efek-efek Tersedia untuk dijual 593, % 922, % Dimiliki hingga jatuh tempo 1,523, % 1,077, % Pinjaman yang diberikan-bersih 30,000, % 22,987, % Aset lain-lain-bunga yang masih akan diterima dan uang muka 587, % 540, % Sumber: Laporan Keuangan BTPN 44,358, % 33,160, % 59

28 Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit Tabel IV.2 Konsentrasi Risiko Sektor Geografis Jawa Barat Sumatera 2011 Kalimantan dan Jawa selain Jumlah Sulawesi Jawa Barat Giro pada Bank Indonesia 3,218,561 3,218,561 Giro pada Bank lain 20 5,553 7,164 13,435 26,172 Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain 8,408,227 8,408,227 Efek-efek Tersedia untuk dijual 593, ,362 Dimiliki hingga jatuh tempo 1,523,426 1,523,426 Pinjaman yang diberikan-bersih 5,652,546 6,195,232 5,481,001 12,671,863 30,000,642 Aset lain-lain-bunga yang masih akan diterima dan uang muka 84,412 90,747 80, , ,918 Pada tanggal 31 desember ,736,978 6,291,532 5,568,450 26,761,348 44,358,308 60

29 Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit Tabel IV.3 Konsentrasi Risiko Sektor Industri 2011 Pemerintah Lembaga Keuangan Perdagangan Jasa Perindustrian Lain-lain Jumlah Giro pada Bank Indonesia 3,218,561 3,218,561 Giro pada Bank lain 26,172 26,172 Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain 7,893, ,000 8,408,227 Efek-efek Tersedia untuk dijual 593, ,362 Dimiliki hingga jatuh tempo 1,523,426 1,523,426 Pinjaman yang diberikan-bersih 3,654, , ,277 25,070,294 30,000,642 Aset lain-lain-bunga yang masih akan diterima dan uang muka 53,525 9,081 9, , ,918 Pada tanggal 31 desember ,228, ,172 3,707, , ,890 25,585,993 44,358,308 61

30 Tabel IV.4 Risiko Likuiditas 2011 Tidak memiliki Jumlah 1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan 12 bulan jatuh tempo Aset Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Efek-efek Pinjaman yang diberikan Penyertaan Aset tetap-bersih Aset pajak tangguhan Aset lain-lain Jumlah aset Penyisihan kerugian ( ) Jumlah Liabilitas Kewajiban segera Giro Tabungan Deposito berjangka dan sertifikat deposito Simpanan dari Bank lain Surat berharga yang diterbitkan Pinjaman Liabilitas lain-lain Jumlah Liabilitas Aset (liabilitas) bersih ( ) ( ) ( ) Aset (liabilitas) bersih setelah penyisihan kerugian

31 2. Risiko pasar a) Tingkat bunga Dibawah ini merupakan tingkat suku bunga pertahun untuk aset dan liabilitas keuangan yang dianggap penting bagi Bank: ASET % % Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Sertifikat Bank Indonesia Pinjaman yang diberikan dan pembiayaan LIABILITAS Simpanan nasabah Giro Tabungan Deposito berjangka Deposito on call Simpanan dari Bank lain Giro Tabungan Deposito berjangka Call money

32 64

33 Tabel IV.5 Risiko Tingkat Bunga 2011 Bunga tetap Tidak Bunga dikenakan mengambang 1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan 12 bulan bunga Jumlah Giro pada Bank Indonesia 3,218,561 3,218,561 Giro pada Bank lain 26,172 26,172 Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain 4,462,688 2,274,256 1,671,283 8,408,227 Efek-efek 99, , , ,753 2,116,788 Pinjaman yang diberikan 15,871 42, , ,547 29,539,431 30,310,157 Aset lain-lain- Bunga yang masih akan Diterima dan uang muka 587, ,918 Jumlah aset keuangan 7,823,089 3,107,87 2,056,210 1,553,300 29,539, ,918 44,667,823 Kewajiban segera 208, ,313 Simpanan nasabah 6,003,215 15,175,401 8,396,753 5,229, ,231 4,952 35,617,999 Simpanan dari Bank lain 115, ,069 Surat berharga yang diterbitkan 348,259 3,283,583 3,631,842 Pinjaman 748, ,900 Liabilitas lain-lain 136, ,570 22,264 99,919 1,111 19, ,121 Jumlah Liabilitas keuangan 6,003,215 15,426,909 8,736,323 5,251,711 1,256,409 4,038, ,131 40,941,244 Jumlah gap repricing suku bunga (6,003,215) (7,603,820) (5,628,448) (3,195,501) 296,891 25,500, ,787 3,726,579 64

34 IV.3. Alasan pemisahan PSAK No.50 (revisi 2006) menjadi PSAK No. 50 (revisi 2010) dan PSAK No. 60 Pemisahan pada PSAK No. 50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan menjadi dua bagian yaitu PSAK No. 50 (revisi 2010) mengenai penyajian instrumen keuangan dan PSAK No. 60 mengenai pengungkapan instrumen keuangan, dikarenakan PSAK melakukan konvergensi pada IAS 32, Presentation and disclosure Financial Instruments. Pada tahun 2005, IASB melakukan pemisahan pada standar akuntansi atas penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan pada IAS 32 dipisah menjadi IAS 31 mengenai penyajian instrumen keuangan dan IFRS 7 mengenai pengungkapan instrumen keuangan. Pemisahan yang dilakukan IASB pada IAS 32 ke IFRS 7 dikarenakan agar entitas dapat menyediakan pengungkapan pada laporan keuangan, agar pengguna laporan keuangan dapat melakukan evaluasi terhadap: 1. Signifikans instrumen keuangan pada posisi keuangan dan kinerja entitas. 2. Sifat dan tingkat risiko yang muncul dari instrumen keuangan, yang timbul selama periode terkait dan pada saat tanggal pelaporan, serta bagaimana entitas mengelola risiko tersebut. Pengguna laporan keuangan membutuhkan pengungkapan yang dapat memberikan informasi yang dapat memberikan gambaran terhadap kinerja entitas dan risiko-risiko terkait instrumen keuanga. Oleh karena itu IASB meningkatkan persyaratan pengungkapan yang ada tentang sifat dan tingkat risiko likuiditas yang timbul dari instrumen keuangan. Peningkatan persyaratan dalam pengungkapan terhadap instrumen keuangan memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi 65

35 eksposur entitas terhadap risiko likuiditas yang timbul dari instrumen keuangan dan bagaimana perusahaan mengelola risiko ini. Dampak dari pemisahan standar tersebut, tidak mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan baik pada PSAK No.50 (revisi 2010) maupun PSAK No.60, hanya saja didalam PSAK No.60 mensyaratkan pengungkapan yang lebih detail atas risiko keuangan apabila dibandingkan dengan PSAK No.50 (revisi 2006). Pengungkapan tersebut terutama meliputi pengungkapan kualitatif dan pengungkapan kuantitatif atas eksposur risiko yang timbul dari instrumen keuangan, termasuk pengungkapan minimum atas risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar. Pengungkapan kualitatif menjelaskan tujuan manajemen, kebijakan dan proses untuk mengelola risiko tersebut. Sedangkan, pengungkapan kuantitatif menjelaskan informasi tentang batas risiko yang dihadapi entitas, berdasarkan informasi yang disiapkan secara internal kepada personel manajemen kunci. 66

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2015 dan 2014 serta 1 Januari 2014 ASET Catatan 2015 2014 1 Januari 2014 Rp Rp Rp ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2016 Lapora Laba Rugi PT Gudang

Lebih terperinci

Reksa Dana AXA MaestroObligasi Plus

Reksa Dana AXA MaestroObligasi Plus Reksa Dana AXA MaestroObligasi Plus Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2016 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh paragraf

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, ASET Kas 2a, 2b, 2f 8.698.261 9.392.615 Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g, 4 15.045.245 13.421.573 Giro pada Bank Lain - setelah dikurangi cadangan sebesar Rp12.387 dan Rp71.111 pada tanggal 30 September

Lebih terperinci

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING LIMITED HEARING PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan 14 November 2006 TUJUAN PSAK 50 (1998) Vs PSAK 50 (2006) Menyamakan pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi efek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) mulai tanggal 1 Januari 2012 dalam menyajikan aset keuangan dan

Lebih terperinci

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN KEUANGAN - Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Laporan Aset dan Kewajiban Laporan

Lebih terperinci

FINANCIAL INSTRUMENT

FINANCIAL INSTRUMENT Pelaporan Akuntans Keuangan- Financial Instrument 1 FINANCIAL INSTRUMENT Dwi Martani Latar Belakang Revisi PSAK 50-55 2 Perkembangan standar Internasional IFRS 30 dan 39 Investor melakukan investasi secara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, ASET Kas 2c, 2g 15.286.190 11.357.523 9.521.713 Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, 4 38.272.155 36.152.674 24.856.699 Giro pada Bank Lain 2c, 2f, 2g, 2h, 5 Pihak berelasi 54 16.079 44.516 14.386 Pihak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI

PERKEMBANGAN TERKINI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2011 DAN 30 JUNI 2010 Daftar Isi Halaman Laporan

Lebih terperinci

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN PSAK 71 Instrumen Keuangan Direncanakan Efektif 1 Januari 2019 Klasifikasi dan pengukuran untuk instrumen keuangan. Klasifikasi amortized cost dan fair

Lebih terperinci

PT Bank Mayapada Internasional Tbk Laporan Keuangan Interim Per 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 serta periode yang berakhir pada tanggal-tanggal

PT Bank Mayapada Internasional Tbk Laporan Keuangan Interim Per 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 serta periode yang berakhir pada tanggal-tanggal PT Bank Mayapada Internasional Tbk Laporan Keuangan Interim Per 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 serta periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2014 dan 2013 DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 Daftar

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 Immu Puteri Sari dan Dwi Nova Azana Fakultas Ekonomi UMSB Abstrak Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 PT. Matahari Putra Prima Tbk dan Entitas Anak Laporan Arus Kas Konsolidasian Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2011,2012,2013 (Disajikan dalam jutaan rupiah Indonesia) 2011

Lebih terperinci

(Dibuat di atas kop surat perusahaan)

(Dibuat di atas kop surat perusahaan) FORMULIR NOMOR : 106.PBK.01. (Dibuat di atas kop surat perusahaan) Nomor :...,... Lampiran : Perihal : Laporan Keuangan PT.. Yth. Kepala Badan Pengawas Di Jakarta Sesuai dengan Keputusan Kepala Bappebti

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2012 DAN 30 JUNI 2011 Daftar Isi Halaman Laporan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PUBLIKASI BANK UMUM KONVENSIONAL OTORITAS

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 KONSOLIDASI NO. POS-POS 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2011 DAN 2010 (MATA UANG INDONESIA) PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2011 DAN 2010 Daftar Isi Halaman Neraca... 2-3 Laporan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN KONSOLIDASI NO. POSPOS Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA

MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA ASOSIASI SURANSI JIWA INDONESIA MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA Halaman: i Nomor: 1 Klasifikasi Aset Keuangan (4.1 Klasifikasi Aset

Lebih terperinci

AKUNTANSI INVESTASI

AKUNTANSI INVESTASI -1- - 1 - LAMPIRAN X PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 18,172 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 166,785 168,240 3. Penempatan pada bank lain 1,128,825 1,118,035 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 16,800 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 271,059 168,240 3. Penempatan pada bank lain 507,862 1,118,200 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 0 (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 0 (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh

Lebih terperinci

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 A S E T Catatan 31 Maret 2012 31 Desember 2011 Kas 3.c, 3.e, 3.f, 4, 44 198,875 140,997 Giro pada Bank Indonesia 3.c, 3.e, 3.g,5, 44 949,568

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Nama : Syarif Saefullah NPM : 26210788 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Silvia Avira SE.,MM. bab1 Latar Belakang Banyak

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2015 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2015 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 28.470.316 2. Penempatan pada Bank Indonesia 95.635.319 3. Penempatan pada bank lain 24.146.273 4. Tagihan spot dan derivatif 13.102 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Januari 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Januari 2016 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 20.110.663 2. Penempatan pada Bank Indonesia 79.527.736 3. Penempatan pada bank lain 17.394.631 4. Tagihan spot dan derivatif 281 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 Juni 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 Juni 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 18.819.152 2. Penempatan pada Bank Indonesia 79.253.524 3. Penempatan pada bank lain 16.633.391 4. Tagihan spot dan derivatif 722 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN OVERVIEW Ringkasan perubahan Standar Akuntansi Standar akuntansi yang berlaku efektif sebelumnya Cakupan Standar akuntansi yang berlaku efektif saat

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Fakultas 06FEB LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani Program Studi S1 Akuntansi Fitri Indriawati, SE., M.Si Laporan Arus Kas PSAK 2 Informasi arus kas entitas berguna

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS TERHADAP POS POS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS TERHADAP POS POS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS TERHADAP POS POS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE 2010-2011 Nama : Kiki Purnamasari NPM : 23210900 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9.601.772 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37.086.352 3. Penempatan pada bank lain 14.455.137 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11.253.358 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39.954.020 3. Penempatan pada bank lain 19.876.744 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 16,585,317 2. Penempatan pada Bank Indonesia 38,046,361 3. Penempatan pada bank lain 22,931,445 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,417,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,972,458 3. Penempatan pada bank lain 19,313,423 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11,609,497 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,482,395 3. Penempatan pada bank lain 26,093,132 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,260,695 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,182,944 3. Penempatan pada bank lain 26,766,738 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-04-18 Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 November 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 November 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 20.057.179 2. Penempatan pada Bank Indonesia 75.083.342 3. Penempatan pada bank lain 15.603.121 4. Tagihan spot dan derivatif 3.646 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015 NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015 No. POS POS (dalam jutaan rupiah) Posisi Tgl. Laporan ASET 1. Kas 13,594 2. Penempatan pada Bank Indonesia 279,777 3. Penempatan pada bank lain 10,687 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Juli 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Juli 2016 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 19.388.698 2. Penempatan pada Bank Indonesia 67.181.864 3. Penempatan pada bank lain 19.416.060 4. Tagihan spot dan derivatif 10.901 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Agustus 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Agustus 2016 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 20.526.491 2. Penempatan pada Bank Indonesia 79.056.436 3. Penempatan pada bank lain 16.158.912 4. Tagihan spot dan derivatif 40.727 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.035 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1.726.219 3. Penempatan pada bank lain 988.082 4. Tagihan spot dan derivatif 16.719

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9.089 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4.826.555 3. Penempatan pada bank lain 1.928.587 4. Tagihan spot dan derivatif 35.715

Lebih terperinci

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9,471 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,809,222 3. Penempatan pada bank lain 882,630 4. Tagihan spot dan derivatif 21,247

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF Periode 1 Januari - 31 Desember 2016 (Audited) No. POS-POS 2016 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dan Beban Bunga 1. Pendapatan Bunga a. Rupiah

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PIUTANG PADA PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk

PENERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PIUTANG PADA PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk PENERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PIUTANG PADA PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk Nama : Muhamad Deny Amsah NPM : 25213712 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. B.

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 224,190 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,800,906 3. Penempatan pada bank lain 4,231,976 4. Tagihan spot dan derivatif 1,609,369 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 237,020 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,908,323 3. Penempatan pada bank lain 1,921,142 4. Tagihan spot dan derivatif 1,739,857 5. Surat

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 28 Februari 2018

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 28 Februari 2018 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 8 Februari 018 POS - POS ASET 1. Kas 94,05. Penempatan pada Bank Indonesia 5,59,49 3. Penempatan pada bank lain 3,364,909 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN 8A-1 PERUSAHAAN INDUSTRI LAMPIRAN KHUSUS 8A-1 MANUFAKTUR 1. KAS DAN SETARA KAS 1. HUTANG USAHA PIHAK KETIGA 2. INVESTASI SEMENTARA 2. 3. PIUTANG USAHA PIHAK KETIGA 3. HUTANG BUNGA PIUTANG USAHA PIHAK YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.087 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.680.914 3. Penempatan pada bank lain 1.451.922 4. Tagihan spot dan derivatif 14.824

Lebih terperinci

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016 BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016 No. POS POS 30 Nov 2016 ASET 1. Kas 13,408 2. Penempatan pada Bank Indonesia 102,048 3. Penempatan pada bank lain

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan Rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan Rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA ASET 1. K a s 3,979,752 2. Penempatan pada Bank Indonesia 20,176,595 3. Penempatan pada bank lain 3,672,191 4. Tagihan spot dan derivatif 1,044,023 5. Surat berharga 5a

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,982,283

TOTAL ASET 85,982,283 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,123,362 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,778 3. Penempatan pada bank lain 2,087,488 4. Tagihan spot dan derivatif 3,975 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,802,795

TOTAL ASET 84,802,795 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,256,517 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,020,664 3. Penempatan pada bank lain 1,917,892 4. Tagihan spot dan derivatif 43,652 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,923,383

TOTAL ASET 84,923,383 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,217,214 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,457,923 3. Penempatan pada bank lain 1,088,927 4. Tagihan spot dan derivatif 7,487 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 83,967,262

TOTAL ASET 83,967,262 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,178,137 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,446,926 3. Penempatan pada bank lain 1,690,067 4. Tagihan spot dan derivatif 253 5. Surat berharga: 5,850,999

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.122.024 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9.223.085 3. Penempatan pada bank lain 1.694.438 4. Tagihan spot dan derivatif 105 5. Surat berharga: 5.775.137

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.312.028 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8.824.905 3. Penempatan pada bank lain 1.980.257 4. Tagihan spot dan derivatif 1.624 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 89,648,272

TOTAL ASET 89,648,272 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,581,513 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,660,113 3. Penempatan pada bank lain 3,242,369 4. Tagihan spot dan derivatif 1,098 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 88,075,236

TOTAL ASET 88,075,236 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,294,085 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,113 3. Penempatan pada bank lain 1,089,865 4. Tagihan spot dan derivatif 350 5. Surat berharga: 5,230,104

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,932,429

TOTAL ASET 85,932,429 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,236,095 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,080,589 3. Penempatan pada bank lain 1,105,201 4. Tagihan spot dan derivatif 35,413 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,474,937

TOTAL ASET 85,474,937 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,229,632 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,069,150 3. Penempatan pada bank lain 1,108,366 4. Tagihan spot dan derivatif 675 5. Surat berharga: 4,830,077

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,302,409

TOTAL ASET 87,302,409 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,126,306 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,015,894 3. Penempatan pada bank lain 1,125,987 4. Tagihan spot dan derivatif 21,003 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,686,543

TOTAL ASET 87,686,543 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,128,229 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,197,289 3. Penempatan pada bank lain 842,333 4. Tagihan spot dan derivatif 14,004 5. Surat berharga: 6,134,587

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,035,918

TOTAL ASET 87,035,918 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,268,260 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,643,950 3. Penempatan pada bank lain 981,207 4. Tagihan spot dan derivatif 2,338 5. Surat berharga: 6,298,959

Lebih terperinci

TOTAL ASET 81,190,623

TOTAL ASET 81,190,623 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,188,987 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,488,609 3. Penempatan pada bank lain 990,536 4. Tagihan spot dan derivatif 67,956 5. Surat berharga: 5,868,588

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 April 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 April 2015 No. LAPORAN POSISI KEUANGAN Pos Pos BANK 30 April 2015 Aset 1 Kas 27,660 2 Penempatan pada Bank Indonesia 711,266 3 Penempatan Pada Bank lain 50,541 4 Tagihan Spot dan Derivatif 5 Surat Berharga 865,428

Lebih terperinci

No. POS - POS. 30 Apr 2015

No. POS - POS. 30 Apr 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN No. POS POS ASET 1. Kas 9,279 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,388,541 3. Penempatan pada bank lain 507,919 4. Tagihan spot dan derivatif 38,117 5. Surat berharga a. Diukur pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 JUNI 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 JUNI 2015 No. LAPORAN POSISI KEUANGAN Per Pos Pos Aset 1 Kas 36,322 2 Penempatan pada Bank Indonesia 462,412 3 Penempatan Pada Bank lain 387,168 4 Tagihan Spot dan Derivatif 5 Surat Berharga 648,972 a. Diukur pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 JULI 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 JULI 2015 No. LAPORAN POSISI KEUANGAN Per Pos Pos Aset 1 Kas 26,424 2 Penempatan pada Bank Indonesia 962,261 3 Penempatan Pada Bank lain 50,007 4 Tagihan Spot dan Derivatif 5 Surat Berharga 816,452 a. Diukur pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada laporan akuntansi DPLK AIAF, periode akuntasi (tahun buku) adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember. A. Jurnal Pencatatan Akuntansi Dana Pensiun Pencatatan Transaksi

Lebih terperinci