NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT NEUROTISISME DENGAN STRES PADA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT NEUROTISISME DENGAN STRES PADA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT NEUROTISISME DENGAN STRES PADA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh : EMA SAFITRI SUKARTI Rr. INDAHRIA SULISTYARINI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA

2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT NEUROTISISME DENGAN STRES PADA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pembantu (Dr. Sukarti) (Rr. Indahria Sulistyarini, S.Psi.,Psi.) 1

3 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT NEUROTISISME DENGAN STRES PADA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Ema Safiri Sukarti Rr. Indahria Sulistyarini INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara tingkat neurotisisme dengan stres. Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat neurotisisme dengan stres pada guru. Semakin tinggi tingkat neurotisisme, semakin tinggi tingkat stres. Sebaliknya semakin rendah tingkat neurotisisme, semakin rendah tingkat stres. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri, berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, meliputi guru laki-laki dan perempuan. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode quota sampling. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Neurotisisme merupakan modifikasi dari skala IPIP NEO (International Personality Item Pool) yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Costa & McCrae (1995) dan Skala Stres yang dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu aspek yang dikemukakan oleh Taylor (1995). Metode Analisis data yang dilakukan dalam penelitian inimenggunakan program SPSS versi 11.0 untuk menguji apakah ada hubungan antara Tingkat Neurotisisme dengan Stres. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0.657; p = (p < 0.01), artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara Tingkat Neurotisisme dengan Stres. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Neurotisisme, Stres 2

4 Pengantar Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan topik bahasan yang sangat menarik pada beberapa tahun terakhir di Negara Indonesia. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia selama ini kurang memuaskan. Adanya penilaian seperti tersebut di atas terhadap dunia pendidikan, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini menjadi topik utama dalam perayaan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2002 dengan pencanangan Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan oleh Depdiknas (Utami, 2002). Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam sistem pendidikan, antara lain : aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan (Hasan, 2003). Guru sebagai tenaga kependidikan diharapkan mampu memenuhi standar profesional guru sebagaimana diungkapkan oleh beberapa ahli. Hasan (2003) mengemukakan bahwa persyaratan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21, yaitu : (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) ketrampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Dalam mengemban tugas ini seorang guru harus bisa bersikap professional dalam proses mencetak insan-insan berkualitas di kemudian hari. 3

5 Peran guru pada setiap jenjang pendidikan sangat penting artinya, begitu halnya peran guru Sekolah Menengah Pertama, karena guru Sekolah Menengah Pertama harus menghadapi anak didik yang memasuki masa remaja sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Guru diharapkan mampu membimbing anak didiknya dalam melalui masa remajanya. Oleh karena itu, guru dengan kepribadian yang matang dan berkembang akan lebih mudah dalam proses membimbing anak didik. Sebaliknya, menurut pandangan H.J. Sriyanto Guru SMU Kolese de Britto Yogyakarta yang berpendapat bahwa citra profesi guru saat ini tampak adanya kemerosotan. Salah satu penyebab merosotnya citra profesi guru adalah rendahnya kualitas dan kompetensi guru. Kompetensi guru yang dinilai rendah ini dapat berupa kompetensi personal, sosial, maupun profesional yang masih belum memadai. Ini dapat dilihat dari kurangnya kematangan emosional dan kemandirian berpikir, lemahnya motivasi dan dedikasi, serta lemahnya penguasaan bahan ajar dan cara pengajaran yang kurang efektif ( Sebagaimana peringatan yang disampaikan oleh Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Dr. Ari Tri Soegito MM kepada peserta Pelatihan Nasional Pengembangan Pelatih Baca dan Tulis bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2003 di Semarang yang menyatakan bahwa guru jangan sekali-kali mengeluarkan pernyataan kasar kepada anak didiknya. Pernyataan yang kasar dari seorang guru itu bisa membunuh kreativitas muridnya ( 4

6 Kenyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa tuntutan profesionalisme guru dari segi kematangan emosi yang merupakan bagian dari kepribadian yang mantap merupakan salah satu faktor penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan nasional yang masih sangat membutuhkan perhatian dan pembinaan. Padahal individu yang berprofesi sebagai guru selain mempunyai tuntutan profesionalisme dalam proses mendidik siswa, juga mempunyai tuntutan atau tanggung jawab dalam peranannya di dalam keluarga maupun masyarakat. Tuntutan tersebut merupakan bagian dari pribadinya sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Selain sebagai makhluk sosial, individu juga sebagai makhluk pribadi yang mempunyai karakteristik atau keunikan tersendiri. Sehingga, dalam perannya sebagai makhluk sosial maupun makhluk pribadi adakalanya sebagian individu tidak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan yang ada. Ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada dapat menimbulkan tekanan-tekanan psikologis (psychological stress). Stres merupakan suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, J. P. 2001). Stres terjadi jika individu dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam, kesehatan fisik dan psikologisnya. Peristiwa tersebut dinamakan stresor, dan reaksi individu terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, hal ini dituturkan oleh Atkinson (1993). Salah satu stresor yang dapat menyebabkan stres dalam diri individu adalah kepribadian. Kepribadian yang melekat dalam diri seseorang mempengaruhi proses timbulnya stres (Zuckerman & Bolger, 1995). 5

7 Individu yang mempunyai dimensi kepribadian neurotisisme menurut Costa & McCrae (John & Pervin, 2001) akan cenderung mempunyai emosi yang tidak stabil dan diliputi perasaan negatif, seperti cemas / khawatir (anxiety), sedih (sadness), sensitif (irritability), dan gugup / gelisah (nerveous). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunthert, Cohen, & Armeli (1999) dikatakan bahwa dimensi kepribadian neurotisisme yang melekat dalam diri individu akan mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Hal ini didukung oleh Magnus, dkk; Ormel & Wohlfarth (Gunthert, Cohen, & Armeli, 1999) yang menyatakan bahwa individu dengan kecenderungan neurotisisme akan mengalami peristiwa-peristiwa negatif dalam kehidupannya yang angkanya cenderung naik. Individu yang cenderung neurotisisme akan mudah merasa cemas / khawatir dalam menyikapi tugas baru yang harus dilakukannya. Kekhawatiran ini dapat menimbulkan rasa sedih ataupun gelisah jika ternyata ia belum mampu melaksanakan tugas baru tersebut. Apalagi pribadinya yang cenderung sensitif, maka bila individu tersebut berinteraksi dengan individu lain atau lingkungan sosialnya, yang mungkin dapat terjadi adalah ketidakcocokan atau ketidaksesuaian terhadap lingkungan sosialnya tersebut. Hal ini dapat tampak dari perilakunya yang menunjukkan ketidaksenangan terhadap individu lain, misalnya mengomel, menyindir, atau perkataan yang dapat menyakiti perasaan individu lain. Selain berhubungan dengan lingkungan sosial individu juga tidak akan lepas dari tuntutan kehidupan yang tidak berkaitan dengan individu lain, misalnya pekerjaan, fasilitas-fasilitas umum, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan lingkungan fisik. Jika individu tidak mampu untuk menyesuaikan diri 6

8 terhadap lingkungan sosialnya ditambah lagi dengan tuntutan kehidupan baik dari pekerjaan maupun tuntutan pribadi, kemungkinan dapat menimbulkan stres. Respon stres yang ditunjukkan oleh tiap individu berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Individu yang cenderung ekstravert dan emosinya kurang stabil, maka respon yang tampak adalah kemarahan. Sebaliknya individu yang intravert dan emosinya tidak stabil, maka respon yang akan muncul adalah diam dengan memendam permasalahan. Sehingga semakin banyak permasalahan yang dipendam tanpa adanya penyelesaian, maka semakin lama individu tersebut akan merasakan ketidaknyamanan yang berkepanjangan yang pada akhirnya dapat mengarah pada munculnya depresi. Jika stres ini dialami oleh individu yang berprofesi sebagai guru tentunya akan mempengaruhi kinerjanya yang mempunyai tanggung jawab dalam proses pencetakan insan-insan berkualitas. Kompetensi dan profesionalisme yang dimiliki oleh setiap guru berperan penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan bangsa ini. Tinjauan Pustaka Stres Menurut Taylor (1995) stres merupakan hasil dari proses penilaian individu berkaitan dengan sumber-sumber pribadi yang dimilikinya untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan. Hal ini sejalan dengan pandangan Lazarus & Folkman (Sarafino, 1994; Herwindharti, 1997; Rahayu, 1994) yang menyatakan bahwa stres merupakan suatu bentuk hubungan tertentu antara individu dengan lingkungan yang dinilai sebagai ancaman karena telah melampaui batas-batas 7

9 kemampuan dari sumber-sumber bantuan yang ada pada individu untuk memenuhi tuntutan yang terdapat dalam interaksi tersebut. Menurut Sarafino (1994) ada dua komponen respon dari stres, yaitu respon psikologis yang ditunjukkan dengan perilaku, pola pikir, emosi dan respon fisiologis. Sependapat dengan hal tersebut Taylor (1995) mengatakan bahwa respon stres dapat berupa respon fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku. Jadi stres merupakan suatu keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikis sebagai wujud dari ketidakmampuan dalam usaha penyesuaian diri terhadap tuntutan atau perubahan sosial yang memberikan pengalaman tidak menyenangkan bagi individu karena ia merasa terancam dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ketidakmampuan tersebut dipengaruhi oleh penilaian kognitif yang cenderung negatif terhadap stresor atau tuntutan baik internal maupun eksternal. Tingkat Neurotisisme Neurotisisme dijelaskan oleh Chaplin (2001) hampir sama maknanya dengan neurosa, namun R.B. Cattell (Chaplin, 2001) menekankan bahwa sifatsifat khas neurotis itu bervariasi dan karakteristiknya tidak selalu menunjukkan orang-orang abnormal saja. Hal ini didukung McCrae & John (Heinstrom, 2003) yang menyatakan bahwa istilah neurotisisme tidak berkaitan dengan gangguan psikiatri namun lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai perasaan negatif atau gugup. Menurut Costa & McCrae (John & Pervin, 2001) individu yang mempunyai kecenderungan neurotisisme akan cenderung diliputi perasaan negatif. Dari beberapa pengertian neurotisisme dapat disimpulkan bahwa neurotisisme merupakan suatu dimensi kepribadian yang ditandai dengan adanya kecenderungan perasaan negatif, seperti kecemasan, permusuhan, dan sedih. 8

10 Individu yang mempunyai tipe kepribadian neurotisisme yang rendah akan cenderung lebih stabil dalam mengontrol emosinya, sedangkan individu yang mempunyai berkepribadian neurotisisme tinggi akan cenderung mengalami ketidakstabilan dalam mengontrol emosinya. Aspek-aspek Tingkat Neurotisisme Cemas / khawatir (anxious), Perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 2001). Sedih (sadness), Kesedihan, kepiluan, kesayuan (Echols & Shadily, 1990). Sensitif (irritability), Suatu kecenderungan yang mengarah pada kepekaan yang lebih terhadap suatu perangsang (Chaplin, 2001). Gugup / gelisah (nerveous), Suatu keadaan gelisah atau resah dengan emosionalitas yang semakin meninggi, dan tanda-tanda yang jelas kelihatan berupa getaran-getaran otot, ketegangan, dan aktivitas yang berlebihan (Chaplin, 2001). Jadi neurotisisme merupakan suatu dimensi kepribadian yang ditandai dengan adanya kecenderungan perasaan negatif. Individu yang tingkat neurotisismenya rendah akan cenderung dapat mengontrol emosinya, sebaliknya jika tingkat neurotisismenya tinggi maka akan cenderung kesulitan mengontrol emosinya. Individu yang cenderung neurotisisme akan ditandai dengan adanya rasa cemas (anxiety), sedih (sadness), sensitif (irritability), dan gugup / gelisah (nerveous). 9

11 Dinamika Psikologis Tipe Kepribadian Neurotisisme dengan Stres Setiap individu mempunyai kepribadian yang khas atau unik yang dapat membedakan dengan individu lain. Kepribadian yang melekat dalam diri individu merupakan suatu kecenderungan terhadap suatu dimensi kepribadian tertentu. Ada banyak dimensi kepribadian yang melekat dalam diri tiap-tiap individu. Menurut Eysenck (Feist & Feist, 1998) kepribadian yang ada dalam diri individu merupakan percampuran antara dimensi kepribadian yang satu dengan lainnya, namun ada satu dimensi kepribadian yang dominan atau menonjol dalam diri tiap individu. Sehingga tidak ada individu yang mempunyai dimensi kepribadian yang terbagi dengan rapi saling terpisah dengan dimensi yang lain. Jadi individu yang kepribadian didominasi dimensi neurotisisme dapat cenderung ekstravert atau sebaliknya cenderung introvert. Jika dimensi kepribadian neurotisisme yang dominan atau memiliki skor neurotisisme tinggi menurut Costa & McCrae (John & Pervin, 2001; Armeli, dkk, 1999) individu akan cenderung diliputi perasaan negatif, seperti cemas / khawatir (anxiety), sedih (sadness), sensitif (irritability), dan gugup / gelisah (nerveous). Menurut Howard & Howard (Heinstrom, 2003) neurotisisme merupakan suatu ukuran atau takaran dari pengaruh dan kontrol emosi. Tingkat neurotisisme yang rendah diindikasikan sebagai emosi yang stabil sedangkan tingkat neurotisisme yang tinggi kemungkinan ditandai dengan pengalaman emosi negatif. Kepribadian yang melekat pada diri tiap individu akan mempengaruhi setiap peristiwa yang terjadi dalam dirinya, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gunthert, K. C., Cohen, L. H., dan Armeli, S. (1999) bahwa neurotisisme mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi 10

12 dalam kehidupan seseorang. Peristiwa tersebut dapat berupa sesuatu yang baru, misalnya tugas baru, teman baru, lingkungan baru, kurikulum baru, dan lain sebagainya. Reaksi awal individu neurotisisme ketika mengetahui bahwa dirinya harus menghadapi hal-hal baru dalam kehidupannya adalah munculnya emosi negatif, antara lain : cemas atau khawatir. Jika kekhawatiran ini tidak dapat diselesaikan oleh individu tersebut, maka yang akan dirasakannya adalah kesedihan. Jika individu tersebut terlalu larut dalam kesedihan, maka sensitifitas atau kepekaannya akan meningkat dan perilaku yang tampak adalah kegugupan atau pun gelisah. Jika individu sering tidak mampu mengendalikan emosi negatifnya, sebagaimana tersebut di atas, maka individu tersebut akan cenderung merasa terancam dalam menyikapi tuntutan dari lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik yang sering ditemuinya. Jika individu tidak mampu menghadapi atau menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan yang dianggap sebagai ancaman, maka hal inilah yang dinamakan stres. Stres manurut Lazarus & Folkman (Sarafino, 1994; Herwindharti, 1997; Rahayu, 1994) merupakan suatu bentuk hubungan tertentu antara individu dengan lingkungan yang dinilai sebagai ancaman karena telah melampaui batasbatas kemampuan dari sumber-sumber bantuan yang ada pada individu untuk memenuhi tuntutan yang terdapat dalam interaksi tersebut. Salah satu wujud ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan sosialnya adalah munculnya konflik interpersonal. Jika ada individu lain yang menyinggung perasaan individu yang memiliki tingkat neurotisisme tinggi saat mengalami sensitifitas atau kepekaan yang meningkat, maka yang terjadi adalah konflik interpersonal. Penyelesaian terhadap konflik 11

13 interpersonal pada individu neurotisisme akan berbeda-beda. Di satu sisi ada individu neurotisisme yang cenderung menyampaikan ketidaksukaannya pada individu lain tapi dengan cara yang tidak tepat, misalnya marah, memukul, dan lain sebagainya. Sebaliknya, ada individu neurotisisme yang cenderung diam dan memendam permasalahannya dengan individu lain. Permasalahan yang dipendam tanpa adanya penyelesaian akan mengakibatkan individu tersebut mengalami ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan-ketidaknyamanan yang berkepanjangan ini dapat menyebabkan individu tersebut mengalami depresi. Kedua bentuk reaksi terhadap konflik interpersonal tersebut merupakan respon psikologis dari stres. Yang pertama ditunjukkan dalam bentuk kemarahan, sedangkan yang kedua dalam bentuk depresi (akibat dari stres yang tidak pernah terselesaikan). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gunthert, K. C., Cohen, L. H., dan Armeli, S. (1999) dikatakan bahwa individu yang berdimensi kepribadian neurotisisme lebih banyak mempunyai stresor dalam berhubungan interpersonal dan cenderung mempunyai penilaian primer dan sekunder yang negatif. Bertambahnya penilaian primer dan sekunder yang cenderung negatif, maka individu tersebut akan cenderung mengalami distres. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Bolger & Schilling (Gunthert, K. C., Cohen, L. H., dan Armeli, S., 1999) yang menyatakan bahwa individu dengan tingkat neurotisisme tinggi cenderung mengalami stres dalam berhubungan dengan individu lain. Dengan demikian dapat diketahui bahwa individu yang berdimensi kepribadian neurotisisme akan cenderung mengalami stres karena memiliki 12

14 karakteristik mudah merasa cemas, merasa sedih, sensitif, dan merasa gugup atau gelisah. Hipotesis Berdasarkan pengertian secara teoritis dan dinamika psikologis yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis pada penelitian ini yakni ada hubungan antara tingkat neurotisisme dengan stres pada guru Sekolah Menengah Pertama. Metodologi Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri, berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, meliputi guru laki-laki dan perempuan yang mengajar di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta, antara lain adalah SMPN 1 Ngaglik, SMPN 3 Ngaglik, SMPN 4 Ngaglik. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 2 skala, yaitu Skala Stres dan Skala Tingkat Neurotisisme. Skala stres merupakan alat ukur yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek dari Taylor (1995) yang berjumlah 42 aitem. Sedangkan Skala tingkat neurotisisme terdiri dari 39 aitem merupakan modifikasi dari skala IPIP NEO (International Personality Item Pool) gambaran dari NEO PI-R (NEO Personality Inventory-Revised) karya Paul T. Costa, Jr., Ph.D. dan Robert R. McCrae, Ph.D. berdasarkan aspek Costa & McCrae (1995). Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan korelasi product moment dari PEARSON dengan program SPSS for Windows versi

15 Hasil Penelitian Deskripsi Statistik Data Penelitian Tabel Deskripsi Statistik Data Penelitian Variabel Hipotetik Empirik Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean Stres Tingkat Neurotisisme Kriteria Kategorisasi Stres Kriteria Kategorisasi Stres Kategorisasi Norma Jumlah Subjek % Tinggi X = % Sedang 84 = X < % Rendah X < % Kriteria Kategorisasi Tingkat Neurotisisme Kriteria Kategorisasi Tingkat Neurotisisme Kategorisasi Norma Jumlah Subjek % Tinggi X = % Sedang 78 = X < % Rendah X < % Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas yang merupakan syarat sebelum melakukan pengetesan nilai korelasi. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows. Uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada variabel stres dan tingkat neurotisisme dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov- Smirnov Test pada program SPSS for Windows. Berdasarkan hasil analisis diperoleh sebaran skor variabel Stres adalah normal (KS-Z = ; p =

16 atau p > 0.05) dan sebaran skor variabel Tingkat Neurotisisme adalah normal (KS-Z = ; p = atau p > 0.05). Uji linearitas. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel Stres dan Tingkat Neurotisisme dengan menggunakan teknik means linerity pada SPSS for Windows. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil linier (F linearity = ; p = atau p < 0.05). Kedua data variabel telah memenuhi syarat uji normalitas dan uji linearitas, yaitu skor kedua variabel berdistribusi normal dan mempunyai hubungan yang linear. Maka uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel Stres dengan Tingkat Neurotisisme adalah ; p = (p< 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Tingkat Neurotisisme dan Stres, sehingga hipotesis diterima. Berdasarkan hasil analisis diketahui koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.43, artinya bahwa sumbangan efektif variabel Tingkat Neurotisisme terhadap variabel Stres adalah sebesar 43 %. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel Tingkat Neurotisisme dengan variabel Stres pada guru Sekolah Menengah Pertama. Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar ; p = (p< 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat neurotisisme guru, maka akan semakin tinggi pula tingkat stresnya. Berdasarkan hasil analisis diketahui 15

17 koafisien determinasi (R Square) sebesar 0.43, artinya bahwa sumbangan efektif variabel Tingkat Neurotisisme terhadap variabel Stres adalah sebesar 43 %. Sisanya sebesar 57 % adalah faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi Stres pada guru Sekolah Menengah Pertama, namun faktor lain ini tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Faktor internal lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi persepsi sehingga individu dapat mengalami stres menurut Robbins (1983) adalah nilai-nilai yang dianut oleh individu (value), dan sikap (attitude). Selain itu, ada faktor eksternal yang juga dapat mempengaruhi stres antara lain lingkungan sosial yang sering ditemui oleh individu, yaitu : keluarga, tempat kerja, dan dari lingkungan fisik di sekitarnya (Lazarus, 1976; Smet, 1994; Sarafino, 1994). Lingkungan fisik yang dapat menyebabkan stres antara lain adalah kesesakan, kebisingan, suhu yang terlalu panas, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan lain sebagainya (Lazarus, 1976). Berdasarkan hasil rerata empirik yakni (78 = X < 117) subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat neurotisisme yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa guru SMPN sebagai subjek dalam penelitian ini mempunyai kemampuan untuk mengontrol emosi yang sedang, sebagaimana yang dikatakan oleh Howard & Howard (Heinstrom, 2003) bahwa neurotisisme merupakan suatu ukuran atau takaran dari pengaruh dan kontrol emosi. Hal ini berarti dalam diri guru SMPN tersebut tidak terlalu diliputi perasaan negatif, seperti yang dikatakan oleh Costa & McCrae (John & Pervin, 2001; Armeli, dkk, 1999) bahwa individu yang tingkat neurotiisismenya tinggi akan cenderung diliputi perasaan negatif, seperti cemas / khawatir (anxiety), sedih (sadness), sensitif (irritability), dan 16

18 gugup / gelisah (nerveous). Padahal dimensi kepribadian yang melekat pada diri tiap individu akan mempengaruhi setiap peristiwa yang terjadi dalam dirinya, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gunthert, K. C., Cohen, L. H., dan Armeli, S. (1999) bahwa neurotisisme mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Guru SMPN yang mudah merasa khawatir terhadap hal baru ataupun peristiwa yang belum tentu terjadi akan mudah merasa sedih jika kekhawatiran tersebut belum terselesaikan. Jika individu tersebut terlalu larut dalam kesedihan, maka sensitifitas atau kepekaannya akan meningkat dan perilaku yang tampak adalah kegugupan atau pun gelisah. Jika individu sering tidak mampu mengendalikan emosi negatifnya, maka individu tersebut akan cenderung merasa terancam dalam menyikapi tuntutan dari lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik yang sering ditemuinya. Sehingga, individu tidak mampu menghadapi atau menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan yang dianggap sebagai ancaman, maka hal inilah yang dinamakan stres. Stres manurut Lazarus & Folkman (Sarafino, 1994; Herwindharti, 1997; Rahayu, 1994) merupakan suatu bentuk hubungan tertentu antara individu dengan lingkungan yang dinilai sebagai ancaman karena telah melampaui batasbatas kemampuan dari sumber-sumber bantuan yang ada pada individu untuk memenuhi tuntutan yang terdapat dalam interaksi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini guru SMPN sebagai subjek penelitian memiliki tingkat stres yang sedang hal ini tampak dari hasil rerata empiriknya yaitu (84 = X < 126). Jadi individu yang mempunyai tingkat neurotisisme sedang terbukti mengalami stres yang sedang pula. 17

19 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunthert, K. C., Cohen, L. H., dan Armeli, S. (1999) bahwa individu yang mempunyai tingkat neurotisisme tinggi akan lebih mudah mengalami stres karena penilaian primer dan sekundernya yang cenderung negatif. Walaupun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini telah terbukti, namun penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Sewaktu proses pengambilan data tidak semua subjek dapat berinteraksi langsung dengan peneliti. Hal ini dikarenakan rutinitas di sekolah pada saat pelaksanaan penelitian begitu padat. Oleh karena itu peneliti tidak dapat secara langsung memotivasi subjek untuk mengisi skala penelitian, akibatnya banyak skala yang tidak dikembalikan oleh subjek. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel Tingkat Neurotisisme dengan variabel Stres pada guru Sekolah Menengah Pertama. Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar ; p = (p< 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat neurotisisme guru akan semakin tinggi pula tingkat stresnya. Berdasarkan hasil analisis diketahui koafisien determinasi (R Square) sebesar 0.43, artinya bahwa sumbangan efektif variabel Tingkat Neurotisisme terhadap variabel Stres adalah sebesar 43 %. Sisanya sebesar 57 % adalah faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi Stres pada guru Sekolah Menengah Pertama, namun faktor lain ini tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat neurotisisme yang sedang. Hal ini ditunjukkan dari hasil rerata empirik subjek yakni (78 18

20 = X < 117). Sedangkan tingkat stres yang dirasakan oleh subjek tergolong sedang juga, tampak dari hasil rerata empiriknya yaitu (84 = X < 126). Jadi karakteristik individu yang mempunyai dimensi kepribadian neurotisisme dapat meningkatkan Stres. Sehingga guru SMPN yang tingkat neurotisismenya sedang memiliki tingkat Stres yang sedang pula. Saran Saran bagi subjek penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini guru SMPN yang tingkat neurotisismenya sedang memiliki tingkat Stres yang sedang pula, maka subjek penelitian tergolong cenderung mampu mengontrol emosi negatifnya. Peneliti berharap guru-guru mampu mempertahankan kemampuannya untuk mengontrol emosi negatifnya atau akan lebih baik jika dapat memperbaiki kontrol emosi negatif dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Untuk mempertahankan dan memperbaiki kontrol emosi negatif dapat dilakukan dengan cara bersikap tenang, berpikir rasional untuk memperkecil kekhawatiran. Selalu berpikir positif akan membantu individu mengurangi kesedihan dan kepekaan yang berlebihan ketika menghadapi suatu peristiwa. Jika telah mampu bersikap tenang dan berpikir positif, maka kegelisahan yang sering muncul ketika menghadapi suatu masalah akan dapat teratasi. Apabila seorang guru dapat mengendalikan emosi negatifnya menjadi lebih stabil maka akan memperkecil tingkat stres yang dirasakan oleh guru tersebut. 19

21 Saran bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang Stres disarankan untuk lebih menggali dan mengontrol faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan Stres bagi tiap individu yang disesuaikan dengan kebutuhan. Peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya diharap untuk lebih memperhatikan proses pelaksanaan penelitian agar dapat memperkecil kekurangsempurnaan suatu penelitian. Saran bagi sekolah tempat penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa guru SMPN yang tingkat neurotisismenya sedang memiliki tingkat stres yang sedang pula. Oleh karena itu, bagi pihak sekolah dan PGRI sebagai organisasi beranggotakan para guru disarankan untuk mempertahankan dan memperbaiki iklim organisasi yang sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan tetap menjaga hubungan silaturahmi dan keakraban antar guru, karyawan, kepala sekolah maupun dengan siswa-siswa. Misalnya mengadakan suatu acara dengan permainan-permainan sederhana yang dapat membuat suasana menjadi lebih menyenangkan daripada rutinitas sehari-hari bagi seluruh warga sekolah, sehingga dapat mempererat keakraban, memperkecil kesalahpahaman dan pemikiran negatif antar warga sekolah. Setelah keakraban yang terjalin semakin erat antar warga sekolah, selanjutnya dapat diterapkan untuk saling mengingatkan antara warga sekolah yang satu dengan lainnya untuk bersikap sabar, ikhlas, dan selalu berpikir positif dalam menghadapi suatu peristiwa. Hal ini dapat diawali dengan melakukan pelatihan self-control maupun pelatihan berpikir positif. 20

22 Selain itu, disarankan bagi pihak-pihak yang berinteraksi dengan profesi guru diharap untuk membantu memperkecil munculnya stres pada guru dengan memperhatikan stresor eksternal yang dapat memicu munculnya stres pada guru. Menurut penelitian Munandar (dalam 1997) stresor eksternal tersebut antara lain adalah pemotongan gaji guru, kenaikan pangkat yang tertunda, siswa perorangan yang berkelakuan buruk terus-menerus, konflik dengan personil sekolah lainnya, lingkungan sekolah yang terlalu bising, dan yang terakhir kurangnya motivasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran. 21

23 Daftar Pustaka Armeli, S., Cohen, L. H., Gunthert, K. C., The Role of Neuroticism in Daily Stress and Coping. Journal of Personality and Social Psychology, 77, No. 5, Atkinson, R. L Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 2. Interaksara.* Bolger, N., Zuckerman, A A Framework for Studying Personality in the Stress Process. Journal of Personality and Social Psychology, 69, No. 5, Chaplin, J. P Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Echols, J. M., Shadily, H Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. PT. Gramedia. Hasan, A. M Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan Heinström,.J Five personality dimensions and their influence on information behaviour. Information Research. Vol. 9 No. 1, Herwindharti, L Ciri, Sifat Keprobadian dan Strategi Menghadapi Stres. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. John, O. P., & Pervin, L. A Personality Theory and Research. Eighth Edition. NewYork : John Wiley & Sons, Inc. Lazarus, R. S Pattern of Adjustment. Third Edition. Tokyo : Mc. Graw Hill. Sarafino, E. P Health Psychology. Second Edition. Kanada : John Wiley & Sons, Inc. Smet, B Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Sriyanto, H. J Pudarnya Citra Profesi Guru. ( 22

24 Taylor, S. E Health Psychology. Third Edition. Singapura : Mc. Graw- Hill. Inc. Utami. N. A Kualitas dan Profesionalisme Guru. ( rakyat.com.15/10/02) Pernyataan Kasar Guru Bisa Bunuh Kreativitas Anak Didik. ( 23

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 16, didapatkan hasil bahwa data neuroticism memiliki nilai z = 0,605 dengan signifikansi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh : NOVI ARIYANI MUH. BACHTIAR PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, hal. 13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN Oleh : Yulianita Andromeda Hj. Ratna Syifa a Rachmahana FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : AFIFAH MIFTACHUL JANNAH F100110087 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

Rina Setya Utami F

Rina Setya Utami F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA MENOPAUSE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, sebelum dianalisis lebih lanjut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG Selvi Zola Fenia APIKES Iris Padang ABSTRAK Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Disusun oleh: Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI Oleh : AGITA EKARANI HEPI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI dan ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGANTAR. A. Latar Belakang. Skripsi adalah terdiri dari penelitian pada kasus-kasus/fenomena muncul,

PENGANTAR. A. Latar Belakang. Skripsi adalah terdiri dari penelitian pada kasus-kasus/fenomena muncul, PENGANTAR A. Latar Belakang Skripsi adalah terdiri dari penelitian pada kasus-kasus/fenomena muncul, kemudian diteliti menggunakan teori yang relevan yang sudah dipelajari selama masa perkuliahan dan akhirnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Devisi Operasional 1. Variabel Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dua jenis variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian menurut data yang diperoleh di lapangan. Pembahasan diawali dengan menjelaskan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO Oleh Tiwi Ambarsari Ridwan Baraba, S.E. M. M iwanba2003@yahoo.com Esti Margiyanti Utami, S. E. M.Si em.utami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai:

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

DEWI KUSUMA WARDHANI F

DEWI KUSUMA WARDHANI F HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. Si, Psi INTISARI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta Dini Amalia Ulfah 12512192 Dr. Intaglia Harsanti BAB 1: Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana individu mulai menyukai

Lebih terperinci

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Fatwa Tentama Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Abstract : The purpose

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi pada saat ini yang begitu pesat membuat banyak masalah kompleks yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada kalanya masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data yang sudah valid dan reliabel menjadi data hasil penelitian. Selanjutnya dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompokkelompok game yang bermain Ayo Dance di Salatiga, tepatnya anggota Narciz Community

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NEUROTISME DENGAN PERILAKU MEROKOK. Tyas Martika Anggriana*

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NEUROTISME DENGAN PERILAKU MEROKOK. Tyas Martika Anggriana* HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN NEUROTISME DENGAN PERILAKU MEROKOK Abstrak Tyas Martika Anggriana* Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang, berupa membakar rokok dan menghisapnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M. Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin Rini Suparti 16512413 Dr Aski Marissa, M.Psi, Psikolog BBAB I: Latar Belakang Didalam kehidupan pondok pesantren para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian dilakukan kepada 70 karyawan PT. YMMI. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya oleh masyarakat maupun pemerintahan Indonesia. Indonesia mewajibkan anak-anak bangsanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELI SASARI F. 100 080 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah satu diantaranya diwujudkan dalam aktifitas kerja, oleh karena itu manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PRA KONDISI UNTUK BERKONSENTRASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA. Hanna Fadhillah.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PRA KONDISI UNTUK BERKONSENTRASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA. Hanna Fadhillah. NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PRA KONDISI UNTUK BERKONSENTRASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Hanna Fadhillah Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji linearitas.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GEMOLONG TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.uji asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang ini pendidikan memegang peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang ini pendidikan memegang peran yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui proses pendidikan, faktor

Lebih terperinci

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci