HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI
|
|
- Verawati Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja. Hipotesis yang diajuakn dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan posititf antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang dalam hal ini adalah mahasiswa keseluruhannya berjumlah 100 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala konformitas dan skala kematangan emosi, metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis product moment dari Pearson. Hasil analisis data diperoleh hasil korelasi sebesar dengan taraf signifikansi p < 0,01, yang berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyatakan bahwa hipotesis terbukti. Variable konformitas dalam penelitian ini mempunyai sumbangan sebesar 30,1% terhadap kematangan emosi pada remaja. Kata kunci: Konformitas, Kematangan Emosi dan Remaja xiv
2 A. Latar Belakang Permasalahan Perilaku manusia senantiasa dipengaruhi oleh keadaan emosi dan pertimbangan akalnya. Emosi akan memberikan warna hidup, menumbuhkan semangat dan gairah hidup. Cacioppo (Wahyono, 2001) menyatakan bahwa emosi mempunyai peran penting dalam peningkatan proses konstruksi pikiran dalam memaknai dan megartikan berbagai pengalaman dalam kehidupan manusia. Kemampuan seseorang untuk mengenali dan memantau emosi pribadi dan orang lain, mampu membedakan dan menggunakannya sebagai informasi untuk pengarahan pikiran dan tindakan seseorang, sangat penting bagi kesuksesan hidup seseorang (Goleman, 1995). Namun emosi yang berlebihan akan membuat manusia tidak mampu bergerak atau berpikir untuk beberapa lama, keadaan ini akan berkembang menuju tingkat emosi yang tidak stabil (Najati, 1985). Kematangan emosi adalah keadaan emosi seseorang yang ditunjukkan dengan sikap mandiri, tidak egosentris, serta mampu mengontrol dan mengatur emosinya secara efektif dalam penyesuaian dengan lingkungan. Menurut Bastaman (1995) emosi yang tidak matang akan membuat manusia mengalami kehampaan hidup, selalu berkeluh kesah, putus asa, serba bosan, merasa jenuh dengan pekerjaannya, malas dan tidak pernah merasakan kenikmatan atas prestasi yang mereka capai. Individu yang tidak matang emosinya merasa bahwa lingkungannya sangat membatasi gerak-geriknya. Pada kenyataannya, banyak individu mengalami masalah emosional yang cukup berat, seperti mudah marah, mudah terpengaruh, putus asa, sulit mengambil keputusan xv
3 dan memotivasi diri sendiri (Goleman, 1995). Terutama pada remaja, yang secara psikologis sedang mengalami masa transisi menuju kedewasaan dan kematangan. Menurut Young (1950), salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan emosi adalah faktor lingkungan, yaitu tempat individu berada, termasuk lingkungan keluarga dan lingkungan sosial masyarakat yang turut membentuk keseimbangan dan kematangan emosi pada individu. Hal ini dipertegas oleh pendapat Sears (1988) bahwa manusia pada hakekatnya adalah mahkluk sosial, karena hampir setiap hari individu meluangkan waktu dalam kebersamaan dengan orang lain baik di sekolah, di rumah, maupun di tempat kerja. Salah satu bentuk sosialisasi yang dikenal dalam masa remaja adalah konformitas kelompok remaja. Baron & Byrne (1991) mendefinisikan konformitas sebagai suatu bentuk penyesuaian terhadap kelompok sosial karena tuntutan kelompok sosial menghendaki demikian meskipun tuntutan tersebut tidak terbuka. Melalui konformitas seorang remaja diakui keberadaannya oleh remaja lain. Remaja yang tidak memiliki konformitas akan mendapat perlakuan berbeda atau tidak menerima pengakuan dari teman sebaya lainnya. Sebaliknya tanpa konformitas remaja merasa dirinya tidak diterima oleh orang lain terutama temanteman sebayanya, sehingga dapat menimbulkan perasaan inferior, egosentrisme yang kuat, tidak peduli orang lain dan kemampuan memahami orang lain yang buruk. Berdasar berbagai penjelasan diatas maka penulis menyatakan rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah, apakah terdapat hubungan antara konformitas kelompok dengan kematangan emosi pada remaja? xvi
4 B. TInjauan Pustaka Menurut Finkelor (Sa adah, 1997) seorang yang matang emosinya mempunyai beberapa tanda, yaitu menyadari kelebihan dan kekurangannya, mengenal reaksi-reaksi emosi batinnya terhadap orang lain dan situasi, mengetahui betapa banyak tekanan-tekanan luar yang mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan sifat-sifat itu. Hurlock (1973) mengatakan bahwa kematangan emosi memiliki beberapa kriteria. Kriteria pertama yaitu kontrol emosi yang secara sosial dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Kriteria kedua adalah pemahaman diri, individu yang mempunyai kematangan emosi mampu belajar mengetahui besarnya kontrol yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Kriteria ketiga adalah penggunaan fungsi kritis mental, individu yang matang emosinya mampu menilai situasi secara kritis sebelum memberikan responnya secara emosional, kemudian individu tersebut mengetahui cara yang tepat untuk bereaksi terhadap situasi itu. Penulis dalam penelitian ini menyimpulkan kematangan emosi merupakan keadaan emosi seseorang yang ditunjukkan dengan sikap mandiri, tidak egosentris, serta mampu mengontrol dan mengatur emosinya secara efektif dalam penyesuaian dengan lingkungan. Kematangan emosi mempunyai dua aspek, yaitu kontrol emosi dan adekuasi emosi. Kontrol emosi berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengontrol atau mengendalikan emosinya. Adekuasi emosi berkaitan dengan isi dan arah dari respon-respon emosional. xvii
5 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi emosi. Secara umum kematangan emosi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan individu. Faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial. Faktor pribadi meliputi hal-hal yang bersifat individu, seperti pengalaman, reaksi frustrasi negatif, serta gangguan emosional. Pada remaja, perkembangan pengendalian emosi berkaitan erat dengan kematangan emosinya. Remaja dikatakan telah mencapai kematangan emosi bila remaja tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain, tetapi menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih bisa diterima (Hurlock, 1973). Kehidupan masa remaja memang diliputi oleh keadaan-keadaan yang memungkinkan timbulnya ketegangan atau gangguan emosional dan gangguan ini dapat mengakibatkan emosi remaja menjadi tidak stabil. Puncak dari perkembangan emosi adalah kematangan emosi yang merupakan nilai-nilai dasar pribadi.. Menurut Sarwono (1994), apabila remaja tidak berhasil mengatasi situasi kritis dan terlalu mengikuti gejolak emosi, maka besar kemungkinan akan terperangkap masuk ke jalan yang salah. Kasus-kasus penyalahgunaan obat, penyalahgunaan seks atau kenakalan remaja lainnya sering kali disebabkan oleh kurang adanya kemampuan dalam mengarahkan emosinya secara positif. Ketidakjelasan terhadap peran atau posisi diri membuat remaja masih mencari-cari pegangan yang dapat digunakan sebagai acuan agar eksistensinya diakui oleh lingkungan. Proses pencarian tersebut akan mengakibatkan banyaknya informasi ataupun pengaruh lain masuk ke dalam diri remaja. Havighurst xviii
6 (Mappiere, 1983) mengemukakan bahwa remaja mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalaninya secara bertahap agar remaja dapat belajar mandiri baik secara fisik maupun psikis. Salah satu tugas perkembangan yang harus dijalani remaja adalah memperluas hubungan antar pribadi serta berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita. Mappiere (1983) mengatakan agar dapat diterima kelompoknya, remaja akan selalu berusaha berperilaku sesuai dengan tuntutan perilaku kelompok dan membangun konformitas dengan kelompoknya. Secara universal, dorongan untuk menjadi konformis dapat dikatakan terjadi pada semua remaja dengan tingkatan yang berbeda-beda. Konformitas dapat diartikan sebagai perubahan perilaku atau keyakinan individu sebagai upaya menyesuaikan diri terhadap tuntutan kelompok. Melalui konformitas seorang remaja diakui keberadaannya oleh remaja lain. Remaja yang tidak mampu melakukan konformitas akan mendapat perlakuan berbeda atau tidak menerima pengakuan dari teman sebaya lainnya. Turner (1991) mengemukakan bahwa konformitas terdiri dari dua aspek yaitu aspek normatif dan aspek informasional. Aspek normatif berkaitan dengan keinginan individu untuk disukai atau diterima oleh orang lain, sedangkan aspek informasional berkaitan dengan keinginan individu untuk mendapat pandangan yang akurat tentang realitas. Menurut Fuhrmann (1990) konformitas dengan teman sebaya memiliki beberapa fungsi, antara lain; (1) mewujudkan suasana untuk belajar. Mereka belajar apa yang diharapkan teman membangun identitas unik dengan membandingkannya terhadap kelompok, membandingkan nilai dan xix
7 keyakinan dengan anggota lain. (2) memberikan dukungan psikologis tanpa kepuasan hubungan kelompok di masa anak, remaja, dan orang dewasa akan mendapatkan halangan berat pada kepribadian maupun interaksi sosialnya. Melihat arti penting kelompok bagi remaja tersebut maka dapat dimengerti jika remaja akan melakukan apa saja untuk bisa berinteraksi dengan kelompok, sehingga konformitas pun akan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi. Bagi remaja konformitas merupakan aspek penting yang ditanai dengan tendensi untuk menyesuaikan, menerima, dan melakukan suatu pola atau standar nilai yang telah digunakan kelompok. Akibat dari konformitas adalah iklim dan norma-norma dapat mempengaruhi pembentukan identitas remaja. Hal ini dimungkinkan dengan adanya keinginan remaja untuk lebih mementingkan perannya sebgaai anggota kelompok daripada mengembangkan pola norma sendiri-sendiri. Namun dalam kenyataanya iklim ataupun norma-norma kelompok tadi bisa sangat berbeda dengan moral yang diperoleh remaja dari keluarganya (Walgito, 1978). Konformitas merupakan salah satu unsur hubungan sosial yang dapat memberikan manfaat bagi situasi emosional remaja. Melalui konformitas pula seorang remaja diakui keberadaannya oleh remaja lain. Sedangkan remaja yang tidak mampu melakukan konformitas akan mendapat perlakuan berbeda atau tidak menerima pengakuan dari teman sebaya lainnya sehingga dirinya kesulitan membangun hubungan yang nyaman dengan teman sebayanya (Young, 1950). Keuntungan dari keterlibatan remaja dalam kelompok sebaya adalah tersedianya sarana untuk menjalankan tugas perkembangan pada masa remaja xx
8 seperti memperoleh peranan sosial, membentuk sistem nilai-nilai moral dan falsafah hidup, serta sebagai sarana melatih berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya (Hurlock, 1973). Pada akhirnya hal itu dapat menjadi sarana bagi remaja untuk mengembangkan diri menjadi lebih matang, emosi yang tertata dan stabil serta pola sosialisasi yang sehat. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat konformitas individu memegang peranan yang cukup besar bagi remaja, sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap tingkat kematangan emosi remaja di dalam lingkungannya. C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka serta dinamika psikologis yang memperlihatkan keterkaitan antara konformitas kelompok dengan kematangan emosi remaja, maka peneliti mengemukakan hipotesis Terdapat hubungan positif antara konformitas kelompok dengan kematangan emosi remaja, semakin tinggi konformitas maka kematangan emosi pada remaja akan semakin tinggi pula. Demikian kebalikannya, semakin rendah konformitas maka kematangan emosi akan semakin rendah. D. Metode Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maupun hipotesis penelitian pada bab sebelumnya, maka di ketahui variable-variabel dalam penelitian ini yaitu; Variabel Tergantung : Kematangan Emosi xxi
9 Variabel Bebas : Konformitas Subjek Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa, berusia antara tahun atau remaja akhir sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri yang telah diketahui sebelumnya Metode Pengumpulan Data Metode pungumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, yang terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala kematangan emosi dan skala konformitas. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari skala likert sebagai alat pengumpul data primer. Dengan bentuk skala semacam ini, subyek telah diberi beberapa alternatif jawaban, dan subyek diminta untuk memilih salah satunya. Berikut ini adalah penjelasan dari skala-skala tersebut: 1. Skala Kematangan Emosi Skala kematangan emosi disusun oleh peneliti, dengan didasari oleh aspek-aspek yang dikemukakan oleh Schneiders (1964) yaitu : (1) kontrol emosi, dan (2) adekuasi emosi. 2. Skala Konformitas Angket konformitas ini dimaksudkan untuk mengungkapkan tinggi rendahnya konformitas yang dilakukan remaja. Skala konformitas disusun peneliti xxii
10 berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Turner (1991), yaitu : (1) aspek normatif dan (2) aspek informasional. Adapun bentuk skala mengacu pada model skala likert, aitem dalam skala penelitian terdiri dari 2 macam, aitem favourable adalah aitem yang mendukung aspek yang hendak diukur, sedangkan aitem unfavourable adalah aitem yang menentang atau menolak aspek yang hendak diukur. Masing-masing aitem tersebut memiliki empat alternatif jawaban, yaitu; Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS); dan masing-masing alternatif jawaban tersebut mempunyai skor yang berbeda-beda. Skor pada aitemaitem favourable berjalan dari angka 4 menuju 1, sedangkan skor pada aitemaitem unfavourable bergerak dari angka 1 menuju 4. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi E. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari skala konformitas dan kestabilan emosi digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis. Deskripsi data konformitas dan kestabilan emosi pada remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD Konformitas ,5 12, ,8 6,26 Kematangan emosi ,5 13, ,59 7,65 xxiii
11 Hasil kategorisasi konformitas pada remaja diketahui bahwa tidak seorangpun subjek berada dalam kategori sangat tinggi. Sebagian besar subjek (58 orang) berada dalam tingkat kategorisasi sedang, dan hanya 4% subjek (4 orang) dalam tingkat kategorisasi tinggi. Subjek yang berada dalam kategori rendah sebanyak 19 orang (19%) dan tidak ada subjek yang mempunyai tingkat konformitas sangat rendah. Sedangkan hasil kategorisasi kestabilan emosi pada remaja diketahui hanya 2% subjek (2 orang) berada dalam tingkat kategorisasi sangat tinggi. Sebagian besar subjek berada dalam tingkat kategorisasi kecemasan tinggi yaitu 57% subjek (57 orang). Sedangkan subjek yang berada dalam tingkat kategorisasi sedang sebanyak 41% (41 orang). Tidak ada seorang subjek yang mempunyai tingkat kategorisasi kecemasan rendah maupun sangat rendah a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang diukur memiliki sebaran normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov Smirnov Z. Pedoman atau kaidah yang digunakan untuk normal tidaknya sebaran adalah jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2002). Hasil uji normalitas sebaran skala konformitas pada remaja menunjukkan nilai KS Z sebesar 0,086 dengan p = 0,063 (p > 0,05). Berdasarkan skor yang diperoleh subjek dapat disimpulkan bahwa data pada variabel konformitas pada remaja terdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebaran skala kematangan emosi pada remaja menunjukkan nilai KS Z sebesar 0,076 dengan p = 0,174 ( p > 0,05). xxiv
12 Berdasarkan skor yang diperoleh subjek dapat disimpulkan bahwa data pada variabel kematangan emosi pada remaja terdistribusi normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung bersifat linier dengan F sebesar 56,242, p=0,000 (p < 0,05). Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel konformitas dengan variabel kematangan emosi pada remaja. c. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas sehingga semua prasyarat terpenuhi, maka dilakukan uji korelasi product moment. Hasil analisis data menunjukkan r = 0,549 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil korelasi tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang positif antara antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja dapat diterima. Koefisien determinan yang diperoleh sebesar r 2 = 0,301 artinya sumbangan konformitas terhadap kematangan emosi pada remaja sebesar 30,1%. F. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan r = 0,549 dengan p = 0,000 (p < 0,01), hal ini menjelaskan adanya hubungan positif yang berarti semakin tinggi konformitas xxv
13 maka kematangan emosi pada remaja juga akan semakin tinggi, demikian halnya kebalikannya semakin rendah konformitas maka kematangan emosi remaja akan semakin rendah. Koefisien determinan yang diperoleh sebesar r 2 = 0,301 artinya sumbangan efektif konformitas terhadap kematangan emosi pada remaja sebesar 30,1%. Kematangan emosi merupakan keadaan emosi seseorang yang ditunjukkan dengan sikap mandiri, tidak egosentris, serta mampu mengontrol dan mengatur emosinya secara efektif dalam penyesuaian dengan lingkungan. Keadaan tersebut dapat muncul apabila individu dapat mengekspresikan emosi positif maupun negatifnya secara tepat dan wajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya kematangan emosi pada remaja dalam penelitian ini adalah keberadaan variabel konformitas pada remaja. Pada masa remaja berkembang Social Cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka terutama teman sebaya baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan. Pada masa ini juga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Kelompok teman sebaya maupun kelompok sosial terdekat merupakan group reference bagi remaja, di mana remaja memperoleh frame of reference yaitu remaja mengambil norma-norma, nilai-nilai, pedoman dan sikap-sikap xxvi
14 terhadap berbagai macam keadaan yang diyakini oleh kelompok teman sebaya (Gerungan,1988). Pada saat inilah terjadi yang dinamakan dengan internalisasi norma, yaitu individu mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok serta normanormanya, sehingga ia mengambil oper sistem norma termasuk sikap-sikap sosial yang dimiliki kelompok tersebut (Freud dalam Walgito, 1978). Proses di atas tidak akan terjadi tanpa adanya suatu conformity atau konformitas, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby), atau keinginan teman sebaya. Melalui konformitas pula seorang remaja diakui keberadaannya oleh remaja lain. Remaja yang tidak mampu melakukan konformitas akan mendapat perlakuan berbeda atau tidak menerima pengakuan dari teman sebaya lainnya. Hal ini akan membawa dampak dua hal, pertama dia bergabung dengan kelompok lain yang mampu ia ikuti standar kelakuannya atau bila ia tetap tidak dapat melakukan konformitas, ia akan bergabung dengan kelompok yang akhirnya akan membawa pada perilaku negatif. Kedua, remaja tersebut akan menyendiri karena merasa tidak dapat bergabung dengan kelompok manapun dan merepress dirinya sehingga membuatnya kesulitan bergaul. Konformitas dapat diartikan sebagai perubahan perilaku atau keyakinan individu sebagai upaya menyesuaikan diri terhadap tuntutan kelompok. Tuntutan tersebut berupa tuntutan yang nyata, namun dapat juga berupa sesuatu yang dibayangkan sebgai tuntutan dari kelompok. Hasil kategorisasi konformitas pada remaja diketahui bahwa konformitas pada subjek remaja sedang cenderung rendah xxvii
15 Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kematangan emosi selain konformitas, hal ini dinyatakan dengan sumbangan efektif konformitas sebesar 30,1%. Sehingga dapat diketahui bahwa pengaruh faktor lain terhadap kematangan emosi sebesar 69,9%. G. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara konformitas dengan kematangan emosi sebesar (r) = 0,549 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil korelasi tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang positif antara antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja dapat diterima. Koefisien determinan yang diperoleh sebesar r 2 = 0,301 artinya sumbangan konformitas terhadap kematangan emosi pada remaja sebesar 30,1%. xxviii
BAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment untuk mencari hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical
BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi
BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 4.1.1. Persiapan Uji Coba Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala berupa skala regulasi emosi yaitu kuesioner AERQ (Academic
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, langkah yang perlu peneliti lakukan adalah uji asumsi variabel penelitian. Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji linieritas.
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan
34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi variabel-variabel penelitian 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi 2. Variabel bebas : Komunikasi efektif bidan-pasien B. Definisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan
Lebih terperinciHubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI
Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.
59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji Asumsi dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis, uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Tujuan dari uji asumsi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sampel dalam penelitian ini adalah 75 anggota aktif. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel berdasarkan usia dan Masa bekerja. Selanjutnya akan dijelaskan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.
49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. b. Kepribadian Narsisme. B. Definisi Operasional
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.
PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GEMOLONG TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Konformitas 2. Variabel Bebas : Nilai Budaya Jawa B. Definisi Operasional 1. Konformitas Konformitas merupakan tendensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angkaangka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2010) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi,
BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Identifikasi merupakan variabel yang diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan b. Variable Bebas (X) :
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)
87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang sifatnya menanyakan hubungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Periode ini adalah ketika seorang anak muda harus
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Product Moment Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur paling penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan
BAB III METODE PEELITIA A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO
. HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO Agustina Dwisari Handa Endah Mujiasih Achmad mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.
Lebih terperinciKORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG
KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG Selvi Zola Fenia APIKES Iris Padang ABSTRAK Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.
Lebih terperinciHubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda
Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda Nama : Rifka Putri Kusuma NPM : 16512337 Jurusan Pembimbing : Psikologi : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.psi, Psikolog LATAR
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai pelaksanaan penelitian berupa kancah penelitian dan segala persiapan yang telah dilakukan, pelaksanaan penelitian, hasil perhitungan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu
BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis dan sebagai syarat agar dpat melakukan teknik korelasi Product Moment. Uji asumsi dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.
36 BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian untuk mengetahui prokrastinasi akademik pada pelajar SMP ditinjau dari konformitas teman sebaya adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian untuk membahas masalah-masalah atau cara yang digunakan dalam
BAB III METODE PENELITIAN Seperti penelitian lainnya, metode penelitian memegang peranan yang penting. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang digunakan dalam penelitian untuk membahas masalah-masalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Defenisi Operasional Variabel
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Surakarta, tepatnya di Jln. Jend. Achmad Yani Surakarta. Pertimbangan dipilihnya
Lebih terperinci