V. ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA"

Transkripsi

1 V. ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan proliferasi sel spermatogonia ikan gurami yang terkolonisasi pada gonad ikan nila. Analisis proliferasi dilakukan menggunakan pendekatan molekular. Penelitian ini terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) transplantasi sel testikular ikan gurami secara intraperitoneal ke larva ikan nila umur 3 hari pascamenetas (hpm), 2) isolasi DNA larva ikan nila 24 jam pascatransplantasi (pt), dan gonad dari ikan nila resipien yang terdeteksi membawa sel donor berlabel PKH 26 pada umur 1,2, 3 bulan pt, 3) amplifikasi PCR cetakan DNA dengan primer spesifik gen hormon pertumbuhan ikan gurami, 4) pembuatan kurva standar DNA produk PCR dari supensi campuran sel testikular ikan gurami dan ikan nila pada berbagai rasio, dan 5) kuantifikasi pita DNA hasil elektroforesis menggunakan program unscan IT gel 6.1. Parameter yang diamati adalah konsentrasi DNA produk PCR ikan gurami pada resipien nila umur 24 jam serta 1, 2, dan 3 bulan pt. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi peningkatan konsentrasi DNA dan estimasi jumlah sel donor secara nyata (P<0,05) dari resipien yang berumur 1 bulan pt ke resipien umur 2 bulan pt atau 3 bulan pt dengan persentase peningkatan 3,42 kali, sedangkan dari umur 2 bulan pt ke 3 bulan pt tidak berbeda nyata (P>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sel donor spermatogonia ikan gurami yang ditransplantasikan mampu berproliferasi pada gonad ikan nila resipien. Kata kunci : spermatogonia, proliferasi, hormon pertumbuhan, konsentrasi DNA, jumlah sel.

2 60 V. THE PROLIFERATION ANALYSIS OF GIANT GOURAMI SPERMATOGONIA IN NILE TILAPIA GONAD ABSTRACT The research was conducted to analyze the proliferation of giant gourami spermatogonia as donor cells that had been colonized in Nile tilapia as recipient. The analysis were done using molecular approach. The research comprised of 5 stages, those are, 1) the intraperioneally transplantation of giant gourami testicular germ cell into 3 dph tilapia larvae, 2) the DNA isolation of 24 hours post transplantation (pt) larvae and positive colonized gonads of 1, 2, and 3 months pt recipient, 3) the amplification of DNA with PCR using giant gourami growth hormone gene as specific primer, 4) the determination of standard curve of DNA PCR product upon some ratios of mix number of giant gourami and Nile tilapia testicular germ cell to estimate the number of cell colonized in recipient gonad, and 5) the quantification of DNA band in electrophoresis gel using unscan IT gel 6.1 software. Parameter observed was the DNA concentration of 24 hours, 1 month pt, 2 month pt and 3 month pt recipient. The result showed that the DNA concentration and the amount of colonized cells increased 3.42 times significantly from 1 month pt recipient to 2 or 3 month pt recipient (P<0.05), meanwhile, there were no significant different concentration of DNA and amount of cells from 2 month pt recipient to 3 month pt recipient (P>0.05). In conclusion, the transplanted giant gourami spermatogonial cells could proliferated in tilapia gonad. keywords : spermatogonia, proliferation, growth hormone, DNA concentration, number of cell. PENDAHULUAN Gametogenesis adalah serangkaian proses transformasi sel-sel germinal menjadi sel yang terspesialisasi, yaitu sel telur pada betina (oogenesis) dan spermatozoa pada jantan (spermatogenesis). Selama proses gametogenesis, sel bakal gonad akan melewati tiga tahap, yaitu tahap proliferasi, tahap meiosis dan tahap spermiogenik (Jiang & Short 1998, Nakamura et al. 1998). Selama tahap proliferasi, sel bakal gonad atau dikenal sebagai primordial germ cell (PGC) akan melakukan perbanyakan diri (self renewal) secara mitotik untuk mempertahankan jumlah sel punca dan juga untuk memproduksi spermatogonia terdiferensiasi yaitu spermatogonia B (SpB). Selanjutnya terjadi proliferasi secara aktif sehingga jumlah sel meningkat dengan pesat. Peningkatan jumlah sel oleh proliferasi

3 61 mitosis tersebut merupakan indikasi terjadinya spermatogenesis. Sel SpB yang terbentuk selanjutnya berdiferensiasi dengan pembelahan meiosis menjadi spermatosit primer hingga ke tahap perkembangan berikutnya yaitu spermatid. Spermatid selanjutnya akan mengalami tahap spermiogenik hingga akhirnya membentuk spermatozoa (Jiang & Short 1998, Hess & Franca 2007). Pada bab IV telah dibuktikan bahwa sel germinal spermatogonia ikan gurami mampu berkoloni dengan sel-sel testikular pada gonad ikan nila. Hal ini mengindikasikan bahwa sel donor ikan gurami dapat hidup pada gonad ikan nila tanpa penolakan sistem imun dari ikan nila seperti yang terjadi pada umumnya dalam xenotransplantasi. Hasil ini merupakan awal dari keberhasilan teknologi xanotransplantasi sel germinal jantan ikan gurami pada ikan nila. Namun demikian, untuk mendapatkan sel gamet ikan gurami dari ikan nila sebagai induk pengganti maka sel donor yang telah terkolonisasi harus mampu bergametogenesis. Dari pengamatan sel donor yang telah dilabel PKH 26 pada gonad resipien (bab IV) diduga adanya indikasi sel spermatogonia yang terkolonisasi mengalami proliferasi pada resipien berdasarkan adanya kumpulan-kumpulan sel yang terlabel PKH 26 pada resipien yang berumur lebih dari 2 bulan. Di samping itu, berdasarkan pengamatan gonad resipien di bawah mikroskop fluoresens ditemukan pula perbedaan intensitas warna PKH 26 dari resipien umur 2 bulan pascatransplantasi (pt) ke resipien umur 3 bulan pt. Untuk membuktikan indikasi proliferasi sel donor ikan gurami pada resipien ikan nila maka pada penelitian ini dilakukan analisis proliferasi sel spermatogonia ikan gurami pada gonad ikan nila. Berbagai macam cara digunakan oleh para peneliti untuk menganalisis proliferasi sel. Proliferasi sel dapat dianalisis secara tidak langsung dengan parameter yang diamati adalah aktivitas senyawa tertentu yang berperan dalam proses pembelahan sel tersebut. Cara ini dapat ditempuh dengan teknik ELISA, western blots atau imunohistokimia. Parameter lain adalah dengan mengukur peningkatan jumlah sintesis DNA sebagai tanda terjadinya proses replikasi. Untuk tujuan tersebut, maka pada DNA biasanya dilakukan pelabelan (Roche 2003). Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah peningkatan jumlah sel

4 62 donor pada resipien umur 1, 2 dan 3 bulan pt. Teknik yang digunakan untuk mengestimasi terjadinya peningkatan jumlah sel donor adalah teknik polymerase chain reaction (PCR) dengan marka molekuler gen growth hormone (GH) ikan gurami. Dengan marka molekuler gen GH ikan gurami, sel donor ikan gurami pada gonad resipien ikan nila dapat diidentifikasi. Ketebalan pita pada gel elektroforesis menunjukkan besarnya konsentrasi DNA donor pada gonad resipien. Peningkatan tebal pita DNA pada gel elektroforesis hasil PCR gonad ikan nila umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan pt diharapkan dapat menunjukkan terjadinya proliferasi sel donor ikan gurami pada resipien ikan nila. BAHAN DAN METODE Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurami ke Larva Ikan Nila Transplantasi sel testikular ikan gurami ke larva ikan nila dilakukan mengikuti prosedur yang telah dijelaskan pada bab IV. Testis ikan gurami dengan kisaran bobot tubuh sekitar g didisosiasi untuk mendapatkan suspensi sel donor. Sebelum disuntikkan, suspensi sel dihitung untuk menentukan volume label PKH 26 yang dibutuhkan untuk mewarnai sel donor dan untuk mengetahui jumlah sel spermatogonia (diameter 15 µm) yang berpeluang terkolonisasi. Jumlah sel dihitung menggunakan hemositometer di bawah mikroskop CX10 (Olympus). Pelabelan sel testikular ikan gurami dengan PKH 26 fluorescent membrane dye dilakukan berdasarkan protokol yang telah disajikan pada bab IV. Transplantasi sel testikular ikan gurami dilakukan secara i.p pada 45 ekor larva ikan nila yang berumur 3 hpm dengan jumlah sel yang disuntikkan sekitar sel/0,5 µl medium L15. Pemeliharaan resipien dilakukan hingga mencapai umur analisis yaitu 24 jam, 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan pt. Untuk isolasi DNA dari larva yang berumur 24 jam pt digunakan 3 ekor larva yang dipilih secara acak. Untuk isolasi DNA dari larva umur 1, 2 dan 3 bulan pt digunakan masing-masing 6 ekor resipien yang positif membawa sel donor.

5 63 Isolasi DNA DNA diekstraksi dari sampel: 1) larva ikan nila pada 24 jam pt sebanyak 3 ekor yang dipilih secara acak, 2) gonad dari ikan nila umur 1, 2 dan 3 bulan pt yang positif membawa sel donor sebanyak masing-masing 6 ekor, 3) suspensi campuran sel testikular ikan gurami dan ikan nila, 4) suspensi sel-sel testikular ikan gurami sebagai kontrol positif, dan 5) gonad ikan nila tanpa transplantasi umur 3 bulan sebagai kontrol negatif. Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan kit dari Puregene (Gentra, Minneapolis, USA). Sampel dimasukkan ke dalam 200 μl cell lysis solution yang berisi 1,5 μl Proteinase K (20 mg/ml). Sampel diinkubasi pada suhu 55 C selama semalam. Setelah sel terlisis sempurna, ditambahkan 1,5 μl RNase (4 mg/ml) dan diinkubasi pada 37 o C selama 60 menit. Kemudian ke dalam tabung sampel ditambahkan 100 μl protein precipitation solution (Gentra, Minneapolis, USA), disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 15 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam mikrotub yang berisikan 300 μl isopropanol. Selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang, kemudian ditambahkan 300 μl etanol 70% dingin ke dalam mikrotub berisi pelet DNA. Sampel disentrifugasi kembali dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang, pelet DNA dikeringudarakan dan ditambahkan 20 μl sterille destillated water (SDW). DNA disimpan dalam freezer suhu -20 o C hingga digunakan. Kuantifikasi hasil ekstraksi DNA dilakukan dengan spektrofotometer GeneQuant. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 260 (λ 260 ) nm. Kemurnian DNA diketahui dengan melihat rasio DNA pada perbandingan absorbansi panjang gelombang 260 nm dengan panjang gelombang 280 nm. Kandungan DNA ditentukan dari pengukuran pada λ 260. Amplifikasi DNA dengan PCR Pereaksi PCR dibuat berdasarkan jumlah sampel yang akan diamplifikasi. Volume total pereaksi PCR adalah 10 µl untuk setiap sampel yang terdiri atas 4 µl SDW, 1 µl masing-masing primer forward dan reverse, 1 µl dntps mix, 1 µl LA Taq buffer, 1 µl MgCl 2, 0,05 µl LA Taq polimerase (Takara Bio, Shiga, Japan), 1 µl DNA cetakan. Primer yang digunakan adalah GH ikan gurami dan

6 64 β-aktin ikan nila. Suhu annealing dan lama waktu ekstensi untuk primer GH dan β-aktin masing-masing adalah 58 o C dan 45 detik untuk primer GH serta 61 o C dan 30 detik untuk primer β-aktin. Sedangkan, suhu predenaturasi, denaturasi. dan ekstensi akhir sama untuk kedua primer yaitu masing-masing 94 o C selama 3 menit, 94 o C selama 30 detik, dan 72 o C selama 3 menit dengan siklus amplifikasi sebanyak 35 siklus. Hasil amplifikasi selanjutnya divisualisasikan dengan elektroforesis menggunakan gel agarosa 1% dengan volume DNA sebesar 7 µl dan loading dye (10x loading buffer, Takara bio, Japan) sebesar 3 µl. Pembuatan Kurva Standar Konsentrasi DNA Ikan Gurami dalam Gonad Ikan Nila Untuk mengetahui jumlah sel testikular minimal yang dapat terdeteksi dengan metode PCR jika berada dalam gonad ikan nila maka dibuat suspensi campuran sel testikular ikan gurami dan sel testikular ikan nila dengan rasio yang berbeda yang selanjutnya disebut larutan standar konsentrasi. Sebagai langkah awal dilakukan isolasi sel testikular ikan gurami dan ikan nila yang didisosiasi berdasarkan metode yang telah dijelaskan pada bab IV. Testis ikan gurami ukuran sekitar 700 g didisosiasi dan dihitung jumlah total sel yang dihasilkan. Demikian halnya testis ikan nila umur 2,5 bulan sebanyak tiga ekor juga masing-masing didisosiasi dengan metode yang sama lalu dihitung jumlah selnya. Nilai rata-rata jumlah sel testikular ikan nila diasumsikan sebagai nilai A. Selanjutnya dibuat suspensi campuran sel testikular ikan gurami dan ikan nila dengan perbandingan rasio yang berbeda yang diformulasikan sebagai berikut: Standar : (A-10 1 ) Standar : (A-10 2 ) Standar : (A-10 3 ) Standar : (A-10 4 ) Standar : (A-10 5 ) DNA dari sel hasil pencampuran tersebut diisolasi dan selanjutnya digunakan dalam proses PCR dengan metode seperti dijelaskan oleh Achmad (2009). Sebagai kontrol internal loading DNA, digunakan primer β-aktin DNA. Hasil PCR dielektroforesis dan ketebalan atau intensitas pita DNA pada gel

7 65 diukur menggunakan program unscan UT Gel 6.1 sehingga diperoleh konsentrasi DNA untuk setiap pita yang terbentuk. Hasil konsentrasi DNA tersebut kemudian dikorelasikan dengan jumlah sel testikular ikan gurami sehingga terbentuk kurva konsentrasi terhadap jumlah sel. Kurva ini akan menjadi kurva standar dan persamaan dari kurva standar tersebut digunakan untuk mengestimasi jumlah sel donor ikan gurami dalam gonad resipien ikan nila. Analisis Proliferasi Sel Donor pada Resipien Resipien larva ikan nila umur 24 jam pt dan dari gonad ikan nila umur 1 bulan pt, 2 bulan pt dan 3 bulan pt diekstraksi menggunakan kit isolasi DNA (Gentra, Minneapollis-USA) dengan prosedur seperti dalam manual. PCR dilakukan menggunakan marka molekular spesifik GH ikan gurami dengan program seperti dijelaskan oleh Achmad (2009) dan sebagai kontrol internal loading DNA digunakan primer β-aktin DNA. Pita DNA gurami hasil elektroforesis dikuantifikasi menggunakan program unscan UT Gel 6.1. Hasil kuantifikasi atau digitasi berupa konsentrasi DNA dari pita yang terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kurva standar konsentrasi DNA yang telah dibuat untuk mengestimasi jumlah sel donor yang terdapat pada gonad resipien. Peningkatan tebal pita DNA atau meningkatnya konsentrasi DNA hasil digitasi gel dalam selang periode waktu 1, 2 dan 3 bulan pt menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel donor atau telah mengalami proliferasi. Analisis Data Data kualitatif disajikan secara deskriptif dalam bentuk elektroforegram dan grafik sedangkan data kuantitatif dalam bentuk nilai tengah diuji secara statistik menggunakan ANOVA (analysis of variance), dan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan multiple range test. Analisis dilakukan menggunakan program SPSS 17.0 for windows dan MS Office Excell 2007.

8 66 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil amplifikasi DNA genom yang diisolasi dari suspensi campuran sel testikular ikan gurami dan ikan nila dengan berbagai rasio sel dapat dilihat pada elektroforegram DNA produk PCR pada Gambar 14. Hasil amplifikasi dengan PCR menggunakan marker spesifik gen GH ikan gurami tersebut menunjukkan bahwa rasio sel ikan gurami terendah yang dapat dideteksi jika berada dalam gonad ikan nila adalah 1: 4999 (satu sel testikular ikan gurami di dalam suspensi yang berisi 4999 sel testikular ikan nila). Hal ini berarti bahwa sel donor ikan gurami pada gonad ikan nila hanya bisa dideteksi dengan teknik molekular ini jika jumlah sel donor ikan gurami yang terkolonisasi pada gonad ikan nila yang berumur 2,5 bulan adalah lebih besar dari 100 sel (jumlah sel testikular rata-rata dari tiga ekor ikan nila umur 2,5 bulan adalah ±46.825, dibulatkan menjadi untuk memudahkan penghitungan). Gambar 14 Elektroforegram DNA produk PCR dari sel testikular ikan gurami dan ikan nila yang diamplifikasi menggunakan marker spesifik GH gurami (340 bp) dan β aktin (150 bp) sebagai kontrol internal. Ket : M = marker; N=sampel DNA gonad ikan nila; G= sampel DNA sel testikular ikan gurami. Selain untuk mengetahui jumlah minimal sel donor yang dapat terdeteksi oleh mesin PCR, pembuatan suspensi campuran sel testikular ikan gurami dan ikan nila dengan rasio yang berbeda-beda juga bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsentrasi DNA hasil amplifikasi PCR dan jumlah sel donor yang terkolonisasi. Oleh karena itu elektroforegram yang diperoleh pada

9 67 Gambar 14 dikuantifikasi dan dibuatkan kurva standar konsentrasi DNA ikan gurami dalam gonad ikan nila menggunakan program unscan IT Gel 6.1. Hasil penyebaran titik jumlah sel donor (y) terhadap konsentrasi DNA sel donor (x) menghasilkan persamaan regresi linear y= x dan R 2 =0,99. Persamaan ini selanjutnya digunakan sebagai model penduga yang menggambarkan hubungan jumlah sel dan konsentrasi DNA hasil kuantifikasi gel (Gambar 15). Jumlah sel (x1000) y x , , , , ,00 Gambar 15 Kurva standar konsentrasi DNA produk PCR dari DNA genom sel testikular ikan gurami dalam suspensi sel testikular ikan nila. Kuantifikasi DNA Ikan Gurami pada Resipien Ikan Nila Pascatransplantasi Hasil transplantasi sel testikular ikan gurami kepada larva ikan nila yang berumur 3 hpm menunjukkan bahwa sintasan larva 24 jam pt pada penelitian ini adalah sebesar 91,11% (41/45). Kemampuan kolonisasi yang dianalisis melalui pengamatan mikroskop fluoresens dari seluruh total larva yang hidup hingga 3 bulan pt adalah 54,54 % (18/33). Jumlah larva yang membawa sel donor pada pemeriksaan 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan pt adalah masing-masing 6 (13), 6 (12) dan 6 (8) ekor. Perbandingan jumlah jantan dan betina dari resipien yang berumur 2 dan 3 bulan pt yang dapat diidentifikasi dari morfologi gonadnya masingmasing 4:2 dan 3:3 (jantan:betina). Sedangkan pada resipien yang berumur 1 bulan pt, gonad belum dapat diidentifikasi. Beberapa resipien yang teridentifikasi membawa sel donor berlabel PKH 26 dapat dilihat pada Gambar 16.

10 68 Gambar 16 Gonad resipien ikan nila yang membawa sel donor ikan gurami yang terlabel oleh PKH 26 (kepala panah). Garis putus-putus menunjukkan batas gonad. A,C,E,I,J: pengamatan dengan mikroskop fluoresens, B,D,F: pengamatan tanpa fluoresens. A,D: resipien umur 1 bulan pascatransplantasi (pt), E,F: resipien jantan umur 2 bulan pt, G,H(insersi): kumpulan sel donor pada resipien jantan umur 3 bulan pt, I,J(insersi): kumpulan sel donor pada resipien jantan umur 2 bulan pt.

11 69 Pada resipien yang berumur 1 bulan pt, jumlah sel donor yang dapat diamati sangat sedikit (Gambar 16A-D). Tidak demikian halnya dengan resipien umur 2 bulan pt (Gambar 16E,16F) dan 3 bulan pt (Gambar 16G,16H), beberapa sel donor dapat ditemukan di sepanjang gonad ikan bahkan beberapa di antaranya menyerupai kumpulan sel. Seperti yang telah dikemukakan pada bab IV bahwa selama pengamatan gonad resipien di bawah mikroskop fluoresens ditemukan beberapa pendaran PKH 26 yang menyerupai kumpulan sel. Menurut Takeuchi et al. (2003) salah satu indikasi terjadinya proliferasi adalah sel donor yang terkolonisasi membentuk kumpulan sel pada jaringan gonad resipien. Kumpulan sel berpendar yang terdapat pada Gambar 16J dengan ukuran sel yang bervariasi menunjukkan bahwa SSC yang terkolonisasi pada gonad resipien tidak hanya melakukan pembelahan dalam rangka memperbanyak diri, tetapi juga diduga telah berproliferasi menjadi sel-sel derivat SSC. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara molekular menggunakan marka GH ikan gurami dengan jumlah sampel masing-masing 6 ekor resipien yang membawa sel donor berdasarkan pemeriksaan fluoresens, terdapat 2 ekor resipien yang berumur 1 bulan pt, 6 ekor resipien yang berumur 2 bulan pt dan 5 ekor resipien yang berumur 3 bulan pt yang terdeteksi membawa sel donor ikan gurami atau sebanyak 72,22% (13/18) yang dapat dideteksi secara molekular (Gambar 17). Terdapat dua ekor resipien yang berumur 1 bulan pt tidak dilanjutkan ke proses PCR karena dari hasil penghitungan gen, diperoleh kandungan DNA= 0 atau dengan kata lain tidak mengandung DNA (Lampiran 8). Pada Gambar 17 tampak bahwa ketebalan pita yang dihasilkan sangat bervariasi yang menunjukkan bahwa jumlah sel yang terdapat pada gonad ikan nila juga sangat bervariasi. Kuantifikasi pita DNA menggunakan program unscan IT Gel 6.1 dilakukan untuk mendapatkan prediksi berapa konsentrasi sel gurami yang terdapat pada gonad ikan nila (data luaran unscan IT Gel dapat dilihat pada Lampiran 9).

12 70 Gambar 17 Elektroforegram DNA produk PCR dari gonad resipien ikan nila 1, 2 dan 3 bulan pascatransplantasi (pt) menggunakan marka molekuler spesifik GH ikan gurami (340 bp) dan primer β-aktin ikan nila (150 bp) sebagai kontrol internal. Ket : L1-L3:DNA resipien 24 jam pt, 12-15:DNA gonad resipien 1 bulan pt, 21-26:DNA gonad resipien 2 bulan pt, 31-36:DNA gonad resipien 3 bulan pt, M: marker, G: DNA suspensi sel testikular ikan gurami, N: DNA gonad ikan nila tanpa transplantasi, (K-): kontrol negatif bahan PCR. Untuk menduga berapa banyak sel ikan gurami yang terdapat pada gonad ikan nila, digunakan model penduga yang telah diperoleh dari kurva standar konsentrasi DNA sehingga diperoleh estimasi jumlah sel seperti terdapat pada Gambar 18. Hasil pemeriksaan DNA genom larva 24 jam pt pada Gambar 18 menunjukkan konsentrasi DNA dan jumlah sel testikular ikan gurami yang berhasil masuk ke dalam rongga peritoneal larva ikan nila sangat bervariasi dengan nilai konsentrasi rata-rata sebesar 37,41±27,47 ng/µl dan jumlah sel rata rata sebesar ± Besarnya variasi konsentrasi sel pada 24 jam pt tersebut diduga disebabkan oleh besarnya variasi tipe sel testikular yang terdapat dalam suspensi sel yang disuntikkan sehingga meskipun jumlah sel yang disuntikkan sekitar sel, tetapi memiliki kandungan DNA yang berbeda-beda. Suresh et al. (1992) menyatakan bahwa konsentrasi DNA genom sel-sel testikular berbeda-beda. Sel testikular yang dalam keadaan diploid (spermatogonia, spermatosit) memiliki jumlah DNA yang lebih besar dari sel haploid (spermatosit sekunder, spermatid,

13 71 spermatozoa). Dugaan lain adalah adanya perbedaan kekuatan isap dari mikromanipulator sehingga mengakibatkan perbedaan jumlah sel yang disedot ke dalam jarum mikroinjeksi. Gambar 18 Estimasi jumlah sel donor ikan gurami pada gonad resipien ikan nila berdasarkan konsentrasi DNA hasil kuantifikasi pita DNA produk PCR menggunakan program Unscan IT Gel 6.1. Sementara itu nilai rerata konsentrasi DNA hasil kuantifikasi pita DNA maupun jumlah sel hasil pendugaan model persamaan linear menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi DNA yang nyata dari umur 1 bulan pt ke 2 bulan pt maupun 1 bulan pt ke 3 bulan pt (P<0,05) (Tabel 4 dan Lampiran 10). Jika nilai konsentrasi DNA ini dimasukkan ke dalam model pendugaan persamaan y= x, di mana y=jumlah sel dan x=konsentrasi DNA, maka terjadi peningkatan jumlah sel sekitar 3,42 kali dari umur 1 bulan pt ke 2 bulan pt atau ke 3 bulan pt (sampel yang tidak teramplifikasi diabaikan).

14 72 Tabel 4 Konsentrasi DNA (ng/µl) dan jumlah sel hasil kuantifikasi DNA produk PCR sel donor ikan gurami dalam gonad resipien ikan nila umur 1, 2 dan 3 bulan pascatransplantasi (pt) Umur resipien (pt) Konsentrasi DNA (ng/µl) Jumlah sel 1 bulan 1,66 ± 1,93 a ± a 2 bulan 11,64 ± 4,07 b ± b 3 bulan 9,15 ± 5,57 b ± b Huruf superskrip yang berbeda setelah angka pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05). Peningkatan konsentrasi DNA produk PCR ikan gurami tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan telah terjadi proses proliferasi spermatogonia ikan gurami dalam gonad resipien setelah resipien berumur lebih dari 1 bulan meskipun tidak diketahui secara jelas berapa kali sel mengalami pembelahan karena jumlah awal sel yang terkolonisasi tidak diketahui. Namun demikian dapat diduga bahwa telah terjadi peningkatan jumlah sel spermatogonia pada umur 1 bulan pt karena dari sel testikular yang disuntikkan, terdapat 2.006±158 sel yang berada pada tahap spermatogonia belum terdiferensiasi (SSC dan SpA). Jika semua sel spermatogonia ini terkolonisasi maka telah terjadi penambahan jumlah sel testikular rata-rata minimum 2 kali lipat. Beberapa penelitian transplantasi sel spermatogonia pada spesies ikan juga memberikan hasil bahwa dari sekitar jumlah sel yang disuntikkan, jumlah sel yang dapat bermigrasi dan terkolonisasi pada tahap awal larva hanya sedikit yaitu berkisar 1 hingga 9 sel pada ikan rainbow trout yang berumur 20 hari pt (Okutsu et al. 2006b) dan sel pada ikan nibe 21 hari pt (Yazawa et al. 2010), setelah itu proliferasi terjadi lebih cepat. Menurut Kobayashi et al (2000), pada ikan nila oogenesis mulai terjadi saat berumur hpm. Sedangkan Kobayashi et al (2010) menyatakan bahwa pada umur 35 hari mulai terlihat fase meiosis dan saat itu oogonia akan berkembang menjadi oosit primer dan membelah menjadi satu oosit sekunder dan polar body. Namun, pada ikan yang memijah secara parsial seperti ikan nila, proses meiosis tidak terjadi sekaligus sehingga oogonia masih sering ditemukan di antara folikelfolikel ovari (Takashima & Hibiya 1995). Sedangkan pada jantan proliferasi baru terjadi pada umur 50 hpm dan meiosis pertama kali teramati pada umur 85 hpm (Kobayashi 2010). Proses mitosis dan meiosis pada jantan berlangsung secara

15 73 terus-menerus. Jika sel donor mengikuti proses spermatogenesis pada ikan nila, peningkatan jumlah sel dari umur 1 bulan pt ke 2 bulan pt atau 1 bulan pt ke 3 bulan pt sangat mungkin terjadi. Sementara itu, konsentrasi DNA rata-rata pada umur 2 bulan pt dan 3 bulan pt tidak terlihat perbedaan nyata bahkan terlihat adanya penurunan konsentrasi DNA ikan gurami pada gonad ikan nila dari umur 2 bulan pt ke 3 bulan pt. Terdapat beberapa kemungkinan penyebab penurunan konsentrasi DNA tersebut yaitu 1) kemampuan primer GH mendeteksi sel donor yang berkurang diakibatkan oleh konsentrasi sel endogen lebih besar yang disebabkan oleh sel testikular ikan nila yang terlalu besar dibandingkan sel donor pada gonad ikan nila umur 3 bulan sehingga sensitivitas PCR dalam mendeteksi gen target menjadi berkurang. Berat rata-rata gonad ikan nila 3 bulan yang diekstraksi adalah 0,0127±0,0068 g sedangkan berat rata-rata gonad ikan nila 2 bulan adalah 0,0047±0,0044 g Menurut Kuske et al. (1998) DNA pengganggu (background DNA) dapat mempengaruhi sensitivitas PCR. Kemungkinan kedua adalah jumlah sel testikular yang berhasil masuk ke rongga peritoneal pada individu berbeda. Hal ini bisa terlihat dari hasil kuantifikasi DNA genom ikan gurami dalam larva ikan nila 24 jam pt yang sangat bervariasi (Gambar 18) sehingga jumlah sel spermatogonia yang berpeluang terkolonisasi juga sangat bervariasi. Terdapat pula dugaan terjadinya penolakan sistem imun resipien terhadap sel donor pada umur 3 bulan pt namun menurut Ali (1987) jaringan limfoid yang berperan terhadap respon imun ikan nila sudah terbentuk pada umur 5 hpm dan sel-sel limfoid terbentuk pada umur 14 hpm. Pengamatan terhadap respon imun ikan nila pada 56 hpm menunjukkan bahwa respon imun telah berfungsi secara normal. Fenomena respon imun ini menunjukkan bahwa sel donor ikan gurami tidak ditolak oleh respon imun ikan nila sebagai resipien. KESIMPULAN 1. Sel donor spermatogonia ikan gurami mampu berproliferasi pada gonad resipien ikan nila. 2. Proliferasi sel donor terjadi setelah 1 bulan pascatransplantasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Gurame Berdasarkan kriteria ukuran sel spermatogonia ikan gurame (5-15 µm) menurut Mauluddin (2009), jumlah dan persentase sel spermatogonia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR MARLINA ACHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir ini, para peneliti mencoba mengatasi masalahmasalah reproduksi pada hewan melalui teknologi transplantasi sel germinal jantan atau disebut juga transplantasi

Lebih terperinci

VI. VIABILITAS DAN EFISIENSI KOLONISASI SPERMATOGONIA DARI TESTIS IKAN GURAMI PASCAPRESERVASI DINGIN PADA LARVA IKAN NILA

VI. VIABILITAS DAN EFISIENSI KOLONISASI SPERMATOGONIA DARI TESTIS IKAN GURAMI PASCAPRESERVASI DINGIN PADA LARVA IKAN NILA VI. VIABILITAS DAN EFISIENSI KOLONISASI SPERMATOGONIA DARI TESTIS IKAN GURAMI PASCAPRESERVASI DINGIN PADA LARVA IKAN NILA ABSTRAK Pada aplikasi transplantasi, ketersediaan sel donor sering tidak sinkron

Lebih terperinci

KOLONISASI DAN PROLIFERASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA PUTIH YANG DITRANSPLANTASIKAN KE IKAN NILA HITAM TRIPLOID ANNA OCTAVERA

KOLONISASI DAN PROLIFERASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA PUTIH YANG DITRANSPLANTASIKAN KE IKAN NILA HITAM TRIPLOID ANNA OCTAVERA KOLONISASI DAN PROLIFERASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA PUTIH YANG DITRANSPLANTASIKAN KE IKAN NILA HITAM TRIPLOID ANNA OCTAVERA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 hingga Februari 2010. Tempat penelitian adalah di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme

Lebih terperinci

XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAMI KEPADA LARVA IKAN NILA IRMA ANDRIANI

XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAMI KEPADA LARVA IKAN NILA IRMA ANDRIANI XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAMI KEPADA LARVA IKAN NILA IRMA ANDRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

II. KARAKTERISASI MORFOLOGI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI DAN PENENTUAN SUMBER DONOR

II. KARAKTERISASI MORFOLOGI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI DAN PENENTUAN SUMBER DONOR II. KARAKTERISASI MORFOLOGI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI DAN PENENTUAN SUMBER DONOR ABSTRAK Salah satu faktor pembatas dalam melakukan transplantasi adalah bahwa tipe sel spermatogonia yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN SEL DONOR DARI IKAN GURAME MUDA DAN IKAN NILA TRIPLOID SEBAGAI RESIPIEN

OPTIMASI TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN SEL DONOR DARI IKAN GURAME MUDA DAN IKAN NILA TRIPLOID SEBAGAI RESIPIEN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2010, hlm. 186-191 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.3 OPTIMASI TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN SEL DONOR DARI IKAN GURAME MUDA DAN IKAN NILA TRIPLOID SEBAGAI RESIPIEN (OPTIMIZATION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label green fluorescent protein pada ikan nila

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label green fluorescent protein pada ikan nila Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 187 192 (2013) Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label green fluorescent protein pada ikan nila Electroporation and green fluorescent protein-labelled

Lebih terperinci

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada benih ikan mas

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada benih ikan mas Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 113 120 (2013) Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada benih ikan mas Testicular cell transplantation of neon tetra Paracheirodon innesi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR MARLINA ACHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL. Testicular cell transplantation technology in manipulation of giant gouramy fry production

TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL. Testicular cell transplantation technology in manipulation of giant gouramy fry production TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR DALAM REKAYASA PRODUKSI BENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy ) Testicular cell transplantation technology in manipulation of giant gouramy fry production Alimuddin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

III. DISOSIASI JARINGAN TESTIKULAR IKAN GURAMI

III. DISOSIASI JARINGAN TESTIKULAR IKAN GURAMI III. DISOSIASI JARINGAN TESTIKULAR IKAN GURAMI ABSTRAK Disosiasi jaringan testikular untuk mendapatkan suspensi sel donor yang mengandung populasi sel spermatogonia banyak dan viabilitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

DETEKSI SEL DONOR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA LARVA IKAN NILA Oreochromis niloticus

DETEKSI SEL DONOR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA LARVA IKAN NILA Oreochromis niloticus DETEKSI SEL DONOR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA LARVA IKAN NILA Oreochromis niloticus SEBAGAI RESIPIEN DENGAN TEKNIK PCR ADE HERMAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

OPTIMASI ELEKTROPORASI DENGAN GEN GREEN FLUORESCENT PROTEIN UNTUK TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA EPRO BARADES

OPTIMASI ELEKTROPORASI DENGAN GEN GREEN FLUORESCENT PROTEIN UNTUK TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA EPRO BARADES OPTIMASI ELEKTROPORASI DENGAN GEN GREEN FLUORESCENT PROTEIN UNTUK TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA EPRO BARADES SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label GFP pada ikan nila

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label GFP pada ikan nila Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 186 192 (2013) Artikel Orisinal Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label GFP pada ikan nila Electroporation and GFP-labelled transplantation of testicular

Lebih terperinci

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM-AI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM-AI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus BIDANG KEGIATAN: PKM-AI Diusulkan oleh: Yadi Apriadi C14080090 2008 Darmawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi DNA genom yang berasal dari darah sapi segar. Selanjutnya hasil dari isolasi tersebut akan diimplifikasikan dengan teknik in- vitro menggunakan PCR (Polimerase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup Embrio dan Derajat Penetasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap derajat kelangsungan hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup Embrio dan Derajat Penetasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap derajat kelangsungan hidup HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Kelangsungan Hidup Embrio dan Derajat Penetasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap derajat kelangsungan hidup (DKH-e) dan derajat penetasan (DP) tiap promoter (perlakuan)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA REKAYASA PRODUKSI IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DENGAN TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR KE IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UMUR BERBEDA BIDANG KEGIATAN: PKM-AI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan 05 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) SKRIPSI Oleh: SATRIYA PUTRA PRAKOSO NIM. 1208105013 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Perhitungan Kepadatan Artemia dan Kutu Air serta Jumlah Koloni Bakteri Sebanyak 1,2 x 10 8 sel bakteri hasil kultur yang membawa konstruksi gen keratin-gfp ditambahkan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik)

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik) The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik) Penting: Jangan lupa selalu memberi label pada tabung Eppi dengan hati-hati. Untuk pipet: Pipet 1000 (biru): gunakan tips biru dan hanya untuk memipet 100-1000

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 13 (2013)

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 13 (2013) Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 13 (2013) Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi (Characidae) pada larva ikan mas Cyprinus carpio (Cyprinidae): morfologi, proporsi, dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 SB/P/BF/08 GREEN FLUORESCENT PROTEIN PADA UBUR-UBUR LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF MARKA DNA Cahya Kurnia Fusianto 1, Zulfikar Achmad Tanjung 1,Nugroho Aminjoyo 1, dan Endang Semiarti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Ikan Uji Larva ikan gurame diperoleh dari pembenihan di Desa Ciherang Kec. Darmaga, Kab. Bogor. Larva dipelihara dalam akuarium berukuran 1,0x0,5x0,5 m 3 dengan kepadatan sekitar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal Menetas

Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal Menetas Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal Menetas Transplantation of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy) Testicular Cells in Early

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada larva ikan mas Cyprinus carpio

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada larva ikan mas Cyprinus carpio Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 12 (2013) Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada larva ikan mas Cyprinus carpio Testicular cells transplantation of neon tetra Paracheirodon

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci