MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 97/PUU-XIV/2016

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 97/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 10 NOVEMBER 2016

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 97/PUU-XIV/2016 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan [Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 64 ayat (1) dan ayat (5)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Nggay Mehang Tana 2. Pagar Demanra Sirait 3. Arnol Purba, dkk ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 10 November 2016 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Suhartoyo (Ketua) 2) Patrialis Akbar (Anggota) 3) Wahiduddin Adams (Anggota) Syukri Asy ari Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Pagar Demanra Sirait 2. Carlim B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Judianto Simanjuntak 2. Fatiatulo Lazira 3. Azhar Nur Fajar Alam 4. Ronald Siahaan 5. Muhammad Irwan 6. Sekar Banjaran Aji ii

4 1. KETUA: SUHARTOYO SIDANG DIBUKA PUKUL WIB Kita mulai, ya. Persidangan Perkara Nomor 97/PUU-XIV/2016 dibuka dan persidangan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Baik, selamat siang. Assalamualaikum wr. wb. Para Pemohon atau barangkali Kuasanya dan Prinsipal mungkin juga, sebelum dilanjutkan supaya diperkenalkan dulu, siapa yang hadir pada persidangan saat ini? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Terima kasih, Majelis Hakim. Kami Pemohon pengujian Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan juncto Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan terhadap Undang-Undang Dasar Tahun Saya Kuasa Pemohon Judianto Simanjuntak. Di samping kiri saya, Pemohon Pagar Demanra Sirait, sekaligus Pemohon yang merupakan Pemohon II. Selanjutnya, sebelah kirinya Fatiatulo Lazira, selanjutnya Azhar Nur Fajar Alam, selanjutnya Ronald Siahaan. Sebelah kanan saya, Pak Carlim Pemohon IV. Selanjutnya, Muhammad Irwan dan Sekar Banjaran Aji. Terima kasih, Majelis Hakim. 3. KETUA: SUHARTOYO Jadi Kuasa yang hadir siapa saja? Simanjuntak Judianto (...) 4. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Judianto Simanjuntak. 5. KETUA: SUHARTOYO Terus, Fajar Alam? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Fatiatulo Lazira Lazira. 1

5 7. KETUA: SUHARTOYO Fatiatulo Lazira Lazira, terus? 8. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Azhar Nur Fajar Alam. 9. KETUA: SUHARTOYO Ya. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Ronald Siahaan. 11. KETUA: SUHARTOYO Sebentar. Yang mana Ronald ini? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Paling ujung, ya. 13. KETUA: SUHARTOYO Oh, ya paling atas. Mana orangnya? Ya, terus? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Muhammad Irwan. 15. KETUA: SUHARTOYO Muhammad Irwan. Ya, Muhammad Irwan, S.H., terus? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Sekar Banjaran Aji, paling... paling ujung kanan. 17. KETUA: SUHARTOYO Oh, ya. Kok namanya kayak orang laki-laki? Banjaran Aji. Baik, namanya bagus. Kalau Prinsipal yang hadir cuma Pemohon IV? 2

6 18. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Cuma Pemohon II dan Pemohon IV. 19. KETUA: SUHARTOYO Pemohon II ya, Pagar Demanra Sirait. Yang mana Pak Sirait? Itu. Dan Pak Carlim. Baik, Mahkamah sudah mendapatkan atau menerima permohonan Para Pemohon dan juga sudah membaca. Namun demikian, supaya permohonan ini lebih jelas, agar dipresentasikan tapi yang pokokpokoknya saja. Dipersilakan siapa yang akan mewakili. 20. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Terima kasih, Majelis Hakim. Permohonan uji materi yang kami ajukan ini ada empat Pemohon. 1. Nggay Mehang Tana (Pemohon I) 2. Pagar Demanra Sirait (Pemohon II) 3. Arnol Purba (Pemohon III) 4. Carlim (Pemohon IV). Kami akan menjelaskan yang pertama legal standing dari permohonan ini. Yang Pemohon I, warga negara Indonesia. Penganut kepercayaan dari Komunitas Marapu di Sumba Timur, Pulau Sumba. Pemohon I merupakan salah satu dari orang penganut kepercayaan Komunitas Marapu di Sumba Timur dan sebanyak orang di Pulau Sumba yang terlanggar hak atas layanan kependudukan. Dengan identitasnya sebagai penganut kepercayaan, perkawinan antar pemilu kepercayaan dari Komunitas Marapu yang dilakukan secara adat tidak diakui negara. Oleh karenanya, banyak di antara mereka tidak memiliki akta pernikahan dan kartu keluarga sebagaimana dialami Pemohon I. Akibatnya anak-anak mereka sulit mendapatkan akta kelahiran, demikian pula dengan persoalan KTP. Untuk mendapatkan KTP dengan... dengan mudah, sebagian penganutnya terpaksa berbohong menuliskan agama di luar kepercayaanya pada KTP. Pemohon II, merupakan penganut kepercayaan Parmalim di Sumatera Utara. Pusat Parmalim sendiri terletak di Kabupaten Toba Samosir, namun penganutnya menyebar ke berbagai wilayah termasuk Kota Medan dan Deli Serdang. Bahwa keberadaan Pasal 6... undang-undang a quo yang mengosongkan kolom agama bagi penghayat, telah merugikan Pemohon II dan penghayat kepercayaan Parmalim. Karena tidak diisinya kolom agama di e-ktp, maka hal trsebut berpotensi berimbas pada pelanggaran dalam pemenuhan hak kependudukan yang seharusnya bisa dinikmati Pemohon II. Bahkan dengan tidak dicantumkannya agama 3

7 kepercayaan di e-ktp Pemohon II, telah terjadi diskriminasi yang dialami Pemohon dalam berbagai bentuk, seperti kesulitan mengakses pekerjaan, tidak dapat mengakses hak atas jaminan sosial, kesulitan mengakses dokumen kependudukan seperti KTP, KK, akta nikah, dan akta lahir. Pemohon III merupakan penganut kepercayaan Ugamo Bangso Batak di Sumatera Utara. Jumlah penganut Ugamo Bangso Batak di Kota Medan tersebar di Kecamatan Medan Helvetia, Medan Denai, Medan Belawan dengan total 40 jiwa. Anak dari Pemohon III yang juga merupakan penganut Ugamo Bangso Batak di Medan Sumatera Utara bernama Desi telah terlanggar haknya untuk bekerja, hal ini berawal ketika Desi ditolak melamar pekerjaan meskipun nilai prestasinya bagus. Penolakan tersebut karena kolom agama di e-ktp bertanda strip. Calon pekerja menganggap bahwa strip identik dengan ateis atau kafir walaupun memenuhi semua kriteria yang dibutuhkan dalam memenuhi nilai bagus ijazahnya, Desi tidak diterima sebagai pekerja. Pemohon IV merupakan penganut Sapto Darmo salah satu kelompok penghayat atau dalam bahasa pemerintah disebut aliran kepercayaan yang penganut kepercayaan... yang penganutnya pernah mencapai ratusan ribu di Indonesia terutama di Jawa. Pemohon IV... Pemohon IV ini keberadaan undang-undang a quo yang kami... yang kami uji memberikan dampak bagi Pemohon IV sebagai penghayat kepercayaan karena di kolom e-ktp kolom agamanya kosong. Akibatnya pemakaman keluarga dari Pemohon IV telah ditolak di pemakaman umum di pemakaman umum manapun di Kabupaten Brebes. Hal ini telah... hal inilah yang dialami keluarga Pemohon IV dan jelas berpotensi juga terjadi pada Pemohon IV. 21. KETUA: SUHARTOYO Ya, langsung ke kewenangan, kewenangan Mahkamah. 22. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Pasal... pasal yang kami uji, batu uji... batu uji (...) 23. KETUA: SUHARTOYO Tadi kan legal standing. Anda mau langsung pokok permohonan apa kewenangan Mahkamah? 24. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Norma yang kami aju... norma (...) 4

8 25. KETUA: SUHARTOYO Berarti pokok permohonan. 26. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Norma yang kami ajukan, norma. 27. KETUA: SUHARTOYO Ya, sudahlah. Langsung. 28. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Pasal 61 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ayat (1) dan ayat (2). Yang menyebutkan ayat (1), KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap, kepala keluarga, dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orangtua. Ayat (2), Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Ayat (1), KTP-el mencantumkan gambar lambang garuda, Pancasila, dan peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat elemen data... data penduduk, yaitu NIK, nama, tempat/tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat, dan tanggal dikeluarkannya KTP-el dan tanda tangan pemilik KTP-el. Ayat (5), Elemen data penduduk tentang agama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan. Selanjutnya alasan permohonan dilanjutkan Rekan kami. 5

9 29. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD IRWAN Terima kasih, Majelis. Majelis Hakim yang kami muliakan. Alasan permohonan. Satu. Ketentuan Pasal 6 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan prinsip-prinsip negara hukum yang ditegaskan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta asas kepastian hukum yang dijamin Pasal 28 huruf d ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa salah satu pilar penting dari terbentuknya negara Indonesia selain bersandar pada prinsip kedaulatan merakyat juga penegasan pada prinsip negara hukum, hal ini sebagaimana termaktub di dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dengan tegas menyebutkan, Negara Indonesia adalah negara hukum. Selain itu salah satu unsur terpenting dari negara hukum adalah adanya jaminan serta tegaknya prinsip kepastian hukum, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Gustav Radbruch yang menjelaskan bahwa cita hukum yang kemudian dilembagakan dalam suatu bentuk negara hukum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga prinsip umum, yaitu kemanfaatan, keadilan, dan kepastian hukum. Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menegaskan adanya jaminan kepastian hukum bagi setiap warga negara dalam ruang negara... dalam ruang negara hukum Indonesia, sebagaimana dituliskan dalam Pasal 28 huruf d ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Bahwa kepastian hukum dimaksudkan setiap norma hukum itu harus dapat dirumuskan dengan kalimat-kalimat di dalamnya, tidak mengandung penafsiran yang berbeda-beda. Hal ini akan membawa perilaku patuh atau tidak patuh terhadap hukum. Dalam praktik banyak timbul peristiwa-peristiwa hukum, dimana ketika dihadapkan dengan subtansi norma hukum yang mengaturnya kadangkala tidak jelas atau kurang sempurna, sehingga timbul penafsiran yang berbeda-beda, yang akibatnya akan membawa kepada ketidakpastian hukum. Pasal-pasal a quo telah bertentangan dengan prinsip negara hukum serta melanggar kepastian hukum. Hal ini karena dalam rumusannya tertulis bahwa kartu keluarga memuat elemen keterangan agama di dalamnya. Begitu juga dengan kartu tanda penduduk elektronik, memuat elemen data penduduk termasuk agama si pemegang KTP elektronik. Namun, khusus bagi penganut kepercayaan, atau penghayat, atau bagi penganut agama yang belum diakui sebagai 6

10 agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan kolom agama tersebut dikosongkan. Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi... Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun Pasal-pasal a quo telah mencederai dan melanggar hak asasi manusia, masyarakat penganut, atau penghayat kepercayaan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari syarat suatu negara hukum. Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Pasal 28 huruf d ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Pasal-pasal a quo telah dirumuskan samar-samar, tidak jelas, dan multi tafsir, sehingga berpotensi disalahgunakan dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Selanjutnya dilanjutkan oleh Rekan kami, Majelis. 30. KUASA HUKUM PEMOHON: AZHAR NUR ALAM FAJAR Terima kasih, Majelis. Saya lanjutkan alasan kedua. Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan melanggar kesamaan warga negara di hadapan hukum yang dijamin Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Bahwa negara Indonesia adalah orang-orang yang menjunjung persamaan kedudukan warga negara di hadapan hukum dan pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Prinsip kesamaan warga negara di hadapan hukum atau equality before the law sebenarnya dapat ditemukan dalam prinsip yang telah diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Administrasi Kependudukan, yaitu Pasal 2 huruf b, Pelayanan yang sama dalam pendaftaran kependudukan dan pencatatan sipil. Bahwa Pasal 2 Undang-Undang Administrasi Pendudukan di atas telah sesuai dan secara tepat menjalankan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dalam huruf b, secara jelas menyatakan bahwa setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan catatan sipil. Hal ini merupakan penerapan asas kesamaan kedudukan warga negara di hadapan hukum. Akan tetapi, pertentangan yang muncul kemudian adalah pembedaan perlakuan dalam Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 64 ayat (5) yang... di dalam undang-undang yang sama. 7

11 Bahwa berdasarkan pasal a quo, dalam data kartu keluarga atau KK dan data kartu tanda keluarga[sic!] atau KTP elektronik ada data yang dibedakan perlakuan pengisiannya. Pembedaan perlakuan pencatatan itu adalah kolom agama bagi penduduk yang bersangkutan tersebut tidak diisi, yaitu penduduk yang beraliran kepercayaan penghayat. Hal ini jelas merupakan pembedaan perlakuan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, khususnya Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan juga bertentangan dengan jiwa dan roh asas penyelenggaraan pelayanan public sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu huruf b tentang kepastian hukum, huruf c tentang kesamaan hak, dan huruf g tentang persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif. Bahwa pelayanan dan pencatuman kolom agama penghayat kepercayaan sebagaimana yang tidak diatur di pasal-pasal a quo adalah bertentangan dengan pelayanan publik yang harus dipenuhi oleh negara, yang memperhatikan betul-betul asal asas kepastian hukum, kesamaan hak, persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif, dan dijamin oleh undang-undang dan konstitusi. Sehingga Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Pasal-pasal a quo telah menciptakan pertentangan satu sama lainnya karena terdapat perbedaan perlakuan dalam hal pengurusan KK dan KTP elektronik antara penghayat kepercayaan dengan warga negara pada umumnya. Pasal-pasal a quo juga telah bertentangan dengan asas hukum perlakuan yang sama di hadapan hukum dan persamaan di dapat... di hadapan hukum yang merupakan asas terpenting dalam negara hukum. Bahwa agama dan aliran penghayat kepercayaan harus diakui dan dicantumkan dalam kolom agama sebagaimana yang dimaksud dalam pasal-pasal a quo. Terima kasih, Majelis. Selanjutnya dilanjutkan oleh Kawan saya. 31. KUASA HUKUM PEMOHON: FATIATULO LAZIRA Baik, saya lanjutkan, Majelis. Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan merupakan ketentuan diskriminatif bagi warga negara. Pasal 28I ayat (1) ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan, Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan 8

12 berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Selanjutnya di jelaskan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menyebutkan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok golongan, atau status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, politik yang berakibat pengurangan penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan International Covenant on Civil and Political Rights yang menjamin adanya perlindungan dan pemenuhan asasi manusia secara utuh dan larangan semua bentuk distinction, exclusion, restriction of preference dengan dasar apa pun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, aliran politik, atau pendapat lainnya, warga negara atau asal-usul sosial, kepemilikan, kelahiran, dan status lainnya yang bertujuan atau berdampak kepada pengakuan, penikmatan, atau pemenuhan semua hak dan kebebasan manusia. Bahwa isi dari pasal yang Para Pemohon uji di Mahkamah Konstitusi adalah bahwa kolom agama di dalam kartu keluarga dan KTP elektronik bagi para penganut kepercayaan atau bagi penganut agama yang belum diakui oleh perundang-undangan di Indonesia agar dikosongkan. Ini merupakan pasal yang diskriminatif terhadap para penghayat atau bagi penganut agama yang belum diakui oleh negara melalui perundang-undangan. Bahwa keberadaan undang-undang a quo mengakibatkan Pemohon kesulitan dan tidak dapat memperoleh KK dan KTP elektronik. Para Pemohon beserta keluarga dan penghayat lainnya adalah korban dari aturan diskriminatif ini. Dirinya tidak dapat dicatat oleh negara melalui sistem pencatatan KTP elektronik dan tidak mendapat kartu keluarga. Bahwa dengan tidak diisinya kolom agama sebagai elemen data kependudukan di dalam kartu keluarga dan KTP elektronik telah menyebabkan terlanggarnya hak-hak dasar lainnya dari Para Pemohon sebagaimana dialami keluarga dari Pemohon I. Dengan identitasnya sebagai penganut kepercayaan Marapu, keluarga Pemohon I yang dilangsungkan secara adat tidak diakui negara, sehingga tidak memiliki akta pernikahan dan kartu keluarga. Lebih jauh lagi, anak-anak mereka sulit mendapatkan akta kelahiran. Sementara itu, anak kandung dari Pemohon III, penganut Ugamo Bangso Batak dikarenakan dalam kolom KTP, dalam kolom agama e-ktp-nya hanya bertanda setrip, 9

13 ditolak ketika melamar pekerjaan meski dirinya telah memenuhi semua kriteria yang dibutuhkan. Terakhir, Pemohon IV sebagai orang penganut Sapto Darmo telah mengalami dampak turunan dari inkonstitusionalnya Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan karena sebagai buah dari e-ktp kolom agamanya kosong. Pemakaman keluarga dari Pemohon IV telah ditolak di pemakaman umum mana pun. Sehingga Ketentuan Pasal 61 ayat (1) juncto ayat (2) dan Pasal 64 ayat (1) juncto ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Bahwa pasal-pasal a quo yang memerintahkan dikosongkannya kolom agama di luar agama yang diakui menimbulkan perlakuan diskriminatif, baik dalam tingkatan pelayanan publik oleh pemerintah, sehingga tingkatan implementasi oleh wargawarga lainnya. Selanjutnya, akan diteruskan oleh teman kami. 32. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Majelis Hakim, sebelum kami membacakan petitum, kami jelaskan batu uji yang kami ajukan sebagaimana tadi dari alasan-alasan yang kami kemukakan. Yang pertama, Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum. Kedua, Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ( ) 33. KETUA: SUHARTOYO Tadi sudah itu, enggak usah diulang lagi. 34. KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Kami lanjutkan. Petitum. Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan di atas dan bukti-bukti yang diajukan, maka Para Pemohon memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa perkara a quo untuk memutus dengan putusan sebagai berikut. 1. Mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-undang yang diajukan Para Pemohon. 2. Menyatakan Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 oleh karenanya tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa agama, termasuk juga penghayat kepercayaan dan agama apa pun. 3. Menyatakan Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 64 ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun

14 4. Menyatakan Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 64 ayat (5) Undang-Undang Administrasi Kependudukan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. 5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Repubik Indonesia sebagaimana mestinya. Bila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Repubik Indonesia mempunyai keputusan lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Demikian permohonan yang kami ajukan, Majelis. Terima kasih. Kami kembalikan kepada Majelis Hakim. 35. KETUA: SUHARTOYO Baik, terima kasih juga. Jadi sebelum sampai kepada Para Yang Mulia memberikan nasihat, jadi saya sedikit dulu bahwa permohonan ini memang sepertinya permohonan yang belum pernah dimintakan di MK, ya. Jadi, termasuk yang cukup eksepsional, menarik, ya, tapi ya tapi bukan berarti kemudian secara konstitusionalitas kemudian menjadi bisa menjawab. Artinya bahwa secara substansi memang ini banyak hal-hal yang sifatnya sangat sensitif yang ada di tengah masyarakat kita. Makanya persoalan ini apakah kemudian pembedaan perlakuan ini karena soal karena ketidakadaan... ketiadaan satu sikap dari para penyelenggara yang ada di sekitar Para Pemohon sana ataukah memang norma ini yang nanti akan di apa... dicermati secara detail apakah sepaham dengan apa yang dimaui Para Pemohon itu. Yang Mulia Bapak Patrialis berkenan memberikan tanggapan dan saran. 36. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Terima kasih, Pak Ketua. Saya mau tanya ya, ini Pemohon siapa? Sirait, ya? Yang sebelah sini? 37. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD IRWAN Sirait. 38. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Siapa? 39. PEMOHON: CARLIM Carlim, Majelis. Pemohon IV. 11

15 40. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Siapa? 41. PEMOHON: CARLIM Carlim. 42. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR ya? Carlim. Saudara sudah punya keluarga? Sudah punya keluarga, 43. PEMOHON: CARLIM Sudah. 44. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Istri. Punya anak berapa? 45. PEMOHON: CARLIM Anak tujuh. 46. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Tujuh? 47. PEMOHON: CARLIM Tujuh. 48. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Banyak, ya? 49. PEMOHON: CARLIM Ya, lumayan banyak. 50. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Kaya berarti. Anak tujuh sudah pada dewasa semua belum? 12

16 51. PEMOHON: CARLIM Gimana? 52. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Sudah pada dewasa? Masih kecil-kecil? 53. PEMOHON: CARLIM Yang sudah dewasa tiga, semuanya masih kecil. 54. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Mereka sudah punya akta kelahiran belum? 55. PEMOHON: CARLIM Sudah. 56. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Semuanya dapat? 57. PEMOHON: CARLIM Dapat. 58. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Dapat. Kemudian, apa Saudara masih ada orang tua? 59. PEMOHON: CARLIM Sudah tidak ada. 60. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Dua-duanya? 61. PEMOHON: CARLIM Ya. 13

17 62. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Di mana dimakamkan? 63. PEMOHON: CARLIM Orang tua saya menganut agama Islam. Jadi, dimakamkan di pemakaman umum. Tapi keponakan saya menganut agama Sapta Dharma. Nah, di situ kejadiannya tidak boleh dimakamkan di pemakaman umum. Dengan sangat terpaksa (...) 64. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Di mana dimakamkan? 65. PEMOHON: CARLIM Dimakamkan di samping rumah saya sendiri. 66. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Di samping rumah? 67. PEMOHON: CARLIM Ya, betul. 68. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Tapi orang tua, Islam? 69. PEMOHON: CARLIM Orang tua sama, penganut Sapta Dharma. 70. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Orang tua Saudara penganut? 71. PEMOHON: CARLIM Orang tua saya Islam. 14

18 72. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Yang penganut Sapta Dharma tadi? 73. PEMOHON: CARLIM Orang tua yang meninggal dunia itu. 74. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Coba ulang lagi. Orang tua Saudara? 75. PEMOHON: CARLIM Orang tua saya beragama Islam. 76. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Islam. Dua-duanya? 77. PEMOHON: CARLIM Dua-duanya. 78. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Dimakamkan di mana? 79. PEMOHON: CARLIM Dimakamkan di tempat pemakaman umum. Umum khusus muslim. 80. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Muslim? 81. PEMOHON: CARLIM Ya. 82. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Terus? 15

19 83. PEMOHON: CARLIM Dan keponakan saya yang menganut agama Sapta Dharma dan juga ibunya menganut agama Sapta Dharma itu setelah meninggal dunia itu tidak boleh dimakamkan di pemakaman umum. 84. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Di mana dimakamkan? 85. PEMOHON: CARLIM Dimakamkan di samping rumah saya sendiri. 86. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Dua-duanya? 87. PEMOHON: CARLIM Cuma satu. Yang satu Desa Siandong juga di belakang rumah sendiri. 88. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Oh, gitu ya. Saudara punya KTP, kan? 89. PEMOHON: CARLIM Saya punya KTP. 90. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Waktu membuat KTP itu mudah apa (...) 91. PEMOHON: CARLIM Sulit, Pak. 92. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Membuat KTP sulit? 16

20 93. PEMOHON: CARLIM Sulit. 94. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Kenapa? 95. PEMOHON: CARLIM Karena saya minta kolom agama diisi agama saya, yaitu agama Sapta Dharma dan dari (...) 96. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Bukan. Yang saya tanya, bukan itu. Yang saya tanya, Saudara untuk mendapatkan KTP mudah apa enggak? 97. PEMOHON: CARLIM Mendapatkan KTP, ya sulit, harus ada perdebatan dulu, dan akhirnya ya, dilayani juga. Tapi dengan kolom agama kosong. 98. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Ya, tapi mendapatkan KTP-nya dapat? 99. PEMOHON: CARLIM Mendapatkan HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR itu? Oh, gitu ya. Itu bagaimana sikap masyarakat di sekitar Saudara 101. PEMOHON: CARLIM Awalnya baik. Tapi setelah mengetahui KTP-nya kosong, saya sebagai agama... warga Sapta Dharma dianggap orang yang sesat, orang yang tidak beragama, tidak berketuhanan. Dan akhirnya pemakaman tersebut ditolak karena masalah kolom agama kosong. 17

21 102. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Itu cara beribadah menurut agama Saudara itu gimana? 103. PEMOHON: CARLIM Sujud menghadap ke timur menyembah kepada Allah Hyang Maha Kuasa HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Oh, ada... ada... ada ininya? 105. PEMOHON: CARLIM Ada ritualnya HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Ritualnya ada? 107. PEMOHON: CARLIM Ada KETUA: SUHARTOYO Yang Mulia Bapak Wahiduddin HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik. Ini yang diujikan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2), kemudian Pasal 64 ayat (1) dan ayat (5) yang ada di bab data kependudukan ini, ya. Jadi, ini sebetulnya masalah... oleh sebab itu undang-undang ini disebutkan administrasi kependudukan ya, bagaimana mengadministrasikan kependudukan kita supaya lebih tertib, lebih mudah dalam pelayanan, dan juga menjadi data yang lebih lanjut nanti untuk keperluan-keperluan lainnya, ya, dan harus dipahami bahwa undang-undang ini dulu mencabut banyak sekali peraturan yang sebelumnya jauh lebih rumit, lebih tidak tertib kemudian ada memang nuansa kolonial, ya, kan yang dicabut itu banyak apa... odonansiodonansi yang apa... bahkan membedakan agama, membedakan golongan penduduk. Nah, jadi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 kemudian di Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 ini ada perubahan-perubahan, ya, untuk terkait misalnya administrasi yang 18

22 mengadministrasikannya sistem kependudukan, ya, dan sistem kependudukan kita kan memang tidak secara nasional murni tapi juga diserahkan ke dinas-dinas kependudukan ya. Di semua negara biasanya kependudukan itu tunggal, ya, data-data itu ya banyak sekali kegunaannya. Oleh sebab itu, ketiga pengadministrasiannya juga ada yang nampak apa... tidak persis sama. Nah, yang ingin... perlu Saudara Pemohon perjelas ini kerugian konstitusionalnya, ya, tadi dicontohkan salah satunya. Nah, ini apakah karena norma di dalam pasal yang diujikan atau dalam pelaksanaannya? Itu harus tegas. Kalau dalam pelaksanaannya apakah sejak dulu begitu kejadiannya? Atau ada kejadian-kejadian tertentu saja? Apakah sejak dulu kejadiannya, misalnya seperti pengalaman seperti ini. Apakah karena ada bunyi pasal ini? Itu penting, ya, kenapa? Karena apa yang dimohonkan di sini ini dalam petitum, ya, misalnya memaknai agama dan kepercayaan itu lalu pasal tertentu di Pasal 64 termasuk yang akan dinyatakan bertentangan dan tidak mengikat. Nah, kalau ini dihapuskan lalu bagaimana? Ini hal-hal seperti itu oleh Pemohon supaya diperhatikan, supaya relevan antara uraian mengenai kerugian konstitusionalnya dengan petitumnya, ya, karena apa? Karena misalnya 61 ayat (2) itu ya sudah ada ini semacam ketentuan lebih lanjut, keterangan agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani. Nah, kan tetap dilayani mestinya ini dan dicatat dalam data dinas kependudukan, artinya pelayanan apa... yang lainnya tidak membeda-bedakan. Nah, jadi apa kejadian seperti itu baru kali itu atau banyak kejadian seperti itu? Pengen tanya dulu PEMOHON: CARLIM Boleh saya jelaskan, Majelis? 111. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya PEMOHON: CARLIM Dulu sewaktu saya masih memakai KTP, di isi dengan agama Islam, tidak pernah ada permasalahan sama sekali walaupun cara bermasyarakat saya itu sangat baik dengan masyarakat setempat, bahkan sama pemerintah juga pemerintah desa juga saya berhubungan dengan sangat baik. Setelah adanya kolom agama dikosongkan, timbul terjadi seperti itu, Majelis. 19

23 113. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Semua banyak terjadi atau hanya kepada (...) 114. PEMOHON: CARLIM Begini, Majelis. Di Kabupaten Brebes ada beberapa tempat hampir di seluruh kecamatan yang ada warga (suara tidak terdengar jelas) mengalami seperti itu HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, baik, nanti coba diuraikan lagi, karena apa? Karena itu terkait dengan petitumnya, ya, misalnya kalau dokumen apa... kolom mengenai agama itu dihapuskan, ya, ini kan banyak kepentingannya ketika orang mau menikah kan dilihat KTP-nya beragama apa, kalau dia beragama ini pelayanannya di KUA, kalau tidak agama selain Islam di catatan sipil. Kan, keperluan-keperluan lainnya jadi kalau dihapus sama sekali kan lebih banyak yang akan mendapatkan kesulitan. Nah, ini supaya antara kerugian konstitusional yang Saudara kemukakan dengan bunyi petitum yang dicantumkan dalam ini supaya apa... justru nanti akan merugikan banyak pihak kalau ini dihapuskan, misalnya. Nah, itu harus dipertimbangkan yang seperti itu, ya, atau terjadi kekosongan hukum. Nah, jadi makanya pertanyaan apakah yang Saudara alami itu karena gara-gara itu dan ini semua terjadi atau pemahaman dari petugas di sana itu terhadap hal itu? Karena di sini tetap dilayani. Nah, artinya dicatat dalam database kependudukan tetap, nah kemudian juga perlakuan-perlakuan yang lainnya. Nah, tentu mungkin ada tadi ketika dilaksanakan ada apa masyarakat tertentu dengan data yang demikian menjadi kesulitan seperti Saudara alami. Mungkin di tempat lain tidak, atau di tempat lain juga ada cara untuk apa pelayanan yang lebih tidak seperti yang Saudara alami. Nah, jadi ini coba nanti oleh apa Pemohon ya, dipertajam betul mengenai kerugian konstitusionalnya. Apakah memang ini karena bunyi pasal itu atau pemahaman dari pelaksana di bawah itu yang menyebabkan demikian. Nah, sehingga nanti bisa diuji tidak hanya di tempat itu kejadiannya. Di tempat yang lain terhadap penghayat. Nah, kan di dalam apa pelayanan administrasi kenegaraan kita mengenai agama itu pelayanannya di Kementerian Agama. Kalau aliran kepercayaan kan Dikbud, kan. Di sana ada direktorat aliran kepercayaan atau pembinaan aliran kepercayaan. Jadi, ada ininya, rulerule-nya dan ada jalur-jalurnya. Maksudnya apa? Artinya ya, dalam rangka ya, pelayanan pengembangan aliran kepercayaan itu ada di Kemendikbud. 20

24 Apa, pelaksanaan di bawah. Nah, ini yang kejadian itu. Nah, sehingga apakah karena dengan kejadian seperti itu lalu harus bunyi daripada undang-undang ini yang harus kita persoalkan? Nah, coba dipertajam itu saja nanti karena Mahkamah ini yang menguji norma undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, bukan implementasinya. Bahwa implementasi itu dijadikan pintu masuk juga bisa. Tapi ya, sekali lagi coba dibuat apa penjelasan yang lebih rinci mengenai kerugian konstitusional dan apa yang Saudara alami itu betulbetul orang menganggap karena pasal ini. Maka oleh sebab itu saya katakan apa kejadiannya sejak dulu? Apakah di tempat itu saja? Atau hanya karena berhadapan pejabat itu saja kejadian-kejadian itu? Nah, ini harus dijelaskan di sini. Tidak usah dijelaskan di apa sini. Nanti Saudara bisa mengeluarkan saksi-saksi kalau memang nanti ini misalnya sampai ke Pleno. Tapi Saudara harus apa pertajam di permohonan ini karena ini pemeriksaan pendahuluan itu kita memberi nasihat, memberi pandangan ya, antara permohonan Saudara dan khususnya di petitumnya nanti ya, tampak antara posita dan petitum itu ya logis, gitu ya. Saya kira itu saja, terima kasih KETUA: SUHARTOYO Baik, terima kasih. Itu ya supaya diperhatikan. Jadi, saya tambahkan dari saya dari formalitas permohonan Saudara-Saudara. Yang pertama, ada beberapa kuasa yang tidak menandatangani Surat Kuasa dan juga tidak menandatangani permohonan. Seharusnya ini menjadi perhatian Saudara karena kalau pada hari ini Mahkamah akan memberlakukan Hukum Acara secara konsekuen, mestinya seperti Patiatulu ini belum bisa duduk di situ ya, belum menandatangani Surat Kuasa maupun permohonan. Jadi, enggak ada hubungan hukum Anda dengan Para Prinsipal itu dan tapi terserah apakah Anda akhirnya nanti akan memperbaiki Surat Kuasa ini. Kemudian ditindaklanjuti dengan di permohonan perbaikan nanti Anda juga ikut. Atau Anda mau tidak terlibat dalam permohonan ini, silakan. Tapi paling tidak ini menjadi koreksi. Terus kemudian ada juga Abdul Kasim juga enggak tanda tangan. Lintang Setianti, Miftah Fadli, ada yang enggak hadir di sini? Nah, itu. Kalau enggak hadir memang dan lebih bagus selanjutnya tidak usah hadir. Memang dia juga tidak menandatangani surat kuasa sehingga kalau kemudian dia menandatangani permohonan pun sebenarnya itu liar. Artinya kan, dia enggak dapat kuasa kok tanda tangan. Kan turunannya begitu. Kalau Patiatulu ini persoalannya kan, di situ. Jadi, enggak ada alasan sebenarnya Anda duduk di situ. Tapi sekali lagi enggak apa-apa ini karena memang itulah kelebihan Mahkamah Konstitusi ada forum nasihat-nasihat ini. Kalau di peradilan umum, Anda jangankan tidak ada 21

25 Kuasanya, Surat Kuasa belum dilegalisir saja, ya, kan, belum berlaku. Atau kadang-kadang hakim memberi kebijakan, Silakan nanti setelah sidang ini segera dilegalisir. Hanya soal legalisir saja dipersoalkan, di sini enggak perlu legalisir. Dan tidak ada persyaratan harus advokat segala macam yang namanya penerima kuasa. Siapa pun bisa sepanjang memenuhi persyaratan bahwa yang bersangkutan tidak kehilangan akal sehatnya, kemudian sudah cukup umur. Itulah Mahkamah Konstitusi lebih... apa... luas menjangkau... anu... kepentingan-kepentingan rakyat di dalam mencari keadilan. Kemudian yang kedua, supaya setelah saya perhatikan antara pendahuluan ini dengan alasan-alasan permohonan, sebenarnya kan substansinya beda-beda tipis ini. Dan sebenarnya dibuat straight saja karena permohonan ini sebenarnya permohonan sederhana. Tapi karena diulang-ulang, sepertinya menjadi halamannya banyak dan... apa namanya... redudansi sebenarnya. Jadi, pendahuluan itu tidak usah, enggak perlu. Karena bisa Anda nanti sampaikan di dalam pokok-pokok permohonan, alasan-alasan permohonan. Jadi, pertama, sistematikanya cukup kewenangan Mahkamah. Kemudian, legal standing (kedudukan hukum). Ketiga, pokok permohonan atau alasan permohonan. Yang keempat, petitum. Alasan permohonan pun yang Anda buat ini masih bisa juga dipadatkan. Jadi, setiap pasal, ya, kan, sebenarnya benturannya... kalau toh benturannya beda, ada yang Anda hadapkan Pasal 27, kemudian ada juga yang Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun Tapi sebenarnya, contoh kasusnya sama, ya kan? Antara yang Pasal 61, Pasal 62, itu Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, itu sebenarnya persoalan yang paling krusial itu adalah karena tidak ada data tentang agama di dalam kolom-kolom itu, sehingga itu kemudian dianggapnya Anda tidak beragama atau bagaimana, Pemohon tidak mempunyai agama. Kemudian, tidak mendapatkan pelayanan seperti warga negara lain yang mengisi kolom agama di dalam identitasnya itu. Sebenarnya sama. Jadi, bisa dipadatkan anu jadi, nanti lebih straight, bisa dipahami. Karena permohonan ini tidak hanya para Hakim Yang Mulia ini yang membaca, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia bisa mengakses permohonan Anda ini, sehingga masyarakat juga bisa mendapat pendidikan hukum di situ. Ada ada penyuluhan hukum, nilai-nilai penyuluhan hukum di situ. Apalagi pemohonan Anda ini kan mungkin tidak hanya menyangkut orang-orang yang seperti Mas yang dari Brebes, kemudian dari Sumba satu orang, kemudian dari Sumatera Utara dua orang, tapi di Jawa saja mungkin banyak sekali orang yang seperti seperti ini, ya. Artinya artinya bagi mereka-mereka, itu pasti ini sesuatu hal yang menarik. Sehingga, itu kaitannya tadi bahwa ketika permohonan ini dibuat yang sederhana, singkat, mudah dicerna, dipahami, maka orang akan tertarik dan dengan mudah memahami apa yang itu. 22

26 Kemudian, yang terakhir itu petitum. Petitum Mahkamah Konstitusi sekarang sudah membuat semacam apa ya pemadatan petitum itu yang semula antara bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, itu dipisah. Sekarang Mahkamah sudah memperbolehkan Anda gabung saja. Karena nanti mulai mulai sekarang, Mahkamah sudah akan membuat amar-amar putusan bahwa antara bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, itu cukup satu satu permohonan satu satu amar satu bunyi petitum saja. Satu angka satu angka petitum. Paham, ya? Seperti kalau dicontohkan dari permohonan Adik-Adik ini, di angka 3 dengan angka 4. Ini sebenarnya bisa digabung, digabung saja. Kemudian, angka 2 ini jangan oleh karenanya, cukup dan tidak mempunyai. Jadi, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jadi, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Seperti angka 2 ini, 3, 4, dibuat seperti angka 2, cuma redaksinya diperbaiki. Oleh karenanya itu diganti dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Kemudian, angka 1 ini cukup mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Paham, ya? Ada yang mau dikomentari atau disampaikan? Diberi kesempatan KUASA HUKUM PEMOHON: JUDIANTO SIMANJUNTAK Terima kasih, Majelis Hakim. Kami mohon dari Pemohon Prinsipal menyampaikan sesuatu dari... yang dari Sumatera Utara KETUA: SUHARTOYO Ya. Singkat apa, Mas, yang mau disampaikan? 119. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Ya, terima kasih untuk Majelis telah memberikan waktu dan kesempatan. Sebelumnya saya memperkenalkan diri, nama saya, Pagar Demanra Sirait. Saya berasal dari Gobgopan, Desa Sampuara, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Dalam mengurus KTP pada waktu tamat sekolah tahun 2015, saya ingin mengurus KTP di Dukcapil Kabupaten Toba Samosir. Ketika saya menyerahkan berkas, saya di foto dan ditanya nama, tempat, tanggal lahir, dan agama. Kemudian, saya menjawab agama saya Parmalim. Pegawai mengatakan, Parmalim tidak bisa dimasukkan ke dalam e-ktp karena tidak tersedia dalam komputer. 23

27 120. KETUA: SUHARTOYO Tadi sudah muat di permohonan itu, di permohonan juga sudah ada itu. Justru itulah sebenarnya yang kemudian diuraikan dalam permohonan itu, apalagi persoalan yang Anda hadapi selain... itu kan sudah ada semua di permohonan PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Pada bulan Desember 2015, saya berangkat ke Medan untuk mencari pekerjaan. Pada saat interview pada bulan Oktober, saya mengantar lamaran ke suatu perusahaan, yaitu PT Yasanda KETUA: SUHARTOYO Ya, yang tadi dikatakan nilainya sudah bagus, ya kan? Hanya karena pertimbangan agamanya tidak diisi itu, kemudian dianggap tidak memenuhi syarat tadi kan? Sudah di permohonan sudah disampaikan Kuasanya tadi. Sudah cukup? Apalagi? 123. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Cukup, Yang Mulia KETUA: SUHARTOYO Cukup kan? Silakan, ada tambahan dari Yang Mulia HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Ya. Saudara Sirait, sudah berkeluarga? 126. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Belum, Majelis HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Belum, ya. Saudara punya akta kelahiran? 128. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Punya, Majelis. 24

28 129. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Orang tua apa agamanya? 130. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Dulu sebelum keluar KTP elektronik, kartu keluarga sama KTP orang tua beragama Kristen II HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Agamanya orang tua Kristen? 132. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Ya, setelah keluar KTP elektronik, orang tua saya mengurus kembali dengan KTP elektronik yang sekarang kolom agamanya kosong juga, dikasih garis penghubung HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Orang tua Saudara masih Kristen? 134. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Kami Parmalim, penghayat HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Tadinya? 136. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Penghayat. Sebelumnya penghayat juga, cuma karena untuk memudahkan mengurus surat-surat (...) 137. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Dibuat Kristen? 138. PEMOHON: PAGAR DEMANRA SIRAIT Dibuat... terpaksa dibuat Kristen. 25

29 139. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Oh, gitu. Ya cukup, Yang Mulia KETUA: SUHARTOYO Baik. Jadi itu ya kalau dari Kuasa mungkin yang perlu diperhatikan nasihat Para Yang Mulia tadi, supaya ditekankan kerugian konstitusionalitasnya apa. Sekali lagi ya, supaya diperhatikan jangan nanti ini ternyata hanya berlaku untuk... atau berlaku untuk Anda-Anda yang mengalami, yang lain tidak, gitu lho. Ini hanya soal... persoalan bagaimana aparat setempat itu memperlakukan yang berbeda-beda, gitu lho. Itu tapi kami tidak membatasi itu, silakan dipertegas bahwa di daerah manapun juga banyak yang dirugikan karena persoalan pasal ini, itu yang ingin kami harapkan. Tapi Anda juga harus kalau bisa sampaikan dengan data supaya ini tidak... karena kalau yang dari Brebes kalau di sana ada berapa, Mas, menganut itu? Banyak, enggak? 141. PEMOHON: CARLIM Banyak, Pak KETUA: SUHARTOYO Banyak? 143. PEMOHON: CARLIM Sekitar kurang lebih 300-an di Kabupaten Brebes KETUA: SUHARTOYO Brebes, artinya apakah mereka kalau meninggal juga di kubur di dekat rumahnya semua? 145. PEMOHON: CARLIM Ada yang sudah di pemakaman khusus warga Sapta Darma. Warga Sapta Darma terpaksa gotong royong ( ) 146. KETUA: SUHARTOYO Ada enggak yang di makamkan di pemakaman umum? 26

30 147. PEMOHON: CARLIM Ada juga KETUA: SUHARTOYO Ada. Itukan yang kami sampaikan tadi, jangan ini karena persoalan aparatnya yang memperlakuknya berbeda-beda PEMOHON: CARLIM Ya, itu pun itu, Yang Mulia. Karena ketegasan dari kepala desa KETUA: SUHARTOYO Ya PEMOHON: CARLIM Untuk bisa di makamkan KETUA: SUHARTOYO Ya, memang harus... seharusnya kalau namanya pemakaman umum, ya umum PEMOHON: CARLIM Ya KETUA: SUHARTOYO Kalau orang sudah meninggal juga agama itu KTP sudah enggak dibawa lagi kok PEMOHON: CARLIM Boleh saya menjelaskan lagi, Yang Mulia? 156. KETUA: SUHARTOYO Sudah jelas, apalagi? Yang belum dijelaskan apa? Yang belum dijelaskan? 27

31 157. PEMOHON: CARLIM Begini, Yang Mulia. Di seluruh wilayah Indonesia hampir semua ada, tapi tidak pernah ada permasalahan seperti di Brebes. Dikarenakan dia masih mengikuti masih mengisi agama yang ada di daerahnya, yang masih mayoritas, belum berani mengisi identitasnya sendiri. Itu setelah saya teliti, kenapa di lain daerah tidak ada kejadian apa-apa? Alasanya itu, Yang Mulia KETUA: SUHARTOYO Penelitian sejauh mana yang Anda lakukan? 159. PEMOHON: CARLIM Saya mempunyai teman-teman hampir di seluruh di Indonesia, setiap bertemu di Sanggar Agung, Yogya. Itu sering kali saya sharing, bagaimana keadaan di Bali? Bagaimana keadaan di Semarang? Bagaimana keadaan di Pati? Masalahnya KTP bagaimana bagaimana? Ternyata masih banyak yang diisi agama yang mayoritas KETUA: SUHARTOYO Oke. Kalau Anda enggak mau seperti itu, ya? 161. PEMOHON: CARLIM Saya enggak mau KETUA: SUHARTOYO Ya PEMOHON: CARLIM Saya mau menunjukkan identitas saya sendiri KETUA: SUHARTOYO Meskipun sebenarnya substansi sebenarnya, kan. Kalau KTP, apa sih? Nanti KTP juga tapi yang penting bagaimana substansinya kita mendekatkan diri kepada Allah? Itu kan sebenarnya, tapi itu persoalanpersoalan perasaan, ya? 28

32 165. PEMOHON: CARLIM Ya KETUA: SUHARTOYO Kita enggak bisa ( ) 167. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Itu penghayat itu agama, bukan? 168. PEMOHON: CARLIM Aslinya Sapta Darma itu wahyunya agama, Pak HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Ndak, sekarang penghayat itu apa, agama apa bukan? 170. PEMOHON: CARLIM Kalau untuk Sapta Darma, wahyunya agama. Kalau terbendung undang-undang tidak boleh membantuk agama baru, terpaksa Sabta Darma masuk ke dalam kepercayaan, demi melancarkan masalah (suara tidak terdengar jelas) KETUA: SUHARTOYO Ya. Jadi supaya dicatat, seandainya ada perbaikan, ditunggu perbaikannya paling lambat hari Rabu, tanggal 23 November 2016, pukul November 2016, pukul 10.00, ya. Kalau tidak menyerahkan perbaikan, nanti Mahkamah akan mendasarkan pemeriksaan selanjutnya berdasarkan permohonan yang ada sekarang. Tapi kalau memang Anda ada yang perlu diperbaiki sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang Anda miliki, terutama ada masukan-masukan dari Panel tadi, silakan, supaya disampaikan pada Kemudian diperbaiki Surat Kuasa dan untuk penandatanganan permohonan selanjutnya, ya. 29

33 Baik. Dengan demikian, persidangan pada hari ini dinyatakan cukup dan dengan ini di persidangan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 10 November 2016 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 30