MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PUU-XIV/2016

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A RABU, 7 DESEMBER 2016

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 108/PUU-XIV/2016 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung [Pasal 66 ayat (1)] dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman [Pasal 24 ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Abd Rahman C DG Tompo ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Rabu, 7 Desember 2016 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Suhartoyo (Anggota) 3) Wahiduddin Adams (Anggota) Ery Satria Pamungkas Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Abd Rahman D DG Tompo B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Saharuddin Daming 2. Yayi Zaitun Asdy 3. Budi Prawira ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang dalam Perkara Nomor 108/PUU-XIV/2016 dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Selamat siang, Para Pemohon. Hari ini kita akan melakukan sidang pendahuluan, Pemeriksaan Pendahuluan Pengujian Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Pasal 66A ayat (1) dan Pengujian Undang-Undang Nomor Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman khususnya Pasal 24 ayat (2). Untuk pertama kali, saya memohon kepada Pemohon menjelaskan siapa yang hadir dalam sidang ini? Silakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING wb. Bismillahirrahmaanirrahiim. Terima kasih. Assalamualaikum wr. 3. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Waalaikumsalam wr. wb. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, perkenalkan, saya Dr. Saharuddin Daming, S.H., M.H. selaku Kuasa Hukum Pemohon materiil. Kemudian saya didampingi oleh asisten saya, masing-masing di sebelah kanan adalah Ibu Yayi Zaitun Asdy dan di sebelah kiri saya ini adalah Budi Prawira. Keduanya adalah pendamping saya. Sedangkan Pemohon materiil menyerahkan sepenuhnya kepada saya sebagai Kuasa Hukumnya. Demikian, Majelis Hakim Yang Mulia. 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Jadi Bapak Saharuddin Daming itu advokat? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, betul. iii

5 7. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI ya? Ya. Kalau advokat, nanti Bapak hadir di sini dengan toga ya, Pak, 8. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Insya Allah. 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Kemudian Bapak untuk permohonan ini pemeriksaan pendahuluan, untuk permohonan ini pemeriksaan pendahuluan memang kita harus menerima penjelasan mengenai apa inti dari permohonan ini, ya. Bapak didampingi oleh dua orang? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Itu sebagai apa, Bapak? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Beliau ini adalah mitra kerja saya di kantor kuasa hukum saya. 13. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Mitra kerja di kantor. Dua-duanya? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 15. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Kalau demikian, maka nanti harus ada surat pernyataan pendampingnya Bapak siapa. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke. Insya Allah, siap. 2

6 17. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Untuk pertama kali, saya mohon Bapak menjelaskan mengenai apa inti dari permohonan ini? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Baik. Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Dimulai dengan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia terkait dengan kasus yang sedang dialami atau menimpa klien saya ini di tingkat Mahkamah Agung Republik Indonesia pada tingkat peninjauan kembali, dia pada posisi yang dikalahkan. Dan pada situasi seperti ini klien saya tidak memperoleh kesempatan lagi untuk memperoleh keadilan oleh karena adanya undang-undang yang tidak memperkenankan seorang yang beperkara secara perdata untuk mengajukan PK lebih dari satu kali. Hal itu tertuang di dalam undang-undang yang kami mohonkan ujian pengujian untuk diuji untuk uji materiil yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun Inilah yang kemudian menjadi hajatan kami untuk mohon keadilan melalui Mahkamah Konstitusi agar kiranya berkenan memenuhi keinginan klien kami ini. Perlu juga saya jelaskan bahwa sebetulnya sudah ada putusan Mahkamah Konstitusi sebelumnya itu Putusan Nomor 45 PUU Tahun 2015 dan Putusan Nomor 66 PUU Tahun Bahkan sebelumnya Putusan Nomor 34 Tahun 2013, tapi ketiga-tiganya masih tertuju pada pemberian permohonan peninjauan kembali untuk perkara pidana. Sedangkan perkara perdata sampai hari ini belum Mahkamah Agung berdasarkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2014 masih belum memperkenankan pengajuan PK lebih dari 1 kali khusus untuk perkara perdata. Karena itu, Pemohon merasa bahwa hak konstitusionalnya telah dilanggar sehingga berdasarkan itu ingin mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi untuk menguji sekaligus membatalkan ketentuan yang membatasi hak Pemohon sebagai warga negara untuk memperoleh keadilan mengajukan PK lebih dari 1 kali atas dasar prinsip bahwa keadilan itu tidak dapat dibatasi oleh ketentuan apa pun. Demikian untuk sementara, Majelis Hakim Yang Mulia. Terima kasih. 19. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Terima kasih. Mungkin untuk petitumnya bisa dibacakan oleh pendampingnya? Di dalam permohonan yang? 3

7 20. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Mohon Majelis Hakim Yang Mulia untuk beberapa menit saya siapkan, kebetulan naskahnya. 21. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Ya, kalau tidak ketemu, ini saya membacakan dari apa yang disampaikan kepada kami, ya. Di sini enam petitum, ya. Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan tersebut di atas, maka kepada Yang Mulia Majelis Hakim MK dimohon kiranya berkenan memeriksa dan mengadili perkara a quo dengan amar putusan sebagai berikut. 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah dan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sejauh mengenai permohonan PK dapat diajukan lebih dari satu kali dalam perkara pidana. Ini petitum yang kedua. 3. Menyatakan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat kecuali pada pengajuan permohonan PK lebih satu kali dalam perkara pidana, perdata, maupun perkara lainnya. 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia atau apabila MK berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Itu, Bapak. Itu petitumnya saya bacakan. Nah, sekarang karena menurut Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, maka hakim panel ini wajib memberikan nasihat terhadap permohonan yang diajukan oleh Bapak untuk nanti diperbaiki, ya. Nah, permohonan Bapak ini terhadap Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang MA yang menyatakan permohonan PK hanya dapat diajukan satu kali, ya itu nomor satu. Yang kedua, Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman terhadap putusan PK tidak dapat dilakukan peninjauan kembali, itu pasal yang Bapak mohonkan dan itu bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 24 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (4), Pasal 28I ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, ya. 22. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, betul. 4

8 23. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Nah, sekarang saya akan mulai menjelaskan kepada Bapak. Bapak menyatakan bahwa alasan kerugiannya sudah ada di sini semuanya, tapi kalau saya melihat dari permohonan ini kelihatannya bahwa kasus ini suatu kasus konkret, ya. Nah, MK itu tidak berwenang mengadili masalah-masalah konkret, tetapi apabila masalah-masalah konkret itu dihubungkan dengan suatu rumusan dalam undang-undang maka itu bisa menjadi landasan pengujian materiil ke MK. Nah, di sini di dalam permohonan ini caranya sudah benar, cuma apakah Bapak juga mendapatkan kuasa dari para Pemohon Prinsipal ini? Harus ada surat kuasanya, ya karena Bapak bertanda tangan sebagai advokat yang diberikan kuasa oleh para Pemohon ini. 24. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Sudah. 25. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, itu satu. Kemudian kedudukan hukum, ini dikatakan hanya Pemohon itu merupakan warga negara Indonesia, ini harus dibahas, diuraikan, sebagai warga negara Indonesia ini sesuai tidak dengan Pasal 51 Undang-Undang MK, ya. Jadi, di sana apakah Pemohon ini mempunyai hak atau kewenangan konstitusional yang dirumuskan dalam konstitusi? Apakah kemudian undang-undang yang dimohonkan pengujian ini mengurangi hak dan kewenangan konstitusional yang dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945? Apakah ada sebab akibatnya dari rumusan itu? Kemudian apakah itu merupakan suatu yang faktual akan terjadi? Dan kalaupun MK mengadili dan memberikan putusan, mengabulkan permohonan tersebut, maka hak konstitusional Pemohon itu akan terhindarkan. Itu intinya itu, Pasal 51 ini. Dan di sini Bapak belum menjelaskan persis di mana kerugian konstitusional itu, ya. Bapak belum menjelaskan mengapa 2 pasal itu menjadi... menyebabkan hak konstitusional Pemohon itu terlanggar? Itu yang harus dijelaskan. Di sini Bapak menjelaskan panjang lebar mengenai Pemohon dari halaman 11 sampai halaman 31, tapi tidak ada kaitan yang langsung terhadap Pasal 51 itu. Jadi untuk kedudukan hukum legal standingnya tidak perlu panjang lebar, tapi dirumuskan bahwa karena pasal... 2 pasal itu, itu adalah pasal-pasal yang sebetulnya melanggar hak konstitusional Pemohon terhadap pasal-pasal dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, itu saja. 5

9 Jadi, itu yang harus dikemas sehingga kita yakin bahwa walaupun ada putusan Mahkamah Agung dan sebagainya, tapi sebetulnya yang berlangsung berkaitan adalah pasal yang 2 dimohonkan tersebut, ya. Dan memang Bapak menjelaskan di sini bahwa ini tidak nebis in idem, memang kalau di MK dikatakan kalau permohonan itu pernah diajukan dan diajukan kembali oleh Pemohon atau siapa pun, maka itu bisa dinyatakan nebis in idem. Kecuali kalau mempunyai batu uji atau dasar pengujian yang berbeda. Nah, jadi di sini kita bicara sebenarnya bahwa pasal ini memang sudah diuji ke Mahkamah Konstitusi, tapi Bapak menambahkan beberapa pasal yang memang agak berbeda, ya. Nah, maka saya mengatakan bahwa permohonan ini harus dielaborasi kembali. Tidak perlu terlalu panjang, tapi rumuskan apa poin-poinnya saja yang penting adalah bahwa legal standing kedudukan hukum itu harus jelas bahwa memang ada hak konstitusional yang dirugikan dengan kedua pasal tersebut karena tanpa legal standing yang tepat, maka kemudian permohonan ini tidak ada artinya. Artinya tidak akan langsung ikut ke Pleno... diplenokan, tapi akan selesai dalam putusan karena kedudukan hukum Pemohon tidak ada. Ya, jadi ini diulas kembali dan juga untuk petitum tadi, MK sudah memutuskan dalam beberapa sidang yang lalu bahwa petitum itu biasa yang petitum pertama mengabulkan permohonan Pemohon, petitum yang kedua biasanya dulu mengatakan bahwa pasal ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, petitum ketiga pasal ini tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Tapi sekarang MK menganggap bahwa 2 petitum itu bisa digabung jadi satu sehingga tinggal menyatakan bahwa pasal ini bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Itu saja ya. Dan kemudian ex aequo et bono itu, ya. Dari saya mungkin itu saja Bapak, saya mohon kepada Yang Mulia Bapak Suhartoyo atau Bapak... Pak Suhartoyo terlebih dahulu. 26. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Terima kasih, Yang Mulia Ibu Prof Maria. Bapak Kuasa Pemohon, Pak Saharuddin Daming. Pertama begini, Bapak, saya sampaikan atau tambahkan mengenai syarat formal dulu... syarat formil mengenai Surat Kuasa. Surat Kuasa ini kan, sebenarnya Bapak mendapat Kuasa dari Abdul Rahman, ya kan? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, betul. 6

10 28. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Sedangkan Abdurahman ini mendapat Kuasa dari Jonah S ini, kan? Ya? 29. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, betul. 30. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Jonah, Sajariah Pariluas. Jadi, Jonah ini para ahli waris almarhum Harian binti Senong. Jadi, beda lagi Jonah dengan Sajariah ini beda, tapi sama-sama para ahli waris kan, ini? 31. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 32. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Nah, saya lihat ini ada Kuasa dari mereka, Pak, kepada Pak yang Jonah, sih. Yang Jonah memberi kuasa... yang ke Pak Abdul Rahman saya belum temukan ya. Maksud saya begini, ada ke Abdul Rahman, ke Bapak ada? 33. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ada. 34. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Tapi yang dari Jonah cs, Sajariah cs ini (...) 35. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ada juga, Pak. 36. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, tapi di berkas saya kok enggak saya temukan. 37. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ada, Pak. 7

11 38. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, yang ini kepada Abdul Rahman. Baik, begini, Pak. 39. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 40. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ini kita sedikit anu... diskusi. Kalau Bapak mendapat Kuasa dari Pak Abdul Rahman, ya kan? 41. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, betul. 42. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Dengan Kuasa substitusi? 43. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 44. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Sebenarnya persoalan Kuasa substitusi ini kan, masih banyak atau masih bisa dipersoalkan karena kalau namanya substitusi itu kan hanya untuk satu keperluan, paham enggak, Pak? Ya, kan? 45. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 46. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Misalnya, Bapak, Pak Saharuddin dapat kuasa dari Pak Abdul Rahman untuk mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi, mengajukan permohonan. Itu mungkin hanya satu keperluan itu, Pak, tapi nanti untuk menghadiri sidang, untuk mengajukan bukti, itu harus Surat Kuasa substitusi lagi. Jadi, bisa kemudian terputus-putus. Nah, maksud saya karena substitusi ini ada pandangan yang substitusi banyak sekali pakai, namanya saja substitusi. Kalau substitusi bisa dipakai seterusnya, nanti Pak Abdul Rahman ini menjadi apa? Jadi, 8

12 enggak jelas peran kuasanya itu kan enggak jelas. Satu itu, daripada nanti ini bisa menjadi persoalan, kenapa mereka yang para ahli waris ini, Jonah dan Sajariah cs ini tidak langsung memberi kepada Bapak saja? 47. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Perlu saya jelaskan Pak Majelis Hakim ( ) 48. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Nanti, nanti, nanti Bapak jelaskan. 49. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke, terima kasih. 50. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Nanti di perbaikan kalau bisa seperti itu. Kalau pun tidak, kalau pun tidak, Pak, Pak Abdul Rahman ini sebagai kuasa juga dengan Bapak bersama-sama dengan pendamping Bapak ini. Di MK tidak dibatasi kuasa itu kan harus lawyer, tidak harus advokat, kan? Sekarang apa yang dinasihatkan Ibu Ketua Panel tadi boleh Bapak ikuti, tapi misalnya Bapak mau mengajak pendamping yang sekarang hadir ini untuk ditambahkan menjadi kuasa juga boleh, paham? 51. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 52. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Kalau hanya mendampingi bisa-bisa nanti tidak harus, tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti kalau beda kalau dapat kuasa. Paham, ya? Terserah Bapak ada pilihan-pilihan kalau hanya didampingi, besok Bapak membuat surat pendampingan itu bahwa izin didampingi, tapi hanya didampingi. Kemudian apakah kemudian Bapak untuk hak bicara juga bisa diwakilkan, nah, itu nanti juga bisa ada pertanyaan lagi itu. Tapi kalau mbak ini sama mas ini dapat kuasa sekaligus bergabung dengan Bapak, nanti haknya sama. Bahkan ketika nanti misalnya Bapak suatu hari berhalangan, kan bisa yang hadir cuma salah satu. Tapi kalau pendamping kan, enggak bisa hadir tanpa Bapak ikut hadir. Itu kelebihan kalau kuasa dengan pendampingan, satu itu. Kemudian, terserah nanti Bapak mau menjelaskan apa, kenapa kok tidak para ahli waris ini langsung memberi kepada Bapak. Tapi 9

13 seandainya itu bisa, itu lebih bagus karena Pak Abdul Rahman itu hanya substitusi, memberi ke Bapak itu. Substitusi jelas jangkauannya sangat terbatas. Itu mengenai Surat Kuasa, Bapak. Kemudian yang kedua, benar kata Ibu tadi, Prof. Maria bahwa ini permohonan sudah pernah ada yang mengajukan, kan. Pasalnya sama, pasal permohonannya, Bapak juga melampirkan putusannya ini, kok, yang Nomor 45 Tahun 2015 ini kan? Pasal Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung, ya. Nah, persoalannya Bapak kemudian menyampaikan tadi bahwa itu dalam perkara pidana, ya, Pak, ya, dalam perkara perdata belum, ya? Tapi dalam perkara, dalam isi surat edaran Mahkamah Agung yang Bapak lampirkan yang Nomor 7 Tahun 2014 itu, itu juga sudah disinggung oleh Perma itu bahwa ini untuk perkara pidana dan perdata apabila ada putusan yang dua putusan yang saling bertentangan itu. Artinya, sudah disinggung juga di dalam Perma itu. Tapi memang ini sebenarnya permasalahan ini menanggapi adanya putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pasal 268 KUHAP yang notabene kan itu perkara pidana, ya kan. Kalau Bapak ingin melihat dari sisi itu ada argumentasinya juga. Tapi kalau kita cermati Permanya juga, itu sebenarnya sudah menyinggung bahwa alasan PK boleh lebih dari sekali kalau penggarisan dari Mahkamah Agung itu kalau ada putusan, dua putusan yang saling bertentangan dalam perkara pidana maupun perdata. Ada kan, Pak di Permanya itu? Nah, itu nanti ini juga bisa kita dalami. Tapi kalaupun Bapak punya pendapat seperti itu, tolong dalam posita Bapak dalam permohonan, alasan-alasan permohonan ini dieksplor lagi, diberi tanggapan bahwa Mahkamah Agung belum ada sikap tentang PK lebih dari PK yang boleh lebih dari sekali terhadap perkara perdata, masih keukeuh dengan hanya satu kali kemudian Bapak hadapkan dengan se... Perma ini, surat edaran, bukan Perma. Sema, ya? 53. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Sema. 54. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Sema Nomor 7 Tahun 2014 ini. Bagaimana nanti tanggapan Bapak, tolong diperkuat di dalam apa itu... dalam posita. Nah, kemudian ini memang permohonan ini Bapak terlalu banyak apa, ya... uraian-uraian ininya, tapi sebenarnya pengulanganpengulangan. Jadi, kalau bisa Bapak padatkan saja jadi hanya berapa permohonan ya, berapa lembar, berapa halaman, tidak harus sampai lebih ya, hampir 60, bisa dipadatkan. 10

14 Kemudian yang petitum itu, Pak, kalau petitum menurut saya ini yang pertama mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Dua, menyatakan Pasal 66 dan Pasal 24 Undang-Undang Mahkamah Agung dan Kekuasaan Kehakiman bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sejauh mengenai (suara tidak terdengar jelas) dapat di... kan memang isinya itu, kontennya hanya itu toh, Pak? Memang hanya mengatur tentang PK yang hanya satu kali, kan? 55. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 56. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Jadi, ya sebaiknya enggak usah pakai sejauh, sejauh begini, ya. 57. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke. 58. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Memang normanya adanya cuma itu. Tapi, ya... terus kemudian Bapak bisa gabungkan antara yang bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 digabung dengan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jadi, cukup satu... satu amar saja ini, satu item amar. Jadi, Mahkamah Konstitusi sekarang sudah menyederhanakan petitumpetitum seperti itu. Mungkin itu saja, Ibu. Terima kasih. 59. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Yang Mulia Pak Wahiduddin. 60. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik. Terima kasih, Ibu Ketua. Tidak banyak lagi yang perlu saya tambahkan karena juga ini sistematikanya juga sudah cukup. Cuma memang cukup banyak menguraikan kasus-kasus konkret yang dialami oleh apa... Saudara. Ya, tinggal apakah mau persis seperti ini atau tadi atau saran dari Prof. dan Dr. Suhartoyo untuk ya, tidak terlalu menekankan pada kasus-kasus yang dihadapi ini, cukup normanya. Tapi bahwa itu pintu masuk untuk mengajukan permohonan dan kemudian sedikit disinggung di posita, ya saya kira itu hak Bapak, ya. 11

15 Kemudian di petitum, ya untuk seolah-olah ini jadi bersyarat, pakai sejauh mengenai permohonan PK dapat diajukan lebih dari satu kali. Ya, cukup saja, ya sudah bertentangan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sebab kalau sejauh mengenai permohonan dapat lebih dari satu kali dalam perkara pidana, ya kan isinya memang itu, ya. Saya kira ini sudah cukup, Pak. Saya gitu saja, terima kasih. 61. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Jadi, itu yang mesti diperbaiki dalam permohonan Bapak. Jadi, dipersingkat, tapi yang penting adalah menjelaskan apakah Pemohon itu mempunyai legal standing karena kalau tidak, nanti tidak bisa dilanjutkan. Ya, jadi harus dijelaskan siapa yang jadi legal standing dan juga tadi surat kuasanya yang harus dilengkapi oleh Bapak sehingga pendamping ini bisa mengemukakan segala sesuatu yang akan ditanyakan oleh Hakim. Ya, Bapak mendapat... bisa memperbaiki permohonan ini. 62. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Insya Allah. Tapi perlu saya menjelaskan (...) 63. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Untuk waktu dua minggu dan diserahkan kepada MK, ke Kepaniteraan paling lambat hari Selasa, tanggal 20 Desember 2016, pukul WIB. Jadi, perbaikan permohonan itu bisa disampaikan ke MK. 64. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Insya Allah. 65. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ada yang perlu ditambahkan, Bapak? 66. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke. Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Pertama, saya ingin menjelaskan tentang status Kuasa Hukum. Sebetulnya Abdul Rahman Tompo ini adalah putra dari salah satu orang yang memberikan kuasa itu, yaitu Ibu Jonah. Jadi, selama ini memang Abdul Rahman Tompo yang selalu dikuasakan oleh mereka sebagai perpanjangan tangan untuk 12

16 urusan kasus ini. Dialah yang kemudian menghubungi saya untuk membawa perkara ini masuk ke MK disebabkan karena keterbatasan beliau untuk mobilitas datang ke Jakarta, tapi kalau misalnya Majelis Hakim menyarankan seperti itu saya kira tidak ada masalah saya akan konsultasikan, beliau tentu bersedia sekali untuk membuat surat kuasa seperti yang diminta oleh Majelis Hakim. Tapi sekiranya memungkinkan model surat kuasa seperti yang ada sekarang saya akan tetap berharap itu yang bisa terjadi, tapi kalau Majelis meminta agar ada perubahan surat kuasa dengan model seperti yang tadi ditawarkan oleh Majelis Hakim Yang Mulia tentu dengan senang hati kami akan memenuhinya. Oke, kemudian soal yang lain. Pertama soal legal standing sebagai seorang lawyer sekaligus juga sekarang ini saya sebagai pengajar fakultas hukum, kebetulan juga mengenai hukum acara konstitusi di Fakultas Hukum Ibn Khaldun Bogor. Saya memang mempelajari banyak sekali putusan-putusan MK sekaligus membanding-banding sejumlah permohonan yang diajukan ke MK sehingga saya kemudian ingin mengambil sebagian dari model yang mereka buat sebagaimana yang saya tulis pada permohonan itu. Saya sebetulnya berasumsi bahwa dengan mengajukan faktafakta konkret itu tujuannya adalah dalam putusan yang MK nanti yang tentu mencantumkan bagian-bagian dari permohonan kami. Setidaknya itu menjadi landasan bagi Mahkamah Agung sebagai pihak yang terkait dengan persoalan yang kami ajukan ini memahami konteks putusan MK nanti jika itu memang dikabulkan sebab kalau misalnya itu tidak saya cantumkan, katakanlah saya muat saja sebagaimana format pada umumnya, maka mungkin Mahkamah Agung membaca putusan Mahkamah Konstitusi itu sebagaimana yang kemudian dijabarkan dalam surat edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2014 yang hanya terbatas pada perkara pidana, padahal saya bisa memahami secara filosofis maksud Mahkamah Konstitusi itu adalah menghilangkan segala bentuk pembatasan-pembatasan, tidak hanya terbatas pada perkara pidana, tapi persoalan ini tentu Mahkamah Agung memahaminya dalam perspektif yang sangat limitatif. Dalam situasi itulah saya merasa penting untuk memberikan panduan dari awal bahwa yang kita persoalankan adalah karena surat edaran itu kemudian dipersempit, apalagi tadi (...) 67. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, mungkin Bapak menjelaskan kronologis perkara ini lebih sempit kemudian langsung menukik pada surat edaran Mahkamah Agung itu. 68. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, persis. 13

17 69. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Jadi nanti kalau itu dimuat di dalam putusan MK maka terlihat apa sebetulnya yang Bapak mohonkan itu. 70. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, memang begitu maksud saya, Majelis Yang Mulia. Jadi, dicantumkannya fakta konkret itu hanyalah sebagai kronologis saja untuk memberikan panduan bahwa putusan ini dilatarbelakangi dengan kasus sehingga nanti ketika putusan MK mengabulkan permohonan kami maka apa yang ditulis MA dalam Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2014 dengan demikian dapat menjadi sasaran bagi kami untuk dilakukan revisi karena surat edaran itu walaupun memang mau menginspirasikan bahwa perkara pidana sekaligus perdata, tapi masih ada klausul-klausul yang menimbulkan jebakan yang pada akhirnya juga sifatnya membatasi karena disebutkan sepanjang putusan itu ada 2 putusan yang saling bertentangan. Ini jelas menimbulkan penafsiran yang terlalu yuridis dan itu menjadi kewenangan Mahkamah Agung sehingga warga negara yang ingin memperoleh keadilan atas dasar hak konstitusional itu kembali dapat dimainkan seperti Yang Mulia Pak Suhartoyo menyebutkan tadi sehingga pemikiran-pemikiran itulah kita ingin leburkan dengan melalui putusan Mahkamah Konstitusi untuk lebih menegaskan bahwa apa pun yang kemudian membatasi warga negara dengan klausul-klausul itu akhirnya dapat dinyatakan tidak termasuk bagian diperbolehkan dalam soal pengajuan MK. Seperti itu sebetulnya maksudnya. 71. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, ya, baik. Jadi betul, Bapak bisa melihat pada kasus konkretnya, tapi dikemas lebih singkat gitu sehingga kemudian lebih jelas karena kalau ini nanti kan, dibahas dulu oleh Rapat Permusyawaratan Hakim. 72. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke. 73. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Kalau Rapat Permusyawaratan Hakim itu melihat, Kok ini kelihatannya banyak sekali, oh, ini kasus konkret. 14

18 Nah, nanti malah sayang, kan. Jadi, lebih dipersingkat, tapi kemudian apa yang Bapak inginkan itu dirumuskan secara jelas, begitu, ya? 74. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya. 75. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Jadi, Bapak mendapatkan waktu 2 minggu, Selasa, tanggal 20 Desember, pukul WIB paling lambat itu mohon Bapak diperbaiki permohonannya dan dikirim kembali ke Mahkamah Konstitusi, ya. 76. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Satu lagi, Majelis. Jika memungkinkan untuk saya. 77. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. 78. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Terkait dengan soal petitum, memang tadinya saya ingin membuat rumusan seperti yang ditawarkan, saya kemudian membuat beberapa kalimat tambahan anak kalimat itu lebih karena permohonan ini untuk memperkuat putusan-putusan MK sebelumnya karena kalau saya hanya membatasi pada kalimat pokok menyatakan bahwa undangundang itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tidak mengikat, saya dapat memahami kalau bunyi putusan seperti itu nanti bagi Mahkamah Agung kembali akan membuat menjadikannya sebagai dasar untuk membuat surat edaran sama persis dengan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2014 itu. itulah sebabnya ( ) 79. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, mungkin ini, Pak. Karena kalau kita merumuskan persis seperti Bapak itu justru MK menjadi seperti positive legislator. 80. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke. 15

19 81. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Nah, hal yang Bapak kemukakan dalam petitum tadi itu nanti dimasukkan di dalam permohonan. 82. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke, ya. 83. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Jadi, nanti pertimbangannya Hakim itu kemudian (suara tidak terdengar jelas) dan petitumnya hanya menyatakan itu bertentangan dan kemudian kecuali kalau Mahkamah Konstitusi kemudian memberikan satu ini bahwa ini harus dimaknai bagaimana. Nah, itu rumusan itu nanti MK yang membuat itu. 84. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Baik, yang pasti saya memang sangat memahami bahwa Putusan MK itu sangat dinamis. Proses beracara kita pun jauh lebih banyak terobosannya daripada yang kita pikirkan. Seperti yang tadi Hakim Agung Yang Mulia Hakim MK Yang Mulia yang menginformasikan bahwa orang seperti pendamping saya ini pun bisa beracara itu merupakan pengetahuan baru bagi saya dan para praktisi di mana pun dimana tadinya kita itu sebetulnya terjebak dengan prosedur beracara di pengadilan-pengadilan lainnya sehingga apa yang kami tampilkan hari ini sesuatu yang memang sangat relatif baru sehingga sangat kami berterima kasih atas saran, nasihat yang sangat berharga bagi kami dan pengembangan hukum acara ( ) 85. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, Pak. Kalau di sini semua orang bisa, tanpa kuasa pun bisa. 86. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Baik. 87. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Pak. Tapi kalau Bapak sebagai advokat maka kewajibannya pakai toga, 16

20 88. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Insya Allah siap. 89. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Bapak sudah dapat apa sertifikat sebagai advokat? 90. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Sudah. 91. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, baik. Itu nanti Bapak datang dengan toga. 92. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Ya, Insya Allah. 93. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Dengan satu pendamping sehingga pendamping bisa ikut berbicara di sini, ya. 94. KUASA HUKUM PEMOHON: SAHARUDDIN DAMING Oke, terima kasih. 95. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, saya rasa tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. Maka sidang ini saya anggap selesai dan sidang ini dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 7 Desember 2016 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 17