BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN"

Transkripsi

1 117 BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN 7.1 ANALISA MASALAH PENUTUPAN MUARA Permasalahan yang banyak di jumpai di muara sungai adalah pendangkalan/penutupan mulut sungai oleh transport sedimen sepanjang pantai (longshore transport) dan suplai sedimen dari daerah hulu yang mengalami erosi. Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Permasalahan tersebut banyak terjadi di sungai sungai yang bermuara di pantai berpasir dengan gelombang besar, terutama jika variasi debit musimannya besar. Pendangkalan tersebut menyebabkan ketidaklancaran pembuangan debit banjir ke laut mempengaruhi luapan air di daerah hulu yang berakibat banjir. Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di muara Kali Silandak diantaranya : 1. Sedimentasi akibat proses erosi yang ada di hulu yang disebabkan oleh pengeprasan tebing guna pengembangan kawasan pemukiman dan Kawasan Industri Candi.. Longshore Transport akibat dari arus energi dan gelombang terutama dari arah Barat sampai Timur (yang utama disebabkan oleh angin Barat Laut an Utara).. Morfologi muara Kali Silandak lebih didominasi oleh faktor gelombang, sehingga dengan debit sungai yang relatif kecil tidak mampu menggelontor endapan yang terjadi di daerah hilir. Q = Debit sungai Timur Barat Qs = Transportasi sedimen Garis gelombang pecah α Gelombang dominan Erosi Endapan Gambar 7.1. Pembelokan mulut sungai/muara akibat pengaruh gelombang

2 ALTERNATIF PENANGGULANGAN MASALAH a. Prinsip - prinsip penanggulangan masalah Proses penanganan muara di Kali Silandak, yang secara umum terjadi penutupan muara pada musim kemarau, maka perlu dibuat bangunan berupa jetty. Beberapa prinsip pembuatan jetty guna menjamin supaya penyumbatan di Muara Kali Silandak tidak terjadi adalah dilakukan sebagai berikut : (1). Pada musim kemarau di mana debit aliran sungai relatif kecil, maka perlu dibuat penanganan supaya sedimentasi di muara dapat tergerus oleh aliran sungai dan oleh energi pasang - surut. (). Pada musim banjir, sedimentasi di muara akan secara otomatis dapat tergelontor oleh aliran banjir. (). Pada sisi hilir, dimana terjadi erosi/abrasi garis pantai, perlu diperhatikan supaya bagian pangkal jetty dapat menyatu dengan tanggul sungai. (4). Panjang jetty supaya dapat diusahakan mencapai kedalaman laut yang cukup (laut dalam), sehingga tersedia gradien aliran yang cukup. b. Pemilihan alternatif bangunan Dalam pekerjaan perencanaan ini dilakukan analisis terhadap tiga alternatif rencana bangunan, yaitu jetty pendek, jetty sedang dan jetty panjang. Pemilihan tipe bangunan yang digunakan dipertimbangkan baik secara teknis maupun ekonomis. Gelombang dominan Garis gelombang pecah Qs Garis air surut Jetty Panjang Jetty sedang Gelombang dominan Qs Garis air surut Jetty pendek Bangunan di tebing Gambar 7.. Alternatif pemilihan tipe Jetty

3 PERENCANAAN ALTERNATIF TERPILIH Untuk mengatasi masalah penutupan mulut sungai yang terjadi di muara Kali Silandak ini, maka direncanakan konstruksi jetty pada Muara Kali Silandak sebagai penahan transport sedimen sepanjang pantai (longshore transport) Jetty Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang ditempatkan di kedua sisi muara sungai. bangunan ini untuk menahan sedimen/pasir yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengendap di muara sungai, yang dapat menyumbat aliran sungai saat debit rendah. Selain itu jetty juga bisa digunakan untuk mencegah pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Transportasi sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas di depan muara akan terdorong oleh gelombang dan masuk ke dalam muara, dan tersumbatnya muara sungai, penutupan muara tersebut dapat menyebabkan banjir di daerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan transport sedimen. Jetty dapat dibuat dan tumpukan batu, beton, caisson, tumpukan buis beton, turap dan sebagainya. 7.. Arah Jetty Arah jetty ditentukan oleh posisi letak muara sungai, di mana berdasarkan peta bathimetri dan untuk menyesuaikan posisi dari tanggul yang sudah ada, maka arah jetty ditentukan sebesar 15 o 5 5,8 serong ke timur dihitung dari arah utara sesuai dengan tapak alur sungai yang telah ada yang dapat dilihat dari kontur dasar laut bathimetri. L A U T J A W A W R Gambar 7.. Layout peletakan jetty

4 Pehitungan Elevasi Puncak Jetty Berdasarkan Aspek Hidro - Oceanografi Perhitungan Wave Set-up Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menyebabkan fluktuasi muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Naiknya muka air laut disebut wave set-up. Wave Set-up dihitung dengan menggunakan persamaan : S H 0 H b ( 7.1 ) g T b W = Dari perhitungan sebelumnya, diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut : Tinggi gelombang (H) = 0,990 m Periode gelombang (T) = 5,950 dtk Tinggi gelombang pecah (H b ) = 1,091 m 1,091 Sw = 0,19 1,8 x1, 091 = 0,175 m 9,81 5,950 Kenaikan Muka Air Laut Karena Pemanasan Global Kenaikan muka air karena pemanasan global ( Sea Level Rise ( SLR )) selama 5 tahun mulai tahun 007 diperkirakan dari Gambar 7.4 yang hasilnya adalah 1 cm = 0,1m 007 Gambar 7.4. Grafik kenaikan muka air akibat pemanasan global DWL = 0,77 + 0, ,1 = 1,075 m, elevasi puncak jetty diambil setinggi,75 dengan pertimbangan jetty dapat difungsikan sebagai tempat wisata pada saat kondisi debit sungai tidak terjadi banjir, dan tinggi nilai overtopping saat debit sungai mengalami banjir, diambil sebesar ± 0,50m dari kondisi debit banjir maksimal.

5 Berdasarkan Aspek Hidrolika dari Sungai Silandak Ketinggian elevasi muka air banjir di Muara Kali Silandak pada saat terjadi banjir adalah pada elevasi,5m. Dalam perencanaan ini ketinggian puncak elevasi jetty diambil,75 m lebih rendah daripada elevasi muka air banjir pada sungai, dengan asumsi bahwa pada saat banjir masih ada kemungkinan air sungai setinggi ± 0,50 m bisa meluap ke arah laut, dan pada saat tidak ada banjir jetty dapat digunakan sebagai media tempat wisata warga. Sta Sta Sta. 0 0 Sta. 0 16,5 Sta. 0,50 Sta. 0 48,5

6 1 Sta Gambar 7.5. Tabel output data HEC-RAS

7 Parameter dan rumus yang digunakan dalam perencanaan Jetty Vertikal Parameter parameter yang digunakan dalam perencanaan LLWL = -0,6 m dari MSL HHWL = +0,77 m dari MSL d b = 1,76 m dari MSL H atau H s = 0,59 m Hb = 1,091 m dari MSL H 1 = 0,990 m T 1 = 5,950 dtk Lokasi kedalaman gelombang pecah didasarkan pada posisi LLWL, sehingga kedalaman gelombang pecahnya menjadi : 1,76 ( -0,6 ) = 1,90 m dimana dapat dilihat pada kontur peta diukur dari posisi ( MSL ) Rumus - rumus yang digunakan dalam perencanaan 1. Tekanan gelombang yang terjadi pada dinding vertikal jetty diantaranya : p 1 = 1/ x ( 1+ Cosβ ) x ( α 1 + α Cos β ) x γ o x H max ( 7. ) H max = 1,8 x H s ( 7. ) p1 p = ( 7.4 ) Cosh(πd / L) p = α x p 1 ( 7.5 ) dengan : 4πd / L α 1 = 0,6 + ½ x sinh(4πd / L) d bw h H max d α = min ; d bw h H max ( 7.6 ) ( 7.7 ) d' 1 α = 1-1 ( 7.8 ) d Cosh(πd / L) ( dalam Goda, 1985 ) dimana : p 1 = tekanan maksimum yang terjadi pada elevasi muka air rencana p = tekanan yang terjadi pada tanah dasar p = tekanan yang terjadi pada dasar dinding vertikal Pu = tekanan keatas pada dasar dinding d = kedalaman air didepan pemecah gelombang h = kedalaman diatas lapis pelindung dari fondasi tumpukan batu

8 14 d c = jarak antara elevasi muka air rencana dan puncak bangunan d = jarak dari elevasi muka air rencana ke dasar tampang sisi tegak η * = elevasi maksimum dari distribusi tekanan gelombang terhadap muka air P1 y* η* dc h d' Pu P P Gambar 7.6. Tekanan gelombang pada pemecah gelombang sisi tegak Min (a,b) : nilai yang lebih kecil antara a dan b d bw = kedalaman air di lokasi yang berjarak 5 H s ke arah laut dari pemecah gelombang β = sudut antara arah gelombang datang dan garis tegak lurus pemecah gelombang, yang biasanya diambil 15 o. Elevasi maksimum dimana tekanan gelombang bekerja η* = 0,75 ( 1 + Cos β ). H max ( 7.9 ). Tekanan ke atas ( P u ) P u = ½ ( 1+ Cos β ).α 1. α.γ o.h max ( 7.10 ) 4. Gaya gelombang dan momen R m = ½ ( p 1 + p ).d + ½ ( p1 + p4 ).d c * M m = 1/6 ( p 1 + p ).d + ½ ( p 1 + p 4 ).d.d c * + 1/6 (p 1 + p 4 ) d c * ( 7.11 ) dengan : p 4 = p 1.(1 d c / η*) dimana : η* > d c 0 dimana : η* d c d c * = min { η *,d c }

9 15 5. Gaya angkat dan momennya terhadap ujung belakang kaki bangunan U = ½. P u. B ( 7.1 ) Mu = U. B ( 7.1 ) dengan B adalah lebar dasar bangunan vertikal Gaya Tekanan Gaya Angkat Gambar 7.7. Gaya gelombang, gaya angkat dan momen 7..5 Stabilitas Jetty Stabilitas jetty di desain untuk dapat menahan gempuran energi gelombang yang terjadi. Dengan kondisi : - lokasi gelombang pecah jetty = -1,76 m - LLWL = - 0,6 m - Sehingga kedalaman maksimal lokasi jetty (d s ) = 1,90 m Perhitungan gelombang laut dalam ekivalen : Tinggi gelombang (H o ) Periode gelombang (T) Arah datang gelombang (α 0 ) Kedalaman (d s ) = 0,990 m = 5,950 dtk = 45 o = 1,90 m a) Perhitungan koefisien shoaling (K s ) L o = 1,56 x T = 1,56 x 5,950 = 55,8 m L C o = O 55,8 = T 5, 950 = 9,8 m/dtk d = 0,044 n1 = 0,901 L 0 Dari lampiran tabel L-1 didapat : L = 1,90 0,07677 = 4,749 d = 0,07677 L K s = n O L O 0,5x55,8 = nl 0,901x4, 749 = 1,199

10 16 b) Perhitungan koefisien refraksi (Kr) L 4,749 C = = T 5, 950 = 4,159 m/dtk C Sin α = sin α = C o 4,159 9,8 sin 45 = 0,17 α = 18,47 cosα K r = o cosα o cos 45 cos18,47 = o = 0,86 Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelombang ekivalen (H o ) adalah : (H o ) = Ks x Kr x Ho = 1,199 x 0,86 x 0,990 = 1,04 m c) Perhitungan tinggi gelombang pecah dengan Metode SPM Ho = 1,04 m H o ' 1,04 = gt 9,81 5,950 = 0,009 dimasukkan ke grafik 7.8 H H H b b o ' Gambar 7.8. Grafik penentuan tinggi gelombang pecah (H b ) = 1,0 = Ho x 1,0 = 1,04 x 1,0 = 1, m +,75 m H b = 1, m d s = 1,90 m

11 Perencanaan jetty vertikal dengan menggunakan struktur caisson a) Kedalaman air dan tinggi bangunan : d = Hb = 0,6 m dc = 1,6 m T = 5,95 dtk m = 0,00 d = d s + d =,5 m γ o = 1,0 ton/m H s = 0,59 m h = 0,15 m γ r =,65 ton/m B =,50 m Panjang dan Tinggi Gelombang : Lo = 1,56 x T = 1,56 x 5,95 Lo = 55,8 m d s 1,90 = Lo 55, 8 = 0,044 H max = 1,8 x H s = 1,8 x 0,59 H max = 1,067 m d bw = d + 5. m. H s =,5 + 5 x 0,00 x 0,59 =,579 m b) Tekanan Gelombang Dengan menggunakan grafik L-1 dan interpolasi, untuk nilai diperoleh nilai nilai sebagai berikut : d L s o = 0,044 d = 0,07677 Sinh (4πd/L) = 1,115 L 4πd L = 0,9647 Cosh (πd/l) = 1,1186 Koefisien Tekanan Gelombang 4πd / L - α 1 = 0,6 + ½ x sinh(4πd / L) α 1 = 0,6 + ½ 0,9647 1,115 = 0,969 d bw h H max d - α = min ; d bw h H max

12 18 d bw h H max d h bw =,579 0,15 1,067 x x,579 0,15 = 15,885 d H max = x,5 1,067 = 4,75 α = min ( 15,885 ; 4,74 ) α = 4,74 - α = 1- d d' 1 1 Cosh(πd / L) 0,6 α = 1-, , 1186 α = 0,974 Tekanan Gelombang - Tekanan maksimum yang terjadi pada elevasi muka air rencana ( p 1 ) : p 1 = 1/ x ( 1+ Cos β ) x ( α 1 + α Cos β ) x γ o x H max p 1 = 1/ x ( 1+ Cos 15 o ) x ( 0, ,74 Cos 15 o ) x 1,0 x 1,067 = 6,149 t/m - Tekanan yang terjadi pada tanah dasar ( p ) : p = p1 Cosh(πd / L) p = 6,149 1,1186 = 5,497 t/m - Tekanan yang terjadi pada dasar dinding vertikal ( p ) : p = α x p 1 p = 0,974 x 6,149 = 5,989 t/m - Tekanan keatas pada dasar dinding vertikal ( P u ) : P u = ½ ( 1+ Cos β ).α 1. α.γ o.h max P u = ½ ( 1+ Cos 15 o ) x 0,969 x 0,974 x 1,0 x 1,067 = 1,019 t/m

13 19 Gaya Gelombang dan Momen - Menghitung elevasi maksimum distribusi tekanan gelombang terhadap muka air : η* = 0,75 ( 1 + Cos β ). H max η* = 0,75 ( 1 + Cos 15 o ) x 1,067 = 1,57 m - Menghitung jarak antara elevasi muka air rencana dan puncak bangunan : d c * = min { η *,dc} d c * = min ( 1,57 ; 1,60 ) d c * = 1,57 m dimana : d c η* maka p 4 = 0 Gaya Gelombang & Momen Gelombang R m = ½ ( p 1 + p ).d + ½ ( p 1 + p 4 ).d c * R m = ½ ( 6, ,989 )x 0,6 + ½ ( 6, ) x 1,57 R m = 8,599 t M m = 1/6 ( p 1 + p ).d + ½ ( p 1 + p 4 ).d.d c * + 1/6 ( p 1 + p 4 ) d c * M m = 1/6 ( x6, ,497 ) x 0,6 + ½ ( 6, ) x 0,6 x 1,57 + 1/6 ( 6, ) x 1,57 M m = 6,674 tm Gaya Angkat & Momen U = ½. P u. B U = ½. 1,019 x,5 = 1,74 t Mu = U. B Mu = x 1,74 x,5 =,1 tm

14 10 c) Cek Stabilitas Struktur Caisson Berat struktur beton diatas air ( γ o =,4 t/m ) Luasan lingkaran 1 (LO 1 ) = πr =,14 x (1,5 ) = 4,906 m Luasan lingkaran (LO ) = πr =,14 x ( 1,0 ) =,14 m Luasan caisson = LO 1 LO = 4,906,14 = 1,766 m Berat struktur caisson (W c ) = L x γ o W c = 1,766 x,40 x,75 = 11,656t Gambar 7.9. Detail Caisson Berat isi struktur diatas air ( γ o =,4 t/m ) Berat isi caisson ( W s ) = LO x γ o W s =,14 x,4 x,75 = 0,74 t Berat total struktur (W tot ) = W c + W s W tot = 11, ,74 =,80 t Kontrol stabilitas keseluruhan konstruksi, dimana koefisien gesek = 0,7 Stabilitas Sliding = = Σ V µ ΣH,80 0,7 8,599 s =,766 > 1, OK!! Stabilitas guling = ΣMV ΣMH > 1,5 = 40,475 6,674 = 6,065 > 1,5 OK!!

15 11 d) Menghitung pondasi bawah Kondisi pondasi tenggelam Direncanakan tinggi pondasi bangunan sampai pada posisi HWL = + 0,77 m dimana (t) = 0,77 - (-1,90) =,67 m, dan d s diukur dari lokasi terdalam jetty (-1,90)sampai posisi MSL, sehingga d s = 1,90 m d 1 = t - d s =,67 1,90 = 0,41 m d 1 /d s = 0,41 dari Gambar 7.1. di peroleh Ns = 16 Gambar Angka stabilitas N s untuk fondasi pelindung kaki Berat butir : Sr = γ r γ o s r b γ r H W = N ( S 1) Diameter batu,65 1,71 =, ,0 = 0,1 ton = 1 kg D = W γ r 1

16 1 Dimana nilai untuk γ r diambil 80%nya sehingga = 80% x,65 =,1 ton/m D = 0,1,1 1 = 0,46 m = 46 cm diameter batu yang digunakan untuk pondasi bawah uk.φ cm dengan berat batu W = kg Kondisi pondasi tidak tenggelam Tabel 7.1. Daftar harga K (Koefisien Lapis) Batu Pelindung n Penempatan K Batu alam (halus) Random (acak) 1,0 Batu alam (kasar) Random (acak) 1,15 Batu alam (kasar) > Random (acak) 1,10 Kubus Random (acak) 1,10 Tetrapoda Random (acak) 1,04 Quadripod Random (acak) 0,95 Hexapoda Random (acak) 1,15 Tribard Random (acak) 1,0 Dolos Random (acak) 1,00 Tribar Seragam 1,1 Batu alam 1 Random (acak) Porositas P (%) Tabel 7.. Koefisien stabilitas K D untuk berbagai jenis butir Lengan Bangunan Ujung Bangunan K D K D Lapis lindung n Penempatan Gelombang Gelombang Pecah Tdk Pecah Tdk pecah Pecah Batu Pecah Bulat halus Acak Bulat halus > Acak Bersudut kasar 1 Acak 1,,4 1,1 1,9 1,6, 1,4, * 1,9 * 1, Kemiringan Cot θ 1,5-,0 * *

17 1 Bersudut kasar Acak,0 4,0 1,9 1,6 1, Bersudut kasar > Acak, 4,5,1 Bersudut kasar Khusus * 5,8 7,0 5, Parallel epiped Khusus 7,0-0 8,5-4 - Tetrapoda 5,0 Dan Acak 7,0 8,0 4,5 Quadripod,5 8, Tribar Acak 9,0 10,0 7,8 6,0 Dolos Acak 15,8 1,8 8,0 7,0,,8, 4, 6,4-6,0 5,5 4,0 9,0 8,5 6,5 16,0 14,0 1,5,0,0 * * 1,5,0,0 1,5,0,0,0,0 Dari Tabel 7.1. dan Tabel 7.. diperoleh data data sebagai berikut : n = KD = 1,9 untuk ujung dan untuk lengan K = 1,15 Porositas P (%) = 7 Cot θ = γa = berat jenis air laut ( 1,0 t/m ) γr = berat jenis batu (,65 t/m) Menghitung Berat Butir Lapis Lindung : Berat butir batu pelindung dengan menggunakan Rumus Hudson adalah sebagai berikut : γ r H W = ( 7.14 ) K ( S 1) cotθ D r dimana : W = berat butir batu pelindung ( ton ) γr = berat jenis batu ( ton/m )

18 14 γa = berat jenis air laut ( ton/m ) H = tinggi gelombang rencana ( m ) θ = sudut kemiringan sisi KD = koefisien stabilitas bentuk batu pelindung Lapis pelindung utama ( armor stone ) Berat lapis pelindung utama ( W ) : W,65x1, = = 0,4 ton = 4 kg,65 1,9 x 1 x 1,0 Berdasarkan dari kondisi diatas, asumsi yang diambil dalam perencanaan adalah pondasi yang tenggelam mengingat diatas pondasi masih ada struktur caisson dan fungsi dari pondasi hanya untuk menahan struktur caisson supaya tidak terjadi kemungkinan struktur mengalami geser, guling, dan sliding. Selain itu juga supaya posisi daripada elevasi puncak jetty tidak terlalu tinggi. Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Tumpukan Batu Belah Ø = cm W kg Laut Core Batu Pecah Ø = 0-0 cm W = 0-40 kg Sungai Geotextile Woven Toe Protection Ø = 5-0 cm W = - 10 kg Gambar Struktur jetty vertikal

19 Penulangan Caisson Data Caisson : Lebar jetty =,50 m Panjang jetty = 65 m Tinggi jetty =,75 m Berat jenis struktur beton =,40 t/m Berat jenis air = 1,0 t/m Mutu beton (f c) = 5 kg/cm Mutu baja (fy) = 400 kg/cm Pembebanan Struktur a Beban Mati Berat Caisson :,40 x,14 x 1,5 = 11,775 t b Beban Hidup Beban D terdiri dari : - Faktor Kejut 0 : K = 1+ = 1, Beban Garis : P = 1 x 1,174 = 5,1 t/m,75 1, 1 Beban Merata : untuk L > 60 m, maka q =, - 60 x ( 65 0 ) = 1,558 t/m Total beban D = (5,1 x,5) + (,561 x 0,5) + (,561 x 0,5) + (1,558 x,5) + (0,779 x 0,5) + (0,779 x 0,5) = 0,040 t - Beban T kendaraan dianggap = 1 t c Beban Horisontal Beban horizontal terdiri dari : - Beban Rem dan Traksi (Rm) : pengaruh gaya gaya dalam arah memanjang akibat rem diperhitungkan sebesar 5% dari beban D Rm = 5% x 0,040 = 1,00 t - Beban gempa ( Gb ) Besarnya Gb diambil sebesar 0,15 x beban mati Gb = 0,15 x 11,775 = 1,766 t

20 16 d Gaya Gelombang (Rm) dan Gaya Angkat (U) Kaison : R m = 8,599 t U = 1,74 t Sehingga : q u =11,775+(1,00 x,75)+(8,599 x,75)+1,558+(1,766 x 1,75)=,745 tm p = 5, ,74 = 16,87 t R A = p + ( qu xl) = 16,87 + (,745x,5) = 7,85 t M max = 8 1 x qu x l x p x l = 8 1 x,745 x 16, x 16,87 x,5 = 797,5 tm Penulangan Caisson Pu Mu = 7,85 t = 7850 N = 797,5 tm Mn = Mu / 1, = 98,76 t d =,5 m = h p (1/ x ) = (1/ x 19) = 09 mm Agr = 500 x 1000 =,5 x 10 6 mm Pu ( φxagrx0,85xf ' c) = 4 7,85x10 6 (1,6 x,5x10 x0,85x,5) = 0,0049 < 0,1 et = Mn 98,76 = Pu 7, 85 = 10,54 m = 1054 mm et h = 1054 = 4, (φ Pu xagrx 0,85xf ' c) et x h = 0,0049 x 4,17 = 0,01 d' h 400 = 500 = 0,6 dari grafik 6..d (GTPBB) diperoleh r = 0,001 β = 1,0 ρ = r x β = 0,001 x 1,0 = 0,001

21 17 tulangan pokok : A s = ρ x Agr = 0,001 x,5 x 10 6 = 000 mm dipakai tulangan = ( 85 mm ) tulangan sengkang dipakai : A s = 5% x 000 = 750 mm dipasang ( 640 mm ) Pengkait Untuk Mengangkat Ø 19 Tul. Pokok Ø Sengkang Ø Pengkait Untuk Mengangkat Ø 19 Sengkang Ø Tul. Pokok Ø Gambar 7.1. Penulangan Struktur Caisson

22 18 L A U T J A W A W R Gambar 7.1. Layout peletakan jetty Berikut ini gambar gambar tipe jetty Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Tumpukan Batu Belah Ø = cm W kg Laut Core Batu Pecah Ø = 0-0 cm W = 0-40 kg Sungai Geotekstile Woven Toe Protection Ø = 5-0 cm W = - 10 kg Gambar Detail jetty M01 M04 Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Beton Cyclope insitu Caisson K-5 Ø =.50 m Tumpukan Batu Belah Ø = cm W kg Laut Core Batu Pecah Ø = 0-0 cm W = 0-40 kg Sungai Geotextile Woven Toe Protection Ø = 5-0 cm W = - 10 kg Gambar Detail jetty M05

23 BIDANG PERSAMAAN JARAK ANTAR AS JETTY (m) ELEVASI DASAR KIRI (m) ELEVASI DASAR KANAN (m) m ELEVASI DASAR (m) ELEVASI JETTY KIRI (m) ELEVASI JETTY KANAN (m) +.00 m RENCANA EXISTING Gambar Potongan memanjang jetty M01 M05

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI 7.. Perhitungan Struktur Seawall Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 6 BAB II STUDI PUSTAKA. TINJAUAN UMUM Studi pustaka diperlukan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Adapun metode

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR VI - BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR 6. Tinjauan Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan struktur bangunan pantai yang direncanakan dalam hal ini bangunan pengaman pantai

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG Fathu Rofi 1 dan Dr.Ir. Syawaluddin Hutahaean, MT. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) BAB VI PERENCANAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) 6.. TINJAUAN UU Berdasarkan data yang telah diperoleh sementara, untuk kondisi saat ini Tempat Pelelangan Ikan (TPI) enganti Kebumen kurang memenuhi syarat,

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM VI- BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM 6.. Latar Belakang Perencanaan pembangunan check dam dimulai dari STA. yang terletak di Desa Wonorejo, dan dilanjutkan dengan STA berikutnya. Dalam perencanaan ini, penulis

Lebih terperinci

PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM

PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM PENDAHULUAN Secara umum bumi memiliki luas perairan yang jauh lebih besar dari pada luas daratan. Sebagaimana yang telah diketahui Indonesia memiliki ribuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan BAB V ANALISIS DATA 5.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ini memerlukan berbagai data meliputi : data frekuensi kunjungan kapal, data peta topografi, oceanografi, dan data tanah.

Lebih terperinci

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound. ABSTRAK Pulau Bali yang memiliki panjang pantai 438 km, mengalami erosi sekitar 181,7 km atau setara dengan 41,5% panjang pantai. Upaya penanganan pantai yang dilakukan umumnya berupa revretment yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum PPI Logending Pantai Ayah Kabupaten Kebumen menggunakan bangunan pengaman berupa pemecah gelombang dengan bentuk batuan buatan hexapod (Gambar 2.1). Pemecah gelombang

Lebih terperinci

Prakata. Penulisan pedoman ini mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000 dan ketentuan terkait lainnya yang berlaku.

Prakata. Penulisan pedoman ini mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000 dan ketentuan terkait lainnya yang berlaku. Prakata Pedoman perencanaan jeti tipe rubble mound untuk penanggulangan penutupan muara sungai oleh sedimen ini dibahas dalam Gugus Kerja Irigasi, Sabo, Rawa dan Pantai, Danau dan Sungai, Sub Panitia Teknik

Lebih terperinci

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 96 BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 6.1 Perlindungan Muara Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus, dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah. BAB IV ANALISIS Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan kapal dan data tanah. Data

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Disusun oleh : LEONARDUS LOAN RAH UTOMO L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : Oktober 2010

HALAMAN PENGESAHAN. Disusun oleh : LEONARDUS LOAN RAH UTOMO L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : Oktober 2010 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MARON KOTA SEMARANG (The Evaluation and Design of Maron Shore Protection Structure, Semarang) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan muara sungai diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan BAB VI ANALISIS STABILITAS BENDUNG 6.1 Uraian Umum Perhitungan Stabilitas pada Perencanaan Modifikasi Bendung Kaligending ini hanya pada bangunan yang mengalami modifikasi atau perbaikan saja, yaitu pada

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMANAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI MANGATASIK KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA Leonardo Lalenoh J. D. Mamoto, A. K. T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.. TINJAUAN UMUM Secara umum pelabuhan (port) merupakan daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang dan arus, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI GROIN PANTAI PASIR SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PERENCANAAN DIMENSI GROIN PANTAI PASIR SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN PERENCANAAN DIMENSI GROIN PANTAI PASIR SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Zeppi Warman, Taufik, Lusi Utama Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, Padang Email

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL STUDI LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG HEXAPOD, TETRAPOD, DAN KUBUS MODIFIKASI Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : NABILLA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi pada Proyek Detail Desain Bendung D.I.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi pada Proyek Detail Desain Bendung D.I. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi pada Proyek Detail Desain Bendung D.I. Bajayu Kabupaten Serdang Bedagai yang berada di Kabupaten Serdang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( ) PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO Oleh : Dyah Riza Suryani (3107100701) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Fifi Sofia 2. Mahendra Andiek M., ST.,MT. BAB I Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG ) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG ) Disusun oleh : Haspriyaldi L2A 000 081

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI DAFTAR ISI ALAMAN JUDUL... i ALAMAN PENGESAAN... ii PERSEMBAAN... iii ALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PADA DAERAH PANTAI KIMA BAJO KABUPATEN MINAHASA UTARA Injilia Christy Mamanua Tommy Jansen, A. K. T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS STRUKTUR BREAKWATER MENGGUNAKAN BATU BRONJONG DI SERANG BANTEN ABSTRAK

ANALISIS STABILITAS STRUKTUR BREAKWATER MENGGUNAKAN BATU BRONJONG DI SERANG BANTEN ABSTRAK ANALISIS STABILITAS STRUKTUR BREAKWATER MENGGUNAKAN BATU BRONJONG DI SERANG BANTEN Edith Dwi Kurnia NRP: 0621022 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Naiknya permukaan air laut, mengakibatkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Batasan Pantai (Triatmodjo B, 1999)

Gambar 2.1 Batasan Pantai (Triatmodjo B, 1999) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah Brebes dirasakan semakin meningkat. Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah karena tidak lancarnya aliran

Lebih terperinci

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V STABILITAS BENDUNG BAB V STABILITAS BENDUNG 5.1 Kriteria Perencanaan Stabilitas perlu dianalisis untuk mengetahui apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI 6. Tinjauan Umum Dalam perencanaaan sistem pengendalian banjir, analisis yang perlu ditinjau adalah analisis hidrologi dan analisis hidrolika. Analisis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG PADA PANTAI KUWARU, DUSUN KUWARU, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG PADA PANTAI KUWARU, DUSUN KUWARU, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG PADA PANTAI KUWARU, DUSUN KUWARU, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk 41 BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisis Masalah Kawasan sepanjang pantai di Kecamatan Sayung yang dijadikan daerah perencanaan mempunyai sejumlah permasalahan yang cukup berat dan kompleks.

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN 4.1 Pemilihan Tipe Dinding Penahan Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menganalisis dinding penahan tipe gravitasi yang terbuat dari beton yang

Lebih terperinci

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG OLEH : HANIF AJI TIRTA PRADANA 3110 106 013 DOSEN PEMBIMBING I Ir. Djoko Irawan, Ms. DOSEN PEMBIMBING II Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI BANGUNAN (GROIN) MATERIAL BATU ALAM PANTAI MUARA AIR HAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN

PERENCANAAN DIMENSI BANGUNAN (GROIN) MATERIAL BATU ALAM PANTAI MUARA AIR HAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN PERENCANAAN DIMENSI BANGUNAN (GROIN) MATERIAL BATU ALAM PANTAI MUARA AIR HAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN Sarotun Mufti Warman Hasan Indra Farni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK 3.1 KONDISI PERENCANAAN Kolam penenang direncanakn berupa tangki silinder baja, berfungsi untuk menenangkan air dari outlet headrace channel. Volume tampungan direncanakan

Lebih terperinci

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON Tirza Jesica Kakisina * Abstract The north coast of Baguala bay was became stricture by

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN JETTY di MUARA SUNGAI MALAKOPA KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

PERENCANAAN BANGUNAN JETTY di MUARA SUNGAI MALAKOPA KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI PERENCANAAN BANGUNAN JETTY di MUARA SUNGAI MALAKOPA KECAMATAN PAGAI SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI John GuntherSaleleubaja, Lusi Utama, Rini Mulyani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada diagram alir berikut: 74 dengan SMS Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

BAB VI REVISI BAB VI

BAB VI REVISI BAB VI BAB VI REVISI BAB VI 6. DATA-DATA PERENCANAAN Bentang Total : 60 meter Lebar Jembatan : 0,5 meter Lebar Lantai Kendaraan : 7 meter Lebar Trotoar : x mter Kelas Jembatan : Kelas I (BM 00) Mutu Beton : fc

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1.Tinjauan Umum Perencanaan pelabuhan perikanan Glagah ini memerlukan berbagai data meliputi: data angin, Hidro oceanografi, peta batimetri, data jumlah kunjungan kapal dan data

Lebih terperinci

BAB III STUDI PUSTAKA

BAB III STUDI PUSTAKA BAB III STUDI PUSTAKA 3.1 Tinjauan Umum Pada bab ini dibahas mengenai landasan teori perencanaan dan perhitungan yang akan dipakai pada perencanaan PPI di Muara Sungai Seragi Lama. Pada perencanaan tersebut

Lebih terperinci

PERENCANAAN ABUTMEN DAN ALTERNATIF JALAN PENDEKAT JEMBATAN BRAWIJAYA KEDIRI. Wilman Firmansyah

PERENCANAAN ABUTMEN DAN ALTERNATIF JALAN PENDEKAT JEMBATAN BRAWIJAYA KEDIRI. Wilman Firmansyah PERENCANAAN ABUTMEN DAN ALTERNATIF JALAN PENDEKAT JEMBATAN BRAWIJAYA KEDIRI Wilman Firmansyah 3111105007 Latar Belakang Jembatan Brantas dibangun pada tahun 1907 Dengan umur jembatan yang sudah sekian

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Daerah yang menjadi objek dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah pesisir Kecamatan Muara Gembong yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Barat. Posisi geografisnya

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Erni Yulianti Dosen Program Studi Teknik Sipil Sumberdaya Air

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi DIY mempunyai pantai sepanjang kurang lebih 110 km yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan sangat besar. Potensi lestari sumberdaya ikan di Samudra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR PERHITUNGAN STRUKTUR V-1 BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR Berdasarkan Manual For Assembly And Erection of Permanent Standart Truss Spans Volume /A Bridges, Direktorat Jenderal Bina Marga, tebal pelat lantai

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai Untuk Mengatasi Kemunduran Garis Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah

Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai Untuk Mengatasi Kemunduran Garis Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai Untuk Mengatasi Kemunduran Garis Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah Citra Mira Dewi Boonastria, Bambang Sarwono,

Lebih terperinci

BAB VI USULAN ALTERNATIF

BAB VI USULAN ALTERNATIF BAB VI USULAN ALTERNATIF 6.1. TINJAUAN UMUM Berdasarkan hasil analisis penulis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, debit banjir rencana (Q) sungai Sringin dan sungai Tenggang untuk periode ulang

Lebih terperinci

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI Nurdiyana NRP: 1121022 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Pemecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum A I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi wilayah pantai yang sangat besar. agi masyarakat Indonesia pantai sudah tidak asing karena sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI PANTAI PAL KABUPATEN MINAHASA UTARA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI PANTAI PAL KABUPATEN MINAHASA UTARA PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI PANTAI PAL KABUPATEN MINAHASA UTARA Moses Liunsanda J. D. Mamoto, A. K. T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: mosesliu64@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN 8.1 IDENTIFIKASI PROGRAM Program/software ini menggunakan satuan kn-meter dalam melakukan perencanaan pondasi sumuran. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung daya

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang)

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang) ii LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang) Disusun Oleh : BASRINDU BURHAN UTOMO L2A 003 034 DWI PRASETYO

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGAMANANAN PANTAI DARI BAHAYA ABRASI DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGAMANANAN PANTAI DARI BAHAYA ABRASI DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGAMANANAN PANTAI DARI BAHAYA ABRASI DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI GROIN MENGGUNAKAN MATERIAL BATU ALAM PANTAI PASIR BARU DISISI BARAT KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PERENCANAAN DIMENSI GROIN MENGGUNAKAN MATERIAL BATU ALAM PANTAI PASIR BARU DISISI BARAT KABUPATEN PADANG PARIAMAN PERENCANAAN DIMENSI GROIN MENGGUNAKAN MATERIAL BATU ALAM PANTAI PASIR BARU DISISI BARAT KABUPATEN PADANG PARIAMAN Rahmat Putra Wahyudi, Indra Farni, Khadavi Jurusan Teknik Sipil, fakultas teknik sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN JETTY DI MUARA SUNGAI RANOYAPO AMURANG

PERENCANAAN JETTY DI MUARA SUNGAI RANOYAPO AMURANG Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 201 (44-44) ISSN: 27-672 PERENCANAAN JETTY DI MUARA SUNGAI RANOYAPO AMURANG Kern Youla Pokaton H. J. Tawas, M. I. Jasin, J. D. Mamoto Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG (The Breakwater Design of Tambaklorok Port of Fish Semarang) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerusan lokal pada dasar merupakan fenomena yang banyak dialami oleh struktur bangunan air dan terutama di sungai dan daerah pantai. Gerusan dasar tersebut diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Muara Sungai Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut. Permasalahan di muara sungai dapat ditinjau dibagian mulut sungai (river mouth) dan estuari.

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 52 BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 5.1. TINJAUAN UMUM Perencanaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta Topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI 80 BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI 5.1 Tinjauan Umum Bagian hilir muara Kali Silandak mengalami relokasi dan menjadi satu dengan Kali Jumbleng yang menyebabkan debit hilirnya menjadi lebih besar

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah

Lebih terperinci

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen 1 BED LOAD Transpor Sedimen Transpor Sedimen 2 Persamaan transpor sedimen yang ada di HEC-RAS Ackers and White (total load) Engelund and Hansen Laursen (total load) Meyer-Peter and Müller Beberapa persamaan

Lebih terperinci

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6.1 EVALUASI BENDUNG JUWERO Badan Bendung Juwero kondisinya masih baik. Pada bagian hilir bendung terjadi scouring. Pada umumnya bendung masih dapat difungsikan secara

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR 1. Perhitungan Lantai Kendaraan Direncanakan : Lebar lantai 7 m Tebal lapisan aspal 10 cm Tebal plat beton 20 cm > 16,8 cm (AASTHO LRFD) Jarak gelagar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 Achmad Saprudin, Nurul Chayati Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor Jurusan

Lebih terperinci

Pengendalian Banjir Rob Semarang

Pengendalian Banjir Rob Semarang Pengendalian Banjir Rob Semarang Kondisi ROB semarang Kemacetan Lalulintas & terganggunya perekonomian warga Dampak Banjir menggenangi kawasan perumahan, perkantoran, pusat kegiatan bisnis, industri Menggenangi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

(Design of The Shore Protection for Muarareja, Tegal)

(Design of The Shore Protection for Muarareja, Tegal) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PELINDUNG PANTAI MUARAREJA, TEGAL (Design of The Shore Protection for Muarareja, Tegal) Disusun Oleh : BRAMUDYA ERSA M L2A 003 036 SASMITO WIHANTORO L2A 003 131

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA SEMINAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA OLEH : AHMAD FARUQ FEBRIYANSYAH 3107100523 DOSEN PEMBIMBING : Ir.

Lebih terperinci