BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4 Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi fisik kawasan yang tidak memiliki perbedaan jauh yaitu Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Utara. Pemilihan rumah sampel didasari oleh dua faktor yaitu berdasarkan tipe rumah dan berdasarkan keberadaan pohon. Berdasarkan tipe rumah, rumah sampel dipilih dengan tiga kriteria yaitu rumah tipe kecil, sedang dan besar yang dimiliki oleh masing-masing perumahan. Berdasarkan keberadaan pohon, rumah sampel dipilih dengan dua kriteria yaitu rumah yang memiliki sedikit pohon dan rumah yang memiliki banyak pohon. Adapun identitas keenambelas rumah sampel dan hasil analisis pada rumah tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22. Pada Tabel 21 terdapat delapan identitas rumah sampel dan pohon yang terdapat di rumah tersebut yang berlokasi di Perumahan Bukit Cimanggu City. Pada Tabel 22 terdapat delapan identitas rumah sampel dan pohon yang terdapat di rumah tersebut yang berlokasi di Perumahan Villa Bogor Indah. Hasil analisis CITYgreen 5.4 pada Tabel 21 dan 22 menunjukkan bahwa terdapat sembilan rumah sampel yang tidak mendapatkan manfaat penghematan tarif dan daya listrik untuk asumsi pemakaian AC dari adanya kanopi pohon di kedua perumahan. sampel di VBI yang tergolong ke dalam kategori tidak mendapatkan manfaat yaitu rumah sampel VBI_K_1, VBI_K_2, VBI_K_3, VBI_S_1 dan VBI_B_1. sampel di BCC yang tergolong ke dalam kategori yang sama yaitu rumah sampel BCC_K_1, BCC_S_1, BCC_B_1 dan BCC_B_2.

2

3

4 Pendugaan Manfaat Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Tangga American Forest (2002) sebagai lembaga yang menciptakan program ekstensi CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa program ini memberikan peringkat kemampuan pohon menghemat energi berdasarkan tiga kriteria, yaitu : a. Jarak atau letak pohon dari bangunan rumah b. Orientasi atau arah hadap bangunan rumah c. Kemampuan pohon dalam memberikan bayangan atau sebagai peneduh Setiap pohon diberikan peringkat dengan nilai 0 yang berarti tidak ada penghematan (no savings) hingga nilai 5 yang berarti penghematan maksimal (maximum savings). Oleh sebab itu analisis dari setiap rumah sampel di kedua perumahan ini akan dibahas dengan melihat ketiga aspek pohon menurut American Forest (2002). Jarak pohon dari bangunan rumah dan arah hadap rumah dapat diperoleh dengan digitasi dan pengukuran langsung. Dalam pemberian peringkat / scoring American Forest (2002) menilai bahwa : a. Jarak pohon yang dekat dari bangunan rumah ( < 10 meter) akan memberikan manfaat maksimal sedangkan jarak pohon yang jauh (> 10 meter) akan semakin memberikan manfaat yang minimal. b. Orientasi penanaman pohon yang akan memberikan manfaat maksimal dalam memberikan efek peneduh yaitu apabila ditanam dengan posisi sebelah barat terhadap rumah. Posisi kedua yang paling baik yaitu disebelah timur. Posisi utara dan selatan merupakan posisi paling minimal di dalam memberikan efek peneduh. c. Pohon memberi manfaat terbesar apabila posisi pohon menaungi Air Conditioner (AC), jendela atau dinding rumah dan di samping bagian rumah yang menerima pencahayaan terbesar. Untuk kemampuan pohon dalam memberikan bayangan atau sebagai peneduh dapat dilihat berdasarkan karakter fisik dari pohon tersebut. Wee dan Steenis (1978) menyatakan bahwa agar pohon dapat menjadi peneduh harus memiliki karakter seperti :

5 62 a. Tajuk pohon menjurai/bulat/kubah b. Daun lebat, rapat, rimbun c. Buah tidak terlalu besar d. Toleransi angin tinggi Berkaitan dengan hal itu, Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa pohon yang berfungsi sebagai kontrol suhu yaitu pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi serta memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom dan menjurai (weeping). Pembahasan akan dibagi per perumahan dimulai dari Perumahan Bukit Cimanggu City hingga Perumahan Villa Bogor Indah dengan melihat ketiga kriteria berdasarkan American Forests terhadap nilai penghematan yang dihasilkan. A. Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) Pada Perumahan Bukit Cimanggu City terdapat keragaman nilai manfaat kanopi pohon dalam penghematan energi listrik baik dari segi biaya maupun daya di kedelapan rumah sampel BCC_K_1 BCC_K_2 BCC_S_1 BCC_S_2 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3 Jumlah Pohon Penghematan Tarif ($) Gambar 24. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di BCC

6 BCC_K_1 BCC_K_2 BCC_S_1 BCC_S_2 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3 Jumlah Pohon Penghematan Listrik per Tahun (KWH) Gambar 25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di BCC Dari Gambar 24 dan 25 dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC sejalan dengan nilai penghematan daya listriknya namun dari segi jumlah pohon belum dapat dikatakan sejalan dengan besar nilai penghematan yang dapat diterima oleh pemilik rumah. Adapun karakter bangunan rumah dan pohon yang dimiliki pada taman rumah sampel mulai dari kategori rumah kecil hingga besar dapat dilihat sebagai berikut ; 1. BCC_K_1 Tabel 23. Karakter dan Pohon pada BCC_K_1 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/105 Jambu Air 9, lantai timur Karakter yang dapat dilihat pada rumah sampel ini pertama yaitu pendistribusian lahan pada kavling rumah sebagian besar didominasi oleh lahan kedap air. Disamping itu lahan terbuka yang ada yaitu taman rumah tidak digunakan untuk menanam pohon melainkan hanya menanam rumputdan semak (Gambar 26). Kondisi ini cukup dapat membuat udara sekitar rumah terasa panas

7 64 Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwan (2005) yang menyatakan bahwa suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas karena adanya evapotranspirasi dari tanaman. yang menghadap timur seperti rumah sampel (Tabel 23) memiliki keuntungan yaitu pada pagi hingga siang hari mendapat sinar matahari langsung dan pada sore hari terhindar dari silau matahari sore (Rahadini, 2010). Namun dilihat dari segi penanaman pohon terdapat beberapa kekurangan. Pohon hanya ditanam di depan rumah sementara di sebelah barat rumah tidak ada pohon melainkan diapit oleh rumah lainnya. Kondisi ini menyebabkan pohon kurang memberikan pengaruh dalam hal meneduhkan rumah. Jarak penanaman pohon terhadap rumah juga cukup jauh karena pohon ditanam berseberangan dengan rumah dan dibatasi oleh jalan umum dengan jarak 6 meter dari rumah (Gambar 26). Karakter fisik pohon baik dari segi diameter, kerapatan daun dan tinggi pohon sebenarnya berpotensi memberi bayangan peneduh namun faktor jarak dan orientasi pohon menjadi penghambat dalam memberikan naungan. Hal ini menjadi faktor analisis CITYgreen 5.4 mengasumsikan kanopi pohon tidak memberikan nilai penghematan bagi rumah.

8 65 Gambar 26. Tampak BCC_K_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan atas) posisi pohon Jambu Air yang ditanam di seberang rumah; (bawah) denah rumah

9 66 2. BCC_K_2 Tabel 24. Karakter dan Pohon pada BCC_K_2 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/120 Mangga 7, lantai barat Durian 8, BCC_K_2 memperoleh nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 11,- atau setara Rp ,- dan sebesar 132,35 KWH untuk daya listrik. Dari Gambar 27dapat dilihat jarak pohon dari rumah cukup dekat yaitu sekitar 2 meter dari bangunan rumah sehingga bayangan dari kanopi pohon dapat menaungi halaman depan rumah. Keberadaan kedua pohon ini yang terletak di depan rumah juga mampu menyaring sinar matahari dan angin yang masuk. Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terkena silau matahari (Rahadini, 2010). Hal ini menyebabkan suhu mikro di sekitar rumah berpeluang terasa panas. Namun penanaman pohon tepat di depan rumah menjadikan pohon dapat memberikan manfaat maksimal dalam meneduhkan rumah. Karakter fisik pohon mampu memberikan naungan atau sebagai peneduh. Hal ini dapat dilihat dari diameter kanopi pohon sebesar 3 meter untuk pohon mangga dengan kerapatan daun padat dan sebesar 2 meter untuk pohon durian dengan kerapatan daun sedang (Gambar 27).

10 67 Gambar 27. Tampak BCC_K_2 ; (kiri atas) depan rumah; (kanan atas) jejeran pohon mangga dan durian di depan rumah; (bawah) denah rumah

11 68 3. BCC_S_1 Tabel 25. Karakter dan Pohon pada BCC_S_1 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 65/120 Pinus 3, lantai selatan Pada kondisi lapang, rumah BCC_S_1 sebenarnya memiliki enam pohon selain pohon pinus namun kondisi keenam pohon ini masih cukup muda dengan diameter kanopi di bawah 1 meter sehingga keenam pohon ini tidak dimasukkan dalam kategori pohon sampel. Pohon pinus pada Tabel 25 ditanam di depan rumah dengan jarak sekitar 2 meter dari bangunan rumah. Jarak ini tergolong cukup jauh karena diameter kanopi pohon sendiri memiliki lebar 2 meter. Diameter kanopi pohon yang tergolong kecil dengan kerapatan daun pinus yang tergolong jarang membuat pohon tersebut tidak mampu memberikan bayangan yang meneduhkan rumah. Posisi rumah seperti rumah sampel yang menghadap ke selatan dengan posisi penanaman pohon berada di depan rumah. Hal ini menyebabkan rumah tidak terkena silau dari matahari pagi atau sore namun posisi pohon kurang memberikan pengaruh naungan bagi rumah. Kondisi rumah yang memiliki ruang terbuka yang cukup luas juga menyebabkan pada siang hari suhu sekitar rumah terasa panas (Gambar 28). Beberapa faktor di atas menjadi penyebab vegetasi pohon tidak mampu menurunkan suhu mikro dari rumah sehingga hasil analisis pada rumah ini menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai penghematan listrik dari kanopi pohon pada rumah sampel ini.

12 69 Gambar 28. Tampak BCC_S_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah dengan pohon pinus ditanam di depan ; (kanan atas) tanaman rumah yang didominasi tanaman semak dan pot; (bawah) denah rumah

13 70 4. BCC_S_2 Tabel 26. Karakter dan Pohon pada BCC_S_2 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 65/120 Alpukat 3, lantai selatan Alpukat 9, Posisi rumah yang menghadap selatan pada rumah sampel (Tabel 26) memiliki keuntungan yang sama dengan rumah BCC_S_1. Posisi rumah ini didukung dengan posisi pohon yang ada di rumah sampel. Salah satu pohon yaitu pohon yang terletak di halaman belakang rumah ditanam di sebelah barat. Jarak kedua pohon dari rumah cukup dekat. Kedua pohon ini juga memiliki tinggi pohon yang melebihi tinggi bangunan yaitu tinggi golongan kedua. Pada Gambar 29 dapat dilihat juga bahwa taman rumah digunakan untuk menanam berbagai jenis pohon lainnya seperti pohon Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang masih muda, dan berbagai tanaman semak di depan dan di belakang rumah sehingga udara di rumah terasa lebih sejuk. Dengan melihat karakter pohon dan bangunan rumah sampel BCC_S_2, CITYgreen 5.4 menganalisis nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 27,- atau setara dengan Rp ,- dan sebesar 331,28 KWH untuk daya listrik. Nilai ini tergolong cukup baik karena apabila dihitung dalam satuan waktu perbulan, maka tiap bulan keberadaan pohon dan taman rumah di rumah ini dapat menghemat tarif listrik sekitar Rp ,- dan daya listrik sebesar 31,11 KWH. Penghematan ini dapat dirasakan oleh pemilik rumah BCC_S_2. Jahya Priyatna (73 tahun) sebagai pemilik rumah mengatakan bahwa keberadaan pohon di sekitar rumah dapat menjadi menurunkan suhu sekitar rumah sehingga suhu di dalam rumah terasa sejuk. Oleh sebab itu pemilik rumah tersebut tidak menggunakan AC sebagai pendingin ruangan di rumah.

14 71 Gambar 29. Tampak BCC_S_2 ; (kiri) tampak depan rumah ; (kanan) bagian halaman belakang rumah.

15 72 5. BCC_S_3 Tabel 27. Karakter dan Pohon pada BCC_S_3 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 58/176 Cengkeh 11, lantai selatan Pala 10, Mangga 18, Rambutan 16, Rambutan 8, Jambu Air 18, Pala 7, Tanjung 11, Mangga 4, Dari Gambar 30 dapat dilihat bahwa kesembilan pohon ini mampu menjadi peneduh karena diameter kanopi yang dimiliki pohon rata-rata sebesar 4 meter. Kondisi ini didukung oleh jarak penanaman pohon yang dekat dari bangunan rumah mulai dari di taman rumah, di depan dan di samping rumah. Dengan kondisi demikian, bayangan kanopi dari seluruh pohon ini mampu meneduhkan sekitar rumah. Berdasarkan arah hadap rumah sampel memiliki posisi sama seperti rumah BCC_S_1 dan BCC_S_2 yang cukup memberikan keuntungan dari segi suhu mikro rumah karena tidak terkena silau matahari pagi dan sore hari. Posisi penanaman pohon sebagian besar berada di sebelah timur rumah sehingga pepohonan ini memberikan pengaruh yang cukup baik dalam meneduhkan rumah. Nilai penghematan yang diperoleh rumah ini untuk tarif listrik sebesar $ 21,- atau setara dengan Rp ,- dan sebesar 265,10 KWH untuk daya listrik. Apabila dihitung dalam satuan waktu perbulan, maka tiap bulan keberadaan pohon dan taman rumah di rumah ini dapat menghemat tarif listrik pemakaian AC sekitar Rp ,- dan daya listrik sebesar 25,59 KWH. Sama seperti rumah BCC_S_2, penghematan ini dapat dirasakan langsung oleh pemilik rumah. Dari hasil wawancara dengan Dyah Ayu Sinung (41 tahun) sebagai pemilik rumah diperoleh penjelasan bahwa pemilik rumah tidak memerlukan pemakaian AC untuk pendingin ruangan karena pohon di sekitar rumah dirasakan mampu menyejukkan suhu ruangan dalam rumah.

16 73 Gambar 30. Tampak BCC_S_3 ; (kiri atas) tampak depan rumah yang menghadap jalan ; (kanan atas) tampak bagian samping rumah; (bawah) denah rumah.

17 74 6. BCC_B_1 Tabel 28. Karakter dan Pohon pada BCC_B_1 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 170/200 Ceri 5, lantai selatan Bangunan rumah merupakan bangunan yang terdiri dari dua lantai namun pemilik hanya menyediakan ruang terbuka yang cukup kecil yaitu sekitar 30 m 2 termasuk garasi. Hal ini menyebabkan pada taman rumah, pemilik hanya menanam semak dan tanaman pot pada taman rumah (Gambar 31). Arah hadap pohon terhadap rumah yang terletak di sebelah selatan kurang berpengaruh dalam hal kontrol suhu. Kondisi bangunan rumah cukup tinggi namun tidak seimbang dengan kondisi pohon. Pohon sendiri memiliki tinggi yang cukup rendah yaitu dibawah 25 kaki sehingga tidak mampu menaungi dan memberi kesejukan dalam rumah secara maksimal yang memiliki tinggi jauh melebihi tinggi pohon. Hasil analisis CITYgreen 5.4 menunjukkan pohon pada taman rumah ini belum dapat memberikan nilai penghematan. Penyebab lainnya yaitu jarak pohon walaupun dekat dengan rumah namun penanaman pohon dilakukan di luar rumah yang menghadap jalan umum. Hal ini menyebabkan pohon tersebut hanya mampu meneduhkan sebagian besar lahan jalan di depan rumah bukan halaman rumah.

18 75 Gambar 31. Tampak BCC_B_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah; (kanan atas) posisi pohon yang ditanam di luar rumah menghadap jalan; (bawah) denah rumah

19 76 7. BCC_B_2 Tabel 29. Karakter dan Pohon pada BCC_B_2 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 230/300 Rambutan 6, lantai timur Rambutan 6, Tanjung 12, Kondisi bangunan rumah yang cukup besar namun tidak seimbang dengan keberadaan pohon di sekitar rumah. Bangunan rumah merupakan bangunan yang terdiri dari satu lantai dengan luas bangunan sekitar 230 m 2 dan halaman rumah yang cukup lebar sekitar 70 m 2. Namun penanaman ketiga pohon eksisting ditanam dengan jarak cukup jauh yaitu 5 meter dari bangunan rumah Arah hadap bangunan rumah menghadap timur. Menurut Rahadini (2010) posisi rumah yang menghadap ke timur memiliki keuntungan yaitu pada pagi hingga siang hari mendapat sinar matahari langsung dan pada sore hari terhindar dari silau matahari sore namun pohon yang jaraknya cukup jauh dan berada di luar rumah menyebabkan tidak terdapat penyaring/filter sinar matahari langsung sehingga suhu di luar rumah dan di dalam rumah yang menghadap timur lebih terasa panas mendekati siang hari. Ketiga pohon pada rumah ini memiliki kategori pohon peneduh yaitu memiliki kerapatan yang cukup padat dan diameter ketiga kanopi pohon di atas 6 meter. Namun penanaman yang cukup jauh dari bangunan rumah dan dibatasi oleh jalan umum menyebabkan ketiga pohon ini hanya mampu memberi kesejukan di sekitar jalan. (Gambar 32 dan 33). Dengan beberapa kondisi diatas, analisis menunjukkan pohon belum mampu memberikan nilai manfaat penghematan penggunaan AC bagi rumah.

20 77 Gambar 32. Tampak BCC_B_2 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan atas) rumah yang sedang digabung; (bawah) denah rumah

21 78 Gambar 33. Posisi Pohon Peneduh Terhadap BCC_B_2 8. BCC_B_3 Tabel 30. Karakter dan Pohon pada BCC_B_3 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 82/165 Pinus 4, lantai utara Pinus 4, Pinus 4, Pinus 5, Jambu Air 14, Jambu Air 7, Mangga 9, Mangga 9, Jambu Air 9, Rambutan 4, Nangka 9, Hasil cek lapang (Lampiran 2) menunjukkan bahwa diameter kanopi dari kesebelas pohon yang ada rata-rata melebihi 4 meter dengan kerapatan daun rapat dan sebagian besar tinggi pohon melebihi tinggi bangunan rumah (Gambar 34). Selain itu jarak pohon dari rumah cukup dekat karena terletak menyebar di halaman rumah dan di luar rumah sehingga bayangan dari kanopi pohon masih mampu menjadi peneduh diluar dan di dalam rumah. Apabila dilihat dari kondisi bangunanrumah, posisi rumah menghadap ke utara dengan posisi penanaman pohon berada di sebelah barat dan utara rumah. Hal ini menyebabkan pohon yang berada di sebelah barat memberikan nilai manfaat yang maksimal bagi rumah. Hasil analisis menunjukkan nilai

22 79 penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 48,- untuk tarif listrik atau setara Rp ,- dan sebesar 595,56 KWH untuk daya listrik. Gambar 34. Tampak BCC_B_3 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan atas) tampak rumah dan halamannya yang sebagian besar dipenuhi oleh pohon; (bawah) denah rumah.

23 80 B. Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) Pada Perumahan Villa Bogor Indah terdapat keragaman nilai manfaat kanopi pohon dalam penghematan energi listrik baik dari segi biaya maupun daya dari kedelapan rumah sampel pada asumsi penggunaan AC. Perbandingan nilai manfaat tersebut dapat dilihat Gambar 35 dan VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 VBI_S_1 VBI_S_2 VBI_S_3 VBI_B_1 VBI_B_2 Jumlah Pohon Penghematan Biaya TDL AC per Tahun ($) Gambar 35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di VBI VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 VBI_S_1 VBI_S_2 VBI_S_3 VBI_B_1 VBI_B_2 Jumlah Pohon Penghematan Listrik per Tahun (KWHs) Gambar 36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di VBI

24 81 Berdasarkan kedua gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan umum dari hasil analisis CITYgreen 5.4 di perumahan Villa Bogor Indah dan di perumahan Bukit Cimanggu City yaitu nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC sejalan dengan nilai penghematan daya listriknya. Adapun karakter bangunan rumah dan pohon yang dimiliki pada taman rumah sampel mulai dari kategori rumah kecil hingga besar dapat dilihat sebagai berikut ; 1. VBI_K_1 Tabel 31. Karakter dan Pohon pada VBI_K_1 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Kategori Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 36/84 Jambu Bol 6, lantai Barat Dari Gambar 37 dapat dilihat pohon tidak ditanam di halaman rumah melainkan di luar lahan rumah mendekati jalan umum. Hal ini dapat disebabkan karena rumah memiliki lahan taman rumah yang cukup sempit sehingga kurang memungkinkan untuk menanam vegetasi pohon peneduh. Jumlah pohon di rumah tersebut yang sangat minim dan diameter kanopi yang cukup kecil yaitu 3 meter juga membuat kanopi pohon tidak mampu memberikan bayangan yang meneduhkan rumah. Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terasa lebih silau dibanding rumah dengan arah hadap lainnya. Kondisi ini tidak didukung oleh jumlah pohon yang cukup. Melihat kondisi bangunan dan pohon di rumah sampel ini analisis CITYgreen 5.4 tidak memberikan nilai penghematan listrik dari pohon dalam penggunaan AC.

25 82 Gambar 37. Tampak rumah VBI_K_1; tampak pohon Jambu bol yang ditanam di depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah menghadap jalan umum (kiri atas); (bawah) denah rumah.

26 83 2. VBI _K_2 Tabel 32. Karakter dan Pohon pada VBI_K_2 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/90 Mangga 6, lantai Selatan Gambar 38 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah terdiri dari perkerasan. Kondisi seperti ini membuat lahan untuk penanaman pohon menjadi sangat sedikit. Dilihat dari jumlahnya, pohon di sekitar rumah tergolong sedikit yaitu hanya satu pohon. Tinggi pohon tersebut cukup rendah dan diameter kanopi sebesar 4,5 meter. Arah hadap rumah yang menghadap selatan membuat rumah sama seperti rumah sampel lainnya yang memiliki arah hadap selatan juga yaitu tidak terkena silau matahari pagi dan sore. Namun di sebelah barat rumah tidak terdapat pohon karena sebelah barat rumah diapit oleh rumah lainnya sehingga pohon yang ditanam di sebelah selatan kurang memberikan pengaruh peneduh bagi rumah. Dengan kondisi demikian, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.

27 84 Gambar 38. Tampak rumah VBI_K_2; tampak pohon Mangga yang ditanam di depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah yang menghadap jalan (kiri atas); (bawah) denah rumah.

28 85 3. VBI _K_3 Tabel 33. Karakter dan Pohon pada VBI_K_3 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/90 Jotang 16, lantai Timur Mareme 6, Mangga 5, Penyebab pohon belum mampu memberi nilai penghematan dapat dikarenakan ketiga pohon pada rumah ini berada di luar rumah yang dibatasi oleh jalan umum dengan jarak 3 meter. Posisi pohon yang berada di luar rumah ini membuat pohon hanya mampu memberi bayangan di sekitar jalan umum saja. Melihat karakter pohon pada Tabel 33, pohon Jotang sebenarnya cukup potensial menjadi pohon peneduh. Akan tetapi, kedua pohon lainnya yaitu Mareme dan Mangga memiliki tinggi dan diameter kanopi yang belum maksimal dikarenakan kedua pohon ini tergolong pohon muda. Dari Gambar 39 dapat dilihat juga bahwa sebagian besar distribusi lahan pada rumah terdiri dari perkerasan sama seperti kasus VBI_K_2 sehingga pada siang hari panas matahari tidak dapat diserap ke dalam tanah sehingga meningkatkan suhu di sekitar rumah. Arah hadap rumah yang menghadap timur membuat suhu dan kondisi rumah pada pagi hari hinga menjelang siang terkena sinar matahari langsung. Namun posisi tersebut tidak didukung oleh naungan dari pohon karena jarak yang cukup jauh. Dengan beberapa kondisi diatas, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.

29 86 Gambar 39. Tampak rumah VBI_K_3. tampak pohon Jotang dan pohon lainnya yang ditanam di depan rumah yang dibatasi oleh jalan(kanan atas); tampak depan rumah VBI_K_3(kiri atas); (bawah) denah rumah.

30 87 4. VBI_S_1 Tabel 34. Karakter dan Pohon pada VBI_S_1 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/120 Matoa 2, lantai Utara Mangga 5, Tabel 34 menunjukkan kondisi kedua pohon memiliki tinggi yang cukup potensial untuk menjadi penaung. Akan tetapi, apabila dilihat dari diameter kanopi pohon, pohon matoa yang berada di halaman rumah memiliki diameter yang kurang yaitu 4 meter sedangkan pohon mangga yang terletak di luar rumah memiliki diameter kanopi sekitar 5 meter. Oleh karena itu, manfaat kanopi pohon mangga sebagian besar hanya dapat dirasakan di sekitar jalan di depan rumah. Kedua pohon memiliki posisi di sebelah utara rumah dan posisi ini membuat pohon kurang memberikan manfaat penaung bagi rumah Berdasarkan Gambar 40 dapat dilihat kondisi sebagian besar rumah terdiri dari perkerasan dengan tinggi bangunan dua lantai. Sebelah barat dan timur rumah diapit oleh rumah lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan rumah kekurangan pencahayaan dan terasa panas. Dengan kondisi demikian, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.

31 88 Gambar 40. Tampak rumah VBI_S_1; tampak pohon mangga yang ditanam di depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah VBI_S_1 (kiri atas); (bawah) denah rumah.

32 89 5. VBI_S_2 Tabel 35. Karakter dan Pohon pada VBI_S_2 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/120 Mangga 6, lantai Timur Mangga 7, Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 11,- untuk tarif listrik atau setara Rp ,- dan sebesar 132,35 KWH untuk daya listrik. Hasil analisis diatas dapat disebabkan oleh posisi kedua pohon dari rumah cukup dekat karena walaupun pohon peneduh terletak di luar halaman rumah namun kanopi pohon mampu meneduhkan rumah dan halaman rumah (Gambar 41). Selain itu, penanaman kedua pohon ini dilakukan bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat. Posisi penanaman pohon yang berada di sebelah timur rumah dinilai cukup baik sehingga pohon dapat memberikan manfaat penaung bagi rumah. Karakter fisik pohon mampu memberikan bayangan atau sebagai peneduh karena pohon mangga memiliki kerapatan daun padat. Apabila dilihat berdasarkan kondisi bangunan rumah, tinggi rumah memiliki tinggi yang tidak melampaui tinggi pohon. Selain itu, taman rumah memiliki penutup tanah seperti rumput dan tanaman semak lainnya, sehingga panas matahari mampu diserap oleh vegetasi tersebut. Arah hadap rumah yang menghadap timur berpeluang memberikan silau cahaya matahari namun kondisi ini dapat diminimalisir oleh karakter pohon yang ada.

33 90 Gambar 41. Tampak rumah VBI_S_2; (kanan atas) tampak dalam taman rumah; (kiri atas) tampak depan rumah VBI_S_2; (bawah) denah rumah

34 91 6. VBI_S_3 Tabel 36. Karakter dan Pohon pada VBI_S_3 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 45/160 Ketapang 7, lantai Barat Mangga 6, Mangga 7, Mangga 7, Mangga 7, Rambutan 4, Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 54,- untuk tarif listrik atau setara dengan Rp ,- dan sebesar 662,56 KWH untuk daya listrik. Nilai penghematan ini tergolong baik dan merupakan nilai penghematan tertinggi dibanding seluruh rumah sampel dari kedua perumahan. Keenam pohon ditanam menyebar di sekitar rumah baik di halaman rumah, di depan rumah maupun di samping rumah dengan jarak yang dekat. Karakter fisik pohon mampu memberikan bayangan atau sebagai peneduh. Hal ini dapat dilihat dari hasil cek lapang menunjukkan bahwa keenam pohon tersebut memiliki diameter kanopi sebesar 4 meter hingga 8 meter dengan kerapatan daun padat. Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terasa lebih panas dan silau namun karena di depan rumah ditanam pohon ketapang dan mangga dengan diameter yang cukup besar hal ini membuat pohon mampu memberikan manfaat penaung yang maksimal bagi rumah (Gambar 42). Selain itu pada taman rumah terdapat ruang terbuka (open space) yang ditanam dengan tanaman rumput dan semak sehingga panas matahari juga mampu diserap oleh vegetasi tersebut.

35 92 Gambar 42. Tampak rumah VBI_S_3 ; (kanan atas) tampak depan rumah; (kiri atas) tampak pohon mangga yang terdapat di halaman rumah tampak depan rumah; (bawah) denah rumah

36 93 7. VBI _B_1 Tabel 37. Karakter dan Pohon pada VBI_B_1 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 60/184 Cemara kipas 4, lantai Selatan Dari Gambar 43 dapat dilihat bahwa jenis pohon yang terdapat di rumah ini hanya cemara kipas yang ditanam di taman rumah. Dilihat berdasarkan kondisi pohon khususnya tinggi dan diameter kanopinya, pohon tersebut belum mampu penjadi peneduh bagi rumah tersebut karena memiliki tinggi yang cukup rendah yaitu dibawah 25 kaki dan diameter kanopi sebesar 2 meter. Posisi pohon yang berada di sebelah selatan rumah membuat pohon kurang bermanfaat dalam menaungi rumah. Arah hadap rumah yang menghadap selatan cukup menguntungkan rumah karena pada pagi dan sore hari rumah tidak mendapat silau atau cahaya matahari langsung yang menghadap rumah. Namun karena kondisi rumah yang minim dengan vegetasi pohon, rumah tersebut terasa cukup panas pada siang hari. Dengan beberapa kondisi diatas, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.

37 94 Gambar 43. Tampak rumah VBI_B_1; kondisi pada taman rumah (kanan atas); tampak depan rumah VBI_B_1 (kiri atas); (bawah) denah rumah.

38 95 8. VBI_B_2 Tabel 38. Karakter dan Pohon pada VBI_B_2 Tipe Spesies Diameter Batang (inchi) Diameter Kanopi (m) Tinggi Pohon Tinggi Bangunan Arah Hadap 65/120 Mangga 2, lantai Selatan Mangga 3, Petai Cina 3, Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 5,- untuk tarif listrik atau setara Rp ,- dan sebesar 66,17 KWH untuk daya listrik. Berdasarkan Gambar 57 dapat dilihat bahwa ketiga pohon ditanam saling bersebelahan dan tepat di depan rumah sehingga dapat menjadi penyaring cahaya serta panas matahari yang masuk ke rumah. Hal ini dapat dilihat dari hasil cek lapang menunjukkan bahwa walaupun ketiga pohon tersebut memiliki diameter hanya sekitar 3 meter namun dengan kerapatan daun yang padat dan jarak tanam yang cukup dekat menjadikan ketiga pohon tersebut mampu sebagai peneduh. Posisi rumah yang menghadap selatan sama seperti rumah VBI_B_1 cukup menguntungkan rumah karena pada pagi dan sore hari rumah tidak mendapat silau atau cahaya matahari langsung yang menghadap rumah. Selain itu, pada taman rumah terdapat ruang terbuka (open space) yang ditanam dengan tanaman rumput dan semak sehingga panas matahari juga mampu diserap oleh vegetasi tersebut dan menghasilkan oksigen bagi kesejukan di sekitar rumah.

39 96 Gambar 44. Tampak rumah VBI_B_2; (kanan atas) tampak isi dalam taman rumah; (kiri atas) tampak depan rumah VBI_B_2; (bawah) denah rumah

40 97 Dari seluruh penjelasan di atas ternyata jumlah pohon pada penelitian ini tidak mempengaruhi besar-kecilnya nilai penghematan kanopi pohon yang diterima oleh rumah sampel. Hal ini dapat dilihat dari beberapa rumah di kedua perumahan yang hasil analisisnya tidak sejalan dengan jumlah pohon. Untuk dapat mengetahui faktor lain yang cukup berpengaruh dalam penelitian ini selain ketiga kriteria dari American Forests (2002) diperlukan perbandingan karakter dari masing-masing rumah sampel yang hasilnya tidak sejalan dengan jumlah pohon. a. BCC_B_2 dan VBI_K_3 Kedua perumahan ini merupakan rumah sampel yang sama-sama memiliki jumlah pohon tiga buah namun tidak mendapat nilai manfaat dari keberadaan pohon. Berbeda dengan rumah BCC_K_2 dan VBI_S_2, kedua rumah ini samasama memiliki jumlah pohon yang lebih sedikit yaitu dua pohon namun mendapat nilai manfaat dari keberadaan pohon. BCC_K_2 dan VBI_S_2 sama-sama mendapat nilai manfaat sebesar $11,- dan 132,35 KWH. Faktor yang dapat mempengaruhi yaitu : a. persentase luasan lahan non terbangun. BCC_B_2 dan VBI_K_3 memiliki persentase lahan non-terbangun lebih kecil daripada luasan lahan non terbangun yang dimiliki oleh rumah BCC_S_2 dan VBI_S_2 (Tabel 39). Lahan non-terbangun yang ditanami oleh vegetasi rumput akan menyerap cahaya matahari yang datang dan menghasilkan oksigen sehingga semakin luas lahan non-terbangun yang dimiliki akan semakin memberi udara yang sejuk selain dari keberadaan pohon di sekitar rumah. Tabel 39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Sampel. Luasan BCC_B_2 VBI_K_3 BCC_K_2 VBI_S_2 Terbangun Non-Terbangun Luas Lahan % Non Terbangun per Luas Lahan 23,33% 50% 62,50% 62,50%

41 98 Pendugaan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan olehwenda (1991) dalam Budiman (2010). Wenda telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari RTH di kota Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa : Pada areal yang didominasi vegetasi, suhu hanya berkisar 25,5 31 o C dengan kelembaban %. Pada areal yang kurang vegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal, suhu yang terjadi sebesar 27,7 o C 33,1 o C dengan kelembaban %. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3 o C 32,1 o C dengan kelembaban %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persentase tutupan lahan non-terbangun dapat mempengaruhi penurunan suhu mikro sekitarnya. b. Jarak penanaman pohon dengan bangunan rumah. Dengan melihat penjelasan sebelumnya tentang karakter masing-masing rumah sampel dapat dilihat bahwa jarak pohon cukup mempengaruhi kemampuan pohon sebagai penaung. b. VBI_S_3, BCC_S_3 dan BCC_B_3 Pada ketiga rumah ini pepohonan yang ada memberikan nilai manfaat yang cukup tinggi namun apabila dilihat berdasarkan jumlah pohon terdapat ketidakselarasan antara jumlah pohon dengan hasil analisis di antara ketiga rumah ini. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pohon pada rumah VBI_S_3 merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu enam pohon dibanding pohon pada rumah BCC_S_3 yang berjumlah sembilan dan BCC_B_3 yang berjumlah sebelas pohon. Sementara itu, hasil analisis menunjukkan nilai manfaat penghematan yang dhasilkan oleh kanopi pohon pada VBI_S_3 lebih tinggi daripada kanopi pohon pada BCC_S_3 dan BCC_B_3. Penyebab yang dapat mempengaruhi hasil analisis ini berdasarkan penjelasan sebelumnya dari tiap karakter rumah dan pohon, yaitu

42 99 a. Jenis pohon yang dimiliki oleh masing-masing rumah sampel. Pada Lampiran 2 dapat dilihat perbedaan tiap jenis pohon yang dimiliki oleh ketiga rumah. VBI_S_3 memiliki jenis pohon Ketapang, Rambutan dan Mangga yang ditanam mengelilingi rumah. Ketiga jenis pohon ini merupakan jenis pohon peneduh karena memiliki kerapatan daun padat/rimbun, ketinggian yang tergolong tinggi dan bentuk kanopi yang bulat dan kubah. BCC_S_3 dan BCC_B_3 juga memiliki berbagai jenis pohon namun beberapa jenis pohon yang ditanam bukan peneduh. Pada rumah BCC_B_3 terdapat pohon pinus yang tidak dapat dijadikan peneduh, sedangkan pada rumah BCC_S_3 terdapat pohon cengkeh dan pala yang bukan jenis pohon peneduh. b. Persentase luasan lahan non-terbangun yang dimiliki oleh ketiga rumah sampel ini. Pada Tabel 40 dapat dilihat bahwa persentase luas lahan non-terbangun pada rumah VBI_S_3 menduduki posisi tertinggi dibanding dua rumah lainnya. Sama seperti kasus sebelumnya pada bagian a, dengan adanya persentase bangunan rumah yang lebih besar dibanding lahan non terbangun seperti taman atau pekarangan rumah membuat daya serap air oleh tanah di sekitar rumah semakin berkurang sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon tersebut. Selain itu lahan non-terbangun yang ditanami oleh vegetasi rumput akan menyerap cahaya matahari yang datang dan menghasilkan oksigen sehingga semakin luas lahan non-terbangun yang dimiliki akan semakin memberi udara yang sejuk selain dari keberadaan pohon di sekitar rumah. Tabel 40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Sampel. Luasan VBI_S_3 BCC_S_3 BCC_B_3 Terbangun Non-Terbangun Luas Lahan % Non Terbangun per Luas Lahan 71,88% 67,05% 50,30%

43 100 Berdasarkan penjelasan di atas selain 3 kriteria dari American Forest (2002), dalam penelitian ini terdapat 2 faktor pendukung yang juga ikut mempengaruhi nilai penghematan dari pohon, yaitu a. Jenis pohon ; jenis pohon peneduh merupakan jenis yang paling berpotensi meningkatkan nilai penghematan; b. Persentase lahan non-terbangun; lahan non-terbangun dapat menurunkan suhu mikro rumah. Dengan melihat kondisi sebagian rumah sampel yang masih memiliki nilai manfaat pohon yang minim diperlukan suatu usulan penataan dan pemilihan jenis pohon yang tepat untuk menambah nilai manfaat penghematan di beberapa rumah sampel tersebut. 5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Sampel Usulan penataan pohon merupakan usulan tentang bagaimana penataan dan pemilihan pohon yang tepat untuk setiap rumah sampel sehingga pohon tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang optimal bagi rumah. Prinsip penyusunan usulan penataan yaitu berdasarkan ketiga kriteria dari karakter bangunan dan pohon menurut American Forest (2002) dan dua faktor pendukung yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya. Faktor lain yang turut dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman yaitu hasil kuesioner mengenai aktifitas yang sering dilakukan oleh tiap pemilik rumah. Usulan penataan pohon ditujukan pada rumah sampel dengan kriteria yaitu rumah yang tidak mendapatkan nilai manfaat penghematan berdasarkan analisis CITYgreen 5.4 dan rumah yang mendapatkan nilai manfaat penghematan namun belum optimal sesuai dengan jumlah pohon yang ada. Berdasarkan hal itu, beberapa rumah sampel yang akan diusulkan serta aktivitas pemilik rumah antara lain :

44 101 Tabel 41. Aktifitas Pemilik di Sebelas Contoh Taman Sampel. Kode Duduk Menjemur pakaian Aktivitas Berkebun/ Merawat Bermain Makan Tidak Ada BCC_K_1 BCC_S_1 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3 VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 VBI_S_1 VBI_B_1 Penjelasan masing-masing usulan penataan dari sebelas rumah sampel antara lain sebagai berikut : a. BCC_K_1 Kekurangan pertama yang dimiliki oleh rumah BCC_K_1 yaitu jumlah pohon yang sedikit yaitu hanya satu pohon. Selain itu penanaman pohon cukup jauh dari rumah karena dibatasi oleh jalan umum sehingga pada usulan desain penambahan vegetasi pohon merupakan solusi awal. Pada usulan desain, taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh, estetik dan produksi. Hal ini dikarenakan luas taman sebesar 20 m 2 cukup untuk menanam pohon dengan kanopi yang lebar. Pohon yang ditambah yaitu di dalam taman berupa pohon Rambutan (Nephelium lappaceum) dan di luar taman berupa pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia) sebanyak dua pohon. Pohon rambutan selain sebagai peneduh, ketika musim berbuah dapat menghasilkan buah rambutan untuk dinikmati pemilik rumah sedangkan pohon Jakaranda selain menjadi peneduh dapat menjadi pohon estetik karena warna bunga yang menarik. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone dan lampu taman

45 102 sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu iris kuning (Neomarica longifolia) dan Soka (Ixora sp). Kedua semak ini juga menjadi pembatas taman (Gambar 45). Gambar 45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 32,23,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 397,9 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.

46 103 b. BCC_S_1 BCC_S_1 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas yaitu sekitar 55 m 2. Pada kondisi eksisting taman ini sebagian besar ditanami oleh tanaman estetik seperti kamboja, suplir dan tanaman semak lainnya. Kondisi ini menyebabkan suhu panas ketika siang hari sulit diminimalisir oleh taman rumah. Kekurangan kedua yaitu di depan rumah terdapat cukup banyak vegetasi pohon pembatas yaitu jejeran pinus. Jejeran pinus ini memiliki kanopi yang sangat kecil yaitu di bawah 1 meter dengan kerapatan daun jarang sehingga pohon tidak dapat dimanfaatkan sebagai penyejuk rumah. Pada usulan desain, taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh, produksi dan estetik. Tanaman peneduh yang dipilih di dalam taman rumah juga memiliki fungsi produksi karena dapat menghasilkan buah yaitu pohon mangga (Mangivera indica) dan rambutan (Nephelium lappaceum). Selain pohon peneduh, terdapat pohon dengan fungsi estetis yang diusulkan di dalam taman rumah yaitu Palem merah (Cyrtostachys renda) dan tanaman eksisting berupa Kamboja (Plumeria sp). Usulan lainnya yaitu perubahan jenis pohon pembatas di depan rumah dengan pohon yang memiliki kanopi lebih lebar dan kerapatan daun yang lebih padat. Karakter tersebut dimiliki oleh pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon tersebut juga dapat menjadi pohon estetis sehingga cukup mampu menggantikan keberadaan pohon pinus untuk fungsi estetis. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone, bangku taman, kolam ikan dan lampu taman, sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu krosandra (Crossandra infundibuliformis) dan tanaman eksisting berupa suplir (Adiantum sp). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 42,95,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 530,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.

47 104 Gambar 46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1 c. BCC_S_3 BCC_S_3 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas. Pada kondisi eksisting taman ini sebenarnya terdapat sembilan pohon. Hasil analisis kondisi eksisting pada rumah sampel ini sudah menunjukkan nilai manfaat pohon yang cukup yaitu $ 25,- untuk penghematan tarif listrik dan 307,12 KWH untuk penghematan daya listrik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan rumah VBI_S_3 yang memiliki 6 pohon, nilai manfaat pohon rumah BCC_S_3 lebih rendah. Oleh karena itu usulan desain untuk rumah BCC_S_3 bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari kanopi pohon.

48 105 Pada usulan penataan, tidak terdapat perubahan luas taman. Hal ini disebabkan lahan terbangun pada taman tidak ada yang dapat dirubah untuk menjadi taman rumah. Oleh karena itu perubahan hanya dilakukan pada jenis pohon. Pada Gambar 47 dapat dilihat jenis pohon baru yang direkomendasikan untuk taman ini adalah pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon ini menggantikan pohon pembatas yang terdapat di luar pagar rumah yaitu pohon Pala, Cengkeh dan Jambu air. Hal ini disebabkan ketika dianalisis dengan CITYgreen 5.4, manfaat penghematan pohon ini lebih tinggi dibanding kondisi eksisting dengan asumsi kondisi kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3

49 106 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 75,07,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 926,8 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat meningkatkan nilai manfaat penghematan listrik rumah tangga tersebut. d. BCC_B_1 BCC_B_1 memiliki kekurangan yaitu jumlah pohon yang sedikit yaitu hanya 1 pohon yang ditanam di luar rumah.dan luas taman yang sempit dibandingkan luas bangunan rumah. Pada usulan desain (Gambar 48) taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh, estetik, dan produksi. Di dalam taman rumah diusulkan untuk ditanam pohon Mangga (Mangivera indica). Pohon Cerry yang berada di luar rumah diganti dengan dua pohon peneduh yaitu Sawo kecik (Manilkara kauki) dan Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Ketiga pohon ini memiliki karakter yang kuat sebagai pohon peneduh seperti hasil analisis CITYgreen 5.4 untuk usulan rumah sebelumnya. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone, bangku taman dan lampu taman sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu iris kuning (Neomarica longifolia). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 21,47,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 398 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.

50 107 Gambar 48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1 e. BCC_B_2 Kekurangan pertama pada taman rumah BCC_B_2 yaitu jumlah pohon yang sedikit dibanding luas lahan bangunan rumah yaitu hanya 3 pohon untuk luas lahan sebesar 300 m 2. Selain itu penanaman pohon cukup jauh dari rumah karena ketiga pohon tersebut berada di luar rumah sedangkan pohon di dalam taman rumah hanya pohon estetik yang tidak dapat menjadi peneduh seperti palem merah. Oleh karena itu pada usulan desain penambahan vegetasi pohon merupakan solusi awal.

51 108 Pada usulan penataan (Gambar 49) taman rumah diusulkan sebagai fungsi peneduh, estetik dan produksi. Hal ini dikarenakan luas taman cukup untuk menanam pohon dengan kanopi yang lebar. Pohon yang ditambah yaitu di dalam taman berupa pohon Durian (Durio ziberthinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Mangga (Mangivera indica), Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Saraka (Saraca indica). Usulan pohon di luar taman berupa pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia) dan Belimbing Wuluh (Averhhoa blimbi). Pohon eksisting yaitu Tanjung (Mimusoph elengi) pohon rambutan tetap dibiarkan tumbuh karena cukup jauh dari pohon dalam taman rumah. Kelima usulan pohon ini dipilih karena memiliki karakter pohon peneduh yang cukup kuat. Selain itu terdapat fungsi lain dari kelima pohon ini yaitu sebagai peneduh dan estetis. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 21,47,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 265,1 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.

52 109 Gambar 49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2 f. BCC_B_3 BCC_B_3 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas. Pada kondisi eksisting taman ini sebenarnya terdapat sebelas pohon. Hasil analisis kondisi eksisting pada rumah sampel ini sudah menunjukkan nilai manfaat pohon yang cukup yaitu $ 52,- untuk penghematan tarif listrik dan 637,57 KWH untuk penghematan daya listrik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan rumah VBI_S_3 yang memiliki enam pohon, nilai manfaat pohon rumah BCC_S_3 jauh

53 110 lebih rendah. Oleh karena itu usulan desain untuk rumah BCC_S_3 bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari kanopi pohon. Pada usulan desain, tidak terdapat perubahan luas taman. Hal ini disebabkan lahan terbangun pada taman tidak ada yang dapat dirubah untuk menjadi taman rumah. Oleh karena itu perubahan hanya dilakukan pada jenis pohon dan jumlah pohon. Pada Gambar 50dapat dilihat jenis pohon baru yang direkomendasikan untuk taman ini adalah pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon ini menggantikan pohon pembatas yang terdapat di luar pagar rumah yaitu pohon Pinus. Hal ini disebabkan pohon pinus kurang memberi fungsi sebgai peneduh dan penyejuk karena luas kanopi yang kecil dan kerapatan daun yang jarang. Pada taman ini terdapat penambahan jenis pohon mangga sebanyak dua pohon untuk mengisi lahan terbuka yang kosong. Ketika dianalisis dengan CITYgreen 5.4, manfaat penghematan pohon ini lebih tinggi dibanding kondisi eksisting dengan asumsi kondisi kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3

54 111 g. VBI_K_1 Kekurangan pertama yang terdapat di rumah VBI_K_1 yaitu luas ruang terbuka hijau yang sangat minim. Dari Gambar 51 dapat dilihat bahwa lahan taman pada rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya dan diberi kolam ikan buatan sehingga vegetasi pohon hanya ditanam diluar lahan rumah. Vegetasi yang ditanam di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot. Pada usulan penataan halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman atau ruang terbuka hijau memiliki luas awal yang cukup sempit yaitu sekitar 3 m 2 (Gambar 51). Dalam hal ini luas taman akan diperlebar menjadi 6 m 2 dengan cara mengurangi perkerasan pada teras. Usulan pohon yang ditanam di dalam taman rumah yaitu Cemara gembel (Casuarina equisetifolia) sebanyak 2 pohon dan pohon Mangga (Mangivera indica) sebanyak satu pohon. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 51. Taman rumah eksisting yang dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_1. Kekurangan kedua dari rumah VBI_K_1 yaitu karakter pohon Jambu bol yang ditanam di depan rumah. Pohon Jambu bol di depan rumah belum mampu menjadi penyaring sinar matahari yang masuk ke dalam rumah secara optimal karena ketinggian tajuk pohon tempat tumbuhnya daun melebihi ketinggian atap rumah. Oleh sebab itu, pohon Jambu bol diganti menjadi pohon mangga dan

55 112 pohon alpukat (Persea americana) karena kedua pohon ini memiliki karakter pohon peneduh (Gambar 52). Sebagai material estetik pelengkap pada usulan taman rumah,terdapat tanaman semak rendah yaitu Taiwan Beauty (Cuphea hyssopifolia) ditata sebagai softscape dan kolam buatan diperkecil ukurannya dan dibentuk dengan bentukan lebih organik sebagai hardscape. Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara Rp ,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut. Gambar 52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1

56 113 h. VBI_K_2 VBI_K_2 memiliki kekurangan yang hampir sama dengan rumah VBI_K_1 yaitu luas ruang terbuka hijau yang sangat minim. Lahan taman pada rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya sehingga vegetasi pohon hanya ditanam diluar lahan rumah. Vegetasi yang ditanam di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot sehingga pada usulan desain, halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman atau ruang terbuka hijau memiliki luas sekitar 15 m 2 dengan cara merubah perkerasan di depan pintu masuk rumah menjadi ruang terbuka hijau (Gambar 53). Gambar 53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_2. Usulan pohon yang ditanam di dalam taman rumah yaitu pohon yang hanya memiliki diameter maksimal 3 meter namun kerapatan daun padat. Vegetasi pohon yang memenuhi kriteria tersebut yaitu pohon Saraka (Saraca indica) sebanyak satu pohon sedangkan vegetasi yang ditanami sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Usulan pohon di luar taman selain pohon mangga sebagai pohon eksisting, terdapat pohon alpukat (Persea Americana) yang ditanam disamping pohon mangga. Pohon ini berfungsi menambah kesejukan bagi bangunan rumah sehingga daya listrik untuk pemakaian AC dapat berkurang. Sebagai material pelengkap untuk softscape pada

57 114 usulan taman ditanam tanaman semak yaitu iris kuning (Neomarica longifolia), dan opipogon putih (Ophiopogon sp). Sebagai material pelengkap untuk hardscape ditambah stepping stone, bangku taman dan lampu taman yang memberi kesan seimbang pada taman. Pada usulan desain, atap kanopi di taman rumah ditiadakan sehingga atap kanopi yang ada hanya pada bagian garasi saja. Hal ini bertujuan agar vegetasi yang nantinya akan ditanam di taman rumah memperoleh sinar matahari yang cukup. Pohon mangga yang berada di depan lahan rumah tidak diubah namun ditambah di sebelah timur sebanyak satu pohon dengan jenis yang sama. Kedua pohon ini dapat memberikan keteduhan pada siang hari (Gambar 54). Gambar 54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2

58 115 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 16,08,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 198,5KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut. i. VBI_K_3 VBI_K_3 memiliki kekurangan yang hampir sama dengan kedua rumah sebelumnya yaitu ruang terbuka hijau di lahan rumah yang sangat minim. Dari Gambar 54 dapat dilihat bahwa lahan taman rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya sehingga vegetasi yang terdapat di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot. Sementara itu, vegetasi pohon ditanam dengan jarak sekitar 3 meter dari lahan rumah. Pada usulan desain, halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman memiliki luas sekitar 6 m 2 dengan cara merubah perkerasan di depan pintu masuk rumah menjadi ruang terbuka hijau. Pada usulan desain taman rumah direkomendasikan dengan fungsi estetik. Melihat luas lahan taman yang terbatas maka usulan vegetasi yang ditanam di dalam taman rumah berupa semak tinggi yaitu Melati (Jasminum sambac), vegetasi yang ditanami sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus) sedangkan vegetasi pohon peneduh ditanam di depan rumah. Pada usulan desain terdapat penambahan pohon yaitu pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) yang ditanam di depan pagar rumah. Pohon ini dipilih karena memiliki kanopi lebar, kerapatan dau padat dan ketinggian yang cukup. Sebagai material pelengkap untuk hardscape ditambah stepping stone, bangku taman dan lampu taman yang memberi kesan seimbang pada taman (Gambar 55).

59 116 Gambar 55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut. j. VBI_S_1 VBI_S_1 memiliki lahan terbuka hijau yang minim di depan rumah sedangkan bangunan rumah memiliki ketinggian dua lantai sehingga luas taman yang minim menjadi hambatan dalam menanam pohon dengan jumlah yang banyak. Melihat luas lahan taman yang terbatas maka pada usulan desain taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh dan estetik. Pada usulan desain, perubahan desain hanya terletak pada penambahan pohon di depan rumah yaitu pohon Mangga sebanyak 1 pohon (Gambar 56). Usulan pohon tersebut ditanam di samping pohon mangga yang sebelumnya telah ada. Dengan adanya penambahan pohon dengan karakter peneduh di depan rumah, pemakaian AC dapat lebih diminimalisir dan daya listrik dalam penggunaan AC lebih rendah.

60 117 Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap untuk softscape pada usulan taman ditanam tanaman penutup tanah yang memiliki bunga menarik yaitu Begonia (Begonia sp) dan tanaman focal point yaitu Siklok (Agave attenuata). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut. Gambar 56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1

61 118 k. VBI_B_1 Taman rumah VBI_B_1 memiliki kekurangan pertama yaitu hanya memiliki satu batang pohon di sebelah barat. Jumlah pohon yang minim menyebabkan pada kondisi angin yang cukup kencang pohon tidak dapat menjadi wind-break (pemecah angin) dan pada posisi matahari tepat di atas, pohon tidak dapat menurunkan iklim mikro rumah. Pada usulan desain, taman direkomendasikan dengan fungsi peneduh dan estetik. Hal ini disebabkan karena luas taman tergolong kecil dan pada siang hari sinar matahari langsung mengenai taman. Adapun rencana perubahan yang dilakukan pada taman yaitu yang pertama pohon cemara kipas yang berada di sebelah barat diganti dengan pembuatan gundukan menyerupai pulau yaitu tanah yang ditinggikan serta ditanam dengan penutup tanah dari kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia). Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesan sempit karena rumah diapit kiri-kanan dan member kesan estetik. Vegetasi pohon diganti menjadi cemara udang dengan karakter pohon sedang agar pohon tersebut tidak membawa uap air ke dalam ruangan namun masih dapat menghalangi silau pada sore hari. Usulan vegetasi pohon yang menjadi focal point pada taman yaitu pohon Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) yang ditanam di tengah taman. Selain itu pohon ini berfungsi sebagai tanaman peneduh karena memiliki tajuk lebar (Lestari, 2008). Kerapatan daun yang tergolong sedang tidak akan menimbulkan kesan taman gelap namun dapat menjadi penyaring angin atau windbreak. Pada usulan juga terdapat penambahan pohon peneduh yaitu pohon Mangga yang ditanam di depan rumah.. Tambahan hardscape material berupa stepping stone yang diletakkan sesuai sirkulasi taman, lampu taman sesuai dengan kondisi eksisting, dan batu alam pada bagian pulau untuk menyeimbangkan dan mengurangi kesan monoton softscape di pulau. Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan

62 119 pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut. Gambar 57. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_B_1 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga yang lebih besar yaitu $ 85,89,- atau setara dengan Rp ,- untuk tarif listrik dan 1060,4 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat meningkatkan nilai manfaat penghematan listrik rumah tangga tersebut. Dari seluruh hasil analisis usulan dapat dilihat perubahan nilai manfaat pohon terhadap rumah sampel. Usulan ini memberikan peningkatan nilai manfaat

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, data analisis dan pembahasan, dapat diperoleh hasil penelitian ( temuan) yang telah diperoleh, maka disimpulkan dan menjadi suatu arahan,

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI LANSKAP PERMUKIMAN

MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI LANSKAP PERMUKIMAN MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI LANSKAP PERMUKIMAN Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor DESSY B SILITONGA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m 2, pada bagian ke-dua

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Tata Ruang Luar ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Program Studi Arsitektur Universitas Gunadarma Vinny Nazalita Elemen Lunak Aspek Arsitektural Aspek Artistik Visual Aspek Hortikultural Aspek Pengendali

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan

Lebih terperinci

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan 5.1.1 Penutupan lahan Kabupaten Sidoarjo Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal Ide awal rancangan bangunan perpustakaan ini adalah bangunan sebagai fitur taman. Masyarakat yang menggunakan ruang terbuka kota/taman Maluku ini dapat sekaligus menggunakan

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Emisi Karbondioksida (CO 2 ) yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2010 Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor dapat diketahui dengan cara terlebih dahulu

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR 24 BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR 4.1 Profil Wilayah Kota Bogor Kota Bogor secara geografis terletak pada 106 o 48 Bujur Timur dan 6 o 36 Lintang Selatan dengan jarak ± 56 km dari ibukota Jakarta. Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung 92 BAB V PERENCANAAN LANSKAP 5.1 Konsep Perencanaan Konsep dasar dalam penelitian ini adalah untuk merencanakan lanskap ruang terbuka hijau ekologis sebagai habitat burung di kawasan permukiman. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 68 BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 7.1 Tema Desain Desain merupakan tahap setelah perencanaan yang menghasilkan gambar lebih detil. Desain taman vertikal di kluster Pine Forest, Sentul City merupakan implementasi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban Pendinginan Gambar 58. Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 59. Massa

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Leaf Index Area (LAI) Lokasi Sampel Kerapatan daun atau kerindangan, biasa diukur dengan nilai indeks luas daun atau Leaf Area Index (LAI) (Chen & Black 1992 diacu dalam

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman

Lebih terperinci

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA

Lebih terperinci

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL Oleh : RETNO ISMURDIATI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANLAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998 RETNO ISMURDIATI. Fungsi Tanaman

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan menganalisis Ruang Terbuka Hijau. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati Kompleks bangunan ini adalah kompleks perumahan modern yang menawarkan konsep desain minimalis. Antar unit bangunannya tidak memiliki jarak sama sekali. Open space yang ada hanyalah pada halaman depan

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, serta atas izinnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Redesain Gelanggang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR Menimbang : a. bahwa seiring

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Denah Lokasi Hutan Kota Sungkur Klaten terletak di Kelurahan Sungkur, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Bagian Utara Hutan Kota berbatasan dengan Jalan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Berdasarkan konsep tata ruang yang dibuat, ruang pada tapak dibagi ke dalam dua ruang, yaitu ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan adalah arsitektur hemat energi. Pada perancangan pusat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI LOMBOK TIMUR, : a. bahwa seiring dengan laju pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City (Sumber : Site Plan Perumahan Bukit Cimanggu City)

Gambar 22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City (Sumber : Site Plan Perumahan Bukit Cimanggu City) 49 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City terletak di lokasi 06.53 o LS 06.56 o LS dan 106.78 o BT dengan ketinggian 194

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data PENDAHULUAN Hutan produksi merupakan suatu kawasan hutan tetap yang ditetapkan pemerintah untuk mengemban fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Pengelolaan hutan produksi tidak semata hanya untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci