BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan"

Transkripsi

1 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m 2, pada bagian ke-dua 198 m 2, dan pada bagian ke-tiga 192 m 2. Berdasarkan pengelompokan pekarangan menurut luasnya oleh Arifin et. al (2009) rata-rata pekarangan di tiga bagian tersebut tergolong pekarangan sedang. Namun apabila dilihat dari angkanya hal ini menunjukkan adanya penyempitan luasan pekarangan rumah pada bagian pertama (dekat dari sungai), ke-dua (agak jauh dari sungai), dan ke-tiga (jauh dari sungai) yang masing-masing dibangun pada tahun < 1980, , dan pada tahun >2000. Apabila dilihat secara spesifik, kecilnya luasan pekarangan pada bagian ke-tiga disebabkan oleh pekarangan yang terdapat di daerah ini didominasi pekarangan yang tergolong sempit. Pekarangan yang mampu mengundang banyak burung terdapat pada bagian pertama yang masih banyak terdapat koridor hijau di sekitar pekarangan, seperti koridor hijau sungai Ciliwung dan koridor hijau jalan di sekitar Papandayan dan Cikurai yang merupakan tempat burung bersarang dan sebagai tempat berpindahnya burung dari suatu tempat ke tempat lain. Pekarangan bagian ke-dua merupakan pekarangan yang mampu mengundang banyak jenis burung setelah bagian pertama, dengan jarak agak jauh dari sungai Ciliwung, 1500 meter meter pada bagian ke-dua ini dekat dengan jalur hijau jalan di sekitar Padjajaran tetapi hanya sedikit jalur hijau jalan yang terdapat pada perumahan bagian ini, sehingga burung-burung sulit untuk berpindah menuju pekarangan. Pekarangan yang paling sedikit mengundang burung terdapat pada pekarangan bagian ke-tiga dengan rata-rata luasan pekarangan terkecil diantara ketiganya, memiliki jarak yang jauh dari sungai Ciliwung dan terdapat sedikit koridor hijau jalan Indraprasta di sekitar pekarangan, pada bagian ini terdapat satu pekarangan yang mampu mengundang 8 jenis burung, yaitu pekarangan ke-9 dengan luas pekarangan 400 m 2 yang ditanami dengan tanaman-tanman yang disukai burung, dan lokasi pekarangan ini lebih dekat dari jalur hijau jalan Indraprasta.

2 Berdasarkan penjelasan sebelumnya, faktor yang membedakan kemampuan pekarangan mengundang burung adalah luas pekarangan, jarak pekarangan dari koridor hijau (koridor hijau jalan dan koridor hijau sungai yang memiliki keragaman hayati tinggi). Pekarangan yang paling dekat dengan koridor hijau sungai dan koridor hijau jalan yang mampu mengundang burung adalah sampel 2 (Gambar 10 dan Gambar 11). Gambar 10. Bagian depan pekarangan sample 2 Gambar 11. Bagian samping pekarangan sampel 2 Dari Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa pekarangan yang mampu mengundang banyak burung terdapat banyak jenis vegetasi pohon dengan strata yang berbeda-beda pada bagian depan dan samping pekarangan, dan pekarangan tersebut terlihat tertata dengan rapi dan bersih. Tampak pekarangan sampel 2 secara keseluruhan ditunjukkan pada denah pekarangan (Gambar 12). 70

3 Gambar 12. Denah pekarangan sampel 2 Pekarangan sampel 3 merupakan pekarangan yang mampu mengundang banyak burung setelah pekarangan sampel 2 yang termasuk pekarangan yang dekat dari koridor sungai dan terdapat banyak koridor hijau jalan di sekitar pekarangan. Pada bagian depan pekarangan ini ditanami oleh tanaman kersen (Muntingia calabura L) yang merupakan makanan bagi burung, dan nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai tempat berteduh burung (Gambar 13). Pada bagian samping pekarangan ini terdapat jejeran pohon jambu air (Eugenia equea) bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), mangga (Mangifera indica), pisang hias (Heliconia american dwarf) yang dijadikan sebagai tempat makan dan tempat bertengger burung. Pekarangan ini juga memiliki banyak pohon dan terlihat tertata dengan rapi (Gambar 14). Tampak pekarangan sampel 3 secara keseluruhan ditunjukkan pada denah pekarangan (Gambar 15). 71

4 Gambar 13. Bagian depan pekarangan sampel 3 Gambar 14. Bagian samping pekarangan sampel 3 Gambar 15. Denah pekarangan sampel 3 72

5 Pekarangan yang kurang mampu mengundang banyak burung terletak pada sampel bagian ke-tiga yang merupakan bagian sampel yang sangat jauh dari sungai yaitu pekarangan sampel 7, dengan luasan pekarangan yang kecil, hampir tidak ada jenis vegetasi penghasil buah/ bunga di pekarangan, dan terdapat sedikit jalur hijau jalan di sekitar pekarangan. Pada bagian depan pekarangan terlihat tertata dengan rapi (Gambar 16) sedangkan pada bagian samping pekarangan terlihat kurang tertata dengan rapi (Gambar 17), hal ini disebabkan pemilik rumah merupakan pekerja di luar kota bogor. Gambar 16. Bagian depan pekarangan sampel 7 Gambar 17. Bagian samping pekarangan sampel 7 Tampak keseluruhan tapak pekarangan sampel 7 dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan tersebut ditunjukkan pada denah pekarangan berikut (Gambar 18). 73

6 Gambar 18. Denah pekarangan sampel 7 Pekarangan lain yang kurang mampu mengundang burung terdapat pada sampel 8 yang terdapat pada bagian sampel ke-tiga dengan luasan pekarangan yang kecil, keragaman jenis vegetasi yang rendah, terdapat sedikit jalur hijau jalan di sekitar pekarangan, dan terlihat kurang tertata dengan rapi baik pada bagian depan pekarangan (Gambar 19) maupun bagian samping pekarangan yang terlihat ditanami oleh pohon-pohon yang dijadikan burung sebagai tempat bermain dan berteduh (Gambar 20). Gambar 19. Bagian depan pekarangan sampel 8 74

7 Gambar 20. Bagian depan & samping pekarangan sampel 8 Tampak keseluruhan tapak pekarangan sampel 8 dan jenis vegetasi yang ada di pekarangan tersebut ditunjukkan pada denah pekarangan berikut (Gambar 21). Gambar 21. Denah pekarangan sampel Vegetasi Pekarangan Jenis vegetasi yang ditanam di pekarangan pada bagian pertama, ke-dua, dan ke-tiga memiliki perbedaan menurut fungsinya, berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik rumah, pekarangan di bagian pertama ditanami dengan vegetasi yang memiliki fungsi estetika, dan vegetasi yang berfungsi sebagai pemasok bahan makanan komplementer bagi rumah tangga, hal ini ditunjukkan dengan pemilihan vegetasi yang secara umum menghasilkan buah, seperti : jambu air (Eugenia equea), mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus), 75

8 rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus heterophyllus), kelapa (Cocos nucifera), dan cabai kecil (Capsicum annum). Sedangkan pekarangan di bagian ke-dua dan ke-tiga difungsikan untuk estetika dan ameliorasi iklim mikro yaitu menetralisir suhu udara setempat. Umumnya vegetasi yang ditanam di pekarangan bagian ini pohon-pohon peneduh dan memiliki tajuk yang rimbun yang tidak terlalu intensif perawatannya, seperti: mangga (Mangifera indica), tanjung (Mimusoph elengi), pinus (Pinus mercusii), dan sebagai tanaman estetik secara umum adalah bougenvil (Bougenvillea sp.). Berdasarkan hasil pengamatan, didapat perbedaan rata rata keragaman vegetasi disetiap bagiannnya. Keragaman vegetasi yang lebih tinggi terdapat di pekarangan bagian pertama, hal ini karena pemilik pekarangan memilih jenis vegetasi yang memiliki nilai estetika dan fungsi sosial, seiring bertambahnya jenis vegetasi yang ada maka keragaman vegetasi juga semakin tinggi. pada bagian pertama memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 16 jenis dengan rata-rata keragaman vegetasi 1.83 yang didominasi oleh pohon dan herbasius mampu mengundang jenis burung rata-rata 9 jenis. Bagian ke-dua memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 12 jenis dengan rata-rata keragaman vegetasi 1.38 yang didominasi oleh pohon mampu mengundang jenis burung rata-rata 8 jenis. Bagian ke-tiga memiliki rata-rata jumlah jenis vegetasi 9 jenis dengan rata-rata keragaman vegetasi 1.05 yang didominasi oleh pohon mampu mengundang jenis burung rata-rata 6 jenis (Tabel 17). Tabel 17. Jumlah Jenis Vegetasi Pekarangan dan Jumlah Jenis Burung No. Pek Luas (m 2 ) Jenis Vegetasi H Pohon Semak Perdu Vegetasi Herbasius Rumput Jenis Burung

9 Lanjutan Tabel 17. No. Pek Luas (m 2 ) Jenis Vegetasi H Pohon Semak Perdu Vegetasi Herbasius Rumput Jenis Burung Dari penjelasan dan tabel di atas bila dilihat dari setiap bagian pekarangan, selain keberadaan pekarangan yang dekat dengan jalur hijau, baik jalur hijau sungai maupun jalur hijau jalan, luasan pekarangan, nilai indeks keragaman vegetasi dan jumlah jenis vegetasi yang didominasi oleh vegetasi pohon menentukan banyaknya burung yang datang ke pekarangan. 5.3 Jenis Burung pada Vegetasi Pekarangan Secara umum jenis burung yang ditemukan hampir di setiap pekarangan adalah burung gereja erasia (Passer montanus), burung ini biasanya tinggal di bawah genteng rumah yang tinggi dan sering bertengger pada tanaman bambu dan rambutan. Beberapa orang tidak terlalu menginginkan keberadaan burung ini karena kotorannya yang selalu membuat kotor dinding dan atap rumah. Jenis burung yang sudah mulai berkurang populasinya adalah merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), jenis burung ini memiliki kesamaan bentuk yang membedakannya adalah suara dan warna kepalanya, pada Pycnonotus aurigaster terdapat warna hitam di bagian kepala atas, sedangkan Pycnonotus goiavier berwarna coklat keputihan. Jenis burung ini sangat disukai sebagian masyarakat karena suaranya yang berisik tetapi berirama, burung ini biasanya bertengger di pohon tinggi seperti cemara norflok (Araucaria heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan pohon tinggi lainnya. Burung ini biasanya memakan buah kecil seperti buah kersen dan buah pinang hutan yang kecil dan berwarna merah. Kersen (Muntingia calabura), jambu air (Eugenia equea), dan pinang hutan (Pinanga kuhlii) merupakan vegetasi yang mampu mengundang banyak jenis burung, karena selain sebagai bahan makanan, vegetasi ini juga sering dijadikan burung sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari, tempat bertengger, dan tempat bermain. 77

10 Jenis burung kecil seperti: kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), cinenen (Orthotomus sp.) merupakan jenis burung pemakan madu, burung-burung ini biasanya banyak ditemukan di tanaman bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea Linn), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), pisang hias (Heliconia sp.), dan jambu air (Eugenia equea). Namun berbeda halnya dengan jenis cinenen (Orthotomus sp.) yang tidak hanya memakan madu dari bunga tetapi juga memakan buah kecil seperti yang dimakan oleh burung jenis Pycnonotus yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada umumnya, jenis burung kecil yang berada di pekarangan merupakan pemakan madu maupun pemakan buah kecil, berbeda dengan jenis burung cipoh kacat (Aegithina tiphia), burung ini memakan ulat yang berada di ranting maupun di daun pohon rambutan, burung ini juga merupakan salah satu burung yang sudah jarang di kota bogor karena dari sembilan sample pekarangan yang ada, ditemukan hanya di satu pekarangan saja, yaitu di pekarangan ke-dua. Vegetasi yang ada di sekitar pekarangan sebagai tempat bersarangnya burung ini tidak diketahui dan uniknya burung ini selama pengamatan hanya ditemukan di pohon rambutan dan hanya pada waktu pagi hari antara pukul sampai pukul wib. 5.4 Strategi Pengelolaan Vegetasi Pekarangan Untuk Habitat Satwa Burung Penentuan strategi pengelolaan konservasi keragaman jenis tanaman untuk habitat satwa burung di pekarangan dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada setiap sample pekarangan. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat) Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman a) Kekuatan (Strenght) - Strata vegetasi di pekarangan Setiap pekarangan memiliki keragaman strata dan jenis vegetasi yang bermacam-macam, selain fungsinya sebagai estetika, dan membuat kenyamanan bagi penggunanya, sebagian vegetasi juga mampu mengundang burung untuk hadir di pekarangan dan menjadikan sebagai habitatnya terutama untuk mencari 78

11 makan. Keragaman strata jenis vegetasi menentukan jumlah dan jenis burung yang datang ke pekarangan. - Struktur pekarangan Besar kecilnya luas pekarangan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan banyaknya jumlah jenis vegetasi (pohon) yang akan diatur untuk menciptakan suatu pekarangan yang mampu mengundang burung dan menghasilkan estetika. Pekarangan yang luas apabila dikelola dengan baik akan lebih banyak menghasilkan keragaman dan jenis vegetasi terutama pohon untuk mengundang burung dibandingkan dengan pekarangan yang sempit. b) Kelemahan (Weakness) - Kurangnya pengelolaan pekarangan Jarang dijumpai pemilik pekarangan yang benar-benar peduli dan merawat pekarangannya. Kebanyakan pemilik pekarangan yang menetap di bogor merupakan pekerja di luar kota bogor sehingga tidak mempunyai waktu untuk merawat pekarangannya. Adapun pemilik yang merawat pekarangannya merupakan golongan lansia sehingga mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka yang sudah mulai berkurang. - Pemilihan jenis vegetasi Banyaknya vegetasi di pekarangan memang sangat baik untuk kenyamanan pemilik maupun pengguna dan untuk mengundang satwa burung ke pekarangan, namun banyak dijumpai bahwa pemilik tidak terlalu mementingkan pemilihan jenis vegetasi yang seharusnya ditanam di pekarangan agar dapat berfungsi secara maksimal, baik secara estetis, kenyamanan, dan sebagai habitat satwa burung di pekarangan tersebut. c) Peluang (Opportunity) - Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit Ruang terbuka hijau kota di kota bogor yang mampu mendukung habitat satwa burung sudah mulai berkurang, oleh karena itu salah satu alternatif untuk menjaga hal tersebut adalah memanfaatkan pengelolaan yang baik dan benar pada pekarangan agar dapat menjaga habitat burung. Dengan ini maka secara tidak langsung burung-burung akan berdatangan ke pekarangan tanpa diburu dengan secara kasar. 79

12 d) Ancaman (Threat) - Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota Koridor hijau kota merupakan salah satu akses perpindahan burung dari satu tempat ke tempat lain, selain sebagai tempat bersarang bagi burung. Pada saat ini koridor tersebut semakin hilang akibat adanya pengalihan fungsi menjadi ruang terbuka terbangun tanpa memperhatikan ruang terbuka hijaunya. Contoh, pembangunan jalan raya pada saat ini tidak memperhatikan ruang terbuka hijaunya yang berada di tepi jalan. - Penangkapan burung Tingginya harga jual satwa burung menjadikan sebagian besar masyarakat setempat untuk berburu burung-burung yang unik dan indah kemudian di jual ke pasar atau di jual kepada orang-orang yang telah memesannya. Menurut pengakuan warga setempat, penangkapan burung dilakukan pada malam hari dengan cara mengambil sarangnya yang terdapat di pohon-pohon tepi sungai. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat suatu jenis burung menjadi langka dan punah Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal Setiap faktor memiliki tingkat kepentingan dan nilai tersendiri begitu juga dengan setiap faktor internal dan eksternal memiliki nilai berdasarkan tingkat kepentingannya untuk memudahkan dalam menentukan strategi yang tepat, dari pengamatan disusun 4 faktor strategis internal yang terdiri atas 2 faktor kekuatan (strength) dan 2 faktor kelemahan (weakness). Berdasarkan tingkat kekuatannya keragaman vegetasi di pekarangan, dan luas pekarangan merupakan kekuatan yang besar pada faktor kekuatan. Selanjutnya, pemilihan jenis vegetasi dan kurangnya pengelolaan terhadap pekarangan merupakan kelemahan yang berarti (Tabel 18). Tabel 18. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Pekarangan Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan Keragaman strata vegetasi di S1 Kekuatan yang paling besar pekarangan S2 Struktur pekarangan Kekuatan yang besar 80

13 Lanjutan Tabel 18. Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan W1 Pemilihan jenis vegetasi Kelemahan yang sangat berarti W2 Kurangnya pengelolaan pekarangan Kelemahan yang cukup berarti Untuk faktor strategis eksternal disusun 5 faktor yang terdiri dari 1 faktor peluang (opportunity) dan 4 faktor ancaman (threat). Berdasarkan tingkat kepentingannya, ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit merupakan peluang yang sangat penting pada faktor peluang. Selanjutnya pada faktor ancaman, terdapat hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota, dan penangkapan burung merupakan ancaman yang besar (Tabel 19). Tabel 19. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Pekarangan Simbol Faktor Peluang (Oportunity) Tingkat Kepentingan O1 Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit Peluang yang sangat tinggi Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan T1 Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota Ancaman yang sangat besar T3 Penangkapan burung Ancaman yang besar Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh nilai kepentingan dari faktor strategis intenal dan eksternal, tahap berikutnya adalah memberikan bobot penilaian dari setiap variabel yang digabungkan. Penilaian bobot ditentukan dengan pemberian skala 1 sampai dengan 4 (Tabel 20 dan Tabel 21). Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009). Tabel 20. Pembobotan Faktor Internal Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot S S

14 Lanjutan Tabel 20. Simbol S1 S2 W1 W2 Total Bobot W W Total 27 1 Tabel 21. Pembobotan Faktor Eksternal Simbol O1 T1 T2 Total Bobot O T T Total 12 1 Tabel 22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skoring Kekuatan Keragaman strata vegetasi di pekarangan Luas pekarangan Kelemahan Pemilihan jenis vegetasi Kurangnya pengelolaan pekarangan Total Tabel 23. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skoring Peluang Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit Ancaman Hilangnya atau menurunnya koridor hijau kota Penangkapan burung Total Dari tabel IFE dan EFE di atas menunjukkan bahwa faktor strategis internal memiliki total rating 10 dengan jumlah skor faktor 2.85, sedangkan faktor 82

15 strategis eksternal memiliki total rating 7 dengan jumlah skor Selanjutnya nilai tersebut dipetakan ke matriks internal-eksternal untuk mengetahui orientasi strategi yang akan dilakukan selanjutnya (Gambar 22). Gambar 22. Orientasi strategi berdasarkan matriks Internal-Eksternal Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal (EFE- External Factor Evaluation) berada pada kolom V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold and maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung. 5.5 Matriks SWOT Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal, kemudian dianalisis kembali ke dalam matriks SWOT untuk mengetahui beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi untuk mempertahankan keberadaan vegetasi di pekarangan untuk memelihara habitat satwa burung (Tabel 24). 83

16 Tabel 24. Matriks SWOT Internal Eksternal Peluang (Opportunity) 1. Ruang terbuka hijau kota yang semakin sempit Ancaman (Threat) 1. Hilang atau menurunnya koridor hijau kota 2. Penangkapan burung Kekuatan (Strength) 1. Keragaman strata vegetasi di pekarangan 2. Struktur pekarangan Strategi SO 1. Mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan Strategi ST 1. Menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung. (S1,S2;T1) 2. Menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung. (S1; T2) Kelemahan (Weakness) 1. Pemilihan jenis vegetasi 2. Kurangnya pengelolaan pekarangan Strategi WO 1. Penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung Strategi WT 1. Menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman. (W1;T2,T1) Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 25). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta meminimumkan ancaman (threat) dan kelemahan (weakness). 84

17 Tabel 25. Penentuan Peringkat Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Keterkaitan Alternatif Strategi dengan Unsur Skor Rank SWOT Mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan S1,S2,O Penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung W1,W2,O Menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung Menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung S1,S2,T1 S1, T Menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman W1,T2,T Dari tabel di atas dapat dilihat urutan perangkingan strategi alternatif merupakan prioritas dari strategi alternatif tersebut. Prioritas pertama adalah mempertahankan vegetasi yang ada di pekarangan untuk mengundang burung dengan skor 2.48 dengan kata lain bagi pekarangan yang banyak mengundang burung seharusnya dipertahankan vegetasinya. Sama halnya dengan pekarangan yang sedikit mengundang burung, bukan menebang vegetasi yang ada tetapi melakukan strategi alternatif ke-dua. Strategi alternatif ke-dua untuk mengundang burung ke pekarangan adalah penataan penanaman dan pemilihan jenis vegetasi sebagai habitat satwa burung dengan skor 2.37 dengan kata lain vegetasi yang ada di pekarangan dari awal harus benar-benar diatur atau ditata. Pada pekarangan yang sedikit mengundang burung bisa mengatur dan memilih jenis vegetasi yang sesuai ataupun yang disukai oleh burung agar bisa lebih banyak mengundang burung, seperti pemilihan vegetasi yang digunakan burung sebagai tempat makan, tempat bermain, berteduh, kawin dan bersarang. 85

18 Strategi alternatif ke-tiga adalah adalah menggunakan tanaman perdu dan semak yang mampu mengundang burung. Strategi alternatif ini secara khusus untuk pekarangan perumahan pada saat sekarang ini, atau dengan kata lain perumahan minimalis yang memiliki pekarangan sempit. Pada pekarangan sempit dapat ditanam tanaman perdu dan semak untuk mengundang burung ke pekarangan. Tetapi tidak mengurangi kemungkinan pada pekarangan sedang ataupun pekarangan luas, tanaman ini juga diperlukan untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan. Strategi alternatif ke-empat menggunakan pohon tinggi di batas area pekarangan yang berfungsi sebagai border dan habitat satwa burung. Penggunaan pohon tinggi sangat banyak manfaatnya, selain sebagai tempat berteduh dan ameliorasi iklim, dan pembatas pekarangan, pohon tinggi juga dapat berfungsi sebagai habitat satwa, terutama tempat sangkar burung. Biasanya burung membuat sangkarnya di pohon yang tinggi agar jauh dari jangkauan manusia. Pohon tinggi juga bisa dijadikan sebagai jalur hijau untuk transmigrasi burung dari satu tempat ke tempat lain apabila ditanam dengan secara massal. Strategi alternatif ke-lima adalah menghindari penggunaan pagar tembok dan diganti dengan pagar tanaman. Strategi alternatif ini juga dikhususkan bagi perumahan yang memiliki pekarangan sempit untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan. Penggunaan vegetasi sebagai pagar rumah di pekarangan hanya sebagai vegetasi tambahan untuk meningkatkan keragaman vegetasi pekarangan dan dapat membuat secara visual pekarangan menjadi lebih luas dibandingkan dengan penggunaan pagar dengan tembok. Penggunaan vegetasi ini saja belum tentu bisa mengundang burung ke pekarangan, oleh karena itu dibutuhkan pemilihan vegetasi yang disukai burung seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan dilakukan pada pekarangan sedang dan besar. 86

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

Sumber:  & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada 06 33 55-06 37 45 LS dan 106 50 20-106 57 10 BT di wilayah administrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Jenis Burung di Permukiman Keanekaragaman hayati dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu 19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel A. Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan di beberapa industri sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2008. Pengumpulan data meliputi data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR ENJOYMENT AKBAR SIREGAR

JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR ENJOYMENT AKBAR SIREGAR JASA LANSKAP PEKARANGAN BAGI HABITAT SATWA BURUNG DI KOTA BOGOR ENJOYMENT AKBAR SIREGAR DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 RINGKASAN ENJOYMENT AKBAR SIREGAR.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan  2010) 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di Jalan Belitung No. 1, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM Amanda Nur Cahyawati, Dwi Hadi Sulistyarini, Suluh Elman Swara Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jln. MT. Haryono

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4 Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV Anugrah Trijaya Sakti bergerak dalam bidang pembuatan sandal dan sepatu. Pada tanggal 1 April 2002, Daniel D.W Setyadi mendirikan perusahaan ini yang berada di Jl. Brujul No 6-7 Taman Kopo Indah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). B. Alat dan Objek Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KERIPIK BUAH DI UKM VANESHA FRUIT CHIPS MALANG JAWA TIMUR

PERENCANAAN STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KERIPIK BUAH DI UKM VANESHA FRUIT CHIPS MALANG JAWA TIMUR PERENCANAAN STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KERIPIK BUAH DI UKM VANESHA FRUIT CHIPS MALANG JAWA TIMUR Industrial Strategic Development Planning of Fruit Chips in SMES Vanesha Fruit Chips Malang East Java

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Dalam penelitian ini obyek yang dituju adalah Irama Mas. Toko Elektronik Irama Mas adalah suatu toko yang menjual berbagai macam alat elektronik besar seperti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUMAHAN BEKASI TIMUR REGENSI 3

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUMAHAN BEKASI TIMUR REGENSI 3 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUMAHAN BEKASI TIMUR REGENSI 3 Yulita Veranda Usman 1, Wiwi Yaren 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) yulita@univpancasila.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 26 BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Fisik 5.1.1. Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak Lokasi tapak secara geografis antara 106 45'53,52" BT - 106 46'24,35"

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung 92 BAB V PERENCANAAN LANSKAP 5.1 Konsep Perencanaan Konsep dasar dalam penelitian ini adalah untuk merencanakan lanskap ruang terbuka hijau ekologis sebagai habitat burung di kawasan permukiman. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah di bengkel sepeda motor Budi Motor, tepatnya di Jalan Wolter Monginsidi Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Alasan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green Campus) memiliki ruang terbuka hijau dengan tipe vegetasi yang beragam serta multi strata berupa

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, karyawan,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek dan Tempat Penelitian Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh Industri Hilir Teh (IHT) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Cibiru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan penelitian berlangsung pada Februari 2015. B. Alat dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Obyek penelitian ini adalah Evan s Bakery yang berlokasi di Jalan Kaligarang, Semarang. Evan s Bakery berdiri sejak tahun 2005 sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Lokasi penelitian (sumber: ALOS AVNIR-2 17 Juli 2009, dengan pengolahan)

BAB III METODOLOGI. Lokasi penelitian (sumber: ALOS AVNIR-2 17 Juli 2009, dengan pengolahan) BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Kampung Cimandala, Kampung Landeh dan Kampung Leuwijambe, serta pemukiman Sentul City sebagai pembanding.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada PT. Sumbar Surya Sejati yang merupakan salah satu distributor oli Pertamina di Sumatera Barat berdiri sejak 6 Oktober 1994. Permasalahan yang muncul pada PT. Sumbar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci