BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL"

Transkripsi

1 68 BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 7.1 Tema Desain Desain merupakan tahap setelah perencanaan yang menghasilkan gambar lebih detil. Desain taman vertikal di kluster Pine Forest, Sentul City merupakan implementasi dari konsep dasar, konsep iklim mikro, konsep vegetasi dan konsep desain. Keberadaan taman vertikal menjadi elemen penyatu antara bangunan dengan taman rumah. Dari aspek iklim, taman vertikal berfungsi memperbaiki kualitas iklim mikro dengan menurunkan suhu lingkungan sekitar. Taman vertikal dapat memberikan kesegaran pada lingkungan dengan peran tanaman pada taman vertikal sebagai penyuplai oksigen. Secara estetik, keberadaan taman vertikal memberikan kesan natural dan menambah indah kualitas visual pada bangunan. Desain taman vertikal ini terdiri dari tiga alternatif dengan tema yang berbeda. Setiap alternatif tema memiliki keunggulan masing-masing. Tema diambil dari ciri khas desain setiap taman vertikal, seperti bentuk struktur dan pola penanaman pada taman vertikal. Alternatif tema yang dikembangkan pada taman vertikal di kluster Pine Forest ini terdiri dari tiga alternatif, yaitu (1) Flaturistic, (2) Geo-relief, dan (3) Arch-cone. Setiap tema akan diterapkan pada masing-masing tipe rumah. Tipe rumah pada kluster Pine Forest dikelompokkan menjadi 4 tipe yakni, Pinus Ponderosa standar, Pinus Ponderosa sudut, Pinus Patula standar dan Pinus Patula sudut. Pada Pinus Ponderosa standar, taman vertikal dirancang pada sisi teras dekat pintu masuk rumah. Taman vertikal berfungsi sebagai penyambut orang yang akan masuk ke dalam rumah, penambah estetika pada teras rumah dan memberikan kesegaran bagi pemilik rumah saat keluar dari rumah. Taman vertikal pada tipe ini menghadap ke arah utara dan selatan. Pada Pinus Ponderosa sudut, taman vertikal dirancang pada sisi bangunan rumah yang menghadap ke arah taman sisi rumah. Taman vertikal berfungsi sebagai elemen estetik pada sisi bangunan rumah yang akan memperindah rumah. Selain itu taman vertikal juga berfungsi untuk menurunkan suhu lingkungan dalam skala mikro. Dengan demikian aktivitas di taman rumah seperti berkumpul

2 69 dengan keluarga akan menjadi semakin nyaman dengan keberadaan taman vertikal. Taman vertikal pada tipe ini menghadap ke arah utara dan selatan. Pada Pinus Patula standar, taman vertikal dirancang pada dinding luar bagian depan bangunan rumah. Posisinya berhadapan langsung dengan garasi rumah. Taman vertikal berfungsi sebagai penyambut orang yang datang ke rumah, penambah estetika pada bangunan dan penyedia udara bersih dari polusi kendaraan. Taman vertikal pada tipe ini menghadap ke arah timur. Pada Pinus Patula sudut, taman vertikal dirancang pada dua dinding luar rumah. Taman vertikal pertama terletak di sisi depan bangunan rumah dan menghadap langsung ke arah garasi, sama seperti tipe Patula standar. Taman vertikal berfungsi sebagai penyambut orang yang datang ke rumah, penambah estetika pada bangunan dan penyedia udara bersih dari polusi kendaraan. Taman vertikal ini menghadap ke arah timur. Taman vertikal kedua terletak di sisi samping bangunan yang langsung berhadapan dengan taman sisi rumah. Taman vertikal berfungsi sebagai penambah estetika dan penurun suhu lingkungan. Taman vertikal dapat dinikmati bersama dengan aktivitas lain di taman seperti berkumpul, mengobrol di taman dan sebagainya. Taman vertikal ini menghadap ke arah utara dan selatan. Taman vertikal yang diletakkan pada rumah tipe ponderosa tidak berfungsi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena peletakan taman vertikal yang kurang tepat dan arah hadap dinding taman vertikal. Arah hadap dinding taman vertikal pada rumah tipe ponderosa adalah ke arah utara dan selatan. Hal ini menyebabkan fungsi taman vertikal untuk mereduksi penerimaan cahaya matahari tidak maksilmal. Taman vertikal yang diletakkan pada rumah tipe patula berfungsi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena peletakan taman vertikal yang tepat dan arah hadap dinding taman vertikal yang sesuai. Arah hadap dinding taman vertikal pada rumah tipe ponderosa adalah ke arah timur. Hal ini menyebabkan fungsi taman vertikal untuk mereduksi penerimaan cahaya matahari maksilmal sehingga suhu bangunan dapat diturunkan dengan keberadaan taman vertikal.

3

4

5

6

7 Flaturistic Flaturistic merupakan usulan tema dari alternatif desain taman vertikal yang pertama pada kluster Pine Forest. Flaturistic diambil dari kata flat yang artinya datar dan futuristic yang artinya bergaya masa depan. Dengan demikian Flaturistic berarti desain taman vertikal yang memiliki permukaan yang datar dengan desain bergaya masa depan. Keunggulan dari tema Flaturistic ini adalah bentukan permukaan (facade) yang datar sehingga tidak memakan luas ruang dihadapannya. Selain itu desain yang bergaya masa depan juga memberikan kesan modern pada rumah. Pada taman vertikal dengan tipe rangka besi, tanaman yang digunakan untuk tema Flaturistic adalah tipe tanaman merambat. Perakaran terdapat dari bawah tanah dan sulur tanamannya merambat mengikuti pola rangka besi. Pertumbuhan sulur tanaman diatur sehingga menciptakan pola taman vertikal yang diinginkan. Perakaran yang hanya berasal dari bawah tanah menyebabkan tanaman yang dapat digunakan pada tipe rangka besi ini relatif lebih sedikit. Taman vertikal tipe ini dapat diterapkan pada rumah dengan tipe Ponderosa standar, Patula standar dan dinding pertama pada Patula sudut yang memiliki sifat yang sama dengan Patula standar. Pada taman vertikal yang menggunakan Vertical Greening Module (VGM), tanaman yang digunakan untuk tema Flaturistic adalah tanaman jenis penutup tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat ditanam pada setiap modul VGM sehingga perakarannya berada pada modul VGM itu sendiri. Penanaman tanamannya diatur letaknya agar mendapat pola yang diinginkan. Tipe VGM memungkinkan tanaman yang ditanam lebih bervariatif sehingga pola desain yang didapat lebih bebas. Taman vertikal tipe ini dapat diterapkan pada rumah dengan tipe Ponderosa sudut, dan dinding kedua pada rumah tipe Patula sudut. Desain taman vertikal dengan tema Flaturistic dapat menambah estetika serta memberikan kesan gaya modern pada bangunan rumah. Ilustrasi penerapan taman vertikal pada setiap tipe rumah dapat dilihat pada Gambar 39, Gambar 40, Gambar 41 dan Gambar 42.

8

9

10

11

12 Geo-relief Georelief merupakan usulan tema dari alternatif desain taman vertikal yang kedua pada kluster Pine Forest. Geo-relief diambil dari kata geometric yang artinya ilmu ukur dan relief yang artinya suatu gambaran permukaan yang timbul. Dengan demikian Geo-relief berarti desain taman vertikal yang memiliki permukaan yang timbul keluar dengan pola desain yang terukur dan membentuk bidang-bidang segitiga. Keunggulan dari tema Geo-relief ini adalah bentukan permukaan (facade) yang timbul sehingga memberikan kesan visual yang variatif walaupun sedikit lebih memakan ruang di hadapan taman vertikal tersebut. Pada taman vertikal dengan tipe rangka besi, tanaman yang digunakan untuk tema Geo-relief adalah tipe tanaman merambat. Perakaran terdapat dari bawah tanah dan sulur tanamannya merambat mengikuti pola rangka besi. Pertumbuhan sulur tanaman diatur sehingga menciptakan pola taman vertikal yang diinginkan. Tanaman rambat pada bagian yang timbul dan tidak timbul dibedakan untuk mendapatkan desain yang menarik. Taman vertikal tipe ini dapat diterapkan pada rumah dengan tipe Ponderosa standar, Patula standar dan dinding pertama pada Patula sudut yang memiliki sifat yang sama dengan Patula standar. Pada taman vertikal yang menggunakan VGM, tanaman yang digunakan untuk tema Geo-relief adalah tanaman jenis penutup tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat ditanam pada setiap modul VGM sehingga perakarannya berada pada modul VGM itu sendiri. Penanaman tanamannya diatur letaknya agar mendapat pola yang diinginkan. Pada bagian yang timbul dan tidak timbul, tanaman yang dipakai dibedakan untuk memberi variasi yang unik pad ataman vertikal. Tipe VGM memungkinkan tanaman yang ditanam lebih bervariatif. Taman vertikal tipe ini dapat diterapkan pada rumah dengan tipe Ponderosa sudut, dan dinding kedua pada rumah tipe Patula sudut. Desain taman vertikal dengan tema Geo-relief dapat menambah estetika dan kesegaran pada bangunan rumah. Ilustrasi penerapan taman vertikal pada setiap tipe rumah dapat dilihat pada Gambar 43, Gambar 44, Gambar 45 dan Gambar 46.

13

14

15

16

17 Arch-cone Arch-cone merupakan usulan tema dari alternatif desain taman vertikal yang ketiga pada kluster Pine Forest. Arch-cone diambil dari kata arch yang artinya lengkungan dan cone yang artinya bentuk kerucut. Bentuk kerucut terinspirasi dari tajuk pohon pinus. Dengan demikian Arch-cone berarti desain taman vertikal yang mempenyai bentuk lengkung kerucut. Keunggulan dari tema Arch-cone ini adalah bentukan permukaan (facade) yang menampilkan lengkung kerucut sehingga memberikan kesan visual yang modern dan selaras dengan nama kluster, yaitu Pine Forest. Pada taman vertikal dengan tipe rangka besi, tanaman yang digunakan untuk tema Arch-cone adalah tipe tanaman merambat. Perakaran terdapat dari bawah tanah dan sulur tanamannya merambat mengikuti pola rangka besi. Pertumbuhan sulur tanaman diatur sehingga menciptakan pola taman vertikal yang diinginkan. Tanaman rambat pada bagian yang timbul dan tidak timbul dibedakan untuk mendapatkan desain yang menarik. Taman vertikal tipe ini dapat diterapkan pada rumah dengan tipe Ponderosa standar, Patula standar dan dinding pertama pada Patula sudut yang memiliki sifat yang sama dengan Patula standar. Pada taman vertikal yang menggunakan VGM, tanaman yang digunakan untuk tema Arch-cone adalah tanaman jenis penutup tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat ditanam pada setiap modul VGM sehingga perakarannya berada pada modul VGM itu sendiri. Penanaman tanamannya diatur letaknya agar mendapat pola yang diinginkan. Pada bagian yang timbul dan tidak timbul, tanaman yang dipakai dibedakan untuk memberi variasi yang unik pad ataman vertikal. Tipe VGM memungkinkan tanaman yang ditanam lebih bervariatif. Taman vertikal tipe ini dapat diterapkan pada rumah dengan tipe Ponderosa sudut, dan dinding kedua pada rumah tipe Patula sudut. Desain taman vertikal dengan tema Arch-cone dapat menambah estetika dan kesegaran pada bangunan rumah. Ilustrasi penerapan taman vertikal pada rumah dapat dilihat pada Gambar 47 dan Gambar 48

18

19

20 Konstruksi dan Irigasi Konstruksi yang dihasilkan dari desain taman vertikal ini dibedakan menjadi dua macam berdasarkan struktur yang digunakan pada desain ini. Konstruksi taman vertikal terdiri dari konstruksi struktur rangka besi dan VGM. Detail konstruksi menjelaskan material, teknik pengaitan pada dinding dan dimensi struktur taman vertikal itu sendiri. Selain konstruksi struktur taman vertikal, aspek irigasi juga diperhitungkan dalam desain untuk mengetahui teknik penyiraman dan aliran air yang akan mengariri tanaman pada taman vertikal. Sistem irigasi sangat penting peranannya untuk menjaga ketersediaan air untuk tanaman pada taman vertikal. Konstruksi struktur dan sistem irigasi dirancang dengan menyesuaikan kondisi bangunan dan tipe taman vertikal itu sendiri. Taman vertikal dengan struktur rangka besi diterapkan pada tipe rumah Ponderosa standar, Patula standar dan dinding pertama pada Patula sudut. Kelebihan dari struktur rangka besi adalah desainnya ramping sehingga tidak memerlukan banyak ruang untuk memasngnya. Struktur rangka besi yang digunakan merupakan jenis PVC Coated Steel Wire. Satu lembar rangka besi ini memilki panjang 30 m, lebar 0,5 1,8 m dan diameter kawat besinya 5 mm. Ukuran dari rangka besi disesuaikan dengan ukuran dinding pada taman vertikal. Rangka besi ini menjadi media tumbuh dari tanaman pada taman vertikal yang merupakan tanaman rambat. Rangka besi pada tema Flaturistic dibuat datar untuk mendapatkan permukaan yang datar pada taman vertikal. Sistem irigasi pada struktur rangka besi bersifat sederhana. Hal ini disebabkan karena dimensi taman vertikal yang relatif tidak luas. Dengan tanaman merambat yang ditanam langsung pada tanah dari bawah, maka irigasi dapat dilakukan dengan menyiram secara langsung pada bagian bawah tanaman yang merupakan tempat perakaran. Taman vertikal dengan struktur Vertical Greening Module (VGM) diterapkan pada tipe rumah Ponderosa sudut dan dinding kedua pada Patula sudut. Kelebihan dari VGM adalah strukturnya yang kuat dan dapat dibuat pola yang variatif pada penananaman tanamannya. Struktur VGM merupakan modul dengan material polypropylene re-cycled dengan dimensi satu buah modul yaitu panjang 50 cm, lebar 25 cm dan tebal 56 cm. Pemasangan VGM dapat dilakukan dengan

21 88 mudah karena sudah terdapat pengait pada modul tersebut. Modul yang akan dipasang, disusun terlebih dahulu sesuai dengan luasan taman vertikal yang dibuat. VGM berfungsi sebagai tempat bagi media tanam. Struktur VGM pada tema Flaturistic juga disusun secara datar. Sistem irigasi pada struktur VGM dapat menggunakan sistem irigasi tetes melalui pipa. Air disalurkan dari pusat berupa pompa ke pipa yang dirancang jalurnya agar melalui VGM. Air akan menetes sedikit demi sedikit pada VGM dan dapat diatur intensitasnya dengan menggunakan kran air. Sistem ini dapat mencegah terbuangnya air lebih banyak atau dengan kata lain dapat menghemat penggunaan air. Konstruksi pada setiap tema memiliki bentuk permukaan yang berbeda. Konstruksi pada tema Flaturistic memiliki permukaan taman vertikal yang datar. Konstruksi pada tema Geo-relief memiliki ciri khas yaitu permukaan taman vertikal yang timbul. Konstruksi pada tema Arch-cone memiliki ciri khas yaitu permukaan taman vertikal dengan lengkungan berbentuk kerucut. Sedangkan sistem irigasi pada setiap tema menggunakan sistem irigasi yang sama. Konstruksi struktur taman vertikal beserta sistem irigasinya media tumbuh bagi tanaman pad ataman vertikal. Detail dari konstruksi dan irigasi dari taman vertikal dapat dilihat pada Gambar 49, Gambar 50, dan Gambar 51.

22

23

24

25 Desain Penanaman Pada rumah tipe Ponderosa standar yang menggunakan struktur taman vertikal berupa rangka besi menggunakan tanaman merambat untuk merambati taman vertikalnya. Tanaman merambat yang dipilih memiliki kemampuan penerimaan cahaya sedang karena dindingnya menghadap ke utara atau selatan. Tanaman merambat yang ditanam mulanya diberi perlakuan tertentu untuk mendapatkan pola yang diinginkan. Tanaman yang digunakan pada tipe ini adalah Hedera helix, Epipremnum sp, Ficus repens, dan Passiflora sp. Pada rumah tipe Ponderosa sudut yang menggunakan struktur taman vertikal berupa VGM menggunakan tanaman jenis penutup tanah untuk mengisi taman vertikalnya. Tanaman penutup tanah yang dipilih memiliki kemampuan penerimaan cahaya sedang karena dindingnya menghadap ke utara atau selatan. Tanaman penutup tanah ditanam secara vertikal pada modul VGM yang telah diisi dengan media tanam. Penanamannya diatur untuk mendapatkan pola yang diinginkan. Tanaman yang digunakan pada tipe ini adalah Althernantera sp, Chlorophytum sp, Cuphea hyssopifolia, Lantana camara, dan Serissa foetida. Pada rumah tipe Patula standar yang menggunakan struktur taman vertikal berupa rangka besi menggunakan tanaman merambat untuk merambati taman vertikalnya. Tanaman merambat yang dipilih memiliki kemampuan penerimaan cahaya sedang sampai penuh karena dindingnya menghadap ke timur. Tanaman merambat yang ditanam mulanya diberi perlakuan tertentu untuk mendapatkan pola yang diinginkan. Tanman yang digunakan pada tipe ini adalah Allamanda sp, Stephanotis sp, Epipremnum sp, dan Passiflora sp. Pada rumah tipe Patula sudut terdapat dua dinding. Dinding pertama adalah dinding depan garasi yang menghadap ke arah timur, sedangkan dinding kedua adalah dinding taman sisi rumah yang menghadap ke arah utara atau selatan. Pada dinding pertama, struktur, dimensi dan sifatnya sama dengan dinding pada Patula standar. Oleh karena itu pemilihan tanaman juga disamakan dengan Patula standar untuk memberikan kesan seragam. Pada dinding kedua yang menggunakan struktur taman vertikal berupa VGM menggunakan tanaman jenis penutup tanah untuk mengisi taman vertikalnya. Tanaman penutup tanah yang dipilih memiliki kemampuan penerimaan cahaya sedang karena dindingnya

26 93 menghadap ke utara atau selatan. Tanaman penutup tanah ditanam secara vertikal pada modul VGM yang telah diisi dengan media tanam. Penanamannya diatur untuk mendapatkan pola yang diinginkan. Tanaman yang digunakan pada tipe ini adalah Ophiopogon sp, Cuphea hyssopifolia, Lantana camara, dan Selaginella sp. Pemilihan tanaman untuk taman vertikal pada setiap tipe rumah perlu diketahui karakteristiknya untuk melihat kesesuaiannya terhadap kondisi lingkungan maupun estetikanya. Karakteristik tanaman ini meliputi sifat arsitektural dan hortikultural. Sifat arsitektural merupakan ciri fisik tanaman seperti bentuk dan warna daun, warna bunga, tekstur tanaman dan sebagainya. Sifat hortikultural diperlukan untuk melihat kemampuan tanaman dalam penerimaan cahaya matahari, penyiraman air, perakaran dan sebagainya. Sifat arsitektural dan horticultural dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sifat Arsitektural dan Hortikultural Tanaman untuk Taman Vertikal Spesies Arsitektural Hortikultural Allamanda sp Warna bunga kuning Penyinaran matahari penuh Warna daun hijau Penyiraman sedang Tekstur kasar Parakaran dari bawah Althernantera sp Warna daun hijau variegata Tekstur kasar Fungsi penyemarak Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman intensif Perakaran dari dalam modul VGM Chlorophytum sp Warna daun hijau variegata Penyinaran matahari sedang Bentuk daun memanjang Penyiraman sedang Congea tomentosa Tekstur halus Warna daun hijau Warna bunga puti Tekstur halus Perakaran dari dalam modul VGM Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman intensif Parakaran dari bawah

27 94 Cuphea hyssopifolia Warna bunga putih dan pink Warna daun hijau Tekstur halus Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman intensif Perakaran dari dalam modul VGM Epipremnum sp Warna daun hijau gradasi Penyinaran matahari sedang sampai penuh Tekstur kasar Daun berbentuk hati Penyiraman intensif Parakaran dari bawah Ficus repens Warna daun hijau Daun kecil dan menyebar Tekstur halus Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman intensif Kelembaban tinggi Hedera helix Warna daun hijau gradasi Tekstur halus Daun berbentuk bintang Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman intensif Parakaran dari bawah Lantana camara Warna bunga merah Penyinaran matahari sedang sampai penuh Warna daun hijau Penyiraman sedang Ophiopogon sp Tekstur halus Warna daun hijau Daun berbentuk seperti jarum Tekstur halus Perakaran dari dalam modul VGM Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman intensif Perakaran dari dalam modul VGM Passiflora sp Warna bunga merah Warna daun hijau Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman sedang Tekstur kasar Parakaran dari bawah

28 95 Selaginella sp Warna daun hijau Penyinaran matahari sedang Tajuk menyebar Penyiraman intensif Tekstur halus Perakaran dari dalam modul VGM Serissa foetida Warna daun hijau Daun tebal Penyinaran matahari sedang sampai penuh Penyiraman sedang Tekstur halus Perakaran dari dalam modul VGM Stephanotis sp Warna bunga putih Penyinaran matahari penuh Warna daun hijau Tekstur halus Penyiraman sedang Parakaran dari bawah Media tanam yang digunakan pada taman vertikal disesuaikan berdasarkan penanaman tanaman. Pada tanam vertikal dengan tipe rangka besi, penanaman dilakukan dari bawah. Hal ini menyebabkan media tanam tidak menambah bobot dari taman vertikal. Pada tipe rangka besi, media tanam yang digunakan dapat berupa tanah. Pada taman vertikal dengan tipe VGM, penanaman dilakukan pada modul VGM. Media tanam dimasukkan ke dalam VGM dan berperan sebagai tempat perakaran tanaman. Pada tipe ini, media tanam ikut mempengaruhi bobot dari taman vertikal. Untuk meminimalkan bobot dari taman vertikal, media tanam dipilih yang memiliki bobot yang rendah seperti campuran sekam dengan tanah, batang pakis, dan kompos.

29

30

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR i ii I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Tujuan.. 2 1.3 Manfaat 2 1.4 Kerangka Pikir. 3 II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Kota Berkelanjutan.. 4 2.2 Ruang Terbuka

Lebih terperinci

RINGKASAN. TRI UTOMO ZELAN NOVIANDI. A Desain Taman Vertikal pada Kluster Pine Forest, Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

RINGKASAN. TRI UTOMO ZELAN NOVIANDI. A Desain Taman Vertikal pada Kluster Pine Forest, Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. DESAIN TAMAN VERTIKAL PADA KLUSTER PINE FOREST, SENTUL CITY, BOGOR TRI UTOMOO ZELAN NOVIANDII DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN TRI UTOMO ZELAN NOVIANDI.

Lebih terperinci

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian 20 BAB III ME ETODOLOG GI 3 Lokasi dan 3.1 d Waktu Penelitian Sentuul City meruupakan kawaasan permukkiman di sebbelah timur kota k Bogor, d termasuuk wilayah Kabupaten Bogor. Senntul City terrletak pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall (

PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall ( 42 PERANCANGAN Perancangan Simonds (1983) mengatakan perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian dalam perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, dimana setiap volume

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) Disusun Oleh : Nama : Sasanti Setianingsih Nim : 11.01.2937 Kelas : 11.D3TI.02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Bisnis tanaman hias

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota Berkelanjutan Menurut King, Ross dan Yuen (1999) yang disitir oleh Uniaty (2008), kota berkelanjutan atau Eco-city adalah kota yang memiliki konsep berkelanjutan yang

Lebih terperinci

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU Pe n u lis Viva Rahwidhiyasa Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman Halaman sebuah rumah tinggal menjadi alternatif area beraktivitas keluarga di ruang luar. Khusus untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Tata Ruang Luar ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Program Studi Arsitektur Universitas Gunadarma Vinny Nazalita Elemen Lunak Aspek Arsitektural Aspek Artistik Visual Aspek Hortikultural Aspek Pengendali

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC.

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC. BAB IV KONSEP 1. Tataran Lingkungan / Komunitas Keterhubungan hasil rancangan ini pada komunitas pengguna komputer desktop untuk memberikan kualitas dan ragam produk kerajinan kriya yang dimasukan ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN 4.1 Konsep Desain 4.1.1 Kerangka Konsep Desain Gambar 4.1 Kerangka Konsep (Sumber : Qoni ah Azrina,2015) 101 102 4.1.2 Tema Tema yang digunakan dalam perancangan ini adalah

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

TAMAN VERTIKAL V-GA PENDAHULUAN

TAMAN VERTIKAL V-GA PENDAHULUAN PENDAHULUAN T TAMAN VERTIKAL V-GA aman vertikal sebagai sebuah taman yang menempel di dinding (pada umumnya), memerlukan sebuah sarana untuk meletakkan media tanam dan tanaman. Selain itu, apabila bidang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum

Lebih terperinci

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP. Gambar 5.1 Konsep. Sumber: Analisa Penulis, 2014

BAB 5 KONSEP. Gambar 5.1 Konsep. Sumber: Analisa Penulis, 2014 BAB 5 KONSEP 5.1 KONSEP UMUM Konsep yang ingin dibuat pada bangunan ini adalah konsep bangunan Islam yang selaras dengan bangunan di sekitarnya. Mengamati jadwal masing- masing pondok pesantren yang sangat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN 4.1. Konsep Desain 4.1.1 Kerangka Konsep Desain Gambar 4.1 Kerangka Konsep Sumber : Analisa Pribadi 4.1.2 Tema Tema yang di gunakan dalam perancangan ini adalah bee (lebah).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal.

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal. 1 SELEKSI DAN RAWAT AGLAONEMA Seleksi dan Rawat Aglaonema Sungkup plastik diikat dan digantung Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal. Karena itu, seleksi bibit yang unggul

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORI Kajian Teoritis

BAB II TELAAH TEORI Kajian Teoritis 2.1. Kajian Teoritis BAB II TELAAH TEORI 2.1.1. Lapangan Sepakbola Sepakbola adalah permainan bola kaki yang dimainkan antar dua tim dengan jumlah 11 orang pemain per tim. Dalam permainan ini pemain kecuali

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan Pintu dan Jendela 1. Pendahuluan Pintu dan jendela pada dasarnya terdiri dari: kusen (ibu pintu/jendela ) dan daun (pintu/jendela) Kusen adalah merupakan rangka pintu atau jendela yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. kemudian memunculkan ide dasar dalam perancangan sekolah alam Junrejo batu, lebih ide dasar konse dari perancangan akan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. kemudian memunculkan ide dasar dalam perancangan sekolah alam Junrejo batu, lebih ide dasar konse dari perancangan akan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep perancangan Konsep perancangan pada bembahasan bab ini diperoleh dari analisis tapak, analisis ruang, bentuk, utilitas dan struktur yang kemudian memunculkan ide dasar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai Tanaman cabai termasuk suku terung-terungan (Solanaceae), berbentuk perdu, dan tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai hibrida varietas Serambi dapat ditanam

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN LIMBAH BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

benar sebesar 30,8%, sehingga harus dilakukan kembali pengelompokkan untuk mendapatkan hasil proporsi objek tutupan lahan yang lebih baik lagi. Pada pengelompokkan keempat, didapat 7 tutupan lahan. Perkebunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci