BAB V DATA DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V DATA DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah adanya taman vertikal yaitu pemanfaatan dinding atau media vertikal lain sebagai media tumbuh tanaman. Taman vertikal berfungsi untuk menambah jumlah vegetasi dengan meminimalkan penggunaan lahan sebagai medianya. Dengan demikian taman vertikal dapat menjadi salah satu alternatif untuk menambah jumlah RTH di tengah permasalahan lahan yang semakin terbatas. Pine Forest dapat dicapai melalui jalan utama Sentul City, yakni Jalan Thamrin menuju Pine Forest walk dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum berupa ojek motor. Pine Forest Walk merupakan jalan penghubung antara jalan utama di Sentul City dengan kluster Pine Forest. Jalain ini memiliki panjang 1,4 km dengan lebar jalan 4-6 m dan dilengkapi saluran drainase terbuka selebar 0,75 m. Saat ini kondisi jalan ini sudah ditanami pohon di sisi jalannya seperti pohon pinus (Pinus merkusii) dan utilitas seperti jaringan listrik, komunikasi, jaringan air bersih dan lampu jalan. Jalan ini dibuat mengikuti kontur jalan yang bergelombang. Pine Forest dibangun pada lahan baru seluas kurang lebih 5 ha (Gambar 16). Adapun batas-batas Pine Forest adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pine Forest Walk. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan raya. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Green Valley. d. Sebelah Timur berbatasan dengan aliran anak sungai Cikeas. Kondisi umum Pine Forest jika ditinjau dari aspek geografi dan iklim tidak jauh berbeda dengan kondisi Sentul City pada umumnya. Kondisi topografi bervariatif dari kemiringan datar hingga curam. Suhu tertinggi diukur pada saat siang hari dapat mencapai 32 C. Dari aspek hidrologi, kluster Pine Forest terletak di sebelah barat dari aliran anak sungai Cikeas. Lebar aliran anak sungai Cikeas yang melalui kluster Pine Forest sekitar 7-10 meter.

2

3 39 Pembangunan tahap awal kluster Pine Forest (Gambar 17) direncanakan dibangun 150 unit rumah dan 36 unit rumah toko (ruko). Selain area terbangun, pada cluster ini juga terdapat area non terbangun, tepatnya di sebelah timur kluster yang berbatasan langsung dengan aliran anak sungai Cikeas. Area ini memiliki kemiringan yang cukup curam dan akan dimanfaatkan sebagai RTH kluster dengan fasilitas berupa jogging track yang mengitari sampai ke sisi aliran anak sungai Cikeas. Padaa bagian utara dan selatan dari kluster Pine Forest terdapatt area yang akan dikembangkan untuk tahap selanjutnya. Saat ini area tersebut masih ditanami pohon untuk penghijauan. Sama halnya dengann sisi barat dari kluster Pine Forest, area tersebut direncanakan akan dikembangkan sebagai kluster baru yang bernama Green Valley. Saat ini kondisi area tersebut masih merupakan lahan kosong dan belum dilakukan pembangunan. Gambar 17. Kondisi Tahap Pembangunan Kluster Pine Forest yang Terdiri Dari Pembangunan Gerbang Utama Kluster (kiri dan kanan atas), Pembangunan Rumah (kiri bawah), dan Area Jogging Track (kanan bawah).

4 Desain Bangunan Kluster Pine Forest Pada kluster Pine Forest yang memiliki luas kurang lebih 5 ha, luas area terbangun berupa elemen keras cukup mendominasi. Setidaknya tiga per empat bagian dari kluster tersebut merupakan area yang akan dibangun, sisanya akan dimanfaatkan sebagai area penghijauan. Area terbangun pada kluster Pine Forest tersebut terdiri dari bangunan baik itu rumah ataupun ruko, dan juga jalan serta fasilitas lainnya yang dibangun. Bangunan berupa rumah tersebut akan dirancang dengan konsep taman vertikal. Pine Forest memiliki 150 unit rumah dan 36 unit rumah toko. Terdapat dua tipe rumah pada kluster Pine Forest antara lain Pinus Ponderosa, tipe standar dan sudut serta Pinus Patula, tipe standar dan sudut (Gambar 18). Sedangkan untuk rumah toko, areanya dinamai dengan nama Pinus Niaga. Rumah tipe Pinus Ponderosa dan Patula ini dirancang dengan konsep taman vertikal. Pinus Ponderosa merupakan salah satu tipe rumah di Pine Forest dengan luas bangunan 53 m² dan luas tanah 90 m², atau dengan kata lain perbandingan luas bangunan dengan luas tanahnya adalah 53/90 m² (Gambar 19). Tipe Pinus Ponderosa yang berada di sudut luas bangunannya tetap 53 m² (denahnya berbeda) tetapi luas tanahnya sedikit berbeda menyesuaikan dengan luas tanah yang tersisa di bagian sudut (Gambar 20). Pinus Patula juga merupakan salah satu tipe rumah di Pine Forest yang memiliki luas bangunan dan luas tanah yang lebih besar daripada tipe Pinus Ponderosa. Luas bangunan pada tipe ini adalah 75 m² dan luas tanahnya 150 m², atau dengan kata lain perbandingan luas bangunan dengan luas tanahnya adalah 75/150 m² (Gambar 21). Tipe Pinus Patula yang berada di sudut luas bangunannya tetap 75 m² (denahnya berbeda) tetapi luas tanahnya sedikit berbeda menyesuaikan dengan luas tanah yang tersisa di bagian sudut (Gambar 22). Pinus Niaga merupakan nama untuk kawasan perniagaan yang berada tepat pada welcome area cluster Pine Forest. Kawasan ini terdiri dari 36 unit rumah toko (ruko). Luas bangunan pada satu unit ruko adalah 100 m² dan luas tanahnya 67,5 m².

5 41 Taman vertikal yang akan dibuat pada kluster Pine Forest direncanakan dibuat pada setiap dinding rumah. Dinding yang terdapat pada setiap tipe rumah memiliki dimensi yang berbeda. Dinding ini terbuat dari batu bata dan semen. a. Pinus Ponderosa standar Pada rumah tipe Pinus Ponderosa standar, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal adalah dinding yang terletak pada bagian depan rumah. Dinding ini tepatnya berada di teras rumah dan menghadap ke arah utara ataupun selatan. Dinding ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 255 cm, lebar 165 cm dan tebal 30 cm (Gambar 23). b. Pinus Ponderosa sudut Pada rumah tipe Pinus Ponderosa sudut, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal adalah dinding yang berada pada sisi rumah. Dinding ini berada pada sisi rumah yang menghadap ke sisi taman sudut dari rumah tersebut. Dinding ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 255 cm, lebar 425 cm dan tebal cm (Gambar 23). c. Pinus Patula standar Pada rumah tipe Pinus Patula standar, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal adalah dinding yang terletak pada bagian depan rumah. Dinding ini tepatnya berada di muka rumah dan menghadap ke arah carport. Dinding ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 513 cm, lebar 260 cm dan tebal 30 cm (Gambar 24). Bentuk dinding ini bukan merupakan balok utuh, tetapi berlubang dengan bentuk persegi panjang dengan skala manusia yang berfungsi sebagai sirkulasi manusia. d. Pinus Patula sudut Pada rumah tipe Pinus Patula sudut, dinding yang akan dijadikan sebagai media tumbuh tanaman pada taman vertikal ada 2 dinding, yaitu dinding depan rumah dan dinding sisi rumah (Gambar 24). Dinding depan rumah merupakan dinding yang langsung menghadap carport. Bentuk dan dimensinya pun sama dengan Pinus Patula standar. Dinding sisi rumah terletak pada sisi rumah yang menghadap ke taman sudut rumah tersebut. Dinding sisi ini memiliki dimensi antara lain, tinggi 255 cm, lebar 230 cm dan tebal 15 cm.

6

7

8

9

10

11

12

13 Iklim Mikro Berdasarkan data suhu udara yang didapat dari pengukuran langsung di tapak, suhu maksimum Pine Forest pada siang hari adalah 34 ºC. Pada suhu tersebut kenyamanan berkurang sehingga diperlukan penambahan jumlah vegetasi untuk menurunkan suhu udara. Curah hujan di Pine Forest sama dengan Sentul City yaitu 4000 mm/ tahun. Tingginya curah hujan dapat dimanfaatkan untuk mengairi taman vertikal di Pine Forest, khususnya taman vertikal yang langsung berhadapan dengan lingkungan luar (outdoor). Hal ini dapat menghemat penggunaan energi air untuk irigasi taman vertikal. Sistem irigasi dan drainase yang baik diperlukan dalam mengontrol jumlah air hujan yang diterima Pine Forest. Angin di Pine Forest berkecepatan 2-3 m/ detik dominan bertiup dari utara ke selatan pada musim kemarau dan dari selatan ke utara pada musim hujan. Angin yang melalui Pine Forest bermanfaat dalam meningkatkan kenyamanan Cahaya Matahari Berdasarkan koordinat garis lintang, posisi kluster Pine Forest berada pada bagian bumi selatan. Sinar matahari akan berbeda arah datang sinarnya sesuai posisi matahari terhadap bumi. Hal ini berpengaruh pada penerimaan cahaya matahari terhadap dinding taman vertikal yang memiliki arah hadap yang berbeda pada setiap tipe. Arah hadap dinding taman vertikal pada kluster Pine Forest diantaranya menghadap ke arah utara, selatan dan timur. Posisi dan arah hadap dinding taman vertikal mempengaruhi efektivitas taman vertikal dalam fungsinya mereduksi radiasi matahari. Indonesia yang memiliki dua musim akan mengalami penyinaran matahari sepanjang tahun. Pergeseran semu matahari menyebabkan cahaya matahari akan datang dari arah yang berbeda pada setiap musimnya (Gambar 25). Arah datang sinar matahari juga mempengaruhi penyinaran terhadap tanaman yang tumbuh pada taman vertikal.

14 50 Gambar 25. Arah Datang Sinar Matahari Pada negara tropis seperti Indonesia, pergerakan semu matahari tidak terlalu besar berpangaruh, sehingga Indonesia akan mengalami penyinaran sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan dinding taman vertikal akan terkena sinar matahari sepanjang tahun walaupun arah hadap dinding-dinding itu berbeda. Dinding yang menghadap ke timur atau barat akan mendapatkan intensitas penyinaran yang lebih banyak daripada dinding yang mengahadap ke utara atau selatan (Gambar 26). Intensitas penyinaran yang berbeda akan mempengaruhi suhu suatu zona. Semakin tinggi intensitas sinar matahari, maka suhu lingkungan juga semakin tinggi. Untuk mendapatkan suhu yang nyaman, peranan taman vertikal diperlukan. Tanaman yang terdapat pada taman vertikal akan membantu meningkatkan kenyamanan tersebut. Intesitas penyinaran juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, sehingga pemilihan tanaman yang tepat menjadi sangat penting dalam mewujudkan taman vertikal yang ideal.

15 51 Pada rumah tipe Pinus Ponderosa baik standar maupun sudut, arah hadap dindingnya adalah utara atau selatan. Dinding ini tetap mendapatkan sinar matahari walaupun intensitasnya tidak sebanyak dinding yang menghadap timur atau barat. Pada dinding rumah tipe Pinus Ponderosa, tanaman yang akan digunakan adalah tanaman seminaungan. Dinding rumah tipe Pinus Patula akan mendapatkan penyinaran yang lebih banyak daripada tipe Ponderosa karena dindingnya menghadap ke arah timur. Pada tipe ini tanaman yang digunakan dapat dipilih tanaman berbunga yang kuat terhadap penyinaran matahari. April - September Oktober - Maret U Pagi hari S U Tengah hari S U Sore hari S Keterangan : Bayangan Gambar 26. Penyinaran Matahari pada Setiap Bulan (Knowles, 2003)

16

17 Sirkulasi dan Aktivitas Pengguna Pengguna tapak pada kluster Pine Forest yang utama adalah penghuni rumah di Pine Forest itu sendiri. Pine Forest dapat dicapai melalui Pine forest walk menuju gerbang utama Pine Forest. Sirkulasi utama dimulai dari gerbang utama Pine Forest menuju ke setiap jalan perumahan di blok Pine Forest. Sirkulasi ini dapat dilalui kendaraan maupun pejalan kaki. Sirkulasi lain merupakan sirkulasi pejalan kaki pada jogging track di area hijau Pine Forest (Gambar 28). Aktivitas manusia di Pine Forest terjadi di rumah, taman rumah, jalan perumahan dan area hijau Pine Forest. Aktivitas di taman rumah merupakan aktivitas yang memungkinkan penggunanya untuk menikmati taman vertikal secara visual. Pada rumah tipe Pinus Ponderosa standar, ruang untuk menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pada luar rumah ataupun dari garasi rumah. Teras rumah tidak terlalu luas sehingga butuh jarak yang lebih jauh untuk menikmati visual taman vertikal secara keseluruhan (Gambar 29). Pada rumah tipe Pinus Ponderosa sudut, ruang untuk menikmati taman vertikal dapat dilakukan pada taman rumah. Taman rumah cukup luas sehingga aktivitas menikmati taman vertikal dapat dilakukan bersama dengan aktivitas lain seperti duduk, berbincang-bincang, minum dan sebagainya (Gambar 29). Pada rumah tipe Pinus Patula standar, ruang untuk menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pada luar rumah. Dinding menghadap ke arah timur tepatnya langsung berhadapan dengan garasi. Aktivitas menikmati visualnya dilakukan dari jalan perumahan maupun dari garasi (Gambar 30). Pada rumah tipe Patula sudut, ruang untuk menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pada dua tempat. Dinding pertama yang terletak di depan rumah bersifat sama dengan dinding pada rumah tipe Patula sudut. Aktivitas menikmati visualnya dapat dilakukan dari jalan perumahan maupun dari garasi. Dinding kedua terletak di sisi rumah yang langsung berhadapan dengan rumah. Aktivitas menikmati taman vertikal secara visual dapat dilakukan pad ataman rumah bersama dengan aktivitas lain seperti duduk, berbincang-bincang, minum dan sebagainya (Gambar 30).

18

19

20

21 Struktur Taman Vertikal Pemilihan struktur taman vertikal yang akan diterapkan pada setiap tipe rumah ditentukan berdasarkan dimensi dinding dan ruang hadap dinding. Berdasarkan data dari hasil inventarisasi terdapat 4 tipe rumah dengan dimensi dinding sebagai berikut: 1. Pinus Ponderosa standar Tinggi: 255 cm; lebar: 165 cm; tebal: 30 cm 2. Pinus Ponderosa sudut Tinggi: 255 cm; lebar: 425 cm; tebal: cm 3. Pinus Patula standar Tinggi: 513 cm; lebar: 260 cm; tebal: 30 cm 4. Pinus Patula sudut a. Tinggi: 513 cm; lebar: 260 cm; tebal: 30 cm b. Tinggi: 255 cm; lebar: 230 cm; tebal: 15 cm Dinding yang relatif lebih lebar memungkinkan untuk peletakkan taman vertikal yang lebih luas. Pada dimensi dinding yang relatif luas ini akan ditempatkan taman vertikal dengan tipe Vertical Greening Module (VGM). Dinding yang relatif lebih sempit memungkinkan untuk peletakkan taman vertikal yang bersifat fleksibel (dapat ditentukan ukurannya). Pada dimensi dinding yang relatif sempit ini akan ditempatkan taman vertikal dengan tipe rangka besi. Selain dimensi dinding, ruang di hadapan dinding juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan struktur taman vertikal (Tabel 7). Ruang di hadapan dinding dibagi menjadi kategori sempit dan luas berdasarkan standar orang untuk melakukan aktivitas minimal duduk sambil menikmati minuman. Menurut Neufert, standar satu orang untuk melakukan aktivitas duduk sambil menikmati minuman memiliki lebar cm (Gambar 31). Ruang di hadapan taman vertikal perlu dipertimbangkan untuk menentukan tipe taman vertikal yang sesuai atau tidak banyak makan luas area. Pada rumah dengan ruang hadap taman vertikal yang relatif sempit, taman vertikal yang akan dipilih adalah tipe yang tidak terlalu banyak makan tempat (luas area). Sedangkan pada rumah dengan ruang hadap taman vertikal yang relatif luas, memungkinkan untuk memilih taman vertikal dengan lebar lebih.

22 58 Gambar 31. Standar Orang Duduk pada Kursi (Neufert, 1999) Pada tipe ponderosa standar, ruang di hadapan dinding taman vertikal yang berupa teras rumah cukup sempit. Teras rumah ini memiliki panjang 3 m dan lebar 1,65 m. Pada dimensi luasan teras ini, aktivitas yang dilakukan hanya berdiri dan melihat. Aktivitas duduk pada kursi sulit dilakukan karena terlalu sempit. Luas teras yang sempit memungkinkan untuk membuat taman vertikal dengan lebar media tumbuh yang tidak memakan tempat. Pada tipe ponderosa sudut, dinding taman vertikal terletak di sisi rumah dan langsung berhadapan dengan taman sudut yang cukup luas. Lebar dari taman ini adalah 4,25 m dan memanjang di sisi rumah. Taman dengan dimensi ini memungkinkan terjadinya aktivitas di taman seperti duduk, bersantai, berbincangbincang dan sebagainya. Dengan ruang di hadapan taman vertikal yang cukup luas, maka pada rumah ini dapat diterapkan taman vertikal dengan tipe ramping atau tipe yang lebih lebar. Pada tipe patula standar dinding menghadap ke arah carport. Lantai carport yang memiliki panjang 5,5 m dan lebar 3 m ini memang lebih luas daripada teras ponderosa standar, tetapi jika digunakan untuk memarkir mobil, ruang yang tersisa menjadi sempit. Luas ruang tersisa yang sempit ini memungkinkan dibuat taman vertikal dengan tipe yang ramping. Tipe taman vertikal yang tergolong ramping misalnya dengan menggunakan rangka besi yang ditempelkan pada dinding.

23 59 Pada tipe patula sudut terdapat dua dinding taman vertikal. Dinding pertama yang terletak di depan rumah dan menghadap ke carport memiliki kondisi yang sama dengan dinding pada patula standar, sehingga taman vertikal yang akan diterapkan merupakan tipe yang ramping. Dinding kedua terdapat pada sisi rumah dan menghadap langsung ke arah taman sudut yang cukup luas. Kondisinya sama dengan dinding pada ponderosa sudut sehingga taman vertikal yang dapat diterapkan merupakan tipe ramping atau tipe yang lebih lebar. Tabel 7. Analisis Pemilihan Struktur Taman Vertikal Tipe Rumah Muka dinding (m²) Ruang hadap (m²) Kategori ruang hadap Struktur Taman vertikal Ponderosa Standar Sempit Rangka besi Sudut Luas VGM Pinus Patula Standar Sudut (a) Sempit (termakan garasi mobil) Sempit (termakan garasi mobil) Rangka besi Rangka besi Sudut (b) Luas VGM Dari tabel 7, diperoleh 2 macam struktur yang dapat diterapkan pada cluster Pine Forest yaitu struktur rangka besi dan Vertical Greening Module (VGM). Struktur rangka besi dapat diaplikasikan pada ruang yang relatif sempit sehingga struktur ini tidak memakan banyak ruang. VGM dapat diterapkan pada ruang yang relatif lebih luas.

24 Tanaman untuk Taman Vertikal Tanaman yang dapat tumbuh pada taman vertikal memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tanaman yang akan digunakan pada taman vertikal ditentukan berdasarkan tipe struktur taman vertikal dan intensitas penyinaran pada dinding setiap tipe rumah (Tabel 8). Tabel 8. Analisis Penentuan Karakteristik Tanaman Tipe Rumah Struktur Taman vertikal Arah hadap dinding Intensitas penyinaran Karakteristik tanaman Pinus Ponderosa Standar Rangka Besi Utara / selatan Semi naungan Tanaman merambat, perakaran di dalam tanah, tanaman semi naungan Sudut VGM Utara / selatan Semi naungan Tanaman groundcover, dapat ditanam pada VGM, tanaman semi naungan Pinus Patula Standar Rangka besi Timur Cahaya penuh Tanaman merambat, perakaran di dalam tanah, tanaman dengan penyinaran penuh Sudut (a) Rangka besi Timur Cahaya penuh Tanaman merambat, perakaran di dalam tanah, tanaman dengan penyinaran penuh Sudut (b) VGM Utara / selatan Semi naungan Tanaman groundcover, dapat ditanam pada VGM, tanaman semi naungan Jenis tanaman yang dapat tumbuh pada taman vertikal ditentukan dengan mengacu pada karakteristik tanaman yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan melihat dari karakteristiknya, dipilih beberapa tanaman yang sesuai dengan karakteristik tersebut. Tanaman tersebut antara lain tanaman merambat tanaman penutup tanah. Tanaman ini dianalisis untuk mendapatkan tanaman yang sesuai bagi taman vertikal (Tabel 9).

25 61 Tabel 9. Analisis Jenis Tanaman Nama Tanaman Jenis Tanaman Penyinaran Penanaman Struktur Merambat Penutup tanah Cahaya penuh Semi naungan Dari bawah / tanah Pada media VGM Rangka Besi Allamanda sp x x x x x x Althernantera sp x x x x x Arachis pintoi x x x x x Bougainvillea sp x x x x x x Carex morrowii x x x x x Celosia sp x x x x x Chlorophytum sp x x x x x Clitoria ternatea x x x x x x x Congea tomentosa x x x x x x x Cuphea hyssopifolia x x x x x Epipremnum sp x x x x x Episcia cupreata x x x x Ficus repens x x x x x x x Hedera helix x x x x x Hemigraphis alternata x x x x x Ipomea tricolor x x x x x x x VGM

26 62 Nama Tanaman Jenis Tanaman Penyinaran Penanaman Struktur Merambat Penutup tanah Cahaya penuh Semi naungan Dari bawah / tanah Pada media VGM Rangka Besi Jasminum sp x x x x x x Lantana camara x x x x x Mandevilla sp x x x x Mansoa hymenaea x x x x x x Ophiopogon sp x x x x x Pandanus pygmaeus x x x x x Passiflora sp x x x x x x x Petunia sp x x x x Piper betle x x x x x x x Rhoeo discolor x x x x x x Selaginella sp x x x x x Serissa foetida x x x x x x Stephanotis sp x x x x Tillandsia usneoides x x x x x Torenia fournieri x x x x x Verbena lanciniata x x x x x VGM

27 63 Berdasarkan Tabel 10, beberapa jenis tanaman telah dianalisis untuk mendapatkan kesesuaian dengan struktur taman vertikal yang tersedia. Analisis ini mempertimbangkan penyinaran matahari sehingga dapat diketahui jenis tanaman yang sesuai untuk tipe rumah dan struktur taman vertikal. Tabel 10. Jenis Tanaman yang Dapat Digunakan pada Setiap Tipe Taman Vertikal Tipe Rumah Struktur Jenis Tanaman Ponderossa standar Rangka besi Congea tomentosa Epipremnum sp Ficus repens Hedera helix Passiflora sp Ponderosa sudut VGM Althernantera sp Chlorophytum sp Cuphea hyssopifolia Episcia cupreata Lantana camara Ophiopogon sp Pandanus pygmaeus Patula standar Rangka Besi Allamanda sp Congea tomentosa Hedera helix Mandevilla sp Passiflora sp Stephanotis sp a. Rangka Besi Allamanda sp Congea tomentosa Hedera helix Mandevilla sp Passiflora sp Stephanotis sp Patula sudut b. VGM Althernantera sp Carex morrowii Cuphea hyssopifolia Episcia cupreata Ophiopogon sp Pandanus pygmaeus Petunia sp

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 68 BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 7.1 Tema Desain Desain merupakan tahap setelah perencanaan yang menghasilkan gambar lebih detil. Desain taman vertikal di kluster Pine Forest, Sentul City merupakan implementasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR i ii I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Tujuan.. 2 1.3 Manfaat 2 1.4 Kerangka Pikir. 3 II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Kota Berkelanjutan.. 4 2.2 Ruang Terbuka

Lebih terperinci

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian 20 BAB III ME ETODOLOG GI 3 Lokasi dan 3.1 d Waktu Penelitian Sentuul City meruupakan kawaasan permukkiman di sebbelah timur kota k Bogor, d termasuuk wilayah Kabupaten Bogor. Senntul City terrletak pada

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

RINGKASAN. TRI UTOMO ZELAN NOVIANDI. A Desain Taman Vertikal pada Kluster Pine Forest, Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

RINGKASAN. TRI UTOMO ZELAN NOVIANDI. A Desain Taman Vertikal pada Kluster Pine Forest, Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. DESAIN TAMAN VERTIKAL PADA KLUSTER PINE FOREST, SENTUL CITY, BOGOR TRI UTOMOO ZELAN NOVIANDII DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN TRI UTOMO ZELAN NOVIANDI.

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN (Analisis Contur)... 15 4.1 PENDAHULUAN... 15 4.1.1 Deskripsi Singkat... 15 4.1.2 Manfaat... 15 4.1.3 Learning Outcomes... 15 4.2 URAIAN MATERI... 15 4.2.1 Peta Kontur...

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall (

PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall ( 42 PERANCANGAN Perancangan Simonds (1983) mengatakan perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian dalam perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, dimana setiap volume

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung Binar T. Cesarin Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM 3.1. DATA WILAYAH KABUPATEN BANTUL 1 3.1.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bantul Kecamatan Sewon termasuk Hierarki III merupakan sub pusat pengembangan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Daerah rawan banjir merupakan daerah yang mudah atau mempunyai

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Daerah rawan banjir merupakan daerah yang mudah atau mempunyai BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Daerah rawan banjir merupakan daerah yang mudah atau mempunyai kecenderungan untuk terlanda banjir. Analisa daerah rawan banjir yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Tapak Analisis tapak merupakan kegiatan analisa terhadap kondisi lingkungan sekitar objek rancangan. 4.1.1 Pemilihan Tapak Perancangan Arboretum Tanaman Hias berada

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 TEMA PENGEMBANGAN DESAIN Proses merancang bangunan untuk mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi, mengurangi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Pengertian Tapak 4.1.1 Tapak Tapak adalah suatu wilayah atau lahan atau tempat dimana suatu fungsi atau fasilitas atau bangunan akan ditempatkan atau didirikan. Data Tapak Nama

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci