PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt
|
|
- Farida Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green belt dan pereduksi kebisingan), tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro, tata hijau untuk konservasi tanah dan air, tata hijau untuk habitat satwa, serta tata hijau sebagai fungsi estetis. Tata Hijau Penyangga Green Belt Tata hijau penyangga mempunyai fungsi antara lain untuk menjerap debu serta peredam kebisingan. Tata hijau sebagai penjerap debu dialokasikan di green belt di keliling kawasan industri. Tata hijau sebagai penjerap debu menggunakan vegetasi semak dan pohon. Pemilihan vegetasi terutama yang memiliki daun yang rimbun, permukaan daun yang kasar atau berbulu, berdaun jarum, memiliki kerapatan trikoma tinggi, serta toleran terhadap polutan. Untuk menjerap debu (emisi), digunakan 3 spesies tanaman pada area yang berbeda. Vegetasi pohon yang digunakan pada area green belt yaitu kayu putih (Eucalyptus sp.) sesuai dengan hasil analisis jerapan debu oleh tanaman dengan metode gravimetri. Jumlah vegetasinya yaitu batang. Pola penanaman yang digunakan yaitu pola penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan keliling pabrik meter maka jumlah baris untuk penanaman vegetasi tersebut adalah 4 baris. Pada area green belt juga ditanam tanaman akasia (Acacia mangium) dengan jumlah satu baris tanaman sebagai pembatas area green belt dengan area industri dengan jumlah tanaman 4133 batang (Gambar 4). Vegetasi semak yang digunakan yaitu bougenvill (Bougenvilla sp.) yang ditanam menutupi cabang pohon utama. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah debu yang keluar dari area industri (Gambar 11). Selain itu, tata hijau penyangga untuk menjerap debu serta peredam kebisingan juga dikembangkan pada area industri seperti area plant (pabrik), area coustic soda, area pengolahan limbah dan air bersih, area unit pembuatan kertas, dan area gudang ruang konperting. Pada area-area tersebut digunakan tanaman akasia (Acacia mangium). Jumlah tanaman yang digunakan yaitu 8889 batang
2 69 dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Vegetasi tersebut dikombinasikan dengan semak bougenvill (Bougenvilla sp.), yang ditanam mengelilingi area green belt yang menutupi batang utama pohon yang dimaksudkan untuk mencegah debu keluar (Gambar 11). Pereduksi Kebisingan Vegetasi yang digunakan untuk peredam kebisingan adalah yang mempunyai tajuk yang rapat, kerapatan daun yang tinggi dan mempunyai daun yang padat dari permukaan tanah sampai ke atas, ukuran daun besar, kuat, berstruktur keras, dan ditempatkan dekat dengan sumber kebisingan. Vegetasi ini lebih difokuskan untuk ditanam di area power plant baik itu power plant batu bara maupun power plant gas. Dengan luas 8 Ha, jumlah populasi pohon yang ditanam sebanyak 8889 batang. Jenis tanaman yang digunakan untuk meredam kebisingan antara lain kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (acacia manguim) serta tanjung (Mimusoph elengi) bila ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Sebab, vegetasi untuk peredam kebisingan harus ditanam rapat, sehingga area dengan sumber kebisingan yang relatif besar ditanam dengan jarak tanam yang relatif rapat (Gambar 7). Kombinasi semak seperti bougenvill (Bougenvilla sp.) ditanam di sekitar area power plant tersebut untuk menutupi celah dari penanaman vegetasi pohon sehingga kebisingan dari power plant dapat direduksi dengan baik (Gambar 11). Tabel 10. Rencana Penanaman di Kawasan Industri No Jenis penanaman Luas penanaman Jarak tanam (m x m) Populasi (Batang) (Ha) 1 Area Green Belt 14 3 x Area Pabrik/Plant 8 3 x Area Bukit 10 3 x Area Pemukiman 7 3 x Area Selamat Datang 5 3 x Area Hijau di Kawasan Industri 81 6 x
3 70 Tata Hijau untuk Ameliorasi Iklim mikro Tata hijau untuk ameliorasi iklim mikro di daerah tropis yang paling utama adalah sebagai peneduh. Vegetasi yang dipilih yaitu vegetasi dengan tajuk massif dan berstrata, berbentuk memayung, bersifat evergreen, penanaman dilakukan dengan jumlah banyak, serta tahan terhadap polusi. Vegetasi peneduh terutama dialokasikan disekitar tepi jalan dan lokasi parkir, dengan posisi dan radius yang relatif tegak lurus terhadap arah penyinaran matahari serta vegetasi yang ditanam (Gambar 13). Vegetasi yang digunakan tidak mempunyai cabang terendah yang lebih rendah dari tinggi kendaraan bermuatan yang umum lewat, tajuk tidak terlalu rapat sehingga masih ada cahaya matahari yang masuk untuk mengurangi tingkat kelembaban, bentuk tajuk memayung seperti spread, bulat, atau dome dengan cabang dan batang yang keras, evergreen, tanaman hias daun, maupun hias bunga. Jenis tanaman yang dipilih sebagai peneduh antara lain: Swietenia mahogani (mahoni), Samanea saman (trembesi), Cassia multijuga (cassia) dan tanjung (Mimusoph elengi). Untuk area selamat datang, tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh di tepi jalan yaitu tanaman tanjung (Mimusoph elengi). Tanaman ini di tanam di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga area main office (Gambar 4) dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Kombinasi vegetasi semak juga ditanam pada area ini seperti soka (Ixora sp.) (Gambar 9). Untuk area Power Plant tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah tanjung (Mimusoph elengi) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak bougenvil (Bougenvilla sp.). Untuk area Caustic Soda tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah trembesi (Samanea saman) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak bougenvil (Bougenvilla sp.). Untuk area Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment) dan area Pengolahan Air Bersih (Fresh Water Treatment) tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah mahoni (Swietenia mahogani) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak soka (Ixora sp.). Untuk area Unit Pembuatan Kertas dan Gudang Ruang Konperting tanaman yang digunakan sebagai tanaman peneduh tepi jalan adalah cassia (Cassia multijuga) dengan jarak tanam 6 m x 6 m dengan kombinasi semak soka (Ixora sp.) (Gambar 5).
4 71 Tata Hijau untuk Konservasi Tanah dan Air Tata hijau untuk konservasi tanah dan air terutama di sekitar tepi sungai yang curam dan peka terhadap erosi serta area bukit di depan main office yang rawan terhadap longsor. Vegetasi yang digunakan mempunyai penutupan yang rapat, perakaran yang dalam dan laju transpirasi rendah. Untuk area disekitar tepi sungai ditanam tanaman Barringtonia asiatica dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Untuk area bukit ditanam tanaman kayu putih (Eucalyptus sp.). Pola penanaman yang dilakukan adalah dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Selain itu, semak seperti soka (Ixora sp.) digunakan pada penanaman di area bukit ini. (Gambar 10) Tata Hijau untuk Habitat Satwa Tata hijau untuk habitat satwa terutama ditempatkan di bukit di depan main office. Vegetasi sebagai habitat burung terutama yang menghasilkan makanan yang disukai burung baik buah, biji, nektar maupun serangga, mempunyai struktur daun setengah rapat sampai rapat, struktur percabangan yang banyak, tajuk yang kuat dan tidak terlalu lebat. Pola penanaman yang dilakukan berkelompok, sebab lebih disukai oleh habitat burung. Jenis-jenis tanamannya antara lain, Bauhinia purpurea (bunga kupu-kupu), Terminalia cattapa (ketapang), Callophyllum inophyllum (Nyamplung), Antidesma bunius (buni), beringin (Ficus benjamina). Tanaman seperti bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) di tanam di tepi bukit yang mengarah ke area selamat datang, sehingga terlihat lebih estetis karena tanaman tersebut memiliki bunga yang indah. Tanaman tersebut ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Untuk tanaman ketapang (terminalia cattapa), nyamplung (Callophyllum inophyllum), dan buni (Antidesma bunius) di tanam bergantian (selang-seling) dengan jarak tanam 6 m x 6 m. (Gambar 10). Tata Hijau sebagai Fungsi Estetis Penggunaan vegetasi untuk fungsi estetis digunakan di semua area terutama area selamat datang, area main office, area sekitar jalan dan median jalan, serta area perumahan karyawan. Tanaman untuk fungsi estetis dipilih yang berukuran relatif kecil (mungil), indah baik hias daun, hias bunga maupun karena
5 72 struktur percabangan yang menarik. Pemilihan tanaman yang berukuran kecil seperti semak, dan penutup tanah bertujuan agar gedung main office tetap mencolok dan tidak terhalangi oleh tanaman sebagai pelengkap bangunan. Walaupun demikian, jenis pohon tetap digunakan terutama jenis pohon peneduh karena iklim tapak yang relatif panas. Jenis tanaman semak yang digunakan adalah soka (Ixora sp.) dan tanaman teh-tehan (Acalypha macrophylla). Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah tanaman kacang-kacangan (Arachis pintoi). Penanaman di taman depan main office dan area penerimaan ditata secara semi formal (simetris dan geometris organik) dan dikombinasikan dengan gradasi ketinggian melalui pemangkasan dan modifikasi kontur tapak yang relatif datar. Pemangkasan dengan metode topiyari yang sudah ada dipertahankan karena tanaman terlihat lebih estetis. Penggunaan vegetasi dapat dikombinasikan dengan elemen taman yang lain seperti air dan batu. Penggunaan elemen air dilakukan dengan membuat kolam dan air terjun untuk menyegarkan dan memberikan kesan dinamis. Pembuatan kolam air terjun pada taman di depan main office memberikan pemandangan yang baik dan dapat mengurangi kesan kaku oleh area pabrik di sekitarnya. Penanaman di sekitar kolam terutama menggunakan tanaman semak dan perdu hias sedangkan pohon besar digunakan sebagai peneduh. Fungsi tanaman sebagai pengarah dan pelembut struktur bangunan juga termasuk tata hijau untuk fungsi estetis. Vegetasi pengarah terutama digunakan dalam lokasi industri, sebagai pemisah jalur kendaraan atau di kiri dan kanan jalan. Kriteria pemilihan tanaman antara lain mempunyai batang yang besar, percabangan sedikit, daun sedikit, tinggi. Vegetasi pengarah ditata secara simetris dengan preferensi terhadap satu jenis tanaman dan untuk mengurangi kesan monoton pola penanaman dapat dikombinasikan dengan pola organik. Selain itu, digunakan kombinasi tanaman jenis evergreen dan deciduous akan memberikan aksen dan variasi visual menurut musim. Penggunaan tanaman pengarah diutamakan yang dapat memenuhi fungsi estetis. Khusus untuk median jalan digunakan semak rendah dengan bentuk daun dan bunga yang menarik. Vegetasi sebagai pelembut struktur bangunan digunakan di sekitar dinding plant dan bangunan gudang yang memberikan kesan kaku dan monoton. Pemilihan tanaman berdasarkan nilai estetis tanaman, terutama tanaman semak
6 73 dan pohon yang mempunyai tajuk yang tidak lebat, bentuk tajuk melingkar atau kolumnar dan jenis-jenis tanaman yang mempunyai sedikit percabangan seperti ketapang (Terminalia cattapa). Tabel 11. Jenis Penanaman dan Jenis Tanaman di Kawasan Industri No Jenis Penanaman Jenis Tanaman Keterangan 1 Green Belt Pada Area Batas Kawasan 2 Pereduksi kebisingan 3 Tepi jalan sepanjang area selamat datang hingga main office 4 Tepi jalan di sepanjang area pabrik/plant Kayu Putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia mangium), bougenvil (Bougenvilla sp.), Tanjung (Mimusoph elengi) kayu putih (Eucalyptus sp.), akasia (Acacia manguim) tanjung (Mimusoph elengi) bougenvil (Bougenvilla sp.) tanjung (Mimusops elengi). soka (Ixora sp.) tanjung (Mimusoph elengi), bougenvil (Bougenvilla. sp), trembesi (Samanea saman), mahoni (Swietenia mahogani), soka (Ixora sp.), cassia (Cassia multijuga). Keliling kawasan industri tersebut sekitar meter. Penanaman yang dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Jumlah baris tanaman yang ditanam adalah 4 baris. di area power plant dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Kombinasi semak menutupi celah batang pohon utama. Di sepanjang jalan dari pintu masuk hingga area main office dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Di sepanjang jalan yang menghubungkan pabrik/plant yang satu dengan yang lain penanaman dengan jarak tanam 6 m x 6 m. 5 Hutan konservasi Barringtonia asiatic, kayu putih (Eucalyptus sp.), soka (Ixora sp.) 7 Gerbang Area Selamat Datang palem raja (Roystonea regia), Delonix regia (flamboyan), soka (Ixora sp.). 8 Main Office Teh-Tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp.) 9 Median jalan Teh-Tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp.) Di area tepi sungai yang rawan terkena erosi dan area bukit yang rawanlongsor. Penanaman dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Penanaman dengan jarak tanam 6 m x 6 m. Penanaman dengan dibentuk menjadi topiyari sehingga terlihat lebih formal. Penanaman dengan dibentuk menjadi pola organik. Fasilitas Rencana fasilitas yang akan dikembangkan berupa penataan fasilitas yang diperlukan serta penambahan fasilitas yang terkait dengan rambu-rambu lalu lintas sebagai penunjuk jalan, pemisahan jalur dan pengamanan tikungan. Selain itu, dilakukan penambahan fasilitas di kawasan industri tersebut dengan menambahkan fasilitas di perumahan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi, fasilitas
7 74 shelter, area parkir, lampu, serta bangku taman. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk menunjang produktifitas dari karyawan pabrik tersebut. Fasilitas perumahan Penempatan perumahan karyawan terletak di area depan dengan mempertimbangkan pola penyebaran debu dari lokasi industri dan jarak dengan lokasi perumahan karyawan yang ada. Rumah untuk karyawan dibedakan antara rumah untuk karyawan yang sudah berkeluarga dan rumah untuk karyawan yang belum berkeluarga. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang dapat mencegah masuknya debu ke area pemukiman yaitu dengan menanam tanaman kayu putih (Eucalytus sp.) dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Fasilitas olahraga Fasilitas olahraga yang ada terletak di lahan kosong di sekitar area perumahan. Fasilitas olahraga yang tersedia yaitu lapangan sepak bola dan lapangan basket. Lapangan olahraga tetap ditempatkan pada posisi semula karena terletak pada zona non produksi sehingga berolahraga pun dapat menjadi aman dan nyaman. Di sekitar lapangan olahraga ditanam vegetasi yang berguna untuk menambah kesejukan yaitu dengan menanam kayu putih (Eucalyptus sp.), atau tanjung (Mimusoph elengi), dengan jarak tanaman 3 m x 3 m. Fasilitas rekreasi Fasilitas rekreasi disediakan di area non produksi berupa hutan rekreasi di area bukit. Hutan rekreasi tersebut nantinya digunakan sebagai sarana untuk outbond sehingga perlu ditanam berbagai macam tanaman yang sesuai dengan hutan rekreasi tersebut. Hutan rekreasi ini juga dibuat sesuai dengan hutan sebenarnya dimaksudkan agar suasana yang tercipta di hutan ini lebih terasa dengan adanya kicauan burung dan habitat satwa yang lainnya. Shelter Shelter diletakkan di depan kantor, dan di depan area pabrik yang dipisahkan dengan jalur hijau berupa semak dan perdu untuk meningkatkan kenyamanan. Lampu Lampu jalan yang digunakan memiliki tinggi tiang sekitar 20 meter dengan sistem mati hidup (on-off) lampu secara switch dan sudut penerangan
8 75 diusahakan sekitar 80 o. Jenis lampu yang digunakan adalah tipe sodium high pressure atau merkuri karena lampu sesuai untuk daerah industri dan mempunyai daya guna yang relatif tinggi. Jarak antar lampu yang digunakan sekitar 50 meter kecuali di tempat-tempat yang rawan. Lampu taman yang digunakan terdiri dari 2 tipe untuk variasi. Lampu tipe 1 mempunyai ketinggian 1,05 m dan tipe 2 mempunyai ketinggian 1,16 m dengan sistem mati hidup (on-off) lampu secara switch. Bangku Taman Bangku taman dialokasikan pada ruang pasif di sekitar lapangan olahraga. Bentuk bangku yang direncanakan adalah bangku sandaran. Ukuran bangku sandaran adalah panjang 1,8 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,45 m. Bangku taman dibuat dari bahan besi dengan beralaskan rumput. Parkir Tempat parkir mencakup parkir untuk bis dan kendaraan pribadi. Tempat parkir diletakkan di setiap area plant atau pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang memiliki kendaraan bermotor. Rambu-rambu lalu lintas Rambu lalu lintas yang diperlukan antara lain kaca cembung dan pembatas jalan. Kaca cembung diletakkan pada tikungan yang berbahaya karena terhalang oleh dinding atau pagar yang masif. Pembatas jalan digunakan untuk jalan-jalan kolektor dua arah yang lebar dan sering dilewati kendaraan berukuran besar. Sirkulasi Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara area aktifitas atau antar ruang dan berbagai fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan industri. Sirkulasi primer yang dibuat merupakan sirkulasi utama yang menghubungkan setiap kawasan industri. Sirkulasi utama ini merupakan jalan dengan lebar hingga 20 meter. Pada sirkulasi primer ini terdapat trotoar atau pedestrian dengan lebar 1-2 meter. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan jalan kolektor dengan lebar 8 hingga 12 meter. Pada sirkulasi sekunder ini juga terdapat pedestrian dengan lebar 0,5-1 meter. Di persimpangan jalan dibuat road island untuk mengurangi kemonotonan dengan menggunakan vegetasi semak, penutup tanah dan pohon.
9 76 Sirkulasi direncanakan dengan memisahkan jalur sirkulasi untuk kendaraan yang besar seperti truk dan kontainer dengan kendaraan yang berukuran kecil seperti mobil dan motor, serta sirkulasi pejalan kaki atau pedestrian. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan karyawan yang sedang melakukan aktifitas di dalam pabrik, baik yang menggunakan kendaraan ataupun yang berjalan kaki.
ANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciBAB VI R E K O M E N D A S I
BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan
Lebih terperinciGambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.
KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan
Lebih terperinciREKOMENDASI Peredam Kebisingan
83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria
Lebih terperinciGambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)
48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciREKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU
85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
Lebih terperinciPeta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian
25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo
Lebih terperinciIII. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciBAB VII PENGHIJAUAN JALAN
BAB VII PENGHIJAUAN JALAN Materi tentang penghijauan jalan atau lansekap jalan, sebagian besar mengacu buku "Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996" merupakan salah satu konsep dasar
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya
165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum kota yang dapat digunakan sebagai sarana olah raga dan rekreasi melalui permainan golf yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN HUTAN KOTA
VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora
Lebih terperinciHOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG
KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif
Lebih terperinciManfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :
BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota
TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)
11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya.
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciVI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk
VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciV. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak
V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang
TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan
Lebih terperinciVI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan
116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian
BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan
Lebih terperinciVII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam
Lebih terperinciVII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)
VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi
Lebih terperinciBAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN
BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang
Lebih terperinciGambar 2. Bagan fungsi jalur hijau
II. TINJAUAN PUSTAKA Jalur hijau harus mempertimbangkan segala aspek sosial, fungsi jalur hijau dan nilai-nilai yang terkandung dalam perencanaannya. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan hal apaa saja yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana (2004), evaluasi adalah suatu tindakan yang digunakan atau dilakukan untuk menelaah atau menduga
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT
LAMPIRAN 120 121 Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap
Lebih terperincimasyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan
Lebih terperinciPENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE
2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar
Lebih terperinciBAB III ANALISA. Lokasi masjid
BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A
PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan
Lebih terperinciIV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai
Lebih terperinciKONDISI FISIK AREA PARKIR DI KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA PACITAN
136 KONDISI FISIK AREA PARKIR DI KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA PACITAN Hastari Listyandani, Reza Zahrul Islam Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.
Lebih terperinci===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG
===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang
Lebih terperinciELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP
Tata Ruang Luar ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Program Studi Arsitektur Universitas Gunadarma Vinny Nazalita Elemen Lunak Aspek Arsitektural Aspek Artistik Visual Aspek Hortikultural Aspek Pengendali
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR Menimbang : a. bahwa seiring
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Evaluasi dan Analisis 5.1.1. Evaluasi dan Analisis Fungsi Pohon Proses penilaian fungsi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon meliputi 9 aspek,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
112 5.1 Konsep Kawasan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 5.1: Kondisi eksisting kawasan Sumber: Google erth, 2011 Keterangan: 1: Landasan penerbangan dan pendaratan pesawat di masa mendatang 2: Tapak 3:
Lebih terperinciPERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMDANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Seminar Hasil Penelitian PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMDANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Oleh : Sapto Nugroho Naviantoro 20070210001 AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciPengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)
Lebih terperinciSTUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON
STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy, Mersiana Sahureka, Lesly Latupapua LATAR BELAKANG Kota sebagai pusat aktivitas
Lebih terperinciABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL
ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciMinggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI
1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa
Lebih terperincike tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif
PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi
Lebih terperinciInternational Fash on Institute di Jakarta
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Pemikiran Konsep: - Fungsi bangunan - Analisis Tapak - Bentuk bangunan sebagai lambang wujud fashion. PEMIKIRAN KONSEP KONSEP FASHION Fashion: - Busana
Lebih terperinciStudi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si
Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan
Lebih terperinciLINGKUNGAN DAN UKURAN JL. YOS SUDARSO SITUASI LOKASI SITE. 173,5 m. 180 m. 165 m. 173 m
JL. YOS SUDARSO LINGKUNGAN DAN UKURAN 173,5 m 180 m 165 m LOKASI SITE 173 m JL. YOS SUDARSO VIEW View Baik View Cukup Baik View Tidak Baik Arah Orientasi bangunan Orientasi bangunan Orientasi fasade gedung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran
Lebih terperinciKonsep Penataan Massa
5.2.1. Konsep Penataan Massa Pembagian Zona dan perletakan massa Vegetasi dan dinding masif berfungsi untuk menghalangi kebisingan dari jalan raya. Mebatasi antara rumah warga dan komplek pesantren Memberikan
Lebih terperinciINVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Produk yang dihasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills
39 INVENTARISASI Aspek Fisik Sejarah P.T. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mill adalah anak perusashaan dari Sinar Mas Group yang merupakan salah satu perusahaan kertas
Lebih terperinci