5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Emisi Karbondioksida (CO 2 ) yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2010 Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor dapat diketahui dengan cara terlebih dahulu menghitung jarak tempuh kendaraan perhari dari masing-masing jenis kendaraan. Jarak tempuh ini diperoleh dengan mengalikan rata-rata konsumsi bahan bakar perhari dari masing-masing jenis kendaraan dengan rata-rata jarak yang dapat ditempuh kendaraan dalam satu liter atau efisiensi dari masing-masing jenis kendaraan. Hasil perhitungan tersebut ada pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Jarak Tempuh Perhari dari Masing-masing Jenis Kendaraan Jenis Jenis Bahan Bakar Konsumsi Bahan Bakar (liter/hari) Efisiensi (km/liter) Jarak Tempuh (km/hari) Sepeda Motor Bensin 0, Mobil Penumpang : a. Angkot Bensin 8, b. Mobil Pribadi Bensin 4, Mobil Barang : a. Truk Solar 10, b. Tangki Solar 10, c. Pick Up Bensin 6, d. Box Bensin 6, Bis transpakuan Solar 10, Setelah mengetahui jarak tempuh kendaraan perhari, maka dapat diketahui jarak yang ditempuh kendaraan dalam setahun. Cara untuk mengetahui jarak yang ditempuh kendaraan dalam setahun yaitu jarak tempuh kendaraan perhari dikalikan dengan lama hari aktif kendaraan dalam setahun. Pada penelitian ini diasumsikan hari aktif kendaraan yaitu 365 hari. Pada penelitian ini juga, angkot yang dibagi tiga shift, yakni shift A, shift B dan shift C masing-masing shiftnya diasumsikan dalam sehari untuk satu angkotnya beroperasi tiga kali pulang-pergi. Maka dari itu, jarak tempuh perhari untuk angkot dikali tiga. Hal serupa juga berlaku untuk bis transpakuan. Jarak tempuh perhari untuk truk, tangki, pick up dan mobil box juga dikali tiga. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa truk, tangki, pick up dan mobil box dalam satu hari beroperasi tiga kali atau melakukan bongkar muat sebanyak tiga kali. Jarak tempuh perhari untuk angkot dan bis

2 28 transpakuan masing-masing menjadi 96 km/hari dan 90 km/hari. Jarak tempuh perhari untuk truk, tangki, pick up dan mobil box masing-masing menjadi 90 km/hari, 90 km/hari, 72 km/hari dan 72 km/hari. Lebih jelasnya lihat Tabel 15. Tabel 15. Emisi CO 2 yang Dikeluarkan dari Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2010 Jumlah Jarak Lama Faktor Kendaraan Tempuh Hari Emisi Jenis Kendaraan Tahun Kendaraan Aktif CO (unit) (km/hari) (hari) (g/km) Emisi CO 2 (ton) Sepeda Motor ,05 Mobil Penumpang : a. Angkot ,30 b. Mobil Pribadi ,82 Mobil Barang : a. Truk ,20 b. Tangki ,46 c. Pick Up ,50 d. Box ,94 Bis Transpakuan ,68 Jumlah ,96 Berdasarkan Tabel 15 diatas, emisi CO 2 yang dihasilkan kendaraan bermotor dari berbagai jenis pada tahun 2010 sebesar ,96 ton. Jenis kendaraan yang paling banyak mengemisikan CO 2 adalah jenis mobil pribadi yaitu sebesar ,82 ton. Mobil truk menghasilkan emisi sebesar ,20 ton yang dikeluarkan dari unit kendaraan. Sementara itu untuk sepeda motor dengan jumlah kendaraan terbanyak yakni unit atau 71,73 % dari unit total kendaraan bermotor mengemisikan CO 2 sebesar ,05 ton. Angkotan kota dengan jumlah kendaraan sebanyak unit atau 1,91 % mengemisikan CO 2 sebesar ,30 ton Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bogor serta Emisi CO 2 yang Dikeluarkannya Hingga 30 Tahun Mendatang Berdasarkan data kendaraan bermotor di Kota Bogor pada tahun 2000, 2005 dan 2010 yang tertera pada Tabel 13, maka rata-rata pertambahan pertahun dari kendaraan bermotor pada tahun 2000 hingga 2010 sebanyak unit. Jenis kendaraan yang pertambahan pertahunnya paling banyak adalah sepeda motor dengan pertambahan pertahunnya sebanyak unit. Lebih jelasnya lihat Tabel 16.

3 29 Tabel 16. Rata-rata Pertambahan Pertahun dari Masing-masing Jenis Kendaraan Bermotor Jumlah Kendaraan (unit) Rata-rata Jenis Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2010 Pertambahan Pertahun (unit) Sepeda Motor Mobil Penumpang : a. Angkot b. Mobil Pribadi Mobil Barang : a. Truk b. Tangki c. Pick Up d. Box Bis Transpakuan 30 3 Jumlah Jika pertambahan kendaraaan bermotor pertahunnya dari tahun 2000 hingga 2010 tersebut terus berlanjut dan tidak ada kebijakan atau tindakan penekanan terhadap jumlah kendaraan, maka diprediksikan jumlah kendaraan pada 30 tahun mendatang yakni pada tahun 2040 dari berbagai jenis akan mencapai unit. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bogor 30 Tahun Mendatang Jenis Jumlah Kendaraan (unit) Sepeda Motor Mobil Penumpang : a. Angkot b. Mobil Pribadi Mobil Barang : a. Truk b. Tangki c. Pick Up d. Box Bis Transpakuan Jumlah Sementara itu, setelah mengetahui jumlah kendaraan bermotor yang telah diprediksikan hingga tahun 2040, maka besarnya emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor tersebut dapat diketahui. Maka pada tahun 2015, dengan jumlah kendaraan bermotor sebanyak unit akan mengemisikan CO 2 sebesar ,13 ton, tahun 2020 akan mengemisikan CO 2 sebesar ,33 ton, tahun 2025 sebesar ,52 ton, tahun 2030 sebesar ,70 ton, tahun 2035 sebesar ,87 ton dan tahun 2040 akan mengemisikan CO 2 sebesar

4 ,07 ton. Besarnya emisi CO 2 yang dihasilkan dari jumlah kendaraan bermotor yang telah diprediksikan hingga 30 tahun mendatang bisa dilihat pada Gambar , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Kendaraan Kendaraan Bermotor (unit) Jumlah Emisi CO 2 yang Emisi Dikeluarkan (ton) Gambar 10. Grafik Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor serta Emisi CO 2 yang Dikeluarkannya Hingga 30 Tahun Mendatang Berdasarkan data dari Health and Safety Information (1989) yang menyatakan bahwa batas aman menghirup CO 2 di udara adalah 5000 ppm volume (0,5 %) dengan batas waktu paparan selama 8 jam dan jika menghirup CO 2 sebanyak ppm volume (1,5 %) maka batas waktu paparan yang diperkenankan yaitu selama 10 menit. Sementara itu jika menghirup CO 2 sebesar 4%-5% sekitar 30 menit maka akan mengakibatkan intensitas bernafas meningkat empat kali lipat dari intensitas normal. Selain itu juga akan berakibat sesak nafas dan keracunan, sedangkan menurut Garner, et al. (2011) jika menghirup CO 2 sebesar 7,5 % selama 20 menit maka akan mengakibatkan rasa cemas, khawatir, tegang, denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Berdasarkan pernyataan

5 31 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa durasi dalam menghirup CO 2 dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Maka dari itu jika jumlah emisi CO 2 yang dikeluarkan di Kota Bogor sebesar ,07 ton terlalu lama terhirup oleh manusia maka akan mengakibatkan gangguan kesehatan, sehingga dibutuhkan ruang terbuka hijau untuk menyerap emisi CO 2 agar manusia tidak terlalu lama menghirup emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Presentase kontribusi dalam mengemisikan CO 2 dari masing-masing jenis kendaraan pada tahun 2040 bisa dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Presentase Kontribusi Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2040 Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Tahun 2040 (unit) Emisi CO 2 (ton/tahun) Presentase Kontribusi Emisi CO 2 (%) Sepeda Motor ,32 25,08 Mobil Penumpang : a. Angkot ,33 8,52 b. Mobil Pribadi ,86 27,67 Mobil Barang : a. Truk ,40 23,88 b. Tangki ,54 2,15 c. Pick Up ,78 8,93 d. Box ,14 3,14 Bis Transpakuan ,70 0,64 Jumlah ,07 100, Potensi Serapan CO 2 dari Keadaan Pohon Eksisting di Kebun Raya Bogor Menggunakan ArcView 3.2 serta Ekstensi CITYgreen 5.0. Pohon dalam melangsungkan hidupnya memerlukan energi dari sinar matahari yang diserap oleh kloroplas, air dan hara yang diserap dari dalam tanah serta CO 2 di udara yang masuk melalui stomata dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruh bagian pohon meliputi daun, batang, ranting, bunga dan buah. Pohon mampu mengurangi kadar karbondioksida (CO 2 ) di atomosfir dengan melakukan fotosintesis. Fotosintesis sendiri merupakan proses kimia pada tumbuhan dengan menggunakan energi matahari untuk mengubah nutrisi menjadi gula dan karbohidrat. Fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya, suhu, konsentrasi CO 2, ketersediaan air dan nutrisi. Proses fotosintesis terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap foto atau biasa disebut reaksi terang. Pada

6 32 reaksi ini terjadi penggunaan energi matahari untuk membuat ATP dan NADPH. Reaksi ini terjadi di bagian granum. Tahap kedua yaitu proses sintesis atau biasa disebut dengan siklus calvin. Proses ini terjadi di bagian stroma. Pada siklus calvin ini terjadi pembuatan gula yang diubah dari CO 2 dengan bantuan ATP dan NADPH yang telah terbentuk pada reaksi terang. Adapun persamaan reaksi kimia dari proses fotosintesis tersebut terbentuk dari reaktan karbondioksida (CO 2 ) dan air (H 2 O) menghasilkan produk yaitu karbohidrat (C 6 H 12 O 6 ) dan oksigen (O 2 ). Persamaan reaksi tersebut yaitu : 6 CO H 2 O C 6 H 12 O O 2 1 mol + 1 mol mol + 1 mol 1 mol + 1 mol 1 mol + 1 mol Dari persamaan reaksi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa 1 mol C 6 H 12 O 6 setara dengan 6 mol CO 2, sehingga massa CO 2 yang dihasilkan dalam proses fotosintesis dapat dihitung. Perhitungan tersebut yaitu : n = 6 x mol C 6 H 12 O 6 x Mr CO 2 gr = 6 x 1 x 44 Mr CO 2 Massa CO 2 = Ar C + (2 x Ar O) = 12 + (2 x 16) = 44 = 6 x mol C 6 H 12 O 6 x Mr CO 2 = 6 x 1 x 44 = 264 gram Dari perhitungan tersebut, massa dari masing-masing reaktan dan produk dari persamaan reaksi fotosintesis yaitu sebagai berikut : 264 g CO g H 2 O 180 g C 6 H 12 O g O 2 Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, dengan 264 g karbondioksida (CO 2 ) dan 108 g (H 2 O) yang diserap menghasilkan 180 g karbohidrat (C 6 H 12 O 6 ) dan 192 g oksigen (O 2 ). Persamaan tersebut menandakan bahwa dengan menghitung karbohidrat (C 6 H 12 O 6 ) yang dihasilkan sama dengan menghitung banyaknya karbondioksida (CO 2 ) yang diserap atau yang masuk melalui stomata yang terdapat pada daun. Maka banyaknya CO 2 yang diserap dapat dihitung dengan

7 33 mengetahui jumlah stomata dalam daun. Semakin banyak jumlah stomata dalam daun maka semakin besar pula CO 2 yang diserap, dengan demikian semakin banyak daun pada pohon maka akan semakin banyak CO 2 yang diserap oleh pohon. Cara mudah untuk mengetahui seberapa besar karbondioksida (CO 2 ) yang diserap oleh kanopi pohon tersebut, maka pada penelitian ini digunakan perangkat lunak ArcView 3.2 beserta ekstensi CITYgreen 5.0. Gambar 11 berikut ini merupakan hasil analisis dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor. Total Area : 86,33 Hektar = 213,31 acres Komposisi Tutupan Lahan : (51,47 %) 44,43 ha = 109,79 acres : Pohon-pohon; Dibawah kanopi ditutupi rumput sebesar 50% - 75% (1,82 %) 1,57 ha = 3,88 acres : Permukaan yang tidak dapat ditembus air; Aspal ; Mengalirkan air ke selokan terbukan (35,97 %) 31,05 ha = 76,73 acres : Ruang Terbuka Sebaran rumput;tutupan rumput sebesar 50% - 75% (4,21 %) 3,63 ha = 8,98 acres : Perkotaan : Perumahan; 0,125ac Lots (6,53 %) 5,64 ha = 13,93 acres : Area air Kemampuan dalam menangkap karbon: -Distribusi Umur : Tidak Diketahui/ Rata-rata -Kapasitas Tampung (tons) : 4.724,77 -Rata rata Serapan Karbon (C) (ton/tahun) : 36,78 = 134,61 Serapan CO 2 (ton/tahun) Gambar 11. Hasil Analisis CITYgreen 5.0 dari Keadaan Eksisting Kebun Raya Bogor

8 34 Berdasarkan Gambar 11 tersebut, hasil analisis CITYgreen 5.0 menyatakan bahwa luasan tutupan kanopi pohon di Kebun Raya Bogor yaitu seluas 44,43 ha. Luasan tersebut menghasilkan serapan karbon (C) dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor (KRB) sebesar 36,78 ton/tahun. Hal ini berarti dalam satu hektar tutupan kanopi pohon menghasilkan serapan karbon (C) sebesar 0,83 ton/tahun. Serapan karbon (C) sebesar 36,78 ton/tahun tersebut jika mengacu pada perhitungan Johnson dan Coburn (2010) serta U.S. Greenhouse Gas Emissions and Sinks (2004) yang menyatakan bahwa 1 ton serapan karbon (C) setara dengan 3,66 ton karbondioksida (CO 2 ), maka nilai serapan karbon (C) dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor sebesar 36,78 ton/tahun tersebut sama dengan menyerap karbondioksida (CO 2 ) sebesar 134,61 ton/tahun. Besarnya serapan CO 2 tersebut hanya mampu menyerap emisi CO 2 sebesar 0,06 % dari ,96 ton emisi CO 2 yang dikeluarkan kendaraan bermotor saat ini. Sementara itu, untuk daya simpan karbon (C) dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor yaitu sebesar 4.724,77 ton/tahun. Nilai daya simpan tersebut lebih besar daripada nilai daya serapnya, karena berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.0 bahwa tipe pohon di Kebun Raya Bogor termasuk tipe pohon tua. Semakin tua umur pohon tersebut, maka kapasitas simpan karbonnya akan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan umur pohon dapat berpengaruh terhadap besarnya kapasitas karbon (C). Oleh karena itu, semakin bertambahnya umur pohon maka akan semakin besar diameter batang dan tajuk pohon tersebut. Secara umum biomassa pada tiap bagian pohon akan meningkat seiring dengan besarnya diameter pohon. Semakin besar diameter batang dan tajuk pohon, maka total biomassa pohon pun akan semakin besar, sehingga jumlah karbon (C) yang disimpan dalam pohon berumur tua lebih besar daripada karbon (C) yang diserapnya Skenario terhadap Kebun Raya Bogor Skenario ini dibuat untuk mengetahui karakter tutupan kanopi pohon yang mana yang paling berpotensi untuk menyerap karbondioksida (CO 2 ). Hasil dari skenario ini akan digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam menyerap karbondioksida (CO 2 ).

9 35 1. Skenario Pertama (Pohon-pohon di Kebun Raya Bogor saat ini diasumsikan pohon berumur muda) Pohon berumur muda spesifikasinya dalam CITYgreen 5.0 yakni pohon yang rata-rata diameternya <10 inchi (25,4 cm). Luas tutupan kanopi pada skenario pertama ini sama dengan luas kanopi pada keadaan eksisting Kebun Raya Bogor yakni seluas 44,43 ha. Hasil analisis dari skenario pertama ini bisa dilihat pada Gambar 12. Total Area : Total Area : 86,33 Hektar = 213,31 acres Komposisi Tutupan Lahan : (51,47 %) 44,43 ha = 109,79 acres : Pohon-pohon; Dibawah kanopi ditutupi rumput sebesar 50% - 75% (1,82 %) 1,57 ha = 3,88 acres : Permukaan yang tidak dapat ditembus air; Aspal ; Mengalirkan air ke selokan terbukan (35,97 %) 31,05 ha = 76,73 acres : Ruang Terbuka Sebaran rumput;tutupan rumput sebesar 50% - 75% (4,21 %) 3,63 ha = 8,98 acres : Perkotaan : Perumahan; 0,125ac Lots (6,53 %) 5,64 ha = 13,93 acres : Area air Kemampuan dalam menangkap karbon: -Distribusi Umur : Pohon Muda -Kapasitas Tampung (tons) : 3.542,21 -Rata rata Serapan Karbon (C) (ton/tahun) : 79,83 = 292,18 Serapan CO 2 (ton/tahun) Gambar 12. Hasil Analisis CITYgreen 5.0 dari Skenario Pertama

10 36 Tutupan kanopi pohon seluas 44,43 ha tersebut menghasilkan serapan karbon (C) sebesar 79,83 ton/tahun atau dalam satu hektarnya sebesar 1,80 ton/tahun. Hasil analisis CITYgreen ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Lukmanniah (2011). Hasil analisis CITYgreen dari penelitian Lukmanniah (2011) menyatakan bahwa tutupan kanopi pohon seluas 0,01618 ha menghasilkan serapan karbon (C) sebesar 0,03 ton/tahun. Maka dalam satu hektarnya menyerap karbon (C) sebesar 1,85 ton/tahun. Setelah dikonversi ke potensi serapan CO 2, dengan skenario ini Kebun Raya Bogor mampu menyerap CO 2 sebesar 292,18 ton/tahun. Hal ini berarti dengan skenario ini mampu meningkatkan potensi serapan CO 2 sebesar 157,57 ton atau 117,06 %, yakni dari 134,61 ton/tahun menjadi 292,18 ton/tahun. Peningkatan tersebut dikarenakan skenario ini menggunakan pohon berumur muda yang mana pohon bermuda ini merupakan tipe pohon yang sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga serapan CO 2 dengan skenario ini nilainya lebih besar dari serapan CO 2 keadaan eksisting Kebun Raya Bogor. Selain itu, pohon-pohon di Kebun Raya Bogor sudah lebih dari 30 tahun, yang mana pohon tersebut tidak lagi aktif dalam proses penyerapan karbon yang baru, tetapi karbon yang diserap seluruhnya akan disimpan hingga umur 100 tahun dan tidak akan digunakan untuk proses pertumbuhan karena umurnya sudah tua. Besarnya presentase Kebun Raya Bogor dengan skenario ini dalam menyerap emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor yang telah diprediksikan hingga tahun 2040 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Presentase Potensi Serapan CO 2 Kebun Raya Bogor dari Skenario Pertama Tahun Emisi CO 2 Kendaraan Potensi Serapan CO 2 KRB Presentase Bermotor (ton) Skenario Pertama (ton) Serapan (%) ,13 48,7 0, ,33 97,39 0, ,52 146,09 0, ,70 194,79 0, ,87 243,48 0, ,07 292,18 0,055 Berdasarkan Tabel 19, diperkirakan pada tahun 2040 dengan skenario pertama ini hanya mampu menyerap emisi CO 2 sebesar 0,055 % dari ,07 ton emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Nilai serapan ini

11 37 sangatlah kecil untuk mengurangi emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, maka dari itu dibuatlah skenario kedua. Skenario kedua ini dilakukan untuk meningkatkan presentase Kebun Raya Bogor dalam menyerap emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. 2. Skenario Kedua (Skenario Pertama Ditambah dengan Ruang-ruang Kosong yang Diasumsikan telah Ditanami Pohon Berumur Muda) Ruang-ruang kosong yang dimaksud adalah hamparan rumput yang tidak tertutupi kanopi pohon eksisting. Hamparan rumput tersebut seluas 31,05 ha, sehingga luas total kanopinya menjadi 75,49 ha. Hasil analisis dengan skenario kedua ini bisa dilihat pada Gambar 13. Total Area : 86,33 Hektar = 213,31 acres Komposisi Tutupan Lahan : (87,44 %) 75,49 ha = 186,52 acres : Pohon-pohon; Dibawah kanopi ditutupi rumput sebesar 50% - 75% (1,82 %) 1,57 ha = 3,88 acres : Permukaan yang tidak dapat ditembus air; Aspal ; Mengalirkan air ke selokan terbukan (4,21 %) 3,63 ha = 8,98 acres : Perkotaan : Perumahan; 0,125ac Lots (6,53 %) 5,64 ha = 13,93 acres : Area air Kemampuan dalam menangkap karbon: -Distribusi Umur : Pohon Muda -Kapasitas Tampung (tons) : 6.003,67 -Rata rata Serapan Karbon (C) (ton/year) : 135,30 = 495,20 Serapan CO 2 (ton/tahun) Gambar 13. Hasil Analisis CITYgreen 5.0 dari Skenario Kedua

12 38 Serapan karbon (C) yang dihasilkan dari analisis CITYgreen 5.0 dari skenario kedua ini adalah sebesar 135,30 ton/tahun. Serapan karbon (C) sebesar 135,30 ton/tahun tersebut setelah dikonversi ke serapan CO 2, maka dengan skenario ini Kebun Raya Bogor mampu menyerap CO 2 sebesar 495,20 ton/tahun. Skenario ini mampu meningkatkan potensi serapan CO 2 dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor sebesar 360,59 ton atau 267,88 %, yakni dari 134,61 ton/tahun menjadi 495,20 ton/tahun. Hal ini selain dikarenakan luasan tutupan kanopinya lebih besar dari skenario pertama, skenario ini juga menggunakan pohon berumur muda yang mana pohon berumur muda ini merupakan tipe pohon yang sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga lebih banyak menyerap CO 2. Maka dari itu, tipe pohon muda ini dikatakan tipe pohon yang produktif dalam menyerap CO 2, karena CO 2 yang diserap mayoritas digunakan untuk proses pertumbuhan. Besarnya presentase Kebun Raya Bogor dengan skenario kedua yang luas tutupan kanopi pohonnya lebih luas 32,97 ha dari skenario pertama ini mampu menyerap emisi CO 2 pada tahun 2040 sebesar 0,094 %. Besarnya presentase ini hanya mampu menyerap emisi CO 2 sebesar 495,20 ton dari ,07 ton CO 2 yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Lebih jelasnya lihat Tabel 20. Tabel 20. Presentase Potensi Serapan CO 2 Kebun Raya Bogor dari Skenario Kedua Tahun Emisi CO 2 Kendaraan Potensi Serapan CO 2 KRB Presentase Bermotor (ton) Skenario Kedua (ton) Serapan (%) ,13 82,53 0, ,33 165,07 0, ,52 247,60 0, ,70 330,13 0, ,87 412,67 0, ,07 495,20 0,094 Berdasarkan hasil analisis dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor, skenario pertama dan skenario kedua tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal serapan karbon (C), pohon berumur muda lebih berpotensi daripada pohon berumur tua. Namun, dalam hal simpanan karbon dari hasil analisis tersebut dinyatakan bahwa pohon berumur tua kapasitas simpannya lebih besar daripada pohon berumur muda. Hal tersebut dikarenakan umur pohon dapat berpengaruh terhadap besarnya kapasitas karbon (C), sehingga umur pohon berbanding lurus dengan diameter batang dan tajuk pohon. Oleh karena itu,

13 39 semakin bertambah umur pohon maka akan semakin besar diameter batang dan tajuk pohon tersebut. Secara umum biomassa pada tiap bagian pohon pun akan meningkat dengan semakin besarnya diameter pohon. Semakin besar diameter batang dan tajuk pohon maka total biomassa pohon pun akan semakin besar sehingga jumlah karbon (C) yang disimpan dalam pohon berumur tua lebih besar daripada karbon (C) yang diserapnya. Selain itu berdasarkan hasil analisis dari kondisi eksisting Kebun Raya Bogor, skenario pertama dan skenario kedua juga menyatakan bahwa karakter tutupan kaopi pohon yang paling berpotensi dalam menyerap karbondioksida (CO 2 ) yaitu skenario kedua. Hal tersebut dikarenakan, selain tutupan kanopi pohon pada skenario kedua lebih luas, skenario kedua juga menggunakan pohon berumur muda. Oleh karena itu, untuk mengembangkan ruang terbuka hijau di daerah perkotaan dalam hal serapan karbondioksida (CO 2 ), tidak bisa dilihat dari luasan atau kuantitasnya saja, tetapi juga kualitas dari komponen ruang terbuka hijau (pohon) juga harus diperhatikan. Maka dari itu, agar emisi karbondioksida (CO 2 ) yang diserap lebih besar, sebaiknya menggunakan pohon berumur muda yang mempunyai tajuk yang rindang dan dari jenis yang memiliki intensitas fotosintesis yang tinggi serta jumlah stomata yang banyak, sehingga karbondioksida (CO 2 ) yang diserap lebih banyak.

STUDI POTENSI KANOPI POHON DI KEBUN RAYA BOGOR DALAM MENYERAP EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KENDARAAN BERMOTOR

STUDI POTENSI KANOPI POHON DI KEBUN RAYA BOGOR DALAM MENYERAP EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KENDARAAN BERMOTOR STUDI POTENSI KANOPI POHON DI KEBUN RAYA BOGOR DALAM MENYERAP EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KENDARAAN BERMOTOR Study Potentials of Canopy Trees in Bogor Botanical Garden to Absorb Carbondioxide Emissions from

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Kendaraan Bermotor

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Kendaraan Bermotor 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Kendaraan Bermotor Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis 4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian

Lebih terperinci

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI Disusun Oleh Inti Pramitha Nolasari 3305.100.047 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

, 2016 KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU D AN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN D I KAMPUS UNIVERSITAS PEND IDIKAN INDONESIA (UPI) BAND UNG

, 2016 KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU D AN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN D I KAMPUS UNIVERSITAS PEND IDIKAN INDONESIA (UPI) BAND UNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Oksigen merupakan unsur yang sangat penting dalam tata kehidupan makhluk hidup. Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup sebagai salah satu ciri makhluk hidup

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu dikembangkan untuk menunjang aktivitas

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 152 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Kondisi ruang terbuka hijau (RTH) yang terdapat di Kampus

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2) ANALISIS KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA GREEN LINE STREET CAPABILITY

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS. Pengertian Fotosintesis

FOTOSINTESIS. Pengertian Fotosintesis FOTOSINTESIS Pengertian Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses yang dilakukan oleh organisme autotrof, dengan menggunakan energi dari cahaya matahari yang diserap oleh klorofil untuk membuat bahan

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah HCl 0,7 %, NaOH1 N, ZnSO4 5%, Ba(OH)2 0,3 N, Akuades, Pereaksi Cu, Alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan

Lebih terperinci

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK (RTH) UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG Oleh Yuliana Suryani 3310100088

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan menganalisis Ruang Terbuka Hijau. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1 1. Makhluk hidup yang dapat berfotosintesis adalah makhluk hidup... Autotrof Heterotrof Parasit Saprofit Kunci Jawaban : A Makhluk hidup autotrof

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS Oleh : Bayu Widhayasa 0910480026 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2. Stroma. Grana. Membran luar

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2. Stroma. Grana. Membran luar SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2 1. Proses fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang berlangsung di... Membran tilakoid Stroma

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN

FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN 1: ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN Ayo belajar Disusun oleh: retno Safitri Dwi Sunarih 111134079/4a PGSD USD 2: ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SEMESTER Disusun oleh : Retno Safitri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 FOTOSINTESIS Pokok Bahasan: Peran Tumbuhan dan Fotosintesis Tumbuhan sebagai produser Tempat terjadinya Fotosintesis Pemecahan air

Lebih terperinci

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis.

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. Pendahuluan Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atmosfir, laut, dan daratan (Rusbiantoro, 2008). Pemanasan global termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. atmosfir, laut, dan daratan (Rusbiantoro, 2008). Pemanasan global termasuk salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global merupakan meningkatnya temperatur suhu rata-rata di atmosfir, laut, dan daratan (Rusbiantoro, 2008). Pemanasan global termasuk salah satu kerusakan

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS. Fotosintesis 1

FOTOSINTESIS. Fotosintesis 1 FOTOSINTESIS Fotosintesis 1 CAKUPAN MATERI Peran Fotosintesis Sejarah Fotosintesis Tempat terjadinya Fotosintesis Reaksi-reksi Fotosintesis Reaksi Terang Reaksi Gelap Tumbuhan C3, C4 dan CAM Fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO 2 Tanah Tanah merupakan bagian dari sistem yang mengatur konsentrasi CO 2 atmosfer. Hampir 10% CO 2 dari tanah sampai ke atmosfer tiap tahunnya (Raich dan

Lebih terperinci

6H 2 O + 6CO 2 > C 6 H 12 O 6 + 6O 2. cahaya menjadi energi kimia. molekul gula

6H 2 O + 6CO 2 > C 6 H 12 O 6 + 6O 2. cahaya menjadi energi kimia. molekul gula FOTOSINTESIS Fotosisntesis 6H 2 O + 6CO 2 > C 6 H 12 O 6 + 6O 2 1. REAKSI CAHAYA: mengubah bhenergi cahaya menjadi energi kimia 2. REAKSI KARBON: siklus Calvin, merakit molekul gula An overview of photosynthesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan 43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terletak pada 101 0 18 sampai 101 0 36 Bujur Timur serta 0 0 25 sampai 0 0 45 Lintang Utara.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tercantum dalam lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC AALISA PEGARUH CAMPURA PREMIUM DEGA KAPUR BARUS (APTHALE) TERHADAP EMISI GAS PADA MESI SUPRA X 125 CC Tinus Ginting ST, MT Dosen Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi durasi standard camshaft dan after market camshaft, lift standard camshaft dan after market

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tekanan gas Dari hasil eksperimen sebanyak 27 kali dalam rentan waktu satu menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : No Luas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Emisi CO 2 di kota Pematangsiantar 5.1.1 Emisi CO 2 yang berasal dari energi (bahan bakar fosil) Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil yaitu gas alam, minyak

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap.

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap. Peta Konsep Proses fotosintesis Reaksi terang Reaksi gelap Fotosintesis Faktor-faktor yang memengaruhi fotosintesis Air (H 2 O Karbondioksida (CO 2 Cahaya matahari Suhu Oksigen (O 2 Kata Kunci fotosintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat Prediksi Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas Karbondioksida (CO 2) di Kota Medan 1 Predicting of Urban Forest Width as the Carbondioxide (CO 2) Absorber in Medan Suri Fadhilla 2, Siti Latifah

Lebih terperinci

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

TOPIK 7 : FOTOSINTESIS DAN ENERGI KEHIDUPAN

TOPIK 7 : FOTOSINTESIS DAN ENERGI KEHIDUPAN TOPIK 7 : FOTOSINTESIS DAN ENERGI KEHIDUPAN TIK : Setelah mengikuti kuliah ini, anda dapat menjelaskan Fotosintesis dan energi kehidupan. Pengantar Ilmu Pertanian 1 Energi Energi Surya / Energi Elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN BAHAN KULIAH DASAR AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN IPB

ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN BAHAN KULIAH DASAR AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN IPB ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN BAHAN KULIAH DASAR AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN IPB 1 LINGKUP BAHASAN DAN TUJUAN Lingkup bahasan Dipelajari konsep energi dalam pertanian, ekologi produksi, biomassa, keefisienan

Lebih terperinci

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Seminar Sidang Proposal Tugas Akhir Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Oleh : Andika Wijaya Kusuma 3307100081 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Seminar Sidang Proposal Tugas Akhir Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun tanaman singkong 1-3 bulan, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH) 2 0,3%, pereaksi Cu, pereaksi

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan 5 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis METABOLISME 2 Respirasi Sel Fotosintesis Jalur Respirasi Aerobik dan Anaerobik Rantai respirasi Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses sintesis molekul organik dengan menggunakan bantuan energi

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Berdasarkan jumlah keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS. Pemanfaatan cahaya untuk membuat makanan. Pengungkapan fotosintesis perjalanan panjang para ilmuwan:

FOTOSINTESIS. Pemanfaatan cahaya untuk membuat makanan. Pengungkapan fotosintesis perjalanan panjang para ilmuwan: FOTOSINTESIS Pemanfaatan cahaya untuk membuat makanan Pengungkapan fotosintesis perjalanan panjang para ilmuwan: Fisika (Belgia) : Jan Bastista van Helmont (tumbuhan - air) meruntuhkan mitos bahwa makanan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA. Soal-Soal untuk Penilaian Keterampilan Proses

EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA. Soal-Soal untuk Penilaian Keterampilan Proses EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA Soal-Soal untuk Penilaian Keterampilan Proses 1 Mengapa Keterampilan Proses Perlu dinilai? Salah satu butir Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMA terkait mata pelajaran kimia

Lebih terperinci

MODUL X FOTOSINTESIS

MODUL X FOTOSINTESIS 58 MODUL X FOTOSINTESIS TUJUAN Membuktikan fotosintesis menghasilkan karbohidrat dan oksigen. TEORI Fotosintesis merupakan suatu peristiwa penyusunan senyawa komplek dari senyawa sederhana dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Kelas Bumi. Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup. Tema: Aku. Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah bagian dari makhluk hidup. Ilmu Pengetahuan alam

Kelas Bumi. Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup. Tema: Aku. Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah bagian dari makhluk hidup. Ilmu Pengetahuan alam Ilmu Pengetahuan alam Kelas Bumi Sekolah Dasar Tetum Bunaya Tema: Aku Ciri-Ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah bagian dari makhluk hidup Standar Kompetensi Memahami ciri-ciri

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun kacang panjang, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH)

Lebih terperinci

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN 1. Pencemaran Udara Pencemaran lingkungan kadang-kadang tampak jelas oleh kita ketika kita melihat timbunan sampah di pasar-pasar, pendangkalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik 60 5.3.1 Emisi Karbon Dioksida Dari Sumber Penggunaan Listrik Penghitungan emisi karbon dioksida dari penggunaan listrik dilakukan berdasarkan jumlah konsumsi listrik (kwh) pada tahun 2004 (Lampiran 4)

Lebih terperinci