BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sedangkan kerupuk kulit atau yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sedangkan kerupuk kulit atau yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sedangkan kerupuk kulit atau yang dikenal dengan nama kerupuk rambak adalah kerupuk yang tidak dibuat dari adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi, kerbau, kelinci, ayam atau kulit ikan yang dikeringkan (Amertaningtyas, 2011). Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas (Permana, 2010). Masalah yang timbul khususnya bagi masyarakat yang beragama Islam adalah jaminan kehalalan kulit yang akan dijadikan kerupuk rambak karena dikhawatirkan berasal dari kulit babi (Amertaningtyas, 2011). Menurut KH. Abdurrahman Navis, Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur, kerupuk rambak yang tidak jelas kehalalannya, yaitu kulit dari bangkai (disembelih tidak secara Islam), kulit impor dan kulit limbah. Kulit tersebut selain haram untuk dikonsumsi juga dapat mengakibatkan penyakit (Surya, 2010). Pemalsuan bahan baku dalam pembuatan kerupuk rambak dilakukan dengan dua alasan. Pertama, harga kulit babi dan kulit limbah yaitu berturut-turut Rp 5.000/kg dan Rp /kg jauh lebih murah dibandingkan dengan harga kulit sapi segar yang mencapai Rp /kg. 1

2 2 Kedua, tidak adanya pengawasan rutin dari pihak terkait yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) (Ari, 2009). Dahulu, keaslian bahan baku suatu produk makanan dibuktikan dengan deteksi protein secara spesifik untuk spesies yang berbeda. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai reaksi imunologi dan metode elektroforesis yaitu SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis). Kekurangan identifikasi spesies menggunakan protein adalah terjadinya denaturasi protein akibat pemanasan selama proses pembuatan makanan dan ekspresi protein bergantung dari jaringan yang digunakan sebagai bahan baku (Lockley & Bardsley, 2000). DNA merupakan salah satu asam nukleat yang dapat digunakan dalam analisis produk makanan olahan karena DNA lebih stabil terhadap pemanasan dibandingkan dengan protein (Lockley & Bardsley, 2000). Saat ini metode yang telah banyak digunakan adalah metode PCR dan real-time PCR untuk tujuan kuantifikasi DNA. Identifikasi campuran daging babi dalam berbagai produk olahan daging telah banyak dilakukan, misalnya identifikasi derivat babi dalam produk makanan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) (Man et al., 2007) dan kuantifikasi daging babi dalam produk olahan daging unggas dengan metode real-time PCR (Soares et al., 2013). Identifikasi DNA babi menggukanan metode PCR membutuhkan suatu primer yang spesifik yang hanya dapat menempel pada target fragmen DNA babi pada urutan basa tertentu dan selanjutnya fragmen tersebut dapat teramplifikasi.

3 3 Fatimah (2013) telah mendesain primer dengan target amplifikasi DNA mitokondria D-loop pada basa urutan D-loop forward: 5 - TCGTATGCAAACCAAAACGCC-3 ) dan (D-loop reverse: 5 - ATGCATGGGGACTAGCAGTTA-3 ), amplikon 176 pasang basa (pb). Primer ini telah digunakan untuk mengamplifikasi DNA babi pada campuran bakso babi dan ayam dengan metode real time PCR dengan suhu annealing primer optimum 59 C. Primer mitokondria D-loop 22 juga telah teruji dapat mengamplifikasi DNA babi yang terdapat pada campuran abon sapi dan babi secara spesifik (Rahmawati et al., 2016). Kerupuk rambak melewati proses pembuatan yang cukup panjang diantaranya melalui proses perebusan, pengeringan, dan penggorengan. Adanya proses yang menggunakan panas dalam pembuatan kerupuk rambak tersebut dapat menyebabkan DNA di dalam sel terdegradasi (terpotong-potong) menjadi ukuran yang lebih kecil (Bauer et al., 2003). Namun, di dalam sel terdapat mitokondria DNA (mtdna) yang memiliki bentuk sirkuler terkondensasi yang tidak mudah terdegradasi oleh pemanasan dibandingkan dengan nukleus DNA (ndna) yang mempunyai struktur linear dan panjang (Bogenhagen, 2009). Diketahui bahwa isolasi DNA dan amplifikasi DNA babi dapat dilakukan terhadap abon yang juga mengalami pemanasan dalam proses pembuatannya (Rahmawati et al., 2016). Oleh karena itu, di dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi DNA dari kerupuk rambak dan isolat DNA tersebut diamplifikasi dengan metode real-time PCR menggunakan primer

4 4 mitokondria D-loop 22. Primer tersebut memiliki target pada DNA mitokondria babi pada daerah D-loop. B. Rumusan Masalah 1. Apakah DNA babi dan sapi dapat diisolasi dari kerupuk rambak? 2. Apakah primer mitokondria D-loop 22 dapat mengamplifikasi DNA babi secara spesifik pada kerupuk rambak dengan metode real-time PCR? 3. Berapakah nilai batas deteksi, efisiensi, linearitas, dan keterulangan (CV) primer mitokondria D-loop 22 dalam mengidentifikasi DNA babi pada rambak babi 100% serta pada kerupuk rambak campuran babi dan sapi dengan metode realtime PCR? C. Urgensi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan metode yang sensitif dan selektif untuk mengidentifikasi kontaminasi kulit babi pada produk kerupuk rambak. Metode yang diperoleh tersebut selanjutnya dapat digunakan oleh LPPOM MUI dalam menentukan status kehalalan dan keaslian produk yang beredar di pasaran. D. Tujuan Penelitian 1. Melakukan isolasi DNA sapi dan babi dari kerupuk rambak. 2. Mengetahui bahwa primer mitokondria D-loop 22 dapat mengamplifikasi DNA babi pada kerupuk rambak secara spesifik dengan metode real-time PCR.

5 5 3. Menentukan batas deteksi, efisiensi, linearitas, dan keterulangan (CV) primer mitokondria D-loop 22 dalam mengidentifikasi DNA babi pada rambak babi 100% serta rambak campuran babi dan sapi dengan metode real-time PCR. E. Tinjauan Pustaka 1. Kerupuk rambak Kerupuk rambak merupakan kerupuk yang terbuat dari bahan dasar kulit hewan dan bumbu-bumbu. Kulit yang digunakan sebagai bahan dasar kerupuk rambak biasanya berasal dari kulit sapi, kulit kambing ataupun kulit kerbau. Kualitas kerupuk rambak akan lebih baik apabila dibuat dari kulit sapi (Wahyono & Marzuki, 2002). Secara kasat mata kerupuk rambak dari bahan kulit babi berwarna lebih putih, cerah dan memiliki tekstur lebih halus dengan lubang udara kecil-kecil. Sebaliknya, kerupuk rambak dari kulit sapi berwarna agak cokelat, pori-porinya lebih besar dan kasar. Namun demikian, kerupuk rambak berbahan kulit sapi dan berbahan kulit babi masih sulit untuk dibedakan dengan pasti dari segi fisik karena kondisinya dipengaruhi pula oleh kondisi kulit yang digunakan sebagai bahan dasar. Kerupuk rambak adalah produk makanan ringan yang dibuat dari kulit sapi atau kerbau melalui tahap proses pembuangan bulu, pembersihan kulit, perebusan, pengeringan, perendaman dengan bumbu untuk kerupuk rambak kulit mentah dan dilanjutkan dengan penggorengan untuk kerupuk rambak kulit siap konsumsi (Anonim, 1996). Kerupuk rambak mengandung energi 362 Kkal per 100 g; protein

6 6 82,91%; karbohidrat 0,43%; mineral 0,04%; serta natrium glutamat 0,80% (Sihombing, 1996). Secara statistik belum didapatkan angka pasti mengenai jumlah konsumsi kerupuk rambak di Indonesia. Meskipun demikian melihat masyarakat yang sangat gemar terhadap kerupuk dan keberadaannya yang tersebar luas dapat diduga bahwa konsumsi kerupuk ini sangat besar. Besarnya permintaan terhadap kerupuk rambak tidak didukung dengan ketersediaan bahan baku kulit yang dibutuhkan. Beberapa industri rumah tangga mengaku kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kulit dan jika ada, harganya melambung tinggi karena minimnya pasokan dan tingginya permintaan (Anonim, 2008). Hal tersebut membuat beberapa produsen kerupuk rambak yang tidak bertanggungjawab memalsukan produknya dengan menggunakan kulit limbah tekstil atau dengan menggunakan kulit babi untuk klaim rambak sapi. Pemalsuan bahan baku dalam pembuatan kerupuk rambak dilakukan dengan dua alasan yaitu harga kulit babi dan kulit limbah jauh lebih murah dibandingkan dengan harga kulit sapi segar dan tidak adanya pengawasan rutin dari pihak terkait (Ari, 2009). Pengawasan secara rutin dan ketat dari pihak terkait seperti LPPOM MUI sangatlah penting untuk menjamin kualitas produk kerupuk rambak. Adanya cemaran kulit babi di dalam kerupuk rambak sapi dapat diketahui dengan melakukan analisis pada tingkat molekular (DNA) sehingga isolasi DNA harus dilakukan terlebih dahulu.

7 7 2. Isolasi DNA Teknik molekular bervariasi dalam cara pelaksanaan untuk mendapatkan data. Baik teknik maupun tingkatan target data yang digunakan, disesuaikan dengan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas dan dana (Karp et al., 1997). Isolasi atau ekstraksi biomolekul, DNA, RNA (Ribonucleic Acid), dan protein merupakan metode yang paling penting dalam analisis biologi molekuler (Wink, 2006). Proses isolasi DNA dilakukan melalui empat tahap utama, yaitu memecahkan sel atau jaringan, denaturasi kompleks nukleoprotein, inaktivasi RNA dengan RNase dan memisahkan DNA dari komponen-komponen lain (Doyle, 1996). Pemecahan jaringan dapat dilakukan dengan menggerus jaringan dengan bantuan dry ice atau nitrogen cair sedangkan untuk memecah membran sel dapat dilakukan dengan menggunakan deterjen, seperti SDS (Sodium Dodesil Sulfat) (Hui, 2005). DNA hasil isolasi harus bebas dari kontaminan seperti protein, karbohidrat, lipid dan RNA (Buckingham & Flaws, 2007). Secara umum metode isolasi dibagi menjadi dua cara, yaitu melalui penggunaan guanidinium tiosianat atau penggunaan fenol dan SDS (Doyle, 1996). Protein, lipid, karbohidrat, dan bagian sel lainnya dapat dihilangkan melalui ekstraksi fase air dengan fase organik campuran antara fenol dan kloroform (Sambrook & Russel, 2001). Suatu emulsi dua fase akan terbentuk setelah fenol dan kloroform ditambahkan. Lapisan hidrofobik akan berada di bagian bawah sedangkan fase hidrofilik berada di atas setelah dilakukan sentrifugasi. Fase atas yang mengandung DNA dikumpulkan dan DNA dapat diendapkan dari supernatan dengan

8 8 menambahkan etanol atau isopropanol dengan perbandingan 2 : 1 atau 1 : 1 dan garam dengan konsentrasi tinggi. Endapan DNA dikumpulkan melalui sentrifugasi dan kelebihan garam dibilas dengan etanol 70% serta kembali disentrifugasi untuk membuang supernatan etanol. Pelet DNA dilarutkan dengan dapar TE (Tris EDTA) atau aquabidest steril (Buckingham & Flaws, 2007). Sebelum dilakukan amplifikasi DNA dengan menggunakan metode real-time PCR, analisis awal terhadap isolat DNA dilakukan untuk mengetahui kemurnian dan kuantitas DNA yang didapat. Metode yang dapat digunakan yaitu elektroforesis gel agarosa untuk uji kemurnian dan spektrofotometri ultraviolet (UV) untuk uji kemurnian serta kuantifikasi hasil isolasi. 3. Elektroforesis gel agarosa Elektroforesis adalah teknik pemisahan molekul DNA dengan menempatkan sampel di dalam matriks padat, biasanya agarosa atau poliakrilamid. Migrasi molekul dapat terjadi karena adanya pengaruh medan listrik yang diberikan. Agarosa adalah polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut. Jika dicampur dengan air dan dipanaskan maka agarosa akan meleleh dan membentuk larutan yang homogen. Gel akan membentuk lembaran ketika didinginkan dan di dalamnya terdapat pori-pori kecil dengan ukuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi gel. Etidium bromida (EtBr) perlu ditambahkan sebelum gel memadat untuk memberi warna pada pita-pita DNA. EtBr akan terikat pada pita DNA atau RNA dengan kuat dan spesifik sehingga dapat memberikan warna oranye terang di bawah sinar UV (Clark & Pazdernik, 2013).

9 9 Pemisahan molekul dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran yang sangat dipengaruhi oleh ukuran pori matriks dimana molekul yang lebih kecil akan lebih mudah melewati matriks padat. Beberapa parameter yang mempengaruhi pemisahan dan pergerakan molekul DNA dalam elektroforesis gel adalah komposisi dan konsentrasi gel, dapar, suhu, dan voltage. Kualitas DNA yang baik dan tidak terdegradasi pada hasil elektroforesis tidak menampakkan pola pita yang smear (Birren & Eric, 1993). 4. Spektrofotometri UV Spektrofotometri UV merupakan metode yang umum digunakan untuk menentukan kemurnian dan kuantifikasi awal hasil isolasi DNA. Metode spektrofotometri UV tidak menggunakan sampel dalam jumlah yang besar dan tidak memerlukan reagen tambahan atau waktu inkubasi. Hal yang dapat menjadi masalah adalah jika sampel memiliki konsentrasi yang rendah atau DNA dilarutkan pada volume rendah dari proses isolasi. Metode ini juga kurang sensitif dibandingkan dengan metode lain seperti PCR. Konsentrasi DNA terkecil yang dapat diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri UV adalah 1,5 µg/ml (Kelly et al., 2012). DNA merupakan asam nukleat berupa dua untai polinukleotida yang berpilin satu sama lain membentuk double helix dan terdiri dari nukleotida-nukleotida. Masing-masing nukleotida tersusun atas satu basa nitrogen (guanin (G), adenine (A), sitosin (C), timin (T)), gula monosakarida (deoksiribosa), dan gugus fosfat (Gambar 1). Analisis kuantitatif dengan menggunakan metode spektrofotometri didasarkan pada hukum Lambert-Beer, A = ɛcl, dimana A adalah nilai absorbansi pada panjang

10 10 gelombang tertentu, C adalah konsentrasi DNA, l adalah lebar kuvet yang digunakan (biasanya 1 cm), dan ɛ adalah koefisien ekstingsi molar (Gallagher & Philippe, 2007). Gambar 1. Struktur DNA. Tiap nukleotida dalam DNA tersusun dari satu basa nitrogen, gula monosakarida (deoksiribosa) dan gugus fosfat Basa nitrogen memiliki nilai ɛ cukup besar (Tabel I) yang sangat berperan dalam absorpsi sinar UV sehingga DNA dapat diukur secara kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV. Tabel I. Nilai ɛ dari basa nitrogen penyusun DNA (Gallagher & Philippe, 2007) Basa Nitrogen ɛ (1M, 260 nm) Adenin Sitosin Guanin Timin Pada metode spektrofotometri UV, sampel dimasukkan dalam kuvet dan ditempatkan dalam spektrofotometer UV. Sampel diukur dengan menggunakan dua panjang gelombang (λ) yaitu pada 260 nm yang akan mengukur semua asam nukleat

11 11 baik DNA maupun RNA dan 280 nm yang akan mengukur kontaminasi protein dalam sampel (Leninger et al., 1975). Kualitas DNA dapat diketahui melalui kemurnian berdasarkan perbandingan nilai absorbansi λ 260 nm dan 280 nm (A 260 /A 280 ). Hasil isolasi DNA dikatakan memiliki tingkat kemurnian yang baik jika nilai dari A 260 /A 280 sebesar 1,8. Bila perbandingan yang diperoleh nilainya di bawah 1,8 artinya nilai serapan DNA pada λ 280 nm akan bertambah akibat adanya kandungan senyawa organik (karbohidrat dan protein) dan fenol yang ikut menyerap sinar UV. Sebaliknya, bila perbandingan yang diperoleh nilainya di atas 1,8 artinya nilai serapan pada λ 260 nm bertambah akibat adanya kandungan senyawa RNA yang menyerap sinar UV (Sambrook & Russel, 2001). 5. Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR merupakan prosedur yang efektif untuk mengamplifikasi urutan DNA tertentu dalam jumlah besar secara in vitro. Bahan penting yang digunakan dalam melakukan metode PCR yaitu (1) dua primer oligonukleotida sintetik yang mengapit urutan DNA sasaran, (2) target urutan DNA sampel yang terletak diantara pasangan primer dan dengan panjang dari 100 sampai ~ bp, (3) polimerase DNA yang stabil pada pemanasan mencapai 95 C atau lebih, (4) empat deoxiribonukleotida (Glick & Jack, 1998). Reaksi dimulai dengan konversi dari double stranded DNA (dsdna) target menjadi single stranded DNA (ssdna) dan dengan menggunakan primer yang spesifik memungkinkan polimerase DNA bekerja. Pemilihan primer dan

12 12 hibridisasinya dengan masing-masing strand target, akan menentukan batas DNA target yang akan diamplifikasi (Crommelin & Robert, 1997). Denaturasi Annealing Sintesis Gambar 2. Tahap-tahap PCR. Amplifikasi DNA dimulai dengan denaturasi DNA, annealing dan sintesis selama siklus (Brown, 2010) Tahap-tahap dari metode PCR (Glick & Jack, 1998; Brown, 2010) yang dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu: Proses diulang selama siklus 1. Denaturasi yaitu campuran dipanaskan sampai suhu 94 C, dimana pada suhu tersebut ikatan hidrogen yang membentuk molekul double stranded DNA rusak sehingga molekul akan terdenaturasi menjadi single stranded DNA.

13 13 2. Annealing yaitu campuran didinginkan hingga suhu C. Selama tahap ini primer akan menempel di molekul DNA pada daerah yang spesifik. 3. Sintesis yaitu suhu kembali dinaikkan hingga mencapai 74 C yang merupakan suhu optimum bagi Taq DNA polymerase (salah satu jenis polimerase DNA). 6. Real-Time PCR Real-time PCR adalah suatu metode yang didasarkan pada prinsip-prinsip PCR konvensional dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Real-time PCR mengintegrasikan siklus PCR dengan metode fluorometri sehingga dapat dilakukan monitoring terhadap reaksi amplifikasi untuk tujuan kuantifikasi dan karakterisasi produk PCR (Dorak, 2006). Metode real-time PCR mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode PCR yang lain, yaitu sensitif, spesifik, dan dapat dilakukan kuantifikasi tanpa memerlukan tahap lanjutan (Soares et al., 2013; Cammá, 2012). Tanpa adanya tahap lanjutan PCR, metode real-time PCR dilakukan dalam satu tahap yang dapat mengurangi kemungkinan kesalahan atau hilangnya sampel serta kontaminasi sampel saat proses pemindahan (Coleman & Gregory, 2006). Kuantitatifikasi pada real-time PCR adalah konversi dari sinyal fluoresen dari setiap reaksi menjadi nilai numerik untuk setiap sampel (Dorak, 2006). Pada kurva amplifikasi (Gambar 3) terlihat adanya 2 fase, yaitu fase eksponensial yang diikuti dengan fase non eksponensial (plateau phase). Selama fase eksponensial, jumlah produk amplifikasi dengan metode PCR meningkat dua kali

14 14 lipat setiap siklus. Reaksi yang tejadi dalam proses amplifikasi akan mengurangi komponen-komponen dalam reaksi, seperti primer dan polimerase DNA sehingga reaksi akan berjalan lebih lambat. Reaksi yang melambat menunjukkan proses amplifikasi telah memasuki fase non eksponensial (Anonim, 2006). Fase non ekspnensial Ct atau Cq Gambar 3. Fase amplifikasi pada metode real time PCR. Terdapat 2 fase dalam proses amplifikasi DNA yaitu fase ekponensial dan fas non eksponensial Ct (cycle threshold) atau Cq (cycle quantification) merupakan siklus dimana jumlah produk amplifikasi memberikan sinyal fluoresen yang cukup untuk dideteksi. Nilai Cq ditentukan oleh jumlah template DNA yang terdapat pada awal reaksi amplifikasi. Jika jumlah template DNA pada awal reaksi banyak maka hanya dalam beberapa siklus saja sinyal fluoresen telah melewati batas ambang (threshold) dan memiliki nilai Cq yang rendah. Sebaliknya, jika jumlah template DNA pada awal reaksi sedikit maka akan dibutuhkan jumlah siklus yang lebih banyak agar sinyal fluoresen telah melewati batas ambang (Anonim, 2006). Metode real-time PCR juga menghasilkan suatu kurva melt peak yang menunjukkan puncak denaturasi. Puncak tersebut dapat digunakan untuk mengetahui

15 15 adanya produk non spesifik dari hasil amplifikasi dengan metode real-time PCR. Puncak denaturasi diperoleh dengan meningkatkan suhu dengan rentang tertentu setelah proses amplifikasi selesai sehingga DNA yang berbentuk double stranded terdenaturasi menjadi single stranded dan menurunkan nilai sinyal fluoresen. Karakteristik produk PCR dilihat dari puncak denaturasi yang juga menunjukkan suhu leleh (melting temperature) produk yaitu suhu dimana dsdna berubah menjadi ssdna (Anonim, 2006). Terdapat beberapa pendekatan untuk mendeteksi produk PCR, yaitu berdasarkan ikatan spesifik antara probe dengan urutan DNA target atau menggunakan zat berfluoresensi yang mampu mengikat produk PCR double stranded secara tidak spesifik (Dorak, 2006). EvaGreen merupakan salah satu zat yang mampu mendeteksi produk PCR secara tidak spesifik. EvaGreen memiliki mekanisme deteksi sama dengan SYBR Green. Dengan menggunakan SYBR Green, metode PCR lebih flexibel tanpa harus mendesain probe yang spesifik untuk DNA target (Terzi et al., 2004). Zat tersebut juga lebih murah dibandingkan dengan menggunakan probe untuk mendeteksi campuran daging secara simultan (Sakalar & Fatih, 2012). SYBR Green dan EvaGreen menghasilan sinyal fluoresen yang rendah ketika berada dalam keadaan bebas di dalam larutan. Sinyal fluoresen akan meningkat mencapai kali lipat ketika SYBR Green atau EvaGreen berikatan dengan dsdna (Gambar 4). Oleh karena itu, banyaknya sinyal fluoresen yang

16 16 dihasilkan dari reaksi sebanding dengan jumlah dsdna yang ada dan akan terus meningkat ketika dsdna teramplifikasi. SYBR Green SYBR Green terikat dengan dsdna Gambar 4. Mekanisme deteksi hasil amplifikasi metode real-time PCR dengan SYBR Green. Sinyal fluoresen meningkat ketika SYBR Green berikatan dengan dsdna (Anonim, 2006) 7. Primer Mitokondria D-loop Primer merupakan suatu oligonukleotida yang diperlukan pada amplifikasi enzimatik fragmen DNA menggunakan metode PCR yang komplementer dengan ujung 5 dari kedua untaian sekuen target. Oligonukleotida ini memungkinkan template DNA diperbanyak oleh DNA polymerase (Nasir, 2002). Pada sel eukariotik, DNA sebagai material genetik terdapat dalam setiap sel dan terletak di nukleus (ndna) serta mitokondria (mtdna). Kedua jenis DNA tersebut dapat dijadikan sebagai target amplifikasi primer untuk metode PCR. Lokasi DNA menentukan kemudahan DNA untuk terdegradasi dan ndna lebih mudah tedegradasi daripada mtdna (Mohamad et al., 2013). Di dalam nukleus, DNA mempunyai bentuk panjang dan linear double stranded yang melilit pada protein histon sedangkan

17 17 mtdna dari sebagian besar spesies berbentuk sirkuler yang mengandung struktur terkondensasi disebut nukleods (Bogenhagen, 2009). Bentuk yang sirkuler inilah yang menyebabkan mtdna lebih stabil sehingga tidak mudah terdegradasi, seperti saat proses pembuatan makanan. Dari sudut pandang lain, ukuran mtdna jauh lebih pendek dibandingkan ndna dan sangat bervariasi antara organisme. Daerah pengkode pada mtdna megandung 13 gen untuk mengkode protein yang terlibat dalam produksi enzim untuk transport elektron dan fosforilasi oksidatif, 2 gen untuk RNA ribosom (12S dan 16S rrna) serta 22 gen untuk transfer RNA (trna). Pada vertebrata, suatu daerah non penyandi yang berjumlah sekitar 1000 bp yang dapat ditemukan di mtdna disebut displacement Loop (D-loop) dan mengandung origin replikasi dari mtdna (Magoulas, 2005). Daerah D-loop sering dipilih untuk identifikasi daging karena tingkat substitusi tinggi di wilayah yang paling cepat berkembang di genom mitokondria (Fajardo et al., 2008). D-loop merupakan daerah non penyandi yang memiliki polimorfisme tertinggi dalam mtdna. Hal ini menunjukkan potensi penggunaan D- loop mitokondria untuk membedakan antar dan intra spesies hewan. Penentuan kuantitatif daging sapi dalam sampel campuran menggunakan primer spesifik yang menargetkan wilayah D-loop telah dilaporkan oleh Sawyer et al., (2003). Primer dapat mendeteksi DNA sapi secara spesifik dalam campuran daging sapi (0,10%) dan domba serta di sampel DNA yang tidak diketahui. Gambar 5 menunjukkan posisi D- loop di dalam genom mitokondria DNA.

18 18 D-loop Gambar 5. Posisi D-loop di dalam genom mitokondria DNA. Daerah D-loop (biru) berada diantara daerah 12S RNA dan cytochrome b (cyt b) (Anonim, 2015) Primer mitokondria D-loop 22 adalah sepasang primer spesifik spesies babi yang dapat mengamplifikasi fragmen mitokondria D-loop babi dengan urutan basa ke dengan ukuran amplikon 176 pb. F. Landasan Teori Kerupuk rambak merupakan salah satu olahan kulit seperti kulit sapi atau babi. Di setiap jaringan makhluk hidup termasuk jaringan kulit mengandung urutan DNA yang sama. Oleh karena itu, adanya cemaran babi pada rambak sapi dapat dideteksi secara molekuler yaitu pada tingkat DNA dengan terlebih dahulu dilakukan isolasi DNA. Namun, sebagian besar DNA yang terdapat dalam kerupuk kemugkinan telah terdegradasi saat proses pembuatan sehingga diperlukan suatu metode analisis yang sensitif dan selektif untuk mengidentifikasi DNA babi.

19 19 Metode yang dapat digunakan yaitu metode real-time PCR yang mempunyai beberapa kelebihan antara lain, sensitif, selektif, dan dapat dilakukan kuantifikasi secara langsung. Metode tersebut memerlukan primer yang dapat mengamplifikasi DNA babi secara spesifik. Primer mitokondria D-loop 22 yang telah didesain oleh Fatimah (2013) dapat secara spesifik mengidentifikasi target DNA babi di antara DNA sapi, ayam, kambing, dan kuda pada suhu annealing primer 59 C dengan metode real-time PCR (Rahmawati et al., 2016). Primer mitokondria D-loop 22 juga telah terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi DNA babi dalam bakso ayam dan abon sapi secara spesifik. Primer memiliki target amplifikasi berupa DNA mitokondria pada daerah D-loop dengan dengan urutan basa ke dengan ukuran amplikon 176 pb (Fatimah, 2013). DNA mitokondria dipilih sebagai target amplifikasi primer dikarenakan DNA mitokondria lebih stabil terhadap pemasanan dan jumlahnya di dalam sel lebih banyak dibandingkan dengan DNA nukleus (Lockley & Bardsley, 2000; Branicki et al., 2003). G. Hipotesis 1. DNA sapi maupun babi dapat diisolasi dari kerupuk rambak. 2. Primer mitokondria D-loop 22 mampu mengamplifikasi DNA babi hasil isolasi secara spesifik pada kerupuk rambak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus pemalsuan makanan menggunakan spesies babi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus pemalsuan makanan menggunakan spesies babi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus pemalsuan makanan menggunakan spesies babi telah terjadi di masyarakat dikarenakan harga babi yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sapi, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, identifikasi spesies hewan menjadi perhatian utama karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahan atau komposisi makanan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan kebutuhan gizi. Bahan pangan asal hewan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b TINJAUAN PUSTAKA Tikus (Rattus norvegicus) Tikus termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Rodentia, dan famili Muridae. Spesies-spesies utama yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produk makanan olahan saat ini sedang berkembang di Indonesia. Banyaknya variasi bentuk produk makanan olahan, terutama berbahan dasar daging yang beredar

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016 EKSTRAKSI DNA 13 Juni 2016 Pendahuluan DNA: polimer untai ganda yg tersusun dari deoksiribonukleotida (dari basa purin atau pirimidin, gula pentosa,dan fosfat). Basa purin: A,G Basa pirimidin: C,T DNA

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Ternak Sapi Potong di Indonesia Populasi penduduk yang terus berkembang, mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan terus meningkat. Ternak memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun masyarakat patut berhati-hati dengan bahan makanan dalam bentuk olahan atau mentah yang sangat mudah didapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi rakyat Indonesia, pernyataan ini terdapat dalam UU pangan No. 7 tahun 1996. Sedangkan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi dan Karakteristik Bahan Baku Produk tuna steak dikemas dengan plastik dalam keadaan vakum. Pengemasan dengan bahan pengemas yang cocok sangat bermanfaat untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemalsuan makanan merupakan masalah besar dalam industri makanan, dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa domestica) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebab Kata kabab ( اب ) berasal dari bahasa Arab atau Persia yang berarti daging yang digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang. Kata kabab dari bahasa Arab tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpengaruh langsung pada diversifikasi produk pangan menyebabkan beranekaragamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi yang dicampur dengan daging tikus. Akibat dari tingginya harga daging sapi, ada pedagang bakso yang

Lebih terperinci

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya SINTESIS PROTEIN Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya Sintesis Protein Proses dimana kode genetik yang dibawa oleh gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino SINTESIS PROTEIN EKSPRESI GEN Asam nukleat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA Waktu Kegiatan dan Judul Percobaan 2 Februari 2018 Penjelasan Awal Praktikum di Lab. Biokimia Dasar 9 Februari 2018 23 Februari 2018 2 Maret 2018 9 Maret 2018 16 Maret 2018 23

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Purifikasi Bakteri Isolasi merupakan proses pemindahan organisme dari habitat asli ke dalam suatu habitat baru untuk dapat dikembangbiakkan. Purifikasi merupakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel

BIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel BIOTEKNOLOGI Struktur dan Gambar Apakah Ini dan Apakah Perbedaannya? Perbedaan dari gambar diatas organisme Hidup ular organisme Hidup Non ular Memiliki satuan (unit) dasar berupa sel Contoh : bakteri,

Lebih terperinci

MATERI GENETIK A. KROMOSOM

MATERI GENETIK A. KROMOSOM MATERI GENETIK A. KROMOSOM Kromosom pertama kali ditemukan pada kelompok makhluk hidup eukariot. Namun, di lain pihak dewasa ini kromosom tidak hanya dimiliki oleh klompok makhluk hidup eukariot tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. DNA (Deoxyribonuleic Acid) Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah suatu materi yang terdapat pada tubuh manusia dan semua makhluk hidup yang diwarisi secara turun menurun. Semua

Lebih terperinci

ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN. Tujuan dari praktikum ini adalah:

ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN. Tujuan dari praktikum ini adalah: ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah: Mengetahui cara/metode yang benar untuk memisahkan (mengisolasi) DNA dari buah-buahan berdaging lunak. Mengetahui pengaruh kandungan air yang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Genetika dan Biologi Molekuler dengan judul Isolasi DNA Bawang Bombay Dengan Cara Sederhana yang disusun o

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Genetika dan Biologi Molekuler dengan judul Isolasi DNA Bawang Bombay Dengan Cara Sederhana yang disusun o LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM GENETIKA DAN BIOLOGI MOLEKULER (ISOLASI DNA BAWANG BOMBAY DENGAN CARA SEDERHANA) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : V (Lima)

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 : Sel darah

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 : Sel darah II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Darah Darah disusun oleh dua komponen utama yaitu komponen cairan atau plasma dan komponen seluler. Sel darah terdiri atas eritrosit, trombosit dan leukosit (Gambar 2.1). Komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus.

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. DNA DAN RNA Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. ADN merupakan blue print yang berisi instruksi yang diperlukan untuk membangun komponen-komponen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed.

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. MATERI GENETIK Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. PENDAHULUAN Berbagai macam sifat fisik makhluk hidup merupakan hasil dari manifestasi sifat genetik yang dapat diturunkan pada keturunannya Sifat

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan salah satu jenis asam nukleat yang membawa ribuan gen yang menentukan sifat tertentu dari satu generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mitokondria Mitokondria merupakan salah satu organel yang mempunyai peranan penting dalam sel berkaitan dengan kemampuannya dalam menghasilkan energi bagi sel tersebut. Disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak kelebihan seperti bentuk yang menarik, mudah digunakan, praktis dibawa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak kelebihan seperti bentuk yang menarik, mudah digunakan, praktis dibawa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kapsul telah menjadi bentuk sediaan yang populer karena mempunyai banyak kelebihan seperti bentuk yang menarik, mudah digunakan, praktis dibawa, mudah ditelan, dan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni TINJAUAN PUSTAKA Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni siklus hidupnya terdiri dari telur larva pupa imago. E. kamerunicus

Lebih terperinci

STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK

STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK Mendel; belum terfikirkan ttg struktur, lokus, sifat kimiawi serta cara kerja gen. Sesudah Mendel barulah dipelajari ttg komposisi biokimiawi dari kromosom. Materi genetik

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDSPAGE Oleh : Nita Andriani Lubis dan Fery Prawira Gurusinga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas mikroba dari sampel tanah yang dapat diisolasi dengan kultivasi sel

BAB I PENDAHULUAN. komunitas mikroba dari sampel tanah yang dapat diisolasi dengan kultivasi sel BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendekatan klasik untuk memperoleh akses biokatalis baru adalah dengan menumbuhkembangkan mikroorganisme dari sampel lingkungan, seperti tanah dalam media berbeda dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kapsul adalah salah satu produk farmasi yang terbuat dari gelatin sapi dan gelatin babi yang berperan dalam pengemasan sediaan obat (Sahilah dkk., 2012), sedangkan gelatin

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

Organisasi DNA dan kode genetik

Organisasi DNA dan kode genetik Organisasi DNA dan kode genetik Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila DNA terdiri dari dua untai

Lebih terperinci

Ciri Khas Materi Genetik

Ciri Khas Materi Genetik KIMIA DARI GEN Ciri Khas Materi Genetik 1. Replikasi: digandakan, diturunkan kepada sel anak 2. Penyimpan informasi 3. Meng ekspresi kan informasi: Dimulai dengan transkripsi DNA sehingga dihasilkan RNA,

Lebih terperinci

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! ABSTRACT... Error! KATA PENGANTAR... Error! DAFTAR ISI... i DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! BAB I PENDAHULUAN... Error! 1.1 Latar Belakang... Error! 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 10. GENETIKA MIKROBA Genetika Kajian tentang hereditas: 1. Pemindahan/pewarisan sifat dari orang tua ke anak. 2. Ekspresi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat) 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Mantis 2.1.1 Biologi Udang Mantis Udang mantis merupakan kelas Malocostraca, yang berhubungan dengan anggota Crustasea lainnya seperti kepiting, lobster, krill, amphipod,

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 2. BAHAN DAN KODE GENETIK Bahan Genetik Deoxyribonucleic acid (DNA) ditemukan tahun 1869. Pada saat itu fungsi belum diketahui. Selanjutnya diisolasi dari nukleus berbagai

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

DNA (Deoxyribo Nukleid Acid) adalah macam asam nukleat yang berhubungan dengan

DNA (Deoxyribo Nukleid Acid) adalah macam asam nukleat yang berhubungan dengan BAB I. PENDAHULUAN DNA (Deoxyribo Nukleid Acid) adalah macam asam nukleat yang berhubungan dengan hereditas. Penemu DNA adalah seorang ahli kimia asal Jerman Friederich Mieschier (1869), yang menyelidiki

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN ANTARA DNA dengan RNA

MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN ANTARA DNA dengan RNA MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN ANTARA DNA dengan RNA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Oleh: Aria Fransisca Bashori Sukma 141810401023 Dosen Pembimbing Eva Tyas Utami, S.Si, M.Si NIP. 197306012000032001

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan salah satu isu yang harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat. Pengolahan makanan yang tidak bersih dapat memicu terjadinya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci