UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO, S.Farm ANGKATAN LXXVI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK APRIL 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker REZA HERMAWAN SULISTOMO, S.Farm ANGKATAN LXXVI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK APRIL 2013 ii

3 ESAH HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Reza Hermawan Sulistomo, S. Farm. NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas Farmasi UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika Jalan Kartini Raya No. 34, Jakarta Pusat Periode 1 April 11 Mei 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi,. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Dr. Harmita, Apt. (... ) Pembimbing II : Dra. Rosmala Dewi., Apt. (... ) Penguji I :... (... ) Penguji II :... (... ) Penguji III :... (... ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : ANan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat Dalam ruang yang terbatas ini, dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI. 2. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI sekaligus tenaga pembimbing dari Apotek Atrika yang telah memberikan waktu, bimbingan dan arahan kepada penulis selama pelaksanaan dan penulisan laporan PKPA. 3. Dra. Rosmala Dewi., Apt selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat yang begitu bermanfaat kepada penulis selama pelaksanaan dan penulisan laporan PKPA. 4. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika. 5. Para karyawan Apoteker Atrika (Mbak Ratna, Ibu Meta, Ibu Mimin, Ibu Tuti, Mbak Ponah, dan staf Apotek Atrika lainnya) atas ilmu, arahan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan PKPA di Apotek Atrika. 6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. 7. Keluarga tercinta atas doa, perhatian, kasih sayang, dan dukungan yang tiada berbatas untuk penulis dalam menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dan penyusunan laporan PKPA ini. 8. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika yang telah banyak membantu, berbagi ilmu dan pengalaman selama pelaksanaan PKPA. 9. Seluruh sahabat dan teman yang telah bekerja sama dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis selama menjalankan pendidikan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis iv

5 harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis 2013 di : Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika Jalan Kartini Raya No. 34, Jakarta Pusat Periode Februari dan Maret 2012 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Dr. Harmita, Apt. (... ) Pembimbing II : Dra. Juheini Amin, M.Si (... ) Penguji I :... (... ) Penguji II :... v

6 IIALAMAN PER}IYATAAI\I PERSETUJUAN PIJBLIKASI TUGAS AKIIIR UNTUK KEPENTINGAI\I AKADEhIIS Sebagai sivitas akadeufk " saya yang bertanda tangan di bawatr ini: Nama NPM Progrm Strrdi Fakultas Jenis Karya Reza Hermawan Sulistomo Profesi Apoteker Farmasi Laporan Kerja Praktek demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royatty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atika Jalan Kartini Raya No.34 Jalorta Pusat Periode I April - l l Mei 2013 beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti NoneksHusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formal-kan" mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawal dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencanfimrka nama saya sebagai penulijpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuatdi : Depok PadaTanggal : 79 Jali20l2 (Reza Hermawan Sulistomo) vlu

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Tenaga Kerja di Apotek Sediaan Farmasi di Apotek Pengelolaan Apotek Pengadaan Persediaan Apotek Pengendalian Persediaan Apotek Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA Sejarah dan Lokasi Tata Ruang Struktur Organisasi Tugas dan Fungsi Jabatan Kegiatan di Apotek Atrika BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Logo golongan obat Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas Gambar 2.3 Matriks VEN ABC vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1a. Peta lokasi Apotek Atrika Lampiran 1b. Papan nama Apotek Atrika Lampiran 2a. Tata ruang tampak luar Apotek Atrika Lampiran 2b. Tata ruang depan Apotek Atrika Lampiran 2c. Denah ruangan Apotek Atrika Lampiran 3a. Lemari penyimpanan obat topikal di Apotek Atrika Lampiran 3b. Lemari penyimpanan obat oral di Apotek Atrika Lampiran 3c. Lemari penyimpanan obat oral cair dan obat mendekati kadaluwarsa di Apotek Atrika Lampiran 3d. Lemari penyimpanan obat generik di Apotek Atrika Lampiran 4. Struktur organisasi Apotek Atrika Lampiran 5a. Isi buku pemasukan barang Lampiran 5b. Isi buku perubahan harga Lampiran 5c. Kartu pemasukan barang (kartu gudang) Lampiran 6a. Alur penanganan resep Lampiran 6b. Salinan resep Apotek Atrika Lampiran 6c. Etiket Apotek Atrika Lampiran 6d. Label HTKP (Harga, Timbang, Kemas dan Penyerahan) Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika Lampiran 8a. Surat Pesanan (SP) narkotika Lampiran 8b. Surat Pesanan (SP) psikotropika Lampiran 9. Isi buku stok harian Psikotropika Lampiran 10. Laporan penggunaan obat golongan narkotika Lampiran 11. Laporan penggunaan obat golongan psikotropika Lampiran 12. Berita acara pemusnahan resep viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan memiliki Visi, yaitu Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan serta Misi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin terjadinya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kementerian Kesehatan tersebut, maka telah dirumuskan sasaran-sasaran utama untuk menunjang pencapaiannya (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Penyelenggaraan berbagai upaya pembangunan kesehatan dilakukan diantaranya dengan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan jumlah obat yang mencukupi, bermutu baik dan terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (PP No. 51 tahun 2009, 2009). Pengertian apotek menurut Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes No. 992/Menkes/Per/X/1993 adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Umar, 2011). Apotek merupakan suatu institusi yang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit pelayanan 1

11 2 kesehatan, fungsi apotek adalah menyediakan obat obatan yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Fungsi apotek sebagai institusi bisnis adalah untuk memperoleh keuntungan karena bagaimana pun investasi yang ditanam pada apotek cukup besar dan biaya operasionalnya juga tidak sedikit. Pembuatan apotek memerlukan persyaratan khusus yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/Menkes/Per/V/2011, yang mengatur tata cara registrasi usaha apotek, syarat tenaga kesehatan, aturan hukum serta tugasnya. Untuk mempersiapkan apoteker yang profesional dan siap menjalankan pelayanan kesehatan, maka perlu dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek. Kegiatan ini diharapkan dapat mempersiapakan para calon apoteker agar dapat mengenal, mengerti, dan menghayati peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek serta menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasiannya. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) kali ini diselenggarakan di Apotek Atrika, Jalan Kartini Raya No. 34, Jakarta Pusat. 1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika adalah sebagai berikut: a. Memahami tugas pokok, fungsi dan peran Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek. b. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon Apoteker untuk beradaptasi langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek serta memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika.

12 BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam: 1. Undang Undang Negara, yaitu: a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah, yaitu: a. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. b. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. 3. Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu: a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 3

13 4 b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. 4. Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. b. Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/ IX/2004) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/ IX/2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata APOTEK. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

14 5 penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Kebersihan lingkungan apotek harus dijaga. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga, dan hama. Apotek harus memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. Apotek harus memiliki : a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur atau materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien. 2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek. Sebelumnya, Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker. Namun sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib

15 6 memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

16 7 c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. 2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 pasal 23 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 24, pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 23 ayat 1); b. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 23 ayat 2); c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 24 ayat 1). d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada pelaporan dimaksud Pasal 24 ayat (1) wajib disertai penyerahan resep,

17 8 narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 24 atay 2); e. Pada penyerahan yang dimaksud pada pasal 24 ayat (1) dan (2), dibuat berita acara seperti yang dimaksud pasal 23 ayat (2) dan dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat (Pasal 24 ayat 3). 2.7 Tata Cara Perizinan Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002) Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 disebutkan bahwa SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Sesuai dengan pasal 7 dan 9 Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

18 9 melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (c), atau pernyataan dimaksud, poin (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud poin (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya. Secara umum persyaratan izin apotek untuk Apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. c. Fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) Apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri.

19 10 e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat. i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan. k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat. s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Persyaratan izin apotek praktek profesi adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00.

20 11 b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP DKI Apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB, dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll. g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK/SP Apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti Apoteker. i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta. 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Surat izin apotek dapat dicabut oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus.

21 12 c. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras Nomor, St N. 541, Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. d. Surat Izin Kerja APA dicabut. e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek. Pembekuan izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang

22 13 olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). 2.9 Tenaga Kerja di Apotek Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten Apoteker. Tenaga pendukung untuk menjamin kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir, dan pegawai administrasi/ tata usaha. APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. c. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. e. Melakukan pengembangan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No tahun 2002, dalam melakukan tugasnya, seorang APA dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti. Apoteker Pendamping yaitu Apoteker yang bekerja di apotek selain APA dan/atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA jika APA

23 14 berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain. Tenaga pendukung lainnya untuk menjamin kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek adalah Asisten Apoteker. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002, Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Tenaga pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah juru resep, kasir dan pegawai administrasi atau tata usaha. Juru resep adalah orang yang membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep. Kasir merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. Pegawai administrasi atau tata usaha bertugas membantu Apoteker dalam kegiatan administrasi seperti membuat laporan harian Sediaan Farmasi di Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini berdasarkan tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat.

24 15 Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras dan Psikotropika Golongan Narkotika Gambar 2.1 Logo golongan obat Obat OTC (Over the Counter) Obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter disebut obat OTC (Over the Counter). Contoh dari obat OTC ini adalah obat bebas dan obat bebas terbatas Obat Bebas Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol. (Kementerian Kesehatan, 2006) Obat Bebas Terbatas Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan disebut obat bebas terbatas. Tanda khusus

25 16 pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006). Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih (Kementerian Kesehatan, 2006). Terdapat enam golongan peringatan untuk obat bebas terbatas, yaitu: a. P no.1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh obat golongan ini adalah Stopcold, Inza, dan obat flu lainnya. b. P no.2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh obat golongan ini adalah Listerine dan Betadine Gargle. c. P no.3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh obat golongan ini adalah Rivanol dan Canesten. d. P no.4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar e. P no.5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh obat golongan ini adalah Suppositoria untuk laksatif. f. P no.6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh obat golongan ini adalah Suppositoria untuk wasir. Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

26 Obat Ethical Obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter disebut obat ethical. Contoh dari obat ethical ini adalah obat keras, psikotropika, dan narkotika Obat Keras Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut obat keras. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, psikotropika, dan beberapa obat ulkus lambung dan semua obat injeksi Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika yang digolongkan menjadi: a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan I adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD (lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika). b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I.

27 18 c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina. d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.. Contoh obat psikotropika golongan IV adalah barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan klorazepam. Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut : a. Pemesanan Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Satu surat pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat tiga rangkap. Berbeda dengan narkotika, pemesanan psikotropika dapat ditujukan kepada PBF mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan. b. Penyimpanan Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya dapat dilakukan kepada pengguna/ pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep

28 19 dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek dengan adanya resep dokter. d. Pelaporan Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10, dengan tembusan kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat. e. Pemusnahan Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika Narkotika (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009) Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

29 20 menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: a. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II. b. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon. c. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah kodein. Pengaturan narkotika dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk: a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika.

30 21 Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut : a. Pemesanan Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan di Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam narkotika. Surat pesanan tersebut terdiri dari empat rangkap yang masing-masing akan diserahkan ke BPOM, Suku Dinas Kesehatan, distributor, dan untuk arsip apotek. b. Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan stempel apotek (Kemenkes RI, 1978). Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. Harus mempunyai kunci yang kuat. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

31 22 c. Pelayanan resep Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. d. Pelaporan Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip. e. Pemusnahan Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/ atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara

32 23 pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat Obat Wajib Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MENKES/SK/ VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. OWA bertujuan untuk pelaksanaan swamedikasi di apotek. Swamedikasi adalah pelayanan farmasi yang memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih sendiri tindakan pengobatan berdasarkan penyakit yang diderita dengan bantuan rekomendasi dari apoteker. Obat-obat yang digunakan untuk pelaksanaan swamedikasi meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA. Swamedikasi bertujuan untuk: a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dengan ditunjang melalui sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional. b. Meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia dua tahun, dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

33 24 Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotek diwajibkan untuk : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan. b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien Pengelolaan Apotek Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, Apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, APA bertanggung jawab mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi, keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Banyaknya

34 25 jenis perbekalan farmasi yang dikelola mendorong diperlukannya suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan persediaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat Pengadaan Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Pengadaan harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya dan harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku Penyimpanan Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan. Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika. Penataan sedemikan rupa pada desain lemari harus menjamin kebersihan dan keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga Administrasi Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

35 26 yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat Pelayanan Pelayanan apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993 pasal 14 sampai dengan pasal 22, dan perubahan terhadap ketentuan pasal 19 dalam Peraturan tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 19, yang meliputi : a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 12 ayat 1 dan 2); b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 15 ayat 1); c. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten (Pasal 15 ayat 2); d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat (Pasal 15 ayat 3); Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya/ obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien. e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat (Pasal 15 ayat 4a dan 4b); f. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Pasal 16 ayat 1 dan 2);

36 27 g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker (Pasal 17 ayat 1); h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun (Pasal 17 ayat 2); i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku (Pasal 17 ayat 3); j. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI (Pasal 18 ayat 1 dan 2); k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, APA harus menunjuk Apoteker pendamping (Pasal 19 ayat 1); l. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti (Pasal 19 ayat 2); m. Penunjukan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Pasal 19 ayat 3); n. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA (Pasal 19 ayat 4); o. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut (Pasal 19 ayat 5); p. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotek (Pasal 20); q. Apoteker Pendamping yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA (Pasal 21); r. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (Pasal 22 ayat 1); s. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah pengawasan Apoteker (Pasal 22 ayat 2).

37 Pengadaan Persediaan Apotek (Quick, 1997; Seto, Yunita & Lily, 2004) Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan, yaitu: a. Doematig, artinya sesuai tujuan atau rencana. Pengadaan harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak atau kemampuan. c. Wetmatig, artinya sistem atau cara pegadaannya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut: a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya, seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara: a. Pembelian kontan atau kredit Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk

38 29 melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya sampai jatuh tempo. b. Pembelian konsinyasi (kredit atau titipan obat) Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Pengendalian Persediaan Apotek Aktivitas pengendalian persediaan bertujuan untuk pengaturan persediaan obat di apotek agar menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek secara efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan cara pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimal dan yang harus ada di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk memastikan pasien memperoleh obat yang diperlukan, mencegah risiko kualitas barang yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga obat bersaing, pengiriman cepat, dan kualitas obat yang baik. Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997) : a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Vital dalam analisis VEN maksudnya adalah obat untuk penyelamatan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan

39 30 obat golongan ini diprioritaskan. Contohnya adalah obat-obat hipertensi dan diabetes. Obat esensial adalah obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak, yang resepnya sering datang ke apotek. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving. Obat non-esensial adalah obat pelengkap yang tidak banyak diminta dan tidak esensial. b. Analisis Pareto (ABC) Analisis pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah sehingga untuk mengendalikan persediaan barang difokuskan pada item persediaan yang bernilai tinggi daripada yang bernilai rendah. Kelas A merupakan persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan. Meskipun jumlahnya hanya sekitar 20% dari seluruh ítem tetapi memiliki dampak biaya yang tinggi. Kelas B merupakan persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 30% dari seluruh item. Kelas C adalah persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item. Pengendalian persediaan untuk kelas A dilakukan secara intensif, untuk kelas B dilakukan secara moderat, dan kelas C dilakukan secara sederhana. Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara menghitung total investasi tiap jenis obat kemudian mengelompokan berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari nilai investasi terbesar hingga terkecil. Kelompok A memiliki nilai investasi 70% dari total investasi obat keseluruhan, kelompok B memiliki nilai investasi 20% dari total investasi obat keseluruhan dan kelompok C memiliki nilai investasi 10% dari total investasi obat keseluruhan.

40 31 c. Analisis VEN-ABC Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN-ABC menggabungkan analisis pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut: A B C V E N VA EA NA VB EB NB VC EC NC Gambar 2.3 Matriks VEN - ABC Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pharmaceutical care (PC) seringkali diartikan sebagai Asuhan Kefarmasian atau Pelayanan Kefarmasian. Pharmaceutical care adalah tanggung jawab farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. PC diimplementasikan dengan Good Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi yang diinginkan.

41 32 Pelaksanaan Good Pharmacy Practice di farmasi komunitas adalah sebagai berikut: a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa kriteria. b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi). c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal melalui telepon atau kunjungan residensial. d. Melakukan ceramah tentang kesehatan dan obat, memberdayakan masyarakat tentang penggunaan obat yang baik dan upaya dalam pencegahan penyakit di masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi peayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care). a. Pelayanan Resep 1. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Skrining terhadap persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang minta; cara pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. Skrining kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. 2. Penyiapan obat Penyiapan obat dimulai dengan peracikan. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap

42 33 dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. b. Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya. c. Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

43 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien, keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya penyakitnya cepat sembuh. Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain. Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut: a. Ketidakpatuhan pasien Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif membuat pasien menggandakan dosis sendiri. b. Penggunaan obat yang tidak rasional Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak terjangkau oleh pasien. c. Penggunaan obat yang tidak benar Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien. Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan inhaler, suppositoria, dan obat tetes. KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain : 1. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

44 35 a. Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat b. Menurunkan ketidakpatuhan. c. Menurunkan efek samping obat. d. Menurunkan biaya pengobatan. e. Meningkatkan pemahaman tentang penyakit. f. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional. 2. Bagi Apoteker a. Meningkatkan citra profesi. b. Meningkatkan kepuasan kerja. c. Menarik customer Pelayanan Informasi Obat (PIO) Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting. Pelaksanaan PIO di apotek bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain sehingga menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif. b. Objektif c. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan. d. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya. e. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik, melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

45 Konseling Salah satu bentuk standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker di apotek adalah pemberian konseling. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien dapat terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Swamedikasi Swamedikasi adalah melakukan pengobatan mandiri tanpa melalui dokter ketika sedang sakit. Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag, masalah pada kulit, hingga iritasi ringan pada mata. Konsep modern dari swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengonsumsi vitamin dan suplemen kesehatan atau suplemen makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di masyarakat adalah : 1. Harga obat yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal mendorong masyarakat berinisiatif untuk mengobati dirinya sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi dengan dokter. Biasanya penggunaan obat yang dipilih adalah kategori obat OTC dan obat DOWA. 2. Pergeseran pola pengobatan dari kuratif rehabilitatif menjadi preventif rehabilitatif. Penyebabnya adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin tinggi; penghasilan per individu yang meningkat; teknologi informasi semakin cepat, mudah, dan jelas; dan lain-lain. Untuk itu, upaya yang dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit, sehingga obat-obatan yang dicari adalah obat-obat bebas dan suplemen makanan atau suplemen kesehatan.

46 37 Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi, antara lain : 1. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat aktif,indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara penggunaan. 2. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi batuk saja, tidak perlu obat penurun demam. 3. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau memburuk maka segera konsultasikan ke dokter. 4. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya. 5. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi).

47 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA 3.1 Sejarah dan Lokasi Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA /KANWIL/SIA/01/0. Apotek ini merupakan apotek kerjasama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta. Sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) Atrika adalah Bapak Dr. Harmita, Apt. Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat yang merupakan kawasan pemukiman penduduk. Apotek Atrika terletak di tepi jalan yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta merupakan jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar apotek terdapat banyak praktek dokter umum, dokter spesialis, dan dokter hewan. Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotek Atrika buka dari hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul sampai WIB, kecuali untuk hari Sabtu hanya sampai pukul WIB, sedangkan hari Minggu dan hari libur nasional tutup. 3.2 Tata Ruang Bagian depan Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat parkir. Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan terdiri dari ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel. Gambar denah Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2. Penyusunan obat dilakukan berdasarkan susunan abjad dan disesuaikan berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek Atrika dibagi menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria, obat tetes mata, obat tetes telinga, dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk 38

48 39 menyimpan obat generik, obat golongan narkotika, psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa. 3.3 Struktur Organisasi Pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas serta wewenang tiap jabatan dilakukan oleh APA. Seorang APA harus dapat memprediksi dan membentuk struktur organisasi apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. APA harus mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan fungsi kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana. Apotek Atrika mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian sebagai berikut: a. Tenaga teknis farmasi, yaitu: Pemilik Sarana Apotek : 1 orang Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang Apoteker Pendamping : 1 orang Asisten Apoteker : 2 orang Juru resep : 1 orang b. Tenaga non teknis farmasi, yaitu: Tenaga keuangan dan kasir : 2 orang Kurir : 1 orang 3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masingmasing karyawan.

49 40 c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan. i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian. j. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan narkotika dan psikotropika Apoteker Pendamping Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab APA ketika APA sedang tidak berada di tempat. b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien. c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya. d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit. e. Bertanggung jawab atas pengadaan obat Asisten Apoteker Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

50 41 a. Melakukan pendataan kebutuhan barang. b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkankan obat. d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Mencatat keluar masuk barang. g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa. h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk Juru Resep Tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek adalah juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker. c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker. d. Menjaga kebersihan apotek Kasir Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

51 42 a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit. b. Menerima barang masuk. c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk. d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas. e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan. f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan. g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan Keuangan Tugas dan kewajiban bagian keuangan adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi. b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep. c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional apotek, seperti listrik dan telepon. d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran faktur dengan PBF Pesuruh Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan apotek. b. Menjamin kerapian apotek. c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis kefarmasian Kurir Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut: a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar. b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat. c. Menerima uang hasil pembayaran obat.

52 Kegiatan di Apotek Atrika Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I pukul dan shift II pukul Apotek Atrika buka hari Senin sampai Jumat mulai pukul WIB, hari Sabtu pukul , sedangkan hari Minggu dan hari libur nasional tutup. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Pengadaan Barang APA merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan perbekalan farmasi, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang, Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang diparaf oleh Asisten Apoteker. Pengadaan barang di Apotek Atrika, baik jenis maupun jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau slow moving. Pengadaan juga didasarkan pada obat-obat yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek. Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (cash order delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor kepada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang tersebut dapat dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek, di mana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran dilakukan hanya terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh tempo.

53 44 b. Pemesanan Barang Berdasarkan buku defekta, pemesanan dilakukan kepada PBF dan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon. c. Penerimaan Barang Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no. faktur, nama dan jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan, potongan harga, dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke dalam kartu stok besar dan kartu stok kecil. Bila terjadi perubahan harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir. d. Penyimpanan Barang Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk sediaan obat dan menurut abjad, baik untuk obat ethical, maupun untuk obat OTC. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), di mana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/ atau paling atas, agar keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barangbarang yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping. e. Pengeluaran Barang Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

54 45 dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada buku penjualan barang bebas (OTC), sedangkan barang yang keluar dari penjualan resep dicatat pada buku resep. f. Pemeriksaan dan Pencatatan Stok Barang Kegiatan ini dilakukan setiap hari berdasarkan buku penjualan dan buku resep. Jumlah barang yang ada dicocokkan dengan jumlah yang tertera pada kartu stok kecil. Barang yang habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan pemesanan. g. Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak) Obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep-resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter disebut dengan sediaan standar. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah minyak kayu putih, minyak telon, lisol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad Pengelolaan Narkotika a. Pengadaan Narkotika Kegiatan ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan oleh Apoteker Pengelola Apotek. b. Penyimpanan Narkotika Narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping. c. Pelayanan Narkotika Pelayanan resep yang mengandung narkotika telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Narkotika pada resep digaris bawah merah, dan resepnya disimpan terpisah dari resep lain.

55 46 d. Pelaporan Narkotika Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip Pengelolaan Psikotropika a. Pengadaan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Penyimpanan Psikotropika Di Apotek Atrika, psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan kunci lemari dipegang oleh Apoteker Pendamping. c. Pelayanan Psikotropika Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan salinan resep. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep lain. d. Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip Pelayanan Apotek a. Pelayanan Obat dengan Resep Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir. Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon pasien.

56 47 Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang, maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya. b. Pelayanan Obat Tanpa Resep Apotek Atrika melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian Kegiatan Administrasi a. Administrasi Personalia Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai. b. Administrasi Umum Apotek Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

57 48 c. Administrasi Penjualan Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara tunai. Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah. d. Administrasi Pembelian Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur. e. Administrasi Pajak Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame. f. Administrasi Pergudangan Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan. g. Administrasi Piutang Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi Sistem Administrasi Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik, dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek Atrika meliputi:

58 49 a. Buku Defekta Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang telah habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik. b. Surat Pesanan (SP) Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri dari 2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek. c. Buku Faktur Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, dan jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam dipisahkan. d. Buku Perubahan Harga Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar harga, komputer kasir, dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika cabang. e. Buku Daftar Harga Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik. f. Kartu Stok Besar Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang,

59 50 nama PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa. g. Kartu Stok Kecil Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/ masuk barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar, dan sisa stok barang pada lemari. h. Buku Pemasukan Barang Dalam Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil, dan tanggal kadaluarsa. i. Buku Pemasukan Barang Luar Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC. j. Buku Resep Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep. Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat. k. Buku Penjualan Obat Bebas Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang memuat tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat. l. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada. m. Buku Pengiriman Barang ke Cabang Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke Apotek Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini memuat nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa.

60 BAB 4 PEMBAHASAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang tidak terpisahkan, termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di apotek. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apotek juga merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek juga merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran strategis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat dan mendukung upaya kesehatan dasar, seperti swamedikasi atau upaya pengobatan diri sendiri. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, penulis memiliki kesempatan untuk melakukan PKPA di Apotek Atrika yang berlokasi di di Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat dengan nomor nomor SIA /KANWIL/SIA/01/0 merupakan sebuah apotek kerja sama antara Bapak Winardi Hendrayanta sebagai pemilik sarana apotek (PSA) dengan Dr. Harmita, Apt., sebagai apoteker pengelola apotek (APA). Ditinjau dari letaknya, Apotek Atrika terletak pada lokasi yang cukup strategis karena berdekatan dengan pemukiman penduduk juga dengan beberapa praktek dokter. Lokasinya yang cukup strategis juga didukung dengan keberadaan beberapa sarana kesehatan lain yang letaknya tidak jauh dari apotek, seperti puskesmas, rumah sakit, dan pelayanan kesehatan gereja, selain itu keberadaan apotek pesaing juga cukup jauh letaknya. Apotek ini terletak di sisi jalan dua arah yang cukup ramai dilalui kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, sehingga mudah untuk dicapai. Lokasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1a. 51

61 52 Dari segi bangunan dan fasilitas, halaman depan Apotek Atrika dapat digunakan sebagai tempat parkir yang cukup untuk satu mobil dan beberapa sepeda motor. Di halaman depan juga terdapat papan bertuliskan Apotek yang besar dan jelas serta memiliki warna yang terang sehingga menarik penglihatan masyarakat yang melintas. Papan nama Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1b dan 1c. Bagian dalam Apotek Atrika terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan apotek digunakan sebagai tempat untuk penerimaan resep, penyerahan obat, etalase penyimpanan obat bebas, kasir dan ruang tunggu. Jumlah kursi di ruang tunggu sudah dirasa cukup jika dilihat dari jumlah pelanggan yang datang setiap harinya dan ditambah dengan waktu pelayanan yang dibutuhkan tidak terlalu lama sehingga pengunjung yang menunggu untuk dilayani dapat bergantian. Ruang tunggu selalu terjaga bersih dan dilengkapi pendingin ruangan sehingga pengunjung merasa nyaman selama menunggu obat disiapkan. Ruang tunggu yang didesain menghadap ke etalase obat bebas memudahkan pengunjung untuk melihat barang yang dipajang di dalamnya. Kemudahan pengunjung untuk melihat dan memilih obat bebas yang diperlukan ini memiliki efek positif terhadap apotik karena dapat meningkatkan penjualan. Tata ruang Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2a hingga 2c. Ruang dalam digunakan sebagai ruang racik dan ruang kerja. Ruangan ini memiliki luas yang cukup untuk kegiatan peracikan obat dan administrasi apotik. Ruang dalam juga dilengkapi pendingin ruangan untuk menjaga temperatur ruangan tetap pada temperatur stabilitas obat selama penyimpanan dan memberikan kenyamanan bagi personel apotek dalam melakukan pekerjaannya di ruangan dalam. Pada bagian tengah ruang dalam terdapat meja racik yang dikelilingi rak penyimpanan obat. Disebelah meja racik terdapat meja kerja yang jaraknya cukup untuk memisahkan kegiatan administrasi dan peracikan obat. Peralatan untuk keperluan kegiatan peracikan terletak rapi dimeja racik. Di antara meja racik dan mja kerja terdapat rak yang berisi buku-buku referensi yang biasa digunakan. Pada ruang dalam juga terdapat obat-obatan yang disusun dalam rak sesuai jenis sediaannya dengan penataan yang menggunakan sistem alfabetis, sehingga terlindung dari debu, kelembapan, dan cahaya yang berlebihan. Pada

62 53 ruang dalam juga terdapat toilet untuk karyawan yang dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan sebagai tempat cuci tangan sebelum dan sesudah peracikan dan pencucian alat. Denah ruangan Apotek Atrika secara umum dapat dilihat pada Lampiran 2c. Tidak ada obat yang disimpan dalam jumlah besar di Apotik Atrika. Obatobatan terutama obat etikal di Apotek Atrika seluruhnya dilakukan pada lemari obat yang terletak di ruang dalam, sehingga Apotek Atrika tidak memerlukan ruang tambahan sebagai gudang penyimpanan obat. Hal ini dikarenakan lokasi apotek yang berdekatan dengan beberapa PBF sehingga apotek tidak perlu menyimpan stok obat dalam jumlah besar, kecuali untuk obat-obat yang perputarannya cepat atau fast moving. Dengan tidak adanya gudang maka pengeluaran lebih dapat ditekan karena Apotik Atrika tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan stok dan perawatan gudang serta dapat mencegah kerugian akibat obat kadaluarsa sebelum terjual. Penataan obat di Apotek Atrika dilakukan dengan rapih dan alfabetis sehingga memudahkan proses pengambilan obat saat dibutuhkan. Obat-obat bebas atau over the counter (OTC) dipajang pada etalase di ruang depan sedangkan obat yang harus dengan resep dokter atau ethical diletakkan pada lemari obat di ruang dalam. Obat diletakan pada lemari berbeda yang dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan, yaitu sediaan oral padat, sediaan oral cair dan sediaan topikal. Obat generik dan obat yang perputaran penjulannya cepat juga diletakkan dilemari terpisah. Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika diletakkan di lemari khusus yang terpisah dari obat ethical lainnya. Masing-masing kelompok sediaan disusun secara alfabetis dari bagian atas lemari hingga ke bagian bawah lemari sehingga memudahkan pencarian. Obat-obat generik ditempatkan pada lemari tersendiri dan beberapa obat yang sering digunakan dalam obat racikan di taruh pada wadah khusus yang lebih kecil di meja racik mudah dijangkau saat dibutuhkan ketika peracikan obat. Penyusunan obat pada lemari di Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 3. Obat yang akan kadaluarsa diletakkan terpisah dan ditandai (dengan kertas yang ditulis tanggal daluarsanya) agar personel apotik mendahulukan penjualan obat tersebut sebelum masa kadaluarsanya tiba. Obat ini dikelompokkan sesuai

63 54 bulan kadaluarsa, dan dilakukan pencatatan pada buku khusus obat yang akan expired. Obat-obat tersebut akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk dikembalikan kepada PBF. Pada lemari obat yang sejenis diberi catatan pengingat agar jika terdapat permintaan terhadap obat tersebut maka opersonel mendahulukan ppenjualan obat yang ada di lemari kadaluarsa tersebut. Lancarnya kegiatan di apotek juga ditunjang dari tersedianya sumber daya manusia yang profesional, terampil, dan dapat dipercaya. APA yang bekerja Apotek Atrika dalam menjalankan kegiatannya dibantu oleh beberapa orang karyawan, yang terdiri dari satu orang Apoteker Pendamping, satu orang Asisten Apoteker, satu orang juru resep, dua orang tenaga keuangan dan kasir, lima orang kurir serta dua orang petugas kebersihan. Susunan organisasi di Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengendalian persediaan Di Apotik Atrika terlaksana dengan baik. Pemesanan obat yang dilakukan hampir setiap hari menyebabkan obat-obat di apotek selalu tersedia dan berputar dengan cepat sehingga kerugian apotek dapat diminimalkan. Kondisi ini didukung oleh lokasi apotek yang berdekatan dengan PBF sehingga waktu tunggu barang pesanan datang atau lead time yang diperlukan umumnya cepat sekitar kurang dari satu hari. Pemesanan obat disesuaikan dengan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut. Obat yang tersedia pada lebih dari satu PBF, akan dipesan pada PBF dengan pertimbangan harga lebih murah, adanya potongan harga, ada tambahan bonus atau waktu pengantaran yang lebih singkat. Pada saat barang yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian jenis dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan yang tertera pada faktur dan surat pesanan (SP). Bentuk surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 7. Setelah seluruhnya sesuai, maka faktur diberi tanggal dan nomor urut, stempel apotek serta tandatangan personel apotek yang menerima. Setelah serah terima faktur dan SP, dilakukan pemeriksaan fisik, nomor bets dan tanggal kadaluarsanya. Barang yang baru datang kemudian ditulis pada buku pemasukan barang, kartu pemasukan barang dan kartu stok harian. Buku pemasukan barang berisi nama dan jumlah barang yang dibeli setiap hari dan dilakukan pemisahan pencatatan antara obat OTC dan ethical. Kartu pemasukan barang berisi jenis

64 55 barang, tanggal dan nama PBF yang masuk ke apotek. Kartu stok harian berisi jumlah barang yang masuk dan keluar beserta tanggal dan keterangan asal barang dan kemana barang tersebut dikeluarkan. Penulisan pada kartu pemasukan barang dan kartu stok harian dimaksudkan agar jumlah persediaan barang terdokumentasi dengan baik dan dapat ditelusuri jika terjadi ketidak sesuaian antara jumlah fisik dan jumlah yang tertera pada kartu stok harian. Kartu stok juga dibedakan berdasarkan jenis sediaannya untuk mempermudah penelusuran. Faktur yang datang juga ditulis pada buku faktur. Buku faktur mencatat seluruh pembelian dan berfungsi untuk mengetahui jumlah pembelian setiap hari dan hutang yang akan jatuh tempo. Faktur kemudian dikumpulkan sesuai tanggal untuk ditukar ke PBF pada tanggal 5 dan 15 setiap bulannya, sedangkan tanggal pembayaran ditentukan oleh personel Apotek pada saat penukaran faktur tersebut. Dengan sistem pembayaran seperti ini, apotek tidak harus membayar setiap hari dan tanggal pembayaran lebih teratur sehingga arus keuangan yang keluar dapat lebih mudah dikendalikan. Setelah barang diperiksa dan dicatat pada buku pemasukan barang, kartu pemasukan barang, kartu stok harian, dan buku faktur, kemudian barang diletakkan pada lemari penyimpanan sesuai jenis sediaan secara alfabetis. Sistem pencatatan barang masuk dan contoh buku faktur dapat dilihat pada Lampiran 5. Barang yang disimpan di lemari obat disusun menggunakan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) untuk mengurangi kerugian akibat obat-obat yang kadaluarsa sebelum terjual. Barang dengan waktu kadaluwarsa yang tertera lebih lama diletakkan pada posisi lebih bawah atau lebih belakang. Sedangkan barang dengan waktu kadaluarsa lebih cepat diletakkan di posisi lebih atas atau lebih depan agar jika ada permintaan, personel akan mengambilnya lebih dulu dan barang lebih cepat terjual. Setiap pengeluaran barang, baik karena pembelian bebas dan resep, permintaan obat antaran, dan pengiriman ke Apotek Atrika cabang dicatat pada kartu stok dan buku masing-masing sesuai dengan jenis pengeluarannya. Setiap hari dilakukan pencatatan keluar/masuk obat pada kartu stok yang juga dibuktikan kebenarannya dengan memeriksa jumlah fisik sebenarnya pada lemari penyimpanan.

65 56 Pengelolaan resep di Apotek Atrika dilakukan dengan cukup baik. Semua resep yang diterima, disimpan setiap harinya, disusun berdasarkan nomor urut resep, dan dikelompokkan berdasarkan bulannya. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan agar pelaporan setiap bulan menjadi lebih mudah. Pada pengeluaran obat yang diresepkan, dilakukan pencatatan pada buku resep yang meliputi tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat yang diberikan. Resep disimpan selama 3 tahun, setelah itu dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita acara (Lampiran 12) yang selanjutnya dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Pelayanan resep pada Apotek Atrika dilakukan berdasarkan langkah HTKP (H/Harga, T/Timbang, K/Kemas, dan P/Penyerahan). Resep yang akan ditebus pada awalnya akan ditempeli dengan label berisi tabel HTKP putih untuk obat non-narkotik dan HTKP kuning untuk resep mengandung narkotik. Pertamatama dilakukan perhitungan harga obat. Setelah diketahui harganya, harga tersebut diberitahukan kepada pasien/pengunjung. Dengan mempertimbangkan harga tersebut, pasien/pengunjung mempunyai hak untuk memilih apakah akan menebus seluruh resep atau hanya sebagian saja. Setelah mendapat keputusan dari pasien, resep kemudian disiapkan mulai dari penimbangan/peracikan, pengemasan, hingga obat diserahkan pada pasien/pengunjung. Masing-masing orang yang melakukan fungsi pada HTKP harus menandatangani kotak dimana ia melakukan fungsinya. Alur penanganan resep, salinan resep dan etiket Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengelolaan obat narkotika dan psikotropika di Apotek Atrika dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus yang diisi dan ditandatangani oleh APA (Lampiran 8a dan 8b). Penerimaan obat narkotika dan psikotropika yang telah dipesan sebelumnya hanya dilakukan oleh APA, Apoteker pendamping, atau Asisten Apoteker yang memiliki nomor izin kerja dan telah tersertifikasi sebagai tenaga kefarmasian. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika yang masuk dan keluar dilakukan pada kartu pemasukan barang, kartu stok harian, dan buku stok harian yang disimpan terpisah dari kartu barang lainnya. Isi buku stok harian untuk barang psikotropik dapat dilihat pada Lampiran 9.

66 57 Pembayaran obat golongan narkotika dilakukan secara tunai, sedangkan obat psikotropika dapat dilakukan secara kredit. Penyimpanannya dilakukan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu, terkunci, serta menempel pada dinding. Pelayanan resep yang mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, dan obat yang diserahkan dicatat pada buku khusus pengeluaran obat narkotika dan psikotropika. Obat golongan narkotika pada resep diberi garis bawah merah dan disimpan di tempat yang terpisah dari resep lain. Apotek Atrika memberikan laporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat setiap bulan, sebelum tanggal 10. Format laporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika di Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Pemusnahan obat golongan narkotika dan psikotropika yang rusak dan sudah kadaluarsa dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, tetapi pemusnahan ini sangat jarang dilakukan di Apotek Atrika karena penyediaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan secermat mungkin untuk menghindari adanya obat yang kadaluarsa sebelum terjual. Ditinjau dari pelayanan yang diberikan, pelayanan resep baik racik maupun non-racik di Apotek Atrika sudah cukup baik dan efisien sehingga pengunjung tidak perlu menunggu terlalu lama. Selain itu, harga produk yang dijual di Apotek Atrika juga cukup bersaing dengan Apotek lain. Ketersediaan dan kelengkapan barang yang dijual di Apotek Atrika sudah cukup baik, karena sedikit pengunjung yang resepnya ditolak atau tidak mendapatkan obat yang dicarinya ketika datang ke Apotek Atrika. Hal ini terjadi karena Apotek Atrika menjalin hubungan baik dengan PBF sebagai pemasok produk obat, apotek lain sebagai rekan, maupun dokter khususnya dokter praktek di sekitar Apotek. Hubungan dengan apotek lain dan PBF bisa dibilang menguntungkan, karena bila obat yang diminta pasien tidak tersedia, maka apotek dapat membeli obat tersebut dari apotek rekanan tersebut, atau memesan barang pada PBF dan meminta untuk dikirim dengan segera sehingga ketepatan pelayanan resep dapat selalu ditingkatkan dan apotek tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Pelayanan informasi obat bagi pasien telah terlaksana cukup baik

67 58 karena Apoteker yang selalu berada di apotek, tetapi pemberian konseling terutama saat penyerahan golongan obat keras masih terus ditingkatkan. Proses administrasi dalam hal pencatatan obat juga dilakukan secara manual dan dilanjutkan dengan komputerisasi untuk meningkatkan kinerja. Sistem ini menggunakan program khusus yang meliputi pencatatan pembelian, persediaan, penjualan barang-barang di apotek beserta keterangan dari barangbarang tersebut dan arus keuangan. Sistem ini berguna dalam mengintegrasikan informasi mengenai arus barang apotek, termasuk dalam hal pengeluaran dan pemasukan barang karena sistem ini terhubung langsung dengan kasir dan personel yang melakukan transaksi penjualan lainnya, serta adanya peringatan mengenai obat yang akan kadaluarsa agar didahulukan untuk dijual.

68 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mengelola kegiatan apotek. Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) di apotek atrika telah melakukan pengelolaan apotek sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi kegiatan perencanaan, pemesanan, penerimaan, pemberian harga, penyimpanan, pendistribusian / pelayanan, pencatatan persediaan, dan pelaporan. Untuk mengelola apotek diperlukan keseimbangan kemampuan yang baik antara pelaksanaan tanggung jawab profesi dan keterampilan wiraswasta demi kemajuan dan keberlangsungan apotek yang dikelolanya. Kemampuan ini meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian, juga pengelolaan keuangan, personalia, serta administrasi lainnya Apotek Atrika merupakan contoh apotek yang cukup baik sebagai tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), karena telah menerapkan sistem manajemen dan administrasi dengan baik, yang terlihat dari perencanaan dan pengadaan barang yang efisien, penyimpanan dan penataan persediaan yang teratur, arus barang keluar dan masuk senantiasa tercatat, pelayanan masyarakat yang efektif dan efisien, pengelolaan dan pengawasan keuangan dan administrasi yang jelas serta kegiatan promosi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5.2 Saran Diperlukan reparasi komputer bagian kasir di Apotek Atrika, sehingga sistem penjualan dapat dimasukkan lebih mudah, juga dapat melihat harga obat dengan mudah saat ditanyakan pasien, memeriksa interaksi dan efek samping obat, juga untuk melihat stok ketersediaan obat Dalam hal pelayanan kefarmasian di Apotek Atrika, pelayanan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada para pelanggannya dapat 59

69 60 ditingkatkan penerapannya sebagai wujud peran apoteker dalam menjalankan keprofesiannya sehingga keberhasilan terapi dapat tercapai. Selain itu pelayanan swamedikasi dapat ditingkatkan oleh apoteker yang bertugas untuk dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional, maka pelayanan swamedikasi perlu dioptimalkan. Juga tidak memperbolehkan pembelian obat golongan keras non-owa tanpa resep dokter Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat menunggu proses pelayanan perlu adanya peningkatan fasilitas di ruang tunggu seperti penambahan jumlah kursi, serta pengadaan majalah, koran atau televisi Perlu dilakukannya pelatihan secara berkesinambungan terhadap para karyawan dan karyawati di apotek atrika untuk meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan kepada masyarakat dan selalu menerapkan slogan 5 S yaitu, senyum, salam, sapa, sopan dan santun.

70 DAFTAR ACUAN Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DEPKES RI. Kementerian Kesehatan. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan. (1997). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 Tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standard Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kementerian Kesehatan RI. (2006). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Visi dan Misi Depkes Tahun Diakses tanggal 2 Mei 2014, pukul

71 62 Kementerian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed Revised and Expanded. Kumarian Pers. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta : Airlangga University Pers. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun (1997). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta.

72 63 Lampiran 1a. Peta lokasi Apotek Atrika [Sumber: Holtrof, 2003, telah diolah kembali ]

73 64 Lampiran 1b. Papan nama Apotek Atrika

74 65 Lampiran 2a. Tata Ruang Tampak Luar Apotek Atrika Lampiran 2b. Tata Ruang Ruang Depan Apotek Atrika

75 66 Lampiran 2c. Denah ruangan Apotek Atrika Rak obat generik Meja komputer Lemari narkotika dan psikotropika Rak obat ethical oral solid Meja kerja Meja racik Rak obat ethical oral solid (atas) dan liquid (bawah) Rak obat ethical topikal Meja kartu stok dan buku-buku Rak obat ethical oral solid Meja Rak obat OTC liquid Rak obat OTC liquid dan topikal Rak obat konsinyasi Kasir Counter obat OTC solid Counter obat OTC solid

76 67 Lampiran 3a. Lemari Penyimpanan Obat Topikal di Apotek Atrika Lampiran 3b. Lemari Penyimpanan Obat Oral Padat di Apotek Atrika

77 68 Lampiran 3b. Lemari Penyimpanan Obat Oral Padat di Apotek Atrika (Lanjutan)

78 69 Lampiran 3c. Lemari Penyimpanan Obat Oral Cair dan Obat Mendekati Kadaluwarsa di Apotek Atrika Lampiran 3d. Lemari Penyimpanan Obat Generik di Apotek Atrika

79 70 Lampiran 4. Struktur organisasi Apotek Atrika Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Juru Resep Kasir Kurir

80 71 Lampiran 5a. Isi Buku Pemasukan Barang Lampiran 5b. Buku Perubahan Harga

81 72 Lampiran 5c. Kartu Pemasukan Barang (Kartu Gudang)

82 73 Lampiran 6a. Alur penanganan resep Penerimaan resep Resep kredit Resep tunai Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pasien mendapat nomor urut resep Pasien mendapat nomor resep dan membayar di kasir Bagian peracikan Obat jadi Obat racikan Pemberian etiket dan salinan resep Pemeriksaan kesesuaian obat Penyerahan obat Obat diterima pasien Resep disimpan oleh apotek

83 74 Lampiran 6b. Salinan Resep Apotek Atrika

84 75 Lampiran 6c. Etiket Apotek Atrika Lampiran 6d. Label HTKP (Harga, Timbang, Kemas dan Penyerahan) Keterangan: putih untuk resep non-narkotik dan kuning untuk resep narkotik \

85 76 Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika

86 77 Lampiran 8a. Surat Pesanan (SP) Narkotika

87 78 Lampiran 8b. Surat Pesanan (SP) psikotropika

88 79 Lampiran 9. Isi Buku Stok Harian Psikotropik

89 80 Lampiran10. Laporan penggunaan obat golongan narkotika

90 81 Lampiran 11. Laporan penggunaan obat golongan psikotropika

91 82 Lampiran 11. Laporan penggunaan psikotropika (lanjutan) \

92 83 Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Resep BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP POM.53.OB.53.AP.53.P1 Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun... sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 280/MenKes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek, Kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Apoteker Pengelola Apotek : SIPA Nomor : Tanggal Nama Apotek : Alamat Apotek : Dengan disaksikan oleh : 1. Nama : Jabatan : SIK Nomor : Tanggal 2. Nama : Jabatan : SIK Nomor : Tanggal Telah melakukan pemusnahan resep pada Apotek kami yang telah melewati batas waktu penyimpanan selama tiga tahun, yaitu : Resep dari tanggal... sampai dengan tanggal... Seberat... kg Tempat dilakukan pemusnahan : Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita acara ini dibuat dalam rangkap empat dan dikirimkan kepada : 1. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia 2. Kepala Dinas Kesehatan 3. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan 4. Satu sebagai arsip di Apotek Saksi-saksi :..., Yang membuat berita acara, 1. (... ) S.I.K. No. 2. (... ) (... ) S.I.K. No. S.I.P.A. No.

93 UNIVERSITAS INDONESIA REKAPITULASI DAN ANALISIS RESEP ANTI HIPERLIPIDEMIA SIMVASTATIN DI APOTEK ATRIKA PERIODE OKTOBER 2012 MARET 2013 TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm ANGKATAN LXXVI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK MEI 2013

94 UNIVERSITAS INDONESIA REKAPITULASI DAN ANALISIS RESEP ANTI HIPERLIPIDEMIA SIMVASTATIN DI APOTEK ATRIKA PERIODE OKTOBER 2012 MARET 2013 TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm ANGKATAN LXXVI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK MEI 2013 ii

95 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hiperlipidemia Etiologi dan Patofisiologi Hiperlipidemia Faktor Resiko Hiperlipidemia Manifestasi Klinik dan Diagnosis Sasaran Terapi... 9 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN iii

96 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Nilai serum kolesterol pada berbagai rentang usia dewasa... 3 Gambar 2.2 Penyebab sekunder hiperlipidemia... 5 Gambar 2.3 Algoritma Terapi Umum untuk Hiperlipidemia Gambar 2.4 Penilaian Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Gambar 4.1. Frekuensi penjualan Obat Antihiperlipidemia Simvastatin menggunakan resep dan bebas selama Periode Oktober 2012 Maret 2013 di Apotek Atrika Gambar 4.2 Ketikan Ulang Resep tanggal 1 Oktober v

97 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Fenotip Lipoprotein... 4 Tabel 2.2 Manifestasi klinik dari berbagai tipe hiperkolesterolemia... 6 Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai Total Kolesterol, LDL, HDL, dan Trigliserida... 8 Tabel 2.4 Sasaran LDL Kolesterol dan batasan nilai untuk terapi perubahan gaya hidup (PGH) dan terapi obat dalam kategori resiko berbeda... 9 Tabel 2.5 Komponen esensial untuk terapi perubahan gaya hidup Tabel 2.6 Efek Terapi Obat terhadap Lipid dan Lipoprotein Tabel 2.7 Fenotip Lipoprotein dan Anjuran Obat untuk Pengobatan Tabel 2.8 Dosis Statin Tabel 2.9 Efek Samping Niasin Tabel 4.1. Rekapitulasi Resep yang Mengandung Obat Antihiperlipidemia Simvastatin di Apotek Atrika Periode Oktober 2012 Maret Tabel 4.2 Informasi obat-obat yang tertulis di resep Tabel 5.1 Aspek konseling minimum yang perlu diberikan kepada pasien vi

98 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh resep mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin (1). 34 Lampiran 2. Contoh resep mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin (2). 35 Lampiran 3. Contoh resep mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin (3). 36 Lampiran 4. Nama, Alamat dan No. Telp Pedagang Besar Farmasi (PBF) vii

99 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan IPTEK menyebabkan perubahan pada pola hidup manusia. Kebanyakan masyarakat saat ini lebih memilih makanan cepat saji yang sebenarnya makanan tersebut kurang baik untuk kesehatan, karena banyak mengandung lemak dengan sedikit serat. Disamping itu, cara hidup yang sibuk menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk melakukan aktifitas fisik yaitu berolahraga. Salah satu perubahan pada pola hidup yang seperti ini mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh misalnya lipid. Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen yang meliputi lemak, minyak, steroid, wax dan senyawa terkait. Lemak atau lipid adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh (Botham dan Mayes, 2009). Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa larut dalam darah; gabungan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein (Murray, Granner, Mayes, Rodwell, 2003). Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar lemak darah yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida serta kadar kolesterol HDL diatas normal (DiPiro, 2005). Oleh sebab itu, terdapat berbagai macam terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah hiperlipidemia, baik terapi nonfarmakologi maupun terapi farmakologi. Terapi nonfarmakologi digunakan untuk membantu dalam menurunkan kadar lemakdalam darah tanpa menggunakan obat-obatan, sedangkan terapi farmakologi digunakan dadalam menurunkan kadar lemak dalam darah dengan penggunaan obat-obatan. Dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, dilakukan rekapitulasi dan analisis resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin yang diterima di Apotek Atrika selama periode 1

100 2 Oktober 2012 sampai dengan Maret Terhadap salah satu resep-resep tersebut, dilakukan pembahasan tentang cara konseling yang diberikan kepada pasien. Dari hasil rekapitulasi dan analisis resep tersebut, diharapkan dapat diketahui profil peresepan dan penggunaan obat antihiperlipidemia simvastatin pada apotek ini. 1.2 Tujuan a. Melakukan rekapitulasi resep yang mengandung antihiperlipidemia simvastatin yang terdapat di Apotek Atrika pada periode Oktober 2012 Maret b. Melakukan analisis resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin yang terdapat di Apotek Atrika pada periode Oktober 2012 Maret 2013.

101 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hiperlipidemia Hiperlipidemia didefinisikan sebagai peningkatan dari satu atau lebih komponen berikut: kolesterol, ester kolesterol, fosfolipid, atau triasilgliserol (trigliserida). Hiperlipoproteinemia adalah kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi dari makromolekul lipoprotein yang mengangkut lipid dalam plasma (DiPiro, 2005). Ketidak normalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang buruk (predisposisi) terhadap koroner, serebro vaskular, dan penyakit pembuluh arteri perifer (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009). 2.2 Etiologi dan Patofisiologi Total kolesterol dan kolesterol LDL meningkat seiring pertambahan usia, baik pada pria ataupun pada wanita. Gambar 2.9 menunjukkan nilai serum kolesterol pada berbagai rentang usia dewasa berdasarkan hasil survey kesehatan nasional Amerika pada tahun [Sumber: DiPiro, et al., 2005] Gambar 2.1. Nilai serum kolesterol pada berbagai rentang usia dewasa (Survey Kesehatan Nasional Amerika 2000) Dibandingkan dengan nilai HDL, nilai LDL sangat erat kaitannya dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner (PJK). Abnormalitas lipid dan keberadaan faktor resiko kardiovaskular selama masa kanak-kanak sangat berhubungan dengan tingkat keparahan dari aterosklerosis yang terjadi pada kemudian hari. 3

102 4 Berdasarkan penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer (genetik) dan hiperlipidemia sekunder Hiperlipidemia Primer Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi kelainan pada protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan yang tidak normal pada lipoprotein. Klasifikasi Frederickson membagi hiperlipidemia atas dasar fenotip plasma lipoprotein pada Tabel 2.2. Tabel 2.1. Klasifikasi Hiperlipidemia Berdasarkan Fenotip Lipoprotein (Klasifikasi Fredrickson-Levy-Lees) Hiper Penyakit yang terkait Masalah Labs description Pengobatan lipidemia Tipe I Hyperchylomicronaemia Penurunan Peningkatan Kontrol diet lipoprotein lipase (LPL) atau defisiensi ApoC2 kilomikron Tipe IIa Familial hypercholesterolemi, polygenic hypercholesterolemi, nephrosis, hypothyroidism, familial combined hyperlipidemia Defisiensi reseptor LDL Hanya peningkatan pada LDL Bile Acid Sequestrant, Statins, Asam nikotinat Tipe IIb Familial combined hyperlipidemia Penurunan reseptor LDL dan peningkatan ApoB Tipe III Dysbetalipoproteinemia Kerusakan pada sintesis ApoE Tipe IV Familial Peningkatan hypertriglyceridemia, produksi VLDL familial combined dan penurunan hyperlipidemia, sporadic eliminasi VLDL hypertriglyceridemia, diabetes Tipe V Diabetes Peningkatan produksi VLDL dan penurunan LPL Peningkatan LDL, VLDL Peningkatan IDL Peningkatan VLDL Peningkatan VLDL dan kilomikron Statins, Asam nikotinat, Gemfibrozil Gemfibrozil Asam nikotinat Nicotinic acid, Gemfibrozil

103 Hiperlipidemia Sekunder Hiperlipidemia sekunder, yang biasanya terjadi pada orang dewasa mencapai prevalensi 40% dari seluruh kasus hiperlipidemia. Penyebab sekunder yang paling sering adalah gaya hidup dengan asupan makanan yang berlebihan lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans dalam jumlah besar. Penyebab sekunder lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi alkohol yang berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, primary biliary cirrhosis, dan penyakit hati kolestatik lainnya. Selain itu obat-obatan seperti tiazid, β-blockers, retinoid, ARV, estrogen dan progestin, serta glukokortikoid. [Sumber: DiPiro, et al., 2005] Gambar 2.2 Penyebab sekunder hiperlipidemia

104 6 2.3 Faktor Resiko Hiperlipidemia (Dipiro, 2005) Berikut ini adalah faktor resiko dari peningkatan level LDL yang setara degan peningkatan resiko PJK : 1. Usia Pria : 45 tahun Wanita : 55 tahun atau pada kondisi menopause prematur tanpa terapi pengganti estrogen 2. Riwayat keluarga dengan PJK prematur Mengalami infark miokard atau kematian mendadak sebelum usia 55 tahun untuk ayah atau garis keluarga ayah tingkat pertama atau sebelum 65 tahun untuk ibu atau garis keluarga ibu tingkat pertama 3. Diabetes, juga sebagai faktor resiko PJK 4. Merokok 5. Hipertensi (TD 140/90 mmhg atau menggunakan medikasi antihipertensi) 6. Nilai HDL rendah ( < 40 mg/dl) Nilai HDL 60 mg/dl dihitung sebagai faktor resiko negatif. 2.4 Manifestasi Klinik dan Diagnosis Hiperlipidemia atau hiperlipoproteinemia merupakan suatu kondisi, bukan merupakan suatu penyakit sehingga tidak ada gejala-gejala klinisnya. Manifestasi klinik dapat terlihat setelah pemeriksaan klinik di laboratorium. Pada tahap lebih lanjut, beberapa symptom yang mungkin timbul antara lain terjadinya penyimpanan lemak pada otot dan kulit (xantoma) dan arteri (arteroma). Hiperlipidemia diklasifikasikan oleh Fredrickson-WHO berdasarkan pola elektroforesis atau ultrasentrifugasi menjadi beberapa tipe, yaitu tipe I, IIa, IIb, III, IV, dan V. Tabel 2.2 Manifestasi klinik dari berbagai tipe hiperkolesterolemia Hiperlipoproteinemia Tipe I Keterangan Disebut juga hyperchylomicronemia familial, merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan defisiensi lipoprotein lipase sehingga terjadi peningkatan kilomikron. Pada tipe ini ditandai dengan pankreatitis dan nyeri abdominal,muncuknya xantomatosis kutaneus, dan hepatosplenomegali.

105 7 Tipe IIa Tipe IIb Tipe III Tipe IV Tipe V Disebut juga hiperkolestrolemia,merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan peningkatan kadar LDL, ditandai dengan xantoma tendon, xanthelasma, dan premature penyakit kardiovaskular. Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan peningkatan LDL dan VLDL. Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan peningkatan IDL. Pada tipe ini ditandai dengan xantoma striata palmaris, tuberose xantoma, dan aterosklerosis parah yang melibatkan arteri koroner, carotid internal, dan aorta abdominal. Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan peningkatan VLDL. Pada tipe ini sering dialami oleh pasien dewasa obesitas, diabetes, dan hiperurisemia, dan tidak memiliki xantoma. Merupakan bentuk hiperlipoproteinemia yang terkait dengan peningkatan VLDL dan kilomikron. Pada tipe ini ditandai dengan nyeri abdominal, pankreatitis, munculnya xantoma, dan polineuropati perifer. Pasien dengan tipe ini biasanya obesitas, hiperurisemia, dan diabetes. Pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserisa direkomendasikan untuk dilakukan mulai usia lebih dari 20 tahun dan setidaknya dilakukan 5 tahun sekali. Kolesterol total tersusun atas turunan kolesterol dari LDL, VLDL, dan HDL. Pemeriksaan HDL berguna ketika kolesterol plasma meningkat. Pengukuran sebaiknya dilakukan setelah pasien berpuasa selama 12 jam atau lebih, hal ini penting karena jumlah trigliserida dapat meningkat pada individu yang tidak berpuasa sedangkan total kolesterol tidak terlalu berpengaruh pada individu yang berpuasa. Pemeriksaan dilakukan dua kali, 1 sampai 8 minggu secara terpisah, dengan pasien dalam kondisi asupan makanan yang stabil dan tidak memiliki penyakit akut, dianjurkan untuk meminimalisir keragaman dan untuk mendapatkan data dasar yang dapat diepercaya. Jika total kolesterol lebih dari 200 mg/dl, dianjurkan melakukan pemeriksaan kedua dan jika nilainya lebih dari 300 mg/dl secara terpisah, harus menggunakan tiga nilai untuk nilai rata-ratanya. Setelah diketahui adanya abnormalitas pada lipid, hal utama yang harus dievaluasi selanjutnya adalah sejarah pasien (usia, jenis kelamin, jika wanita, perhatikan siklus menstruasi dan perubahan estrogen), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

106 8 Sejarah lengkap dan pemeriksaan fisik harus menggambarkan sebagai berikut: 1). Ada atau tidaknya faktor resiko penyakit kardiovaskuler. 2). Sejarah keluarga mengenai adanya penyakit kardiovaskuler premature atau gangguan lipid. 3). Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia (termasuk pengobatan yang sedang dijalani). 4). Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau sejarah pankreatitis, penyakit ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisme aorta abdomen, atau penyakit pembuluh darah otak (stroke, iskemia). Jika pemeriksaan fisik dan sejarah tidak cukup untuk mendiagnosis penyakit familial, maka digunakan metode elektroforesis lipoprotein gel-agarosa untuk memeriksa kelas mana yang akan mempengaruhi lipoprotein. Jika nilai trigliserida di bawah 400 mg/dl dan baik hiperlipidemia tipe III atau kilomikron tidak terdeteksi dengan elektroforesis, maka salah satunya dapat menghitung konsentrasi LDL atau VLDL. VLDL = trigliserida/5, LDL = kolesterol total (VLDL + HDL). Uji awal menggunakan kolesterol total untuk menemukan masalah tetapi manajemen yang berhubungan harus didasarkan pada konsentrasi LDL. Untuk menghitung konsentrasi LDL dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Kolesterol LDL = kolesterol total kolesterol HDL trigliserida/5 trigliserida. Tabel 2.3 menunjukkan klasifikasi nilai total kolesterol, LDL, HDL dan Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai Total Kolesterol, LDL, HDL, dan Trigliserida. Kolesterol Total < 200 mg/dl Diinginkan mg/dl Cukup Tinggi > 240 mg/dl Tinggi Kolesterol LDL < 100 mg/dl Optimal mg/dl Jauh atau di atas optimal mg/dl Cukup tinggi mg/dl Tinggi > 190 mg/dl Sangat Tinggi

107 9 Kolesterol HDL < 40 mg/dl Rendah > 60 mg/dl Tinggi Trigliserida < 150 mg/dl Normal mg/dl Cukup Tinggi mg/dl Tinggi > 500 mg/dl Sangat Tinggi 2.5 Sasaran Terapi Tujuan yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan kolesterol total dan LDL untuk menguranggi resiko pertama atau berulang dari infark miokard, angina, gagal jantung, stroke iskemia, atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti karotid stenosis atau aneurisme aortik abdominal. Tabel 2.4 Sasaran LDL Kolesterol dan batasan nilai untuk terapi perubahan gaya hidup (PGH) dan terapi obat dalam kategori resiko berbeda Kategori Resiko Sasaran LDL Tingkat LDL untuk Inisiasi PGH (mg/dl) Tingkat LDL untuk Terapi Obat (mg/dl) PJK atau resiko PJK (resiko 10 tahun > 20%) < ( ; obat terpilih) a 2+ Faktor resiko (resiko 10 tahun 20%) < Resiko 10 tahun 10-20%; 130 resiko 10 tahun < 10%; Faktor resiko b < ( ; obat pilihan penurun LDL) a Beberapa ahli menyarankan penggunaan obat penurun LDL untuk kategori ini jika kadar kolesterol LDL 100mg/dL tidak dapat diraih dengan PGGH. Kebaikan lain pilihan obat ini karena memodifikasi kadar trigliserida dan HDL, contoh asam nikotinat atau fibrat. Pernyataan klinik menyebutkan penundaan terapi obat untuk subkategori ini. b Kebanyakan orang dengan faktor resiko 0-1 memiliki faktor resiko 10 tahun kurang dari 10%, resiko 10 tahun pada orang faktor resiko 0-1 ditaksir tidak penting Terapi Non-Farmakologi Terapi perubahan gaya hidup dimulai sejak awal kedatangan dan termasuk terapi diet, pengurangan berat badan serta peningkatan aktivitas fisik. 1. Diet Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi lemak total, lemak jenuh dan kolesterol untuk mendapatkan berat badan yang sesuai. Konsumsi kolesterol dan asam lemak yang berlebihan menyebabkan pengurangan klirens hepatik LDL dan deposisi LDL serta oksidasi LDL dalam jaringan lemak.

108 10 Peningkatan konsumsi serat larut dalam bentuk oat, pektin, gum dan psyllium dapat membantu penurunan kolesterol total dan LDL sebesar 5-20%, tetapi perubahan makanan atau suplemen seharusnya tidak digantikan untuk pengobatan dengan sediaan yang lebih aktif. Serat ini hanya memiliki efek yang sedikit atau tidak sama sekali terhadap konsentrasi kolestorel HDL atau trigliserida. Serat ini juga boleh digunakan untuk pengaturan konstipasi yang berhubungan dengan resin asam empedu. Pencernaan 2-3 g/hari tanaman sterol dan stanol akan mengurangi LDL 6-15%. Zat ini terdapat pada margarin di pasaran. Zat tambahan dari minyak ikan memiliki efek yang cukup besar dalam pengurangan trigliserida dan kolesterol VLDL, tetapi zat ini tidak memiliki efek untuk kolesterol total dan LDL atau dapat meningkatkan fraksi ini. Jika seluruh terapi diet ini dilakukan, perkiraan penurunan rata-rata LDL berkisar antara 20-30%. Induksi penurunan berat badan hingga 10% harus didiskusikan terlebih dahulu dengan pasien yang kelebihan berat badan. 2. Aktivitas Fisik Pada umumnya, aktivitas fisik teratur dan tidak terlalu berat, yaitu 30 menit tiap harinya untuk sebagian besar hari dalam seminggu harus diusahakan. Setidaknya untuk tiap latihan dapat mengeluarkan 200 kkal/hari. 3. Berhenti Merokok Setiap pasien harus dianjurkan untuk berhenti merokok. Tabel 2.5 Komponen esensial untuk terapi perubahan gaya hidup Komponen Lemak Total Lemak Jenuh Makanan berkolesterol Tanaman stanol/sterol Peningkat serat Karbohidrat Protein Total kalori Aktivitas fisik Rekomendasi 25-35% Kalori total <7% dari kalori total < 200 mg/hari 2 g/hari g/hari 50-60% kalori total ± 15% kalori total Untuk meraih dan memelihara bobot badan yang diinginkan Olahraga sedang yang cukup, setidaknya mengeluarkan 200 kkal/hari

109 Algoritma Terapi Umum [Sumber: National Cholesterol Education Program, 2001] Gambar 2.3. Algoritma Terapi Umum untuk Hiperlipidemia Keterangan Algoritma : 1. Pasien dengan dislipidemia, CHD, atau berisiko tinggi CHD a. Penyebab sekunder tingkat lipid abnormal sebaiknya dipertimbangkan dan diobati bila perlu. b. Pasien dengan riwayat aterosklerosis non-koroner (termasuk penyakit karotid vaskuler oklusif, aneurisme aorta abdominal, atau penyakit

110 12 vaskuler perifer) atau yang memiliki diabetes berisiko tinggi terkena CHD. 2. Hitung 10-Year Risk for CHD Faktor risiko penyakit jantung koroner sebaiknya dipertimbangkan dalam evaluasi 10-year risk pada skrining pasien hiperkolesterolemia. The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (ATP III) mendefinisikasn risiko tinggi sebagai dua atau lebih faktor risiko CHD, yang mengarah pada guideline (National Cholesterol Education Program, 2001 [Guideline]). Faktor risiko tersebut adalah: a). Pria usia 45 atau lebih dan wanita usia 55 atau lebih. Orang tua dan pria berisiko lebih besar terkena CHD dibanding orang muda dan wanita. b). Keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner dini c). Sedang merokok. d). Hipertensi, tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg (dikonfirmasi dengan pengukuran pada beberapa kali) atau sedang menjalani pengobatan antihipertensi. e). Kadar kolesterol HDL rendah (kurang dari 40 mg/dl).

111 13 [Sumber: American Medical Association, 2001] Gambar 2.4 Penilaian Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Terapi Farmakologi Terapi Farmakologi Secara Umum Tujuan yang ingin dicapai pengobatan ini adalah penurunan kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark

112 14 miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic abdominal. Meskipun banyak obat penurun lipid, tidak ada yang efektif untuk semua gangguan lipoprotein, dan semua agen tersebut dikaitkan dengan beberapa efek samping. Obat penurun lipid secara luas dapat dibagi menjadi: (1) agen yang menurunkan sintesis VLDL dan LDL, (2) agen yang meningkatkan klirens VLDL, (3) agen yang meningkatkan katabolisme LDL, (4) agen yang mengurangi penyerapan kolesterol, (5) agen yang meningkatkan HDL, atau beberapa kombinasi dari karakteristik tersebut. Tabel 1.2 adalah daftar obat pilihan yang direkomendasikan untuk setiap fenotipe lipoprotein dan agen alternatif serta terapi kombinasinya. Tabel 2.6 Efek Terapi Obat terhadap Lipid dan Lipoprotein Obat Mekanisme Kerja Efek terhadap Lemak Kolestiramin, Katabolisme Kolesterol kolestipol, dan LDL Trigliserida dan kolesevelam Absorpsi kolesterol Niasin kolesterol Sintesis LDL, dan Gemfibrozil, finofibrat Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin, Fluvastatin, Atorvastatin, Rovusastatin Ezetimib VLDL Klirens VLDL Sintesis VLDL Katabolisme LDL Sintesis LDL Menghambat absorbsi kolesterol membatasi saluran cerna Trigliserida dan kolesterol Kolesterol Efek terhadap Lipoprotein LDL VLDL VLDL, LDL, H DL LDL LDL Tabel 2.7 Fenotip Lipoprotein dan Anjuran Obat untuk Pengobatan Tipe Pilihan Obat Terapi Kombinasi Lipoprotein I Tidak diindikasikan - IIa Statin Kolestiramin atau Kolestipol Nicain Niacin atau BAR* Statin atau niacin Statin atau BAR IIb Statin Fibrat Niacin Ezetimib BAR atau fibrat atau niacin Statin atau niacin atau BAR Statin atau fibrat

113 15 III Fibrat Niacin Ezetimib Statin atau niacin Statin atau fibrat Ezetimib Niacin IV Fibrat Niacin Fibrat V Fibrat Niacin Niacin Minyak ikan *BAR, bile acid resins (resin pengikat asam empedu), termasuk gemfibrozil atau fenofibrat. BAR tidak digunakan untuk terapi pertama jika trigliserida meningkat pada nilai awalnya, karena hipertrigliria dapat diperburuk oleh BAR tunggal Obat Hiperlipidemia Statin merupakan pilihan pertama karena mereka adalah agen penurunldl paling ampuh. Saat ini produk yang tersedia termasuk lovastatin, pravastatin, simvastatin, fluvastatin, dan atorvastatin. Rosuvastatin adalah statin paling ampuh saat ini di pasaran.waktu paruh plasma semua statin yang dilaporkan pendek, kecuali untuk atorvastatin dan rosuvastatin, yang mungkin menjelaskan mengapa keduanya memiliki potensi yang besar. Keputusan untuk menggunakan terapi obat pada hiperlipidemia harus didasarkan pada kelainan metabolisme spesifik dan potensinya yang menyebabkan aterosklerosis atau pankreatitis. Diet merupakan tambahan yang diperlukan untuk terapi obat dan sebaiknya dilanjutkan untuk mencapai potensi pada obat yangsempurna. Terapi obat pada hiperlipidemia sebaiknya dihindari pada wanita yang mungkin akan hamil atau sedang menyusui. 1. Inhibitor HMG Co-A Reduktase (Statin) Statin menghambat HMG CoA reductase, yaitu langkah yang membatasi pada biosintesis kolesterol. Perubahan ini menghasilkan penurunan kadar kolesterol LDL. Inhibisi sintesis kolesterol menurunkan kandungan kolesterol hepatik, menghasilkan peningkatan ekspresi reseptor LDL untuk mempertahankan LDL intraseluler melalui mekanisme homeostatis yang menurunkan kadar kolesterol LDL serum. Namun, sitokrom P450 7A1 (CYP7A1, kolesterol 7αhidroksilase), yang spesifik untuk hati, merubah kolesterol intraselular menjadi asam empedu, yang menyebabkan penurunan kolesterol di hati. IDL dan VLDL remnant juga dihilangkan melalui reseptor LDL yang menyebabkan penurunan

114 16 trigliserida kaya protein. Statin juga menurunkan pelepasan lipoprotein hepatik ke sirkulasi melalui penghilangan oleh reseptor LDL. Kolesterol disintesis dari asetil- CoA. Sintesis mevalonat, yang dimediasi oleh HMG-CoA reduktase, merupakan langkah yang membatasi, yang mengatur sintesis kolesterol. Tabel 2.8 Dosis Statin Obat Bentuk sediaan Dosis harian Dosis maksimum harian Lovastatin (Mevacor) Pravastatin (Pravachol) Simvastatin (Zocor) Atorvastatin (Lipitor) Rosuvastatin (Crestor) Tablet 20 dan 40 mg mg 80 mg Tablet 10 dan mg 40 mg mg Tablet 5, 10, 20, mg 80 mg 40, dan 80 mg Tablet 10 mg 10 mg 80 mg Tablet 5 dan 10 mg 5 mg 40 mg Waktu yang paling baik untuk meminum obat jenis Statin adalah malam hari. Ini dikarenakan tubuh mulai mensintesis kolesterol saat asupan dari luar berkurang, yaitu malam hari sebelum tidur. Semua obat dalam kelas statin harus dikonsumsi malam hari kecuali Atorvastatin(Lipitor) dan Rosuvastatin(Crestor). Kedua obat ini mempunyai efek kerja yang lebih lama sehingga bisa dikonsumsi kapan saja. Obat lainnya (Simvastatin (Zocor), Pravastatin (Pravachol), dan Fluvastatin (Lescol) memiliki efek kerja yang lebih singkat karena klirens hepatik yang tinggi serta waktu paruh yang pendek. Alhasil bila dikonsumsi pada pagi atau siang hari maka obat tersebut telah berhenti bekerja saat tubuh mulai memproduksi kolesterol. Secara umum, terapi statin dianggap aman karena efek samping merugikan berat yang jarang terjadi. Kendati demikian pada beberapa kasus pasien mungkin akan mengalami intoleransi terhadap statin. Secara khusus, statin menginduksi terjadinya miopati, yang merupakan salah satu efek samping yang paling merugikan pada penggunaan statin. Selain ini adanya peningkatan aminotransferase serum, dianggap sebagai manivestasi adanya toksisitas hati. Pada dasarnya efek samping merugikan statin dapat dihentikan dengan penghentian penggunaan obat statin tersebut.

115 17 Statin dikontraindikasikan pada penderita penyakit hati, kolestasis dan miopati serta pada ibu hamil dan menyusui. Statin juga dapat berinteraksi dengan antikoagula oral dan digoksin dengan meningatkan efek kedua obat tersebut. Peningkatan resiko suatu miopati atau rhabdomiolisis juga terjadi pada pemberian bersama dengan immunosupresan, fibrat, asam nikotinat dan eritromisin. 2. Niasin (Asam Nikotinat) Niasin atau vitamin B3 merupakan vitamin larut air yang berpotensi sebagai obat hiperlipidemia yang terbukti dapat mengurangi low-density lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta meningkatkan high density lipoprotein (HDL). Mekanisme kerja niasin yaitu dengan menghambat perpindahan asam lemak bebas dari jaringan adiposa menuju hati sehingga menyebabkan penurunan sintesis dan sekresi very-low-density lipoprotein (VLDL) dan konversi VLDL menjadi low-density lipoprotein (LDL). Niasin juga dapat meningkatkan konsentrasi high-density lipoprotein (HDL) sebesar 30% dengan menurunkan katabolisme HDL. Dosis niasin dimulai dengan dosis yang sedang misalnya 250 sampai 500 mg dua kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sebesar 1000 mg sampai maksimal 3000 mg per hari. Namun pada dosis 3000 mg per hari kemerahan pada kulit dapat terjadi. Efek samping dari niasin adalah kemerahan pada kulit yang terjadi pada kurang lebih 90% pasien. Untuk mengurangi kemerahan pada kulit pasien dapat diberikan 325 mg aspirin dikonsumsi menit sebelum konsumsi niasin. Pasien dapat juga disarankan untuk konsumsi niasin setelah makan dan tidak diminum dengan air panas. Beberapa efek samping niasin lainnya tercantum pada tabel dibawah ini. Tabel 2.9 Efek Samping Niasin Kulit Memerah, kulit kering, pruritus, ichtyosis, acanthosis nigricans Mata Konjungtivitis, edema makula, pelepasan retina Pernapasan Hidung tersumbat Saluran cerna Mulas, diare Jantung Aritmia supreventrikular Hati Hepatitis dengan mual dan kelelahan Otot Myosistis

116 18 Niasin dikontraindikasikan untuk pasien penyakit liver aktif karena dapat memperburuk gout dan diabetes yang telah ada. 3. Asam Fibrat (Gemfibrozil, Fenofibrat, Klofibrat) Obat-obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor Peroxisome prolifertor-activated receptor (PPARs), yang mengatur transkripsi gen. Akibat interaksi dengan PPAR isotipe α (PPARα), maka terjadilah peningkatan sintesis LPL, dan penurunan ekspresi Apo C III. Peninggian kadar LPL meningktkan klirens lipoprotein yang kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo CIII akan menurunkan VLDL. HDL meningkat karena peningkatan ekspresi Apo A1 dan Apo AII. Klofibrat kurang efektif dibandingkan dengan gemfibrozil atau niasin dalam menurunkan produksi VLDL. Obat-obat turunan asam fibrat merupakan obat pilihan untuk kondisi Trigliserida sangat tinggi dan LDL tinggi, atau Trigliserida tinggi dan HDL rendah. Penyakit hati dan gagal ginjal yang parah serta pasien yang hipersensitif terhadap obat ini. Dosis Gemfibrozil 600 mg 2x sehari, diminum setengah jam sebelum makan pagi dan makan malam. Fenofibrat diberikan tunggal mg/hari. Klofibrat diminum 2-4 kali sehari dengan dosis total 2 g/hari. Golongan asam fibrat umumnya ditoleransi secara baik. Efek samping yang paling sering ditemukan adalah gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, perut kembung). Efek samping lain yang dapat terjadi adalah ruam kulit, alopesia, impotensi, leukopenia, anemia, berat badan bertambah, gangguan irama jantung. Peningkatan toksisitas bila digunakan bersama statin, siklosporin, furosemid, MAO Inhibitor, dan probenesid. Penurunan efek bila digunakan bersama resin dan rifampin. Golongan fibrat dapat meningkatkan efek klorpropamid, furosemid, sulfonylurea, dan warfarin. 4. Bile Acid Resin/BAR (Resin pengikat asam empedu) Asam empedu yang merupakan metabolit kolesterol, dalam keadaan normal direabsorpsi dalam jejenumdan ileum dengan efisiensi sekitar 95%. Peningkatan bersihan mencerminkan peningkatan konversi kolesterol menjadi

117 19 asam empedu dalam hati melalui 7α-hidroksilasi, yang dalam keadaan normal dikontrol oleh umpan balik negative asam empedu. Mekanisme kerja obat ini merupakan resin (damar) penukar ion yang bersifat basa, yang mempunyai afinitas tinggi terhadap asamempedu. Asam empedu akan diikat oleh resin ini, membentuk senyawa yang tidak larut dan tak dapat direabsorbsi untuk selanjutnya diekskresi melalui feses. Dengan demikian ekskresi asamempedu yang biasanya sedikitakibat peredaran darah enterohepatik, dapat ditingkatkan hampir 10 kalinya. Kekurangan asam empedu didapat dari sintesis baru dari kolesterol (yang terdapat dalam LDL), dengan demikian kadar LDL plasma menurun. Penggunaan: obat ini (yang biasa dikombinasi dengan diet atau niasin) adalah obat-obat pilihan dalam mengobati hyperlipidemia tipe IIa dan IIb. Efek samping pada gastrointestinal yaitu, konstipasi, mual dan kembung (flatulen), mengganggu absorbsi vitamin larut lemak (A,D,E,K) pada resin dosis tinggi. Berinteraksi dengan Tetrasiklin, Fenobarbital, Digoksin, Warfarin, Pravastatin, Fluvastatin, Aspirin dan Diuretik Tiazid dengan mengganggu absorbsinya dalamusus. Karena itu, obat-obat tersebut harus diminum 1-2 jam sebelum atau 4-6 jam setelah obat resin pengikat empedu diminum. Kolestipol dan kolestiramin adalah preparat granular yang tersedia dalambungkus 5 g dan 4 g, berturut-turut, dalam bubuk atau sebagai tablet peningkatan dosis secara bertahap dari 5 gram atau 4 gram/hari sampai 20 gram/hari secara oral. Jumlah dosis gram/hari mungkin diperlukan untuk efek maksimum. Dosis biasa untuk anak g/hari. Resin dicampurkan dengan sari buah atau air yang dibiarkan terhidrasi selama 1 menit. Harus diminum 2 atau 3 dosis bersama makanan. 5. Omega-3 Minyak ikan, kaya akan asam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam decosahexaenoic (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL. Dengan demikian dapat juga menurunkan kadar kolesterol. Obat ini dipasarkan dalam bentuk kapsul dengan dosis yang tergantung dari jenis asam lemak omega 3.

118 20 Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam lemak. Sebagai contoh Maxepa yang terdiri atas 18% asam eicosapentaenoic dan 12% asam decosahexaenoic diberikan dengan dosis 10 kapsul sehari. 6. Ezetimibe Ezetimibe merupakan obat hiperlipidemia yang bekerja dengan menghambat absorpsi kolesterol dari makanan dalam usus. Ezetimibe berikatan dengan protein NPC1L1 pada sel epitel usus. Karena absorpsi kolesterol menurun maka kadar VLDL dan LDL dalam tubuh juga menurun. Ezetimibe digunakan untuk mengobati kolesterol tinggi dan hanya bagian dari program pengobatan lengkap yang juga mencakup diet, olahraga, dan pengendalian berat badan, kadang-kadang diberikan dengan obat penurun kolesterol lainnya. Ezetimibe merupakan pengobatan alternatif yang memblokir sekitar 55% dari penyerapan kolesterol dalam usus dan mengurangi kembalinya kolesterol dari usus ke hati. Data yang disajikan pada pertemuan American Diabetes Association 2005 tahunan pada pemakaian bersamaan ezetimibe / simvastatin tablet menunjukkan penurunan LDL-C tingkat 52% dan non-hdl-c tingkat sekitar 48%. Ezetimibe menjadi obat baru dengan berdampak tidak hanya LDL-C, tetapi tingkat HDL-C juga. Diindikasikan untuk hiperkolesterolemia, sitosterolemia homozigot, dan hiperkolesterolemia familial homozigot. Dosis 10 mg/ hari dapat diberikan setelah atau sebelum makan. Dikontra indikasikan pada pasien hipersensitif dan gangguan ginjal serta hati. Kombinasi ezetimibe dan statin dikontraindikasikan untuk wanita hamil dan menyusui. (FDA kehamilan kategori C). Efek samping yaitu Pembentukan batu empedu karena peningkatan sekresi asam empedu, diare, athralgia, sinusitis, nyeri perut dan punggung. Dalam kasus yang jarang terjadi, obat penurun kolesterol dapat menyebabkan suatu kondisi yang mengakibatkan kerusakan jaringan otot rangka. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal ginjal. Jika memiliki nyeri otot yang tidak dapat dijelaskan atau nyeri, kelemahan otot, demam atau gejala flu, dan urin berwarna gelap harus segera hubungi dokter. Ezetimibe tidak digunakan saat pemakaian cholestyramine (Prevalite, Questran), colestipol (Colestid), atau colesevelam (Welchol), dikarenakan

119 21 zetimibe dapat menurunkan AUC dari kolestiramin. Tunggu minimal 4 jam setelah mengambil salah satu obat-obatan sebelum menggunakan ezetimibe, atau gunakan Ezetimibe 2 jam sebelum mengambil salah satu obat-obatan lainnya. Siklosporin dapat menurunkan kadar ezetimibe. Pada kombinasi ezetimibe dan statin harus diperiksa fungsi hati pasien.

120 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal April 2013 yang bertempat di Apotek Atrika, Jalan Kartini Raya No.34, Jakarta Pusat. 3.2 Metode Pengumpulan Data Resep yang akan dikaji adalah resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin generik pada periode bulan Oktober 2012 hingga Maret Resep-resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin selama periode bulan tersebut didata jumlah dan tanggalnya dari buku resep dan kartu stok harian. Kemudian resep yang memenuhi kriteria dikumpulkan dan dilakukan pengkajian selanjutnya. 3.3 Metode Pengolahan Data Data yang telah diperoleh dicatat kemudian dihitung frekuensi peresepannya. Data tersebut kemudian dilakukan rekapitulasi dan analisis data yang disesuaikan dengan literatur. 22

121 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, dilakukan pengkajian resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin yang diterima oleh Apotek Atrika selama periode Oktober 2012 Maret Tujuannya adalah untuk mengetahui profil peresepan dan penggunaan obat antihiperlipidemia simvastatin di apotek ini. Dengan demikian, diharapkan dapat diketahui frekuensi pembelian obat simvastatin selama periode tersebut. Simvastatin yang dilakukan pengkajian adalah simvastatin 10 mg generik, karena simvastatin yang terdapat di Apotek Atrika dan banyak diresepkan adalah jenis generik. Rekapitulasi resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin di Apotek Atrika pada periode Oktober 2012 Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Selama periode tersebut, jumlah resep yang mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin adalah 10 resep. Tabel 4.1. Rekapitulasi Resep yang Mengandung Obat Antihiperlipidemia Simvastatin di Apotek Atrika Periode Oktober 2012 Maret 2013 Simvastatin 10 mg Resep Penjualan Bebas 1/10/2012 1/10/2012 3/10/2012 8/10/ /10/ /10/ /11/ /10/ /12/2012 3/11/ /12/2012 4/11/2012 Tanggal/bulan/tahun 29/12/2012 9/11/ /3/ /11/ /11/2012 3/12/ /12/ /12/2012 2/1/

122 24 8/1/2013 1/2/2013 4/2/2013 8/2/2013 1/3/2013 2/3/2013 5/3/ /3/ /3/2013 Jumlah Penjualan 8 resep 22 tanpa resep/bebas Dari hasil pengkajian resep yang diterima Apotek Atrika selama periode Oktober 2012 Maret 2013, terdapat 8 pasien yang menebus obat simvastatin menggunakan resep, sementara penjualan terbanyak yaitu 22 pasien hanya melakukan penjualan bebas. Seperti diketahui penyakit hiperlipidemia ini adalah penyakit degeneratif yang terapinya berlangsung terus menerus sepanjang hidup pasien, sehingga pasien perlu meminum obatnya sepanjang hidupnya. Oleh karena itu pasien cenderung hanya membawa resep pada kali pertama ia berobat ke dokter diawal masa sakitnya, dan setelah itu pasien cenderung langsung membeli obat yang sama secara bebas di apotek tanpa melakukan pemeriksaan ke dokter kembali terlebih dahulu. Frekuensi penjualan obat antihiperlipidemia simvastatin oleh pasien dengan menggunakan resep ataupun pembelian bebas selama periode Oktober 2012 Maret 2013 di Apotek Atrika dapat dilihat pada Gambar 4.1. Jumlah resep yang mengandung simvastatin terbanyak berada pada bulan Oktober dan Desember 2012 masing-masing sebanyak 2 lembar resep. Sementara itu, pada bulan Januari dan Februari 2013 Apotek Atrika tidak menerima resep yang mengandung obat simvastatin. Untuk penjualan bebas, dari 6 bulan periode analisis menunjukkan selalu ada penjualan obat simvastatin secara bebas tanpa menggunakan resep, dimana penjualan bebas terbanyak adalah pada bulan November 2012 dan Maret 2013 masing-masing dengan 5 penjualan obat.

123 25 Frekuensi Penjualan Obat Antihiperlipidemia Simvastatin Jumlah Penjualan Penjualan Resep Penjualan Bebas 0 Okt-12 Nov-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Bulan Gambar 4.1. Frekuensi penjualan Obat Antihiperlipidemia Simvastatin menggunakan resep dan bebas selama Periode Oktober 2012 Maret 2013 di Apotek Atrika Langkah pertama yang harus dilakukan dalam terapi hiperlipidemia adalah terapi secara non-farmakologi yaitu terapi perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang dimaksud berupa diet, aktivitas fisik dan berhenti merokok. Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi lemak total, lemak jenuh dan kolesterol untuk mendapatkan berat badan yang ideal. Peningkatan konsumsi serat larut air dalam bentuk oat, pektin, gum dan psyllium dapat berpengaruh dalam menurunkan kolesterol total dan LDL sebesar 5-20%. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah yang teratur dan tidak terlalu berat, yaitu sekitar 30 menit setiap harinya dan diusahakan dilakukan dalam seminggu. Pasien yang merokok juga harus menghentikan kebiasaan merokoknya untuk memperbaiki kesehatan pembuluh darahnya. Komponen esensial untuk terapi perubahan gaya hidup dapat dilihat pada Tabel 2.5. Setelah terapi non-farmakologi dilakukan dan masih belum mencapai tujuan pengobatan, dilakukan terapi farmakologi untuk menurunkan kolesterol total dan LDL yang dapat mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark miokard, angina, gagal jantung, stroke iskemia, atau kejadian lain. Tidak ada obat penurun lipid yang efektif untuk semua gangguan lipoprotein, sehingga pemilihannya harus sesuai dengan manifestasi kliniknya.

124 26 Selanjutnya akan dilakukan pembahasan mengenai cara konseling dari salah satu contoh resep obat dari 8 resep obat antihiperlipidemia simvastatin yang diterima di Apotek Atrika pada periode Oktober 2012 Maret 2013, yaitu yang mengandung simvastatin 10 mg generik. Resep yang dipilih untuk dibahas dan diberikan cara konselingnya yaitu resep GKI (Gereja Kristen Indonesia) tanggal 1 Oktober 2012 dan dapat dilihat pada Gambar 4.2. ATRIKA Jl. Kartini raya No. 34 A Jakarta Pusat A P O T I K Copy Resep : Unit Farmasi St. Carolus 24/9/12 no Resep Dr. : Parlin Tgl, Untuk : Ny. Yu Hun Nio No. GKI Jakarta, R/ Acid Folic No. XX S1 dd 1 det orig R/ Leparson No. XC S3 dd 1 det orig R/ Simvastatin No. XXX S det orig ATRIKA A P O T I K Gambar 4.2 Ketikan Ulang Resep tanggal 1 Oktober 2012 Di dalam resep yang dituliskan pada tanggal 1 Oktober 2012 tersebut terdapat Asam Folat, Leparson dan Simvastatin. Informasi mengenai obat-obat dalam resep tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

125 27 Tabel 4.2 Informasi obat-obat yang tertulis di resep Nama Obat Kandungan Indikasi Dosis Efek Samping Kontraindikasi Asam Folat Leparson Simvastatin Asam folat 1 mg Levodopa 100 mg, Benserazid HCl 25 mg Simvastatin 10 mg Defisiensi asam folat, suplemen selama masa hamil dan laktasi, kondisi dimana kebutuhan asam folat meningkat, anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, inflamasi kronik. Penyakit Parkinson, kecuali yang diinduksi oleh obat. Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL Defisiensi asam folat Dosis awal: mg/hari, dosis lanjutan: mg/hari. Hamil atau menyusui : mg/hari. Anemia megaloblastik mg/hari Awal : 3-4 x ½ tab Pemeliharaan : 3 x 2 tab Awal : 1 x 10 mg Ringan : 1 x 5 mg Reaksi alergi atau hipersensitivitas Anoreksia, artimia, hipotensi ortostatik, diskinesia, gangguan gastrointestinal Nyeri abdominal, konstipasi, flatulen, astenia, nyeri kepala, mual, hipersensitif. Anemia Pernisiosa Glaukoma sudut sempit, psikosis, gangguan ginjal, hati, paru dan jantung. Kehamilan dan menyusui, penyakit hati aktif, peningkatan transaminase serum, hipersensitif [Sumber : ISO Volume /2013] Berdasarkan resep pasien diatas yaitu Ny. Y yang berjenis kelamin wanita, dapat disimpulkan ada beberapa penyakit yang diderita oleh pasien, yaitu hiperlipidemia dan gejala penyakit parkinson. Simvastatin 10 mg diberikan sebanyak 30 tablet untuk diminum 1 kali pada malam hari, karena signa yang diberikan oleh dokter adalah S Simvastatin bekerja menghambat HMG Co-A reduktase, yaitu langkah dalam sintesis kolesterol, perubahan ini juga menghasilkan penurunan kadar kolesterol LDL. Agen antihiperlipidemia ini diberikan secara tunggal, dan statin merupakan agen penurun kolesterol total dan

126 28 LDL yang paling poten dan ditoleransi paling baik. Kolesterol total dan LDL akan direduksi hingga 30% atau lebih. Leparson yang mengandung Levodopa 100 mg dan Benserazid HCl 25 mg diresepkan oleh dokter sebanyak 90 tablet, diberikan 3 kali sehari untuk mengatasi gejala penyakit parkinson, yang tidak disebabkan oleh obat. Parkinson adalah gangguan gerak/motorik karena berkurang/hilangnya neuron dopamin di bagian nigrostiatal yang menghasilkan penurunan aktivitas kortikal dan gangguan motorik. Gejalanya berupa bradikinesia, ketidakseimbangan, tremor saat istirahat, kekakuan dan gejala lainnya. Leparson tidak berhubungan dengan gejala hiperlipidemia, oleh karena itu obat ini diberikan untuk mengatasi gejala parkinson pasien. Asam folat 1 mg diberikan sebagai suplemen untuk mengatasi gejala yang dimiliki oleh pasien Ny. Y, dapat berupa defisiensi asam folat, suplemen selama masa hamil dan laktasi, kondisi dimana kebutuhan asam folat meningkat, anemia megaloblastik atau pun inflamasi kronik. Asam folat diminum 1 x sehari dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Dari ketiga obat diatas, yaitu Simvastatin, Leparson dan asam folat, tidak ditemukan adanya interaksi antar obat seperti interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik (The Medical Letter, 2005). Oleh karena itu resep ini dapat dikatakan rasional dari segi tidak adanya interaksi yang terjadi. Hiperlipidemia adalah penyakit kronik yang masuk dalam kriteria pasien yang membutuhkan konseling. Konseling dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit dan obat-obat yang diterimanya sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan pasien dapat lebih bertanggung jawab dan turut serta dalam upaya penyembuhan penyakitnya. Kegiatan konseling yang dilakukan dimulai dengan menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question. Pertanyaan utama dalam konseling meliputi 3 pertanyaan, yaitu tentang apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian obat, dan efek yang diharapkan dari obat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah ternyadinya perbedaan antarta informasi yang nantinya diberikan

127 29 apoteker bila dibandingkan dengan apa yang sebelumnya telah dikatakan dokter kepada pasien. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sedikitnya ada 4 aspek konseling yang harus diberikan, yaitu deskripsi dan kekuatan obat, waktu dan cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat. Untuk pasien Ny. Y yang menerima resep pada tanggal 1 Oktober 2012, perlu diberikan informasi mengenai deskripsi dan kekuatan obat yang terkandung didalamnya seperti Simvastatin 10 mg sebagai obat hiperlipidemia, Leparson yang mengandung Levodopa 100 mg dan Benserazid HCl 25 mg untuk mengatasi gejala parkinson yand diderita pasien dan asam folat 1 mg sebagai suplemen dalam kondisi defisiensi asam folat dan kondisi dimana kebutuhan asam folat meningkat. Hal ini perlu dilakukan untuk mendidik pasien agar sadar terhadap duplikasi jika diberikan obat lain yang memiliki kandungan zat aktif yang sama. Selanjutnya diberikan informasi tentang waktu dan cara penggunaan obat. Simvastatin 10 mg diminum 1 kali sehari dianjurkan diminum pada malam hari karena tubuh mulai mensintesi kolesterol saat asupan dari luar berkurang, yaitu pada malam hari sebelum tidur. Leparson digunakan 3 kali sehari 1 tablet, dan karena dalam satu hari terdapat 24 jam, maka diusahakan untuk meminum kedua obat ini setiap 8 jam sekali. Namun, jika tidak memungkinkan karena jam tidur yang lebih cepat, maka obat dapat diminum setiap 7 jam sekali, yaitu pada jam 7 pagi, jam 2 siang, dan jam 9 malam sebelum tidur. Leparson dapat diminum setengah jam sebelum makan atau 1 jam setelah makan, karena absorbsinya lebih baik ketika perut keadaaan kosong. Asam folat 1 mg diminum 1 kali sehari 1 tablet, dapat diminum setelah makan. Pasien diminta untuk meminum obat dengan air putih, tidak dengan teh atau susu untuk mencegah kemungkinan interaksi. Ketiga obat ini merupakan tablet biasa, sehingga boleh saja dikunyah atau digerus. Aspek konseling lain yang harus diberikan adalah efek samping dan cara penyimpanan obat. Untuk mencegah ketidakpatuhan pasien minum obat, sebaiknya informasi efek samping obat yang diberikan adalah efek samping obat yang paling sering muncul. Jika terjadi gejala nyeri perut, konstipasi, flatulen, nyeri kepala dan mual, maka gejala tersebut adalah efek dari bekerjanya obat simvastatin sebagai obat hiperlipidemia. Jika terdapat gejala seperti anoreksia,

128 30 artimia, pusing saat berdiri dari posisi duduk (hipotensi ortostatik), gerak tubuh yang tidak disadari dan gangguan pencernaan, gejala tersebut adalah efek dari obat parkinson yang diminum yaitu Leparson, diharapkan pasien untuk perlahanlahan jika berdiri dari posisi duduk. Apabila terdapat reaksi alergi setelah mengkonsumsi asam folat, maka diharapkan pasien menghentikan sementara konsumsi asam folat. Pasien juga harus diedukasikan bahwa gejala-gejala yang telah disebutkan adalah efek yang umum terjadi pada pemakaian obat, namun apabila gejala yang ditimbulkan sangat mengganggu pasien, disarankan pasien mengunjungi kembali dokternya untuk pengaturan kembali obat. Jika tidak disebutkan cara penyimpanan khusus dari brosur/kemasan obat, maka dapat diinformasikan kepada pasien untuk menyimpan ketiga obat tersebut pada tempat yang sejuk, kering, dan tidak terkena cahaya matahari langsung, tidak di tempat lembab seperti di kamar mandi. Perlu diberitahukan juga agar pasien melakukan perubahan gaya hidup terkait dengan penyakit hiperlipidemia yang diderita. Pasien disarankan untuk melakukan diet konsumsi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol, melakukan aktivitas fisik yang teratur setiap hari selama 30 menit dan berhenti mengkonsumsi rokok dan minuman beralkohol. Dalam melakukan konseling sebaiknya digunakan kata-kata yang mudah dipahami pasien, tunjukkan fisik obat saat menjelaskan obat, dan pastikan pasien mengerti tentang informasi yang diberikan, dengan cara menanyakan kembali apa yang sudah kita jelaskan.

129 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1). Berdasarkan hasil rekapitulasi resep yang diterima Apotek Atrika pada periode Oktober 2012 sampai Maret 2013, pasien yang datang untuk menebus obat antihiperlipidemia simvastatin 10 mg generik sebanyak 8 pasien, sementara 22 pasien melakukan pembelian secara bebas tanpa resep dari dokter. 2). Resep tanggal 1 Oktober 2012 dipilih sebagai resep yang akan dianalisa kesesuaiannya dan cara pemberian konselingnya. Didalam resep tersebut terdapat Asam folat 1 mg, Leparson (Levodopa 100 mg dan Benserazid HCl 25 mg), dan Simvastatin 10 mg. Aspek konseling yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Aspek konseling minimum yang perlu diberikan kepada pasien Nama Obat Kandungan Indikasi Dosis Efek Samping Cara Penyimpanan Asam Folat Leparson Simvastatin Asam folat 1 mg Levodopa 100 mg, Benserazid HCl 25 mg Simvastatin 10 mg Defisiensi asam folat, suplemen selama masa hamil dan laktasi, kondisi dimana kebutuhan asam folat meningkat, Penyakit Parkinson. Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL 1 x sehari 1 tablet diminum setelah makan 3 x 1 tablet Diminum ½ jam sebelum atau 1 jam sesudah makan 1 x 1 tablet diminum pada malam hari sebelum tidur Reaksi alergi atau hipersensitivitas Anoreksia, artimia, pusing ketika berdiri, gerakan tidak terkontrol, gangguan pencernaan Nyeri perut, konstipasi, buang gas, nyeri kepala, mual Simpan di tempat sejuk dan kering, hindarkan cahaya matahari langsung 31

130 Saran Berdasarkan hasil rekapitulasi resep pada periode Oktober 2012 sampai Maret 2013, telah didapatkan pola konsumsi obat antihiperlipidemia simvastatin sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengadaan komoditas obat di apotek. Selain itu, diharapkan apoteker dapat secara aktif memberikan konseling kepada pasien-pasien yang membeli obat di apotek sesuai dengan kebutuhannya. Perlu diperhatikan pembelian obat simvastatin secara bebas, karena simvastatin merupakan obat keras yang hanya dapat dibeli dengan resep dari dokter dan bukan merupakan golongan obat wajib apotek. Sehingga penjualan bebas dari pasien yang hanya membawa resep dokter pada kunjungan pertama kali dan setelahnya membeli bebas perlu disarankan untuk mengunjungi dokter untuk kelanjutan terapi serta diberikan informasi cara penggunaan dan efek samping yang dapat terjadi.

131 DAFTAR ACUAN American Medical Association. (2001). Executive Summary of The Third Report of The National Cholesterol Education (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). National Cholesterol Education Program Vol. 285 No.19. Botham, K.M. & Mayes, P.A. (2009). Pengangkutan & Penyimpanan Lipid. In Murray, R.K., Granner, D.K., & Rodwell, V.W. Biokimia Harper (Ed. ke- 27, p. 225). Jakarta: Penerbit EGC, Corwin, E.J., Handbook of Pathophysiology 3rd edition USA: Lippincott Williams & Wilkins. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru. DiPiro, Joseph T., et al. (1997). Pharmacoteraphy A Pathophysiologic Approach. Stamford : Appleton & Lange. Dipiro, J. T., Robert, L., Yees, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2005). Pharmacoterapy A Pathologic Approach Sixth Edition. New York: McGraw-Hil Companies, Inc. Ikatan Apoteker Indonesia. ( ). Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 46. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., & Rodwell, V.W. (2003). Harper s Illustrated Biochemistry, 26th Ed. United States: McGraw Hill. The Medical Letter On Drugs and Therapeutics. (2005). Adverse Drug Interaction Program for Windows. New York : The Medical Letter. US Departemen of Health and Human Service Public Health Service, National Institut of Health, National Health and blood Institute National Cholesterol Education Program. 33

132 LAMPIRAN

133

134 34 Lampiran 1. Contoh resep mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin (1)

135 35 Lampiran 2. Contoh resep mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin (2)

136 36 Lampiran 3. Contoh resep mengandung obat antihiperlipidemia simvastatin (3)

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 19 FEBUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 19 FEBUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 19 FEBUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EPIN YUNANTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FAUZIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SITI NURROCHMAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OGI ANDYKA PUTRA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RISKA EKA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NATALIA CHRISTY,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 08 JANUARI 14 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 08 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 08 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OKTAVIANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE AGUSTUS DAN 30 SEPTEMBER 28 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE AGUSTUS DAN 30 SEPTEMBER 28 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 21 30 AGUSTUS DAN 30 SEPTEMBER 28 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MALIHATUR ROSYIDAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 26 JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MULIA ADE KARINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 6 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ALIFANA JASMINDRIYATI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA PEKAYON KEMANDORAN JL. KOPRAL BOSAN RT 02/22 NO. 152 PEKAYON JAYA BEKASI SELATAN PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 17 JUNI 26 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 17 JUNI 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 17 JUNI 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SYAHRIL, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

U NIVERSITAS INDONESIA

U NIVERSITAS INDONESIA U NIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI APOTEK ER DI APOTEK ATRIKA JALAN KAR TINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUS AT PERIODE 4 FEBRUARI 1 MARET 2013 DAN 1 24 MEI 2013 LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. Cek Kelengkapan Ada Tidak

Lebih terperinci