KYAT SISTIM PEMA. arat. Stutri Kasus tad. Oleh BAMBANG DHARMA AGUSTINARDI

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KYAT SISTIM PEMA. arat. Stutri Kasus tad. Oleh BAMBANG DHARMA AGUSTINARDI"

Hadian Pranata
6 tahun lalu
Tontonan:

1 SISTIM PEMA Stutri Kasus tad KYAT arat Oleh BAMBANG DHARMA AGUSTINARDI JURUSAN ILMU - llmu SOSlAL EKONQMI PERTANIAN FRKULTRS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BQGQR B O G O R 1987

2 RINGKASAN BAMBANG DHARMA AGUSTINARDI. Sistirn Pemasaran Karet Rakyat, Studi Kasus Pada Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (di bawah bimbingan ABAS TJAKRAWIRALAKSANA). Tu juan penelitian ini adalah untuk mempela jari sistirn pemasaran karet rakyat, khususnya yang berkaitan dengan saluran tataniaga, biaya tataniaga, keuntungan tataniaga dan marjin tataniaga, serta menganalisa hubungan antara harga yang diterima di tingkat petani karet rakyat dengan harga di tingkat eksportir. Adapun metoda analisa yang digunakan adalah analisa rnarjin tataniaga, bertujuan untuk melihat pola penyebaran biaya dan keuntungan tataniaga, baik secara keseluruhan dalarn satu saluran pemasaran maupun secara parsial pada rnasing-rnasing tingkat lembaga tataniaga yang terlibat. Sedangkan untuk rnenganalisa hubungan antara harga yang diterima di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir digunakan model persamaan regresi linear sederhana dan koefisien korelasi. Struktur pasar yang dihadapi petani karet dalam melakukan pernasaran produknya adalah bersifat oligopsonistik, dimana hasil produk petani hanya dikuasai oleh bebe- rapa pedagang pengurnpul tingkat desa. Keadaan ini lebih didorong oleh kondisi ekonomi dan permodalan petani yang

3 lemah, sehingga tertutup alternatif untuk memasarkan produknya pada tingkat pasar yang lebih tinggi. Disamping itu, antar sesama pedagang pengumpul tingkat desa ini menjalin hubungan kerjasama di dalam rnenentukan harga pembelian. Hal ini menyebabkan intensitas persaingan antar sesama pedagang pengumpul tingkat desa menjadi lemah, yang pada gilirannya akan memperlemah posisi rebut tawar bagi produk petani. Sedangkan pada pedagang tingkat kecamatan struktur pasar yang terjadi dapat dibedakan menjadi dua: (1) bagi pedagang pengumpul tingkat desa yang mernpunyai hubungan dengan pedagang tingkat kecamatan dalam ha1 peminjaman modal kerja dan perangkat alat penggilingan sheet, struktur pasar yang dihadapinya bersifat monopsonistik. (2) bagi pedagang pengumpul tingkat desa yang tidak mernpunyai hubungan dangan pedagang tingkat kecamatan seperti tersebut di atas, struktur pasar yang dihadapinya bersifat oligopsonistik. Dari hasil analisa marjin diketahui bahwa pola penyebaran biaya dan marjin keuntungan pada saluran pernasaran relatif timpang. Narjin keuntungan terbesar dinikmati oleh pedagang tingkat kecamatan, tetapi biaya yang dike- luarkan pedagang ini adalah yang terkecil jika dibanding- kan dengan pedagang lain yang terkait dalam aktivitas pemasaran tersebut. Disamping itu bagian harga yang dite-

4 rima petani adalah sebesar 24,21 persen dari harga yang dibayar eksportir. Keadaan ini menunjukkan bahwa posisi petani sangat lemah dalam sistim pernasaran yang berlaku, terutama dalam ha1 pembentukan harga. Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah sebesar 0,5634, ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan harga karet di tingkat eksportir sebesar W 1,00 per kg, maka kenaikan harga terbesar yang diterima petani karet hanya sebesar i?p 0,56 per kg, sisanya hanya dinikmati oleh lembaga tataniaga sebagai tambahan keuntungan. Disarnping itu, jika dilihat dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,9454, ha1 ini menunjukkan bahwa keadaan pasar cukup terintegrasi, atau dapat dikata- kan bahwa pasar berada dalam struktur yang bersaing. Nilai koefisien korelasi tersebut di atas juga menunjuk pada keeratan hubungan harga di tingkat eksportir dengan harga di tingkat petani, atau dengan kata lain bahwa setiap terjadi perubahan harga di tingkat eksportir akan diikuti oleh perubahan harga di tingkat petani. Tetapi dalam realita- nya perubahan harga di tingkat petani tidak proporsional terhadap perubahan harga di tingkat eksportir. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa laju kenaikan harga di tingkat petani lebih kecil dari laju kenaikan harga di tingkat eksportir, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi. Keadaan ini dapat terjadi karena belum bekerjanya sistim

5 pernasaran secara efisien, diantaranya sebagai akibat ada- nya praktek-praktek pernasaran yang bersifat oligopsonistik atau monoosonistik.

dokumen-dokumen yang mirip

ANALISIS KERAGAAN PEMASARAN KAREB WWKYWT

ANALISIS KERAGAAN PEMASARAN KAREB WWKYWT [Studi Kasus di Wilayaft Kerja BIPP-PKKR I Warunggung den UP$-PKKR 11 Gajrug, Kabupaten Lebak, Jawa Barat) Oleh DERY JANUAR A 24. 0424 JURUSAM IhMU - llmu SOSIAL