GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2014 ABSTRACT
|
|
- Yandi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN TAHUN 214 Adry Ridhwanah 1, Zulhaida Lubis 2, Ernawati Nasution 3 1 Program Sarjana FKM USU Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat 2 Staf Pengajar FKM USU Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat ABSTRACT Street children are one of the groups in the community at risk of malnutrition. That is because the diet of street children are generally inadequate and irregular. The purpose of the study was to determine food consumption and nutritional status of street children in the city of Medan in 214. This research is a descriptive survey. Samples were street children as many as people. The food consumption data types and frequencies were obtained using a food frequency form, while the adequacy of energy and protein was obtained using a 24-hour food recall. Using weighing scales underfoot, and height measurements using microtois. The data collected were analyzed descriptively and presented in the form of a frequency distribution table. The result of this study showed that most street children have normal nutrition, but there are also who have thin nutritional problems. Malnutrition most aged years (25.%). By gender, nutritional status at most malnutrition men (.1%). Job begging (25.%) and income < Rp. 7, / day (9.1%) had more lean nutritional status. Most street children are sufficient levels of severe energy deficit levels have malnutrition (66.3%). While street children are normal levels of energy sufficiency, the majority of normal nutritional status (91.3%), and some even obese (8.7%). Malnutrition of street children are found in the protein sufficient levels of moderate deficit (28.6% lean), while street children with normal levels of protein adequacy (91.7%) and mild deficits (95.5%) had a majority of nutritional status normal. It is suggested to for the Department of Social and Health Service provide the socialization of health services to street children so that they know and understand about health services and special government programs in health services. Keywords: Food Consumption, Nutritional Status, Street Children PENDAHULUAN Anak jalanan merupakan fenomena besar di Indonesia. Dibutuhkan upaya yang lebih besar dari pemerintah untuk memberikan rumah singgah kepada anak jalanan untuk mengatasi dan mengurangi banyaknya anak jalanan di Indonesia, Sebagian besar anak jalanan tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan, menjadi pengamen, dan lain sebagainya. Dan salah satu faktor mereka menjadi anak jalanan adalah karena kemiskinan. (Oktariana,212). Anak jalanan merupakan salah satu aset yang sangat berharga untuk menjadi 1
2 penerus Indonesia di masa yang akan datang. Sebagian besar hidup anak-anak tersebut ada di jalanan yang notabene merupakan kehidupan yang keras, sehingga tidak mengherankan jika mereka memiliki perilaku dan moral yang sedikit berbeda dari anak seusianya. ( Al affiat, 212). Anak membutuhkan asupan gizi yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup agar pertumbuhan dan tinggi badan yang optimal. anak jalanan seharusnya memiliki frekuensi pola makan yang baik dalam masa pertumbuhannya, yang meliputi makanan lengkap (full meal) dan makanan selingan (snack), Untuk membentuk generasi cerdas, banyak faktor yang harus diperhatikan, di antaranya status gizi dan kesehatan. (Hardinsyah, 212). Berbagai masalah kesehatan yang di jumpai dikalangan usia anak jalanan secara langsung dilihat dari keadaan zat gizi, karena zat gizi sangat dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Kedua faktor tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi pola asuh anak yang tidak memadai. Adapun masalah yang timbul pada anak jalanan yaitu pola makan mereka yang kurang memadai dan tidak teratur. Menurut profil kesejahteraan sosial anak, hasil Survei dan Pemetaan Sosial Anak jalanan yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta di 12 Kota Besar di Indonesia, menyebutkan jumlah anak jalanan mencapai anak. Dari sekitar hampir 4 ribu anak jalanan tersebut, 48 persen adalah anak anak yang baru turun kejalanan sejak tahun 98 atau setelah terjadinya krisis. (PKPA, 22). Berdasarkan Data Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara bahwa jumlah anak jalanan di Sumut tahun 21 berjumlah 2267 jiwa, tahun 211 berjumlah 2.99 jiwa dan tahun 212 berjumlah 2948 jiwa. Sedangkan di Kota Medan tahun 21 berjumlah 63 jiwa, tahun 211 berjumlah 75 jiwa dan tahun 212 berjumlah 663 jiwa. Sedangkan untuk tahun 213 terdapat 35 jiwa, Setiap tahunnya mengalami penurunan dan peningkatan. Dari keseluruhan jumlah total penduduk kota Medan yaitu jiwa (BPS Propvinsi Sumut tahun 21, 211, 212 dan 213). Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti diwilayah kota Medan, diperoleh anak jalanan yang sudah putus sekolah, ada yang masih melanjutkan sekolahnya. Seharinya mereka mendapatkan uang ± /harinya, terkadang juga mengalami penurunan dibawah 7./harinya. mereka mangkal disetiap pemberhentian lampu merah, ada yang mengemis, mengamen,berjualan, menjadi tukang semir sepatu. Pada saat mereka melakukan aktifitas di jalan makanan yang sering mereka konsumsi adalah bakwan, tahu isi, kerupuk demi mengisi perut mereka di jalan. Ada juga anak jalanan yang mengatakan tidak sarapan pagi, sementara hanya diwaktu siang hari baru mengisi perutnya dengan nasi bersama temannya. jika asupan zat gizi anak jalanan tidak teratur akan berdampak pada masalah kesehatan yaitu pada masalah status gizi. Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Konsumsi Pangan dan Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 214. Tujuan penelitian adalah untuk menegetahui konsumsi pangan dan status gizi anak jalanan di kota medan tahun 214. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survei. Yang bersifat deskriptif, Sampel adalah anak jalanan sebanyak orang.lokasi 2
3 penelitian dilaksanakan di kota medan, seperti disimpang Titi Kuning, Simpang juanda, Simpang sei Sikambing, Terminal Pinang Baris, Aksara, Bundaran SIB, Medan Plaza, dan Café harapan. Data konsumsi pangan yaitu jenis dan frekuensi makanan diperoleh menggunakan formulir food frequency, sedangkan kecukupan energi dan protein diperoleh menggunakan food recall 24 jam. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan injak, dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtois. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Berdasarkan Karakteristik Anak Jalanan a. Berdasarkan Umur Dari tabel silang diketahui bahwa anak jalan yang status gizi sangat kurus dan kurus ditemukan pada umur 8-11 tahun (,% kurus), umur tahun (7,7% sangat kurus, dan 11,5% kurus) dan umur tahun (3,6 sangat kurus, dan 25, kurus) Tabel 1. Tabel Silang Antara Berdasarkan Umur Anak Jalanan Sangat Umur Kurus Normal Gemuk n % Kurus 5-7 tahun tahun 4, 16 76,2 1 4, tahun 2 7,7 3 11,5 2 76,9 1 3, tahun 1 3,6 7 25, 2 71, Kelompok umur tahun merupakan kelompok umur dimana remaja sedang dalam masa pubertas yang membuat sikap mereka kadang tidak menentu. Hal ini juga dapat berakibat mereka jadi lebih suka memilih-milih makanan atau makan tidak teratur. Sedangkan pada kelompok umur 5-7 tahun dan 8-11 tahun lebih banyak yang berstatus gizi normal, yang disebabkan pada kelompok umur tersebut anak jalanan masih teratur makan dan diawasi orang tua. Status gizi kurus dan kurus pada umur 12 tahun dikarenakan anak jalanan masih merupakan kelompok remaja, dimana kebutuhan gizi pada usia remaja lebih tinggi daripada usia anak. Remaja merupakan masa transisi dari usia anak menjadi dewasa. Masa transisi ini terjadi karena banyak perubahan yang terjadi pada diri remaja, seperti perubahan biologis, berupa pertumbuhan dan perkembangan fisik tubuh menjadi tubuh dewasa. Kelompok umur usia remaja juga merupakan kelompok umur dimana remaja sedang dalam masa pubertas yang membuat sikap mereka kadang tidak menentu. Hal ini juga dapat berakibat mereka jadi lebih suka memilih-milih makanan atau makan tidak teratur. selain itu selama bekerja mereka lebih sering jajan dan ngemil. b. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa persentase status gizi sangat kurus paling banyak pada perempuan (1%), sedangkan persentase status gizi kurus paling banyak pada laki-laki (,1%). Tabel 2. Tabel Silang Antara Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Jalanan di Jensi Sangat Kurus Normal Gemuk Kelamin Kurus n % Laki-Laki 2 2,9 13, , 2 2, Perempuan Secara persentase menunjukkan bahwa anak jalanan laki-laki dan perempuan memiliki risiko status gizi sangat kurus atau kurus. Hal ini disebabkan karena remaja laki-laki 3
4 membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan remaja perempuan sehingga ketika mereka beraktivitas lebih banyak energi yang dikeluarkan. Mardayanti (28), mengatakan bahwa laki-laki lebih banyak yang mengalami gizi buruk daripada perempuan karena pada usia remaja perempuan lebih banyak menyimpan lemak dalam tubuhnya. Pada masa pubertas perempuan menyimpan lemak sebesar 14% dan bertambah menjadi 27% pada saat dewasa. Berbeda dengan laki-laki yang pada masa remaja justru hanya menyimpan lemak sebesar 11% saja dan akan terus seperti itu hingga dewasa. c. Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa status gizi kurus ditemukan pada semua tingkat pendidikan anak jalanan. Status gizi sangat kurus ditemukan pada pendidikan SD (13,3%) dan SLTP (5,9%), namun status gizi gemuk juga ditemukan pada tinggat pendidikan tersebut (6,7% SD, dan 5,9% SLTP). Tabel 3. Tabel Silang Antara Berdasarkan Pendidikan Anak Jalanan Pendidikan Sangat Kurus Normal Gemuk n % Kurus Putus Sekolah 7 26,9 73, Belum Sekolah SD 2 13,3 2 13,3 1 66,7 1 6, SLTP 1 5,9 2 11, ,5 1 5, SLTA 2 1, ,5 1 Apabila dikaitkan antara pendidikan dengan status gizi anak jalan, maka terlihat bahwa status gizi kurus ditemukan pada semua tingkat pendidikan anak jalanan. Terjadinya masalah tersebut dapat dikarenakan rendahnya pendidikan anak jalanan, sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan anak jalanan terutama tentang gizi, dan kemampuan untuk menerapkan informasi gizi dalam kehidupan sehari-hari. Hal senada juga disebutkan Depkes (27), tinggi rendahnya pendidikan dan pengetahuan tentang gizi erat kaitannya dengan keadaan gizi masyarakat. Anak jalanan yang masih sekolah maupun putus sekolah memiliki tingkat pendidikan SMP. Anak jalanan berhenti sekolah dan memilih untuk mencari uang di jalan disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi. Selain faktor ekonomi, anak jalanan mengaku tidak mau melanjutkan sekolah karena usia anak jalanan sudah tua sehingga malu untuk kembali lagi ke sekolah dan malas untuk mengingat pelajaran. Banyak anak jalanan menolak untuk kembali lagi ke sekolah. Alasan utamanya adalah malu karena sudah merasa besar, sudah tidak mampu lagi mengikuti pelajaran sekolah, lebih senang bekerja dan ingin membantu atau meringankan beban orangtua. d. Berdasarkan Pekerjaan Sebagian besar anak jalanan bekerja sebagai pengamen, namun status gizi sangat kurus ditemukan pada anak jalanan yang bekerja sebagai pedagang asongan (13,%). Persentase status gizi kurus paling banyak ditemukan pada anak jalanan yang mengemis (25,%). Sementara status gizi gemuk ditemukan pada anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen (6,9%). Tabel 4. Tabel Silang Antara Berdasarkan Pekerjaan Anak Jalanan Pekerjaan Sangat Kurus Normal Gemuk Kurus n % Pdg. Asongan 3 13, 3 13, 17 73, Ngamen 5 17, ,9 2 6, Mengemis 4 25, 12 75, 16 1 Semir Sepatu Aktivitas yang anak jalanan kerjakan di jalan membuat pola makan mereka menjadi tidak teratur dan banyaknya energi yang dikeluarkan daripada energi yang seharusnya masuk ke dalam tubuh. Anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan tidak 4
5 hanya untuk bekerja, namun juga ada yang menghabiskan waktunya untuk hal lain karena tidak ingin pulang ke rumah cepat-cepat. Meskipun beberapa anak jalanan masih dapat membagi waktunya untuk makan dan beristirahat. Survey yang dilakukan oleh Menteri Kesejahteraan Sosial dan Pusat Penelitian Universitas Atmajaya pada tahun 99 dalam kaitannya dengan pemetaan terhadap anak jalanan di mana hasilnya mengungkapkan bahwa mayoritas anak jalanan (6%) telah menjalani kehidupannya sebagai anak jalanan selama lebih dari 2,5 tahun, 17,4% di antaranya telah hidup di jalanan kurang dari 2 tahun, 6,8% bahkan telah menjalani kehidupan di jalanan selama 6-9 tahun, dan 6,8% lainnya bahkan telah hidup di jalanan selama lebih dari 1 tahun. e. Berdasarkan Penghasilan Semakin tinggi penghasilan anak anak jalanan, maka status gizinya juga semakin baik. Hal tersebut terlihat dari penghasilan anak jalanan Rp. 15. /hari yang memiliki status gizi sangat kurus, dimana persentase tertinggi pada penghasilan < Rp. 7. /hari (9,1%). Meskipun status gizi kurang ditemukan pada anak jalanan dengan penghasilan Rp. > 15. /hari, namun status gizi gemuk (4,8%) juga ditemukan pada penghasilan tersebut. Tabel 5. Tabel Silang Antara Berdasarkan Penghasilan Anak Jalanan Penghasilan Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk n % < Rp. 7 /hr 2 9,1 6 27, , Rp /hr 1 2, ,3 1 2, > 15. /hr 1 4,8 9,5 1 4, Penghasilan yang minim menyebabkan ketidakmampuan dalam membeli bahan makanan yang bergizi karena harganya tidak terjangkau dan anak jalanan hanya mampu membeli makanan seadanya tanpa memperhatikan gizi yang terkandung pada makanan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, beberapa pekerja anak sering mengkonsumsi jajanan pasar seperti roti, gorengan dan krupuk sebagai camilan sehari-hari. Anak jalanan merupakan kelompok berisiko mengalami gangguan gizi. Anak jalanan merupakan kelompok berisiko dikarenakan kehidupan yang mereka jalani, apalagi pada usia remaja dimana mereka cenderung berperilaku berisiko seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh kemiskinan. 2. Pola Makan a. Frekuensi Makan Data hasil penelitian mendapatkan bahwa pola konsumsi makanan anak jalanan berdasarkan konsumsi makanan pokok sudah cukup bervariasi, karena selain mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, anak jalanan juga mengonsumsi biskuit, roti dan mie. Namun, dalam hal lauk-pauk sebagian besar anak jalanan mengonsumsi sumber protein dari pangan nabati, yaitu tempe (5%) dan tahu (59,%) yang mereka konsumsi 4-5 kali /minggu. Pangan hewani yang dikonsumsi 4-5 kali /minggu adalah telur (43,6%) dan ikan (3,8%), sementara pangan hewani lainnya jarang mereka konsumsi, hal ini terlihat dari konsumsi pangan hewani anak jalanan mayoritas dengan frekuensi 1-3 kali /bulan, bahkan ada anak jalanan yang tidak pernah mengonsumsi pangan hewani, seperti ayam (62,8%), daging (,2%), kepiting (89,7%), dan udang (53,8%). 5
6 Ternyata 1,3% responden mengonsumsi daun ubi setiap hari, dan 6,4% yang mengatakan mengkonsumsi kol setiap hari. Jenis sayuran lainnya, seperti: terong, bayam, kangkung, sawi hijau, wortel, dan kacang panjang jarang mereka konsumsi bahkan ada jalanan yang mengatakan tidak pernah mengonsumsi sayur dengan alasan tidak suka sayur. Sama juga dalam mengonsumsi buah-buahan, sebagian besar anak jalanan jarang mengonsumsi buah. Makanan jajanan yang dikonsumsi anak jalanan pada umumnya adalah gorengan, diantaranya pisang goreng (32,1%), tahu goreng (26,9%), tempe goreng (%), dan bakwan (26,9%) yang mereka konsumsi hampir setiap hari (4-5 kali/minggu). Selain gorengan, anak jalanan juga sering mengonsumsi kerupuk. Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Anak Jalanan Frekuensi Makan Nama Bahan 1x 4-5x 1-3x 1-3x Tidak n % Makanan /hr /mggu /mggu /bln Pernah f % Makanan Pokok Nasi Biskuit Roti Mie Lauk-hewani Telur Ayam Daging Kepiting Udang Ikan Lauk nabati Tahu Tempe Sayur-sayuran Terong Bayam Kangkung Daun Ubi Sawi hijau Kol Sawi putih Wortel Kacang panjang Buah-buahan Mangga Rambutan Jambu Air Jeruk Pisang Pepaya Salak Semangka ,3 6,4 6, ,9 39,7 43,6 3,8 5 59, 15,4 2,5 9, 16,7 2,5 7, ,2 38,5 53,8 34,6 17,9 11,5 37,2 37,2 35,9 14,1 2,5,2 26,9 15,4 33,3 15,4 15,4 9, 23, ,6 2,5 21,8 21,8,2 21,8 1,3 46,2 32,1 12,8 5,1 1,3 37,2 23,1 12,8 35,9 23,1 2,5 14,1 11,5 9, 21,8 29,5 32,1 14,1 33, ,8,2 89,7 53,8 75,6 55,1 28,2,2 62,8 16,7 16,7 79,5 62,8 88,5 91,,2 39,7 52,6 43,6 59, 43, Makanan Jajanan Pisang gorong ,1 26, ,9 73,
7 Tahu Goreng Tempe Goreng Bakwan Kerupuk , ,6 73, b. Berdasarkan Kecukupan Energi Pada umumnya anak jalanan yang tingkat kecukupan energinya defisit tingkat berat memiliki status gizi kurus (66,3%). Hal tersebut berbeda dengan anak jalanan yang tingkat kecukupan energinya defisit tingat sedang dan ringan yang sebagian besar status gizinya normal. Sementara anak jalanan yang tingkat kecukupan energinya normal, maka mayoritas status gizinya normal (91,3%), dan bahkan ada yang gemuk (8,7%). Tabel 7. Tabel Silang Antara Berdasarkan Kecukupan Energi Anak Jalanan Kecukupan Sangat Kurus Normal Gemuk n Energi Kurus % Normal 21 91,3 2 8, Defisit Ringan Defisit Sedang 3 18,8 2 12, , Defisit Berat 6 66,7 3 33,3 9 1 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi anak jalanan adalah kkal (89,5%). Pola konsumsi makanan anak jalanan berdasarkan konsumsi makanan pokok sudah cukup bervariasi, karena selain mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, anak jalanan juga mengonsumsi biskuit, roti dan mie. Hasil senada juga diperoleh Nur aini (29), rata-rata konsumsi energi anak jalanan adalah 164 Kal sedangkan rata-rata kecukupan energi anak jalanan adalah 1871 Kal. Jika ratarata konsumsi dibandingkan dengan ratarata kecukupan maka diperoleh rata-rata Tingkat Kecukupan Gizi (TKG). Ratarata tingkat kecukupan energi anak jalanan adalah 88 persen dan termasuk ke dalam kategori defisit tingkat ringan. Rata-rata konsumsi protein anak jalanan adalah 38,7 gram sedangkan rata-rata angka kecukupan protein anak jalanan 46,3 gram. Banyaknya anak jalanan yang kurus dikarenakan, masih banyak anak jalanan yang makan 2 kali sehari. Dari hasil juga diketahui bahwa pada umumnya anak jalanan sering tidak sarapan sebelum beraktifitas. Anak jalanan yang sarapan, beberapa diantaranya mengonsumsi pisang goreng, roti, dan bahkan ada yang hanya mengonsumsi beberapa potong lontong tanpa tambahan lainnya. Hasil senada Pramesti dan Kurniajati (212), di Kediri sebesar 33% anak jalanan masih kekurangan kebutuhan nutrisi dan 4% anak jalanan memiliki status gizi kurang. Demikian juga dengan Kultsum dan Katasurya (21), di Semarang, prevalensi gizi kurang anak jalanan cukup tinggi yaitu sebesar 3% anak jalanan mengalami underweight. Berbeda dengan Nur aini ( 29), di Kota Bandung dimana 3,9% anak jalanan yang mengalami gizi kurang dan 96% anak jalanan justru berstatus gizi normal. c. Berdasarkan Kecukupan Protein Status gizi kurus dan kurus ditemukan pada anak jalanan yang tingkat kecukupan proteinnya defisit tingkat sedang (7,1% sangat kurus, dan 28,6% kurus) dan defisit tingkat berat (6,3% sangat kurus, dan 37,5% kurus). Sementara anak jalanan dengan tingkat kecukupan protein normal (91,7%) dan defisit tingkat ringan (95,5%) mayoritas memiliki status gizi normal. 7
8 Tabel 8. Tabel Silang Antara Kecukupan Protein dengan Anak Jalanan Kecukupan Sangat Kurus Normal Gemuk n Protein Kurus % Normal 11 91,7 1 8, Defisit Ringan 21 95,5 1 4, Defisit Sedang 2 7,1 8 28, , Defisit Berat 1 6,3 6 37,5 9 56, Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan protein anak jalanan adalah 43 gram (81,7%), dimana sebagian besar anak jalanan mengonsumsi sumber protein dari pangan nabati, yaitu tempe (5%) dan tahu (59,%) yang mereka konsumsi 4-5 kali /minggu. Pangan hewani telur (43,6%) dan ikan (3,8%) yang sering dikonsumsi (4-5 kali /minggu), sementara pangan hewani lainnya jarang mereka konsumsi, hal ini terlihat dari konsumsi pangan hewani anak jalanan mayoritas dengan frekuensi 1-3 kali /bulan, bahkan ada anak jalanan yang tidak pernah mengonsumsi pangan hewani, seperti ayam (62,8%), daging (,2%), kepiting (89,7%), dan udang (53,8%). Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi anak jalanan adalah telur, ikan asin, dan daging ayam. Pangan sumber hewani lain yaitu daging sapi dan kambing jarang dikonsumsi anak jalanan. Pangan sumber protein hewani diperoleh anak jalanan dengan membeli kecuali daging sapi dan kambing. Hampir seluruh anak jalanan memperoleh daging sapi dan kambing dari pemberian pada saat Hari Raya Idul Adha. Survai status gizi terhadap anak jalanan di Jakarta, mendapatkan status gizi berdasarkan TB/U sebagai berikut; 2% gizi kurang dan tidak ada yang gizi buruk. Dari evaluasi diet, didapatkan 69% makan 3 kali sehari dan 29% makan 2 kali sehari. Nasi, sayur, tempe, tahu dan telur dikonsumsi hampir tiap hari dalam seminggu (4-7 hari) oleh sebagian besar anak. Ikan segar dan buah hanya dikonsumsi 1-2 hari seminggu, dan sebanyak 72-82% dari mereka jarang mengkonsumsi daging dan susu (Handy & Soedjatmiko, 24). Hasil senada juga diperoleh Nur aini (29), rata-rata konsumsi protein anak jalanan adalah 38,7 gram sedangkan rata-rata angka kecukupan protein anak jalanan 46,3 gram. Rata-rata tingkat kecukupan protein anak jalanan adalah 84 persen dan termasuk ke dalam kategori defisit tingkat ringan. Menurut Sukandar (27) frekuensi makan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa: 1. Paling banyak anak jalanan mempunyai gizi normal, tetapi ada juga yang mempunyai masalah gizi kurus. Gizi kurus paling banyak berumur tahun (25,%) dikarenakan anak jalanan masih merupakan kelompok remaja, sehingga kebutuhan gizi lebih tinggi daripada usia anak dibawah 15 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, status gizi kurus paling banyak pada laki-laki (,1%), disebabkan remaja laki-laki beraktivitas lebih banyak dan energi yang dikeluarkan juga banyak. Pekerjaan mengemis (25,%) dan penghasilan < Rp. 7. /hari (9,1%) lebih banyak memiliki status gizi kurus, disebabkan aktivitas yang anak jalanan kerjakan di jalan membuat pola makan mereka menjadi tidak teratur, dan penghasilan yang minim menyebabkan ketidakmampuan dalam membeli bahan makanan yang bergizi. 8
9 2. Paling banyak anak jalanan yang tingkat kecukupan energinya defisit tingkat berat memiliki status gizi kurus (66,3%), sementara anak jalanan yang tingkat kecukupan energinya normal, maka mayoritas status gizinya normal (91,3%), dan bahkan ada yang gemuk (8,7%). Status gizi kurus ditemukan pada anak jalanan yang tingkat kecukupan proteinnya defisit tingkat sedang (28,6% kurus), sementara anak jalanan dengan tingkat kecukupan protein normal (91,7%) dan defisit tingkat ringan (95,5%) mayoritas memiliki status gizi normal. SARAN 1. Pemerintah melalui dinas sosial dapat membuat suatu program memberdayakan keluarga dari anak jalanan tersebut sehingga dengan diangkatnya ekonomi keluarga maka anak-anak tidak diperlukan lagi bekerja di jalanan. 2. Dinas Sosial memberikan pendidikan informal kepada anak jalanan terutama yang tidak bersekolah agar memiliki keterampilan khusus, seperti membuat kerajinan tangan. Hardinsyah & Briawan, D. 94. Penilaian Dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB. KEMENSOS, 21. Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak. Di akses pada tanggal 31 november 213 dengan situs pdf kepmenos RI nomor 15 A/21.dissos.jabarprov.go.id?ph.. Nur aini. 29. Pola Aktifitas, Konsumsi Pangan, Dan Kesehatan Anak Jalanan Di Kota Bandung. Skripsi : Fakultas Ekologi Manusia IPB. Oktariana, R Bimbingan Pendidikan Anak Jalanan. /suatubimbingan-pendidikan-nakjalanan.html. diakses pada tanggal 2 september 213. DAFTAR PUSTAKA Al affiat, 212. Anak Jalanan Dan Eksklusi Sosial. Di akses tanggal 2 september 213 dengan situs anak-jalanan.html. Handy Fransisca & Soedjatmiko. 24. Masalah Kesehatan dan Tumbuh Kembang Pekerja Anak Jalanan di Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 24:
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH : ADRY RIDHWANAH NIM
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH : ADRY RIDHWANAH NIM. 101000401 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 1 2 GAMBARAN
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).
Lebih terperinciKUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden
Lebih terperinciPOLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU
1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT
65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Menurut Moeliono (2001) tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012
Lebih terperinciFORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
LAMPIRAN 1 No. Responden : Nama : Umur : Tinggi Badan (cm) : Berat Badan (Kg) : FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM Hari ke: Waktu makan Pagi Nama makanan Jenis Bahan URT Banyaknya Gram Zat Gizi Energi Protein
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR
Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,
Lebih terperinciPOLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005
HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 25 Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah
Lebih terperinciANGKET / KUESIONER PENELITIAN
ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita
Lebih terperinciDengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.
NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015
Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015 Nama Mahasiswa : Umur : Tinggi Badan :
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER
A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama
Lebih terperinciLampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln
Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5
Lebih terperinciGAMBARAN POLA KONSUMSI ANAK STUNTING DI SDN KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN
GAMBARAN POLA KONSUMSI ANAK STUNTING DI SDN 064994 KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN Lisda Oktari 1, Ernawati Nasution 2, Fitri Ardiani 2 1 Mahasiswa Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciLampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida
Lebih terperinciAdequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan
Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.
Lebih terperinciKuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1
Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT
1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen
Lebih terperinciFORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN
60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
74 HUBUGA PERILAKU KOSUMSI MAKAA DEGA STATUS GIZI PS BAPPEDA KABUPATE LAGKAT TAHU 215 I. Data Responden 1. ama : 2. omor Responden : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Berat Badan : 7. Tinggi
Lebih terperinciPOLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA
Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES
Lebih terperinciGAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.
GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 060870 MEDAN SKRIPSI Oleh ANGGI RARA NIM. 121021024 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Lebih terperinciNETTY RAPHITA MAICHEL SITOMPUL NIM
KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) KELOMPOK BERMAIN GENERASI SEJAHTERA DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH: NETTY RAPHITA
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA
LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju
Lebih terperinciNAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih
Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?
Lebih terperinciKECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI
KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO. 060822 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : SHINTYA SARI DEWI NST NIM : 051000123 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan
Lebih terperinciUkuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram
Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes
Lebih terperinciProgram Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu
Lebih terperinciPengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya
Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi
Lebih terperinciPERILAKU KONSUMSI GIZI SEIMBANG DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 1 TARUTUNG TAHUN
PERILAKU KONSUMSI GIZI SEIMBANG DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 1 TARUTUNG TAHUN 2012 (Consumer Behavior and Balanced Nutrition Nutritional Status in Teenangers in the Year 2012 SMAN 1 Tarutung)
Lebih terperinciInformed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN
Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Konsumsi Buah dan Sayuran Sikap Siswa Sekolah Dasar di SD Negri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010 1.
Lebih terperinciDBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya
DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh
Lebih terperinciGAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH :
GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH : CHOLIDA AMALIA PURBA NIM : 051000594 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE
HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN 173538 BALIGE (THE RELATIONSHIP BETWEEN FOOD AND MILK CONSUMPTION WITH BODY HEIGHT OF CHILDREN 6-12 YEARS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, salah satunya ialah remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik
Lebih terperinciPenelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.
2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat
Lebih terperinciKECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA
Kecukupan Gizi Protein (Tating Rimbayanti) 1 KECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA Oleh: Tating Rimbayanti, TK Taruna Al-Quran, Universitas Negeri Yogyakarta.
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENELITIAN
58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciLembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia
57 Lampiran 1 LembarObservasi Penelitian Pola Makan Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia Nama (inisial) : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Alamat : Jenis makanan Sumber
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan
Lebih terperinciPENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL
71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak
BAB III PEMBAHASAN A. Perencanaan Menu Diet Diabetes Mellitus Diet DM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diberikan dengan cara tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan
Lebih terperinciKONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN RESPONDEN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN RESPONDEN Judul : Pengaruh Stres terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Peneliti : Emma Marhama Penelitian ini
Lebih terperinciHubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru
Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan
Lebih terperinci67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh
31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN
LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN Dengan Hormat, Saya, Ruth Manullang, mahasiswi semester VII Fakultas Kedokteran, akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pola Konsumsi Buah
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari
Lebih terperinciPERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING
KES MAS ISSN : 1978-0575 PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING Niken Putri Sukendro, Sunarti Fakultas
Lebih terperinciSMP/Mts PT (Sarjana) 3. Jenis Kelamin Balita : Laki laki Perempuan 4. Umur Balita :
KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU KONSUMSI MIE INSTAN PADA BALITA DI RW. 04 PERUMAHAN VILLA BALARAJA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2013 Identitas Peneliti Nama : Fitri Anita Nim
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status
Lebih terperinciPengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si
Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciPERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM
PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM Maryam Razak 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT This research was
Lebih terperinciNomor Responden :... Hari/Tanggal Wawancara :... Alamat Responden :... Identitas Responden: 1. Nama Responden : Umur Responden :...
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP POLA MAKAN PADA BALITA BAWAH GARIS MERAH (BGM) DI KECAMATAN MONTASIK KABUPATEN ACEH BESAR Nomor Responden :... Hari/Tanggal Wawancara
Lebih terperinciGAMBARAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, STATUS GIZI, DAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015
GAMBARAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, STATUS GIZI, DAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015 Fitratur Rahmah Agustina¹, Ernawati Nasution², Fitri Ardiani²
Lebih terperinciGAMBARAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DAERAH EKS-TRANSMIGRASI DAN PENDUDUK LOKAL DI KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI TAHUN 2012
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DAERAH EKS-TRANSMIGRASI DAN PENDUDUK LOKAL DI KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI TAHUN 2012 (The description nutritional status of the primary
Lebih terperinciMelewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah generasi penerus bagi pembangunan di masa depan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK
LAMPIRAN 1 Kode Responden - A Sekolah Kelas No UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK Assalammualaikum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan energi tinggi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat
Lebih terperinciPENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK
PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK (Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and
Lebih terperinciPOLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014
POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 Hetty Gustina Simamora Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRAK Pola
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Ketersediaan Pangan Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Tanjung Rejo Medan Tahun 2013 I. Identitas Responden Nama Ibu : Jumlah Balita : Nama
Lebih terperinciLampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.
L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik
Lebih terperinciMaria Kareri Hara. Abstract
PERILAKU ASUPAN NUTRISI BALITA BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN STATUS GIZI DARI BALITA KURANG GIZI YANG MENDAPAT PROGRAM PMT-P, PUSKESMAS KAWANGU SUMBA TIMUR Maria Kareri Hara Abstract Ekstra feeding for
Lebih terperinciPENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si
PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada
Lebih terperinciEMPAT PILAR GIZI SEIMBANG
EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi
Lebih terperinciCATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari
Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, 04 10.00-4. Menggali pengetahuan orang tua kurang dari Mei 2017 12.00 tentang asupan nutrisi pada anak yaitu menggali
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Analisa Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini diperoleh dari: 2.2 Data proyek Pencarian data berupa buku literatur serta internet yang
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : mother behavior, early marriage, under five years old nutrition
GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MENIKAH DI USIA DINI DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DI DESA PULAU MUNGKUR KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TAHUN 2012 1 Maya Kaswari, 2 Jumirah, 2
Lebih terperinciPERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS
PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Tanda tangan,
LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN CAIRAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA VEGETARIAN DI PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYAWIRA Saya
Lebih terperinciTINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN
TINGKAT KONSUMSI DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN Nora Elfrida Silalahi *), Dr.Ir.Salmiah,M.S **), Ir.M.Jufri,M.Si **) Alumni Program Studi Agribisnis *), dan Staf Pengajar **) Program Studi
Lebih terperinciPENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUKESMAS KENJERAN KOTA SURABAYA. Ari Susanti Stikes Hang Tuah Surabaya,
PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUKESMAS KENJERAN KOTA SURABAYA Ari Susanti Stikes Hang Tuah Surabaya, susanti.ari88@gmail.com Abstract Caloric needs in third trimester pregnant
Lebih terperinci