BAB II DASAR TEORI. 2.1 Produksi. Menurut ( Sofyan Assauri, 1980 ) produksi didefinisikan sebagai. berikut :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. 2.1 Produksi. Menurut ( Sofyan Assauri, 1980 ) produksi didefinisikan sebagai. berikut :"

Transkripsi

1 7 BAB II DASAR TEORI 2.1 Produksi berikut : Menurut ( Sofyan Assauri, 1980 ) produksi didefinisikan sebagai Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan factor-faktor produksi. Menurut ( Murti Sumarti, 1987 ) pengertian produksi sebagai berikut : Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan factor-faktor produksi. Dari pengertian tentang definisi produksi diatas maka dapat diartikan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan untuk mentransformasi factorfaktor produksi, sehingga dapat meningkatkan atau menambah faidah bentuk, waktu dan tempat suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia yang diperoleh melalui pertukaran.

2 8 2.2 Sistem Produksi Sistem produksi merupakan kumpulan sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi dan sebagainya. Sub sistem sub sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, penentuanpenentuan standart operasi, penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi dan penentuan harga pokok produksi. Sub sistem sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya). Untuk melaksanakan fungsi fungsi perencanaan, operasi dan pemeliharan, perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksanaan. Sistem produksi pada suatu perusahaan manufacturing harus memiliki bagian bagian atau organ. Sistem produksi berawal dari pemahaman terhadap keinginan dan harapan para pelanggan berdasarkan temuan temuan dari kegiatan pemasaran termasuk permintaan langsung dari para pelanggan terhadap produk produk tertentu. Data dan informasi tentang keinginan pelanggan kemudian diterjemahkan kedalam bentuk rancangan produk atau jasa untuk

3 9 mengetahui part komponen dan sub-assembly apa yang dibutuhkan termasuk ukuran, spesifikasi, jenis bahan, jumlah masing-masing item yang dibutuhkan untuk setiap unit produk yang diinginkan. Berdasarkan hasil rancangan ini kemudian ditemukan proses pembuatan ( manufacturing ) di lantai pabrik yang meliputi tahapan proses. Data dan informasi yang telah tersedia kemudian disampaikan kepada bagian cost accounting yang menilai kelayakan pembiayaan dan penerimaan. Bila dinilai layak maka diteruskan kepada pimpinan untuk disahkan. Kemudian disusun rencana dan program pengolahan di lantai pabrik yang meliputi jadwal tentative proses operasi, jadwal, jumlah kebutuhan bahan baku (raw material), bahan tambahan dari luar (bough out items), jadwal operasi, dan kapasitas fasilitas produksi yang akan digunakan dan lain lain. Berdasarkan jadwal jadwal tersebut, rencana pengadaan bahan, kapasitas stasiun kerja, tenaga operator disusun dan kemudian diimplementasikan. Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan secara rutin untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk penyimpangan mutu (spesifikasi) dari setiap item yang dikerjakan. Apabila penyimpangan tidak dapat dihindarkan maka tindakan perbaikan yang meliputi penjadwalan ulang sisa operasi di lantai pabrik segera dilakukan, pengadaan tambahan bahan bila diperlukan dan sebagainya. Beberapa sumber penyimpangan yang umum terjadi ialah kesalahan dalam pembuatan rancangan part dan komponen, kekeliruan dalam penentuan waktu set up dan operasi, ketidaksesuaian mutu bahan, kerusakan pada fasilitas produksi

4 10 dan lain lain. Produk yang telah selesai diangkut di gudang penyimpanan untuk dikirimkan kepada para pelanggan sesuai dengan jadwal pengiriman yang disepakati. 2.3 Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi, baik perusahaan manufaktur maupun jasa. Menurut (Fogarty, 1989), manajemen operasi adalah suatu proses yang secara berkesinambungan (kontinyu) dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Kegiatan transformasi merupakan bagian dari kegiatan organisasi yang melakukan proses transformasi dari masukan input menjadi keluaran (output). Masukan berupa semua sumber daya yang diperlukan (seperti: manusia,mesin,material,modal,metode,energi dan informasi), sedangkan keluaran berupa barang jadi, barang setengah jadi, atau jasa. Proses ini biasanya dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki.

5 11 Proses transformasi perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut MASUKAN Manusia Mesin Material Modal Metode Informasi Proses Transformasi KELUARAN Barang dan jasa Umpan balik Gambar 2.1 Proses transformasi Kegiatan umpan balik dilakukan dengan melakukan pengecekan pad beberapa titik kunci dan membandingkan dengan standart yang ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil dan standart, maka dilakukan tindakan koreksi yang berupa perbaikan dalam komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga keluarannya dapat sesuai dengan yang diharapkan. 2.4 Pengecatan Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut Cat terdiri dari komponen resin,

6 12 pigment, solvent dan additives yang apabila dicampurkan Bersama akan membentuk suatu konsistensi yang merata Pengecatan adalah sebuah proses untuk membuat cat tipis diatas sebuah benda, kemudian membuat lapisan cat ini mengeras dengan cara mengeringkannya Fungsi pengecatan : Perlindungan benda yang di cat Mobil pemadam kebakaran sebagian terbuat dari lembaran baja. Jika terbuka menghadap udara, baja cenderung menghasilkan karat pada permukaannya. Jika karat mulai tumbuh menutupi baja, maka menjadi sulit untuk menjaga sifat-sifat baja seperti kekuatan bahkan bentuk aslinya. Dengan pengecatan berarti, mencegah karat tumbuh diatasnya sehingga bisa memperoleh sifat aslinya lebih lama dibandingkan tidak dilakukan pengecatan Perbaikan penampilan luar / efek estetika Cat member warna dan kilapan (gloss) pada suatu obyek sehingga nilai komersial akan jauh lebih tinggi apabila di cat dengan hasil visual lebih indah, bila dibandingkan unit mobil pemadam kebakaran lain yang tidak dicat dengan konfigurasi, fungsi dan kerja yang sama Membedakan warna kendaraan / identifikasi Warna dapat menunjukkan dengan cepat kepada masyarakat kegunaan dari unit mobil tersebut. Misal pengecatan mobil polisi, pemadam, ambulance.

7 Alat-alat yang digunakan untuk mendukung proses pengecatan : Amplas Amplas berfungsi untuk menghaluskan dengan cara digosokkan. Halus dan kasarnya amplas ditunjukkan oleh angka yang tercantum dibalik kertas amplas tersebut. Semakin besar angka yang tertulis menunjukkan semakin halus dan rapat susunan pasir amplas tersebut. surface. Amplas digunakan untuk mengamplas lapisan cat, putty (dempul) atau Gambar 2.2 Amplas Kompresor Kompresor berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan yang digunakan untuk penyemprotan cat. Sebelum kompresor digunakan, kompresor harus dikuras terlebih dahulu untuk menghilangkan air yang terdapat pada tangki kompresor. Tekanan kerja udara untuk pengecatan adalah 5-6 kg/cm². Kompresor yang digunakan minimal dengan daya 1 HP karena ketentuan tekanan kerja udara dalam pengecatan 5-6 kg/cm² sehingga membutuhkan tekanan dalam tabung yang lebih tinggi dari 6

8 14 kg/cm², hal ini bertujuan agar pada waktu penyemprotan cat berlangsung tekanan udara tetap stabil karena jika setelah spray gun sudah tepat dan dengan tekanan kerja udara 5-6 kg/cm² ketika penyemprotan cat berlangsung tekanan udara tetap stabil sehingga hasil yang dicapai dalam proses pengecatan dapat maksimal tanpa dipengaruhi permasalahan tekanan udara dari kompresor yang tidak stabil Water Sedimen Water sedimen adalah alat yang berfungsi untuk mengendapkan uap air karena udara didalam ruang cat tidak boleh terkandung air. Water sedimen ini merupakan alat pendukung yang harus ada pada ruang cat. Gambar 2.3 Water Sedimen Air Drier Alat yang berfungsi untuk mengeringkan udara, bertujuan agar air yang terkandung dalam udara berkurang. Biasanya air drier dihidupkan sebelum ruang cat digunakan supaya udara di dalam ruang cat kering. Air drier ini juga merupakan alat pendukung yang harus ada pada ruang cat atau oven.

9 15 Gambar 2.4 Air Drier Blok tangan / hand blok Blok tangan adalah blok dimana amplas ditempelkan dan digunakan untuk pengamplasan manual. Gambar 2.5 Blok Tangan Sander Sander adalah sanding tool yang diberi power dimana amplas dipasang dan digunakan untuk mengamplas lapisan cat / putty / surfacer Spray gun Spray gun adalah peralatan yang menggunakan udara kompresor untuk mengaplikasi cat yang diatomisasi pada permukaan kerja

10 16 Gambar 2.6 Spray Gun Batang pengaduk Batang pengaduk digunakan untuk mencampur putty atau surfacer, untuk membentuk suatu kekentalan yang merata dan juga membantu mengeluarkannya dari kaleng. Bahan ini terbuat dari metal atau plastik, dan beberapa diantaranya memiliki skala untuk mengukur hardener dan tinner. Gambar 2.7 Batang Pengaduk Spatula Spatula digunakan untuk mencampur putty atau aplikasi pada permukaan benda kerja. Bahan ini terbuat dari plastik, kayu dan karet. Setelah penggunaannya spatula harus dibersihkan secara menyeluruh

11 17 dengan solvent, karena apabila masih ada putty yang tertinggal dan mengering pada spatula maka putty akan mengeras dan membuat spatula tidak dapat digunakan kembali. Gambar 2.8 Spatula Air duster gun Air duster gun digunakan untuk membersihkan permukaan kerja dengan cara meniupkan udara bertekanan. Gambar 2.9 Air Duster Gun Masking paper Masking paper adalah kertas yang digunakan untuk menutup area yang tidak boleh di cat.

12 18 Gambar 2.10 Masking Paper Paint Hanger Paint hanger adalah alat yang digunakan untuk menggantung komponen atau part supaya mudah untuk menyemprotnya. Biasanya diguunakan untuk mengecat kap mesin, bumper dan komponen lain yang dapat dilepas Ruang Oven Ruang oven adalah ruang tertutup yang berfungsi sebagai ruang pengering paksa dengan suhu yang dapat disesuaikan dengan jenis cat yang digunakan untuk mempercepat proses pengeringan Bahan bahan dan komponen dalam pengecatan Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pengecatan antara lain sebagai berikut :

13 Cat Primer Cat primer adalah lapisan cat yang digunakan sebagai cat dasar permukaan plat yang berfungsi untuk memberikan ketahanan terhadap karat, meratakan adhesi/daya rekat diantara metal dasar (sheet metal) dan lapisan (coat) berikutnya. Primer digunakan dalam lapisan yang sangat tipis dan tidak memerlukan pengamplasan. Dalam teknik pengecatan cat primer ada 4 jenis, yaitu : 1. Wash primer, sering disebut etching primer, jenis ini terdiri dari bahan utama vynil butyral resin dan zinchromate pigment anti karat, dengan demikian primer ini mampu mencegah karat pada metal dasar 2. Lacquer primer, terbuat dari bahan nitrocelluose dan alkyd resin. Cat primer ini mudah dalam penggunaan dan cepat kering. 3. Urethane primer, terbuat dari bahan utama alkyd resin. Merupakan resin yang mengandung polyisociate sebagai hardener. Cat primer jenis ini memberikan ketahanan karat dan mempunyai daya lekat (adhesi) yang kuat. 4. Epoxy primer, cat primer jenis ini mengandung amine sebagai hardener. Komponen utama pembentuknya adalah epoxy resin. Epoxy primer memberikan ketahanan terhadap karat dan mempunyai daya lekat yang sangat baik Dempul / Putty Dempul / putty adalah lapisan dasar (under coat) yang digunakan untuk mengisi bagian yang penyok dalam dan besar atau cacat-cacat pada

14 20 permukaan benda kerja. Dempul juga dipergunakan dengan maksud untuk memberikan bentuk dari benda kerja apabila bentuk benda kerja sulit dilakukan. Setelah mengering dempul dapat diamplas untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Dempul dapat digolongkan menjadi tiga macam menurut penggunaanya : 1. Polyester putty sering juga disebut dempul plastik. Dempul ini menggunakan organik poroxide sebagai hardener dan mengandung banyak pigment sehingga dapat membentuk lapisan yang tebal dan mudah diamplas. Dempul jenis ini menghasilkan tekstur yang keras setelah mengering. Biasanya dempul ini diulaskan dengan menggunakan kape dempul dan dipergunakan untuk menutupo cacat yang parah atau untuk memberi bentuk pada bidang. 2. Epoxy putty, dempul ini mempunyai ketahanan yang baik terhadap karat dan mempunyai daya rekat yag baik terhadap berbagai material dasar. Bahan utama dempul ini adalahh epoxy resin dan amine sebagai hardener. Oleh karena itu proses pengeringan dempul ini lama. Dempul ini dapat diulaskan dengan kap dempul atau disemprotkan. 3. Lacquer putty, dempul ini dapat disemprotkan secara tipis-tipis untuk menutupi lubang kecil atau goresan-goresan pada komponen. Bahan utama pembentuknya adalah Nitrocellulose dan acrylic resin.

15 Surfacer Surfacer adalah lapisan (coat) kedua yang disemprotkan diatas primer, putty atau lapisan dasar (under coat) lainnya. Surfacer mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Mempunyai penyok kecil atau goresan kertas 2. Mencegah penyerapan top coat 3. Meratakan adhesi diatas unnder coat dan top coat Cat warna / top coat Peranan dari pada cat warna atau top coat adalah cat akhir yang memberi warna, kilap, halus bersamaan dengan meningkatkan kualitas serta menjamin keawetan kualitas tersebut Thinner / solvent Thinner atau solvent berwarna bening dan berbau khas menyengat hidung. Zat cair ini mengencerkan campuran zat pewarna dan zat perekat hingga menjadi agak encer dan dapat dikerjakan selama pembuatan cat. Thinner juga menurunkan kekentalan cat agar mendapatkan viscositas yang tepat untuk pengecatan Hardener Hardener adalah suatu bahan yang membantu mengikat molekul didalam resin sehingga membentuk lapisan yg kuat dan padat untuk melarutkan hardener agar memperoleh viscositas yang baik. Hardener ditambahkan pada komponen utama dari cat dua komponen yaitu acrilic atau polyester resin.

16 Clear / Gloss Clear / gloss digunakan sebagai cat pernis akhir pada pengecatan system dua lapis untuk memberikan daya kilap dan daya tahan gores terhadap cat warna dasar metalik Standart pengecatan 1. Paint Circulation Tekana angin Tekanan cat Fluid delivery : kg/cm² : kg/cm² : cc/menit 2. Operation Jarak Pattern / penyebaran cat Arah : cm : cm : tegak lurus / 90 Kecepatan ayun spray gun : 1 m / detik Overlapping Flash off time : 1/3 ½ : minimal 2 menit ( disesuaikan dengan thinner ) 3. Cat dan Thineer Viscositas : Tergantung jenis cat dan solvent yang digunaka Sifat flow : Visual, tidak terlalu lama

17 23 Kebersihan : Disaring dengan nylon filter #300 mesh Prosedur Pengecatan Proses pengecatan body kendaraan melalui tahapan sebagai berikut : Persiapan Permukaan Permukaan yang baik persiapannya akan menghasilkan kualitas pengecatan yang maksimal, karena kegagalan pengecatan dipengaruhi oleh persiapan permukaan yang buruk. Baik tidaknya permukaan yang akan di cat ini dinilai dari kehalusan permukaan, kebersihan permukaan dari karat, lemak dan kotoran lainnya. Persiapan permukaan dapat dilakukan dengan kimia misalnya dengan pengasaman (pickling) yaitu dengan pengolesan body kendaraan dengan zat asam, tetapi pengasaman ini sebatas untuk menghentikan serangan korosi pada logam. Setelah pengasaman komponen dicuci dan dikeringkan dengan cermat guna menghilangkan semua bahan kimia aktif dari celah-celah dan lubang-lubang, serta untuk menjamin agar cat dapat merekat erat pada logam. Dapat juga dibersihkan dengan amplas dan dikombinasikan dengan disemprot air untuk membasuh semua debu, rontokan produk korosi dan kotoran yang dapat larut dalam air. Kegiatan yang dilakukan pada saat pembersihan : 1. Membersihkan permukaan metal yang akan diperbaiki dengan multi thiner dan dikeringkan 2. Amplas permukaan metal dengan amplas kering no.80

18 24 3. Bersihkan permukaan dari debu amplas dengan multi thiner dan dikeringkan Aplikasi cat dasar (primer) Pemberian cat dasar sebagai dasar bagi cat berikutnya agar dapat melekat dengan kuat dan mempunyai daya tahan lebih lama daripada tanpa cat dasar. Penggunaan jenis cat dasar dipengaruhi adalah jenis cat akhir dan proses pengeringan yang akan digunakan dalam teknik pengecatan tersebut. Pada permukaan yang akan diperbaiki / di cat ulang semprotkan 1 2 lapis primer yang telah dicampur hardener dengan selang waktu antara lapisan 5-10 menit sebagai cat dasar anti karat. Biarkan kering selama kurang lebih 5 jam. no Amplas permukaan thnner dengan amplas no. 320 atau amplas basah Aplikasi dempul (putty) Dempul digunakan untuk mengisi bagian yang tidak rata atau oenyok dalam, membentuk suatu bentuk dan membuat permukaan halus. Terdapat beberapa type dempul, tergantung kedalaman penyok yang harus diisi dan material yang akan digunakan. Dempul terdapat tiga jenis yaitu : 1. Polyester putty (dempul plastik) Pada umumnya mengandung extender pigment dan dapat membentuk lapisan (coat) yang tebal dan mudah mengamplasnya, tetapi menggunakan tekstur kasar. 2. Epoxy putty

19 25 Digunakan untuk memperbaiki resin part, tetapi dalam hal kemampuan pengeringan, pembentukan, pengamplasan lebih buruk dari polyester 3. Lacquer putty Digunakan untuk mengisi goresan, lubang kecil (paint hole) atau penyok kecil setelah surfacer. Cara pengulasan dempul adalah permukaan dibersihkan dari debu,gemuk minyak,air dan kotoran lain, selanjutnya mencampur dempul dengan 2% hardener (untuk dempul type dua komponen). Kemudian mengulas tipis-tipis secara merata (maksimal 5 mm) dan kemudian dikeringkan pada udara biasa atau dioven dengan suhu 50 C selama 10 menit. Setelah dempul kering kemudian diamplas untuk mendapatkan permukaan yang rata dan halus Aplikasi Cat Pengisi Permukaan Surfacer adalah lapisan cat (coat) kedua yang disemprotkan diatas primer, dempul (putty) atau lapisan dasar (under coat) lainnya. Surfacer memiliki sifat-sifat dapat mengisi penyok kecil atau goresan, mencegah penyerapan top coat, meratakan adhesi antara under coat dan top coat. Jenis surfacer terdiri dari : 1. Laquer surfacer, digunakan secara luas karena mudah digunakan yaitu sifat cepat kering, tetap memiliki rate lebih rendah dari surfayer 2. Urethene surfacer lambat. Memberikan pelapisan yang sangat baik tetapi pengeringannya

20 26 3. Thermosetting amino alkyd surfacer 4. Digunakan sebelum pengecatan bake finish, memerlukan pemanasan C, tetapi memberikan kemampuan pelapisan yang baik Aplikasi Cat Akhir (Solid / Metalic) Cat akhir merupakan cat yang memberikan perlindungan permukaan sekaligus untuk menciptakan keindahan dalam penampilan corak/performance kendaraan. Oleh karena itu pengecatan akhir harus hatihati, sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dan melapisi permukaan sesuai dengan umur yang dikehendaki jika dilakukan pada kondisi udara yang tepat Alat Uji pengecatan Berikut adalah alat-alat yang digunakan untuk menguji hasil pengecatan : 1. Alat ukur ketebalan lapisan ( coating thickness meter ) Digunakan untuk mengetahui ketebalan (thickness) cat di permukaan suatu material atau benda yang di cat. Gambar 2.11 Coating Thickness Meter

21 27 2. Alat ukur daya rekat (adhesion tester) Merupakan alat uji yang digunakan untuk mengukur daya rekat suatu material. Gambar 2.12 Adhesion tester 3. Alat ukur daya kilap (gloss meter) Alat yang digunakan untuk mengukur daya kilap suatu permukaan kendaraan yang telah di cat Gambar 2.13 Gloss meter 4. Alat ukur kerataan permukaan (surface profile gauge) Alat yang digunakan untuk mengetahui kerataan permukaan kendaraan yang telah di cat.

22 28 Gambar 2.14 Surface profile gauge 2.5 Pengukuran Pengukuran merupakan proses kuantifikasi atau pemberian angka terhadap suatu atribut dan dilakukan dengan cara yang terstandard, Pengukuran terdiri dari aturan-aturan yang nyata dan jelas untuk menyajikan angka-angka pada suatu objek sebagai cara merepresentasikan kuantitas sebuah atribut. Sistem Pengukuran adalah Seluruh proses yang digunakan untuk mendapatkan suatu proses pengukuran yang terdiri dari alat ukur, standard, operasi, metode, software, lingkungan dan asumsi yang digunakan untuk mengkuantifikasi unit pengukuran. pengukuran didefinisikan sebagai suatu ketetapan angka (atau nilai) terhadap suatu material yang menunjukan suatu hubungan antara mereka terhadap sifat khususnya. Definisi ini pertama kali dicetuskan oleh C. Einsenhart (1963). Hasil dari suatu proses pengukuran dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah alat ukur, metode pengukuran, dan kepresisian alat ukur. Alat ukur yang diinginkan harus sesuai dengan spesifikasi yang

23 29 diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Misalanya kita ingin mengukur suatu part jika hasil yang diinginkan memiliki ketelitian 0,1 maka alat ukur yang dipakai harus memiliki ketelitian 0,01 hal ini dilakukan agar variasi yang terjadi pada part yang diukur tidak menimbulkan bias.cara pemakaian alat ukur juga bisa mempengaruhi dari hasil pengukuran. Alat ukur digital biasanya akan lebih presisi pada saat membaca pengukuran di alat ukur sehingga pembacaan oleh setiap orang sama sehingga meminimalisasi terjadinya variasi pengukuran. Glossmeter adalah alat ukur untuk karakteristik kekilapan. Kekilapan suatu cahaya adalah jumlah cahaya yang direfleksikan oleh obyek pada sudut tertentu, yang dibandingkan dengan permukaan standart. Standart yang dimaksud biasanya adalah permukaan dari gelas berwarna hitam. Sudut utama pengukuran kilap adalah 20, 60, dan 85. Untuk sudut pengukuran yang digunakan dalam pengukuran kilau disini adalah sudut 60. Gambar 2.15 Posisi pembacaan Terdapat tiga masalah pokok yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi sistem pengukuran yaitu : 1. Sistem pengukuran harus memiliki sensitivitas yang cukup

24 30 2. Sistem pengukuran harus stabil 3. Bias yang terjadi konsisten terhadap range yang diharapkan dan memadai untuk tujuan pengukuran Dari ketiga masalah pokok tadi dapat memperkecil terjadinya bias, bias adalah perbedaan antara nilai reference dengan rata rata pengamatan pengukuran pada karakteristik dan part yang sama. Kemungkinan terjadinya bias disebabkan oleh : 1. Alat ukur perlu dikalibrasi 2. Penggunaan alat ukur yang tidak sesuai 3. Kesalahaan pemilihan aplikasi alat ukur 4. Perbedan metode pengukuran 2.6 Kualitas Pengertian atau definisi kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari kualitas memiliki banyak criteria dan sangat begantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan kualitas. Konsumen dan produsen itu berbeda dan akan merasakan kualitas secara berbeda pula sesuai dengan standar kualitas yang dimiliki masing-masing. Begitu pula para ahli dalam memberikan definisi dari kualitas juga akan berbeda satu sama lain karena mereka membentuknya dalam dimensi yang berbeda. Oleh karena itu definisi

25 31 kualitas dapat diartikan dari dua perspektif, yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen. Namun pada dasarnya konsep dari kualitas sering dianggap sebagai kesesuaian, keseluruhan cirri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan oleh konsumen. lain : Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara 1. Juran (1962) kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya 2. Crosby (1979) kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness 3. Deming (1982) kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang 4. Feigenbaum (1991) kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan 5. Scherkenbach (1991) kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut

26 32 6. Elliot (1993) kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan Garvin (1987) telah mendefinisikan delapan dimensi kualitas yang menjadi acuan pengukuran kualitas. Kedelapan dimensi tersebut adalah : 7. Performa (performance) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 8. Keistimewaan (features) Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. 9. Keandalan (reliability) Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. 10. Konformasi (conformance) Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 11. Daya tahan (durability) Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. 12. Kemampuan Pelayanan (serviceability)

27 33 Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan/ kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 13. Estetika (esthetics) Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 14. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk tersebut. 2.7 Pengendalian Proses Statistik Pengendalian proses statistic merupakan suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknikteknik statistik dalam memantau dan meningkatkan kinerja proses guna menghasilkan produk bermutu. Pada tahun 1950-an sampai 1960-an digunakan terminologi pengendalian kualitas secara statistic yang memiliki pengertian sama dengan pengendalian proses secara statistic (Gasperz, 1998). Menurut Gasperz (1998), SPC adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kuantitatif, serta penentuan dan intrepretasi dari pengukuran-pengukuran yang telah dilakukan, yang dapat menjelaskan proses dalam peningkatan mutu produk untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Menurut Deming (1995), pengendalian proses secara

28 34 statistic ialah alat yang digunakan industri dan bisnis untuk mencapai kualitas yang diinginakan dari suatu produk dan jasa. Menurut Wayworld (2001), pengendalian proses secara statistik adalah metode pengukuran, pemahaman, dan pengawasan variasi dalam suatu proses manufacturing. Pengendalian proses statistic juga menyediakan alat yang handal untuk memonitor stabilitas dari variable proses. Tujuan pengendalian proses secara statistic adalah 1. Menentukan apakah proses dalam terkendali. 2. Menentukan apakah proses berada dalam spesifikasi. 3. Identifikasi penyebab variasi. Tujuan utama pengendalian proses secara statistic adalah pengurangan variasi yang sistematik dan karakteristik mutu kunci produk. Pengendalian proses secara statistic akan menstabilkan proses dan mengurangi variasi, sehingga menghasilkan biaya mutu yang lebih rendah dan mempertinggi posisi dalam kompetisi yang semakin ketat (Montgomery, 1996). Mengetahui variasi suatu proses dalam menghasilkan output sangat penting, agar dapat mengambil tindakan-tindakan perbaikan terhadap proses itu secara tepat. Metode statistic diperlukan untuk mengidentifikasi penyimpangan dan untuk menunjukkan penyebab dari berbagai penyimpangan, baik itu untuk proses produksi atau untuk bisnis secara umum sehingga menyebabkan peningkatan produktifitas (Ryan, 1989). Pengendalian proses secara statistic berarti proses disitu dikendalikan berdasarkan catatan data yang secara terus menerus dikumpulkan dan

29 35 dianalisis agar menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam mengendalikan dan meningkatkan proses sehingga proses memiliki kemampuan untuk memenuhi spesifikasi output yang diinginkan (Gaspersz, 1998). Langkah-langkah pengendalian proses statistic dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Merencanakan penggunaan alat-alat statistic. 2. Memulai penggunaan alat-alat statistic. 3. Mempertahankan dan menstabilkan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus yang dianggap merugikan 4. Merencanakan perbaikan proses terus menerus mengurangi variasi penyebab umum 5. Mengevaluasi dan meninjau ulang terhadap penggunaan alat-alat statistic tersebut (Gaspersz, 1998). SPC dapat diterapkan pada setiap proses, perangkat yang biasa digunakan dalam SPC diantaranya : 1. Lembar Pengumpulan Data ( Check Sheet ) 2. Diagram Alir ( Flow Chart ) 3. Histogram 4. Diagram Pareto 5. Diagram Sebab Akibat ( Cause & Effect Diagram ) 6. Diagram Pencar ( Scatter Diagram )

30 36 7. Grafik dan Bagan Pengendali ( Control Chart ) Perangkat SPC yang digunakan dalam control kendali disini adalah Control Chart dan Diagram Sebab Akibat. 2.8 Bagan Pengendali (Control Chart) Bagan kendali diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special causes variation) dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common causes variation) (Gaspersz, 2001). Menurut Deming (1995), bagan kendali adalah suatu display grafik dari suatu karakteristik mutu yang telah dihitung atau diukur dari suatu contoh produk terhadap nomor contoh atau waktu. Pada dasarnya bagan kendali digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses berada dalam keadaan terkendali secara statistik dan menentukan kapabilitas proses, yang selanjutnya digunakan untuk mengendalikan proses secara terus menerus (Gaspersz, 2001). Menurut Gaspersz (2001), bagan kendali dapat digunakan sesuai kebutuhan seperti ditunjukkan melalui diagram alir penggunaan baganbagan kendali

31 37 Ganbar 2.16 control chart Data variable menunjukkan karakteristik mutu yang mempunyai dimensi kontinyu yang dapat mengambil nilai-nilai kontinyu dalam kemungkinan yang tidak terbatas, seperti : panjang, kecepatan, volume dll. Data atribut hanya memiliki dua nilai yang berkaitan dengan YA atau TIDAK, seperti : sesuai atau tidak sesuai, berhasil atau gagal, lulus atau tidak lulus, hadir atau tidak hadir dll ( Gaspersz, 1998). Bagan kendali X-bar (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinyu, sehingga bagan kendali X-bar dan R sering disebut sebagai bagan kendali untuk data variable. Bagan kendali X-bar menjelaskan tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh factor-faktor seperti peralatan yang dipakai, peningkatan suhu secara gradual, material baru, tenaga baru yang belum dilatih dll. Sementara itu bagan kendali R (range) menjelaskan tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan

32 38 perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh factor-faktor seperti bagian peralatan yang hilang, minyak pelumas mesin yang tidak mengalir dengan baik, kelelahan pekerja dll (Gaspersz, 2001). Menurut tapiero (1996), bagan kendali X-bar digunakan untuk mengetahui tingkat mutu proses rata-rata, sedangkan bagan kendali R digunakan untuk mengetahui kisaran atau keseragaman mutu. Menurut Gaspersz ( 2001), pembuatan bagan kendali individual X dan MR (moving range=rentang bergerak) diterapkan pada proses yang menghasilkan produk relative homogen, misalnya dalam cairan kimia, kandungan mineral dalam air, makanan,dll. Bagan kendali P digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan atau sering disebut cacat) dari parameter-parameter dalam kelompok yang sedang diinspeksi. Dengan demikian bagan kendali p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari parameter-parameter yang tidak memenuhi syarat spesifikasi mutu atau proporsi dari produk cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya parameter dalam kelompok itu. Parameter-parameter itu dapat mempunyai beberapa karakteristik mutu yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika parameterparameter itu tidak dapat memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik mutu yang diperiksa, maka parameter-parameter itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat (Gaspersz, 2001).

33 39 Bagan kendali c didasarkan pada titik spesifik yang tidak memenuhi syarat dalam suatu produk, sehingga suatu produk dapat saja dianggap memenuhi syarat meskipun mengandung satu atau beberapa titik spesifik yang cacat (Gaspersz, 2001) memiliki : Menurut Gaspersz (1998), pada dasarnya setiap bagan kendali 1. Sumbu x yang melambangkan nomor contoh 2. Sumbu y yang melambangkan karakteristik output 3. Garis tengah atau central line 4. Sepasang batas pengendali Satu batas pengendali ditempatkan diatas garis tengah yang dikenal sebagai batas pengendali atas (BPA) atau upper control limit (UCL) dan yang satu lagi ditempatkan dibawah garis tengah yang dikenal sebagai batas pengendali bawah (BPB) atau lower control limit (LCL). Gambar 2.17 Bagan kendali secara umum

34 40 Menurut Deming (1995), kegunaan bagan kendali adalah : 1. Meningkatkan produktifitas 2. Mencegah produk cacat 3. Mencegah pengaturan proses yang tidak perlu 4. Memberikan informasi tentang proses 5. Memberikan informasi tentang kapabilitas proses Proses terkendali secara statistic dicirikan oleh bagan kendali yang semua titik-titik contohnya berada dalam batas-batas pengendalian (diantara batas pengendali atas dan batas pengendali bawah). Dengan demikian apabila nilai-nilai yang ditebarkan dalam bagan kendali jatuh diluar batas pengendali, maka dapat dinyatakan bahwa proses berada dalam keadaan tidak terkendali secara statistic Gaspersz (1998). Menurut Montgomery (1996), bila proses terkendali, hampir semua titik contoh akan berada diantara kedua batas pengendali. Titik yang berada di luar batas pengendali menandakan bahwa proses tidak terkendali, dalam hal ini perlu diadakan penyelidikan untuk menemukan penyebabnya dan perbaikan pada proses untuk menghilangkan penyebab tersebut. Menurut anonim (2006), suatu proses yang menunjukkan keadaan tidak terkendali jika memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Satu atau beberapa titik berada diluar batas kendali 2. Sembilan titik berurutan berada pada sisi yang sama dari garis tengah 3. Enam titik berurutan naik atau turun

35 41 4. Empat belas titik berurutan bergantian naik dan turun 5. Dua dari tiga titik berurutan berada pada posisi >2 standart deviasi dari garis tengah pada sisi yang sama 6. Empat dari lima titik berurutan berada pada posisi >1 standart deviasi dari garis tengah 7. Lima belas titik berurutan berada dalam posisi 1 standart deviasi dari garis tengah 8. Delapan titik berurutan berada dalam posisi > 1 standart deviasi dari garis tengah Menurut Gaspersz (2001), bagan kendali dapat digunakan sesuai kebutuhan seperti ditunjukkan melalui diagram alir penggunaan baganbagan kendali dengan gambar berikut ini : Diagram alir penggunaan bagan-bagan kendali. Gambar 2.18 Diagram alir bagan kendali

36 42 Bagan kendali memiliki dua tipe, yaitu bagan kendali variable dan bagan kendali atribut. Bagan kendali variable digunakan untuk mengendaliakan sifat-sifat yang dapat diukur dengan piranti fisik, misalnya berat jenis, kadar gula, berat satuan dan sebagainya. Bagan kendali atribut digunakan untuk mengendalikan sidat-sifat yang dihitung seperti kemasan bocor, pecahan permen dan sebagainya. Bagan kendali X-bar (rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk memantau proses dengan karakteristik data variable. Bagan kendali X-bar menjelaskan kepada kita tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran tititk pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti peralatan yang dipakai, perbedaan temperatur, perbedaan metode yang digunakan dalam pengukuran, tenaga kerja baru yang belum dilatih dan lain-lain. Bagan kendali R (Range) menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti peralatan yang kurang baik, pelumas yang kurang lancer, kelelahan pekerja dan lain-lain (gaspersz,2001) 2.9 Kapabilitas Proses Kapabilitas proses adalah kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang diinginkan. Jika proses memiliki kapasitas yang baik, proses tersebut akan menghasilkan produk yang berada dalam batas-batas spesifikasi dan sebaliknya. Apabila kapabilitas proses tidak dapat memenuhi

37 43 spesifikasi yang diinginkan, perlu dibuat perubahan baik pada batas spesifikasi atau pada prose itu sendiri Gaspersz (1998). Untuk menganalisis kapabilitas proses dibutuhkan Indeks Kapabilitas Proses (Cp) dan indeks Performansi Kane (Cpk). Indeks Kapabilitas Proses adalah rasio perbandingan antara rentang spesifikasi dengan rentang proses. Nilai Cp digunakan untuk mengindikasi jumlah produk cacat atau yang harus dikerjakan ulang (rework) dalam satuan part ber million. Indeks Performansi kane (Cpk) adalah indeks yang mengukur kecenderungan pergerakan grafik kearah tengah (central tendency) dilihat dari spesifikasinya. Semakin tinggi nilai Cp dan Cpk, berarti proses tersebut semakin mampu untuk memenuhi spesifikasi atau keinginan konsumen (Fryman, 2002). Kriteria yang digunakan untuk penilaian adalah sebagai berikut : 1. Cp > 1.33, maka proses memiliki kapabilitas baik < Cp < 1.33, maka proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi bawah/atas. 3. Cp < 1.00, maka proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi atas / bawah (Gaspersz, 1998). Kriteria penilaian Cpk : 1. Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi di tengah 2. Jika Cpk =1, maka proses menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi.

38 44 3. Jika Cpk < 1, Maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai spesifikasi Brainstroming Teknik Brainstorming digunakan untuk membantu dalam pembuatan diagram sebab akibat. Menurut Gaspersz (1998), brainstrorming merupakan alat penunjang lain dalam perbaikan proses. Brainstorming membantu membangkitkan ide-ide alternatif dalam suatu tim kerja yang bersifat terbuka dan bebas. Brainstorming dilakukan dengan para pekerja yang mampu mengetahui factor-faktor penyebab dari masalah yang terjadi dan setiap pekerja memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat, sedangkan peserta lain tidak boleh membantunya. Dalam pelaksanaan brainstorming perlu diperhatikan titik-titik khusus, diantaranya penataan ruang, ketentuan peraturan yang berlaku, mengunakan alat tulis, menuliskan ide-ide tersebut berdasarkan kategori. 1. Brainstorming dapat berkaitan dengan hal-hal berikut : 2. Menentukan penyebab yang digunakan dan/solusi suatu masalah. 3. Memutuskan masalah apa yang perlu diselesaikan 4. Anggota tim merasa bebas untuk berbicara dan memberikan ide. 5. Menginginkan untuk menjaring sejumlah besar persepsi alternative. 6. Kreatifitas merupakan karakteristik outcome yang diinginkan. Menurut Gaspersz (1998), langkah-langkah dalam melakukan brainstorming adalah sebagai berikut :

39 45 1. Menyatakan masalah secara jelas 2. Semua anggota kelompok harus berfikir dan memberikan ide dan tidak boleh mengkritik atau mengkomentari serta langsung dicatat. 3. Setiap anggota kelompok menyiapkan suatu rangking dari ide-ide atau respon yang diterima. 4. Memprioritaskan untuk memilih ide-ide terbaik dari berbagai ide-ide terbaik dari berbagai idea tau respon yang dikemukakan. Setelah tim melakukan brainstorming dan muncul pendapat-pendapat yang mungkin menjadi masalah dalam proses, kemudian tahap selanjutnya adalah menyusun diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) (Gaspersz, 1998) Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Diagram sebab akibat adalah suat diagram yang digunakan untuk menunjukkan factor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik mutu (akibat) yang disebabkan oleh factor-faktor penyebab itu (Gaspersz,1998). Selain itu Ishikawa (1982) menyebutkan bahwa diagram sebab akibat dibuat untuk menggambarkan dengan jelas macam-macam sebab yang dapat mempengaruhi mutu produk dengan jalan menyisihkan dan mencarikannya hubungannya dengan sebab akibat. Diagram sebab akibat juga disebut diagram Ishikawa dan dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa. Diagram tersebut juga disebut Fishbone Diagram karena berbentuk seperti kerangka ikan. Untuk

40 46 membantu dalam pembuatan diagram sebab akibat biasanya digunkan teknik biasanya digunakan teknik brainstrorming (Ariani, 1998). Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah dan membantu dalam penyidikan atau mencari fakta lebih lanjut. Fungsi diagram sebab akibat juga dikemukankan oleh Montgomery (1996) yaitu berperan dalam memusatkan perhatian operator, bagian produksi dan pimpinan dalam masalah mutu. Diagram sebab akibat yang dikembangkan dengan baik biasanya memajukan tingkat pemahaman teknologi proses tersebut. Menurut Dahlgaard tal (1998), dalam menganalisis masalah atau efek, penyebab utama yang sering teridentifikasi diantaranya adalah : 1. Mesin (machinery) 2. Bahan (material) 3. Metode (method) 4. Manusia (men) 5. Manajemen (management) 6. Lingkungan (environment) Menurut Gaspersz (1998), langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat dapat dikemukakan sebagai berikut :

41 47 1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah Utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2. Tulisan pernyataan masalah itu pada Kepala Ikan yang merupakan akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pertanyaan masalah itu dalam kotak. 3. Tuliskan faktor-faktor penyebab Utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan ke dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategorikategori Utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor manuasia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran dll, atau stratifikasi melalui langkah-langkah actual dalam proses. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. 4. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab Utama ( tulang-tulang besar), serta penyebabpenyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. 5. Tuliskan penyebab-penyebab terseier yang mempengaruhi penyebabpenyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebabpenyebab terseier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.

42 48 6. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktorpenting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik mutu. Gambar 2.19 Diagram Sebab Akibat

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim 3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan bahan dengan tujuan untuk memperindah (decoratif), memperkuat (reinforcing), dan melindungi (protective)

Lebih terperinci

TUJUAN DAN METODE PERSIAPAN PERMUKAAN

TUJUAN DAN METODE PERSIAPAN PERMUKAAN PERSIAPAN PERMUKAAN TUJUAN DAN METODE PERSIAPAN PERMUKAAN Tujuan persiapan permukaan adalah persyaratan umum yang digunakan untuk menjelaskan semua pekerjaan yang meliputi pemulihan suatu kerusakan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGECATAN ULANG MOBIL DAIHATSU CHARADE TAHUN 1986 SISI ATAS DAN BELAKANG

PENGECATAN ULANG MOBIL DAIHATSU CHARADE TAHUN 1986 SISI ATAS DAN BELAKANG PENGECATAN ULANG MOBIL DAIHATSU CHARADE TAHUN 1986 SISI ATAS DAN BELAKANG PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

PENGECATAN ULANG MOBIL MITSUBISHI GALANT II TAHUN 1981 BAGIAN SAMPING KANAN PROYEK AKHIR

PENGECATAN ULANG MOBIL MITSUBISHI GALANT II TAHUN 1981 BAGIAN SAMPING KANAN PROYEK AKHIR PENGECATAN ULANG MOBIL MITSUBISHI GALANT II TAHUN 1981 BAGIAN SAMPING KANAN PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECATAN

BAB III PROSES PENGECATAN BAB III PROSES PENGECATAN 3.1 JENIS PRODUK Adapun jenis produk yang akan dicat yaitu pada bagian depan motor YAMAHA JUPITER MX (front fender), dan untuk proses pengecatan dilakukan hanya pada permukaan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Karena atas izin-nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI RANCANGAN

BAB III METODOLOGI RANCANGAN BAB III METODOLOGI RANCANGAN Sebelum dilakukan proses pengerjaan tugas akhir akan lebih baik apabila dilakukan perancangan terhadap pengerjaan tersebut. Pengkonsepan ini dimaksutkan adar dapat membantu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain : BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Kualitas Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain : a. Juran (1962) kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya b. Crosby (1979)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN HASIL

BAB V ANALISA DATA DAN HASIL BAB V ANALISA DATA DAN HASIL 5.1 Analisis Bagan Kendali X-bar dan R Dalam analisis bagan kendali x-bar dan R ditampilkan dalam bentuk grafik dari pengukuran kekilauan pengecatan Spool pipe dan Struktur.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai berbagai cara untuk mewujudkannya, di mana salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Penyedian Alat dan Bahan. Pengambilan Data Awal, Berat Awal Kendaraan Dan Handling. Proses Development

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Penyedian Alat dan Bahan. Pengambilan Data Awal, Berat Awal Kendaraan Dan Handling. Proses Development BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Penyedian Alat dan Bahan Pengambilan Data Awal, Berat Awal Kendaraan Dan Handling Development Interior Eksterior Dengan Evaluasi Bobot

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SOSIS Sosis adalah daging olahan yang paling menggugah selera dan paling banyak dikonsumsi. Kata sosis berasal dari berasal dari Bahasa Latin yaitu salsus yang berarti digarami

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Bodi kendaraan adalah bagian terluar dari kendaraan. Bodi inilah yang memberi bentuk dari suatu kendaraan. Bentuk bodi kendaraan bermacam-macam tergantung dari tujuan

Lebih terperinci

Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat.

Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat. 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kayu Jati dan Mahoni difinishing menggunakan bahan finishing pelarut air (water based lacquer) dan pelarut minyak (polyurethane). Kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 3.1 DEFINISI MUTU. - Philips B. Crosby

TINJAUAN PUSTAKA 3.1 DEFINISI MUTU. - Philips B. Crosby III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 DEFINISI MUTU Tantangan bagi perusahaan untuk menjadi dan tetap kompetitif belum pernah sekeras sekarang. Landasan persaingan bukan berpusat pada biaya saja, tetapi pada sejumlah

Lebih terperinci

PERBAIKAN BODI OTOMOTIF (AUTOBODY REPAIR)

PERBAIKAN BODI OTOMOTIF (AUTOBODY REPAIR) LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PELATIHAN LIFE SKILLS ACEH SEJATI PERBAIKAN BODI OTOMOTIF (AUTOBODY REPAIR) Oleh : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. NIP. 132310888 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas (Quality) Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

Lebih terperinci

Definisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu

Definisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mutu 2.1.1. Definisi Sebuah perusahaan akan berfokus pada bagaimana memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, dimana hal tersebut hanya didapatkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Kualitas Pengetahuan teknik saja belumlah memadai untuk mengelola dan menatalaksanakan suatu industri. Bekal pengetahuan sosial seperti administrasi,

Lebih terperinci

PENGECATAN MOBIL HONDA LIFE 1974 SISI DEPAN DAN BELAKANG. Oleh: Awang Kurniawan NIM

PENGECATAN MOBIL HONDA LIFE 1974 SISI DEPAN DAN BELAKANG. Oleh: Awang Kurniawan NIM PENGECATAN MOBIL HONDA LIFE 1974 SISI DEPAN DAN BELAKANG PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Pengendalian Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan cara memonitor keluaran (output), membandingkan dengan standart - standart,

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikanwarna pada suatu objek atau permukaan

Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikanwarna pada suatu objek atau permukaan PAINT / CAT Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian umum pengecatan Pengecatan adalah salah satu jenis pelapisan permukaan dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional digambarkan

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

REKONDISI BODY DAN CAT SEPEDA MOTOR HONDA C70 TAHUN 1979 PROYEK AKHIR

REKONDISI BODY DAN CAT SEPEDA MOTOR HONDA C70 TAHUN 1979 PROYEK AKHIR REKONDISI BODY DAN CAT SEPEDA MOTOR HONDA C70 TAHUN 1979 PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PROSES PENGECATAN MOBIL & PROBLEM SOLVING

BUKU PANDUAN PROSES PENGECATAN MOBIL & PROBLEM SOLVING PRAKATA BUKU PANDUAN PROSES PENGECATAN MOBIL & PROBLEM SOLVING Mengingat pentingnya proses pengecatan ulang banyak dilakukan di bengkel-bengkel dan untuk mengenal lebih dekat masalah-masalah yang terjadi

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. suatu saat mungkin mengalami kerusakan, misalnya pada cat, kerusakan itu bisa

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. suatu saat mungkin mengalami kerusakan, misalnya pada cat, kerusakan itu bisa BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Kendaraan sebagai alat transportasi yang digunakan dalam keseharian suatu saat mungkin mengalami kerusakan, misalnya pada cat, kerusakan itu bisa berupa dempul mengangkat.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan topik yang hangat untuk di bahas dalam dunia bisnis dan akademik, karena merupakan faktor utama bagi konsumen untuk memilih produk yang

Lebih terperinci

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko 1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang

Lebih terperinci

Epoxy Floor Coating :

Epoxy Floor Coating : PT PUTRA MATARAM COATING INTERNATONAL Epoxy Floor Coating : Aplikasi dan masalahnya Volume 2 Desember 2015 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi polimer epoksi sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Proyek akhir perbaikan dan pengecatan bodi mobil dilakukan berdasarkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Proyek akhir perbaikan dan pengecatan bodi mobil dilakukan berdasarkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proyek akhir perbaikan dan pengecatan bodi mobil dilakukan berdasarkan permasalahan yang terdapat pada bab I. Dari identifikasi masalah disebutkan bahwa terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistical Process Control (SPC) adalah suatu alat kendali proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Statistical Process Control (SPC) adalah suatu alat kendali proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistical Process Control (SPC) adalah suatu alat kendali proses yang menggunakan statistik. Metode yang sering digunakan untuk mengetahui sumber variasi dari prosesa

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Permasalahan agar lebih mudah diselesaikan apabila dilakukan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Permasalahan agar lebih mudah diselesaikan apabila dilakukan 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Permasalahan agar lebih mudah diselesaikan apabila dilakukan pendekatan pemecahan masalah terlebih dahulu. Oleh karena itu dalam penyusunan tugas akhir ini perlu adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pengendalian Kualitas pada Industri Manufaktur Kata kualitas memiliki definisi yang sangat beraneka ragam. Para pakar kualitas memberikan definisi masing-masing, antara

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Debrina Puspita Andriani *1), Destantri Anggun Rizky 2), Unggul Setiaji 3) 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Sebagian orang berpendapat bahwa kualitas yang baik adalah barang yang lebih kuat, barang yang lebih awet, dan sebagainya, ataupun yang lebih umum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar dari

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

OXYFLOOR Epoxy Floor Coating

OXYFLOOR Epoxy Floor Coating PT. PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL OXYFLOOR Epoxy Floor Coating AGUSTUS 2011 VOLUME 8 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi epoxy dan amine. Epoxy mempunyai keunggulan

Lebih terperinci