BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Kualitas Pengetahuan teknik saja belumlah memadai untuk mengelola dan menatalaksanakan suatu industri. Bekal pengetahuan sosial seperti administrasi, sosiologi, psikologi, dan lain-lain, merupakan alternatif yang baik. Karena dalam menatalaksanakan industri, administrasi banyak berinteraksi dengan manusia dari berbagai latar belakang social, Untuk itu kita harus mengenal manusia dan lingkungannya, karena manusia merupakan mahluk yang berakal budi, dan berperasaan. Dengan pengetahuan tadi niscaya kita bisa menatalaksanakan suatu organisasi industri dengan baik, termasuk didalamnya Pengendalian Kualitas (Quality Control). Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan 6

2 perhatian penuh kepada kualitas, karena perhatian penuh pada kualitas akan memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu : dampak terhadap biaya produksi yaitu melalui proses pembutan produk yang memiliki derajat konfirmasi (conformance) yang tinggi terhadap standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang sekecil mungkin dan dampak terhadap pendapatan yang terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk berkualitas yang berharga kompetitif.. Pengertian pengendalian disini adalah merupakan suatu pemeriksaan terhadap suatu pekerjaan, apakah telah dilaksanakan sesuai petunjuk rencana dan standar serta mengungkapkan gejala-gejala yang tidak menguntungkan yang dapat menimbulkan defect / cacat produk dengan melakukan tindakan perbaikan (improvement). Defect / Cacat adalah segala sesuatu yang membuat customer tidak puas, segala hal yang menghasilkan ketidaksesuaian. (Yamit Zulian, manajemen kualitas). Pengendalian dioperasikan terhadap semua hal baik benda-benda, orangorang dan semua kegiatan yang berlangsung didalamnya, dengan demikian pengendalian ialah untuk menemukan kelemahan dan kesalahan untuk dilakukan perbaikan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan yang serupa. Sedangkan menurut (Feigenbaum, 1992), pengendalian dalam industri adalah proses dari pengendalian wewenang dan tanggung jawab dalam pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan manajemen secara menyeluruh untuk menjamin tercapainya hasil produksi yang memuaskan. Proses dasar pengendalian maupun penerapannya atau apa saja yang diawasi, meliputi tiga langkah (Koontz, 1986 ) yaitu : 7

3 1. Menetapkan Standar Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengendalian, maka langkah pertama dalam proses pengendalian adalah menyusun rencana, akan tetapi karena perencanaan berbeda dalam perincian dan kerumitannya dan karena manager biasanya tidak mengawasi semua aktifitas yang dilakukan, maka ditentukan suatu standar dimana tujuan atau sasaran yang akan dicapai dapat diperiksa kebenarannya, baik dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. 2. Mengukur Prestasi Kerja Langkah kedua dalam pengendalian adalah mengukur prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan, walaupun didalam prakteknya tidak selalu dapat dilaksanakan sepenuhnya, namun pengukuran prestasi kerja terhadap standar ideal hendaknya dilakukan atas dasar pandangan ke depan, sehingga penyimpangan-penyimpangan dapat diketahui sedini mungkin. 3. Melakukan Perbaikan Proses pengendalian tidaklah lengkap jika tidak diambil tindakan untuk melakukan perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi. Dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan berkelanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dalam memenuhi persyaratan ( Juran, J.M. Quality Control Handbook, 4rd Edition Mc Graw Hill, New York ) Pengendalian mutu telah diakui sejak lama sebagai suatu fungsi management yang vital. Dampaknya sangat besar pada produktifitas dan efisiensi kerja. Effek baliknya merupakan tonggak untuk meningkatkan keuntungan dan membantu mengurangi limbah produksi. 8

4 Secara filosofis, mutu dan pengendalian mutu menurut pandangan tadi tidak akan jauh berbeda dengan masalah pengaturan dan keteraturan. Dengan demikian, perhatian harus diarahkan pada bagian awal sampai bagian akhir proses. Sukses dari penerapan pengendalian mutu yang baik dan benar kini telah banyak diterapkan oleh banyak organisasi-organisasi dan perusahan-perusahaan, hampir diseluruh dunia. Banyak pembeli mempunyai ingatan atau mengingat-ingat bahwa mutu barang atau produk dari suatu merek perusahaan tertentu mempunyai mutu yang tinggi dibandingkan dengan mutu barang sejenis dari perusahaan lain. Dan untuk itu bahkan pembeli tidak segan-segan mengeluarkan biaya ekstra asalkan bisa memperoleh barang-barang dengan mutu yang terjamin. Pengendalian mutu bagi tiap-tiap orang berbeda-beda dan bagi kita juga sulit untuk mengatakan batasan mana suatu mutu dianggap dalam kelas yang tinggi dan mana yang dianggap rendah. Jadi pengertian mutu itu relatif, harus dilihat dari konteks mana barang tersebut digunakan. Suatu barang akan mempunyai mutu yang tinggi jika digunakan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya serta selera dari si pemakainya. Kualitas merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun demikian istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan perlu mendapat penafsiran secara cermat. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian kualitas menurut beberapa ahli antara lain : 9

5 Secara umum kualitas didefinisikan sebagai jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dalam produk yang bersangkutan, dan yang termasuk dalam kualiatas ini adalah daya tahan produk, daya guna, kepuasan pengguna dan lain sebagainya ( Ahyari, 1981 ) Juran,1962 J.M. Quality Control Handbook, 4rd Edition Mc Graw Hill, New York pengertian kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Mutu produk atau jasa merupakan keseluruhan gabungan daripada : Kinerja ( Performance ) : Efisiensi, Speed, Output. Kesesuaian ( Conformance ) : Kesesuaian terhadap spesifikasi produk Karakteristik : - Atribut ( keretakan, kebocoran, dll ) - Variabel ( kerapatan / density, kekerasan, kekasaran, umur produk ) Crosby(1979) berpendapat bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness. Menurut W. Edward Deming ( 1982 ), kualitas harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan menurut A.V. Feigenbaum ( 1991 ), kualitas merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture dan maintenance dimana produk dan jasa dalam pemakaian akan sesuai dengan harapan pelanggan. Scherkenbach ( 1991 ) mengatakan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan ingin produk / jasa sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut. 10

6 Menurut Elliot ( 1993 ) kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan. Pendapat David L. Goetsch dan Stanley Davis ( 1995 ) bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI ), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa perbandingan filosofi kualitas dari Deming, Crosby, dan Juran antara lain : Tabel 2.1 Perbandingan Filosofi Kualitas dari Deming, Crosby, dan Juran Keterangan Deming Crosby Juran Definisi Kualitas Tanggung jawab manajemen senior Pendekatan strategik terhadap sistem kualitas Keseragaman produk yang dapat diprediksi Perhatian untuk menciptakan sistem kualitas secara menyeluruh Menciptakan struktur untuk perbaikan terus menerus Kesesuaian dengan keperluan Perbaikan kualitas secara terstruktur Perbaikan kualitas secara terstruktur Kesesuaian produk dengan penggunaan Manajemen mendukung perencanaan, pengendalian dan perbaikan kualitas Dewan kualitas memberikan petunjuk untuk proses perbaikan terus menerus Dasar Perbaikan Secara terus menerus dan Perbaikan proses, bukan Pendekatan proyek 11

7 Pengukuran kualitas Perbaikan Proses terus-menerus berkesinambung an untuk mengurangi penyimpangan Menghilangkan cacat dan menurunkan biaya kualitas Continuous Quality Improvement dengan P-D-C-A progam dengan sasaran pada perbaikan Menghilangka n cacat dan kualitas adalah bebas cacat Continuous Quality Improvement Kualitas adalah mengukur berbagai penyimpangan Continuous Quality Improvement dalam perencanaan, pengendalian, dan perbaikan kualitas Keterangan Deming Crosby Juran Pendidikan pelatihan dan Menghilangkan penyebab masalah Penyusunan Tujuan/sasaran Mendukung pendidikan dan pelatihan dalam Deming s 14 point Memisahkan penyebab umum (yang tidak dapat dihilangkan) dan penyebab khusus (dapat dihilangkan) dan digunakan teknik-teknik statistika untuk identifikasi Dengan menekankan pada Continuous Quality Improvement dan tidak melihatnya sebagai sasaran jangka pendek Mendukung pendidikan dan pelatihan dengan 8 langkah mengenai pendidikan kualitas Harus diambil tindakan perbaikan bila ada kesalahan Sasaran bau dapat tercapai setelah 30, 60 atau 90 tahun Mendukung pendidikan dan pelatihan secara implisit dan eksplisit dalam langkahlangkah juran Memisahkan penyebab umum (yang tidak dapat dihilangkan) dan penyebab khusus (dapat dihilangkan) dan digunakan teknikteknik statistika untuk identifikasi Pendekatan sesuai Manajement Objective yang dengan By 12

8 Rencana Struktural Deming s 14 point untuk Quality Improvement dan menekankan penggunaan alat statistik pada semua level Kerja tim Partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan Biaya kualitas Tidak ada yang optimum, perbaikan terus menerus dan berkesinambung an Menekankan pada perubahan budaya Tim Quality Improvement, dewan kualitas Biaya ketidaksesuaia n adalah bebas Menekankan pada Quality Improvement dengan pendekatan proyek demi proyek Pendekatan tim dan gugus kendali kualitas Kualitas tidak bebas, ada sesuatu yang optimum Sumber : Chase et al,(1998) Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan kualitas adalah suatu penyebab umum (common cause) yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha. Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus menerus (continuous improvement process) yang dapat diukur, baik secara individual, organisasi, korporasi dan tujuan kinerja nasional. Dukungan manajemen, karyawan, dan pemerintah untuk perbaikan kualitas adalah penting bagi kemampuan berkompetisi secara efektif dipasar global. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan merupakan sumber penting kebanggaan nasional. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan dan didemontrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat. 13

9 Ukuran kualitas / mutu dalam sistem produksi beragam. Ukuran ini barangkali paling jelas dalam sistem manufaktur yang karakteristik kualitasnya dapat dikaitkan dengan standar obyektif seperti dimensi, komposisi kimia, dan uji kinerja aktual. Standar untuk ukuran-ukuran ini kemudian dapat ditetapkan dan prosedur reguler dapat digunakan untuk mengukur karakteristik-karakteristik penting guna menentukan apakah standar terjaga atau tidak. Pengendalian kualitas merupakan sistem yang efektif guna memepertahankan dan meningkatkan kualitas, kualitas itu sendiri meliputi beberapa aspek yaitu : a. Kualitas Produk ( Quality ) b. Kualitas Kegiatan ( Actifity ) c. Kualitas Biaya ( Cost ) d. Kualitas ketetapan waktu dan cara penyampaian barang ( Delivery ) e. Kualitas keselamatan ( Safety ) serta moral atau semangat kerja individu yang terlibat ( morale ). Selanjutnya, ada beberapa dimensi kualitas untuk industri manufaktur dan jasa. Dimensi ini digunakan untuk melihat dari sisi manakah kualitas dinilai. Tentu saja perusahaan ada yang menggunakan salah satu dari sekian banyak dimensi kualitas yang ada, namun ada kalanya yang membatasi hanya pada salah satu dimensi tertentu. Yang dimaksud dimensi kualitas tersebut, telah diuraikan oleh Garvin (1996) untuk industri manufaktur meliputi : 1. Karakteristik operasi utama ( Performance ) yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk. 14

10 2. Karakteristik khusus ( Features ) yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan. 3. Kehandalan ( Reliability ) yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah 4. Kesesuaian dengan spesifikasi ( Conformance ) yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan. 5. Ketahanan ( Durability ) yaitu tingkat ketahanan/keawetan produk atau lama umur produk. 6. Kemampuan untuk dirawat ( Serviceability ) yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut. 7. Estetika ( Aesthetic ) yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut 8. Fanatisme konsumen ( Perception ) yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri. Pengertian Pengendalian Kualitas atau Mutu adalah suatu sistem pengawasan, analisa dan tindakan yang dilakukan terhadap suatu proses pembuatan barang atau produk, dimana hal tersebut merupakan salah satu fungsi terpenting dari suatu perusahaan dalam usaha menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sesuai dengan rencana pengendalian produk untuk memenuhi dan meningkatkan kualitas produksi secara efektif dan efisien, sehingga dapat memuaskan konsumen. 15

11 Penerapan pengendalian mutu pada suatu perusahaan merupakan suatu kerangka dimana setiap orang disetiap tingkatan dalam perusahaan harus bekerja sama dengan erat untuk meningkatkan segala usaha pengendalian mutu, jadi dibutuhkan partisipasi dari semua divisi yang ada dalam perusahaan dan harus ditunjang dan dilayani oleh suatu fungsi manajemen yang terorganisasi dengan baik. Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, dimana dengan aktivitas itu diukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar ( Montgomery, 1990 ). Menurut Ahyari ( 1981 ), pengendalian kualitas merupakan aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa usaha pengendalian kualitas ini merupakan usaha preventif ( pencegahan ) dan harus dilaksanakan sebelum kesalahan kualitas produk atau jasa tersebut terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan, dengan demikian maka pengendalian kualitas ini mengandung 2 macam pengertian utama yaitu : 1. Menentukan standar kualitas untuk masing-masing produk / jasa dari perusahaan yang bersangkutan. 2. Usaha untuk dapat memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan tersebut ( Ahyari, 1987 ) Adapun tujuan dari pengendalian kualitas didalam perusahaan antara lain terdapatnya peningkatan kepuasan konsumen, proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya serendah-rendahnya serta selesai sesuai dengan yang telah ditetapkan ( Ahyari, 1987 ). Didalam hubungannya dengan pengendalian kualitas, dikenal apa 16

12 yang disebut dengan lingkaran pengendalian kualitas ( Quality Control Circle atau QCC ) ( Ahyari, 1979 ). Lingkaran pengendalian kualitas ini merupakan suatu teknik pengendalian kualitas dimana para karyawan dan pimpinan perusahaan secara bersama-sama berusaha untuk meningkatkan kualitas hasil produksi. Adapun manfaat daripada pengendalian kualitas adalah sebagai berikut : 1. Kualitas produk yang seragam. 2. Merupakan sarana untuk menemukan kesalahan pada tahap dini. 3. Mengurangi biaya inspeksi. 4. Mengurangi produk / barang yang ditolak dan menghemat biaya material. 5. Meningkatkan pengertian dan penghargaan tentang pengawasan kualitas. 6. Memperbaiki hubungan dengan pelanggan. 7. Menunjukkan dimana terdapat hambatan dan gangguan. 8. Merupakan dasar untuk spesifikasi yang dicapai. 9. Merupakan sarana untuk menentukan kemampuan proses produksi. Pengendalian kualitas akan berhasil dengan baik apabila pihak perusahaan selalu memutar siklus atau daur ulang PDCA yang menjadi pedoman perbaikan yaitu : a. P ( Plain ) adalah perencanaan dengan mengidentifikasikan persoalan, menetapkan target, membuat suatu rencana penerapan yang tepat. b. D ( Do ) adalah melaksanakan sesuai dengan rencana, menyelidiki dan menyesuaikan dengan fakta dan menetapkan tindakan perbaikan. c. C ( Check ) adalah memeriksa hasil pelaksanaan dan mengevaluasi hasilnya serta memberikan koreksi yang diperlukan. d. A ( Action ) adalah melakukan tindakan standarisasi untuk menetapkan prosedur berikutnya. 17

13 Gambar 2. 1 Unsur-unsur lingkaran mutu untuk jaminan mutu industri Litbang & Konsep Perencanaan P Umpan balik Dukungan metrology ( 2.2 Ruang Lingkup Pengendalian Mutu Pelaksanaan pengendalian kualitas pada suatu perusahaan adalah sangat penting, dimana pihak manajemen harus mengetahui faktor-faktor yang menentukan dan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut antara lain bahan baku, metode, tenaga kerja, mesin / peralatan produksi yang digunakan serta faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Secara garis besar pengendalian kualitas dapat dikelompokkan dalam tiga hal yaitu : 1. Pengendalian Kualitas Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan dasar yang besar pengaruhnya terhadap kualitas produk yang dihasilkan, dimana bahan baku ini menjadi penentu utama atas kualitas hasil akhir suatu produk. 18

14 2. Pengendalian Kualitas Proses Produksi Proses produksi menurut Sofyan Assuari ( 1978 ) menyatakan Cara metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dengan menggunakan sumber-sumber seperti tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan biaya yang ada. Selain bahan baku yang dapat mempengaruhi kualitas produk, kualitas suatu produk juga ditentukan pada saat proses produksi, walaupun kualitas bahan bakunya baik tetapi jika tidak disertai dengan pengendalian pada saat proses produksinya maka akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah. Karena banyaknya komponen didalam proses produksi yang harus diawasi, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap sampel / contoh dari hasil yang ada dan dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah proses berjalan dengan baik atau ada penyimpangan proses. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh operator atau pengawas yang langsung dapat mengetahui dimana terjadi kesalahan dan penyimpangan didalam proses produksi. 3. Pengendalian Kualitas Produk Jadi. Pengawasan terhadap bahan baku dan proses produksi bukan merupakan jaminan bahwa kualitas hasil akhir produk tidak terdapat cacat atau rusak. Untuk menghindari produk rusak atau produk cacat sampai ke tangan konsumen, maka perlu juga dilakukan pengawasan terhadap produk akhir. 19

15 Pengendalian mutu perusahaan secara menyeluruh memiliki dua sasaran,yaitu : 1. Pemastian mutu yang menjadi tujuan utama pengendalian mutu. 2. Menentukan sudut pandang manajemen terhadap pengendalian mutu dan menciptakan apa yang disebut sebagai manajemen administrasi praktis. Manajemen sehari-hari menyangkut penerapan lingkaran PDCA untuk memenuhi fungsi / sasaran divisi. Manajemen sehari-hari berfungsi juga untuk mempertahankan pola operasi yang telah mapan sekaligus melembagakan perubahan-perubahan apabila perlu. Manajemen kebijakan mencakup pengerahan untuk memastikan bahwa standar, sasaran dan rencana perusahaan dipahami secara jelas diseluruh perusahaan, mulai dari manajemen puncak sampai karyawan yang tingkatannya paling rendah. 2.3 Peranan Karyawan Dalam Pengendalian Kualitas Dalam pelaksanaan pengendalian kualitas yanga ada pada suatu perusahaan, karyawan adalah merupakan aset perusahaan yang tidak boleh diabaikan. Para karyawan ini akan mempengaruhi secara langsung baik burukya produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkuatan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan seleksi para karyawan sehingga diperoleh karyawan yang mampu bekerja dengan baik dan pelatihan-pelatihan yang dapat membuat motivasi kerja dari para karyawan tersebut, yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses produksi dalam rangka pencapaian kualitas yang direncanakan. Sistem dan prosedur kerja yang digunakan dalam pelaksanaan pengendalian kualitas ini juga dapat berpengaruh terhadap pembentukan kualitas produk 20

16 perusahaan tersebut. Sistem dan prosedur kerja haruslah mudah dipahami dan dilakukan dengan baik oleh karyawan, Oleh karena itu kesederhanaan sistem dan prosedur dalam pengendalian kualitas ini perlu untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam penyusunan sistem dan prosedur kerja yang akan dipergunakan. 2.4 Standarisasi Dalam rangka pengendalian kualitas, standarisasi mempunyai peranan yang cukup penting, karena dengan adanya standarisasi itulah kualitas dari suatu produk atau barang dapat diterima atau ditolak. Standar menurut Harsono ( 1984 ) dalam bukunya Manajemen Pabrik adalah penentuan secara hati-hati dari norma-norma, ukuran- ukuran atau spesifikasi yang meliputi cara-cara, bahan-bahan, prosedur dari proses produksi suatu pabrik. Standar merupakan pegangan dari setiap aktifitas dalam hubungannya dengan kualitas. Pembuatan standar dilakukan oleh perusahaan dengan pertimbanganpertimbangan yang telah matang dan observasi secara terus menerus, sehingga perusahaan mengetahui berapa bahan yang dibutuhkan, kualitas dari bahan yang dibutuhkan, lama proses produksi, kerja mesin produksi serta kualitas produk atau barang yang dihasilkan sehingga didapat suatu kualitas produk yang disepakati bersama dengan pihak manajemen, untuk selanjutnya perusahaan dapat menetapkan kualitas dari produk dengan membandingkan produk yang dihasilkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut Peranan Standarisasi 21

17 Standarisasi adalah merupakan suatu perumusan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan, grafik, contoh-contoh, model atau dengan cara lain yang representatif dan berfungsi untuk menetapkan, membatasi, menyatakan atau menegaskan sifatsifat, ukuran, cara pengujian dan lain-lain dari suatu benda atau beberapa benda yang berlaku dengan jangka tertentu. Penetapan standar produk pada perusahaan berguna untuk memudahkan dalam proses produksi Syarat Standarisasi Standarisasi harus memenuhi sifat-sifat : 1. Dapat diandalkan. 2. Dapat diterima semua pihak atau sebagian besar dari pihak-pihak yang bersangkutan. 3. Dapat memberikan manfaat dari para pemakainya. Adapun tujuan dalam penggunaan standarisasi ini adalah : a. Mempertinggi produksi b. Mempertinggi mutu c. Mengurangi ongkos d. Hemat material dan tenaga ( Soeprijono, 1980 ) 2.5 Pemeriksaan Produk Setiap Perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi produk, yaitu inspeksi 100% yang berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk selama masih dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Atau dengan menggunakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk yang 22

18 diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini mempunyai kelebihan dan kelemahan antara lain : Pengujian 100% Kelebihannya adalah tingkat ketelitian tinggi karena seluruh produk diuji. Tetapi kelemahannya seringkali produk justru rusak selama dalam pengujian. Selain itu, pengujian secara ini membutuhkan biaya, waktu dan tenaga kerja yang tidak sedikit. Pengujian dengan pengambilan sampel. Kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga dibanding dengan cara pengujian 100%. Namun, teknik ini mempunyai kelemahan dalam tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah. Pemeriksaan atau inspeksi terhadap mutu secara keseluruhan atau lengkap untuk setiap masing-masing produk adalah sulit. Pertimbangan biaya, waktu dan tenaga merupakan sebab utama dilakukannya pemeriksaan secara sampel. Langkah awal dalam pemeriksaan sampel adalah menentukan seberapa besarnya karakteristik mutu yang akan diperiksa dan metode pemeriksaan mana yang akan digunakan. Selanjutnya target untuk jaminan mutu produk yang diterima harus diatur 100% dan dikendalikan agar hal tersebut dapat dicapai. Disini seorang pemeriksa dituntut untuk mempunyai pengetahuan pemeriksaan secara sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan secara rasional. 23

19 2.6 Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data bertujuan untuk menguji apakah jumlah sampel yang diambil, jumlahnya mencukupi terhadap jumlah populasi yang ada. Uji kecukupan data dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan yang biasanya selalu diasumsikan dengan 90% dan tingkat ketelitian 10% dan dirumuskan sebagai berikut : N = Z / S N Σ x i 2 ( Σ x i ) 2 2 Σ x i Dimana : Z = Hasil transformasi dari 1 - / 2 Dimana : a =1 tingkat kepercayaan yang diasumsikan S = Tingkat ketelitian dalam % Karena tingkat ketelitian 90%, maka Z = 1,65 S = 10% = 10/100 = 1/10 Z/S = 1,65 : 1/10 = 1,65 x 10 = 16,5 Jadi perumusan diatas dapat diganti dengan : N = Z / S N Σ x i 2 ( Σ x i ) 2 2 Σ x i N = Jumlah data atau pengamatan yang aktual N = Jumlah data atau pengamatan secara teoritis. Apabila N < N, maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. 24

20 2.7 Tehnik atau Alat Pengendalian Mutu Dalam pengendalian mutu menggunakan 7 alat pengendalian mutu yang dikenal sebagai Seven tools of Quality Control yaitu : 1. Lembar Periksa Merupakan suatu alat sederhana yang dipergunakan untuk mengumpulkan data serta memudahkan dalam analisis selanjutnya. Dalam lembar periksa hanya bersifat pengamatan yang berkaitan dengan sifat-sifat mutu yang ditetapkan untuk diperiksa apakah telah memenuhi persyaratan. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan dalam grafik seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya. Lembar periksa mempunyai fungsi sbb : a. Pemeriksaan distribusi proses produksi b. Pemeriksaan item cacat c. Pemeriksaan lokasi cacat Salah satu contoh bentuk lembar pengecekan adalah sebagai berikut : No Deskripsi Jumlah Cacat Total (Jenis Cacat ) 1 Kemasan Bocor IIIII III 8 2 Cuting / Potongan IIIII I 6 3 Isi Kurang IIII 4 Tabel 2.2 Lembar Periksa 25

21 2. Histogram Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Biasanya berbentuk grafik batang yang dipergunakan sebagai alat sederhana untuk mengetahui distribusi data yang dikumpulkan. Alat ini dipergunakan untuk memeriksa hasil sehingga memungkinkan untuk menemukan persoalan. Berbeda dengan pareto chart yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan apapun Langkah penyusunan Histogram adalah : 1. Menentukan batas-batas observasi misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil 2. Memilih kelas untuk menentukan banyak kelas dengan K = n dimana n menunjukkan banyaknya data. 3. Menentukan lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyaknya kelas ( semua kelas mempunyai lebar yang sama ). 4. Menentukan batas-batas kelas, tentukan banyaknya observasi pada masing-masing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih. 5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya. 3. Diagram Pareto Diagram pareto yang merupakan diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama Vilfredo Pareto adalah alat yang dipergunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk 26

22 menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis, sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebabsebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut untuk ditangani terlebih dahulu. Pada prinsipnya diagram pareto ini untuk mengadakan perbaikan dalam berbagai aspek dan biasanya digunakan untuk mengetahui variabilitas yang paling merugikan perusahaan. Setiap balok yang terdapat didalam diagram pareto, menggambarkan satu proses yang mengalami kejadian dan sumbu vertikal menunjukkan besarnya prosentasi kejadian, sumbu horisontal menunjukkan proses dimulainya dari prosentasi tinggi dikiri yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu. Diakhiri dengan proses yang paling kecil prosentasinya dikanan dan diatur sesuai tingkatannya. Gambar 2.2 Diagram Pareto Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan diagram pareto adalah: a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya. b. Menentukan satuan yang digunakan untuk urutan karakteristik misalnya frekuensi, unit dan sebagainya. 27

23 c. Mengumpulkan data. d. Merangkum data dan membuat rangking dari kategori data e. Menghitung frekuensi kumulatif atau presentasi kumulatif. f. Membuat diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan dari masingmasing masalah.. 4. Diagram Sebab Akibat Diagram ini digunakan untuk menganalisa suatu masalah dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut dengan prinsip sebab akibat atau tiap masalah pasti ada penyebabnya.. Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) juga disebut Ishikawa Diagram karena dikembangkan oleh Dr Kaoru Ishikawa. Diagram tersebut juga disebut Fishbone Diagram karena berbentuk seperti kerangka ikan. Dalam proses produksi di perusahaan didukung beberapa faktor antara lain : a. Bahan baku b. Tenaga kerja c. Mesin d. Metode kerja e. Lingkungan kerja Manfaat diagram sebab akibat tersebut antara lain : 1. Dapat menggunakan kondisi sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk. 2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dan keluhan pelanggan. 28

24 3. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan. 4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. Gambar 2.3 Diagram Sebab Akibat Adapun Langkah-langkah untuk membuat diagram tersebut adalah : a. Tentukan karakteristik mutu, mengingat masalah mutu pada perusahaan sangat banyak, karakteristik ini yang akan diperbaiki dan dikendalikan, tulis karakteristik mutu tersebut disisi kanan. b. Kemudian tuliskan faktor utama yang menjadi penyebabnya dengan mengelompokkan faktor-faktor penyebab yang mempunyai kemungkinan besar terhadap kejadian dalam item-item seperti bahan baku, mesin (peralatan), metode kerja, pekerja dan lingkungan. Dimana setiap grup individu akan membuat cabang, kemudian disetiap cabang dituliskan kedalamnya faktor-faktor rinci yang dianggap sebagai penyebab. 29

25 c. Setelah semua selesai, periksalah untuk memastikan bahwa semua item yang mungkin menjadi penyebab telah tercantum dan hubungan sebab akibat telah digambarkan dengan tepat. 5. Stratifikasi ( Analisa Matriks ) Suatu alat sederhana tetapi efektif untuk membandingkan beberapa kelompok kategori yang kemudian menguraikan / mengklasifikasikan data / masalah menjadi kelompok / golongann sejenis yang lebih kecil / menjadi unsur-unsur tunggal dari data / masalah sehingga menjadi lebih jelas. Jenis Faktor Kerusakan Total Kesalahan (a) (b) (c) Total Tabel 2.3 Tabel Analisa Matriks Dari data diatas tampak bahwa ketidaksesuaian terkecil terjadi pada faktor (a) dan yang terbesar adalah faktor kerusakan (b). 6. Diagram Pencar ( Scatter Diagram ) Diagram pencar ( Scatter Diagram ) adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua macam variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien relasi. 30

26 7. Peta Kendali ( Control Chart ) Peta Kendali ( control chart ) adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab khusus ( assignable cause ), kemudian dicari tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya perbaikan proses. Grafik kendali dimaksudkan untuk melihat sejauh mana proses produksi berada dalam batas pengendalian, dengan demikian apabila ada penyimpangan akan dengan mudah diketahui sehingga dapat diambil langkahlangkah perbaikan dan sebagainya. Grafik pengendali dalam penerapannya digunakan untuk mengawasi proses yaitu data sampel dikumpulkan dan digunakan selanjutnya dibuat grafik pengendali, dan apabila nilai sampel ( misal x ) berada pada batas kendali dan tidak memperlihatkan sesuatu pola sistematik, maka dapat dikatakan proses dalam keadaan terkendali pada tingkat yang ditunjukkan oleh peta / grafik. Peta kendali dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut jenis datanya, yaitu Peta kendali untuk data atribut dan Peta kendali untuk data variabel. Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data atribut. Namun demikian, data variabel tidak dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase kesalahan suatu proses. Data variabel menunjukkan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses. Sedangkan data atribut dalam pengendalian kualitas menunjukkan karakteristik kualitas yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut Besterfield (1998), 31

27 data atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya goresan, kesalahan, warna, atau ada sebagian yang hilang. Selain itu, data atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat tetapi tidak dibuat karena alasan waktu, biaya atau kebutuhan. Langkah-langkah yang harus diambil dalam menggunakan bagan kendali proses produksi yaitu : a. Pilihlah item yang akan dikendalikan, tentukan permasalahan apa yang berkaitan dan apa tujuannya. Berdasarkan ketentuan ini, harus jelas data apa yang diperlukan. b. Putuskan dan tentukan bagan apa yang akan digunakan. c. Buatlah grafik pengendali untuk analisa proses. Ambilah data untuk selang waktu tertentu atau gunakan data yang lalu dalam pembuatan peta, bila terdapat titik yang abnormal, selidikilah penyebabnya dan ambil tindakan. Penyebab perubahan mutu dipelajari dengan mengatur pengelompokkan. d. Susunlah peta pengendali untuk proses pengendalian proses. Anggaplah tindakan telah diambil untuk berhubungan dengan penyebab perubahan mutu dan proses produksi dikendalikan. Lihatlah apakah produk memenuhi standar untuk keadaan ini, standarkan metode kerjanya, perluas garis kendali peta situasi stabil dan lanjutkan menggambarkan data harian. e. Kendalikan proses produksi, bila metode kerja yang distandarkan tetap terjaga, grafik pengendali harus menunjukkan keadaan terkendali ini. 32

28 Bila ketidaknormalan muncul pada peta, selidikilah penyebabnya dan segeralah ambil tindakan yang tepat. Bila peralatan dan metode kerja diubah, garis kendali harus dihitung kembali, bila tindakan proses produksi dilakukan dengan lancar, tingkat mutu pada peta pengendali akan lebih baik. Dalam kasus ini buatlah pengulangan kembali secara periodik terhadap garis kendali. Aturan berikut ini harus diamati dalam menghitung kembali garis kendali mutu. - Data yang menunjukkan ketidaknormalan dan penyebab yang telah ditemukan dan dibetulkan sebaiknya tidak dimasukkan dalam hitungan kembali. - Data pada titik-titik normal yang penyebabnya tidak ditemukan atau tidak ada tindakan yang harus diambil harus dimasukkan. Cara membaca peta kendali yaitu : Bila titik pada peta berada dalam batas kendali maka proses dianggap terkendali. Bila salah satu atau lebih titik terletak diluar batas kendali maka proses tersebut dianggap tidak terkendali. 2.8 Pengendalian Mutu Proses Statistik Pengendalian mutu proses statistik yang dimaksudkan disini adalah pengendalian mutu produk selama masih dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian mutu tersebut dapat digambarkan batas atas ( Upper Control Limit ) dan Batas Bawah ( Lower Control Limit ) beserta garis tengahnya ( Center Limit). 33

29 Pengendalian mutu / kualitas secara umum dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, jenis-jenis pengendalian kualitas tersebut antara lain : Pengendalian Mutu Proses Statistik Data Variabel Yang dimaksud dengan data variabel adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan, pengukuran ini meliputi pengukuran volume, berat, dll Peta Pengendali Rata-rata Peta pengendali rata-rata merupakan peta pengendali untuk melihat apakah proses masih berada dalam batas pengendalian atau tidak. Kondisi tersebut dapat dilihat dari produk yang sedang berada dalam proses. Peta pengendali rata-rata juga menunjukkan apakah rata-rata produk yang dihasilkan masih baik atau tidak. Peta pengendali ini harus digunakan bersamaan dengan peta pengendali range untuk mengetahui tingkat keakurasian proses Peta Pengendali Range dan Peta Pengendali Standar Deviasi Peta pengendali range dan peta pengendali standar deviasi adalah peta pengendali untuk mengetahui tingkat keakurasian pemrosesan. Peta pengendali range lebih mudah diterapkan daripada peta pengendali standar deviasi tetapi peta pengendali standar deviasi lebih tepat Peta Pengendali Individu Peta Pengendali Individu adalah peta pengendali yang digunakan apabila perusahaan hanya memproduksi satu unit dalam setiap harinya. 34

30 Peta Pengendali Regresi / Kecenderungan Peta pengendali regresi / kecenderungan merupakan peta pengendali untuk perusahaan yang mempunyai data yang bentukya merupakan suatu kecenderungan naik atau turun Pengendalian Mutu Proses Statistik Data atribut Yang dimaksud dengan data atribut adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan, pengukuran ini meliputi pengukuran cacat produk. Peta pengendali mutu proses data atribut meliputi : Peta pengendali p dan np Peta pengendali p dan np digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. Untuk peta pengendali p dan np digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil, bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan peta pengendali p ( p chart ) maupun peta pengendali np ( np - chart ). Namun apabila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi maka kita harus menggunakan peta pengendali p ( p chart ). Langkah-langkah pembuatan peta pengendali ini adalah : 1. Kumpulkan data-data yang diperlukan antara jumlah yang diuji dengan jumlah yang cacat. 35

31 2. Hitung Garis Pusat Peta Pengendali dengan menggunakan Rumus dibawah ini ( Dorothea. W. A,2004 ) : g g _ Σ p i Σ X i Garis Pusat (GP) p = p = i = 1 = i = 1 g sampel X X pr = P = x 100% ni ni 3. Menentukan batas pengendali bawah dan batas pengendali atas. p ( 1 p ) BPA p = p + Z x 100% n p ( 1 p ) BPA p = p - Z x 100% n Dimana : p Xi X pr ni = Garis Tengah = Jumlah total produk cacat = Jumlah produk cacat setiap observasi = Proporsi kesalahan setiap sampel pada setiap kali observasi = Banyanya sampel yang diambi pada setiap kali observasi yang selalu bervariasi P g Z = Persentase produk cacat tiap sampel pada setiap observasi = Banyaknya observasi = Standar sigma yang digunakan oleh perusahaan 36

32 4. Membuat Peta Kendali. Membuat peta kendali terdiri dari garis pusat, BPA dan BPB dimana menggambarkan perbaikan kualitas. Gambar 2.4 Grafik Pengendali Peta pengendali c dan u Peta pengendali c dan u merupakan peta pengendali proses untuk mengetahui banyaknya cacat dalam satu unit produk. Peta pengendali c hanya digunakan untuk banyaknya sample yang sama untuk setiap kali operasi, sedangkan peta pengendali u digunakan untuk banyaknya sample sama maupun bervariasi untuk setiap kali operasi Analisis Kemampuan Proses Untuk menganalisa kemampuan proses dapat diuji dengan menganalisa Cpk indeks dimana tujuan digunakannya analisa kemampuan proses adalah untuk melihat keseragaman kualitas produk yang dihasilkan serta dapat memperkirakan seberapa baik proses akan memenuhi toleransi, untuk pengujian keseragaman data dengan tingkat keyakinan 99.73%, disini menggunakan pengendalian 3σ, yang artinya batas control berjarak 3 standar deviasi diatas dan dibawah garis pusat. 37

33 Nilai Cpk mewakili kemampuan sesungguhnya dari suatu proses dengan parameter nilai tertentu Cpk. = USL μ, μ - LSL 3 σ 3 σ USL ( Upper Spesification Limit ) dan LSL ( Lower Spesification Limit ), adalah batas toleransi yang ditetapkan oleh konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. Dari hasil perhitungan ditetapkan bahwa : Cpk > 1 berarti proses masih baik ( Capable ) Cpk < 1 berarti proses tidak baik ( Not Capable ) Cpk = 1 berarti proses = spesifikasi konsumen 2.9 Sistem 8 Langkah Dalam Pengendalian Mutu Pengertian pengendalian dalam manajemen pengendalian mutu adalah dilaksanakannya pengendalian mutu dengan memutar daur ulang Plant Do Check Action atau yang disebut dengan Lingakaran Deming ( PDCA ). Lingkaran Deming ( PDCA ) ditemukan oleh W. Edward Deming. Berikut adalah uraian 8 langkah pemecahan masalah dan alat bantu : 1. Mencari masalah utama Pada langkah pertama dalam mencari masalah utama ini, alat bantu yang dapat digunakan adalah : - Check sheet - Diagram Pareto - Control Chart 38

34 2. Mencari penyebab penyebab masalah Pada langkah mencari penyebab permasalahan ini, alat bantu yang dapat digunakan adalah Diagram Sebab Akibat dan teknik 5 W + 1 H yaitu : - What : Apa yang menjadi penyebab masalah. - Why : Mengapa penyebab masalah tersebut timbul - Who : Siapa yang mengatasi masalah tersebut - When : Kapan penyebab tersebut ditanggulangi - Where: Tempatnya dimana - How : Bagaimana cara mengatasi penyebab tersebut 3. Menentukan penyebab-penyebab Pada langkah menentukan penyebab yang sangat berpengaruh, dapat menggunakan alat bantu diagram pareto. 4. Menyusun rencana penanggulangan dan menetapkan sasaran Pada langkah menyusun rencana penanggulangan dapat menggunakan metode teknik 5W dan 1H. 5. Melaksanakan rencana perbaikan Pada langkah melaksanakan rencana ini yang dapat dilakukan adalah dilakukannya pengendalian dengan mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga sasaran dapat tercapai. 6. Evaluasi hasil penanggulangan Pada langkah evaluasi hasil penanggulangan ini dapat menggunakan alat bantu : - Diagram Pareto - Check Sheet - Control Chart 39

35 7. Membuat standar Pada langkah ini setelah rencana tercapai maka dilakukan standarisasi, dan jika ada kesalahan atau penyimpangan dibuat tindakan koreksi. 8. Memecahkan masalah berikutnya Pada langkah ini jika terdapat persoalan yang mungkin belum terselesaikan maka untuk menanggulangi persoalan tersebut, untuk selanjutnya dapat dimasukkan pada rencana selanjutnya dan dimulai dari langkah pertama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Siklus Langkah Alat Bantu Plant Do 1. Mencari Masalah Utama 2. Mencari Penyebab 3. Mencari penyebab yang paling dominan 4. Menyusun rencana penanggulangan 5. Melaksanakan rencana - Check Sheet - Diagram Pareto - Control Chart - Diagram Sebab Akibat - Tehnik 5W + 1H - Diagram pareto - Tehnik 5W + 1H Check 6. Evaluasi hasil penanggulangan - Check Sheet - Diagram Pareto - Control Chart Action 7. Membuat pencegahan dan standar kerja 8. Memecahkan masalah berikutnya Tabel 2.4 Delapan Langkah Pemecahan Masalah dan Alat Bantu 40

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SNACK CHIKI BALLS DI PT. IFL

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SNACK CHIKI BALLS DI PT. IFL TUGAS AKHIR PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SNACK CHIKI BALLS DI PT. IFL Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana Teknik Industri Jenjang Pendidikan Srata Satu (S1) Disusun Oleh : BUDI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015

Pendahuluan. Pengendalian Kualitas Statistika. Ayundyah Kesumawati. Prodi Statistika FMIPA-UII. September 30, 2015 Pendahuluan Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII September 30, 2015 Ayundyah (UII) Pendahuluan September 30, 2015 1 / 32 Pendahuluan Karaketristik lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain : BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Kualitas Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain : a. Juran (1962) kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya b. Crosby (1979)

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 50 BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan Tisnowati, Henny, et al (2008) untuk menganalisis pengendalian mutu produksi roti dengan menggunakan metode SQC (Statistical

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian Dasar Kualitas Produk dan jasa berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen ( kepuasan pelanggan). Untuk mengetahui apa yang di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Konsep Dasar Kualitas Secara definitif yang dimaksudkan dengan kualitas atau mutu suatu produk/jasa adalah derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Pengendalian Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan cara memonitor keluaran (output), membandingkan dengan standart - standart,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Banyak sekali pengertian mengenai definisi tentang kualitas. Beberapa ahli memberikan pengertian atau definisi tentang kualitas sesuai dengan cara pandang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Quality (mutu) Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, diukur berdasarkan persyaratan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai berbagai cara untuk mewujudkannya, di mana salah

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

KUALITAS, PENDEKATAN INPUT- PROSES-OUTPUT NUR HADI WIJAYA, STP, MM

KUALITAS, PENDEKATAN INPUT- PROSES-OUTPUT NUR HADI WIJAYA, STP, MM KUALITAS, PENDEKATAN INPUT- PROSES-OUTPUT NUR HADI WIJAYA, STP, MM Bagaimana supaya ber kualitas Harus ada SISTEM di dalam suatu organisasi SISTEM adalah suatu proses/ kegiatan yang meliputi perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU)

PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU) PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono POKOK BAHASAN : TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU) DESKRIPSI Pengendalian mutu terpadu (PMT) lebih merupakan sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tisnowati, et al (2008) memfokuskan penelitiannya pada analisis pengendalian mutu produksi roti dengan menggunakan metode SQC dalam mengamati

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan tajam baik di pasar domestik maupun pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) DENNY HARIANTO NIM : 1401026015123456798900- KELAS : XXXIII - D MATA KULIAH : MANAJEMEN OPERASIONAL MAGISTER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ANALISIS DEFECT PADA PROSES PRODUKSI DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. HILON SURABAYA (STUDI KASUS FINISHING PRODUK MATRAS) SKRIPSI Oleh : ANDRI HERMAWAN 0532010128 JURUSAN

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK PD Jaya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang harus berjuang untuk mempertahankan produknya laku dipasaran. Upaya yang dilakukan selama ini adalah dengan mempertahankan kualitas produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Secara Umum Definisi dari kualitas suatu produk adalah sebagai kesanggupan atau kemampuan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam kondisi tertentu.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian 05

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian 05 ABSTRAK PT Ateja Multi Industri merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri tekstil, dimana produk yang dihasilkannya berupa kain untuk public transportation berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang semakin maju, industri konveksi pun semakin berkembang pesat mengikuti irama pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS DEFINISI KUALITAS Fitur dan karakteristik produk yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, cocok untuk digunakan Pengguna: Apa kata pelanggan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran 6 ABSTRAK PT Dhaya Tuhumitra adalah perusahaan penghasil sepatu sandal wanita dengan orientasi pasar ekspor sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena berguna untuk membantu usaha tersebut untuk mencapai tujuannya yaitu memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

ANALISA PENGURANGAN DEFECT ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Statistik

Pengendalian Mutu Statistik Pengendalian Mutu Statistik Konsep Pengendalian Kualitas Kualitas suatu produk : derajat/tingkatan dimana suatu produk mampu memuaskan keinginan konsumen Pengendalian Kualitas : sistem verifikasi & penjagaan

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Proses Statistikal 2.1.1 Definisi Statistika Kata statistika memiliki dua macam definisi yang telah diterima secara umum, yaitu : a. Suatu kumpulan data kuantitatif

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat keadaan perekonomian di Indonesia menjadi tidak menentu. Nilai mata uang rupiah yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Kualitas Berdasarkan perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara lebih komprehensif atau Holistik, dimana bukan hanya aspek hasil saja yang ditekankan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas (Quality) Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

Definisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu

Definisi II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mutu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Mutu 2.1.1. Definisi Sebuah perusahaan akan berfokus pada bagaimana memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, dimana hal tersebut hanya didapatkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian yang dilakukan penulis ialah suatu proses pengurangan persentase kecacatan. Terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UJIAN AKHIR SEMESTER

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UJIAN AKHIR SEMESTER FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah Dosen Hari / Tanggal Waktu Tempat : Manajemen Mutu Terpadu : 1. Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M. Pd. 2. Nugraha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk tetap mempertahankan predikatnya, PT Djarum berusaha untuk selalu memberikan produk yang bermutu dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah merupakan susunan kegiatan penelitian, mulai dari dilakukannya kegiatan penelitian tersebut, perencanaan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA

TUGAS AKHIR STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA TUGAS AKHIR STUDI CACAT PLASTIK PEMBUNGKUS KECAP DAN PENANGULANGAN MASALAH DI PT HEINZ ABC INDONESIA Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : Nama : Siswo Hadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

MATERI VIII LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI VIII LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI VIII LANGKAH PEMECAHAN MASALAH By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. LANGKAH PEMECAHAN MASALAH A. IDENTIFIKASI MASALAH Sumber data diperoleh dari : a. Data historis dari catatan-catatan

Lebih terperinci