MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SELASA, 4 OKTOBER 2016

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan [Pasal 41] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ira Hartini Natapradja Hamel ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 4 Oktober 2016 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Anwar Usman (Ketua) 2) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 3) Wahiduddin Adams (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ira Hartini Natapradja Hamel B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Fahmi H. Bachmid 2. Imam Asmara Hakim 3. Ihsan Setiawan ii

4 1. KETUA: ANWAR USMAN Sidang dalam Perkara Nomor 80/PUU-XIV/2016 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Sebelumnya Majelis mohon maaf ya, atas keterlambatan dimulainya persidangan ini karena kebetulan tadi ada perkara yang sangat menarik perhatian sehingga persidangannya melebihi jadwal yang ditentukan. Untuk itu sekali lagi mohon maaf. Dipersilakan untuk memperkenalkan diri siapa saja yang hadir. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Terima kasih, Yang Mulia. Saya memperkenalkan diri, saya sendiri Fahmi Bachmid, selaku Kuasa Hukum dari Ibu Ira, dan di samping kiri saya, Ibu Ira Natapradja sebagai Pemohon Prinsipal, dan di sebelah kanan saya, Imam Asmara Hakim, dan Saudara Ihsan Setiawan. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: ANWAR USMAN Baik. Permohonannya sudah kami baca ya, tetapi sesuai dengan ketentuan hukum acara, Pemohon dipersilakan untuk menyampaikan permohonannya, tetapi ya pokok-pokoknya saja, tidak perlu dibaca semua. Silakan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Oke. Terima kasih, Yang Mulia. Kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia perihal permohonan pengujian Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 dan seterusnya. Yang bertanda tangan di bawah ini, Ira Hartini Natapradja Hamel dan seterusnya. 5. KETUA: ANWAR USMAN Ya. SIDANG DIBUKA PUKUL WIB KETUK PALU 3X 6. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Saya langsung pada halaman 7, Yang Mulia. 1

5 7. KETUA: ANWAR USMAN Ya. Kewenangan segala enggak usah ya, lewat saja. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Saya langsung ke halaman KETUA: ANWAR USMAN Ya. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Pada angka 13 bahwa Pemohon adalah Warga Negara Indonesia, tercatat sebagai penduduk Warga Negara Indonesia dengan nomor induk kependudukan Nomor bukti P-2 yang pada Tahun 1998 menikah secara sah dengan Warga Negara Asing atau Warga Negara Perancis dan dikaruniai seorang anak atau putri yang bernama Gloria Natapradja Hamel, lahir di Indonesia, tepatnya di Kota Jakarta, pada tanggal 01 Januari 2000, bukti P-5. Bahwa Pemohon yang memiliki anak yang bernama Gloria Natapradja Hamel, sejak lahir sampai saat ini bertempat tinggal di Indonesia dan mengikuti pendidikan sejak taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas di Indonesia dan saat ini mengikuti pendidikan di SMA Islam Dian Didaktika, Cinere, Depok. Serta tumbuh dengan cinta yang sangat tulus dan dalam terhadap Tanah Air Indonesia. Sebagaimana dituliskan dalam sebuah surat pernyataan yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo tanggal 13 Agustus 2016 yang pada intinya menyatakan bahwa Gloria Natapradja Hamel ditakdirkan terlahir dari perkawinan antara Pemohon sebagai Warga Negara Indonesia dengan ayahnya yang berkewarganegara Perancis dan tidak pernah memilih kewarganegara Perancis karena darah dan napasnya untuk Indonesia serta hanya memilih kewarganegara Indonesia dan akan tetap menjadi Warga Negara Indonesia karena Indonesia adalah tanah dan tumpah darah anak Pemohon. Bukti P-4. Bahwa Pemohon yang memiliki anak yang bernama Gloria karena lahir pada tahun 2000 yang lahir dari adanya perkawinan campuran telah dirugikan hak konstitusionalnya dengan berlakunya frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan a quo. 2

6 Secara lengkapnya Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan menentukan anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin, memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undangundang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan. Bahwa akibat frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang kewarganegaraan a quo mengakibatkan hak konstitusional Pemohon dirugikan dan sudah diperlakukan tidak adil di hadapan hukum atau perlakuan diskriminasi. Dan kerugian konstitusional tersebut sudah timbul karena diperlakukan tidak sama dengan Ibu yang mempunyai anak yang lahir dari hasil perkawinan campuran yang ibunya Warga Negara Indonesia karena untuk anak yang lahir dari hasil perkawinan campuran yang ibunya Warga Negara Indonesia sebelum berlakunya Undang-Undang Kewarganegaraan, haruslah mendaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan. Sedangkan untuk anak yang lahir setelah Undang- Undang Kewarganegaraan, otomatis menjadi Warga Negara Indonesia. Bahwa Pemohon mempunyai hak konstitusional untuk melindungi hak-hak anaknya yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana tersebut dalam Pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. Berdasarkan hal tersebut, maka jelas dan terang beralasan bagi Pemohon untuk memperjuangkan hak-hak anaknya yang dijamin oleh Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang berbunyi, Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Bahwa dengan demikian, Pemohon memiliki kedudukan hukum sebagai Pemohon pengujian undang-undang dalam perkara a quo karena telah memenuhi Ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang MK beserta penjelasannya dan 5 syarat kerugian hak konstitusional sebagaimana pendapat Mahkamah selama ini. Alasan-alasan permohonan Pengujian Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. 3

7 Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia yang mempunyai seorang putri yang bernama Gloria Natapradja Hamel, lahir di Indonesia tepatnya di Jakarta pada tanggal 1 Januari tahun 2000 dari perkawinan yang sah dengan seorang laki-laki yang berkewarganegaraan Prancis. Harusnya secara yuridis, anak Pemohon adalah warga negara Indonesia seperti anak yang terlahir dari ibu Warga Negara Indonesia yang melangsungkan perkawinan dengan laki-laki warga negara asing yang lahir setelah diberlakukannya Undang-Undang Kewarganegaraan. Bahwa seharusnya anak Pemohon setelah berumur 18 tahun secara administrasi barulah memilih kewarganegaraan antara warga negara Indonesia sebagai kewarganegaraan Pemohon selaku ibu kandungnya atau kewarganegaraan ayah kandungnya sebagai warga negara Prancis seperti yang berlaku untuk anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang lahir setelah Undang-Undang Kewarganegaraan a quo. Namun, hak konstitusional tersebut hilang dan terjadi diskriminasi terhadap diri Pemohon dengan berlakunya frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan a quo, serta merasa diperlakukan diskriminasi dengan anak hasil perkawinan campuran yang lahir setelah diundangkannya Undang-Undang Kewarganegaraan a quo. Bahwa hak konstitusional Pemohon telah dirugikan atau diberlakukan secara diskriminasi dengan hilang atau dipersoalkannya status kewarganegaraan Republik Indonesia atas diri anak Pemohon yang bernama Gloria Natapradja Hamel, akibat berlakunya frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan a quo sebagaimana dinyatakan dalam surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum tertanggal 15 Agustus 2016 yang pada intinya Gloria Natapradja Hamel tidak pernah didaftarkan oleh orang tua atau walinya untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kepada menteri berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganeraan Republik Indonesia, maka Gloria Natapradja Hamel adalah warga negara asing atau Prancis. Bukti P-3. Bahwa akibat hilangnya atau dipersoalkannya status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak Pemohon yang bernama Gloria Natapradja Hamel menimbulkan kerugian langsung bagi diri Pemohon atau anak Pemohon yang bernama Gloria Natapradja Hamel yang belum dewasa karena mengakibatkan tidak bisa mengikuti upacara pengibaran bendera merah putih pada tanggal 17 Agustus 2016 untuk 4

8 memeringati Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 di Istana Merdeka sebagai anggota Paskibraka (Pasukan Kibar Bendara Pusaka), padahal anak Pemohon yang bernama Gloria sudah mengikuti seleksi sejak dari tingkat Kabupaten Depok, seleksi pada tingkat Provinsi Jawa Barat, dan akhirnya seleksi pada tingkat nasional, namun tidak bisa diikutsertakan sebagai Anggota Paskibraka yang bertugas mengibarkan bendera merah putih dikarenakan berlakunya Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan a quo walaupun pada akhirnya atas persetujuan Presiden Republik Indonesia, anak Pemohon dapat bergabung dengan anggota Paskibraka yang bertugas menurunkan bendera merah putih di Istana Merdeka. Untuk itu, Pemohon mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Presien dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Bahwa sampai saat ini status kewarganegaraan Indonesia anak Pemohon yang bernama Gloria Natapradja Hamel belum pulih atau tersandera karena adanya frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan a quo, berbeda perlakuan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir setelah Undang-Undang Kewarganegaraan yang otomatis atau langsung menjadi warga negara Indonesia tanpa perlu mendaftar kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia. Bahwa sesuai dengan konvensi hak anak yang telah disetujui Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989 serta telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990, maka negara-negara peserta konvensi harus menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam konvensi ini pada setiap anak yang berada dalam yuridiksi mereka, tanpa diskriminasi macam apa pun, tanpa menghiraukan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik, atau pendapat lain, kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta kekayaan, cacat kelahiran, atau status yang lain dari anak atau orang tua anak atau wali hukum anak. Bahwa Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 secara terang dan jelas menyatakan, Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Dan Pasal 28D ayat (4) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Dengan kewajiban untuk mendaftarkan diri bagi anak yang belum berusia 18 tahun hasil perkawinan campuran dari Warga Negara Indonesia dan warga negara asing yang ditakdirkan lahir dan tumbuh kembang di Indonesia, pada kenyataannya dibebankan kepada keluarga Pemohon yang harus secara aktif mendaftarkan kepada pejabat yang 5

9 berwenang. Padahal, dari bunyi Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 di atas, jelas dan terang justru melimpahkan kewajiban dalam penyelenggaraan hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil bagi setiap orang, termasuk hak atas status kewarganegaraan yang disebut dalam Pasal 28D ayat (4) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 kepada negara. Bahwa Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan menimbulkan kerumitan administrasi pada Pemohon yang bertentangan dengan ketentuan konstitusional yang seharusnya negara menunaikan kewajiban untuk memberikan kemudahan kepada setiap orang sebagaimana tersebut dalam Pasal 28H ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Bahwa akibat adanya norma peralihan dalam Pasal 41 Undang- Undang Kewarganegaraan berisiko besar terjadi pengabaian hak-hak anak yang belum berusia 18 tahun hasil perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dan warga negara asing yang dilindungi konstitusi sebagaimana tersebut dalam Pasal 28B ayat (2) Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan negara memiliki tugas untuk memenuhi hak asasi manusia dalam bentuk apa pun sebagaimana tersebut dalam Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Bahwa pengertian Warga Negara Indonesia pada Pasal 4 huruf d Undang-Undang Kewarganegaraan menjelaskan identitas, status kewarganegaraan seseorang dengan sangat baik yang merupakan penjabaran norma dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Pasal 4 huruf d Undang-Undang Kewarganegaraan berbunyi, Warga negara Indonesia adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia. Selanjutnya, negara memberikan status pengakuan kewarganegaraan ganda pada anak yang belum berusia 18 tahun secara langsung yang disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Kewarganegaraan yang berbunyi, Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah 18 tahun atau sudah kawin, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. 6

10 Yang kemudian, pengakuan negara secara langsung terhadap status kewarganegaraan ganda anak yang belum berusia 18 tahun hasil perkawinan antara Warga Negara Indonesia dan warga negara asing ditegaskan lagi dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Kewarganegaraan yang berbunyi, Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia dari atau ayah, ibu yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarga negara Republik Indonesia. Sedangkan Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan berbunyi, Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin, memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undangundang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat empat tahun setelah undang-undang ini diundangkan. Ketentuan di dalam frasa Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan tersebut yang berbunyi, Mendaftarkan diri kepada menteri, atau pejabat, atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat empat tahun setelah undang-undang ini diundangkan menjadi antitesa dari konstruksi hukum yang dibangun. Dalam Pasal 4 huruf d, Pasal 6 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Kewarganegaraan sehingga frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan a quo menjadi sebuah bentuk perlakuan diskriminasi yang nyata-nyata tegas ditentang oleh konstitusi sebagaimana tersebut dalam Pasal 281 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Selanjutnya akan dijelaskan lebih rinci hal konkret yang dialami anak Pemohon terkait dengan unsur diskriminasi dan berlakunya frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan. Bahwa sudah terjadi perbedaan perlakuan atau diskriminasi bagi anak yang terlahir dari perkawinan campuran, yakni untuk anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dengan anak belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir dari 7

11 ibu Warga Negara Indonesia sebelum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Perbedaannya, yakni anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir sesudah tahun 2006 otomotis berstatus kewarganegaraan Indonesia, tidak perlu mendaftar. Sedangkan untuk anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir sebelum tahun 2006 diwajibkan melakukan pendaftaran sebagaimana frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan. Bahwa seharusnya anak yang terlahir dari perkawinan campuran yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin yang lahir sebelum Undang-Undang Kewarganegaraan tidak perlu dibatasi pendaftarannya 4 tahun setelah Undang-Undang Kewarganegaraan atau paling lambat Agustus tahun 2010 sebagaimana tersebut dalam Pasal 41 Undang- Undang Kewarganegaaan, frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan karena sudah dibatasi oleh Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Kewarganegaraan yang menentukan dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya, maka pembatasan harus mendaftarkan paling lambat 4 tahun setelah berlakunya Undang- Undang Kewarganegaraan a quo merupakan bentuk diskriminasi bagi Pemohon sebagai seorang ibu warga negara Indonesia yang mempunyai seorang putri yang lahir dari hasil perkawinan campuran. Bahwa pembatasan 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan 1 Agustus tahun 2010 atau terhitung 4 tahun sejak 1 Agustus 2006 untuk batas akhir mendaftarkan diri juga merugikan Pemohon dan/atau anak Pemohon yang bernama Gloria Natapraja Hamel sebab pada kasus konkret kehilangan kewarganegaraan yang menimpa anak Pemohon diketahuinya setelah lewat lebih dari 4 tahun atau lewat 10 tahun di usia anak Pemohon 16 tahun. belum 18 tahun. yakni pada tahun 2016, bukti P-3 sehingga frasa Pasal 41 Undang- Undang Kewarganegaraan yang berbunyi, Mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan beralasan secara konstitusional bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan mengikat. Bahwa dengan dinyatakan frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan bertentangan dengan 8

12 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka hak konstitusional Pemohon dan/atau anak Pemohon yang bernama Gloria Natapraja Hamel yang saat ini baru berusia 16 tahun 8 bulan akan pulih dan akan mengakibatkan pula pulihnya hak konstitusional Warga Negara Indonesia yang belum berusia 18 tahun dan belum kawin yang lahir dari hasil perkawinan campuran yang ibunya warga negara Indonesia yang terlahir sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun Maka Pemohon sangat mengharapkan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi sebagai benteng terakhir serta sebagai penjaga konstitusi di Republik Indonesia untuk melindungi hak konstitusional Warga Negara Indonesia untuk dapat mengabulkan permohonan ini dan menyatakan frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sehingga Pasal 41 Undang-Undang Kewarganegaraan dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undang-undang ini adalah warga negara Indonesia. Petitum. Dengan demikian, Pemohon memohon kepada Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia berkenan memberikan putusan sebagai berikut. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Menyatakan frasa mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia, paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan yang ditentukan dalam Pasal dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Menyatakan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat, sepanjang tidak dimaknai anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam 9

13 Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan, dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undang-undang ini adalah warga negara Indonesia. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dan seterusnya, atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya. Hormat kami, Kuasa Hukum, Yang Mulia. 11. KETUA: ANWAR USMAN Ya, baik, terima kasih. Secara umum permohonan Pemohon ya, baik dari sistematika maupun substansinya sudah cukup bagus, walaupun ya, ada beberapa hal memang yang perlu mendapat perhatian, misalnya di petitum, ya. Petitum dua dan tiga itu bertentangan itu, coba disimak, ya. Kalau di petitum dua kan, memohon ke Mahkamah untuk menyatakan Pasal 41 ini inkonstitusional. Tetapi, di petitum tiga konstitusional bersyarat. Nah, supaya disesuaikan, ya. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Ya, Yang Mulia. 13. KETUA: ANWAR USMAN Kalau dilihat dari alasannya tadi, ya. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Harusnya bersyarat ya. 15. KETUA: ANWAR USMAN Kemudian, ya perlu juga dipertimbangkan ya, kalau misalnya Pasal 41 ini ditiadakan, apakah secara otomatis anak Pemohon ya, atau mungkin yang mengalami hal yang sama secara otomatis mendapatkan kewarganegaraan, apakah justru itu tidak merugikan hak anak ya, untuk memilih nantinya. Nah, bisa diuraikan juga. Nah, untuk sementara dari saya begitu, silakan, Yang Mulia. Ya, Yang Mulia Pak Palguna. 16. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Pak Fahmi, ya secara umum sudah bagus permohonannya, tapi saya ingin mungkin masih ingat nasihat saya dulu juga, tolong dibedakan antara alasan kerugian 10

14 konstitusional dengan alasan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena di belakang salah satunya saya masih melihat ini di halaman 19 itu, dengan dikabulkannya ini, katakanlah begitu, permohonan dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sehingga haknya dipulihkan itu alasan kerugian sebenarnya. Jadi, bukan alasan bertentangan. Itu ditaruh di depan. Tapi sebelum itu, memang berbeda ya, antara yang Bapak serahkan ini dengan yang dibacakan, ya? 17. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Tanggal 29 ini yang saya serahkan, Yang Mulia. 18. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ini tanggal KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID He em, tanggal 20, saya serahkan ini ada. 20. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, walaupun begitu, tapi karena tadi yang dibacakan itu rupanya masih ada juga di halaman yang dibaca itu tadi, kan? Yang di bacakan secara lisan, itu masih anu. Kemudian yang itu yang kedua. Nah, yang kedua ini kalau alasan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu yang difokuskan misalnya, satu bertentangan dengan Anda mengatakan bertentangan dengan kepastian hukum, misalnya. Bangun argumentasi di bawahnya sesuai dengan arahkan ke sana. Kedua. Misalnya Anda ini anggap diskriminasi, ya itu sudah ada sebagian ya, sudah ini, tapi fokuskan ke sana. Jadi, jangan loncat ini kemudian loncat belum lagi ke tempat yang lain. Nah, kemudian itu. Nah, terakhir baru kemudian dirangkum dalam kesimpulan. Dengan begitu maka ini bertentangan dengan pasal ini, pasal ini, kan gitu enak sehingga nanti ketika mohon di petitum, jelas sudah jadi permohonannya begitu. Tapi sebelum itu, saya mau tanya dulu. Yang sebelah, Ibu siapa namanya? 21. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Ini calon Advokat. 11

15 22. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Oh, calon Advokat, makanya jadinya saya tanya. 23. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID dia. Makanya saya enggak boleh, saya enggak boleh pakaikan toga 24. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Belum pakai toga dia, tapi sebagai Kuasa ya, dia. Oke, ya, itu karena kami harus menanyakan itu sebab ketentuan hukum acaranya mengatakan demikian, ya. Jadi, itu dari saya. Nah, kemudian tadi sebenarnya saya juga mau menyampaikan apa yang sudah disampaikan oleh Yang Mulia Pak Ketua tadi, tentang petitumnya tadi itu kalau memang mau meminta inkonstitusional bersyarat, dari ataslah inkonstitusional bersyarat. Dan kemudian yang terpenting itu yang kedua, itu dengan kalau misalnya permohonan seperti yang Anda minta sesuai dengan petitum itu dikabulkan, menguntungkan atau justru merugikan dari Pemohon nanti, terutama anak-anak Pemohon? Itu yang ini ya karena ndak perlu dijawab ya, artinya itu dipertimbangkan nanti. Kalau misalnya itu penting untuk dijadikan alasan, dibangun saja argumentasi di ininya, ndak perlu dijawab. Nah, itu mohon dipertimbangkan kalau memang anu. Kalau merugikan kan, malah jadi kacau kan, maunya yang untung malah dapat yang lebih merugikan, gitu. Itu supaya ditegaskan, ini kewajiban kami untuk menasihati karena sesuai dengan ketentuan Pasal 39. Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. 25. KETUA: ANWAR USMAN Terima kasih, Yang Mulia. Mungkin ada tambahan dari Yang Mulia Pak Wahiduddin. 26. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, Pak Bachmid, ya. Ini Pasal 41, ini di ketentuan peralihan, ya. Tidak banyak undang-undang yang diuji di ketentuan peralihannya, ya. Jadi... karena ketentuan peralihan itu mengatur keadaan lama dengan aturan yang baru, kan. Dan pada prinsipnya ketentuan peralihan itu tidak boleh merugikan, gitu ya. Itu prinsipnya kan sehingga kalau dulu aturannya 10 hari, ya tentu ketentuan peralihannya jangan sampai melebihi waktu misalnya apa... prosesnya. Kan biasanya ketentuan peralihan itu kan, mengatur keadaan yang lama karena keadaan baru ini. 12

16 Nah, supaya diketahui dan transisi itu ya tidak menghanyutkan. Oleh sebab itu, seperti Pak Palguna tadi coba dicermati. Karena apa? Karena di Pasal 41 itu yang terkena dengan kasus yang diajukan itu huruf d-nya. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah, dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia. Sementara yang di sini kan yang huruf c juga, huruf h juga, huruf i juga. Nah, ini... oleh sebab itu, ini coba dicermati. Jangan sampai nanti pihak misalnya yang merasa huruf h atau huruf e itu kok, dibawa-bawa jadinya dengan kasus ini sehingga mereka justru dirugikan, misalnya ini dikabulkan, begitu kan, ya. Harus cermat betul. Sekali lagi, ini ketentuan peralihan ya, itu umumnya untuk ya, memberikan kesempatan yang lebih mudah, lebih longgar, ya. Nah, apakah ini yang dipersoalkan mendaftarkan dirinya itu atau durasinya paling lama 4 tahun itu? Kenapa enggak misalnya yang ini enggak perlu ada batas 4 tahun, itu kan. Ya, tentu dipikirkan 4 tahun ini, sudah ini. Seingat saya memang waktu kita bahas undang-undang itu, ini Ketuanya kan Pak Poo, ya Pak Poo yang dulu Fraksi PDIP ya, suami Murdaya Poo. Ini memaksa kita untuk paling lama 3 bulan undangundang ini harus keluar peraturan menterinya. Ini paling cepat ini, waktu saya di dirjen perundang-undangan. Ya, termasuk kita buru-buru karena ingin cepat melayani, jangan sampai ada yang terlantar, jangan ada yang sampai keleleran, itu dulu. Nah, tapi saya tidak tahu persis kemudian ketika di dalam praktiknya terjadi seperti yang dialami disampaikan di dalam hal ini, kan kemudian tanggal 17 Agustus yang lalu ramai, gitu ya. Jadi, coba di ini karena apa yang dikeluarkan oleh Menkumham itu ada di peraturan Menteri kan, ya. Ya, karena mau cepat segera waktu itu dan memang waktu yang 4 tahun itu ya, cukup longgar ya, hanya mungkin apa kurang sosialisasi atau apa? Walaupun fiksi hukum mengatakan ya, Pak Bachmid tahulah itu kan, kita bahwa cukup lama 4 tahun itu, kan. Nah, tapi kemudian setelah... apa... ada pengalaman, coba dicermati betul karena ini membawa kepada yang huruf c, huruf d... huruf d yang kasus yang disampaikan oleh Pak Bachmid, tapi huruf a, huruf e, kemudian ini yang Pasal 5 juga kan, anak yang diangkat secara sah. Nah, ini bagaimana dengan kasus anak angkat, khususnya dalam pengangkatan anak yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan dari Undang-Undang Perlindungan Anak, itu ada tentang pengangkatan anak warga negara... berbeda kewarganegaraan, kan ada syarat-syaratnya juga. Tolong dicermati, Pak, supaya jangan merembet atau terbawa, ternyata nanti diprotes yang pihaknya lho, kok kita dibawa-bawa. Karena kasusnya atau masalah yang dihadapi berbeda. Itu saja Pak, terima kasih. 13

17 27. KETUA: ANWAR USMAN Terima kasih, Yang Mulia. Jadi itu, Pak Fahmi. Ada mau disampaikan? Silakan. 28. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Mungkin karena yang saya bacakan ini sebetulnya adalah beda dengan yang diterima. Pada intisarinya yang kami persoalkan itu adalah pendaftarannya saja. 29. KETUA: ANWAR USMAN Ya, baik nanti bisa di (...) KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Nanti saya coba pendaftarannya, yang lainnya kami tidak persoalkan. Sudah benar aturan peralihannya, sayang kenapa harus dibatasi? Karena sudah dibatasi oleh Pasal KETUA: ANWAR USMAN Oke, baik. 31. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Begitu, Yang Mulia. 32. KETUA: ANWAR USMAN Nanti bisa sekaligus di perbaikan. Ya, dalam perbaikan nanti. Untuk itu, Pemohon diberi kesempatan selama 14 hari, ya. Jadi, paling lambat hari Senin Tanggal 17 Oktober 2016 pukul WIB perbaikan permohonannya sudah disampaikan. Ya, semakin cepat, semakin baiklah. 33. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI BACHMID Ada tambahan bukti, Yang Mulia. 34. KETUA: ANWAR USMAN Ya, nanti bisa diserahkan ke Kepaniteraan, habis sidang ini ditutup. Ada hal-hal lain? Cukup? Ya, baik. 14

18 Baik, kalau begitu ya. Nanti... apa... alat buktinya disampaikan habis sidang ini. Dengan demikian sidang selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 4 Oktober 2016 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 15