MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR (III) J A K A R T A RABU, 26 OKTOBER 2016

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XIV/2016 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan [Pasal 41] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ira Hartini Natapradja Hamel ACARA Mendengarkan Keterangan Presiden dan DPR (III) Rabu, 26 Oktober 2016 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) Aswanto (Anggota) 4) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 5) Manahan MP Sitompul (Anggota) 6) Patrialis Akbar (Anggota) 7) Wahiduddin Adams (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ira Hartini Natapradja Hamel B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Fahmi H. Bachmid 2. Zulham Salim 3. Ihsan Setiawan C. Pemerintah: 1. Hotman Sitorus 2. Yunan Hilmy 3. Agus Rianto 4. Peggy Marin 5. Surdiyanto ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmanirrahim. Sidang dalam Perkara Nomor 80/PUU- XIV/2016 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon yang hadir siapa? Silakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Terima kasih, Yang Mulia. Yang hadir saya sendiri, Fahmi Bachmid. Sebelah kiri saya, Zulham Salim. Sebelah kanan saya, Ihsan Setiawan. Dan Pemohon Prinsipal, Ibu Ira Natapradja. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Terima kasih. Dari DPR tidak hadir, ada surat tertanggal 25 Oktober 2016 yang mengatakan tidak dapat hadir karena ada persidangan. Kalau tidak salah pukul WIB, pengesahan APBN Jadi, mereka ada sidang yang juga penting. Dari Pemerintah yang mewakili Presiden, saya persilakan. 4. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS Terima kasih, Yang Mulia. Pemerintah Hadir diwakili oleh Bapak Yunan Hilmy. Dari sebelah kiri, Bapak Agus Rianto, Ibu Peggy Maurin... Marin, kemudian saya sendiri Hotman Sitorus, dan Bapak Surdiyanto. Terima kasih, Yang Mulia. 5. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Semestinya agendanya adalah mendengarkan keterangan Presiden dan DPR, tapi karena DPR tidak hadir, satu-satunya agenda adalah mendengarkan keterangan Presiden. Yang mewakili saya persilakan, siapa yang akan menyampaikan? Pak Yunan, silakan. 6. PEMERINTAH: YUNAN HILMY Assalamualaikum wr. wb. 1

5 7. KETUA: ARIEF HIDAYAT Walaikum salam. 8. PEMERINTAH: YUNAN HILMY Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, perkenankan saya membacakan keterangan Presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini, nama Yasonna H. Laoly. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Dalam hal ini, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia, untuk selanjutnya disebut Pemerintah. Perkenankanlah kami menyampaikan keterangan Presiden baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Atas permohonan pengujian Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun Yang dimohonkan oleh Ira Hartini Natapradja Hamel yang memberikan Kuasa kepada Fahmi H. Bachmid, S.H., M.Hum., dan kawan-kawan advokat pada kantor hukum Fahmi H. Bachmid dan rekan, beralamat kantor Condet Raya Nomor 27, Balai Kambang, Kramat Jati, Jakarta Timur untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon sesuai registasi pada Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 80/PUU-XIV/2016 tanggal 22 September Selanjutnya, perkenankan pemerintah menyampaikan keterangan atas permohonan pengujian ini sebagai berikut. I. Permohonan Pemohon. Pada pokoknya, Pemohon mengajukan permohonan uji materi atas ketentuan peralihan Pasal 41 yang berbunyi, Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin, memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undang-undang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan dimaknai menjadi anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana 2

6 dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin adalah Warga Negara Indonesia. II. Permohonan Kehilangan Objek. Pemerintah berpendapat bahwa permohonan Pemohon telah kehilangan objek dengan alasan sebagai berikut. 1. Bahwa undang-undang yang diuji mulai berlaku tanggal 1 Agustus Bahwa pasal a quo yang diuji adalah pasal peralihan yang memberikan batas waktu pengalihan selama 4 tahun kepada anak yang lahir sebelum berlakunya undang-undang yang lengkap berbunyi sebagai berikut. Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin, memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undangundang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan. 3. Bahwa karenanya pasal yang diuji sudah tidak berlaku. Berdasar alasan di atas, Pemerintah berpendapat Pemohon telah kehilangan objek dan adalah tepat jika Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. III. Kewenangan Mahkamah Konstitusi. Pemerintah berpendapat bahwa MK Yang Mulia tidak berwenang mengadili permohonan ini dengan alasan: 1. Bahwa permohonan untuk mengubah, mengganti, atau memaknai frasa pasal a quo memperoleh kewarganegaraan Repubik Indonesia berdasarkan undang-undang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau wakil republik perwakilan Repubik Indonesia paling lambat 4 tahun setelah undang-undang ini diundangkan menjadi frasa adalah warga negara Indonesia adalah satu permohonan pembentukan norma baru. 2. Bahwa pasal a quo yang diuji adalah ketentuan peralihan yang memberi masa 4 tahun dimulai dari berlakunya undang-undang ini, yaitu 1 Agustus 2006 dan berakhir 1 Agustus 2010 kepada anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin. Oleh karenanya apabila permohonan 3

7 IV. Pemohon dikabulkan akan menghilangkan makna ketentuan peralihan dan melahirkan ketidakpastian hukum. Berdasarkan alasan di atas, pemerintah berpendapat permohonan para Pemohon adalah permohonan norma baru, oleh karenanya melampaui kewenangan Mahkamah Konstitusi. Dan adalah tepat jika Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Tentang kedudukan hukum atau legal standing Pemohon. Bahwa terhadap kedudukan hukum Pemohon, Pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut. 1. Sesuai Ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi selanjutnya disebut UU Nomor 24 Tahun 2003 menyatakan bahwa para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang. 2. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU- III/2005 tanggal 31 Mei 2005 juncto Putusan MK Nomor 11/PUU- V/2007 tanggal 20 September 2007 dan putusan Mahkamah Konstitusi selanjutnya telah secara tegas memberikan pengertian dan batasan kumulatif perihal kerugian konstitusional terkait dengan berlakunya suatu norma undang-undang, yaitu a, b, c, dan e dianggap dibaca. 3. Bahwa sesuai ketentuan di atas bahwa kedudukan hukum atau legal standing Pemohon mendalilkan kerugiannya dirugikan dengan berlakunya pasal a quo sehingga dianggap bertentangan dengan Pasal 28D Undang-Undang Dasar Tahun 1945 di antaranya: a) Kerugian konstitusional Pemohon bahwa anak Pemohon telah dinyatakan WNA dengan surat Kementerian Hukum dan HAM Direktorat Jenderal Hukum Umum pada tanggal 15 Agustus b) Bahwa Pemohon sebagai WNI yang berstatus suami WNA yang mempunyai anak bernama Gloria Natapradja Hamel yang masih berusia ulangi, yang masih berumur 16 tahun kerugian konstitusional Pemohon bahwa anak Pemohon telah dinyatakan WNA dengan surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Hukum Umum pada tanggal 15 Agustus Bahwa Pemohon mendalilkan seharusnya anaknya sesuai Pasal 4 huruf d secara otomatis menjadi WNI sejak Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan diberlakukan. c) Kerugian bersifat spesifik atau khusus bahwa dengan dinyatakannya anak Pemohon sebagai WNA, maka anak 4

8 Pemohon tidak dapat mengikuti menjadi petugas pengibar bendera Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 2016 di Istana Merdeka. 4. Bahwa kerugian Pemohon bukan karena berlakunya undangundang atau pasal a quo, tapi karena kelalaian Pemohon tidak memberikan pilihan status kewarganegaraan anaknya untuk mendaftarkan anaknya memperoleh warga negara Indonesia dengan status warga negara ganda terbatas. Berdasar alasan di atas, Pemerintah berpendapat Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum atau legal standing dan adalah tepat jika Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi secara bijaksana menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Namun, apabila Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, Pemerintah menyampaikan penjelasan atas pokok permohonan. V. Penjelasan Pemerintah atas pokok permohonan. Sebelum Pemerintah menguraikan lebih lanjut mengenai materi yang dimohonkan oleh Pemohon, maka terlebih dahulu Pemerintah akan menyampaikan halhal sebagai berikut. A. Bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. B. Bahwa tujuan yang melatarbelakangi pembentukkan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan seperti halnya yang termuat dalam konsideran menimbang Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yaitu untuk menjamin potensi, harkat, dan martabat setiap orang sesuai dengan hak asasi manusia dan didasari adanya kesadaran bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya. C. Bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) atau pun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-undang ini merupakan satu pengecualian, sehingga dikenal dengan adanya asas kewarga asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang, yaitu hanya terbatas sampai 18 tahun atau sebelum menikah. 5

9 D. Sehubungan dengan dalil Pemohon dalam permohonannya, Pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut. 1. Pemohon merasa dirugikan hak konstitusionalnya dengan berlakunya ketentuan peralihan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pemerintah menyampaikan hal-hal sebagai berikut. a. Pasal a quo diberlakukan khusus bagi anak yang lahir sebelum undang-undang diundangkan. Hal ini bertujuan untuk tetap menghormati status kewarganegaraan yang semula dimilikinya sebelum undang-undang yang baru diundangkan, serta memberikan hak kepada anak atau orang tuanya untuk tetap menentukan status kewarganegaraannya dengan menyesuaikan yurisdiksi negara asal. b. Bahwa pasal a quo merupakan pasal peralihan yang memberikan pengalihan status kewarganegaraan kepada anak yang lahir sebelum undang-undang diundangkan usia 18 tahun atau belum menikah untuk dapat memilih apakah tetap menjadi warga negara asal atau mengikuti pengakuan undang-undang yang baru menjadi war warga negara ganda terbatas. c. Dalam hal anak yang lahir sebelum undang-undang diundangkan usia 18 tahun atau belum menikah ingin menjadi warga negara ganda terbatas, maka orang tua yang bersangkutan untuk mendaftarkan anaknya menjadi warga ne menjadi warga negara Indonesia. Tetapi jika yang bersangkutan tetap ingin menjadi warga negara asal, maka tidak perlu mendaftarkan dirinya menjadi warga negara Indonesia. d. Dalam hal yang bersangkutan menetapkan pilihannya untuk menjadi warga negara Indonesia dengan mendaftarkan diri kepada menteri melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia sejak undang-undang ini diundangkan usia 18 tahun atau belum menikah dalam masa 4 tahun, maka menjadi warga negara ganda terbatas. e. Dalam hal yang bersangkutan tidak mendaftarkan menjadi warga negara Indonesia dalam waktu 4 tahun sejak undang-undang diundangkan, maka dianggap yang bersangkutan tetap memilih sebagai warga negara asal. 2. Bahwa Pemohon menganggap dengan adanya ketentuan pasal a quo menjadi antitesa dari konstruksi hukum yang dibangun dalam Pasal 4 huruf d, Pasal 6 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan yang menjadi bentuk perlakuan diskriminasi 6

10 serta menimbulkan ketidakpastian hukum, dalam hal ini Pemerintah memberikan penjelasan sebagai berikut. a. Lampiran 2 angka 127 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan menyatakan bahwa ketentuan peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lama terhadap peraturan perundang-undangan yang baru yang bertujuan; (1) menghindari kekosongan hukum, (2) memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan ketentuan peraturan perundangundangan, dan (3) mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara. Sesuai ketentuan tersebut, pasal a quo telah memenuhi ketentuan substansi peralihan dimana pasal a quo tetap memberikan hak-hak kepada pihak yang terkena dampak dari perubahan undang-undang yang baru dengan memberikan kesempatan untuk mendaftarkan jika telah memutuskan pilihan tersebut. Pasal a quo juga merupakan ketentuan yang bersifat transisional atau bersifat sementara dengan memberikan batas waktu selama 4 tahun. b. Lampiran 2 angka 129 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menyatakan, Di dalam peraturan perundangundangan yang baru dapat dimuat ketentuan mengenai penyimpangan sementara atau penundaan sementara bagi tindakan hukum atau hubungan hukum tertentu. Dalam hal ini ketentuan pasal a quo Pasal 4 huruf d, Pasal 6 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pemerintah memberikan penjelasan bahwa sesuai ketentuan tersebut antitesa dalam ketentuan peralihan dapat dibenarkan dengan syarat bahwa peralihan tersebut bersifat sementara. Namun, dapat dinyatakan antitesa jika ketentuan peralihan tersebut tidak adanya ketentuan yang sifatnya sementara. Pasal a quo telah menunjukkan ketentuan yang bersifat sementara, yakni adanya jangka waktu selama 4 tahun. c. Substansi anak yang lahir sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum undang-undang ini diundangkan dan belum berusia 18 tahun atau belum kawin memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan undangundang ini dengan mendaftarkan diri kepada menteri 7

11 melalui pejabat atau perwakilan Republik Indonesia paling lama 4 tahun setelah undang-undang diundangkan ulangi, setelah undang-undang ini diundangkan bukanlah antitesa dari konstruksi hukum yang dibangun dalam Pasal 4 huruf d, Pasal 6 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 1. Pasal 4 huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berbunyi, Anak yang lahir dari perkawinan yang sah seorang ayah warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia adalah lex generalis yang memberikan norma secara umum dan mendasar. Sedangkan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat dinyatakan sebagai lex spesialis yang merupakan ketentuan lebih lanjut untuk melaksanakan Pasal 4 huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 2. Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berbunyi, Dalam hal status kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan Pasal 5... mohon maaf, berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya harus dimaknai hanya apabila syarat dalam Pasal 41 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia telah terpenuhi terlebih dahulu karena pada dasarnya Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia tersebut menekankan pada keadaan setelah anak berusia 18 tahun, atau sudah kawin, atau dewasa. 3. Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berbunyi, Anak yang berusia 18 tahun atau belum kawin berada dan bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia dari ayah atau ibu yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia adalah ketentuan yang berada di bawah rezim kewarganegaraan. Adapun kewarganegaraan 8

12 menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia merupakan tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. Dengan demikian, Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak kontradiktif dengan konstruksi hukum yang dibangun dalam Pasal 4 huruf d, Pasal 6 ulangi, Pasal 6 ayat (1), Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. 4. Bahwa Pemohon menganggap pasal a quo bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan ayat (4) UUD NRI 1945 yang menyatakan, Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Dan setiap orang berhak atas status kewarganegaraan, Pemerintah memberikan pandangan bahwa status kewarganegaraan telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang merupakan landasan materiil untuk dijadikan pengaturanya dalam undang-undang. Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dengan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Yang pada prinsipnya perolehan kewarganegaraan yang berasal dari kawin campur harus mendaftarkan dirinya untuk mendapatkan pengesahan negara sehingga pasal a quo merupakan ketentuan dalam rangka memberikan hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, yakni untuk memberikan pilihan status kewarganegaraan bagi setiap orang yang terkena dampak. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan surat status kewarganegaraan anak Pemohon menjadi hilang. Yang ditegaskan dalam Surat Kementerian Hukum dan HAM Direktorat Jenderal Hukum Umum Nomor AHU.4.AH tentang Permohonan Status Kewarganegaraan Atas Nama Gloria Natapradja Hamel pada tanggal 15 Agustus Yang pada 9

13 intinya bahwa Gloria Natapradja Hamel mohon maaf bila spelling-nya tidak tepat tidak pernah didaftarkan oleh orang tua wali atau walinya, untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kepada menteri berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Warga Negara Republik Indonesia, maka Gloria Natapradja Hamel adalah warga negara asing (WNA Prancis). Pemerintah menyampaikan pandangan bahwa dalam penerapan peraturan perundang-undangan juga menganut asas fiksi. Yang dapat dipahami bahwa setiap orang dianggap mengetahui berlakunya undangundang. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi warga negara yang melanggar hukum. Bahwa Pemohon tidak mengetahuinya adanya aturan. Bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan telah diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2006 dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Sedangkan jangka waktu peralihan dari undang-undang yang lama ke undangundang yang baru diberi waktu selama 4 tahun. Yang seharusnya Pemohon telah mendaftarkan anaknya sebelum tahun Dengan Pemohon tidak mendaftarkan anaknya sampai tahun 2016, maka sesuai Pasal 41 yang telah ditentukan dalam Pasal a quo, maka anak Pemohon dianggap tidak menjadi kewarganegaraan ganda terbatas. Yang secara juridiksi yang bersangkutan tetap menjadi warga negara asal yakni WNA Prancis karena diperolehnya sejak lahir. VI. Petitum. Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, memutus, dan mengadili permohonan pengujian terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan putusan menolak permohonan Pemohon seluruhnya. Namun apabila Yang Mulia Ketua atau Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon kiranya memberikan putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya. Atas perkenaan dan perhatian Yang Mulia Ketua, Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi diucapkan terima kasih. Jakarta, 26 Oktober 2016, hormat kami Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Yasonna H. Laoly. Demikian Keterangan Presiden. Assalamualaikum wr. wb. 10

14 9. KETUA: ARIEF HIDAYAT Walaikum salam. Terima kasih, Pak Yunan, silakan duduk. Dari meja Hakim cukup, ya? Oh, ya silakan, silakan. 10. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Terima kasih Pak Ketua. Pak Yunan, Pak Hotman, dan kawankawan, sebetulnya ketika kita sepakat melahirkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, saya masih ingat bagian dari sejarahnya adalah bahwa kita bangsa Indonesia ini ingin memberikan bantuan pertolongan pada masyarakat kita yang berstatus kawin campur dimana ketika Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 kita masih mengacu kepada Undang-Undang Tahun 1958, memang tidak ada semangat perlindungan kepada anak-anak bangsa kita yang kawin campur, terutama bagi mereka yang juga... di negara mereka juga tidak memberikan pengakuan bahwa anak yang lahir di negara mereka itu adalah... juga adalah warga negara ibunya, sehingga memang menjadi kesulitan pada waktu itu. Ya, tentu apa yang disampaikan oleh Pemerintah adalah sesuatu yang legalistiknya demikian. Ya, memang demikian. Namun, dalam kasus yang dihadapi oleh Pemohon ini, kita semua menyaksikan satu peristiwa yang mengagetkan. Kalau boleh bahwa ananda Gloria pada waktu itu adalah salah seorang yang diharapkan oleh bangsa ini ikut berkiprah mengibarkan bendera merah putih dan itu tidak mudah melewati seleksiseleksi yang begitu ketat, ya. Luar biasa itu, enggak mudah seleksinya. Bahkan, pembinaannya juga tidak mudah karena itu dipertontonkan secara internasional. Di sisi lain, kita juga mengenal bahwa ketika negara ini membutuhkan orang-orang yang sesungguhnya tidak punya hubungan darah sama sekali, juga tidak punya hubungan riwayat apa pun sama sekali dengan bangsa ini, akan tetapi pada saatnya negara ini membutuhkan mereka untuk membela bangsa. Itu sering sekali ada priority yang diberikan oleh negara, memberikan pengakuan kepada mereka tanpa prosedur yang begitu panjang, kan demikian? Ini dalam praktik, ya. Saya pahamlah aspek legalitas tadi. Nah, apakah barangkali dari... bahkan, tokoh-tokoh bangsa yang kembali menjadi warga Negara Indonesia yang tadinya adalah tokohtokoh anti negara kesatuan, tapi itu proses kembali kepada proses kewarganegaraan, ndak... ndak masalah, itu ada pertimbangan politik. Tapi, ini kan pertimbangan kemanusiaan tadi. Bagaimana dalam praktik? Kira-kira ada jalan keluar yang bisa ditemukan oleh Kementerian Hukum dan HAM dalam kerangka memberikan perlindungan terhadap anak bangsa yang memang sebetulnya itu boleh dikatakan prestasi yang tidak sembarangan, pilihan itu, ya, pilihan. 11

15 Jadi, ada dua hal. Pertama, konteks perlindungannya itu, tapi memang kita aspek legalitas. Yang kedua adalah aspek kepentingan bangsa pada waktu itu. Orang-orang asing, pemain bola dalam proses waktu satu minggu dijadikan warga Negara Indonesia. Kalau enggak, dia enggak bisa atas nama negara kita. Bahkan kita bisa kena... kena pinalti kan di dunia internasional, kan? Seminggu selesai diproses itu, ya. Ini saya coba ingin barangkali Kawan-Kawan dari Kumham bisa memberikan gambaran supaya terbayang bagi Pemohon ini yang sebetulnya kan sudah diproses, ya? Tapi ini kan untuk suatu kepastianlah, gitu. Itu saja, Pak Ketua. Terima kasih. 11. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Pak... Yang Mulia Pak Palguna, silakan. 12. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, terima kasih, Pak Ketua. Saya cuma ingin Pemerintah menambahkan sedikit saja. Saya kira, Pemerintah sudah jelas dengan posisinya, firm dengan logika undang-undangnya, firm dengan ketentuan... apa... peralihannya, firm dengan posisi kasus yang dihadapi oleh Pemohon ini, dan tegas menyampaikan argumentasinya. Satu-satunya yang ingin kami dengar dan mohon ditambahkan nanti di dalam keterangan tertulis adalah mengapa peralihannya empat tahun? Itu yang mau saya tambahakan. Terima kasih. 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Jadi, Pak Yunan dan Kawan- Kawan, penjelasan tambahannya silakan tertulis saja, nanti diserahkan kepada... secepatnya kepada Mahkamah melalui Kepaniteraan, ya. Dari Pemohon, ada yang akan disampaikan? Mau anukan ahli... mengajukan ahli? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Saya akan mengajukan saksi, mungkin ada fakta yang mengalami nasib bahkan sampai stateless. Saya juga akan mengajukan ahli. Tapi siapa, masih saya akan berbicarakan dengan organisasi yang kebetulan mengurusi nasib anak-anak ini. Jadinya ada yang nasibnya (...) 15. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Kalau begitu, anu saja... jumlahnya dulu. 12

16 16. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Jumlahnya mungkin enam untuk faktanya, ahlinya maksimal tiga. 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Kalau begitu, besok kita hadirkan saksi fakta dulu, ya. Ya, baik. Enam orang langsung saja, ya. Karena kalau itu kan lebih singkatsingkat. Ahlinya kemudian, ya, sambil mencari siapa yang ahli untuk bisa anukan... ya? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Siap, Yang Mulia. 19. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Kalau begitu, persidangan yang akan datang, Selasa, 8 November 2016, pukul WIB, dengan agenda mendengarkan keterangan DPR dan saksi dari Pemohon=6 orang, ya. Baik. Dari Pemerintah, nanti tambahan penjelasannya disampaikan secara tertulis, ya? Baik. Pemohon, cukup ya? Baik. Pemerintah, cukup? Baik. Kalau begitu, sidang selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 26 Oktober 2016 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 13