BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Data Produk yang Dihasilkan Perusahaan Sampai sekarang ini PT. Jakarana Tama telah memproduksi 7 jenis produk GAGA mie 100. Ketujuh jenis ini dibedakan berdasarkan rasanya. Rasa dari ketujuh jenis mie dibedakan berdasarkan bumbunya. Jenis-jenis produk GAGA mie 100 dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Jenis-Jenis Produk GAGA 100 No Jenis Produk Singkatan 1 Gaga mie 100 rasa Ayam Bawang GCAB 2 Gaga mie 100 rasa Soto Mie GCST 3 Gaga mie 100 rasa Kaldu Ayam GCKA 4 Gaga mie 100 rasa Sop Buntut GCSBB 5 Gaga mie 100 Goreng Spesial GCGS 6 Gaga mie 100 Goreng GCGEP 7 Gaga mie 100 Goreng Surabaya GCGSBY Ketujuh jenis produk tersebut akan dikemas ke dalam kardus sebelum proses pendistribusian dilakukan. Karena ketujuh jenis produk tersebut hanya dibedakan berdasarkan bumbunya, maka kardusnya pun mempunyai ukuran yang hampir sama. Perbedaan hanya terdapat pada GAGA mie goreng, karena pada mie goreng terdapat minyak dan kecap yang dikemas selain dari bumbunya. Ukuran kardus dari ketujuh jenis produk dapat dilihat pada tabel 4.2.

2 No Produk Tabel 4.2 Ukuran Kardus Produk GAGA 100 Ukuran Karton (Meter) Panjang Lebar Tinggi Volume (M 3 ) 1 GCCB 0,325 0,235 0,25 0, GCST 0,325 0,235 0,25 0, GCKA 0,325 0,235 0,25 0, GCSBB 0,325 0,235 0,25 0, GCGS 0,35 0,235 0,245 0, GCGEP 0,35 0,235 0,245 0, GCGSBY 0,35 0,235 0,245 0, Data Kendaraan Perusahaan Perusahaan mempunyai 67 kendaraan yang terdiri dari 3 jenis. Ketiga jenis kendaraan adalah sebagai berikut : 1. Mitsubishi Colt Diesel 100 ps 6 roda (yang selanjutnya akan disebut sebagai Engkel) yang berjumlah 30 buah. 2. Fuso 900, 10 roda (yang selanjutnya akan disebut sebagai Tronton) yang berjumlah 20 buah. 3. Mitsubishi Colt Diesel 200 ps 14 roda (yang selanjutnya akan disebut sebagai Gandeng) yang berjumlah 17 buah. Total 67 kendaraan ini merupakan hak milik PT. Jakarana Tama sepenuhnya. Kendaraan-kendaraan tersebut beroperasi dari pabrik yang terletak di Ciawi. Adapun data-data yang lebih spesifik mengenai ketiga jenis kendaraan-kendaraan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.

3 Tabel 4.3. Data-data Kendaraan PT Jakarana Tama No Jenis Daya Angkut Ukuran bak (Meter) Volume Kuantitas (Kg) Panjang Lebar Tinggi (M 3 ) 1 Engkel ,2 2, ,44 2 Tronton ,85 2,5 2,5 36,56 3 Gandeng x 5,2 2 x 2,35 2 x 2 2 x 24, Kebijaksanaan Perusahaan Dalam Pendistribusian Produk PT. Jakarana Tama memiliki beberapa kebijaksanaan dalam melakukan pendistribusian produk. Kebijaksanaan ini dilakukan untuk memperlancar proses pendistribusian perusahaan. Adapun kebijasanaan-kebijaksanaan tersebut adalah: Biaya transportasi / pengiriman kepada para distributor ditanggung oleh pihak perusahaan. Hal ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keseragaman harga antar tiap distributor. Barang yang rusak dalam perjalanan dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh pihak perusahaan dengan distributor. Produk akan sampai pada tempat tujuan dengan waktu maksimum 3 x 24 jam dihitung dari waktu pemesanan ditambah waktu operasi perjalanan Data Permintaan Distributor Hasil dari produksi GAGA 100 akan didistribusikan ke agen distributor. PT. Jakarana Tama memiliki distributor tunggal, yaitu Wicaksana Group yang memiliki 11 cabang di Pulau Jawa dan 1 cabang di Pulau Bali. Adapun data permintaan pada bulan Sepember 2005 dapat dilihat pada tabel 4.4. dan data permintaan pada bulan Oktober 2005 pada table 4.5.

4 Tabel 4.4. Permintaan Distributor Bulan September 2005 No Area Permintaan GAGA 100 (kardus) Total GCAB GCST GCKA GCSBB GCGS GCGEP GCGSBY (kardus) 1 Ancol Bintaro Bogor Bekasi Bandung Cirebon Semarang Yogya Solo Malang Surabaya Denpasar Tabel 4.5. Permintaan Distributor Bulan Oktober 2005 No Area Permintaan GAGA 100 (kardus) Total GCAB GCST GCKA GCSBB GCGS GCGEP GCGSBY (kardus) 1 Ancol Bintaro Bogor Bekasi Bandung Cirebon Semarang Yogya Solo Malang Surabaya Denpasar

5 Aktivitas Antar Aktivitas pengiriman dari gudang harus melalui beberapa prosedur dan aturan yang ada. Hal ini dilakukan untuk memperlancar proses pendistribusian. Selain itu aturan dilakukan untuk menghindari adanya barang-barang yang hilang atau pengiriman barang yang tidak sesuai dengan permintaan. Aktivitas antar PT. Jakarana Tama dapat dilihat pada diagram aktivitas antar pada gambar 4.1. DELIVERY ORDER SEMENTARA Delivery Order Sementara (DOS) sesuai dengan permintaan PENELAAHAN & PENYESUAIAN DOS Berdasarkan kemampuan produksi dan permintaan KONFIRMASI DOS DELIVERY ORDER (DO) Perintah kepada gudang barang jadi (GBJ) untuk menyerahkan produk sesuai dengan DO SURAT PENYERAHAN BARANG (SPB) Surat mengenai keterangan barang yang dikeluarkan dari GBJ untuk diantarkan ke agen distributor. SURAT JALAN Surat pengiriman produk sesuai dengan DO yang telah dikonfirmasi dan sesuai dengan laporan dari bagian persediaan Gambar 4.1 Diagram Aktivitas Antar PT. Jakarana Tama

6 Delivery order sementara (DOS). Setelah di dapat permintaan dari tiap daerah, maka dibuat DOS ini. Penelaahan dan Penyesuaian. Di bagian ini permintaan disesuaikan dengan bagian atau divisi produksi apakah kemampuan dari bagian produksi mampu memenuhi permintaan produk sesuai permintaan. Konfirmasi DOS. Konfirmasi dilakukan oleh pihak divisi produksi ke divisi pesan-antar, bila tidak dapat memenuhi divisi pesan-antar akan menghubungi distributor daerah yang tidak dapat terpenuhi permintaannya tersebut. Delivery Order (DO). Setelah dikonfirmasi, divisi pesan-antar memberi konfirmasi kepada bagian gudang barang jadi untuk menyiapkan produk sesuai DO. Surat penyerahan barang. Surat mengenai keterangan barang yang dikeluarkan dari GBJ untuk diantarkan ke agen distributor. Surat jalan. Surat pengiriman produk sesuai dengan DO yang telah dikonfirmasi dan sesuai dengan laporan dari bagian persediaan, yang selanjutnya diserahkan ke divisi pesan-antar yang diberikan kepada yang mengantarkan pesanan tersebut (kenek/asisten supir).

7 Data-data Biaya Operasi Perusahaan Biaya transportasi pada PT. Jakarana Tama dapat dibagi menjadi 2, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Adapun yang termasuk biaya tetap dalam bidang transportasi PT. Jakarana Tama adalah: Biaya tetap Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah pengeluaran tidak berubah-ubah (tidak dipengaruhi faktor-faktor lain) yang dikeluarkan oleh perusahaan tiap bulannya. Biaya tetap dalam transportasi pada PT. Jakarana Tama adalah gaji supir dan kenek. Gaji pokok supir berkisar antara Rp ,00/bulan Rp ,00/bulan. Sedangkan gaji pokok kenek berkisar antara Rp ,00/bulan. Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah ubah sesuai dengan faktorfaktor (variabel) tertentu. Biaya variabel dalam transportasi pada PT. Jakarana Tama adalah sebagai berikut: 1. Uang makan dan uang jalan Untuk uang makan di perjalanan serta uang jalan, supir dan kenek menerima uang tersendiri yang telah dipersiapkan oleh perusahaan sesuai dengan jauhnya perjalanan yang akan ditempuh. 2. biaya maintenence / perawatan kendaraan Biaya maintenence / perawatan kendaraan meliputi biaya penggantian ban kendaraan, kampas rem, ganti oli, dan ganti filter. Keterangan Biaya maintenance untuk kendaraan dapat dilihat pada tabel 4.6.

8 Tabel 4.6. Keterangan Biaya Maintenance Kendaraan Perawatan Batas Jarak untuk Biaya per satuan Jumlah Dipakai pergantian (Km) Engkel Tronton Gandeng Engkel Tronton Gandeng Oli mesin 3500 Rp /ltr Rp /ltr Rp /ltr 5 ltr 7 ltr 10 ltr Oli gardan & Perseneling 1400 Rp /ltr Rp /ltr Rp /ltr 4 ltr 5 ltr 5 ltr Filter udara 7000 Rp /unit Rp /unit Rp /unit 1 unit 1 unit 1 unit Filter oli 7000 Rp /unit Rp /unit Rp /unit 1 unit 1 unit 1 unit Ban 80,000 Rp /unit Rp /unit Rp /unit 6 unit 10 unit 14 unit Kampas rem 80,000 Rp /unit Rp /unit Rp /unit 1 unit 1 unit 1 unit Untuk pergantian ban pada ketiga jenis mobil tersebut berbeda harganya karena ketiga kendaraan tersebut menggunakan jenis ban yang berbeda. Untuk jenis engkel menggunakan ban dengan radius 700, untuk jenis tronton menggunakan ban dengan radius 900, dan untuk jenis gandeng menggunakan ban dengan radius 1000.

9 3. Biaya bahan bakar Bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan adalah solar. Untuk kendaraan engkel, perbandingan antara jarak yang ditempuh dengan banyaknya solar yang digunakan adalah 1:12 yang berarti 1 liter solar dapat digunakan untuk menempuh 12 km. Harga 1 liter solar adalah Rp ,00. Maka, biaya bahan bakar yang dikeluarkan untuk menempuh 1 km dengan kendaraan engkel adalah Rp ,00 : 12 = Rp. 358,33 / km. Untuk kendaraan tronton, perbandingan antara jarak yang ditempuh dengan banyaknya solar yang digunakan adalah 1:10 yang berarti 1 liter solar dapat digunakan untuk menempuh 10 km. Harga solar adalah Rp ,00/liter. Maka, biaya solar yang dikeluarkan untuk menempuh 1 km dengan kendaraan tronton adalah Rp ,00 : 10 = Rp. 430,00 / km. Untuk kendaraan gandeng, perbandingan antara jarak yang ditempuh dengan banyaknya solar yang digunakan adalah 1:6 yang berarti 1 liter solar dapat digunakan untuk menempuh 6 km. Harga solar adalah Rp ,00/liter. Maka, biaya solar yang dikeluarkan untuk menempuh 1 km dengan kendaraan jenis gandeng adalah Rp ,00 : 6 = Rp. 716,67 / km. 4. Biaya tol Biaya ini tergantung dari ke daerah mana pengiriman dilakukan. 5. Biaya lain-lain Yang termasuk biaya lain-lain diantaranya adalah pungutan liar, uang parkir, dan lain-lain. Khusus untuk perjalanan ke Denpasar, terdapat pula biaya penyeberangan dengan feri yang dimasukan dalam biaya lain-lain.

10 Data Waktu Operasi Perjalanan Waktu Operasi perjalanan berbeda untuk ke-12 daerah tujuan. Lamanya perjalanan tergantung jauhnya perjalanan yang ditempuh. Termasuk juga: Waktu yang diperlukan kendaraan untuk muat barang di pabrik. Waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan pulang pergi ke distributor. Waktu yang diperlukan untuk bongkar barang di gudang distributor. Waktu istirahat supir dan kenek. Jadi waktu operasi yang dimaksud adalah waktu yang diperlukan suatu trip untuk dapat melanjutkan ke operasi selanjutnya atau trip selanjutnya. Untuk lebih jelasnya waktu operasi menuju ke-12 areal tujuan dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Tabel Waktu Operasi Kendaraan No Tujuan Waktu Operasi 1 Ancol 0,5 Hari 2 Bintaro 0,5 Hari 3 Bogor 0,5 Hari 4 Bekasi 0,5 Hari 5 Bandung 1 Hari 6 Cirebon 2 Hari 7 Semarang 3 Hari 8 Yogya 3 Hari 9 Solo 3 Hari 10 Malang 4 Hari 11 Surabaya 4 Hari 12 Denpasar 5 Hari

11 Data Pendistribusian Perusahaan Pendistribusian pada PT Jakarana Tama dilakukan dengan tiga jenis kendaraan, yaitu jenis engkel, gandeng, dan tronton. Ketiga jenis mobil ini total berjumlah 67 buah. Pendistribusian ini menggunakan metode heuristik. Untuk lebih jelasnya pendistribusian perusahaan dengan metode heuristik pada bulan September 2005 dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Pendistribusian perusahaan pada bulan September 2005 No Tujuan Jenis Kendaraan Engkel Tronton Gandeng 1 Ancol Bintaro Bogor Bekasi Bandung Cirebon Semarang Yogya Solo Malang Surabaya Denpasar Prinsip dasar dari metode heuristik yang diterapkan oleh perusahaan, adalah bahwa untuk pengantaran ke agen tujuan yang dianggap dekat maka pendistribusian dilakukan dengan kendaraan engkel, sedangkan untuk pengantaran ke agen tujuan yang dianggap agak jauh pendistribusian dilakukan dengan kendaraan tronton, dan untuk tujuan yang jauh dilakukan dengan kendaraan gandeng. Hal ini dilakukan untuk meminimasi jumlah perjalanan ke

12 daerah tujuan yang jauh, karena memakan waktu perjalanan yang lama. Pendistribusian yang dilakukan perusahaan dengan metode heuristik pada bulan Oktober 2005 dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Pendistribusian perusahaan pada bulan Oktober 2005 No Tujuan Jenis Kendaraan Engkel Tronton Gandeng 1 Ancol Bintaro Bogor Bekasi Bandung Cirebon Semarang Yogya Solo Malang Surabaya Denpasar Data-data Ekspedisi Dalam keadaan tertentu, perusahaan menggunakan jasa ekspedisi untuk mengirimkan produknya ke distributor-distributor di Pulau Jawa dan Bali. Biasanya perusahaan menggunakan jasa ekspedisi apabila produk yang dikirimkan ke distributor tidak penuh dalam satu mobil atau tidak ada kendaraan yang tersedia untuk mengirimkan produk. Adapun data-data mengenai ekspedisi yang digunakan beserta harganya untuk setiap daerah pengiriman dapat dilihat pada tabel 4.10.

13 Tabel Data-Data Ekspedisi No Tujuan Ekspedisi Harga per m 3 1 Ancol Mandala Rp Bintaro Mandala Rp Bogor Mandala Rp Bekasi Mandala Rp Bandung Mandala Rp Cirebon Mandala Rp Semarang Mandala Rp Yogya Mandala Rp Solo Mandala Rp Malang Mandala Rp Surabaya Mandala Rp Denpasar Mandala Rp Pembahasan Perhitungan Kapasitas Maksimal Kendaraan Perhitungan kapasitas maksimum kendaraan dihitung berdasarkan table ukuran kardus pada table 4.2 dan table ukuran kendaraan pada table 4.3. Cara perhitungan adalah dengan membagikan ukuran kendaraan dengan ukuran kardus. ada 2 cara peletakkan kardus yang dimungkinkan, yaitu dengan mendatar dan menyamping. Perhitungan kapasitas maksimum dengan cara mendatar yaitu dengan membagi panjang kendaraan dengan panjang kardus dan lebar kendaraan dengan lebar kardus. Sedangkan dengan cara menyamping perhitungan kapasitas maksimum dengan membagikan panjang kendaraan dengan lebar kardus dan lebar kendaraan dengan lebar kardus.

14 Perhitungan kapasitas maksimal pada kendaraan engkel Ukuran kardus = 0,0202 m 3, dengan ukuran (0,35 x 0,235 x 0,245) m 3. Ukuran kendaraan engkel = (5,2 x 2,35 x 2) m 3. Cara I : Panjang bak : panjang kardus = 5,2 : 0,35 = 14,857 dibulatkan menjadi 14 Lebar bak : lebar kardus = 2,35 : 0,235 = 10 Tinggi bak : tinggi kardus = 2,00 : 0,245 = 8,1632 dibulatkan menjasi 8 Banyaknya kardus yang dapat dumuat dengan cara I = 14 x 10 x 8 = 1120 Cara II : Panjang bak : lebar kardus = 5,2 : 0,235 = 22,127 dibulatkan menjadi 22 Lebar bak : panjang kardus = 2,35 : 0,35 = 6,7142 dibulatkan menjadi 6 Tinggi bak : tinggi kardus = 2,00 : 0,245 = 8,1632 dibulatkan menjasi 8 Banyaknya kardus yang dapat dumuat dengan cara II = 22 x 6 x 8 = 1056 Dengan cara I jumlah kardus yang dapat dimuat lebih banyak, sehingga diperoleh kapasitas maksimum untuk kendaraan engkel adalah 1120 kardus. Perhitungan kapasitas maksimal pada kendaraan tronton Ukuran kardus = 0,0202 m 3, dengan ukuran (0,35 x 0,235 x 0,245) m 3. Ukuran kendaraan tronton = (5,85 x 2,5 x 2,5) m 3. Cara I : Panjang bak : panjang kardus = 5,85 : 0,35 = 16,714 dibulatkan menjadi 16 Lebar bak : lebar kardus = 2,5 : 0,235 = 10,638 dibulatkan menjadi 10 Tinggi bak : tinggi kardus = 2,5 : 0,245 = 10,204 dibulatkan menjasi 10 Banyaknya kardus yang dapat dumuat dengan cara I = 16 x 10 x 10 = 1600

15 Cara II : Panjang bak : lebar kardus = 5,85 : 0,235 = 24,893 dibulatkan menjadi 24 Lebar bak : panjang kardus = 2,5 : 0,35 = 7,1428 dibulatkan menjadi 7 Tinggi bak : tinggi kardus = 2,5 : 0,245 = 10,204 dibulatkan menjasi 10 Banyaknya kardus yang dapat dumuat dengan cara II = 24 x 7 x 10 = 1680 Dengan cara II jumlah kardus yang dapat dimuat lebih banyak, sehingga diperoleh kapasitas maksimum untuk kendaraan tronton adalah 1680 kardus. Perhitungan kapasitas maksimal pada kendaraan gandeng Perhitungan kapasitas maksimum pada kendaraan gandeng adalah kapasitas maksimum pada kendaraan engkel dikalikan 2, karena ukuran bak pada kendaraan gandeng sama dengan kendaraan engkel hanya saja pada kendaraan gandeng terdapat 2 bak 2 x 1120 kardus = 2240 kardus. Untuk lebih jelasnya kapasitas maksimum untuk ketiga jenis kendaraan tersebut dapat dilihat pada table Tabel 4.11 Kapasitas Maksimum Kendaraan Jenis Ukuran Bak (m) Kapasitas maksimum Kendaraan Panjang Lebar Tinggi (Kardus) Engkel 5,2 2, Tronton 5,85 2,5 2, Gandeng 2 x 5,2 2 x 2,35 2 x

16 Perhitungan Biaya Total 1 Trip Yang dimaksud biaya total 1 trip adalah biaya total yang dikeluarkan untuk 1 kali perjalanan pulang pergi kendaraan. Pada pehitungannya biaya perjalanan untuk pergi maupun pulang dianggap sama. Jadi perhitungan biaya total 1 trip diperoleh dengan menghitung dahulu biaya total satu kali perjalanannya (one way trip). Setelah itu karena biaya pulang pergi dianggap sama maka dapat diperoleh biaya total 1 trip dengan mengkali duakan biaya satu kali perjalanan. Biaya 1 trip untuk kendaraan engkel, gandengan maupun tronton adalah berbeda. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor. Faktor pertama adalah adanya perbedaan perbandingan antara jarak tempuh dan solar yang digunakan. Faktor kedua adalah karena adanya perbedaan biaya maintenance antara ketiga jenis kendaraan tersebut yang dapat dilihat pada tabel 4.6. Sedangkan untuk biaya tol, uang jalan, uang makan, dan biaya lain-lain untuk setiap jenis kendaraan adalah sama. Untuk biaya tol, uang makan, uang jalan dan biaya lain-lain besarnya tidak tergantung pada jenis kendaraannya, tetapi tergantung dari jauhnya perjalanan yang ditempuh. Perhitungan biaya 1 trip secara terperinci adalah sebagai berikut Pabrik (Ciawi) ke Ancol Jarak yang ditempuh = 80 km Kendaraan tipe engkel Solar diperlukan = 80 km / 12 = 6,667 liter 7 liter

17 Biaya perjalanan Biaya BBM 7 ltr x Rp.4.300,00 = Rp ,00 Biaya tol = Rp ,00 Uang jalan = Rp ,00 Uang makan = Rp ,00 Biaya lain-lain = Rp ,00 Total biaya perjalanan = Rp ,00 Perawatan Oli mesin 80/3500 x 5L x Rp = Rp ,00 Oli gdn & persneling 80/1400 x 4L x Rp = Rp 4.800,00 Filter udara 80/7000 x Rp = Rp. 686,00 Filter oli 80/7000 x Rp = Rp. 686,00 Ganti ban 80/80000 x Rp x 6 = Rp ,00 Ganti kampas rem 80/80000 x Rp = Rp. 250,00 Total biaya perawatan = Rp ,00 Biaya total = Rp ,00 Pembulatan (ribuan) = Rp ,00 BIAYA TOTAL 1 TRIP = 2 x Rp ,00 = = Rp ,00 Dengan cara tersebut akan dihitung satu per satu biaya 1 trip untuk ketiga jenis kendaraan tersebut ke 12 daerah tujuan. Adapun perhitungan biaya 1 trip yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara keseluruhan untuk ketiga tipe kendaraan dapat dilihat pada tabel 4.12 tabel 4.20.

18 No Tujuan Jarak (Km) Solar (liter) Tabel Biaya Perjalanan untuk Kendaraan Jenis Engkel Biaya BBM Biaya Tol Uang Jalan Uang Makan Biaya Lain-lain Total Biaya Perjalanan 1 Ancol 80 7 Rp 30,100 Rp 9,000 Rp 30,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 85,100 2 Bintaro 75 7 Rp 30,100 Rp 9,000 Rp 30,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 85,100 3 Bogor 40 4 Rp 17,200 Rp 2,500 Rp 30,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 65,700 4 Bekasi 95 8 Rp 34,400 Rp 9,000 Rp 30,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 89,400 5 Bandung Rp 51,600 Rp - Rp 50,000 Rp 12,000 Rp 10,000 Rp 123,600 6 Cirebon Rp 107,500 Rp 15,000 Rp 60,000 Rp 25,000 Rp 10,000 Rp 217,500 7 Semarang Rp 197,800 Rp 20,000 Rp 120,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 407,800 8 Yogya Rp 197,800 Rp 6,000 Rp 120,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 393,800 9 Solo Rp 215,000 Rp 6,000 Rp 120,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 411, Malang Rp 331,100 Rp 8,000 Rp 160,000 Rp 60,000 Rp 25,000 Rp 584, Surabaya Rp 326,800 Rp 24,000 Rp 170,000 Rp 70,000 Rp 25,000 Rp 615, Denpasar Rp 494,500 Rp 32,000 Rp 200,000 Rp 80,000 Rp 350,000 Rp 1,156,500 Pada table 4.12 dapat dilihat biaya perjalanan dengan menggunakan kendaraan engkel pada ke 12 daerah tujuan. Biaya perjalanan tersebut mencakup biaya solar, biaya tol, uang jalan, uang makan, dan biaya lain-lainnya. Untuk perjalanan ke Denpasar biaya lainlain tersebut mencakup biaya perjalanan mengunakan feri.

19 No Tujuan Jarak (Km) Oli Mesin Tabel Biaya Maitenence untuk Kendaraan Jenis Engkel Oli Gardan Perseneling Filter Udara Filter Oli Ban Kampas Rem Biaya Total Perawatan 1 Ancol 80 Rp 3,429 Rp 4,800 Rp 686 Rp 686 Rp 1,680 Rp 250 Rp 11,530 2 Bintaro 75 Rp 3,214 Rp 4,500 Rp 643 Rp 643 Rp 1,575 Rp 234 Rp 10,809 3 Bogor 40 Rp 1,714 Rp 2,400 Rp 343 Rp 343 Rp 840 Rp 125 Rp 5,765 4 Bekasi 95 Rp 4,071 Rp 5,700 Rp 814 Rp 814 Rp 1,995 Rp 297 Rp 13,692 5 Bandung 140 Rp 6,000 Rp 8,400 Rp 1,200 Rp 1,200 Rp 2,940 Rp 438 Rp 20,178 6 Cirebon 300 Rp 12,857 Rp 18,000 Rp 2,571 Rp 2,571 Rp 6,300 Rp 938 Rp 43,238 7 Semarang 550 Rp 23,571 Rp 33,000 Rp 4,714 Rp 4,714 Rp 11,550 Rp 1,719 Rp 79,269 8 Yogya 545 Rp 23,357 Rp 32,700 Rp 4,671 Rp 4,671 Rp 11,445 Rp 1,703 Rp 78,548 9 Solo 600 Rp 25,714 Rp 36,000 Rp 5,143 Rp 5,143 Rp 12,600 Rp 1,875 Rp 86, Malang 920 Rp 39,429 Rp 55,200 Rp 7,886 Rp 7,886 Rp 19,320 Rp 2,875 Rp 132, Surabaya 910 Rp 39,000 Rp 54,600 Rp 7,800 Rp 7,800 Rp 19,110 Rp 2,844 Rp 131, Denpasar 1370 Rp 58,714 Rp 82,200 Rp 11,743 Rp 11,743 Rp 28,770 Rp 4,281 Rp 197,451 Pada table 4.13 dapat dilihat biaya maintenance dengan menggunakan kendaraan engkel pada ke 12 daerah tujuan. Biaya maintenance tersebut mencakup Oli mesin, oli garden, filter udara, filter oli, ban, dan kampas rem. Perhitungan tersebut didapatkan dari perbandingan jarak tujuan tiap daerah dengan keperluan maintenance yang terdapat pada table 4.6.

20 No Tujuan Total Biaya Perjalanan Tabel Biaya 1 Trip untuk Kendaraan Jenis Engkel Biaya Total Perawatan Biaya Total Pembulatan (Ribuan) BIAYA TOTAL 1 TRIP 1 Ancol Rp 85,100 Rp 11,530 Rp 96,630 Rp 97,000 Rp 194,000 2 Bintaro Rp 85,100 Rp 10,809 Rp 95,909 Rp 96,000 Rp 192,000 3 Bogor Rp 65,700 Rp 5,765 Rp 71,465 Rp 72,000 Rp 144,000 4 Bekasi Rp 89,400 Rp 13,692 Rp 103,092 Rp 104,000 Rp 208,000 5 Bandung Rp 123,600 Rp 20,178 Rp 143,778 Rp 144,000 Rp 288,000 6 Cirebon Rp 217,500 Rp 43,238 Rp 260,738 Rp 261,000 Rp 522,000 7 Semarang Rp 407,800 Rp 79,269 Rp 487,069 Rp 488,000 Rp 976,000 8 Yogya Rp 393,800 Rp 78,548 Rp 472,348 Rp 473,000 Rp 946,000 9 Solo Rp 411,000 Rp 86,475 Rp 497,475 Rp 498,000 Rp 996, Malang Rp 584,100 Rp 132,595 Rp 716,695 Rp 717,000 Rp 1,434, Surabaya Rp 615,800 Rp 131,154 Rp 746,954 Rp 747,000 Rp 1,494, Denpasar Rp 1,156,500 Rp 197,451 Rp 1,353,951 Rp 1,354,000 Rp 2,708,000 Dari perhitungan biaya perjalanan untuk kendaraan engkel pada table 4.12 dan biaya maintenance untuk kendaraan engkel pada table 4.13 diperoleh biaya total 1 kali perjalan (One way trip). Biaya total 1 trip diperoleh dengan mengali duakan biaya 1 kali perjalanan. Untuk lebih jelasnya biaya total 1 trip dengan kendaraan engkel untuk ke 12 daerah tujuan dapat dilihat pada table 4.14.

21 No Tujuan Jarak (Km) Solar (liter) Tabel Biaya Perjalanan untuk Kendaraan Jenis Tronton Biaya BBM Biaya Tol Uang Jalan Uang Makan Biaya Lain-lain Total Biaya Perjalanan 1 Ancol 80 8 Rp 34,400 Rp 9,000 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 84,400 2 Bintaro 75 8 Rp 34,400 Rp 9,000 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 84,400 3 Bogor 40 4 Rp 17,200 Rp 2,500 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 60,700 4 Bekasi Rp 43,000 Rp 9,000 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 93,000 5 Bandung Rp 60,200 Rp - Rp 40,000 Rp 12,000 Rp 10,000 Rp 122,200 6 Cirebon Rp 129,000 Rp 15,000 Rp 50,000 Rp 25,000 Rp 10,000 Rp 229,000 7 Semarang Rp 236,500 Rp 20,000 Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 426,500 8 Yogya Rp 236,500 Rp 6,000 Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 412,500 9 Solo Rp 258,000 Rp 6,000 Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 434, Malang Rp 395,600 Rp 8,000 Rp 140,000 Rp 60,000 Rp 25,000 Rp 628, Surabaya Rp 391,300 Rp 24,000 Rp 150,000 Rp 70,000 Rp 25,000 Rp 660, Denpasar Rp 589,100 Rp 32,000 Rp 170,000 Rp 80,000 Rp 350,000 Rp 1,221,100 Pada table 4.15 dapat dilihat biaya perjalanan dengan menggunakan kendaraan tronton pada ke 12 daerah tujuan. Untuk biaya tol, uang jalan, uang makan dan biaya lain-lain pada kendaraan tronton adalah sama dengan pada kendaraan engkel. Jadi perbedaannya hanya terletak pada biaya BBM saja, karena perbandingan solar terhadap jarak pada kendaraan tronton adalah 1 : 10.

22 No Tujuan Jarak (Km) Oli Mesin Tabel Biaya Maitenence untuk Kendaraan Jenis Tronton Oli Gardan Perseneling Filter Udara Filter Oli Ban Kampas Rem Biaya Total Perawatan 1 Ancol 80 Rp 3,840 Rp 4,857 Rp 629 Rp 686 Rp 3,000 Rp 200 Rp 13,211 2 Bintaro 75 Rp 3,600 Rp 4,554 Rp 589 Rp 643 Rp 2,813 Rp 188 Rp 12,386 3 Bogor 40 Rp 1,920 Rp 2,429 Rp 314 Rp 343 Rp 1,500 Rp 100 Rp 6,606 4 Bekasi 95 Rp 4,560 Rp 5,768 Rp 746 Rp 814 Rp 3,563 Rp 238 Rp 15,689 5 Bandung 140 Rp 6,720 Rp 8,500 Rp 1,100 Rp 1,200 Rp 5,250 Rp 350 Rp 23,120 6 Cirebon 300 Rp 14,400 Rp 18,214 Rp 2,357 Rp 2,571 Rp 11,250 Rp 750 Rp 49,543 7 Semarang 550 Rp 26,400 Rp 33,393 Rp 4,321 Rp 4,714 Rp 20,625 Rp 1,375 Rp 90,829 8 Yogya 545 Rp 26,160 Rp 33,089 Rp 4,282 Rp 4,671 Rp 20,438 Rp 1,363 Rp 90,003 9 Solo 600 Rp 28,800 Rp 36,429 Rp 4,714 Rp 5,143 Rp 22,500 Rp 1,500 Rp 99, Malang 920 Rp 44,160 Rp 55,857 Rp 7,229 Rp 7,886 Rp 34,500 Rp 2,300 Rp 151, Surabaya 910 Rp 43,680 Rp 55,250 Rp 7,150 Rp 7,800 Rp 34,125 Rp 2,275 Rp 150, Denpasar 1370 Rp 65,760 Rp 83,179 Rp 10,764 Rp 11,743 Rp 51,375 Rp 3,425 Rp 226,246 Pada table 4.16 dapat dilihat biaya maintenance dengan menggunakan kendaraan tronton pada ke 12 daerah tujuan. Untuk kampas rem pada ketiga kendaraan sama, karena harganya sama dan keperluannya sama. Sedangkan untuk oli mesin dan oli gardan pada kendaraan tronton lebih mahal dari kendaraan engkel, karena jumlah pemakaiannya lebih banyak dari kendaraan engkel.

23 No Tujuan Total Biaya Perjalanan Tabel Biaya 1 Trip untuk Kendaraan Jenis Tronton Biaya Total Perawatan Biaya Total Pembulatan (Ribuan) BIAYA TOTAL 1 TRIP 1 Ancol Rp 84,400 Rp 13,211 Rp 97,611 Rp 98,000 Rp 196,000 2 Bintaro Rp 84,400 Rp 12,386 Rp 96,786 Rp 97,000 Rp 194,000 3 Bogor Rp 60,700 Rp 6,606 Rp 67,306 Rp 68,000 Rp 136,000 4 Bekasi Rp 93,000 Rp 15,689 Rp 108,689 Rp 109,000 Rp 218,000 5 Bandung Rp 122,200 Rp 23,120 Rp 145,320 Rp 146,000 Rp 292,000 6 Cirebon Rp 229,000 Rp 49,543 Rp 278,543 Rp 279,000 Rp 558,000 7 Semarang Rp 426,500 Rp 90,829 Rp 517,329 Rp 518,000 Rp 1,036,000 8 Yogya Rp 412,500 Rp 90,003 Rp 502,503 Rp 503,000 Rp 1,006,000 9 Solo Rp 434,000 Rp 99,086 Rp 533,086 Rp 534,000 Rp 1,068, Malang Rp 628,600 Rp 151,931 Rp 780,531 Rp 781,000 Rp 1,562, Surabaya Rp 660,300 Rp 150,280 Rp 810,580 Rp 811,000 Rp 1,622, Denpasar Rp 1,221,100 Rp 226,246 Rp 1,447,346 Rp 1,448,000 Rp 2,896,000 Dari perhitungan biaya perjalanan untuk kendaraan tronton pada table 4.15 dan biaya maintenance untuk kendaraan tronton pada table 4.16 diperoleh biaya total 1 kali perjalan (One way trip). Biaya total 1 trip diperoleh dengan mengali duakan biaya 1 kali perjalanan. Untuk lebih jelasnya biaya total 1 trip dengan kendaraan engkel untuk ke 12 daerah tujuan dapat dilihat pada table 4.17.

24 No Tujuan Jarak (Km) Solar (liter) Tabel Biaya Perjalanan untuk Kendaraan Jenis Gandeng Biaya BBM Biaya Tol Uang Jalan Uang Makan Biaya Lain-lain Total Biaya Perjalanan 1 Ancol Rp 60,200 Rp 9,000 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 110,200 2 Bintaro Rp 55,900 Rp 9,000 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 105,900 3 Bogor 40 7 Rp 30,100 Rp 2,500 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 73,600 4 Bekasi Rp 68,800 Rp 9,000 Rp 25,000 Rp 8,000 Rp 8,000 Rp 118,800 5 Bandung Rp 103,200 Rp - Rp 40,000 Rp 12,000 Rp 10,000 Rp 165,200 6 Cirebon Rp 215,000 Rp 15,000 Rp 50,000 Rp 25,000 Rp 10,000 Rp 315,000 7 Semarang Rp 395,600 Rp 20,000 Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 585,600 8 Yogya Rp 391,300 Rp 6,000 Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 567,300 9 Solo Rp 430,000 Rp 6,000 Rp 100,000 Rp 50,000 Rp 20,000 Rp 606, Malang Rp 662,200 Rp 8,000 Rp 140,000 Rp 60,000 Rp 25,000 Rp 895, Surabaya Rp 653,600 Rp 24,000 Rp 150,000 Rp 70,000 Rp 25,000 Rp 922, Denpasar Rp 984,700 Rp 32,000 Rp 170,000 Rp 80,000 Rp 350,000 Rp 1,616,700 Pada table 4.18 dapat dilihat biaya perjalanan dengan menggunakan kendaraan gandeng pada ke 12 daerah tujuan. Dapat dilihat bahwa biaya BBM pada kendaraan gandengan merupakan yang paling mahal dibandingkan dengan kendaraan engkel dan tronton. Hal ini disebabkan karena perbandingan solar terhadap jarak pada kendaraan gandeng adalah 1 : 6.

25 No Tujuan Jarak (Km) Oli Mesin Tabel Biaya Maitenence untuk Kendaraan Jenis Gandeng Oli Gardan Perseneling Filter Udara Filter Oli Ban Kampas Rem Biaya Total Perawatan 1 Ancol 80 Rp 5,486 Rp 4,857 Rp 629 Rp 914 Rp 4,900 Rp 200 Rp 16,986 2 Bintaro 75 Rp 5,143 Rp 4,554 Rp 589 Rp 857 Rp 4,594 Rp 188 Rp 15,924 3 Bogor 40 Rp 2,743 Rp 2,429 Rp 314 Rp 457 Rp 2,450 Rp 100 Rp 8,493 4 Bekasi 95 Rp 6,514 Rp 5,768 Rp 746 Rp 1,086 Rp 5,819 Rp 238 Rp 20,171 5 Bandung 140 Rp 9,600 Rp 8,500 Rp 1,100 Rp 1,600 Rp 8,575 Rp 350 Rp 29,725 6 Cirebon 300 Rp 20,571 Rp 18,214 Rp 2,357 Rp 3,429 Rp 18,375 Rp 750 Rp 63,696 7 Semarang 550 Rp 37,714 Rp 33,393 Rp 4,321 Rp 6,286 Rp 33,688 Rp 1,375 Rp 116,777 8 Yogya 545 Rp 37,371 Rp 33,089 Rp 4,282 Rp 6,229 Rp 33,381 Rp 1,363 Rp 115,715 9 Solo 600 Rp 41,143 Rp 36,429 Rp 4,714 Rp 6,857 Rp 36,750 Rp 1,500 Rp 127, Malang 920 Rp 63,086 Rp 55,857 Rp 7,229 Rp 10,514 Rp 56,350 Rp 2,300 Rp 195, Surabaya 910 Rp 62,400 Rp 55,250 Rp 7,150 Rp 10,400 Rp 55,738 Rp 2,275 Rp 193, Denpasar 1370 Rp 93,943 Rp 83,179 Rp 10,764 Rp 15,657 Rp 83,913 Rp 3,425 Rp 290,880 Pada table 4.19 dapat dilihat biaya maintenance dengan menggunakan kendaraan gandeng pada ke 12 daerah tujuan. Untuk biaya pergantian ban pada kendaraan tronton paling mahal dibandingkan dengan kendaraan engkel dan tronton. Hal ini disebabkan karena menggunakan ban dengan radius 100 yang harganya lebih mahal dan jumlah pemakaiannya adalah 14 buah.

26 No Tujuan Biaya Total Perjalanan Tabel Biaya 1 Trip untuk Kendaraan Jenis Gandeng Biaya Total Perawatan Biaya Total Pembulatan (Ribuan) BIAYA TOTAL 1 TRIP 1 Ancol Rp 110,200 Rp 16,986 Rp 127,186 Rp 128,000 Rp 256,000 2 Bintaro Rp 105,900 Rp 15,924 Rp 121,824 Rp 122,000 Rp 244,000 3 Bogor Rp 73,600 Rp 8,493 Rp 82,093 Rp 83,000 Rp 166,000 4 Bekasi Rp 118,800 Rp 20,171 Rp 138,971 Rp 139,000 Rp 278,000 5 Bandung Rp 165,200 Rp 29,725 Rp 194,925 Rp 195,000 Rp 390,000 6 Cirebon Rp 315,000 Rp 63,696 Rp 378,696 Rp 379,000 Rp 758,000 7 Semarang Rp 585,600 Rp 116,777 Rp 702,377 Rp 703,000 Rp 1,406,000 8 Yogya Rp 567,300 Rp 115,715 Rp 683,015 Rp 684,000 Rp 1,368,000 9 Solo Rp 606,000 Rp 127,393 Rp 733,393 Rp 734,000 Rp 1,468, Malang Rp 895,200 Rp 195,336 Rp 1,090,536 Rp 1,091,000 Rp 2,182, Surabaya Rp 922,600 Rp 193,213 Rp 1,115,813 Rp 1,116,000 Rp 2,232, Denpasar Rp 1,616,700 Rp 290,880 Rp 1,907,580 Rp 1,908,000 Rp 3,816,000 Dari perhitungan biaya perjalanan untuk kendaraan gandeng pada table 4.18 dan biaya maintenance untuk kendaraan gandeng pada table 4.19 diperoleh biaya total 1 kali perjalan (One way trip). Biaya total 1 trip diperoleh dengan mengali duakan biaya 1 kali perjalanan. Untuk lebih jelasnya biaya total 1 trip dengan kendaraan engkel untuk ke 12 daerah tujuan dapat dilihat pada table 4.20.

27 Dari perhitungan pada tabel 4.12 sampat dengan tabel 4.20 diperoleh biaya total 1 trip untuk kendaraan jenis engkel, tronton dan gandeng kepada ke 12 kota tujuan. Biaya total 1 trip untuk ketiga jenis kendaraan tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel Tabel Biaya Total 1 Trip No Tujuan Biaya Total 1 Trip Engkel Tronton Gandeng 1 Ancol Rp 194,000 Rp 196,000 Rp 256,000 2 Bintaro Rp 192,000 Rp 194,000 Rp 244,000 3 Bogor Rp 144,000 Rp 136,000 Rp 166,000 4 Bekasi Rp 208,000 Rp 218,000 Rp 278,000 5 Bandung Rp 288,000 Rp 292,000 Rp 390,000 6 Cirebon Rp 522,000 Rp 558,000 Rp 758,000 7 Semarang Rp 976,000 Rp 1,036,000 Rp 1,406,000 8 Yogya Rp 946,000 Rp 1,006,000 Rp 1,368,000 9 Solo Rp 996,000 Rp 1,068,000 Rp 1,468, Malang Rp 1,434,000 Rp 1,562,000 Rp 2,182, Surabaya Rp 1,494,000 Rp 1,622,000 Rp 2,232, Denpasar Rp 2,708,000 Rp 2,896,000 Rp 3,816, Perhitungan Banyaknya Trip Tiap Bulan Perhitungan banyaknya trip per bulan ke setiap distributor di Pulau Jawa dan Bali dilakukan dengan membagi banyaknya hari kerja tiap bulannya dengan waktu operasi yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Hari kerja pada PT. Jakarana Tama dianggap 25 hari untuk tiap bulannya. Untuk lebih jelasnya banyaknya trip yang dapat dilakukan dalam satu bulan untuk tiap distributor dapat dilihat pada tabel 4.22.

28 Tabel 4.22 Banyaknya Trip yang Dapat Dilakukan Kendaraan No Tujuan Lama Operasi Banyaknya trip per bulan 1 Ancol 0,5 Hari 50 2 Bintaro 0,5 Hari 50 3 Bogor 0,5 Hari 50 4 Bekasi 0,5 Hari 50 5 Bandung 1 Hari 25 6 Cirebon 2 Hari 12 7 Semarang 3 Hari 8 8 Yogya 3 Hari 8 9 Solo 3 Hari 8 10 Malang 4 Hari 6 11 Surabaya 4 Hari 6 12 Denpasar 5 Hari 5 Yang dimaksud dengan lamanya operasi disini adalah lamanya kendaraan dari muat barang, perjalanan pulang pergi sampai ke distributor, bongkar barang, dan termasuk juga waktu istirahat supir dan kenek, sehingga dapat melakukan operasi selanjutnya atau trip selanjutnya Perhitungan Minimasi Biaya Transportasi Dengan Metode heuristic Yang Digunakan Perusahaan Dari biaya 1 trip akan dapat dihitung biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini dilakukan karena sebelumnya perusahaan dalam menghitung biaya transportasinya tidak memperhitungkan beberapa biaya maintenance karena dianggap terlalu kompleks.

29 Perhitungan Minimasi Biaya Transportasi Dengan Metode Heuristik Pada Bulan September 2005 Pada tabel 4.8. dapat dilihat jumlah pengantaran untuk ke 12 kota tujuan yang telah dilakukan perusahaan pada bulan September Dengan mengkalikan nya dengan biaya 1 trip untuk tiap daerah yang terdapat pada tabel maka akan didapatkan biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan pada bulan September 2005 adalah sebesar Rp , Perhitungan Minimasi Biaya Transportasi Dengan Metode Heuristik Pada Bulan Oktober 2005 Pada tabel 4.9. dapat dilihat jumlah pengantaran untuk ke 12 kota tujuan yang telah dilakukan perusahaan pada bulan Oktober Dengan mengkalikan nya dengan biaya 1 trip untuk tiap daerah yang terdapat pada tabel maka akan didapatkan biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan pada bulan Oktober 2005 adalah sebesar Rp , Perhitungan Minimasi Biaya Transportasi Dengan Menggunakan Model Integer Programming Banyaknya permintaan akan produk yang dihasilkan oleh PT. Jakarana Tama selalu berubah-ubah setiap saat. Dengan adanya perubahan permintaan ini, penulis mengusulkan sebuah pemodelan masalah yang fleksibel sehingga dapat mengikuti perubahan permintaan dari konsumen.

30 Pendekatan matematis yang digunakan adalah dengan menggunakan Model Integer Programming. Model ini menggunakan biaya 1 trip yang telah dihitung dan diperlihatkan pada tabel 4.21, kapasitas kendaraan yang dapat dilihat pada tabel 4.11, dan banyaknya trip per bulannya yang dapat dilihat pada tabel Langkah-langkah penyelesaian dengan Integer Programming ini ada dua (2) tahap yaitu tahap pemodelan masalah dan tahap penyelesaian model. Tahap pemodelan masalah adalah tahap menentukan variabel keputusan, tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan yang ada dengan segala keterbatasan dalam mencapai tujuan tersebut. Sedangkan tahap penyelesaian masalah adalah tahap mencari solusi dari model yang telah dibuat. Cara pemodelan dan penyelesaian masalah dengan Integer Programming ini dapat dilihat lebih jelas pada bab 2 bagian studi pustaka. Perhitungan yang akan dilakukan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu perhitungan dengan menggunakan kendaraan sendiri, dan perhitungan dengan menggunakan bantuan jasa ekspedisi Perhitungan Minimasi Biaya Transportasi Dengan Kendaraan Sendiri Perhitungan minimasi biaya transportasi dengan menggunakan kendaraan sendiri dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pemodelan masalah dengan menentukan persamaan fungsi tujuan serta pembatasnya dan penyelesaian masalah.

31 Pemodelan Masalah Tujuan dari pemodelan masalah ini adalah meminimumkan biaya transportasi. Adapun variabel keputusan yang mempengaruhi tujuan tersebut adalah: X a1 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Ancol X b1 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Ancol X c1 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Ancol X a2 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bintaro X b2 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bintaro X c2 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bintaro X a3 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bogor X b3 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bogor X c3 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bogor X a4 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bekasi X b4 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bekasi X c4 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bekasi X a5 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bandung X b5 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bandung X c5 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bandung X a6 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Cirebon X b6 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Cirebon X c6 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Cirebon X a7 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Semarang X b7 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Semarang

32 X c7 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Semarang X a8 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Yogya X b8 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Yogya X c8 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Yogya X a9 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Solo X b9 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Solo X c9 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Solo X a10 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Malang X b10 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Malang X c10 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Malang X a11 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Surabaya X b11 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Surabaya X c11 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Surabaya X a12 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Denpasar X b12 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Denpasar X c12 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Denpasar Fungsi tujuan dapat dituliskan menjadi: Min Z 1 = X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a9

33 X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c12 Dengan batasan: 1/50 X a1 + 1/50 X a2 + 1/50 X a3 + 1/50 X a4 + 1/25 X a5 + 1/12 X a6 + 1/8 X a7 + 1/8 X a8 + 1/8 X a9 + 1/6 X a10 + 1/6 X a11 + 1/5 X a12 30 (jumlah kendaraan tipe engkel yang dioperasikan oleh perusahaan) atau : (dikalikan dengan 600) 12 X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a /50 X b1 + 1/50 X b2 + 1/50 X b3 + 1/50 X b4 + 1/25 X b5 + 1/12 X b6 + 1/8 X b7 + 1/8 X b8 + 1/8 X b9 + 1/6 X b10 + 1/6 X b11 + 1/5 X b12 20 (jumlah kendaraan tipe tronton yang dioperasikan oleh perusahaan) atau : (dikalikan dengan 600) 12 X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b /50 X c1 + 1/50 X c2 + 1/50 X c3 + 1/50 X c4 + 1/25 X c5 + 1/12 X c6 + 1/8 X c7 + 1/8 X c8 + 1/8 X c9 + 1/6 X c10 + 1/6 X c11 + 1/5 X c12 17 (jumlah kendaraan tipe gandeng yang dioperasikan oleh perusahaan) atau : (dikalikan dengan 600) 12 X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c

34 1120 X a X b X c1 D 1 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Ancol) 1120 X a X b X c2 D 2 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Bintaro) 1120 X a X b X c3 D 3 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Bogor) 1120 X a X b X c4 D 4 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Bekasi) 1120 X a X b X c5 D 5 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Bandung) 1120 X a X b X c6 D 6 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Cirebon) 1120 X a X b X c7 D 7 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Semarang) 1120 X a X b X c8 D 8 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Yogya) 1120 X a X b X c9 D 9 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Solo) 1120 X a X b X c10 D 10 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Malang) 1120 X a X b X c11 D 11 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Surabaya)

35 1120 X a X b X c12 D 12 (kapasitas maksimum untuk produk yang diminta oleh Denpasar) X ij 0 dan integer i = a,b,c ; j = 1,2,3,...,21 untuk : a = kendaraan tipe engkel c = kendaraan tipe gandeng b = kendaraan tipe tronton 1 = Ancol D 1 = jumlah produk yang diminta oleh Ancol 2 = Bintaro D 2 = jumlah produk yang diminta oleh Bintaro = Surabaya D 11 = jumlah produk yang diminta oleh Surabaya 12 = Denpasar D 12 = jumlah produk yang diminta oleh Denpasar Penyelesaian Masalah Untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan model yang telah dibuat, akan diambil contoh kasus dari PT. Jakarana Tama pada bulan September 2005 dan Oktober tahun (lihat tabel 4.4 dan 4.5) Penyelesaian Masalah pada Bulan September 2005 Pada tabel 4.4 dapat dilihat permintaan distributor pada bulan September Karena untuk setiap jenis ukuran kardusnya dianggap sama, maka jumlah

36 permintaan yang dipakai dalam perhitungan hanyalah jumlah permintaan total saja. Jumlah total permintaan tersebut akan dipakai dalam perhitungan sebagai demand (Dj). Dimana j adalah nomor dari 1 sampai 12 yang mewakili ke 12 kota tujuan distributor yang ada. Persamaan untuk perhitungan meminimasi biaya transportasi dengan menggunakan model integer programming pada bulan September 2005 adalah: Fungsi tujuan: Min Z 1 = X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c12 Dengan batasan: 12 X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b

37 12 X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X ij 0 dan integer Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program WINQSB. Hasil dari perhitungan dapat dilihat di lembaran lampiran, hasilnya adalah: Z = Rp ,00

38 Dengan nilai Xij adalah : X a1 = 1 X b1 = 0 X c1 = 29 X a2 = 1 X b2 = 0 X c2 = 67 X a3 = 1 X b3 = 0 X c3 = 22 X a4 = 0 X b4 = 0 X c4 = 42 X a5 = 0 X b5 = 0 X c5 = 42 X a6 = 62 X b6 = 0 X c6 = 0 X a7 = 0 X b7 = 0 X c7 = 47 X a8 = 51 X b8 = 0 X c8 = 33 X a9 = 78 X b9 = 0 X c9 = 1 X a10 = 3 X b10 = 42 X c10 = 0 X a11 = 0 X b11 = 78 X c11 = 3 X a12 = 0 X b12 = 0 X c12 = Penyelesaian Masalah pada Bulan Oktober 2005 Pada tabel 4.5 dapat dilihat permintaan distributor pada bulan Oktober Karena untuk setiap jenis ukuran kardusnya dianggap sama, maka jumlah permintaan yang dipakai dalam perhitungan hanyalah jumlah permintaan total saja. Jumlah total permintaan tersebut akan dipakai dalam perhitungan sebagai demand (Dj). Dimana j adalah nomor dari 1 sampai 12 yang mewakili ke 12 kota tujuan distributor yang ada. Jadi penyelesaian masalah untuk bulan Oktober sama dengan penyelesaian pada bulan September, yaitu dengan permodelan yang sama. Letak perbedaannya hanya pada demand saja karena permintaan pada bulan Oktober untuk ke 12 kota tujuan berbeda. Persamaan untuk perhitungan meminimasi biaya transportasi dengan menggunakan model integer programming pada bulan Oktober 2005 adalah:

39 Fungsi tujuan: Min Z 1 = X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c12 Dengan batasan: 12 X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X a X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X b X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c

40 1120 X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X a X b X c X ij 0 dan integer Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program WINQSB. Hasil dari perhitungan dapat dilihat di lembaran lampiran, hasilnya adalah: Z = Rp ,00 Dengan nilai Xij adalah : X a1 = 1 X b1 = 0 X c1 = 30 X a2 = 0 X b2 = 1 X c2 = 68 X a3 = 1 X b3 = 0 X c3 = 22 X a4 = 1 X b4 = 0 X c4 = 42 X a5 = 0 X b5 = 0 X c5 = 42 X a6 = 62 X b6 = 0 X c6 = 0 X a7 = 0 X b7 = 0 X c7 = 47 X a8 = 58 X b8 = 0 X c8 = 30 X a9 = 73 X b9 = 1 X c9 = 7 X a10 = 7 X b10 = 38 X c10 = 1 X a11 = 2 X b11 = 81 X c11 = 1 X a12 = 3 X b12 = 0 X c12 = 6

41 Perhitungan Minimasi Biaya Transportasi Dengan Kendaraan Sendiri dan Bantuan Jasa Ekspedisi Permodelan masalah pada perhitungan biaya dengan menggunakan kendaraan sendiri dan dengan bantuan jasa ekspedisi adalah hampir sama dengan permodelan dengan perhitungan minimasi biaya dengan menggunakan kendaraan sendiri, hanya saja pada permodelan dan penyelesaian masalah ada ditambahkan data-data tentang biaya ekspedisinya yang dapat dilihat pada tabel Pada tabel 4.10 dapat dilihat biaya per m3 dari ekspedisi ke 12 kota tujuan. Untuk memulai perrmodelan harus dihitung dulu biaya pengiriman per kardus dulu yaitu dengan membagikan biaya per m3 dengan volume kardus tersebut.biaya per kardus dengan menggunakan jasa ekspedisi ke 12 kota tujuan dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel Tabel 4.23 Tabel biaya ekspedisi per kardus No Tujuan Harga Per M3 Volume (M3) Harga per kardus 1 Ancol Rp 14, Rp Bintaro Rp 14, Rp Bogor Rp 14, Rp Bekasi Rp 14, Rp Bandung Rp 21, Rp Cirebon Rp 35, Rp Semarang Rp 84, Rp 1,697 8 Yogya Rp 84, Rp 1,697 9 Solo Rp 84, Rp 1, Malang Rp 140, Rp 2, Surabaya Rp 150, Rp 3, Denpasar Rp 280, Rp 5,656

42 Pemodelan Masalah Tujuan dari pemodelan masalah ini adalah meminimumkan biaya transportasi. Adapun variabel keputusan yang mempengaruhi tujuan tersebut adalah: X a1 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Ancol X b1 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Ancol X c1 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Ancol X a2 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bintaro X b2 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bintaro X c2 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bintaro X a3 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bogor X b3 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bogor X c3 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bogor X a4 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bekasi X b4 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bekasi X c4 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bekasi X a5 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Bandung X b5 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Bandung X c5 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Bandung X a6 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Cirebon X b6 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Cirebon X c6 = banyaknya trip kendaraan gandeng yang dioperasikan ke Cirebon X a7 = banyaknya trip kendaraan engkel yang dioperasikan ke Semarang X b7 = banyaknya trip kendaraan tronton yang dioperasikan ke Semarang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Efisiensi biaya sewa pengangkutan pada PT. ANINDO PUTERA PERKASA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Efisiensi biaya sewa pengangkutan pada PT. ANINDO PUTERA PERKASA BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi biaya sewa pengangkutan pada PT. ANINDO PUTERA PERKASA Selama ini PT. ANINDO PUTERA PERKASA menyewa alat angkut truk kecil engkel, truk trailer, dan truk tronton

Lebih terperinci

OPT.IMASI ALAT ANGKUT PENGIRIMAN BERAS (Studi Kasus pada PT. Umbul Berlian Semarang)

OPT.IMASI ALAT ANGKUT PENGIRIMAN BERAS (Studi Kasus pada PT. Umbul Berlian Semarang) 2012 Enty Nur Hayati 58 OPT.IMASI ALAT ANGKUT PENGIRIMAN BERAS (Studi Kasus pada PT. Umbul Berlian Semarang) Enty Nur Hayati Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tahun

BAB I PENDAHULUAN Tahun Volume Produksi (Miliyar Liter) BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Air merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga barang pokok yang berakibat pada menurunya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga barang pokok yang berakibat pada menurunya daya beli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perekonomian yang tidak stabil saat ini telah membawa dampak yang besar pada semua aspek. Salah satunya ialah kenaikan biaya hidup yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pada tahun 1970-an, industri mie instan di Industri mulai berkembang. Akan tetapi, hanya ada satu atau dua perusahaan di Indonesia yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. dari hasil analisis

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Skripsi Sarjana Jurusan Teknik Industri Semester Ganjil 2005/2006 PENGATURAN SISTEM TRANSPORTASI PRODUK GAGA MIE 100 DI PT. JAKARANA TAMA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, karena pendistribusian produk kepada konsumen haruslah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, karena pendistribusian produk kepada konsumen haruslah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan suatu hal yang mutlak sangat diperlukan terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini. Dengan adanya transportasi ini, akan sangat mempermudah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV Moria merupakan perusahaan jasa transportasi darat yang didirikan pada tahun 1995 dalam bentuk CV (commanditaire vennootschap). Pada awalnya pendiriannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pengangkutan dengan jenis muatan berupa bahan baku pabrik kertas. Jasa

BAB I PENDAHULUAN. bidang pengangkutan dengan jenis muatan berupa bahan baku pabrik kertas. Jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Gajah Mas merupakan perusahaan di Surabaya yang bergerak di bidang pengangkutan dengan jenis muatan berupa bahan baku pabrik kertas. Jasa pengangkutan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis mengenai analisis efisiensi manajemen distribusi fisik pada PT. Idar Buana, maka diambil kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi, pabrikasi, dan distributor rangka atap. Bentuk badan usaha dari PT

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram BAB 5 ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan Influence Diagram, pembuatan model matematis, pembuatan rute pengiriman, pembuatan lembar kerja elektronik, penentuan

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI KASUS PERENCANAAN KEUANGAN PT ALAM FOOD INDONESIA

BAB 3 STUDI KASUS PERENCANAAN KEUANGAN PT ALAM FOOD INDONESIA BAB 3 STUDI KASUS PERENCANAAN KEUANGAN PT ALAM FOOD INDONESIA PT. Alam Food Indonusa adalah salah satu unit usaha yang berada di bawah Alam Group yang memproduksi mie instant (instant noodle) dengan merek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

Analisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015

Analisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015 Analisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015 Made Irma Dwiputranti Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No. 54 Bandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Perusahaan Kecamatan Cibinong yang termasuk dalam Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 42,49 km 2 mencakup 12 desa dan termasuk klasifikasi desa swasembada dan

Lebih terperinci

Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills. April

Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills. April L1 Lampiran 1 Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. Bulan PT.Pindo Deli Pulp & Paper Mills PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills PT.Indo Rama Synthetics PT.Ultra

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA SKRIPSI Oleh : ASTIEN ALIMUDIN NPM : 0732215011 JURUSAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Pemilik 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV Depo Steel? Perusahaan ini berdiri karena adanya ide dari pemilik,

Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Pemilik 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV Depo Steel? Perusahaan ini berdiri karena adanya ide dari pemilik, Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Pemilik 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV Depo Steel? Perusahaan ini berdiri karena adanya ide dari pemilik, yaitu Bapak Alfred Prasadja yang sebelumnya memiliki pengalaman

Lebih terperinci

PATRANS CARGO PATRANS CARGO

PATRANS CARGO PATRANS CARGO FREIGHT FORWADING, LAND TRUCKING, AIR CARGO SERVICE PT. PELITA ABADI TRANS Profil PT. PELITA ABADI TRANS didirikan pada tanggal, 20 April 2012 dengan nama PT. PELITA ABADI TRANS sesuai dengan akte notaris

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah kerja penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif pada angkutan Bus DAMRI Trayek Blok M Bandara Soekarno-Hatta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods (barang-barang konsumsi) seperti minyak goreng, sabun, makanan kaleng dan sebagainya perlu memiliki persediaan

Lebih terperinci

Total biaya variabel 842,700

Total biaya variabel 842,700 Perhitungan dengan Metode Tradisional (Trip Bulan Maret 2007) Lampiran 1 Tabel 5 No Jenis Biaya Formula Perincian Jumlah (Rp) 1 Biaya Supir dan Asisten Supir 50,577 1a Gaji Sopir - bulanan (Rp) 600,000

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2018 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pendistribusian barang dalam hal ini adalah distributor.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pendistribusian barang dalam hal ini adalah distributor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya era pasar bebas mengakibatkan tingkat persaingan yang ketat dalam dunia industri baik yang bergerak dalam produksi barang maupun pendistribusian barang

Lebih terperinci

Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi

Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV Moria merupakan perusahaan jasa transportasi darat yang didirikan pada tahun 1995 dalam bentuk CV (commanditaire vennootschap). Pada awalnya pendiriannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka perbandingan tarif umum berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) di Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas logistik yang bersifat outsourcing pada suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang biasa disebut pihak ketiga, telah menjadi aktivitas yang umum

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Kebijakan penetuan tarif angkutan penumpang umum harus dipertimbangkan sesuai dengan harga fluktuasi bahan bakar minyak yang setiap tahun berubah.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa point kesimpulan yang berkaitan dengan optimasi pemakaian jarum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta

BAB I PENDAHULUAN. produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Tirta Sibayakindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek AQUA. PT. Tirta Sibayakindo memiliki rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan produk yang siap jual. Setelah menghasilkan produk yang siap jual, maka proses selanjutnya

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem transportasi memegang peran penting dalam masalah pendistribusian, karena harus menjamin mobilitas produk di antara berbagai sistem dengan efisiensi tinggi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi PT Garuda Jaya Sumbar Indah (PT. GJSI) merupakan perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 1985. PT Garuda Jaya Sumbar Indah bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat penting. Penggunan waktu secara cermat akan meningkatkan kinerja menjadi lebih baik. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi suatu barang memegang peranan penting pada perusahaan ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk mendapatkan suatu produk kapan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING I.

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING DI PT. JAKARANA TAMA TUGAS SARJANA

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING DI PT. JAKARANA TAMA TUGAS SARJANA OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING DI PT. JAKARANA TAMA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh FAHRUR ROZI 080423019

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 71 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka perbandingan tarif angkutan umum berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) dikabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1. Informasi Perusahaan 3.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mulia Dharma Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah The Council of Logistics Management (CLM), organisasi pelopor logistik di Amerika Serikat yang memiliki anggota sekitar 15.000 orang mendefinisikan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam cakupan kegiatan disribusi, perusahaan harus bisa merancang jaringan distribusi yang tepat. Keputusan tentang perancangan jaringan distribusi harus mempertimbangkan tradeoff antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor

Lebih terperinci

Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour (Studi Kasus di PT X)

Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour (Studi Kasus di PT X) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2014 Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH

BAB IV ANALISA MASALAH BAB IV ANALISA MASALAH 4.1 Sejarah Perusahaan Mandiri Group adalah suatu perusahaan yang terdiri dari tiga perusahaan yang saling berhubungan yang bekerja dalam bidang angkutan atau logistic, distributor

Lebih terperinci

MASALAH TRANSPORTASI

MASALAH TRANSPORTASI MASALAH TRANSPORTASI Transportasi pada umumnya berhubungan dengan distribusi suatu produk, menuju ke beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, dan biaya transportasi minimum. Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PUTRATUNGGAL ANEKA didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT.

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT. BAB. PENDAHULUAN - BAB PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT. Sungai Budi Group. PT. Sungai Budi Group memulai kegiatan usahanya pada

Lebih terperinci

OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM) USING A LINEAR PROGRAMMING APPROACH TO FULFILL THE DEMAND (Case Study : PT.

OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM) USING A LINEAR PROGRAMMING APPROACH TO FULFILL THE DEMAND (Case Study : PT. OPTIMASI BANYAKNYA GENTRY PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) DENGAN PENDEKATAN PROGRAM LINIER UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN (Studi Kasus : PT.XYZ Surabaya) OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM)

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan membahas dua poin utama yaitu kesimpulan dan saran. Pada sub bab kesimpulan bisa dijawab pertanyaan yang ada di perumusan masalah. Sedangkan pada saran bisa

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan PT INBISCO NIAGA Medan adalah anak perusahaan dari PT MAYORA INDAH, Tbk. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1998 yang berkedudukan dibeberapa

Lebih terperinci

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya BABV ANALISIS A. Rute Perjalanan Rute perjalanan angkutan umum bus perkotaan yang diteliti ada dua jalur yaitu jalur 7 dan jalur 5 yang beroperasinya diawali dari Terminal Giwangan dan berakhir di Terminal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan!

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan! LAMPIRAN 1 FORMULIR ISIAN SURVEI BIAYA OPERASI KENDARAAN Hari/Tanggal:Senin/23Mei2011 I. Karakteristik Kendaraan & Operasi a. Umum Kelas Kendaraan: Angkutan Penumpang 1. No Plat Kendaraan: D 1952 BM 2.

Lebih terperinci

C. BIAYA PERJALANAN DINAS. 1. Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Negeri

C. BIAYA PERJALANAN DINAS. 1. Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Negeri C. BIAYA PERJALANAN DINAS 1. Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Negeri a. Perjalanan Dinas Luar DIY dan dalam DIY lebih dari 8 Jam Besaran Dalam DIY No. Provinsi Satuan Uang Harian Lebih Dari 8 Diklat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketersediaan barang memegang peranan yang sangat penting dalam memenuhi permintaan yang diterima oleh suatu perusahaan. Bila permintaan tersebut tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. jual beli truk baru dan bekas yang berlokasi di Jalan Kapuk Muara, Kompleks Duta

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. jual beli truk baru dan bekas yang berlokasi di Jalan Kapuk Muara, Kompleks Duta BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Inti Alam adalah sebuah perusahaan Ekspedisi yang juga bergerak di bidang jual beli truk baru dan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tugas Akhir. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Tugas Akhir PENENTUAN RUTE DALAM PENDISTRIBUSIAN MINYAK KAYU PUTIH UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE TRAVELING SALESMAN PROBLEM (Studi Kasus di Pabrik Minyak Kayu Putih Krai) Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat yang menggunakan kendaraan tradisional tanpa bahan bakar tidak banyak. Kendaraan yang dimaksud misalnya sepeda, becak, dokar, dll. Karena kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Organisasi PT PANCAYASA PRIMATANGGUH berdiri pada awal tahun 1990 oleh Budi Arifandi, Yohanes Kaliman dan Soegiarto Simon. PT PANCAYASA

Lebih terperinci

ASPEK TEKNIS/PRODUKSI

ASPEK TEKNIS/PRODUKSI ASPEK TEKNIS/PRODUKSI PENENTUAN LOKASI USAHA KENAPA LOKASI HARUS DIPERTIMBANGKAN???? Tempat proses produksi diletakkan dan dibangun didaerah yang relatif baik bagi kepentingan perusahaan yang bertujuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

BAB IV Hasil Dan Pembahasan BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1 Proses yang sedang berjalan Proses pemenuhan order pelanggan dan distribusi diawali dengan datangnya order dari pelanggan. PT. TAC memiliki 3 jenis pelanggan, pertama adalah

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana IV-27 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana transportasi laut sebagai sarana penghubung utama antara pulau. Distribusi barang antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 pendahuluan ini berisikan tentang apa-apa saja yang menjadi latar belakang permasalahan yang terjadi pada distribusi pengiriman produk pada distributor PT Coca Cola, posisi penelitian,

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG Hafidh Munawir, Agus Narima Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era pertumbuhan ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan akan dituntut untuk dapat berkompetitif dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan itu kecil maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat, maka kebutuhan makanan dan minuman semakin meningkat pula. Hal inilah yang mendorong

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, dan dimulainya era globalisasi, persaingan

Bab 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, dan dimulainya era globalisasi, persaingan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, dan dimulainya era globalisasi, persaingan antar perusahaan menjadi semakin sengit. Perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan konsumen adalah. meningkatkan daya saing perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan konsumen adalah. meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini di tandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang industri yang pesat dan maju dapat terlihat pada jumlah produk dalam setiap produksi dari sebuah perusahaan atau pabrik. Produk yang telah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembahasan mengenai gambaran umum perusahaan meliputi sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi perusahaan saat ini. 3.1.1 Sejarah Singkat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai tempat, sering menjadi masalah dalam dunia industri sehari-hari. Alokasi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan untuk galvalum reng memiliki beberapa tipe yaitu Reng I A, Reng

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan untuk galvalum reng memiliki beberapa tipe yaitu Reng I A, Reng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang kontruksi, fabrikasi, dan distributor rangka atap baja ringan. Lokasi kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan pendistribusian merupakan salah satu kunci terpenting dalam sistem rantai pasok suatu perusahaan. Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan pelayanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat

Lebih terperinci