IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Perusahaan Kecamatan Cibinong yang termasuk dalam Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 42,49 km 2 mencakup 12 desa dan termasuk klasifikasi desa swasembada dan desa kota. Kecamatan Cibinong mempunyai sebanyak rumah tangga dan jumlah penduduk mencapai jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kepadatan penduduk (jiwa / km 2 ). Stasiun Pengisi Bahan Bakar (SPBU) berlokasi di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Latar belakang berdirinya SPBU ini pada 3 Desember 1999 adalah atas gagasan pribadi pemilik dengan pertimbangan bahwa prospek usaha SPBU menjanjikan. SPBU didirikan dengan menggunakan modal awal dari pemilik sebesar Rp. 500 juta dan hingga saat ini modal awalnya telah mencapai Rp. 1 Milyar dan telah memiliki aset senilai Rp. 15 M. Pegawai yang dipekerjakan pada SPBU XYZ saat ini berjumlah 36 orang dengan rincian yang rinciannya disampaikan pada Lampiran 1. Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dijual yaitu premium, solar dan pertamax sedangkan jenis non BBM yang dijual yaitu pelumas. Penghargaan yang telah diterima yaitu SPBU Pasti Pas 2009 dan SPBU Percontohan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Persedian BBM SPBU XYZ Pemesanan BBM Mekanisme transaksi pemesanan BBM Pertamina oleh SPBU XYZ dilakukan melalui Bank. Pemesanan dapat dilaksanakan lebih cepat, mudah dan aman karena menggunakan sistem host to host single entry yang akurat serta efisien. Sistem ini memungkinkan pemilik SPBU tidak perlu datang untuk menebus Delivery Order (DO) ke kantor Pertamina tetapi cukup hanya melalui Bank. Rekening SPBU di Bank dapat langsung dipotong sesuai dengan permintaan pembelian dan DO akan tercetak di Depot pengiriman produk Pertamina, untuk pengiriman barang sesuai dengan keinginan pembeli. Transaksi berdasarkan sistem host to host ini merupakan fasilitas online payment banking

2 33 sistem. Sistem ini merupakan fasilitas kerjasama online payment Bank dengan sistem Pertamina. Proses transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : Nasabah SPBU menyetorkan sejumlah uang sesuai jumlah BBM yang ditebus. Kemudian dilakukan transaksi penebusan BBM melalui sistem H2H OPBS. Setelah transaksi terjadi dan diperoleh bukti berupa nomer SO (sales order) maka rekening giro SPBU akan dipotong dan akan dimasukkan ke rekening pertamina secara otomastis sesuai pembelian BBM. Pada saat itu juga akan tercatat secara on line jumlah pemesanan BBM di Pertamina dalam bentuk DO (delivery order) yang merupakan bukti perintah pengiriman BBM ke SPBU. Proses pengiriman BBM oleh Pertamina ke SPBU dilakukan paling cepat sehari setelah proses pemesanan melalui Bank. BBM akan dikirimkan menggunakan truk tangki pengangkut BBM Persediaan BBM Penerimaan BBM dengan truk tangki BBM akan diperiksa setibanya di SPBU yaitu kesesuaian data SO dengan DO dari Pertamina yang mencakup jenis BBM, jumlah BBM, identitas truk tangki pengiriman, tanggal waktu pemesanan dan tanggal waktu pengiriman BBM. Jaminan kesesuaian jumlah pengiriman pesanan BBM dilakukan Pertamina melalui penyegelan pada truk tangki pengiriman BBM. Nilai toleransi yang berlaku sesuai aturan Pertamina mengenai jumlah kekurangan pengiriman pesanan BBM adalah pada batas jumlah kekurangan maksimal 10 lt per lt pengiriman BBM. SPBU selanjutnya melakukan pengukuran kualitas BBM yang diterima dengan menggunakan alat pengukur kualitas BBM (dari Pertamina) pada sampel yang diambil per lt. Setelah melalui pemeriksaan kualitas, kesesuaian pesanan dengan pengiriman BBM, kemudian BBM dimasukkan ke dalam tangki pendam persediaan BBM di SPBU. Sebelum dan sesudah proses pemasukan BBM dari truk tangki pengiriman ke tanki pendam, SPBU melakukan pemeriksaan jumlah BBM di dalam tangki pendam untuk menentukan jumlah BBM yang diterima di dalam tangki pendam. Pengukuran persediaan stok BBM di dalam tangki pendam dilakukan SPBU setiap hari pada jam tujuh pagi. SPBU kemudian melakukan perbandingan nilai stok persediaan dengan hasil pencatatan nilai penjualan BBM melalui mesin

3 34 pompa BBM. Hasil pemeriksaan ini digunakan untuk melihat kesesuaian jumlah pengeluaran BBM dari tangki pendam dan hasil penjualan BBM. 4.3 Pengendalian persediaan SPBU XYZ Pengendalian persediaan BBM di SPBU XYZ dilakukan secara sederhana berdasarkan data penjualan dan persediaan stok BBM. Pemesanan BBM dilakukan SPBU XYZ dalam satuan liter. Truk tangki pengiriman BBM Pertamina tersedia dengan kapasitas angkut lt, lt, lt dan lt. Kriteria yang dilakukan SPBU XYZ dalam menentukan jumlah pemesanan BBM adalah pertama melalui prediksi penjualan, ke dua berdasarkan stok minimal yang harus ada di dalam tangki pendam dan ketiga adalah frekuensi maksimal pemesanan dalam waktu satu minggu. Dalam ssatu minggu maksimal dapat dilakukan 2 kali pemesanan. Perkiraan volume penjualan BBM didapatkan SPBU XYZ dari rata-rata penjualan hari sebelumnya dan berdasarkan pengalaman. Jumlah stok minimal persediaan BBM di dalam tangki pendam SPBU XYZ ditentukan sebesar minimal dua kali tingkat penjualan hari sebelumnya. Tenggang waktu (lead time) pengiriman pesanan BBM dari saat pemesanan sampai pesanan diterima oleh SPBU membutuhkan waktu satu hari. Frekuensi pemesanan disesuaikan dengan tingkat penjualan per hari. SPBU XYZ cenderung meningkatkan frekuensi pemesanan untuk mengantisipasi jika suatu saat terjadi kelangkaan bahan baku BBM. Pengendalian persediaan bahan baku persediaan BBM penting bagi SPBU XYZ untuk kelancaran proses pelayanan Bahan Bakar Premium Penentuan jumlah nilai penerimaan premium oleh SPBU XYZ mempertimbangkan terhadap nilai stok persediaan dan nilai penjualan. Fekuensi penerimaan premium yang sangat tinggi ditunjukkan oleh Tabel. 5, yaitu 305 penerimaan dalam setahun dengan rata-rata jumlah sekali penerimaan l perhari dan rata-rata intensitas pemesanan dilakukan setiap hari. Jumlah

4 35 pemesanan penerimaan beragam seperti ditunjukkan pada Lampiran. 5 yaitu pada kapasitas l, l, l, l, l dan l. Tabel 5. Data Ringkasan Bahan Bakar Premium Tahun 2008 PENERIMAAN JUMLAH Frekuensi 305 Intensitas Tiap hari Jumlah rata - rata l Stok rata - rata l Penjualan rata-rata Keterangan : data harian Hasil penjualan premium berpengaruh terhadap penerimaan premium oleh SPBU. Hasil ini menunjukkan bahwa penjualan premium berpengaruh terhadap keputusan SPBU dalam menentukan jumlah penerimaan premium.. Fenomena pengaruh hasil penjualan yang sangat besar ini diduga karena jumlah pemakai premium adalah dominan atau sebagian besar konsumen SPBU XYZ adalah pengguna premium. Penjualan rata-rata premium setiap hari adalah l (Tabel 5). Stok premium sangat berpengaruh terhadap penerimaan premium. Hal ini diduga karena banyaknya konsumen pengguna bahan bakar premium sehingga SPBU tidak mau beresiko dengan habisnya stok premium. Stok premium rata-rata harian adalah pada l (Tabel. 5). Pengusaha SPBU berani menimbun stok hampir mencapai kapasitas maksimum tangki penyimpanan premium ( l). Pengusaha SPBU juga berusaha untuk memiliki stok premium diatas 50 % kapasitas tangki yaitu pada rata-rata l atau hampir mencapai 68 % kapasitas tangki premium Bahan Bakar Solar Tabel. 6 menunjukkan bahwa pemesanan persediaan bahan bakar solar SPBU XYZ setiap kali penebusan adalah sebesar l. Frekuensi penebusan solar selama setahun cukup tinggi yaitu 109 kali penerimaan. Jumlah rata rata hari pemesanan kembali adalah 2 hari.

5 36 Tabel 6. Data Ringkasan Bahan Bakar Solar Tahun 2008 PENERIMAAN JUMLAH Frekuensi 109 Intensitas 2 hari Jumlah rata - rata l Stok rata-rata l Penjualan rata-rata l *Keterangan : data harian Kapasitas pemesanan kembali bahan bakar solar sebesar lt ini bagi SPBU XYZ dianggap sebagai nilai pemesanan persediaan yang saat ini paling tepat. Alasan utama penentuan jumlah pemesanan solar SPBU XYZ jumlah rata rata penjualan harian solar yang cukup tinggi yaitu l (Tabel 6). Kapasitas angkut truk tangki pengiriman Pertamina yang saat ini tersedia adalah pada jumlah l, merupakan jumlah yang saat ini dianggap sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan jumlah nilai penerimaan solar oleh SPBU mempertimbangkan terhadap nilai stok persediaan dan hasil penjualan. Penjualan solar juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan SPBU XYZ dalam menentukan nialai pemesanan penerimaan solar oleh SPBU. Pengaruh penjualan solar terhadap penerimaan solar ini diduga disebabkan konsumen bahan bakar solar dominan di SPBU XYZ yang terlihat dari rata rata hasil penjualan solar per hari mencapai l Bahan Bakar Pertamax Pemesanan persediaan pada Tabel 7 untuk bahan bakar pertamax sangat rendah yaitu hanya 26 penerimaan dalam setahun dengan rata-rata jumlah sekali penerimaan l dan jumlah rata-rata hari penebusan atau pemesanan kembali adalah 13 hari. SPBU XYZ melakukan pemesanan pertamax dengan jumlah tetap yaitu l. Jumlah ini dianggap sebagai nilai pemesanan persediaan yang saat ini paling tepat bagi SPBU XYZ. Kapasitas tangki persediaan pertamax yang hanya dapat menampung maksimal l menjadikan alasan SPBU XYZ menentukan nilai penebusan pertamax sejumlah l. Kapasitas tangki pengiriman BBM Pertamina yang berkapasitas paling kecil adalah tangki pengiriman l juga menjadi salah satu pertimbangan SPBU XYZ menentukan nilai pemesanan pertamax.

6 37 Tabel 7. Data Ringkasan Bahan Bakar Pertamax Tahun 2008 PENERIMAAN JUMLAH Frekuensi 26 intensitas 13 hari Jumlah rata - rata l Stok rata - rata l Penjualan rata - rata 604 l Keterangan : data harian Jumlah pemesanan yang rendah dan jumlah hari pesan kembali yang panjang disebabkan karena jumlah penjualan harian pertamax yang rendah yaitu pada nilai rata rata penjualan harian adalah 604 l per hari (Tabel 7). Pemesanan pertamax melalui penebusan pertamax oleh SPBU sangat dipengaruhi oleh sisa stok yang ada ditangki penampungan dengan kapasitas 15 Kl. SPBU akan berusaha mempertahankan persediaan di tangki stok pertamax pada kisaran rata-rata l (Tabel 7) atau pada 58.93% dari kapasitas tangki persediaan pertamax yang dimiliki oleh SPBU Analisa biaya persediaan BBM SPBU XYZ Secara umum biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kehabisan bahan baku dan biaya penyiapan. Akan tetapi dari hasil wawancara didapatkan bahwa SPBU XYZ menggunakan tiga jenis biaya yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan persediaan Biaya Pemesanan Biaya pemesanan BBM adalah total biaya yang dikeluarkan SPBU XYZ setiap kali melakukan pemesanan BBM ke Pertamina malalui bank. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah BBM yang dipesan tetapi oleh frekuensi pemesanan. Pada Tabel 8 disajikan total biaya pemesanan BBM dan komponen biaya pemesanan untuk masing masing BBM.

7 38 Tabel 8. Komponen Biaya Pemesanan BBM (per liter) SPBU XYZ No Komponen Biaya Pesan Premium Solar Pertamax 1 Biaya Pesan Bank Rp Kebutuhan kantor Rp Biaya Aplikasi Rp Biaya telpon ke bank Rp Biaya parkir Rp Biaya pegawai Rp Biaya Kurir Rp Biaya telpon dan fax ke Pertamina Rp Materai Rp Fee Pertamina Rp Metrologi Rp Jasa sopir tangki Rp Penguapan Tangki Rp Jumlah Rp Biaya pemesanan dimulai dari awal proses persiapan pemesanan BBM, pemesanan melalui bank dan pengiriman pesanan BBM ke SPBU XYZ. Komponen biaya awal proses persiapan pemesanan yaitu biaya kebutuhan kantor. Biaya kebutuhan kantor ini hanya dibebankan pada pemesanan produk premium sedangkan untuk solar dan pertamax tidak dibebani. Hal ini disebabkan karena SPBU XYZ menganggap frekuensi pemesanan premium adalah paling tinggi dan dilakukan setiap hari, sehingga ada tidaknya pemesanan solar atau pertamax maka biaya kebutuhan kantor akan tetap ada karena frekuensi pemesanan premium dilakukan setiap hari. Biaya pemesanan melalui bank meliputi biaya pesan melalui bank, biaya aplikasi, biaya telepon ke bank, biaya parkir, biaya pegawai, biaya kurir dan materai. Untuk produk premium terdapat semua biaya pemesanan melalui bank sedangkan untuk produk solar dan pertamax hanya tedapat komponen biaya pesan melalui bank,biaya aplikasi dan materai. Komponen biaya pemesanan melalui bank yang tidak terdapat pada produk solar dan pertamax dibebankan pada produk premium yaitu biaya telepon ke bank, biaya parkir,biaya pegawai dan biaya kurir. Frekuensi penebusan premium yang dilakukan tiap hari menyebabkan SPBU XYZ menganggap biaya-biaya tersebut akan tetap ada walaupun tidak dilakukan pemesanan solar dan pertamax.

8 39 Biaya pengiriman BBM meliputi biaya telpon dan fax ke Pertamina, fee Pertamina, jasa metrologi, jasa sopir tangki BBM dan penguapan tangki. Biaya telpon ke Pertamina hanya terdapat pada produk premium, sedangkan untuk fee Pertamina dan metrologi tidak terdapat pada produk pertamax. Tidak terdapatnya biaya fee Pertamina dan metrologi pada produk pertamax karena frekuensi pemesanan pertamax yang rendah yaitu 13 hari sekali, dianggap oleh SPBU XYZ tidak berpengaruh terhadap biaya pesan. Biaya penguapan tangki pengiriman untuk masing-masing produk BBM berdasarkan perhitungan sebagai berikut, penguapan pengiriman truk tangki adalah 10 lt untuk setiap tangki pengiriman BBM. Perhitungan melalui persamaan: Penguapan Tangki BBM sama dengan rata-rata kapasitas tangki dibagi l dikalikan 10 l kemudian dikalikan dengan harga jual BBM per liter. Kapasitas rata- rata tangki pengiriman adalah l (premium), l (solar) dan l (pertamax) sehingga didapatkan nilai penguapan yang ditunjukkan pada Tabel. 8 yaitu Rp ,- (premium), Rp ,- (solar) dan Rp ,- (pertamax) pada harga jual rata-rata masing-masing yaitu Rp.6.000,- (premium), Rp.5.500,- (solar) dan Rp.8.527,- (pertamax). Harga jual pertamax per liter didapatkan dari nilai rata rata terbobot. Total biaya pesan BBM (Tabel 8) yang tertinggi adalah pada produk premium yaitu sebesar Rp ,- diikuti produk solar Rp ,- dan yang paling rendah adalah biaya pesan pertamax sebesar Rp ,-. Biaya pemesanan premium tertinggi karena komponen biaya yang menyertai pemesanan premium adalah paling banyak. Hal ini merupakan konsekuensi dari tingginya frekuensi pemesanan premium (dilakukan setiap hari) Biaya pemesanan BBM sangat tergantung pada frekuensi pemesanan, semakin sering memesan maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan sebaliknya. Biaya Penyimpanan Biaya persediaan lainnya yang perlu diperhitungkan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku adalah biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan BBM merupakan biaya yang timbul akibat dilakukan penyimpanan untuk setiap liter BBM. Biaya simpan ini berhubungan langsung dengan kuantitas

9 40 persediaan BBM di dalam tangki persediaan BBM.Tabel y menyajikan data biaya penyimpanan BBM dan komponen biaya simpan untuk masing masing produk BBM di SPBU XYZ. Tabel 9. Komponen Biaya Peyimpanan BBM (per liter) SPBU XYZ No Biaya Simpan per liter Premium Solar Pertamax 1 Biaya Penguapan Rp. 18,000 5,500 8,527 2 Biaya simpan tangki pendam Rp. 0,926 0,926 0,926 3 Keamanan Rp. 1,042 0,417 0,208 4 Asuransi Rp. 1,852 4,630 9,259 Jumlah Rp. 21,819 11,472 18,921 Biaya penguapan BBM merupakan biaya yang disebabkan karena penguapan persediaan BBM per satuan liter yang terjadi di dalam tangki pendam persediaan. SPBU XYZ menentukan besarnya nilai penguapan untuk masingmasing produk BBM berdasarkan pengalaman rutinitas harian data penyimpanan stok yang dipengaruhi oleh kapasitas tangki pendam, jumlah tangki dan kondisi cuaca saat itu. Berdasarkan pengalaman SPBU tersebut maka ditentukan nilai penguapan masing-masing produk BBM dalam bentuk persentase yaitu 0,3% untuk premium, serta 0,1% untuk solar dan pertamax. Komponen biaya penguapan diperhitungkan sebagai berikut. Biaya Penguapan adalah nilai penguapan BBM dikalikan harga jual per liter. Harga jual per liter rata-rata diketahui sebesar Rp.6.000,- (premium), Rp.5.500,- (solar) dan Rp.8.527,- (pertamax), sehingga didapatkan nilai biaya penguapan per liter sebesar Rp. 18,-, Rp. 5,5,- dan Rp. 8,527,-, masing-masing untuk produk premium, solar dan pertamax (Tabel 9). Biaya simpan dalam tangki adalah biaya yang muncul sebagai akibat dari penggunaan tangki pendam persediaan BBM untuk tiap liter produk BBM selama satu hari penyimpanan. Nilai biaya simpan ini ditentukan dari, harga tangki pendam BBM dibagi dengan masa penggunaan tangki pendam yaitu selama dua puluh tahun dan dibagi dengan kapasitas tangki dan dibagi tiga puluh hari. Harga tangki pendam premium untuk kapasitas 75 kl ditentukan adalah Rp. 250 juta, solar dengan kapasitas 30 kl adalah Rp. 100 juta dan untuk pertamax sebesar Rp. 50 juta dengan kapasita 15 kl. Hasil perhitungan menghasilkan bahwa untuk

10 41 setiap liter produk BBM dikenakan biaya simpan sebesar Rp. 0,926,- untuk penyimpanan dalam jangka waktu sehari. Perhitungan penentuan biaya keamanan setiap hari sebagai akibat adanya penjagaan tangki pendam BBM didapatkan dari gaji enam orang pegawai keamanan sebesar Rp ,00 setiap bulan dibagi dengan rata rata lama penyimpanan dalam tangki pendam dan dibagi tiga puluh hari.. Rata-rata lama penyimpanan dalam tangki pendam adalah nilai total kapasitas simpan tangki pendam untuk seluruh produk BBM yaitu 120 kl dibagi dua yaitu 60 kl. Biaya keamanan untuk ketiga produk BBM yang didapatkan dari perhitungan adalah Rp. 1,667,- per liter per hari. Setiap produk BBM mempunyai kapasitas tangki pendam berbeda sehingga biaya keamanan untuk masing masing produk BBM didapatkan dari hasil pembagian antara kapasitas tangki pendam masing masing produk dengan kapasitas tangki pendam seluruh produk BBM kemudian dikalikan dengan nilai biaya keamanan total Rp. 1,667,-. Dari perhitungan didapatkan nilai biaya keamanan masing masing produk BBM dutunjukkan dalam Tabel 9 yaitu Rp. 1,042,- (pemium), Rp. 0,417,- (solar) dan Rp. 0,208,- (pertamax). Salah satu komponen dalam biaya simpan BBM adalah biaya asuransi per hari. Biaya asuransi didapatkan dari perhitungan, lima per mil per tahun dikalikan dengan nilai aset produksi sebesar Rp. 10 Milyar dibagi dengan kapasitas masing-masing tangki produk BBM dan dibagi 360 hari. Tabel 9. menunjukkan bahwa biaya asuransi untuk setiap produk adalah Rp. 1,852,- (pemium), Rp. 4,630,- (solar) dan Rp. 9,259,- (pertamax). Tabel. 9 menunjukkan bahwa total biaya penyimpanan paling tinggi adalah untuk produk premium dan terendah adalah biaya penyimpanan solar. Nilai biaya penyimpanan masing-masing produk yaitu Rp. 21,819,- (premium), Rp. 11,472 (solar) dan Rp. 18,921,- (pertamax). Biaya Kehabisan Persediaan Biaya yang dperhitungkan dalam analisis biaya persediaan BBM adalah biaya kekurangan persediaan. Menurut Baroto (2002), secara umum biaya kehabisan persediaan dapat dihitung dengan dua metode. Pertama, kuantitas yang tidak dapat dipenuhi yang biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan. Kedua, waktu pemenuhan yang dihitung dari

11 42 lamanya gudang kosong sehingga proses produksi berhenti sehingga waktu mengganggur dihitung sebagai keuntungan yang hilang. Data biaya kehabisan persediaan BBM dan komponen biaya kehabisan persediaan untuk masingmasing produk BBM di SPBU XYZ disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Komponen Biaya Kehabisan Perediaan BBM per liter No Biaya Kehabisan Persediaan Premium Solar Pertamax 1 Cek tera mesin Rp. 0,011 0,009 0,018 2 Mesin Rp. 0,278 0,232 0,463 3 Pegawai Rp. 2,000 1,667 3,333 4 Keuntungan yg hilang Rp. 51,250 51, ,000 Jumlah Rp. 53,538 53, ,814 Biaya cek tera mesin pompa BBM merupakan salah satu komponen biaya kehabisan persediaan, karena biaya cek tera mesin pompa akan tetap ada walaupun mesin pompa tidak sedang beroperasi. Biaya cek tera mesin pompa ini dibebankan setiap bulan sekali, yaitu Rp ,- untuk lima buah mesin pompa yang dimiliki oleh SPBU XYZ. Perhitungan biaya cek tera mesin pompa BBM untuk setiap liter masing-masing produk BBM adalah, jumlah mesin pompa di bagi lima,dikalikan dengan Rp ,-, dibagi tiga puluh hari dan dibagi dengan kapasitas simpan tangki rata-rata. Jumlah mesin pompa yaitu tiga buah mesin pompa premium, satu buah mesin pompa solar dan satu buah mesin pompa pertamax. Biaya cek tera yang didapatkan yaitu Rp. 0,011,- (premium), Rp. 0,009 (solar) dan Rp. 0,018,- (pertamax). Biaya operasional mesin pompa BBM akan tetap ada walaupun mesin tidak beroperasi, sehingga biaya mesin pompa termasuk dalam komponen biaya kehabisan persediaan. Harga mesin pompa adalah Rp. 10 juta untuk masa pakai delapan tahun. Perhitungan biaya mesin untuk masing-masing produk BBM adalah jumlah mesin pompa dikali Rp. 10 juta, dibagi delapan tahun,dibagi dengan tiga ratus enam puluh hari dan dikalikan dengan kapasitas rata-rata tangki pendam masing-masing produk BBM. Biaya mesin pompa untuk produk premium yaitu Rp. 0,278,-, Rp. 0,278 untuk biaya mesin solar dan Rp. 0,463,- untuk biaya mesin pertamax.

12 43 Pegawai yang tidak melakukan aktifitas pelayanan selama persedian habis akan dimasukkan ke dalam biaya kehabisan persediaan. Satu mesin pompa ditangani oleh dua orang pegawai dengan uapah seorang pegawai adalah Rp ,- per hari. Jumlah pegawai untuk premium adalah enam orang, solar dan pertamax menggunakan masing-masing dua pegawai. Biaya pegawai dihitung melalui perhitungan, jumlah pegawai masing-masing produk BBM dikalikan Rp ,- dibagi dengan kapasitas rata-rata tangki masing-masing produk BBM. Biaya pegawai untuk produk premium yaitu 2.000,-, solar sebesar Rp. 1,667,- dan pertamax sebesar Rp. 3,333,-. Keuntungan yang hilang yang seharusnya didapatkan oleh SPBU akibat tidak beroperasionalnya pelayanan karena kehabisan persediaan juga termasuk dalam biaya kehabisan persediaan. Keuntungan yang hilang dihitung sebagai berikut, keuntungan penjualan masing-masing produk per liter dikalikan dengan persentase keuntungan yang didapakan dari masing-masing produk. Keuntungan penjualan untuk premium dan solar yaitu Rp. 205,- per liter sedangkan untuk produk pertamax yaitu Rp.350,- per liter. Persentase keuntungan untuk premium dan solar masingm-asing yaitu 25 % dan 50 % untuk pertamax. Total biaya kehabisan persediaan yang paling besar ditunjukkan oleh produk premium yaitu sebesar Rp. 53,538,- per liter. Produk solar biaya kehabisan persediaannya sebesar Rp. 53,157,- per liter dan yang paling rendah adalah biaya kehabisan persediaan pertamax yaitu sebesar Rp. 178,814,- per liter. 4.5 Kondisi Usulan Pengendalian Persediaan Bahan Bakar Premium I. Harapan Pemakaian dalam Masa Pesan (HP) Tenggang waktu pesan premium adalah satu hari, maka harapan pemakaian premium dalam masa tenggang waktu pesan atau HP adalah = ,055 l per hari (Lampiran 6). Nilai ini menunjukkan bahwa selama masa tenggang pesan satu hari akan ada harapan pemakaian atau penjualan premium sebanyak ,055 lt.

13 44 II. Pemesanan optimal (Q) dihitung dengan menggunakan : Bila diasumsikan bahwa (ki-sp)p(ki)= 0 maka : = 2 (20.061, 055) ( ) (21,819) = ,916 lt Nilai Economic Order Quantity (EOQ) sebesar ,916 lt menunjukan bahwa pada jumlah penebusan premium sebesar ,916 l akan didapatkan nilai biaya pesan yang tepat sama dengan biaya simpan dan biaya total persediaan ada pada kondisi minimum. Nilai ini merupakan nilai optimum pemesanan premium dalam setiap kali penebusan. III. Peluang Kehabisan Persediaan P(KP) optimal dihitung berdasarkan : - Harapan pemakaian per hari = , 055 lt - Q optimal = ,916 lt - Biaya penyimpanan (h) = Rp. 21,819 - Biaya kehabisan persediaan (BKP) = Rp.53,538,- Dengan demikian : = (21,819) (23.941,916) (20.061, 0545) (53,538) = 0,4864 P (KP) = 0,4864 Hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang kehabisan persediaan P (KP) premium yang akan memberikan tambahan biaya yang paling minimum adalah pada nilai 0,4864. Pada kurva normal(lampiran 12), nilai P (KP) sebesar 0,4864. Hal ini menunjukkan bahwa nilai z atau faktor keamanan adalah sebesar 2,31.

14 45 Nilai faktor keamanan ini selanjutnya akan digunakan dalam analisis perhitungan persediaan cadangan premium. IV. Persediaan cadangan dihitung berdasarkan : Persediaan Cadangan = Faktor keamanan X σ Faktor keamanan sudah diketahui yaitu sebesar 2,31. Berdasasarkan data perhitungan persediaan cadangan premium pada Lampiran 9, dan dengan menggunakan persamaan nilai rata rata adalah jumlah total permintaan di bagi dengan jumlah hari penjualan, maka _ x Nilai σ didapatkan dari perhitungan = = ,57 lt 335 σ = (Xi X) 2 σ = ( ,24) (335) = 1.708,627 σ = 1.708,627 Bila faktor keamanan adalah 2,31 maka : n Persediaan cadangan = 2,31 X 1.708,627 = 3.946,928 lt V. Saat Pesan Ulang Ekonomis dihitung dengan : Saat Pesan Ulang = Persediaan Cadangan + Harapan Pemakaian Persediaan Saat Pesan = 3.946,928 lt ,055 lt = ,983 lt Berarti saat pesan ulang untuk premium adalah pada saat persediaan premium sebesar ,983 lt. Hasil penggunaan metode pengendalian EOQ probabilistik untuk premium diusulkan bahwa nilai pemesanan persrsediaan optimum setiap kali melakukan

15 46 penebusan adalah pada ,916 lt. Sesuai dengan ketersediaan truk tangki pengangkut BBM, maka nilai jumlah penebusan BBM premium SPBU XYZ adalah sebesar kl. Saat pemesanan ulang BBM SPBU XYZ yang tepat adalah pada saat ketersediaan stok di tangki pendam adalah pada kondisi ketersediaan sebesar ,983 l Bahan Bakar Solar I. Harapan Pemakaian dalam Masa Pesan (HP) Hasil perhitungan nilai harapan pemakaian solar dalam masa tenggang ditunjukkan pada lampiran 7, dengan tenggang waktu pesan adalah sehari. Menunjukkan bahwa nilai harapan pemakaian dalam masa tenggang pesan atau HP adalah 4.784,374 l per hari. Selama masa tenggang pemesanan solar akan ada harapan pemakaian atau penjualan sebesar 4.784,374 lt. II. Pemesanan optimal (Q) dihitung dengan menggunakan : diasumsikan bahwa (ki-sp)p(ki)= 0 maka : = 2 (4.784,3736) ( ) (11,472) = ,681 lt Nilai ini merupakan nilai optimum pemesanan solar dalam setiap kali penebusan. Nilai biaya pesan yang tepat sama dengan biaya simpan dan pada saat biaya total persediaan minimum akan didapatkan pada nilai pemesanan sebesar ,681 lt. III. Peluang Kehabisan Persediaan P (KP) optimal dihitung berdasarkan : - Harapan pemakaian per hari = 4.784,374 lt

16 47 - Q optimal = ,681 lt - Biaya penyimpanan (h) = Rp. 11,472,- - Biaya kehabisan persediaan (BKP) = Rp. 53,157,- Dengan demikian : = (11,472) (10.932,681) (4.784,3736) (53,15704) = 0,4932 Hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang kehabisan persediaan P (KP) solar yang akan memberikan tambahan biaya yang paling minimum adalah pada nilai 0,4932. Nilai kurva normal pada (Lampiran 12) menunjukkan nilai z atau faktor keamanan adalah sebesar 2,47 untuk nilai P(KP) sebesar 0,4932. Selanjutnya nilai faktor keamanan ini akan digunakan dalam analisis perhitungan persediaan cadangan solar. IV. Persediaan cadangan dihitung berdasarkan : Persediaan Cadangan = Faktor keamanan X σ Faktor keamanan sudah diketahui yaitu sebesar 2,47. Berdasarkan data perhitungan persediaan cadangan solar pada Lampiran 10 dan dengan menggunakan persamaan nilai rata rata adalah jumlah total permintaan di bagi dengan jumlah hari penjualan, maka x = = 4.924,73 l 335 Nilai σ didapatkan dari perhitungan : σ = (Xi X) 2 n σ = ( ,28)) = 1.004,959 (335) Bila faktor keamanan adalah 2,47 maka : Persediaan cadangan = 2,47 X 1.004,959 = 2.482,250 lt

17 48 V. Saat Pesan Ulang Ekonomis dihitung dengan : Saat Pesan Ulang = Persediaan Cadangan + Harapan Pemakaian Persediaan Saat Pesan = 2.482,250 lt ,374 lt = 7.266,6234 lt Bearti nilai saat pesan ulang untuk solar adalah pada saat persediaan sebesar 7.266,624 lt. Metode pengendalian EOQ probabilistik untuk produk solar menunjukkan bahwa nilai pemesanan persediaan optimum setiap kali melakukan penebusan adalah pada ,681 lt. Sesuai dengan ketersediaan truk tangki pengangkut BBM, maka nilai jumlah penebusan solar SPBU XYZ yang tersedia adalah pada kapasitas sebesar 8,000 kl. Terjadi selisih kekurangan jumlah pemesanan sebesar 2.932,681 lt akibat terjadinya keterbatasan kapasitas tangki truk pengeriman BBM. Nilai kekurangan ini dapat ditambahkan pada nilai persediaan cadangan solar yaitu 2.482,250 lt ,681 lt sehingga nilai persediaan solar adalah pada nilai 5.414,931 lt. Nilai persediaan cadangan solar ini akan berpengaruh terhadap saat pesan ulang solar yang disarankan metode EOQ probabilistik yaitu pada nilai persediaan stok adalah 5.414,931 lt ,374 lt (harapan pemakaian saat pesan) sehingga didapatkan nilai saat pesan adalah sebesar ,555 lt. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa saat pemesanan ulang solar SPBU XYZ yang tepat adalah pada saat ketersediaan stok solar di tangki pendam sebesar ,555 lt Bahan Bakar Pertamax I. Harapan Pemakaian dalam Masa Pesan (HP) Nilai harapan pemakaian pertamax dalam masa tenggang hasil perhitungan ditunjukkan pada Lampiran 8 dan tenggang waktu pesan adalah sehari. Perhitungan menunjukkan bahwa nilai harapan pemakaian dalam masa tenggang pesan atau HP adalah 526,162 lt per hari. Masa tenggang pesan pertamax selama sehari akan ada harapan pemakaian atau penjualan pertamax sebesar 526,162 lt.

18 49 II. Pemesanan optimal (Q) dihitung dengan menggunakan : Bila diasumsikan bahwa (ki-sp)p(ki)= 0 maka : = 2 (526,1615) ( ) (18,921) = 2.484,338 lt Jumlah pemesanan kebutuhan pertamax yang optimum adalah sebanyak 2.484,338 l setiap kali pemesanan ke Pertamina. Pada nilai pemesanan optimum pertamax yang ditunjukkan oleh nilai Q sebesar 2.484,338 lt, biaya pesan pertamax tepat sama dengan biaya simpan dan biaya total ada pada persediaan minimum. Nilai ini merupakan nilai optimum pemesanan dalam setiap kali penebusan petamax. III. Peluang Kehabisan Persediaan P (KP) dihitung berdasarkan : - Harapan pemakaian per hari = 526,162 lt - Q optimal = 2.484,338 lt - Biaya penyimpanan (h) = Rp. 18,921,- - Biaya kehabisan persediaan (BKP) = Rp. 178,814,- Dengan demikian : = (18,921) (2.484,338) = 0,499 (526,1615) (178,81407) Hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang kehabisan persediaan P (KP) pertamax yang akan memberikan tambahan biaya yang paling minimum adalah pada nilai 0,4996. Nilai kurva normal pada Lampiran 12 menunjukkan nilai z atau faktor keamanan adalah sebesar 3,35 untuk nilai P(KP) sebesar 0,4996. Nilai

19 50 faktor keamanan ini akan digunakan dalam analisis perhitungan persediaan cadangan pertamax. IV. Persediaan cadangan dihitung berdasarkan : Persediaan Cadangan = Faktor keamanan X σ Faktor keamanan sudah diketahui yaitu sebesar 3,35. Berdasasarkan data perhitungan persediaan cadangan pertamax yang ditunjukkan pada lampiran 11, dan dengan menggunakan persamaan nilai rata rata adalah jumlah total permintaan di bagi dengan jumlah hari penjualan, maka _ x Nilai σ didapatkan dari perhitungan σ = (Xi X) 2 = ( ,60) (335) σ = 300,910 n = = 541,60 l 335 Karena faktor keamanan adalah 3,35 maka nilai persediaan cadangan pertamax adalah Persediaan cadangan = 3,35 X 300,910 = 1.008,049 lt Nilai persediaan cadangan pertamax yang didapatkan dari persamaan analisis diatas didapatkan nilai persediaan cadangan sebesar 1.008,049 lt. V. Saat Pesan Ulang Ekonomis Saat Pesan Ulang = Persediaan Cadangan + Harapan Pemakaian Persediaan Saat Pesan = 1.008,0489 lt + 526,162 lt = 1.534,210 lt Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai saat pesan ulang untuk pertamax adalah pada saat persediaan berada pada nilai 1.534,210 lt. Pemesanan penebusan pertamax yang optimum dapat dilakukan pada saat nilai stok persediaan pertamax adalah lt.

20 51 Hasil keseluruhan penggunaan metode pengendalian EOQ probabilistik untuk produk BBM pertamax diusulkan bahwa nilai pemesanan persediaan optimum setiap kali melakukan penebusan adalah pada 2.484,338 lt. Ketersediaan truk tangki pengangkut BBM terendah pada kapasitas lt, sehingga terjadi kelebihan jumlah pemesanan sebesar lt setiap kali penebusan pertamax. Kelebihan pemesanan ini akan berakibat pada tambahan biaya simpan persediaan pertamax. Biaya simpan persediaan untuk produk pertamax diketahui adalah Rp. 18,921 per liter, sehingga setiap kali penebusan pertamax SPBU XYZ akan mengalami tambahan biaya simpan sebesar Rp. 18,921 dikalikan lt yaitu sebesar Rp ,841,-. Tambahan biaya ini merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh SPBU XYZ yang disebabkan karena keterbatasan pada kapasitas angkut truk tangki BBM Pertamina.

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah 32 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis dan metode digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah CV. Tani Jaya Perkasa yang beralamat di Dusun Gebangan RT 02 RW 02 Kelurahan Putat, Kecamatan Purwodadi, Kaubapten

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

ORDER QUAANTITY (EOQ).

ORDER QUAANTITY (EOQ). JIMT Vol. 13 No. 2 Desember 2016 (Hal 25-34) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X ANALISIS DAN OPTIMALISASI PERSEDIAAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK PADA PT. KUTILANG PAKSI MAS DENGAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. kerja praktek di SPBU Rancah, penulis ditempatkan di Administrasi

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. kerja praktek di SPBU Rancah, penulis ditempatkan di Administrasi BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa penulis melaksanakan kerja praktek di SPBU 34.46.312 Rancah,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA

SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA Nama : Gaha Abipraya NPM : 22209090 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sundari, SE, MM LATAR BELAKANG Pada jaman

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO)

Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO) Keterangan Flowchart : Sistem Penerimaan PT. Kimia Sukses Selalu dimulai dari datangnya Purchase Order (PO) dari pelanggan ke perusahaan yang diterima oleh Customer Sales Representative (CSR) perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik bihun jagung PT. Subafood Pangan Jaya yang beralamat di Jalan Raya Legok Km. 6 Komplek Doson, Desa Cijantra,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pengolahan data, maka diperoleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pengolahan data, maka diperoleh 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pengolahan data, maka diperoleh beberapa kesimpulan: 1. Kegiatan pemasaran Pertamax dan Pertamax Plus dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA BIAYA BAHAN Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA Permasalahan Bahan Keterlambatan bahan akan mempengaruhi kelancaran produksi, sedangkan persediaan bahan yang berlebihan berarti pemborosan modal kerja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO (Company Operation Company), DODO (Dealer Operation Dealer Owner), dan CODO (Company Owned Dealer Operated).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian

BAB II STUDI PUSTAKA. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian BAB II STUDI PUSTAKA Bab ini membahas beberapa literatur yang terkait dengan penelitian. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian kedua membahas penelitian-penelitian

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang teknologi informasi mengakibatkan pengolahan data transaksi dapat dilakukan dengan cepat

Lebih terperinci

kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal

kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal kewirausahaan tentang bagaimana menilai kebutuhan usaha dan cara memperoleh modal A. Cara Menilai Kebutuhan Usaha 1. Pengertian Kebutuhan Usaha Pendirian suatu usaha berkaitan erat dengan penyediaan segala

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM. sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan

BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM. sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM 3.1 Organisasi Perusahaan Bentuk organisasi pada SPBU No. 34.45.222 merupakan organisasi yang sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang dikumpulkan berupa

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL dan ANALISIS PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL dan ANALISIS PEMBAHASAN 48 BAB 4 HASIL dan ANALISIS PEMBAHASAN 4.1 Data Data Supply Chain Management Pada PT. Indomitra Sarana Utama Pada subbab ini akan dibahas kondisi-kondisi SCM (Supply Chain Management) yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang akan dikemukakan merupakan jawaban atas identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan usulan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kriteria kualitas yang menjadi harapan konsumen terhadap SPBU

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN MOBIL PANSER MENGGUNAKAN METODE MULTI ITEM SINGLE SUPPLIER DI PT.

RANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN MOBIL PANSER MENGGUNAKAN METODE MULTI ITEM SINGLE SUPPLIER DI PT. RANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN MOBIL PANSER MENGGUNAKAN METODE MULTI ITEM SINGLE SUPPLIER DI PT. PINDAD (PERSERO) Fifi Herni Mustofa 1*, Arie Desrianty 2, Verina R. Pertiwi 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rantai pasok Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kumpulan proses bisnis kompleks, tersebar mulai dari penyedia minyak, pengolahan minyak, pengangkutan minyak, pengecer

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data aktual konsumsi bahan bakar minyak solar oleh alat-alat berat dan produksi yang dipergunakan PT. Pamapersada Nusantara adalah data konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN A. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari jumlahnya biasanya persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal

Lebih terperinci

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu Saintia Matematika Vol. 1, No. 2 (2013), pp. 151 160. ANALISIS PERSEDIAAN DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK X Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PUTRATUNGGAL ANEKA didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam BAB I PEMBAHASAN I.1 Survey Pendahuluan PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjualan merupakan kegiatan yang mempengaruhi jumlah persediaan, maka pengendalian jumlah persediaan harus diperhatikan. Jumlah persediaan yang terlalu besar ataupun

Lebih terperinci

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang minuman ringan. Produk yang dihasilkan oleh PT X adalah teh, kopi, gula asam, dan minuman rasa buah. Berdasarkan hasil wawancara, masalah

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengusian Bahan Bakar (SPBU)

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian tujuan perusahaan yakni untuk memperoleh untung (profit) yang besar dengan biaya yang sedikit, perusahaan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Home Industry Fanny Bakery Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Home Industry Fanny Bakery Salatiga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Home Industry Fanny Bakery Salatiga Home Industry Fanny Bakery Salatiga adalah usaha milik pribadi merupakan usaha kecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Bahan baku merupakan salah satu input pada suatu proses produksi yang mempunyai peranan penting, baik perannya sebagai bahan baku utama, maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran langkah-langkah secara sistematis yang dilakukan peneliti dari awal hingga akhir penelitian, sehingga pelaksanaan penelitian menjadi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci