BAB II STUDI PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 UMUM Masalah yang dihadapi oleh perusahaan jasa angkutan adalah merencanakan dan menentukan rute yang optimal untuk dioperasikan didalam wilayah kajian. Wilayah kajian dapat dikarakteristikkan sebagai pusat kegiatan yang berbeda-beda. Tiap pusat kegiatan mempunyai karakteristik dan jenis kegiatan masing-masing, sehingga karakteristik tersebut menentukan tingkat pergerakan antar pusat kegiatan. Perusahaan jasa angkutan harus memutuskan pusat-pusat kegiatan yang perlu dihubungkan dan dilayani sehingga rute optimal terbentuk sesuai dengan tujuannya serta dengan mempertimbangkan batasan yang ada. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dapat disederhanakan dengan menggunakan model jaringan. Bab ini memperkenalkan secara umum tinjauan pustaka tentang masalah perencanaan jaringan rute. Peranan penentuan jaringan rute yang optimal akan mempengaruhi pada proses selanjutnya seperti pengaturan frekuensi, kendaraan, dan kru. Dari paragraf sebelumnya maka komponen penting dari perencanaan jaringan rute adalah memodelkan jaringan rute, membuat formulasi matematika dari tujuan dan batasan (fungsi objektif dan constraint), teknik/metoda dalam menyelesaikannya, dan waktu perhitungan. Model jaringan dapat direpresentasikan dengan teori graph, yang akan dijelaskan pada subbab selanjutnya. Formulasi matematika dari masalah adalah mencari nilai minimal atau maksimal pada suatu fungsi untuk pihak pengguna dan atau operator. Dengan formulasi matematika fungsi tujuan yang akan dicapai maka dapat diselesaikan dengan metoda yang tepat, efisien, dan efektif sehingga didapatkan hasil terbaik. II-1

2 2.2 MODEL JARINGAN RUTE Dalam menyelesaikan masalah jaringan, dapat direpresentasikan dengan teori graph (Barnhart, 2003). Dijelaskan bahwa didalam graph, terdiri dari node node yang dihubungkan dengan links atau arcs. Biasanya graph digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (melambangkan node) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan link). Suatu graph (G) dapat dinyatakan sebagai G = (N, A). Graph G terdiri atas himpunan N dan himpunan A. Himpunan N terdiri dari sekumpulan node pada graph tersebut, N = {1, 2,..., n} dan dalam jaringan dapat direpresentasikan sebagai lokasi, orang atau mesin, kegiatan, dan lain-lain. Himpunan A terdiri dari sekumpulan links/arcs pada graph tersebut, A = {a 1, a 2,..., a m } yang mana masing-masing links menghubungkan 2 node. Dalam graph dapat dikategorikan menjadi dua yaitu undirected graph dan directed graph. Directed graph adalah graph yang mempunyai link berarah, contohnya seperti pada Gambar 2.1 (a) arc a 21 yang berarti dari node 2 ke node 1. Undirected graph adalah graph yang linknya tidak mempunyai arah, contohnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 (b) untuk arc a12 yang berarti hanya menghubungkan node 1 dan 2 dan tidak mempermasalahkan arah (a) (b) Gambar 2.1 Contoh dari jenis graph, (a). Directed graph, (b). Undirected graph Sumber: II-2

3 Sebuah graph bisa dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap link. Graph berbobot dapat digunakan untuk melambangkan banyak konsep berbeda. Node dan link yang disajikan pada Gambar 2.2 menggambarkan suatu spesifik nilai atau nama, seperti biaya, lokasi, kapasitas, durasi waktu, jarak perjalanan, nilai supply, dan nilai demand dapat digunakan dalam pembobotan/penamaan. Gambar 2.2 Penamaan pada graph Sumber: Sebagai contoh definisi dari graph dan jaringan pada Gambar 2.3 adalah : N = {1,2,3,4,5} dan A = {(1,2),(2,4),(2,5),(3,5),(4,5),(4,2),(5,4)} Dalam himpunan link untuk directed graph, urutan pasangan node menentukan arah dari link tersebut. Sedangkan sebagai contoh, informasi tambahan dapat didefinisikan dan dinotasikan yaitu: b(i) merepresentasikan supply dan demand di tiap-tiap node i uij merepresentasikan kapasitas dari tiap-tiap arc ij l ij merepresentasikan batas bawah arus untuk tiap-tiap arc ij c ij merepresentasikan biaya dari tiap-tiap arc ij II-3

4 b(1) (c 12, u 12 ) b(2) (c 24, u 24 ) 1 2 b(4) (c 42, u 42 ) 4 (c 25, u 25 ) b(3) (c 54, u 54 ) 3 (c 45, u 45 ) (c 35, u 35 ) 5 b(5) Gambar 2.3 Contoh jaringan dalam graph Sumber: (Barnhart, 2003) Model jaringan dalam bentuk graph banyak diaplikasikan pada berbagai bidang (Barnhart, 2003), yaitu: Jaringan Transportasi Jaringan Komunikasi Jaringan Elektronika Chips Microcomputer Penempatan Staf Job-Shop atau Program Flow Penjadwalan pada Konstruksi, dan lain-lain. Dalam bidang-bidang tersebut mempunyai permasalahan dan tujuan yang berbeda, tetapi mempunyai prinsip dan konsep penyelesaian yang sama. Berikut ini adalah macam-macam permasalahan yang relevan dengan teori graph beserta penjelasannya: II-4

5 1. Jaringan Alir Dari penjelasan tentang graph dan jaringan diatas, maka pada jaringan alir terdapat directed graph G = (N, A) yang mana tiap arc berasosiasi dengan kapasitas uij, dengan node s sebagai asal dan node t sebagai tujuan. Aliran (s, t) adalah sekumpulan arc yang mempunyai nilai x ij, dimana (i, j) A sehingga 0 x ij u ij untuk tiap arc (i, j). Dalam jaringan alir, dibagi menjadi dua permasalahan yaitu: Masalah Arus Maksimum Pada permasalahan ini, mempunyai tujuan yaitu mencari aliran yang feasible dengan mengirimkan muatan maksimal dari node s (asal) ke node t (tujuan). Contoh aplikasinya adalah uji kelayakan transportasi dalam menentukan jalur untuk memindahkan barang dari asal ke tujuan pada jaringan rute dengan kapasitas yang terbatas. Dan masalah assignment (evakuasi bangunan), yaitu menentukan bagaimana mengeluarkan orang dari bangunan dalam periode waktu tertentu. Masalah Minimasi Biaya Untuk minimasi biaya bertujuan menentukan pergerakan dari suatu komoditas dalam jaringan dengan biaya yang minimum sehingga permintaan dan supply pada sekumpulan node terpenuhi. Contoh aplikasinya adalah mendistribusikan suatu produk dari pabrik ke gudang dan menentukan rute kendaraan pada jaringan jalan. 2. Masalah Shortest Path Permasalahan ini mempunyai tujuan yaitu mencari rute yang mempunyai biaya atau jarak minimum antara node asal dan node tujuan, dan mengasumsikan biaya atau jarak berasosiasi pada arc (i, j). Terdapat jaringan G = (N, A) yang mana tiap-tiap arc (i, j) berasosiasi dengan panjang c ij dan menghubungkan antara node s (asal) dan t (tujuan). Contoh dari aplikasi permasalahan ini adalah: 1) perutean kendaraan yaitu menentukan rute terpendek atau tercepat dari suatu armada, 2) II-5

6 VLSI wiring yaitu mencari tundaan yang minimum dari suatu hubungan untuk modul pada microchip, 3) penjadwalan proyek, 4) manajemen aliran keuangan, 5) perutean pesan dalam sistem komunikasi. 3. Masalah Minimum Spanning Tree Pada permasalahan ini mempunyai tujuan untuk meminimalkan biaya dari suatu jaringan graph undirected G = (N, A) yang mana tiap-tiap arc (i, j) berasosiasi dengan biaya, cij. Aplikasi dari permasalahan ini adalah dalam sistem elektronika yaitu menghubungkan panel/modul elektronika sehingga didapat biaya yang minimal. 4. Masalah Assignment Yaitu bertujuan untuk memasangkan antara node-node, N 1 tepat dengan 1 nodenode, N 2 sehingga didapat biaya yang minimal. Aplikasi: menugaskan orang untuk suatu pekerjaan, muatan barang ke kendaraan, pekerjaan ke mesin, dan lain-lain. 5. Masalah Circulation Masalah ini bertujuan untuk mencari feasible flow dengan kondisi batas bawah dan batas atas yang ditentukan oleh aliran xij. Sehingga semua aliran berputar didalam jaringan, sampai ditemukan sirkulasi dengan biaya yang minimum. Contoh aplikasi dari permasalahan ini adalah merencanakan jadwal rute dari maskapai penerbangan komersial yang ingin melayani antara kota i dan j sehingga node tersebut akan merepresentasikan kombinasi antara lokasi dan waktu per hari. 6. Masalah Multicommodity Flow Tujuan dari permasalahan ini adalah mengalokasikan komoditas yang berbeda pada arc yang sama sehingga didapatkan biaya total yang minimal. Contoh aplikasi dari permasalahan ini adalah mendistribusikan dua barang produksi yang berbeda pada pabrik yang sama ke sejumlah gudang atau konsumen. II-6

7 Untuk lebih memahami konsep graph pada jaringan, maka berikut ini adalah contoh penerapan graph pada permasalahan minimasi biaya: Perusahaan A melayani 4 pelanggan dari 3 gudang. Operasional tersebut membutuhkan biaya $cij untuk mengirim barang dari gudang i ke pelanggan j. Pengiriman dari pabrik P ke gudang tidak membutuhkan biaya. Pengiriman barang dari gudang ke pelanggan dilakukan dengan menggunakan truk. Perusahaan A tidak boleh mengirim lebih dari 100 unit barang dari tiap-tiap gudang ke tiap pelanggan. Pada wilayah tersebut ada sejumlah demand, D j barang dari tiap-tiap pelanggan j. Perusahaan A ingin menentukan berapa banyak barang yang harus disimpan ditiap-tiap gudang dan berapa banyak barang yang dikirim dari gudang ke masing-masing pelanggan sehingga biaya dapat diminimalkan. Untuk memodelkan permasalahan tersebut, maka ditentukan notasi yang akan dipakai, yaitu: G = (N, A): jaringan directed graph yang didefinisikan sebagai berikut N adalah sekumpulan node dan A sekumpulan arc yang berarah. N = {W1, W2, W3, A, B, C, D} dan A = {(W1, A), (W1, B),..., (i, j)} c ij : biaya per unit barang pada arus arc (i, j) A. u ij : kapasitas, muatan maksimal pada arus arc (i, j) l ij : batas bawah, muatan minimal pada arus arc (i, j) b(i): supply atau demand pada node i N jika b(i) > 0 => node i adalah node supply jika b(i) < 0 => node i adalah node demand jika b(i) = 0 => node i adalah node perpindahan xij: variabel penentu, merepresentasikan kuantitas arus pada arc (i, j) A II-7

8 Setelah penotasian diatas, maka tahap selanjutnya diterapkan pada konsep graph seperti yang disajikan pada Gambar 2.4. b(i) W 1 (c ij, l ij, u ij ) A D a =100 S=400 P W 2 B D b =50 C D c =80 W 3 D D d =170 Gambar 2.4 Contoh graph pada masalah minimasi biaya Sumber: (Barnhart, 2003) Sedangkan data yang menunjang perumusan masalah disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Data Biaya pada arc (i, j) Kasus Minimasi Biaya Sumber: (Barnhart, 2003) C ij A B C D W W W Dari permasalahan yang dimodelkan dengan graph diatas, kemudian dapat dirumuskan model optimasi (fungsi objektif dan constraint) sehingga pemilihan metoda beragam bentuknya, dapat kearah metoda algoritma maupun penyelesaian secara linear. Untuk permasalahan diatas dapat digunakan metoda linear. Untuk lebih memahami rumusan matematik model optimasi, maka berikut ini adalah fungsi objektif dan batasan pada persamaan (2.1), (2.2), dan (2.3) untuk permasalahan minimasi biaya diatas: Variabel penentu, xij = arus pada tiap arc II-8

9 Fungsi objektif, Min c ij x ( i, j ) A ij (2.1) Dengan batasan ij ij { f :( i, j ) A } x 0 x x ji { f :( j, i ) A } b, i N i (2.2) x ij u, ( i, j) A ij (2.3) Maka dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa telah banyak orang mengembangkan teori graph untuk membantu dalam menyelesaikan masalah jaringan. Yang membedakan dari masing-masing permasalahan tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu pihak dan batasan atau kondisi yang ada maupun ditentukan. Dalam proses menyelesaikan permasalahan tersebut tujuan dan batasan tersebut dapat dirumuskan secara matematika, yang biasa (dalam Sistem Rekayasa) disebut model optimasi berupa fungsi objektif dan constraint. Berkaitan dengan masalah transportasi, khususnya masalah perutean moda transportasi maka setelah tahap memodelkan jaringan dengan teori graph dilanjutkan dengan perumusan matematik fungsi objektif dan constraint. 2.3 RUMUSAN MODEL OPTIMASI Dalam merumuskan suatu model optimasi, terdiri dari dua komponen yaitu tujuan (objective) dan batasan/kendala (constraint) yang keduanya merupakan fungsi dari variabel penentu (decission variabel). Untuk itu akan dibahas lebih lanjut pada paragraf dibawah ini (Natakusumah, 2004): Tujuan Dalam merumuskan suatu model optimasi, maka harus ditentukan tujuan yang akan dicapai. Tujuan dalam perumusan model optimasi dikenal sebagai fungsi tujuan/objektif. Contohnya dalam bidang teknik secara umum, tujuan ini dapat berupa: II-9

10 Meminimasi biaya investasi pipa pada jaringan pipa dan elektronika Memaksimalkan pendapatan bus pada jaringan jalan, dan lain-lain Batasan Penyelesaian suatu model optimasi umumnya mempunyai banyak alternatif penyelesaian dan setiap penyelesaian tersebut harus bersifat layak (feasible). Layak disini berarti masih berada dalam batas. Diantara berbagai penyelesaian yang layak tersebut, maka dapat dipilih yang optimal. Batasan dalam perumusan model optimasi biasanya berupa fungsi persamaan/pertidaksamaan. Batasan tersebut dapat berupa: a) Persediaan sumberdaya yang terbatas Selama semua sumberdaya dalam suatu sistem itu tersedia dalam jumlah yang tak terbatas, maka tak perlu dilakukan analisa optimasi untuk sistem tersebut. Analisa optimasi hanya dilakukan apabila pada sistem tersebut terdapat satu atau lebih sumberdaya yang mempunyai persediaan terbatas. b) Kebutuhan minimum yang harus dipenuhi Dalam setiap sistim yang menyangkut sumber-kebutuhan, maka akan ada kebutuhan-kebutuhan tertentu yang mempunyai batas minimum yang harus dipenuhi. Selama kebutuhan-kebutuhan minimum tersebut dapat dipenuhi, berarti ada penyelesaian layak (feasible). c) Persaingan berbagai tujuan Berbagai tujuan dapat bersaing dalam memakai suatu sumber daya tertentu. Sebagai contoh bisa disebutkan bahwa dalam penentuan rute kendaraan dapat bersaing antara tujuan mendapatkan keuntungan secara materi dan melayani kebutuhan pergerakan masyarakat dalam memanfaatkan sarana (kendaraan) dan prasarana yang tersedia Rumusan Matematik Model Optimasi Dari komponen-komponen model optimasi yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan model optimasi pada persamaan (2.4) sebagai berikut: II-10

11 Opt z( x) f ( x) atau Min z( x) f ( x) Max z( x) f ( x) (2.4) terhadap variabel penentu x = (x 1, x 2, x 3,,x m ) pembatas gi(x) ( ) 0, i = 1,2,3,, m batasan dengan pertidaksamaan hj(x) = 0, j = 1,2,3,, n batasan dengan persamaan Dengan beberapa keterangan tambahan yaitu: 1. Optimasi dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut Min z(x) = f(x) Max z(x) = f(x) Minimumkan Fungsi Tujuan, atau Maksimumkan Fungsi Tujuan 2. Fungsi z(x) disebut fungsi objektif yang menunjukkan performansi sistem jika diberi sejumlah harga variabel tertentu. 3. Variabel x = (x1,x2,,xm) T disebut variabel penentu yang dicari sehingga didapatkan harga z(x) yang optimum. 4. Constraint gi(x) dan hj(x) menunjukkan sejumlah kondisi tertentu yang harus dipenuhi oleh variabel penentu. Berikut adalah contoh bagaimana suatu model optimasi dirumuskan pada kasus distribusi barang seperti pada gambar dibawah. Suatu perusahaan ingin mendistribusikan contoh barang kepada konsumen sebagai tester. Untuk meminimalkan biaya dari pendistribusian, maka diputuskan menggunakan jaringan suplai eksisting. Tujuan selanjutnya adalah meminimalkan jarak tempuh dari masing-masing barang. Jaringan eksisting tersebut direpresentasikan dengan graph yang terdiri dari sekumpulan node, N. Definisikan [N] = n, sehingga contoh barang diantarkan ke masing-masing n-1 kota dalam II-11

12 jaringan disribusi. Untuk menggambarkan hubungan antar node direpresentasikan dengan arcs, A, dan waktu tempuh terdapat disepanjang hubungan tersebut, yang dimulai pada node i dan menghubungkan ke node j, dengan notasi Tij. Jika node 0 sebagai pusat pendistribusian barang, bagaimana rumusan dari masalah diatas agar contoh barang tersebut didistribusikan sejumlah satu pada tiap-tiap tujuan. 1 D=1 S=3 0 2 D=1 S=supply D=demand 3 D=1 Gambar 2.5 Contoh graph pada masalah distribusi barang 1. Perumusan Tujuan Tujuan dalam model optimasi dikenal sebagai fungsi tujuan (objective function). Dalam persoalan diatas terdapat berbagai kemungkinan mengenai fungsi tujuan yang ingin dicari, tetapi untuk contoh kasus dipakai fungsi tujuan meminimumkan biaya. 2. Variabel Penentu Variabel penentu adalah variabel yang nilainya secara langsung akan menentukan nilai dari fungsi tujuan. Dalam persoalan diatas terdapat variabel penentu yaitu x ij = aliran pada tiap arc. 3. Batasan Dalam persoalan diatas terdapat berbagai faktor yang membatasi yaitu kapasitas maksimum dan minimum serta harus mengantarkan hanya satu barang ke masing-masing tujuan. II-12

13 Sehingga dapat dirumuskan model optimasinya pada persamaan (2.5), (2.6), dan (2.7), beserta dengan data yang dibutuhkan di Tabel 2.2. Tabel 2.2 Data Biaya pada arc (i, j) Kasus Distribusi Barang Node\T ij Fungsi Objektif, Min T ij x ( i, j) A ij (2.5) Min (16x x x x x x x x32) (2.6) Subject to ij ij { f :( i, j ) A } x 0 x x ji { f :( j, i ) A } b, i N i (2.7) -1x 01-1x 02-1x 03 = -3 1x 01-1x 12-1x 13 +1x x 31 = 1 1x02 + 1x12-1x21-1x23 + 1x32 = 1 1x03 + 1x13 +1x23-1x21-1x32 = 1 x 01, x 02, x 03, x 12, x 13, x 21, x 23, x 31, x 32 0 Setelah perumusan model optimasi pada dicontoh diatas, maka dapat diselesaikan dengan metoda yang sesuai, salah satunya adalah metoda linear. Fungsi objektif dan batasan berbeda untuk masalah-masalah yang ada dari berbagai penelitian yang orang lakukan. Begitu juga untuk mencari nilai parameter sistem yang paling optimal digunakan berbagai metoda optimasi yang berbeda seperti linear programming, non-linear programming, dynamic programming, metoda heuristik maupun metaheuristik, dan lain-lain. Oleh karena itu, akan dibahas lebih lanjut II-13

14 mengenai model optimasi dan metoda yang digunakan oleh orang lain dalam menyelesaikan permasalahan, khususnya masalah penentuan rute pada subbab selanjutnya. 2.4 DASAR PENDEKATAN METODA Banyak metoda telah dikembangkan untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan optimasi. Untuk itu perlu dikelompokkan dengan baik metoda-metoda tersebut agar sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi (Natakusumah, 2004). Berikut adalah pengelompokkan model optimasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi, yaitu: 1. Model Optimasi Deterministik : Model optimasi dimana persoalan atau sistem yang perilakunya tidak mengandung unsur probabilitas atau ketidak pastian. 2. Model Optimasi Stokastik : Model optimasi dimana persoalan atau sistem yang perilakunya mengandung unsur probabilitas atau ketidak pastian. Dengan permasalahan yang direpresentasikan dengan model optimasi diatas pada Gambar 2.6, maka selanjutnya adalah bagaimana menyelesaikan dengan menggunakan metoda yang tepat. Untuk itu dalam menyelesaikannya dapat digunakan dua pendekatan metoda, yaitu: 1. Pendekatan Metoda Analitik Metoda ini menggunakan dasar teori matematika dan memberikan hasil eksak namun hanya dapat digunakan untuk masalah optimasi yang sederhana saja karena pada beberapa masalah yang lebih kompleks pengolahan matematikanya sangat tidak sederhana. 2. Pendekatan Metoda Numerik Metoda optimasi numerik berkembang sejak ditemukannya komputer sebagai alat bantu hitung. Dalam metoda ini nilai yang akan dicari didekati dengan cara iterasi dan proses iterasi dihentikan apabila nilai yang dicari sudah cukup dekat dengan titik optimal yang sesungguhnya. II-14

15 Sehingga dari penjelasan diatas dapat diilustrasikan pada Gambar 2.7 menjadi sebagai berikut: Permasalahan Penyelesaian Metoda Analitik Model Optimasi Deterministik Metoda Numerik Model Optimasi Metoda Analitik Model Optimasi Stokastik Metoda Numerik Gambar 2.6 Bagan pengelompokkan model optimasi Linear Programming Pendekatan Metoda Pendekatan Metoda Analitik Integer Programming Non-Linear Programming Pendekatan Metoda Numerik Combinatorial Programming Heuristik Programming Gambar 2.7 Bagan pengelompokkan pendekatan metoda II-15

16 Sumber: Dari bagan diatas akan dijelaskan beserta penerapan metoda pada permasalahan oleh orang lain, yaitu sebagai berikut: Pendekatan Metoda Analitik Beberapa contoh dari metoda analitik akan dijelaskan sebagai berikut: a) Linear Programming Mempelajari permasalahan yang fungsi objektifnya adalah linear dan sekumpulan solusi yang menggunakan persamaan dan pertidaksamaan linear. Dalam program linear dimana fungsi objektif yang akan dioptimasi adalah linear dan semua variabel harus mempunyai hubungan linear. Dalam merumuskan permasalahan sebagai program linear, maka harus dilakukan pengecekan seperti kondisi dibawah ini: a. Fungsi objektif harus linear. Periksa juga apakah semua variabel mempunyai pangkat 1 dan merupakan penambahan atau pengurangan (bukan pembagian atau perkalian). b. Tujuan harus merupakan maksimasi atau minimasi dari fungsi linear. c. Constraint yang ada harus mempunyai hubungan linear. Selain itu, harus diikuti dengan bentuk persamaan atau pertidaksamaan. d. Kepastian (certainty), koefisien dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala dapat diketahui dengan pasti dan tidak berubah. (Barnhart, 2003) dengan metoda linear perusahaan jasa angkutan ingin menentukan performansi dari pelayanannya. Perusahaan tersebut mempunyai 4 jenis moda berbeda dengan data jumlah penumpang dan biaya operasional per trip. Fungsi objektif yang diminta adalah memaksimumkan jumlah penumpang (Um) dengan rumusan Um1*X1+ Um2*X Umn*Xn dan variabel penentu, X n = jumlah trip dengan moda n, serta batasan anggaran biaya harian (Rp.5000,-) II-16

17 dan rumusan biaya (c n ): c 1 *X 1 +c 2 *X c n *X n. Sehingga bisa digeneralisasikan sebagai berikut: M = sekumpulan moda ri = rata-rata penumpang per trip untuk moda i c i = rata-rata biaya per trip untuk moda i Fungsi objektif maksimalkan ( r X i Subject to i M i ) (2.8) i M c i X i 5000 X i R +, i M (2.9) b) Integer Programming Mempelajari program linear dari beberapa atau semua variabel yang mempunyai constraint berupa nilai integer Pendekatan Metoda Numerik Metoda numerik ini disajikan dalam bentuk algoritma-algoritma yang dapat dihitung secara cepat dan mudah. Pendekatan yang digunakan dalam metoda numerik merupakan pendekatan analisis matematis. Sehingga dasar pemikirannya tidak keluar jauh dari dasar pemikiran analitis, hanya saja teknik perhitungan yang mudah merupakan pertimbangan dalam pemakaian metoda numerik. Mengingat bahwa algoritma yang dikembangkan dalam metoda numerik adalah algoritma pendekatan maka dalam algoritma tersebut akan muncul istilah iterasi yaitu pengulangan proses perhitungan. Dengan kata lain perhitungan dalam metoda numerik adalah perhitungan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk terus-menerus diperoleh hasil yang makin mendekati nilai penyelesaian eksak. Perhatikan salah bentuk formulasi pada persamaan (2.10) dibawah dalam metoda numerik adalah: x n = x n-1 + x n-1 (2.10) II-17

18 Terlihat bahwa hasil iterasi ke-n adalah hasil iterasi ke n - 1 (sebelumnya) dengan ditambah x n-1 yang merupakan nilai perbaikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak iterasi yang digunakan, maka nilainya semakin mendekati nilai eksak atau semakin baik hasil yang diperoleh. Persoalan-persoalan yang biasa diangkat dalam metoda numerik adalah persoalanpersoalan matematis yang penyelesaiannya sulit didapatkan dengan menggunakan metoda analitik, antara lain: Menyelesaikan persamaan non linier Menyelesaikan persamaan simultan atau multi-variabel Menyelesaikan differensial dan integral Interpolasi dan Regresi Masalah multi variabel untuk menentukan nilai optimal Berikut merupakan beberapa metoda penyelesaian dengan pendekatan numerik: a) Non-Linear Programming Mempelajari kasus umum dengan fungsi objektif dan constraint atau keduanya yang mengandung unsur non-linear. b) Combinatorial Programming Metoda yang menitikberatkan pada masalah dimana sekumpulan solusi yang feasible merupakan masalah diskrit. c) Heuristic Programming Dalam ilmu komputer, algoritma heuristik atau heuristik sederhana adalah algoritma yang menelusuri solusi optimal dengan keunggulan dari sisi waktu pengerjaan. (Dhingra, 1980) mengemukakan pendekatan heuristik untuk menghasilkan jaringan rute angkutan dimana rute terpendek dihasilkan dengan menggunakan II-18

19 minimum path algorithm. Kriteria untuk mengevaluasi alternatif rute termasuk memaksimalkan kilometer penumpang yang beroperasi, rata-rata kepadatan pada jalur dan memaksimasikan koefisien kegunaan rute melebihi dari berbagai alternatif rute. (Mandl, 1984) menggunakan algoritma heuristik untuk menemukan rute yang optimal pada sekumpulan rute yang layak dan mengurangi rata-rata biaya yang digunakan pada rute. Rute yang baru ini dibandingkan dengan rute yang lama berdasarkan performansinya dan jika lebih baik maka diterima dan prosedur pencarian dilakukan sampai perbaikan yang baru didapatkan. (Sandeep Seshan Iyer, 2003) pada penelitian ini, algoritma heuristik ini dikembangkan untuk menelusuri dan mengidentifikasi tindakan yang dipilih dalam masalah desain rute bus. Metoda pencarian mengevaluasi tiap segmen selanjutnya yang ditambahkan ke rute dalam konteks dimana nilai dari segmen tersebut dan juga nilai keputusan nanti serta peluang untuk segmen selanjutnya, yang dinamakan forward searching heuristik. Total keseluruhan aksesbilitas maksimal dari sistem adalah dihitung menggunakan jaringan minimum path antara tiap pasangan node dan menambahkan aksesbilitas dari semua segmen rute. Kualitas dari mendesain jaringan adalah didapatkan dari membandingkan bagian dari manfaat total yang didapatkan dari heuristik dengan bagian dari biaya yang diadakan dengan jaringan minimum path yang dikenakan. (Indra Pertiwi, 2005) dalam permasalahan mengefisienkan operasional adalah dengan membentuk satu himpunan rute yang lebih efisien dan menugaskan kapal pada rute yang tepat. Penentuan rute dan penugasan kapal dipecahkan dengan pendekatan set covering heuristik. Pendekatan ini terdiri atas dua tahap yaitu pertama, pembangkitan rute dan penugasan kapal yang layak untuk setiap kapal dan kedua, memilih rute dan penugasan kapal yang terbaik. Kriteria performansi pada penelitian ini adalah meminimalkan total biaya perjalanan. Solusi yang diperoleh dari pendekatan yang dihasilkan adalah total biaya perjalanan yang lebih kecil dibandingkan keadaan eksisting. II-19

20 Baru-baru ini perkembangan dalam desain jaringan terlihat seperti teknik evolusi yaitu algoritma genetika, Artificial Neural Networks, dan Artificial Intelligence berdasarkan pendekatan. Pendekatan ini akan didiskusikan dengan detail dibawah ini dan sejumlah makalah dan penelitian akan diulas untuk menjelaskan bagaimana masalah perutean telah berkembang seiring dengan waktu. Algoritma genetika (Dhingra, 1980) adalah algoritma pencarian yang mana bekerja dengan memulai dari populasi awal yang merepresentasikan solusi-solusi dari masalah. Tiap solusi didalam populasi disebut kromosom, dan telah berasosiasi dengan suatu nilai disebut fungsi fitness yang berkontribusi menghasilkan populasi baru dengan bantuan operator genetika (dinamakan seleksi, crossover, dan mutasi). Model algoritma genetika menggunakan tahapan berikut untuk menyelesaikan masalah jaringan rute. Tahap pertama populasi P dibangkitkan secara acak yangmana tiap individu/kromosom didalam populasi mewakili solusi. Tahap selanjutnya tiap individu dievaluasi sehingga didapatkan nilai fungsi objektif. Pada tahap ketiga fungsi objektif diubah ke fungsi fitness dengan menghitung fitness untuk masingmasing individu pada populasi. Individu dengan nilai fitness tertinggi akan mempunyai probabilitas yang tinggi juga untuk terpilih sebagai kandidat dalam proses selanjutnya. Penerapan dari operator genetika seperti seleksi, crossover, dan mutasi pada populasi saat itu akan menghasilkan populasi baru. Tahapan dasar dalam menemukan rute terbaik diberikan oleh kandidat rute dalam algoritma dibawah ini: 1. Membangkitkan rute untuk tiap pasangan node terminal 2. Membangkitkan rute dengan menemukan jalur terpendek antara node asal dan tujuan 3. Mengevaluasi minimum dan maksimum dari batasan panjang rute. Jika rute memenuhi syarat batasan, maka rute tersebut diambil sebagai kandidat solusi. II-20

21 4. Membangkitkan alternatif rute dengan memperhatikan setiap link pada link terpendek yang dibangkitkan pada tahap 2 dan dengan menemukan jalur terpendek antara asal dan tujuan. 5. Mengevaluasi masing-masing alternatif rute, apakah memenuhi batasan atau tidak seperti: a) eksistensi rute, b) duplikat dari rute yang ada, c) overlap dengan rute terpendek, d) panjang rute maksimum, e) rute memutar maksimum. Jika rute memenuhi batasan tersebut maka alternatif rute tersebut sebagai kandidat rute. 6. Rangking semua rute Algoritma genetika membuat kode yang merepresentasikan solusi masalah. Individu dari rute-rute tersebut dipertimbangkan sebagai variabel. Nilai variabel dapat dijadikan indeks performan dari individu rute, seperti kumulatif permintaan atau kilometer penumpang dari sebuah rute. Dengan demikian, dari penjelasan pendekatan metoda diatas dapat disimpulkan bahwa suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan metoda yang sesuai. Permasalahan dalam tugas akhir ini merupakan masalah jejaring yang melibatkan banyak alternatif solusi sehingga direkomendasikan untuk menggunakan pendekatan metoda numerik Dasar Pemikiran Menggunakan Metoda Numerik Dalam menyelesaikan masalah jaringan dalam tugas akhir ini, dipakai pendekatan metoda numerik, dengan alasan yang akan dijelaskan selanjutnya. Tidak semua permasalahan matematis atau perhitungan dapat diselesaikan dengan mudah. Bahkan dalam prinsip matematik, dalam memandang permasalahan yang terlebih dahulu diperhatikan, apakah permasalahan tersebut mempunyai penyelesaian atau tidak. Hal ini menjelaskan bahwa tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dengan menggunakan perhitungan biasa. Sebagai contoh perhatikan integral pada persamaan (2.11) berikut ini. (2.11) II-21

22 Integral di atas terlihat tidak terlalu panjang, tetapi untuk menyelesaikan integral tersebut bukan permasalahan yang mudah bahkan dapat dikatakan tidak mungkin. Tetapi bukan berarti integral tersebut tidak mempunyai penyelesaian, hanya saja menyelesaikan integral semacam itu sangat sulit dan kalaupun bisa memerlukan pengetahuan matematis yang tinggi dan waktu yang cukup lama. Dengan dasar inilah dapat dikatakan bahwa diperlukan suatu metoda tertentu yang dapat digunakan untuk menghitung integral tersebut. Meskipun metoda tersebut tidak dapat menghasilkan nilai yang eksak (tepat), setidaknya sudah mendekati nilai yang diharapkan. Sehingga diperlukan metodametoda pendekatan untuk dapat memperoleh akar yang dapat dikatakan benar. Metoda tersebut adalah metoda numerik, yaitu metoda yang menggunakan analisis pendekatan untuk menghasilkan nilai yang diharapkan. Persoalan lain adalah bagaimana menentukan fungsi polynomial yang terbaik yang dapat mewakili suatu data. Secara analitik, untuk memperoleh fungsi polynomial dari jumlah data yang kecil (< 20) masih bisa dilakukan, tetapi untuk jumlah data yang besar sulit sekali dilakukan karena akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itulah digunakan perhitungan komputer, dan pemakaian metoda numerik menjadi penting artinya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Selain adanya persoalan-persoalan di atas, seiring dengan perkembangan pemakaian komputer sebagai alat bantu dalam menyelesaikan persoalan, maka pemakaian metoda analitik terkadang sulit diterjemahkan ke dalam algoritma yang dapat dimengerti oleh komputer. Sehingga metoda numerik yang memang berangkat dari pemakaian alat bantu hitung merupakan alternatif yang baik dalam menyelesaian persoalan-persoalan perhitungan yang rumit. Dalam penerapan matematis untuk menyelesaikan persoalan-persoalan perhitungan dan analisis, ada beberapa keadaan dan metoda yang digunakan untuk menghasilkan penyelesaian yang baik adalah: (1). Bila persoalan merupakan persoalan yang sederhana atau ada teorema analisa matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka penyelesaian matematis (metoda analitik) adalah penyelesaian II-22

23 eksak yang harus digunakan. Penyelesaian ini menjadi acuan bagi pemakaian metoda pendekatan. (2). Bila persoalan sudah sangat sulit atau tidak mungkin diselesaikan secara matematis (analitik) karena tidak ada theorema analisa matematik yang dapat digunakan, maka dapat digunakan metoda numerik. Dasar pemilihan metoda tersebut dijelaskan sebagai berikut: - Metoda numerik dikembangkan untuk menelusuri dan mengidentifikasi solusi yang dipilih pada masalah. Metoda ini bercara kerja menghitung satu per satu kemungkinan sehingga memiliki kecocokan dengan permasalahan jaringan. - Metoda numerik tidak disibukkan dengan perumusan masalah secara matematis. Poin ini menjadikan kelebihan metoda numerik untuk dapat diterapkan pada setiap permasalahan jaringan. - Sedangkan metoda analitik cenderung mengeksploitasi fungsi permasalahan tanpa melihat ruang solusi. Akibatnya metoda ini menuntut perumusan masalah dalam bahasa matematis secara tepat. - Pengolahan secara inklusif pada metoda analitik menyebabkan solusi yang dicapai tidak dapat mewakili kondisi sebenarnya. Contohnya, nilai variabel tercapai tidak dapat menjelaskan pergerakan yang terjadi dalam jaringan. - Pada beberapa kasus jaringan, metoda analitik dapat digunakan dalam kondisi jaringan yang sudah ditetapkan. Seperti permasalahan distribusi barang yang pada setiap node sudah ditentukan nilai suplai dan demand, begitu juga dengan link yang menghubungkan antar node. - Pada permasalahan jaringan yang belum ditetapkan, kesulitan penamaan node antara rute yang terbentuk dan sekumpulan ruas bisa menimbulkan kerancuan. Maka yang terjadi permasalahan akan sangat kompleks untuk dirumuskan sehingga metoda analitik dirasa kurang tepat untuk diterapkan. Dari penjelasan diatas, maka dipilih pendekatan metoda numerik (metoda heuristik) yaitu metoda algoritma Djikstra dan algoritma genetika untuk menyelesaikan II-23

24 permasalahan jaringan. Kedua metoda ini memiliki kelebihan dapat memecahkan sejumlah kasus jaringan yang kompleks. Hal inilah yang mendasari penggunaan metoda dalam permasalahan yang dihadapi. Untuk kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metoda akan dijelaskan dengan contoh pada bab selanjutnya. 2.5 RESUME Dalam studi pustaka ini mencoba untuk menyajikan penelitian orang lain yang relevan dalam masalah perencanaan jaringan rute. Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menentukan literatur yang akan dipakai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut karena kesulitan memodelkan masalah dengan metoda yang tepat. Untuk menentukan model dan metoda penyelesaian masalah yang tepat, maka dipakai bahan pertimbangan sebagai berikut: Kajian utama permasalahan merupakan persoalan menentukan rute yang optimal dari suatu moda transportasi dalam melayani kebutuhan pergerakan pada wilayah kajian dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Untuk memudahkan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dapat disederhanakan dengan menggunakan model jaringan, yang dapat direpresentasikan dengan teori graph. Selain itu komponen penting dari perencanaan jaringan rute adalah membuat formulasi matematika dari tujuan (fungsi objektif) dan batasan, serta teknik/metoda dalam menyelesaikannya. Pendekatan pada fungsi objektif secara umum memberikan banyak pilihan pada sejumlah metoda untuk memecahkannya. Untuk itu, dilakukan pendekatan terhadap metoda sebagai alat yang dirasa memiliki keefektifan untuk menangani permasalahan. Metoda berbasis algoritma dipandang memiliki nilai ketertarikan tersendiri untuk dikembangkan, hal tersebut mendasari pemakaian metoda ini untuk menyelesaikan masalah. Dengan menggunakan metoda algoritma genetika akan membantu menyelesaikan permasalahan dengan hasil yang bisa diterima dan waktu perhitungan yang relatif singkat (didukung oleh teknologi komputer). Sebagai pembanding dengan metoda algoritma tersebut, maka digunakan salah satu metoda yang sederhana. II-24

OPTIMASI RUTE PENYEBERANGAN FERI DI PROVINSI MALUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI RUTE PENYEBERANGAN FERI DI PROVINSI MALUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI RUTE PENYEBERANGAN FERI DI PROVINSI MALUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Sipil Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam menentukan rantaian terpendek diantara pasangan node (titik) tertentu dalam suatu graph telah banyak menarik perhatian. Persoalan dirumuskan sebagai kasus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi

BAB IV STUDI KASUS. Saparua. Kep. Tenggara. Gambar 4.1 Wilayah studi BAB IV STUDI KASUS 4.1 DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN Wilayah kajian merupakan wilayah kepulauan yang berlokasi di propinsi Maluku. Pusat kegiatan akan diwakili oleh masing-masing pelabuhan di wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan pelayanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

PENELITIAN OPERASIONAL PERTEMUAN #9 TKT TAUFIQUR RACHMAN PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

PENELITIAN OPERASIONAL PERTEMUAN #9 TKT TAUFIQUR RACHMAN PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI PENELITIAN OPERASIONAL PERTEMUAN #9 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu membandingkan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #8 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #8 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #8 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan 2 Operational Persoalan di Lapangan Research Perumusan Masalah (Model Matematis) Pemecahan Masalah ART SCIENCE 6623 - Taufiqur Rachman 1 Penugasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 39 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang paling banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari hari. Salah satu bentuk dari graf adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Simulasi Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan entitas baik manusia ataupun mesin yang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian, Struktur, Kelebihan dan Kekurangan, serta Potensi Dynamic Programming Dynamic Programming adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah berkembangnya AI (Artifical Intelligence), banyak sekali ditemukan sejumlah algoritma yang terinspirasi dari alam. Banyak persoalan yang dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

Mata Kuliah Penelitian Operasional II OPERATIONS RESEARCH AN INTRODUCTION SEVENTH EDITION BY HAMDY A. TAHA BAB 6.

Mata Kuliah Penelitian Operasional II OPERATIONS RESEARCH AN INTRODUCTION SEVENTH EDITION BY HAMDY A. TAHA BAB 6. Mata Kuliah Penelitian Operasional II OPERATIONS RESEARCH AN INTRODUCTION SEVENTH EDITION BY HAMDY A. TAHA BAB 6 Analisis Jaringan Dipresentasikan oleh: Herman R. Suwarman, S.Si Pendahuluan- Ilustrasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN KOMPUTER KODE MODUL: TIN 202 MODUL III LINEAR PROGRAMMING DAN VISUALISASI

PEMROGRAMAN KOMPUTER KODE MODUL: TIN 202 MODUL III LINEAR PROGRAMMING DAN VISUALISASI PEMROGRAMAN KOMPUTER KODE MODUL: TIN 202 MODUL III LINEAR PROGRAMMING DAN VISUALISASI LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 MODUL II LINEAR PROGRAMMING DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai tempat, sering menjadi masalah dalam dunia industri sehari-hari. Alokasi produk

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Produksi dan Operasi Manajeman (management) merupakan proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Bateman, Thomas S. : 2014)

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

Bab IV Simulasi dan Pembahasan Bab IV Simulasi dan Pembahasan IV.1 Gambaran Umum Simulasi Untuk menganalisis program pemodelan network flow analysis yang telah dirancang maka perlu dilakukan simulasi program tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN

BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN BAB III MODEL DAN TEKNIK PEMECAHAN III.1. Diskripsi Sistem Sistem pendistribusian produk dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan vehicle routing problem (VRP). Berikut ini adalah gambar

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

MODEL NETWORK. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi

MODEL NETWORK. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi MODEL NETWORK Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi Terdiri dari suatu jaringan kerja (network) yang dapat direpresentasikan dalam bentuk titik penghubung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2. PROGRAM LINEAR BAB 2. PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, masalah yang berhubungan dengan optimisasi sering kali terjadi, misalnya dalam bidang ekonomi dan industri sering dijumpai masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI xvi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan elemen-elemen yang berbentuk persegi panjang yang terdiri dari baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda [ ] atau (

Lebih terperinci

Optimasi Jaringan. Masalah Optimasi Jaringan Model Optimasi Jaringan Penyelesaian Optimasi Jaringan dengan Simpleks

Optimasi Jaringan. Masalah Optimasi Jaringan Model Optimasi Jaringan Penyelesaian Optimasi Jaringan dengan Simpleks Optimasi Jaringan Masalah Optimasi Jaringan Model Optimasi Jaringan Penyelesaian Optimasi Jaringan dengan Simpleks Pendahuluan Sebuah model jaringan terdiri dari dua buah element utama, yaitu: Arc, marupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya, optimasi didefinisikan sebagai proses menentukan nilai minumum

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya, optimasi didefinisikan sebagai proses menentukan nilai minumum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Umumnya, optimasi didefinisikan sebagai proses menentukan nilai minumum dan maksimum bergantung pada fungsi tujuannya. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB I. MASALAH TRANSPORTASI KHUSUS

BAB I. MASALAH TRANSPORTASI KHUSUS BAB I. MASALAH TRANSPORTASI KHUSUS Pada perkuliahan pemrograman linear telah dipelajari masalah transportasi secara umum, yaitu suatu masalah pemindahan barang dari beberapa tempat asal (sumber/origin)

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 09

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 09 Design and Analysis Algorithm Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom Pertemuan 09 Contents 1 2 5 Algoritma Program Dinamis Lintasan Terpendek (Shortest Path) Penganggaran Modal (Capital Budgeting) 1/0 Knapsack

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menjelaskan tentang hal-hal yang erat kaitannya dengan masalah m- ring star. Salah satu cabang matematika yang cukup penting dan sangat luas penerapannya di banyak bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masalah penjadwalan secara umum adalah aktivitas penugasan yang berhubungan dengan sejumlah constraint, sejumlah kejadian yang dapat terjadi pada suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 2 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Graf G didefenisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menyatakan objek dinyatakan dengan sebuah titik (vertex),

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menyatakan objek dinyatakan dengan sebuah titik (vertex), BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Teori graf merupakan salah satu bidang matematika, yang diperkenalkan pertama kali oleh ahli matematika asal Swiss, Leonardo Euler pada tahun 1736. Teori graf

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Graf adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan diskrit dalam dunia nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, graf digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya Traveling salesman problem (TSP) merupakan salah satu permasalahan yang telah sering diangkat dalam berbagai studi kasus dengan penerapan berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Kereta api merupakan salah satu angkutan darat yang banyak diminati masyarakat, hal ini dikarenakan biaya yang relatif murah dan waktu tempuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang tidak dapat diprediksi dengan pasti, ada kalanya segala sesuatu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan atau

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, selalu dilakukan perjalanan dari satu titik atau lokasi ke lokasi yang lain dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dan biaya sehingga

Lebih terperinci

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH Buletin Ilmiah Mat. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 1 (2015), hal 17 24. PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH Fatmawati, Bayu Prihandono, Evi Noviani INTISARI

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Riset Operasi Bobot: 3 SKS

Riset Operasi Bobot: 3 SKS Riset Operasi Bobot: 3 SKS Tujuan Perkuliahan Setelah mahasiswa mengikuti kuliah ini selama satu semester, mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan metode-metode kuantitatif dalam pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011 ANALISIS OPTIMASI PENJADWALAN JAGA DOKTER RESIDEN PENYAKIT DALAM PADA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Erlanie Sufarnap 1, Sudarto 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 airlanee@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Dosen: Didin Astriani Prassetyowati, M.Stat Silabus MATAKULIAH TI214 TEKNIK RISET OPERASI (2 SKS) TUJUAN Agar mahasiswa

Lebih terperinci

Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut

Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut E-journal Teknik Elektro dan Komputer (tahun), ISSN : 20-8402 7 Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut Feisy D. Kambey feisy.kambey@yahoo.co.id Abstrak Perdagangan global

Lebih terperinci

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM.

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com - Linear Programming Linear programing (LP) adalah salah satu metode matematis yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September Desember 2009 dengan wilayah studi yang dikaji untuk lokasi optimal pasar induk adalah Bogor yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi darat utama yang digunakan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki multi keunggulan komparatif,

Lebih terperinci

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek.

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek. LINEAR PROGRAMMING Formulasi Model LP Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graph 2.1.1 Definisi Graph Menurut Dasgupta dkk (2008), graph merupakan himpunan tak kosong titik-titik yang disebut vertex (juga disebut dengan node) dan himpunan garis-garis

Lebih terperinci

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653

Lebih terperinci

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dunia bisnis, manajemen rantai suplai merupakan strategi klasik yang banyak digunakan oleh industri atau perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Salah satu tingkat

Lebih terperinci

MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK

MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK MODEL PROGRAM STOKASTIK DALAM TRANSPORTASI DAN LOGISTIK Chairunisah Abstrak Problema transportasi dan logistik dikarakteristikkan dengan proses informasi yang sangat dinamis, seperti : pesanan konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan lintasan terpanjang (longest path) merupakan persoalan dalam mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan lintasan terpanjang (longest path) merupakan persoalan dalam mencari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan lintasan terpanjang (longest path) merupakan persoalan dalam mencari lintasan sederhana terpanjang maksimum dalam suatu graph yang diberikan. Lintasan terpanjang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING

MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING oleh Fahrizal M0103056 SKRIPSI Ditulis diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Greedy pada Permainan Ludo

Implementasi Algoritma Greedy pada Permainan Ludo Implementasi Algoritma Greedy pada Permainan Ludo Sylvia Juliana, 13515070 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl, Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi yang mampu menyelesaikan masalah optimasi sejak diperkenalkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi yang mampu menyelesaikan masalah optimasi sejak diperkenalkan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemrograman Linier (Linear Programming) Pemrograman linier (linear programming) merupakan salah satu teknik riset operasi yang mampu menyelesaikan masalah optimasi sejak diperkenalkan

Lebih terperinci